57
BAB I
PENDAHULUAN
58
Tujuan Khusus
- Mampu menggunakan pulsa meter sebagai alat ukur kerja dengan metode
fisiologi.
- Mampu membuat grafik yang menghubungkan antara intensitas beban
kerja (lari pada kecepatan tertentu untuk menempuh jarak tertentu)
dengan heart rate.
- Mampu mebuat persamaan antara heart rate dengan laju kecepatan dan
jarak.
- Mampu menghitung besar energy expenditure pada suatu pekerjaan
tertentu berdasarkan intensitas heart rate.
- Mampu menghutung dengan %CVL dan linier regresi.
59
1.4. Rumusan Masalah
- Berapakah nilai cardiovascular load pada operator ?
- Apakah pekerjaan tersebut layak dilakukan jika dilihat dari klasifikasi %
CVL?
- Bagaimanakah cara melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan
metode fisiologi?
- Bagaimanakah cara menghitung besar energy expenditure pada suatu
pekerjaan tertentu berdasarkan intensitas hearth rate?
60
BAB 2
Tinjauan Pustaka
61
Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata pada sekor
kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebar luaskan sebagai unsur
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini
kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada
pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat
perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis merupakan tugas
pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.
Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomic dan penerapannya.
Fisiologi eksperimental diawali pada abad ke-17, ketika ahli anatomi
William Harvey menjelaskan adanya sirkulasi darah. Herman Boerhaave sering
disebut sebagai bapak fisiologi karena karyanya berupa buku teks berjudul
Institutiones Medicae (1708) dan cara mengajarnya yang cemerlang di Leiden.
William Harvey (1 April 1578 – 3 Juni 1657) ialah dokter yang
mendeskripsikan sistem peredaran darah yang dipompakan sekeliling tubuh
manusia oleh jantung, ini mengembangkan gagasan René Descartes yang
dalam deskripsi tubuh manusianya bahwa arteri dan vena ialah pipa dan
membawa makanan ke sekeliling tubuh. Ilmu Fisiologi telah diajarkan sejak
tahun 1953, dan dikenal sebagai Ilmu Faal. Pada kurun waktu tahun 1953 –
1968 ilmu fisiologi merupakan ilmu yang diberikan pada masa bachelor
tingkat I yang kemudian dikenal sebagai sarjana muda.
Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana
kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi. Fisiologi, dari kata Yunani
physis = ‘alam’ dan logos = ‘cerita’, adalah ilmu yang mempelajari fungsi
mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Fisiologi menggunakan
berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ,
sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan
kimiawinya untuk mendukung kehidupan.
Fisiologi dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan tetapi
prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme
62
yang dipelajari. Misalnya, apa yang dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat
pula diterapkan pada sel manusia. Fisiologi hewan bermula dari metode dan
peralatan yang digunakan dalam pembelajaran fisiologi manusia yang
kemudian meluas pada spesies hewan selain manusia. Fisiologi tumbuhan
banyak menggunakan teknik dari kedua bidang ini. Cakupan subjek dari
fisiologi hewan adalah semua makhluk hidup. Banyaknya subjek menyebabkan
penelitian di bidang fisiologi hewan lebih terkonsentrasi pada pemahaman
bagaimana ciri fisiologis berubah sepanjang sejarah evolusi hewan. Cabang
ilmu lain yang berkembang dari fisiologi adalah biokimia, biofisika,
biomekanika, dan farmakologi.
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul
buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi digunakan secara luas
di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human
engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomi dan human factor) hanya
berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama
menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins
(1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai
referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia
sejak 4000 tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat
manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu
tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau
perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada
awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan
kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun
yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah
melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara
nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara
produk dengan manusia.
Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric
(Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya
63
dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini
memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.
Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan
adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat
meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut
banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.
Definisi Bekerja menurut toole adalah suatu kegiatan untuk
menghasilkan sesuatu barang atau jasa yang bermanfaat dan berguna bagi
orang lain, yang mungkin segera terkesan adalah aspek sosial dari bekerja
dalam pengertian sempit yaitu karya persembahan seseorang kepada orang lain.
Namun jika diteliti lebih dalam tersirat makna lain yaitu bahwa berkarya untuk
orang lain seseorang akan mendapatkan penghargaan atas hasil karyanya itu.
Penghargaan dari orang lain inilah yang antara lain dicari juga oleh seseorang
dan ini bukan saja dalam bentuk materi tetapi juga dalam bentuk pengakuan,
pujian, penghormatan, dan lain-lain (Sritomo, 2008).
Disiplin Teknik Industri sangat luas mulai dari aras mikro (lantai
produksi) sampai dengan aras makro (sistem industri dan lingkungannya). Area
yang bisa ditangani pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik
yang selanjutnya bisa dipakai hakikatnya sebagai landasan utama
pengembangan dan implementasi disiplin Teknik Industri ini, yaitu pertama,
berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika
aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan menekankan pada
prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi seringkali juga
disebut sebagai proses nilai tambah dan aliran material yang berlangsung
dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke
persoalan aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen.
