Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh merupakan susuan dari beberapa jaringan yang mempunyai tugas
dan fungsi yang berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari manusia menggunakan
ketahan tubuh/performa tubuh untuk melakukan suatu kegiatan. Performa
tubuh adalah suatu hal yang penting dalam melakukan suatu aktivitas di
kehidupan sehari-hari. Performa tubuh juga merupakan salah satu kunci dalam
menentukan bagus tidaknya produktivitas kerja yang dilakukan oleh individu
tersebut. Jika performa tubuh suatu individu menurun, maka produktivitas
kerja kita kemungkinan besar juga akan menurun begitu juga sebaliknya.
Dalam dunia kerja , pengetahuan terhadap performa tubuh akan sangat
membantu kita dalam pembuatan strategi untuk meningkatkan produktivitas
kerja. Dengan mengetahui performa tubuh, kita dapat membuat jadwal istirahat
setelah beraktivitas bagi para pekerja, jabatan apa yang cocok untuk pekerja
yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas kerja
tentunya dapat meningkatkan pendapatan atau keutungan dari perusahaan
tersebut. Mahasiswa dituntut untuk mengetahui dan menganalisa fisiologi
performance yang dimiliki oleh setiap individu. Fisiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang organisme beserta bagian-bagian fisik secara keseluruhan.
Pengukuran kinerja fisiologi dilakukan pada pengukuran konsumsi energi pada
pekerjaan menggunakan treadmill. Pengukuran tersebut dilakukan secara tidak
langsung untuk mendapatkan besarnya konsumsi enrgi yang dibutuhkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang terebut, kami mempunyai rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana cara mengerahui nilai recovery time ?
b. Bagaimana cara mengetahui heart rate normal dan konsumsi konsumsi
energi setiap aktifitas?

c. Faktor apa saja yang mempengaruhi nilai heart rate seseorang?


d. Bagaimana hubungan Heart rate dengan jenis kelamin ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang terebut, kami mempunyai rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Dapat mengerahui nilai recovery time
b. Dapat mengetahui heart rate normal dan konsumsi konsumsi energi setiap
aktifitas.
c. Mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai heart rate seseorang.
d. Mengetahui hubungan Heart rate dengan jenis kelamin.

1.4 Batasan Masalah dan Asumsi


1.4.1 Batasan Masalah
a. Praktikum dilakukan di Ruang Lab. Ergonomi.
b. mahasiswa Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja PPNS-ITS

Kelas V-C angkatan 2012 sebagai obyek yang diamati


c. Praktikum menggunakan treadmill untuk mengetahui konsumsi

enegi setiap manusia.


d. Pengolahan data dalam praktikum physiological performance

menggunakan Ms. Excel

1.4.2 Asumsi
Dalam praktikum fisiologi Performance ini diasumsikan bahwa:
a. Praktikum ini mengunakan peralatan pengukuran dalam keadaan
baik dan normal.
b. Data yang diambil dianggap telah memenuhi syarat dan benar.
c. Operator yang melakukan pengukuran memiliki ketelitian yang
sama.
d. Baik operator maupun obyek yang diukur dalam keadaan fit dan tidak
terdapat kecacatan (normal).

BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Fisiologi
Fisiologi merupakan bagian dari ilmu biologi yang mempelajari bagaimana
kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi. Fisiologi, dari kata Yunani
physis = alam dan logos = cerita, adalah ilmu yang mempelajari fungsi
mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Fisiologi menggunakan
berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ,
sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan
kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Fisiologi ekperimential pertama
dilakukan pada abad ke-17 oleh seorang ilmuan yang bernama Willian Harvey.
Bidang fisiologi Fisiologi memiliki beberapa subbidang. Elektrofisiologi
berkaitan dengan cara kerja saraf dan otot; neurofisiologi mempelajari fisiologi
otak; fisiologi sel menunjuk pada fungsi sel secara individual. Banyak bidang
yang berkaitan dengan fisiologi, diantaranya adalah Ekofisiologi yang
mempelajari efek ekologis dari ciri fisiologi suatu hewan atau tumbuhan dan
sebaliknya. Genetika bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi
fisiologi hewan dan tumbuhan. Tekanan lingkungan juga sering menyebabkan
kerusakan pada organisme eukariotik. Organisme yang tidak hidup di habitat
akuatik harus menyimpan air dalam lingkungan seluler. Pada organisme
demikian, dehidrasi dapat menjadi masalah besar. Dehidrasi pada manusia
dapat terjadi ketika terdapat peningkatan aktivitas fisik. Dalam bidang exercise
physiology, telah dilakukan berbagai penelitian mengenai efek dehidrasi
terhadap homeostasis.

