Anda di halaman 1dari 8

PENENTUAN LAMANYA ISTIRAHAT KERJA

UNTUK MEMINIMASI BEBAN FISIOLOGIS BEKERJA


(STUDI KASUS DI PR. DJAGUNG PADI MALANG)

Yanti Helianty 1)
Caecilia Sri Wahyuni 1)
Azizah Kusuma Wardhany 1)
1)
Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Nasional Bandung

ABSTRAK
Dalam melakukan suatu kegiatan, seorang pekerja memerlukan tenaga/energi.
Pengukuran aktivitas diperlukan untuk mengetahui besarnya tenaga yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Besarnya tenaga yang diperlukan, akan mempengaruhi kekuatan
dan daya tahan tubuh. Semakin besar tenaga yang dituntut oleh pekerjaan, kekuatan dan daya
tahan tubuh akan semakin rendah, dan sebaliknya. Kekuatan dan daya tahan tubuh yang
rendah dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan fisiologis. Kelelahan
fisiologis ini dapat dikurangi dengan cara diberikan waktu istirahat yang cukup untuk
memulihkan kekuatan dan daya tahan tubuh.
Pengukuran aktivitas dilakukan dengan cara mengukur kecepatan denyut nadi dan
kapasitas paru-paru. Dari hasil pengukuran dapat diketahui rata-rata denyut nadi pada setiap
departemen. Dari rata-rata denyut nadi tersebut dapat dihitung besarnya energi yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dari rata-
rata denyut nadi, pekerjaan tersebut dapat dikatagorikan kedalam kelompok pekerjaan
moderate (pekerjaan dengan beban menengah). Sedangkan bedasarkan kebutuhan energy
dapat disimpulkan bahwa rata-rata energi yang diperlukan masih berada dibawah batas
normal yaitu sebesar 5 Kkal/min. Dilain pihak dari pendekatan penentuan besarnya
kelonggaran untuk pemulihan tenaga, pada beberapa departemen waku pemulihan (istirahat)
yang diberikan masih lebih kecil dari kebutuhan waktu yang seharusnya diberikan. Sehingga
dengan demikian pada departemen tersebut dapat dirancang ulang mengenai besarnya waktu
istirahat yang sesuai dengan beban pekerjaannya.
Kata kunci : Ergonomi, beban fisiologis, kelelahan, istirahat.

ABSTRACTION.
By doing an activity, a worker need energy. Measurement of activity needed to
know the level of needed of energy work. Level of needed energy, will influence body
endurance and strength. Ever greater of energy claimed by work, body endurance and
strength will progressively lower, conversely. Strength and low body endurance within old
ones will generate physiological fatigue. This Physiological fatigue can minimized by given
breathing space which last for curing body endurance and strength.
Measurement of activity has done by measuring speed of lung capacities and pulse.
From result of measurement can be calculated of pulse mean in each department. From the
pulse mean can be calculated the level of needed to energy work. The result of calculation
indicate that from pulse mean, the work can be categorize into group work of moderate (work
with middle burden). While pursuant to requirement of energy can be concluded that mean of
energy needed still reside in below/under normal boundary that is equal to 5 Kkal/min. Other
side from approach of determination level of diffuseness for the cure of energy, some
department has rest time still is smaller from requirement of time which ought to be given.
So that thereby the department can be redesigned of recovery time that appropriate of
breathing space matching with its work burden.

Keyword : Ergonomic, physiological burden, fatigue, rest.