Topik pertama akan banyak dihadapkan pada implementasi pendekatan
ergonomi di lini produksi sebuah industri dan secara historis tercatat telah
memunculkan disiplin baru yang kemudian dikenal sebagai ergonomi Industri.
Aplikasi ergonomi industri the science of people at industrial works terkait
dengan studi yang fokus pada kinerja manusia (physiology dan psychology)
64
untuk memperbaiki sistem kerja yang melibatkan manusia, material,
mesin/peralatan, tata cara kerja (methods), enersi, informasi dan lingkungan
kerja. Dalam hal ini ada tiga area aplikasi ergonomi industri yang sering
dilakukan yaitu (a) employee safety and health concern, (b) cost-or-
productivity related fields, and (c) the comfort of people. Moroney (1995)
melihatnya dari tingkatan mikro, ergonomi industri akan terkait dengan
persoalan-persoalan faktor manusia sebagai individu dalam perancangan
area/stasiun kerja (workplace design) dan ranah kognitif; sedangkan untuk
tingkatan makro, ergonomi industri akan berhadapan dengan berbagai ragam
variasi budaya (cultural variables) yang memerlukan pendekatan-pendekatan
sistemik dan holistik didalam menyelesaikan persoalan industri yang semakin
kompleks.
Ringan 2,5 ≤ 90
Sedang 5 90 – 100
65
Pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa semua individu
memiliki batas atas kapasitas yang relatif sama, sesuatu yang tidak tepat. Untuk
itu, pendekatan lain menyarankan pengguanaan data denyut jantung yang
dibandingkan dengan maksimal heart rate (HRmaks) yang dimiliki seorang
individu. Denyut jantung maksimal dipercaya merupakan fungsi dari usia, dan
dapat dinyatakan sebgai berikut:
Max HR = 220 – umur
Namun sebenarnya prediksi melalui formula ini tidak didasari
dengan latar belakang ilmiah yang kuat, mempunyai erorr hingga 10 bpm, dan
tidak bisa diaplikasikan pada anak-anak.
66
Tabel 2 Klasifikasi %CVL (Cardiovascular Load)
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
4. Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya.
67
Besarnya energi yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan dapat diukur
dengan memperhitungkan denyut jantung dan faktor demografi. Kamalakannan
(2007) menyatakan model persamaan untuk menghitung beban kerja seperti
berikut:
E cost = -1867 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A – 7,4RHR + 67,8G
Dengan,
Ecost = beban kerja (watt)
HR = denyut jantung
HT = tinggi badan (inci)
A = umur (tahun)
RHR = denyut jantung saat beristirahat
G = jenis kelamin (m=0, f=0)
1 watt setara dengan 0,0143kkal/menit
Saat tubuh bekerja lebih keras, sejumlah respon fisiologi akan secara bersama-
sama menigkat, termasuk denyut jantung maupun konsumsi oksigen. Hal ini
dapat dipahami mengingat bahwa kerja yang lebih keras membutuhkan lebih
banyak energi.
Setelah memahami bagaimana beban kerja dapat dievaluasi dari sudut
pandang fisiologi, langkah berikutnya adalah memastikan bahwa suatu
pekerjaan tidak membutuhkan energi yang berlebihan. Hal ini dapat dicapai
melalui perancangan ulang atas sistem kerja yang bersangkutan serta
pengaturan pekerjaan yang lebih bersifat administratif, misalnya jadwal
istriahat kerja, kerja sama pegawai, pengawasan kelelahan selama kerja dan
seleksi pekerja.
Pemberian waktu istirahat (rest allowance) dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan Murrell (1971):
R = w (b-s)
b - 0,3
dengan,
R = lama waktu istirahat (menit), untuk diberikan setelah bekerja
w = lama waktu kerja yang dilakukan secara berturut-turut (menit)
b = rata-rata energi yang dikeluarkan saat kerja (kkal/menit)
68
s = batas energi yang boleh dikeluarkan (kkal/menit) untuk kerja delapan jam
berturut-turut.
Nilai s menunjukkan batas atas pengeluaran energi yang diperbolehkan,
yaitu sebesar 5,33 kkal/menit yang kurang lebih adalah sepertiga dari rata-rata
kapasitas maksimal pekerja pria di Amerika Serikat. Sementara untuk wanita
nilai perlu diganti menjadi 4 kkal/menit. Untuk populasi pekerja Indonesia,
nilai ini adalah 5,4 kkal/menit untuk pria dan 3,6 kkal/menit untuk wanita.
Nilai 0,3 yang berada pada rumus di atas mewakili energi yang dikeluarkan
saat seseorang beristirahat.