2.2 Kerja (work)


Kerja merupakan suatu aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan
manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya,baik sebagai individu
maupun sebagai umat keseluruhan. Studi ergonomi berkaitan dengan kerja
manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali

tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar dapat memberikan peningkatan
efektifitas dan efesiensi. Berat ringannya suatu pekerjaan dapat diukur dengan
melihat :
a. Laju detak jantung dan tekanan darah
b. Temperatur badan
c. Konsumsi oksigen yang dihirup
d. Kandungan kimia dalam tubuh
e. Laju pengeluaran keringat

Upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan


yang mungkin saja bersifat kompleks menjadi lebih sederhana dan spesifik
dimana setiap orang akan ditempatkan dan di tugaskan untuk setiap kegiatan
yang sederhana dan spesifik (Nurmianto, 2003). Oleh karena itu secara umum
jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik (otot) dan kerja
mental, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kerja Fisik
b. Pengeluaran energi relatif banyak dan pada jenis ini dibedakan lagi
menjadi dua cara:
1. Kerja Statis, yaitu: Tidak menghasilkan gerak. Kontraksi otot
bersifat isometris (tegang otot bertambah sementara tegangan otot
tetap). Kelelahan lebih cepat terjadi.
2. Kerja Dinamis, yaitu: Menghasilkan gerak. Kontraksi otot bersifat
isotonis (panjang otot berubah sementara tegangan otot tetap).
Kontraksi otot bersifat ritmis (kontraksi dan relaksasi secara
bergantian).
c. Kerja Mental
d. Kelelahan relatif agak lama terjadi.
Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh
pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja (Nurmianto, 2003).
Berikut merupakan kriteria yang terdapat dalam suatu sistem kerja :
a. Kriteria Faal

Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan


darah, tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam
air seni, dan lain-lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan
fungsi alat-alat tubuh selama bekerja.
b. Kriteria Kejiawaan
Meliputi kejenuhan atau kejemuan, emosi, motivasi, sikap, dan lainlain. Tujuannya adalah mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul
selama bekerja.
c. Kriteria Hasil Kerja
Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja selama
bekerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja
dengan melalui hasil kerja yang diperoleh dari pekerja.
Kelelahan kerja adalah suatu kondisi dimana terjadi pada syaraf dan otot
manusia, sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana mestinya.
Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja pada
pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan
kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi dari performasi optimis
seorang operator. Pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan beberapa
cara (Nurmianto, 2003). Berikut ini adalah cara untuk mengukur tingkat
kelelahan:
1. Mengukur kecepatan denyut jantung.
2. Mengukur kecepatan pernafasan.
3. Mengukur tekanan darah.
4. Jumlah oksigen yang terpakai dalam tubuh.
5. Perubahan temperatur tubuh.
6. Perubahan komposisi kimia dalam darah dan urin.
7. Menggunakan alat uji kelelahan, yaitu Riken Fatique Indicator
Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
kelelahan dalam bekerja (Nurmianto, 2003). Berikut adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat kelelahan dalam bekerja.
1. Sikap mental pekerja.
2. Penentuan dan lamanya waktu kerja.

3. Besarnya beban tetap.


4. Kemonotonan pekerjaan dalam lingkungan kerja yang tetap.
5. Kondisi tubuh operator pada waktu melaksanakan pekerjaan.
6. Lingkungan fisik kerja.
7. Kecapaian kerja.
8. Jenis dan kebiasaan olahraga atau latihan.
9. Jenis kelamin.
10. Umur.
11. Sikap kerja.
Gerakan gerakan yang harus dilakukan oleh anggota tubuh manusia
khususnya tangan dan kaki pads saat melaksanakan kerja fisik akan sangat
ditentukan oleh kemampuan ototnya. Manusia bisa bergerak ataupun
menggerakkan anggota tubuhnya karena adanya system otot yang tersebar di
seluruh tubuhnya (lebih dari 45 % berat badan). Kemampuan otot untuk
mengencang dan mengerut inilah yang akan menghasilkan tenaga (muscle
power) yang diperlukan untuk aktifitas fisik. Aliran darah dalam hal ini akan
berfungsi sebagai sarana untuk mensuplai glukosa dan oxygen ke system otot
yang bekerja dan juga membuang sisa-sisa 'pembakaran' Agar penggunaan
tenaga otot bisa optimal maka pengaturan cara kerjanya otot harus di
perhatikan dengan benar. Dalam hal ini kegiatan otot dapat di bedakan dalam
2 hal, yaitu :
a. Kerja otot dinamik (berirama)
b. Kerja otot static (kerja bersikap/tetap)
Pada kerja dinamik, otot akan mengencang dan mengerut mengendor
secara bergantian atau berirama, sedangkan pads kerja statik atau bersikap
disini akan berada dalam posisi mengencang dalam waktu yang cukup lama.
Selama kerja otot dinamik berlangsung maka otot akan bekerja secara
bergantian, sesuai dengan irama tegang/kencang tekan dan kendor seperti
layaknya kerja dari sebuah pompa yang membawa dampak pads kelancaran
aliran darah. Sebaliknya yang terjadi dalam kerja otot static dapat
mengencangkan otot dalam waktu lama akan menyebabkan aliran darah
terganggu suplai glucose + 02 terhambat dan metabolic tidak bisa segera