PENDAHULUAN sehingga pada penelitian ini akan
membahas penerapan kajian Ergonomi
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu pada bidang penyelidikan mengenai hasil
yang sistematis untuk memanfaatkan kerja dan pengedaliannya yang difokuskan
informasi-informasi mengenai sifat, pada masalah penentuan lamanya waktu
kemampuan dan keterbatasan manusia istirahat untuk meminimasi beban
untuk merancang suatu sistem kerja fisiologis pada saat bekerja (studi kasus
sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada PR. Djagung Padi Malang).
pada sistem itu dengan baik, yaitu
mencapai tujuan yang diinginkan melalui
pekerjaan itu dengan efektif, aman dan HASIL KERJA MANUSIA DAN
nyaman. PROSES PENGENDALIANNYA
Untuk bisa menerapkan Ergonomi,
perlu informasi yang lengkap mengenai Setiap hari manusia selalu terlibat
kemampuan manusia dengan segala dengan kegiatan-kegiatannya apakah itu
keterbatasannya. Menurut Sutalaksana bekerja ataupun bergerak kesemuanya
dalam bukunya (Sutalaksana et al, 1979) memerlukan tenaga. Tubuh manusia bisa
menyatakan bahawa penyelidikan sistem dianggap sebagai suatu mesin, dimana
kerja dapat dikelompokkan menjadi untuk melaksanakan kegiatannya dibatasi
empat kelompok besar yaitu : oleh serangkaian hukum-hukum alam.
a. Penyelidikan tentang Display, adalah Kemampuan manusia untuk melaksanakan
bagian dari lingkungan yang macam-macam kegiatannya tergantung
mengkomunikasikan keadaannya pada struktur fisik dari tubuhnya. Semua
kepada manusia. Contoh : Termometer kegiatan dari tubuh manusia memerlukan
Ruangan, Speedometer kendaraan, dll. tenaga, dimana tenaga ini diperoleh
b. Penyelidikan mengenai hasil kerja karena adanya proses metabolisme dalam
manusia dan proses pengendaliannya, otot, yaitu berupa kumpulan-kumpulan
yaitu penyelidikan tentang aktifitas- dari proses kimia yang mengubah bahan
aktifitas manusia ketika bekerja makanan menjadi dua bentuk, masing-
kemudian mempelajari cara mengukur masing untuk kerja mekanis dan panas.
dari setiap aktifitas tersebut. Besarnya penggunaan tenaga saat
c. Penyelidikan mengenai tempat kerja, melakukan aktivitas akan berpengaruh
tujuan dari penyelidikan ini untuk pada kekuatan dan daya tahan tubuh.
mendapatkan tempat kerja yang baik Makin besar tenaga yang dituntut oleh
dalam hal ukuran-ukuran alat yang pekerjaan tersebut berarti kekuatan dan
digunakan selama berkerja yang sesuai daya tahan tubuh untuk menangani
dengan ukuran tubuh manusia. pekerjaan tersebut akan semakin rendah,
d. Penyelidikan mengenai lingkungan dan sebaliknya. Kekuatan dan daya tahan
fisik, disini meliputi penataan ruangan tubuh yang rendah lama kelamaan akan
dan fasilitas-fasilitas yang digunakan menimbulkan kekelahan fisiologis.
oleh manusia, serta kondisi lingkungan Kelelahan fisiologis ini dapat diminimasi
kerja. dengan cara diberikan waktu istirahat yang
cukup, untuk memulihkan kekuatan dan
Saat ini penelitian dalam bidang daya tahan tubuh tersebut.
Ergonomi lebih banyak pada masalah yang Untuk mencari metoda pengukuran
berhubungan dengan penyelidikan tentang kegiatan yang dialami pekerja
mengenai tempat kerja, yaitu lebih pada selama kegiatannya, dan kemudian
merancang ukuran alat-alat fisik menterjemahkan kedalam bentuk angka-
penunjang pekerjaan. angka, diperlukan pendekatan secara
Disisi lain penyelidikan yang ilmiah dan teknik.
lainnya tidak kalah penting untuk
dianalisis dalam prakteknya di industri,
MENGUKUR AKTIVITAS KERJA kecepatan dan ketelitian. Untuk