Skala Diskripsi
6 Tidak ada usaha sama sekali
7,5 Aman sangat ringan
9 Sangat ringan
11 Ringan
13 Agak berat
15 Berat
17 Sangat berat
19 Aman sangat berat
20 Usaha maksimal
Borg pada 1960 mengenmbangkan suatu skala yang disebut sebagai RPE
(Rating of Perceived Exertion), yang dapat digunakan untuk menilai seberapa
besar usaha yang dikeluarkan oleh seorang dalam melakukan suatu aktivitas
tertentu. Skala ini terdiri atas sejumlah angka (antara 6-20), yang
merepresentasikan besarnya usaha kerja. Angka-angka pada skala ini bila
dikalikan dengan 10, akan mencerminkan denyut jantung per menit. Skala ini
kemudian diperbaiki dengan rentang nilai antara 0-10 (atau lebih) dan diakui
bersifat sebagai skala rasio (Borg, 1990).
69
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.2.Pengolahan Data
Adapun dari data-data diatas maka beberapa pengolahan data yang
dilakukan demi tercapainya poin-poin tujuan dari praktikum pada modul ini
adalah sebagai berikut :
70
Berikut adalah tabel untuk mendeskripsikan nilai-nilai pada variabel x dan y.
Y=𝛼+βx
Y = 97.89 + 0.01533 (x)
Dimana :
Y = Variabel dependen yang diprediksikan
𝛼 = konstanta
β = koefisien regresi X terhadap Y
X = variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui nilai nadi kerja
(Y) bila diketahui jarak yang ditempuh (X).
Y = Arteri
X=
Kerja
No Jarak XY X²
(Pulse
(meter)
mmHg)
1 500 130 65,000 250,000
2 1,000 150 150,000 1,000,000
3 1,500 168 252,000 2,250,000
TOTAL 3,000 448 467,000 3,500,000
𝑛[∑𝑛 𝑛 𝑛
𝑡−1 𝑋𝑖𝑌𝑖 ]–∑𝑡−1 𝑋𝑖 ∑𝑡−1 𝑌𝑖
β = 2
𝑛 ∑𝑛 2 𝑛
𝑡−1 𝑋𝑖 −[∑𝑡−1 𝑋𝑖 ]
β = 0.038
71
∑𝑛 𝑛
𝑥−1 𝑌𝑖−β ∑𝑥−1 𝑋𝑖
𝛼 =
𝑛
448−(0.038) 1,500
𝛼 =
3
𝛼 = 130,333
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 352.7 352.7 0.39 0.551
Residual Error 7 6292.9 899.0
Total 8 6645.6
Dari hasil tersebut, R- Sq (adj) atau R-Square Adjust yang bernilai 0.0 %
berarti, Variabel kinerja dapat dijelaskan sebesar 0% oleh variable lain.
Persamaan yang didapat adalah kinerja = 97.89 + 0.01533 Jarak berarti
kenaikan 1 jarak memberikan pengaruh positif terhadap Nilai sebesar
0.01533. dan setiap kenaikan 10 jarak memberikan dampak positif terhadap
Nilai sebesar 0,1533.
72
Penentuan Cardioviscular load (%CVL) untuk masing masing jarak tempuh
Denyut nadi maksimum = 220 – Umur
= 220 – 20 = 200
3.3.Analisis Data
Dari hasil perhitungan-perhitungan diatas, sampai pada ditemukannya nilai
%Cardioviscular Load serta didapatkannya persamaan linear yang merupakan
bagian dari analisis regresi tersebut maka berikut beberapa interpretasi dari hasil-
hasil perhitungan data:
73
- Sedangkan dari analisis regresi didapatkan model matematis yang
merupakan persamaan linear dan menyatakan seberapa lineraitas
hubungan antara variabel x dan variabel y dimana variabel x adalah jarak
tempuh dan y adalah nadi kerja. Dan dari persamaan regresi linear
tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut : Y = 97.89 + 0.01533 (x)
3.3.2. Cardioviscular Load
Setelah melakukan perhitungan di analisa beban kerja kami mendapatkan
hasil sebagai berikut :
Jarak 500 meter adalah 30 %
Jarak 1000 meter adalah 50 %
Jarak 1500 meter adalah 68 %
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut, kemudian di bandingkan dengan
klassifikasi sebagai berikut :
74
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari hasil
praktikum analisis beban kerja fisik dengan metode fisiologi adalah dari hasil
diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai % cardiovascular load tiap
penambahan jarak tempuh hal tersebut menunjukkan bahwa beban kerja akan
berpengaruh pada meningkatnya kondisi fisik ketika kerja yang direpresentasikan
dari nilai beban denyut nadi kerja.
Sedangkan dari analisis regresi didapatkan bahwa beban kerja yang
direpresentasikan sebagai denyut nadi kerja dipengaruhi dan ditentukan oleh jarak
tempuh, yang mana hal tersebut sudah dengan jelas dijelaskan sampai pada aspek
kuantitatif peningkatan jarak tempuh yang berpengaruh pada meningkatnya
denyut nadi kerja, hal ini menjadikan suatu kesimpulan bahwa memang benar
adanya beban kerja fisik seseorang dengan menambahnya pekerjaan dan
intensitasnya maka akan bertambah pula beban kerja fisiknya.
4.2 Saran
Dari Perhitungan analisis diatas, maka dapat kita kembangkan lagi dengan
analisis lainnya , sehingga data yang digunakan bisa dikembangkan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengolahan data.
75
LAMPIRAN
76