terbuang, kondisi tersebut akan menyebabkan terasa lelah dan sakit pada
otot. Berdasarkan fisiologis bisa ditarik kesimpulan bahwa kekuatan otot
yang dihasilkan rata-rata wanita ternyata hanya sekitar 70 % saja dari
kekuatan otot laki-laki. Oleh karena itu dalam perancangan dan penyusunan
deskripsi kerja (jabatan) harus ada pertimbangan-pertimbangan khusus yang
berkaitan dengan penyesuaian kemampuan pekerja ditinjau dari kedua
aspek (jenis kelamin dan umur).
Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai proses
menurunnya efisiensi, performance kerja, dan berkurangnya kekuatan/
katahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus
dilakukan. Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan
oleh factor-factor yang berbeda-beda seperti:
a. Lelah otot, yang dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya

gejala rasa kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima
beban yang berlebihan.
b. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan ketegangan yang terjadi

pads organ visual (mata-mata yang terkonsentrasi secara terus


menerus pads suatu obyek layer monitor) seperti yang dialami oleh
operator computer misalnya akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu
kuat yang mengenai mata juga akan bisa menimbulkan gejala yang
sama.
c. Lelah mental, dimana dalam kasus ini datangnya kelelahan bukan

diakibatkan secara langsung oleh aktifitas fisik, melainkan lewat kerja


mental (proses berpikir sebagai contoh). Lelah mental ini sering pula
disebut sebagai lelah otak.
d. Lelah monotonic, adalah jenis kelelahan yang di sebabkan oleh

aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja


yang sangat menjemukan. Untuk menghindari akumulasi yang terlalu
berlebihan, diperlukan adanya keseimbangan antara masukan cumber
datangnya kelelahan tersebut dengan jumlah keluaran yang di peroleh
lewat proses pemulihan. Proses pemulihan dapat dilakukan dengan
cars antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup balk yang

terjadwal / terstruktur ataupun tidak dan seimbang dengan tinggi


rendahnya tingkat ketegangan kerja. Proses pemulihan akan
memberikan kesempatan kerja fisik maupun psikologis manusia untuk
lepas dari beban yang menghimpitnya. Kelelahan yang disebabkan
oleh sejumlah factor yang berlangsung secara terus-menerus dan
terakumulasi akan menyebabkan apa yang disebut dengan " lelah
kronis ". Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat
di cirikan seperti :
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi

kurang toleran
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan
3. Depresi yang berat.

2.3 Fisiologi Performance


Physiological performance di dalamnya mempelajari aplikasi mekanika
teknik untuk menganalisa sistem kerangka dan otot manusia. Disiplin ilmu
physiological performance ini akan memberikan dasar untuk mengatasi
masalah serta pergerakan manusia di tempat dan ruang kerjanya. Dengan
bertambah kompleksnya aktifitas otot, maka ada beberapa hat yang harus
dijadikan pokok bahasan dan analisa terhadap manuvestasi kerja berat
diantaranya adalah
a. Denyut jantung (heart rate) Pengaturan heart rate merupakan aktifitas

pengukuran yang paling sering dilakukan, merupakan variable yang


paling mudah untuk diukur, meskipun metode ini tidak langsung terkait
dengan pengukuran energi fisik atau otot yang harus di konsumsikan
seseorang untuk kerja.
b. Tekanan darah (blood pressure)
c. Cardiac out put
d. Komposisi kimia darah (kandungan asam laktat)
e. Temperature tubuh (body temperature)
f. Kecepatan berkeringat

g. Pulmonary ventilation (kecepatan membuka dan menutupnya ventilasi

paru dengan satuan liter per menit)


h. Konsumsi oksigen

Konsumsi oksigen berkaitan dengan proses metabolisme proses


pembakaran dalam tubuh manusia yang akan menghasilkan energi
untuk kerja, yang mana besar kecilnya oksigen tersebut yang
dikonsumsikan akan langsung terkait secara proporsional dengan
konsumsi energi yang akan dipakai untuk bekerja.