MANUSIA mengukur aktivitas-aktivitas tersebut
bisa digunakan bermacam-macam alat
Yang dimaksud dengan mengukur ukur seperti : alat pengukur tegangan
aktivitas kerja manusia dalam rangka ini dan dinamometer, dll.
adalah mengukur berapa besar tenaga yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk PENGUKURAN KERJA DENGAN
melaksanakan pekerjaannya. Tenaga yang METODA FISIOLOGIS
dikeluarkan tersebut biasanya diukur
dalam satuan kilokalori. Kerja manusia bersifat mental dan
Secara umum kriteria pengukuran fisik yang masing-masing mempunyai
aktivitas kerja manusia dapat dibagi dalam intensitas yang berbeda-beda. Dalam suatu
dua kelas utama, yaitu kriteria fisiologis kerja fisik, manusia akan menghasilkan
dan kriteria operasional (Sutalaksana et al, perubahan dalam mengkonsumsi oksigen,
1979). denyut jantung (heart rate), temperatur
- Kriteria Fisiologis dari kegiatan manusia tubuh, dan perubahan senyawa kimia
biasanya ditentukan berdasarkan dalam tubuh. Kerja fisik ini
kecepatan denyut jantung dan dikelompokkan oleh Davis dan Miller
pernafasan. Usaha untuk menentukan (Barnes, Ralph, 1968) sebagai berikut :
besarnya tenaga yang setepat-tepatnya • Kerja total seluruh tubuh, yang
berdasarkan kriteria ini agak sulit, mempergunakan sebagian besar otot
karena perubahan fisik dari keadaan biasanya melibatkan dua per tiga sampai
normal menjadi keadaan fisik yang aktif tiga per empat otot tubuh.
akan melibatkan bebarapa fungsi • Kerja sebagian otot, yang membutuhkan
fisiologis yang lain. Secara lebih luas lebih sedikit energi ekspenditur karena
dapat dikatakan bahwa kecepatan denyut otot yang digunakan lebih sedikit.
jantung dan kecepatan pernapasan • Kerja otot statis, otot yang digunakan
dipenguruhi oleh tekanan psikologis, untuk menghasilkan gaya, tetapi otot
tekanan oleh lingkungan atau oleh tidak digunakan secara dinamik dan
tekanan akibat kerja keras, dimana hanya dibutuhkan kontraksi dari
ketiga tekanan tersebut sama sebagian otot saja.
pengaruhnya. Sehingga apabila Bilangan nadi atau denyut jantung
kecepatan denyut jantung seseorang merupakan peubah yang penting dan
meningkat, kita sulit menentukan apakah pokok baik dalam penelitian lapangan
meningkatnya ini disebabkan akibat maupun dalam penelitian laboratorium.
kerja, atau akibat temperatur ruangan Demikian halnya dalam penentuan
yang terlampau panas atau akibat rasa konsumsi energi secara fisiologis,
takut ?. Dengan demikian pengukuran kenaikan indeks denyut jantung dijadikan
berdasarkan kriteria fisiologis ini bisa parameter penentuan pengunaan energi
digunakan apabila faktor-faktor yang dalam suatu pekerjaan.
berpengaruh tersebut kecil, atau situasi Perumusan hubungan antara energi
kerjanya harus ada dalam keadaan ekspenditur dengan denyut jantung,
normal. dilakukan pendekatan kuantitatif dengan
- Kriteria Operasional melibatkan teknik- menggunakan analisis regresi. Bentuk
teknik untuk mengukur atau regresi hubungan energi dengan kecepatan
menggambarkan hasil-hasil yang bisa denyut jantung secara umum sebagai
dilakukan tubuh atau anggota tubuh pada berikut :
saat melaksanakan gerakan-gerakan.
Secara umum hasil gerakan dapat dibagi W = 1,080411 – 0,0229038 X + 0,000471733 X2 (1)
dalam bentuk-bentuk : range (rentangan)
gerakan; pengukuran aktivitas Dimana :
berdasarkan kekuatan, ketahanan, W : Energi ( kilokalori / menit)
X : Denyut jantung (denyut/menit) pribadi dan untuk mengatasi kelelahan dari
operator.
SIKLUS KERJA FISIOLOGIS

Jika denyut jantung dipantau ALLOWANCE (Kelonggaran)


selama istirahat, bekerja, dan pemulihan,
maka waktu pemulihan untuk beristirahat Kelonggaran dapat diartikan
meningkat sejalan dengan beban kerja. sebagai faktor tenggang yang diberikan
Dalam keadaan yang ekstrim pekerja tidak kepada operator karena sistem kerja atau
mempunyai waktu yang cukup sehingga lingkungan kerja agar memenuhi
dapat mengalami kelelahan yang kronis. kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa
Murrel (Niebel Benjamin & Freivalds, fatigue (kelelahan) dan hambatan yang
Andris, 1999) merumuskan metoda untuk tidak terhindarkan. Kelonggaran biasanya
menentukan waktu istirahat sebagai dipergunakan setelah perhitungan waktu
kompensasi dari pekerjaan fisik sebagai normal dalam menentukan waktu baku
berikut : dalam suatu proses operasi. Analisis
T (W − S ) kelonggaran perlu diperhatikan dalam
R = (2) menentukan performansi pekerjaan dan
W − 1,5
lingkungan atau sistem kerja yang baik.
dimana : Sesuai dengan kondisi yang telah
R : istirahat yang dibutuhkan (menit) dijelaskan diatas, maka kelonggaran dapat
T : total waktu kerja (menit) dipergunakan untuk menganalisis waktu
W : konsumsi energi rata-rata bekerja istirahat seorang operator dalam
(kilokalori/menit) memulihkan tenaganya jika terjadi
S : pengeluaran energi standar sebagai kelelahan atau penurunan performansi
batas antara pekerjaan aerob dan kerja.
anaerob. Kelonggaran pribadi dan
kelonggaran untuk menghilangkan fatigue
Beberapa nilai energi ekspenditur ini diberikan untuk mengurangi
berdasarkan klasifikasi pekerjaan telah ketegangan atau kejenuhan dalam bekerja.
dijelaskan oleh Dr.Lucien Brouha Ketegangan atau kejenuhan tersebut
(Niebel Benjamin & Freivalds, Andris, biasanya terjadi karena kondisi umum dari
1999) sebagai berikut : lingkungan kerja, misalnya beban kerja
yang berat, temperatur ruangan yang
Tabel 1. Nilai energi ekspenditur tinggi, sistem pencahayaan yang kurang
berdasarkan klasifikasi pekerjaan baik, pekerjaan yang monoton atau
Work Oxigen Energy Heart Rate
load comsuption Exp. (S) (detak/min) berulang-ulang, dan lain-lain, yang pada
(litter/min) (Kkal/min) akhirnya dapat menurunkan performansi
Light 0,5 – 1,0 2,5 – 5,0 60 – 100 kerja.
Moderate 1,0 – 1,5 5,0 – 7,5 100 – 125 Untuk menentukan besarnya
Heavy 1,5 – 2,0 7,5 – 10,0 125 – 150 kelongaran pribadi dan kelongaran untuk
Very Heavy 2,0 – 2,5 10,0 – 12,5 150 – 175
menghilangkan fatigue ini dapat dilihat
pada tabel kelonggaran yang
Apabila konsumsi energi rata-rata
direkomendasikan oleh ILO (Niebel
bekerja (W) dari suatu pekerjaan masih
Benjamin & Freivalds, Andris, 1999).
dibawah ambang batas peralihan antara
pekerjaan aerob dan anaerob (S), maka
PENGUMPULAN DATA
persamaan Murrel tersebut tidak terpakai.
Apabila hal tersebut terjadi maka
Pada penelitian ini pengumpulan
nilai R (lamanya istirahat) dapat dicari
data dilakukan dengan cara survey
dengan mengunakan kelonggaran kerja
langsung pada lokasi pabrik untuk
berupa persentase dari waktu normal yang
melakukan analisis sistem kerja beserta
merupakan allowance untuk keperluan
lingkungannya dan pengukuran langsung Tabel 4. Data kapasitas paru-paru dan denyut
terhadap pekerja mengenai data-data nadi Dep. Perajang
denyut jantung pekerja. No. Kap. Paru (cc) Detak / min
Data energi ekspenditur 1 1200 109
dipergunakan untuk menentukan lamanya 2 1400 105
3 1100 103
waktu istirahat yang diperlukan oleh
4 1250 112
operator ditiap departemen. Pengukuran 5 1600 99
energi ekspenditur dilakukan dengan 6 1150 108
pengambilan data primer berupa 7 1550 105
pengukuran bilangan denyut nadi operator 8 1000 110
pada setiap departemen. Karena tiap 9 1700 105
departemen tidak memiliki jumlah 10 1100 119
karyawan yang cukup banyak, maka untuk Rata-rata 107,50
data yang dipakai dalam penelitian tidak
dilakukan pengujian kenormalan, Tabel 5. Data kapasitas paru-paru dan denyut
keseragaman, dan kecukupan data. Namun nadi Dep. Pencampur
untuk menjaga validitas data, maka No. Kap. Paru (cc) Detak / min
digunakan parameter lain terhadap denyut 1 1200 105
nadi yaitu data kapasitas paru-paru. 2 1150 100
3 1100 103
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
4 1350 99
bahwa seorang operator dengan 5 1300 109
kemampuan fisik yang sama diasumsikan 6 1050 113
akan memberikan angka bilangan denyut 7 1100 104
nadi yang sama jika bekerja secara normal. 8 1300 106
Dengan demikian diasumsikan bahwa 9 1250 105
kapasitas paru-paru operator sama (pada 10 1300 92
jangkauan tertentu) dan pekerja bekerja Rata-rata 103,60
secara normal, maka data denyut nadi
operator dianggap dapat mepresentasikan Untuk departemen Pelinting,
keadaan sebenarnya. Finishing, dan Gudang karena jumlah
Data denyut nadi beserta kapasitas sampel yang diambil banyak maka data
paru-paru untuk setiap departemen dapat pengukuran tidak ditampilkan. Secara
dilihat pada tabel 2 – 5. keseluruhan rata-rata denyut nadi pada
setiap departemen dapat dilihat pada tabel
6.
Tabel 2. Data kapasitas paru-paru dan denyut
nadi Dep. Penimbang Tabel 6. Rekapitulasi denyut nadi rata-rata
No. Kap. Paru (cc) Detak / min pada setiap Departemen.
1 1150 110 Departemen Denyut nadi rata-rata
2 1100 107 Penimbang 105,600
3 1050 103 Pengurai 90,500
4 1100 108 Perajang 107,500
5 1150 100 Penyampur 103,600
Rata-rata 105,60 Pelinting 105,064
Finishing 104,758
Gudang 104,080
Tabel 3. Data kapasitas paru-paru dan denyut
nadi Dep. Pengurai Dari rata-rata denyut nadi tersebut
No. Kap. Paru (cc) Detak / min dapat dihitung kebutuhan energi
1 1500 92 ekpenditur untuk setiap departemen
2 1350 89 dengan mengggunakan persamaan (1).
Rata-rata 90,50 Kebutuhan energi ekspenditur untuk setiap
departemen seperti terlihat pada tabel 7.
dan kelonggaran untuk menghilangkan
Tabel 7. Rekapitulasi rata-rata Energi rasa fatigue.
ekspenditur pada setiap Departemen. Penentuan besarnya kelonggaran
Energi ini didasarkan pada penelitian lingkungan
Departemen ekspenditure rata- kerja operator pada masing-masing
rata (Kkal/min) departemen. Secara rinci penentuan
Penimbang (A) 4,646
besarnya kelonggaran dapat dilihat pada
Pengurai (B) 3,595
Perajang (C) 4,793
tabel 8 dan 9.
Penyampur (D) 4,494
Tabel 8. Data Kelonggaran tiap Departemen
Pelinting (E) 4,605 Kelongg. (%)
Finishing (F) 4,582 Faktor a b c d
Gudang (G) 4,530 Personal Allowance 2 2 2 2
Standing Allowance 2 2 2 2
Abnormal Position Allow. 0 2 2 2
Use of Force 4 0 0 0
Bad Light 0 0 0 0
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Atmospheric condition 0 0 0 0
Close Attention 2 2 2 2
Noise Level 0 2 2 2
Berdasarkan rata-rata denyut nadi Mental Strain 1 1 4 1
pada setiap departemen yaitu sebesar Monotony 1 1 1 1
Tediousness 2 2 2 2
103,015 detak /min, dapat dianalisis Total 14 14 17 14
bahwa untuk perkerjaan tersebut dapat
dikategorikan sebagai pekerjaan sedang Tabel 9. Data Kelonggaran tiap Departemen
(moderate) (lihat tabel.1), sehingga dapat Kelongg. (%)
Faktor e f g
ditentukan batas standar kebutuhan energi Personal Allowance 2 2 2
untuk jenis pekerjaan ini adalah sebesar Standing Allowance 0 0 2
Abnormal Position Allow. 2 2 7
berkisar antara 5 – 7,5 Kkal/min. Use of Force 0 0 4
Sedangkan dari tabel 7 dapat Bad Light 2 2 2
Atmospheric condition 0 0 0
disimpulkan bahwa kebutuhan energi Close Attention 2 2 2
untuk setiap departemen masih berada Noise Level 0 0 0
Mental Strain 4 4 1
dibawah batas standar ( lebih kecil dari Monotony 4 4 1
5 Kkal/min) sehingga dapat dikatakan Tediousness 2 2 2
Total 18 18 23
bahwa pada seluruh departemen tersebut
tidak terjadi kelelahan fisiologis.
Keterangan :
Namun dalam menyelesaikan a : Dep. Penimbang b : Dep. Pengurai
pekerjaannya seorang operator c : Dep. Perajang d : Dep. Penyampur
memerlukan kelonggaran berupa waktu e : Dep. Pelinting e : Dep. Finishing
untuk pemulihan tenaga atau untuk f : Dep. Gudang
kebutuhan pribadi dan menghilangkan rasa
fatigue. Kelonggaran tersebut dapat Dari besarnya kelonggaran
diakumulasikan pada saat operator tersebut dapat ditentukan lamanya waktu
beristirahat pada waktu yang telah pemulihan yang diperlukan oleh setiap
ditentukan oleh perusahaan. Dengan departemen seperti yang terlihat pada tabel
menghitung kelonggaran yang layak untuk 10.
Tabel 10. Perhitungan kekurangan waktu istirahat
suatu pekerjaan maka akan didapat waktu
berdasarkan kelonggarannya.
yang layak untuk keperluan pribadi dan Dep. a b c d e
menghilangkan fatigue. Waktu yang telah A 8 14 67,2 60 7,2
didapat tersebut dapat dikonversikan pada B 8 14 67,2 60 7,2
waktu istirahat yang diberikan oleh C 8 17 81,6 60 21,6
perusahaan. D 8 14 67,2 60 7,2
Dalam hal ini penentuan waktu E 8 18 86,4 60 26,4
tersebut dapat dilakukan dengan F 8 18 86,4 60 26,4
pendekatan penentuan kelonggaran pribadi G 8 23 110,4 60 50,4
a : Jam kerja yang berlaku (jam) Waktu Watu Kekurang
pemulihan pemulihan an waktu
b : kelonggaran pribadi dan kelonggaran Dep. yang yang pemulihan
untuk fatigue (%) diperlukan diberikan
c : kelonggaran (menit) sekarang
d : lamanya istirahat yang berlaku (menit) Perajang 81,6 60 21,6
Pelinting 86,4 60 26,4
e : kekurangan waktu istirahat Finishing 86,4 60 26,4
berdasarkan kelonggarannya (menit) Gudang 110,4 60 50,4

Dari tabel diatas dapat dilihat Saran


bahwa waktu istirahat yang selama ini 1. Secara umum metoda pendekatan ini
diberikan oleh perusahaan sebetulnya sederhana dan mudah penerapannya
masih kurang untuk memulihkan kondisi sehingga dapat digunakan untuk
fisiologis pekerja, terutama pada keperluan yang berhubungan dengan
departemen-departemen yang masih pengukuran aktivitas dalam pekerjaan
kekurangannya cukup banyak. apapun.
2. Untuk PR Djagung Prima untuk
mangantisipasi hal tersebut pihak
KESIMPULAN DAN SARAN perusahaan mungkin dapat merancang
kembali jam-kerja karyawan, terutama
Kesimpulan pada departemen-departemen yang
Dari pembahasan diatas dapat masih banyak kekurangan waktu
disimpulkan beberapa hal : istirahat.
1. Perlu dilakukan pengukuran dari suatu
pekerjaan untuk mengetahui besarnya
beban kerja, sehingga dari beban kerja DAFTAR PUSTAKA
tersebut dapat ditentukan lamanya 1. Barnes, Ralph., Motion and Time Study
kebutuhan istirahat untuk memulihkan Design and Measurement of Work,
kelelahan akibat beban kerja tersebut. John Willy and Sons, New York, 1968.
2. Kelelahan akibat beban fisiologis yang 2. Niebel, Benjamin dan Freivalds,
semakin lama semakin bertambah, Andris, Methods, Standards & Work
yang pada akhirnya dapat Design, McGraw-Hill Company, USA,
mempengaruhi performansi kerja 1999.
karyawan tersebut. 3. Sutalaksana, Iftikar Z, Anggawisastra
3. Dari rata-rata kebutuhan energi pada Ruhana, Tjakraatmadja John H.,
setiap departemen di PR Djagung Teknik Tata Cara Kerja, Departemen
Prima Malang dapat diketahui bahwa Teknik Industri ITB, Bandung, 1979.
tidak terjadi kelelahan fisiologis karena
rata-rata kebutuhan energi masih
berada dibawah batas standar
kebutuhan energi.
4. Bedasarkan penentuan besarnya
kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
dan menghilangkan rasa fatigue dapat
ditentukan lamanya waktu pemulihan
(istirahat) yang diperlukan, terutama
untuk departemen berikut :
Tabel Lampiran Kelonggaran
ILO Recommended Allowance

A. Constant Allowances % kelonggaran


1. Personal Allowance 5
2. Basic Fatigue 4
B. Variabel Allowance
1. Standing Allowance 2
2. Abnormal Position Allowance
a. Sligthly awkward 0
b. Awkward (bending) 2
c. Very awkward (Lying, stretcging) 7
3. Use of Force, or muscular energy (Lifting, Pulling, or Pushing)
Weigth lifted, Pounds
5 0
10 1
15 2
20 3
25 4
30 5
35 7
40 9
45 11
50 13
60 17
70 22
4. Bad Ligth
a. Slightly below recommended 0
b. Well below 2
c. Quite inadequate 5
5. Atmospheric conditon (Heat and Humidity) –variabel 0 – 100
6. Close Attention
a. Fairly Fine work 0
b. Fine or exacting 2
c. Very fine or very exacting 5
7. Noise level
a. Continuous 0
b. Intermittent – Loud 2
c. Intermittent – Very Loud 5
d. High-pitched - Loud 5
8. Mental strain
a. Fairly complex process 1
b. Complex or wide span of attention 4
c. Very complex 8
9. Monotony
a. Loe 0
b. Medium 1
c. High 4
10. Tediousness
a. Rather tedious 0
b. Tedious 2
c. Very tedious 5

Anda mungkin juga menyukai