2.4 Kinerja Fisik dan Konsumsi Energi


Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai
sumber tenaganya. Kerja fisik sering kali juga disebut sebagai manual
operation dimana performans kerja sepenuhnya akan tergantung manusia balk
yang berfungsi sebagai sumber tenaga ataupun pengendali kerja. Dengan
mekanisasi peran manusia sebagai sumber energi kerja akan digantikan oleh
mesin. Hal ini akan memberikan kemampuan yang lebih besar lagi untuk
menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang memerlukan energi fisik yang besar dan
berlangsung dalam periods waktu yang lama. Konsumsi oksigen akan tetap
terns berlangsung walaupun seseorang tidak melakukan pekerjaan sekalipun.
Namun

jika

seseorang

tersebut

melakukan

pekerjaan,

maka

akan

membutuhkan energi total. Konsumsi energi bersih didapatkan dengan cara


mengurangi energi total dengan metabolisme basal. Adapun untuk menghitung
konsumsi energi total dapat diikuti beberapa bahasan berikut:
a. Metabolisms basal, Metabolisms basal adalah konsumsi energi secara

konstan pads saat istirahat dengan perut dalam keadaan kosong. Yang
mana tergantung pads ukuran, berat badan dan jenis kelamin.
b. Kalori untuk bekerja Konsumsi energi diawali pads saat pekerjaan fisik

dimulai. Semakin banyaknya kebutuhan untuk aktivitas otot bagi suatu


jenis pekerjaan, maka semakin banyak pula energi yang dikonsumsi dan
diekspresikan sebagai kalori kerja. Kalori ini didapat dengan cara
mengukur konsumsi energi pads saat bekerja kemudian dikurangi
dengan konsumsi energi pads saat istirahat atau pads saat metabolisme

basal. Kalori kerja ini menunjukkan tingkat ketegangan otot tubuh


manusia dalam hubungannya dengan
1. Jenis kerja berat,
2. Tingkat usaha kerjanya,
3. Kebutuhan waktu untuk istirahat,
4. Effisiensi dari berbagai jenis perkakas kerja, dan
5. Produktivitas dari berbagai variasi cara kerja
6. Konsumsi energi untuk aktivitas individu

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Timbangan badan
b. Observation sheet
c. Tread mill
d. Pulsemeter
e. Stopwatch
f. Ms Excel

3.2 Prosedur Pelaksanaan Praktikum


Di dalam praktikum pengukuran Physiological Performance, langkahlangkah yang harus dilakukan antara lain:
1. Masing-masing kelompok memilih 2 orang operator yang cukup sehat
(baik pria maupun wanita).
2. Mengukur berat badan dan HR tiap operator
3. Setiap opertor menjalankan aktivitas sebagai berikut:
a. Tread mill Berjalan (kec. 5 rpm) selama 5 menit, istirahat selama 3
menit lalu berjalan lagi selama 5 menit dan istirahat selama 10
menit.
b. Berjalan (kec. 5h) selama 10 menit, istirahat selama 3 menit lalu
berjalan lagi selama 10 menit dan istirahat selama 10 menit
4. Mengukur HR operator tiap menit pada detik ke-51 sampai dengan detik
ke-60 baik pada saat operasi maupun istirahat.
5. Membuat rekap data berdasarkan variabilitas jenis kelamin, berat badan,
working time dan recovery time.
6. Membuat grafik (dari tiap rekap data) yang menunjukan hubungan HR
terhadap waktu, baik waktu operasi maupun waktu istirahat untuk
masingmasing treatment.

7. Menghitung recovery time dan waktu istirahat yang dibutuhkan


berdasarkan jenis kelaminnya.
8. Menghitung kebutuhan konsumsi energi oleh setiap operator sesuai
dengan jenis kelaminnya.
9. Membuat grafik konsumsi energi terhadap heart rate normal.
10. Menganalisa data hasil praktikum.
11. Membuat kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Nurmianto, Eko. 1991 Ergonomi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Prima Printing,
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai