Anda di halaman 1dari 20

ABSTRAK

Dalam kegiatan manusia selalu ditemui dengan berbagai kegiatan


termasuk bekerja atau pun bergerak yang memerlukan tenaga dimana tenaga itu
sendiri diperoleh karena adanya proses metabolisme dalam otot, kerja manusia itu
ada yang bersifat mental maupun fisik dan masing – masing mempunyai tingkat
yang berbeda.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur denyut nadi pada lengan seorang
operator ketika sebelum bekerja, saat bekerja dan setelah bekerja. Berdasarkan
hasil dari kelompok kami berikut angka yang telah kami hitung dengan denyut
nadi 112 mmHg dapat menempuh jarak 500 m, dan dengan denyut nadi 110
mmHg dapat menempuh jarak 1000 m. Data yang ada kami analisis dengan
regresi linier dan dihitung prosentase Cardiovascular Load.

Kata Kunci: Metabolisme, Cardiovasculair Load, Metode Fisiologi, Regresi


Linier.

57
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Setiap manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatan apakah itu bekerja
atau pun bergerak yang memerlukan tenaga dimana tenaga itu sendiri diperoleh
karena adanya proses metabolisme dalam otot, berupa kumpulan dari proses kimia
yang mengubah bahan makanan menjadi kerja mekanis dan panas. Tubuh manusia
dianggap suatu sistem, dimana untuk melaksanakan kegiatannya dibatasi oleh
serangkaian hukum-hukum alam. Kemampuan manusia untuk melaksanakan
bermacam kegiatannya tergantung pada struktur fisik dari tubuhnya yang terdiri
dari struktur tulang, otot – otot rangka, sistem syaraf dan proses metabolisme.
Sebagaimana diketahui, kerja manusia itu ada yang bersifat mental maupun fisik
dan masing-masing mempunyai tingkat yang berbeda. Tingkat intensitas yang
tinggi mengakibatkan pemakaian tenaga yang tinggi pula, sebaliknya intensitas
yang terlalu rendah akan mengakibatkan kejenuhan. Perlu adanya pengukuran
terhadap beban fisik kerja untuk mencapai tingkat yang optimum. Pengukuran
beban fisik kerja yang menggunakan pengukuran beban fisik kerja dengan
metode, pengukuran beban fisik kerja berdasarkan denyut jantung dari obyek yang
berjalan menaiki tangga 4 lantai.

1.2. Tujuan Praktikum


 Tujuan Umum
- Memahami bahwa perbedaan beban kerja / cara kerja dapat berpengaruh
terhadap aspek fisiologi manusia.
- Mampu melakukan pengukuran kerja dengan metode fisiologi.
- Menentukan besar beban kerja, berdasarkan kriteria fisiologi.
- Merancang sistem kerja dengan memanfaatkan hasil pengeluaran kerja
dengan metode fisiologi.

58
 Tujuan Khusus
- Mampu menggunakan pulsa meter sebagai alat ukur kerja dengan metode
fisiologi.
- Mampu membuat grafik yang menghubungkan antara intensitas beban
kerja (lari pada kecepatan tertentu untuk menempuh jarak tertentu)
dengan heart rate.
- Mampu mebuat persamaan antara heart rate dengan laju kecepatan dan
jarak.
- Mampu menghitung besar energy expenditure pada suatu pekerjaan
tertentu berdasarkan intensitas heart rate.
- Mampu menghutung dengan %CVL dan linier regresi.

1.3. Obyek Pengamatan


- Nama : Fandi A. M.
- Jenis Kelamin : Laki-laki
- Umur : 22 Tahun
Dari pengamatan yang telah kita lakukan dengan seorang operator yang
menggunakan heart rate, sedangkan seseorang bertugas sebagai pengamat dan
pencatat data. Sebelum menaiki tangga pengamat dan pencatat data terlebih
dahulu mencatat data denyut nadi operator untuk mengetahui denyut nadi awal
sebelum menaiki tangga. Baru setelah itu operator mulai menaiki tangga tersebut.
Dalam melakukan pencatatan denyut nadi tersebut secara periodik pada setiap
lantai. Data tersebut digunakan untuk perhitungan denyut nadi kerja, dan pada
jarak-jarak tempuh tersebut operator diberikan waktu istirahat dan diukur denyut
nadi ketika istirahat.

59
1.4. Rumusan Masalah
- Berapakah nilai cardiovascular load pada operator ?
- Apakah pekerjaan tersebut layak dilakukan jika dilihat dari klasifikasi %
CVL?
- Bagaimanakah cara melakukan pengukuran kerja dengan menggunakan
metode fisiologi?
- Bagaimanakah cara menghitung besar energy expenditure pada suatu
pekerjaan tertentu berdasarkan intensitas hearth rate?

1.5. Flow Chart

Gambar 1.1 Diagram Alir Metodologi

60
BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Kajian Pustaka


Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara
lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar
tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk
“fitting the Job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan,
sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik
bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang
maksimal selain meningkatkan produktivitas”.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan
teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,
akan terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya
potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan
adanya antisipasi berbagai risiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit
akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan
akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini
harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja,
proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomi.

61
Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata pada sekor
kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebar luaskan sebagai unsur
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini
kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada
pihak yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat
perintisan. Fungsi pembinaan ergonomi secara teknis merupakan tugas
pemerintah. Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi
pembinaan ini melalui pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.
Namun begitu, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomic dan penerapannya.
Fisiologi eksperimental diawali pada abad ke-17, ketika ahli anatomi
William Harvey menjelaskan adanya sirkulasi darah. Herman Boerhaave sering
disebut sebagai bapak fisiologi karena karyanya berupa buku teks berjudul
Institutiones Medicae (1708) dan cara mengajarnya yang cemerlang di Leiden.
William Harvey (1 April 1578 – 3 Juni 1657) ialah dokter yang
mendeskripsikan sistem peredaran darah yang dipompakan sekeliling tubuh
manusia oleh jantung, ini mengembangkan gagasan René Descartes yang
dalam deskripsi tubuh manusianya bahwa arteri dan vena ialah pipa dan
membawa makanan ke sekeliling tubuh. Ilmu Fisiologi telah diajarkan sejak
tahun 1953, dan dikenal sebagai Ilmu Faal. Pada kurun waktu tahun 1953 –
1968 ilmu fisiologi merupakan ilmu yang diberikan pada masa bachelor
tingkat I yang kemudian dikenal sebagai sarjana muda.
Fisiologi adalah turunan biologi yang mempelajari bagaimana
kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi. Fisiologi, dari kata Yunani
physis = ‘alam’ dan logos = ‘cerita’, adalah ilmu yang mempelajari fungsi
mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Fisiologi menggunakan
berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ,
sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan
kimiawinya untuk mendukung kehidupan.
Fisiologi dibagi menjadi fisiologi tumbuhan dan fisiologi hewan tetapi
prinsip dari fisiologi bersifat universal, tidak bergantung pada jenis organisme

62
yang dipelajari. Misalnya, apa yang dipelajari pada fisiologi sel khamir dapat
pula diterapkan pada sel manusia. Fisiologi hewan bermula dari metode dan
peralatan yang digunakan dalam pembelajaran fisiologi manusia yang
kemudian meluas pada spesies hewan selain manusia. Fisiologi tumbuhan
banyak menggunakan teknik dari kedua bidang ini. Cakupan subjek dari
fisiologi hewan adalah semua makhluk hidup. Banyaknya subjek menyebabkan
penelitian di bidang fisiologi hewan lebih terkonsentrasi pada pemahaman
bagaimana ciri fisiologis berubah sepanjang sejarah evolusi hewan. Cabang
ilmu lain yang berkembang dari fisiologi adalah biokimia, biofisika,
biomekanika, dan farmakologi.
Ergonomi dipopulerkan pertama kali pada tahun 1949 sebagai judul
buku yang dikarang oleh Prof. Murrel. Istilah ergonomi digunakan secara luas
di Eropa. Di Amerika Serikat dikenal istilah human factor atau human
engineering. Kedua istilah tersebut (ergonomi dan human factor) hanya
berbeda pada penekanannya. Intinya kedua kata tersebut sama-sama
menekankan pada performansi dan perilaku manusia. Menurut Hawkins
(1987), untuk mencapai tujuan praktisnya, keduanya dapat digunakan sebagai
referensi untuk teknologi yang sama.
Ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya manusia
sejak 4000 tahun yang lalu. Perkembangan ilmu ergonomi dimulai saat
manusia merancang benda-benda sederhana, seperti batu untuk membantu
tangan dalam melakukan pekerjaannya, sampai dilakukannya perbaikan atau
perubahan pada alat bantu tersebut untuk memudahkan penggunanya. Pada
awalnya perkembangan tersebut masih tidak teratur dan tidak terarah, bahkan
kadang-kadang terjadi secara kebetulan.
Perkembangan ergonomi modern dimulai kurang lebih seratus tahun
yang lalu pada saat Taylor (1880-an) dan Gilberth (1890-an) secara terpisah
melakukan studi tentang waktu dan gerakan. Penggunaan ergonomi secara
nyata dimulai pada Perang Dunia I untuk mengoptimasikan interaksi antara
produk dengan manusia.
Pada tahun 1924 sampai 1930 Hawthorne Works of Wertern Electric
(Amerika) melakukan suatu percobaan tentang ergonomi yang selanjutnya

63
dikenal dengan “Hawthorne Effects” (Efek Hawthorne). Hasil percobaan ini
memberikan konsep baru tentang motivasi di tempat kerja dan menunjukan
hubungan fisik dan langsung antara manusia dan mesin.
Kemajuan ergonomi semakin terasa setelah Perang Dunia II dengan
adanya bukti nyata bahwa penggunaan peralatan yang sesuai dapat
meningkatkan kemauan manusia untuk bekerja lebih efektif. Hal tersebut
banyak dilakukan pada perusahaan-perusahaan senjata perang.
Definisi Bekerja menurut toole adalah suatu kegiatan untuk
menghasilkan sesuatu barang atau jasa yang bermanfaat dan berguna bagi
orang lain, yang mungkin segera terkesan adalah aspek sosial dari bekerja
dalam pengertian sempit yaitu karya persembahan seseorang kepada orang lain.
Namun jika diteliti lebih dalam tersirat makna lain yaitu bahwa berkarya untuk
orang lain seseorang akan mendapatkan penghargaan atas hasil karyanya itu.
Penghargaan dari orang lain inilah yang antara lain dicari juga oleh seseorang
dan ini bukan saja dalam bentuk materi tetapi juga dalam bentuk pengakuan,
pujian, penghormatan, dan lain-lain (Sritomo, 2008).
Disiplin Teknik Industri sangat luas mulai dari aras mikro (lantai
produksi) sampai dengan aras makro (sistem industri dan lingkungannya). Area
yang bisa ditangani pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik
yang selanjutnya bisa dipakai hakikatnya sebagai landasan utama
pengembangan dan implementasi disiplin Teknik Industri ini, yaitu pertama,
berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika
aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan menekankan pada
prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi seringkali juga
disebut sebagai proses nilai tambah dan aliran material yang berlangsung
dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke
persoalan aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen.
Topik pertama akan banyak dihadapkan pada implementasi pendekatan
ergonomi di lini produksi sebuah industri dan secara historis tercatat telah
memunculkan disiplin baru yang kemudian dikenal sebagai ergonomi Industri.
Aplikasi ergonomi industri the science of people at industrial works terkait
dengan studi yang fokus pada kinerja manusia (physiology dan psychology)

64
untuk memperbaiki sistem kerja yang melibatkan manusia, material,
mesin/peralatan, tata cara kerja (methods), enersi, informasi dan lingkungan
kerja. Dalam hal ini ada tiga area aplikasi ergonomi industri yang sering
dilakukan yaitu (a) employee safety and health concern, (b) cost-or-
productivity related fields, and (c) the comfort of people. Moroney (1995)
melihatnya dari tingkatan mikro, ergonomi industri akan terkait dengan
persoalan-persoalan faktor manusia sebagai individu dalam perancangan
area/stasiun kerja (workplace design) dan ranah kognitif; sedangkan untuk
tingkatan makro, ergonomi industri akan berhadapan dengan berbagai ragam
variasi budaya (cultural variables) yang memerlukan pendekatan-pendekatan
sistemik dan holistik didalam menyelesaikan persoalan industri yang semakin
kompleks.

2.2 Analisi Beban Kerja Secara Fisiologis


Berbagai metode pengukuran kerja terdiri dari beberapa jenis sepeti
pengukuran VO2 Max, pengukuran denyut jantung dan pengukuran kosumsi
energi. Adapun metode pengukuran yang digunakan pada penelitian kali ini
adalah mengukur detak jantung. Pendekatan ini dilakukan mengingat bahwa
semakin berat kerja fisik seseorang, semakin berat pula kerja jantung, yang
diindikasikan oleh kenaikan denyut jantung.

Tabel 1 Evaluasi Beban Kerja Fisiologis, Kroemer et al. 2001

Total Energi Ekspenditur Denyut jantung/menit


Klasifikasi Pekerjaan
(kkal/menit)

Ringan 2,5 ≤ 90

Sedang 5 90 – 100

Berat 7,5 100 – 120

Sangat berat 10 120 – 140

Ekstrem berat 12,5 140 – 160

65
Pendekatan ini didasarkan pada anggapan bahwa semua individu
memiliki batas atas kapasitas yang relatif sama, sesuatu yang tidak tepat. Untuk
itu, pendekatan lain menyarankan pengguanaan data denyut jantung yang
dibandingkan dengan maksimal heart rate (HRmaks) yang dimiliki seorang
individu. Denyut jantung maksimal dipercaya merupakan fungsi dari usia, dan
dapat dinyatakan sebgai berikut:
Max HR = 220 – umur
Namun sebenarnya prediksi melalui formula ini tidak didasari
dengan latar belakang ilmiah yang kuat, mempunyai erorr hingga 10 bpm, dan
tidak bisa diaplikasikan pada anak-anak.

Setelah HRmaks kita ketahui, beban fisiologis dapat dihitung dengan


menggunakan indikator heart rate ranger (HRR) dengan formula sebagai
berikut:

HRR (%) = 100 (HRkerja – HRrest)


HRmaks – HRrest
Dengan,
HRR = heart rate range
HRkerja = denyut jantung diukur saat bekerja
HRrest = denyut jantung diukur saat istirahat (diukur setelah istirahat pada
posisi berbaring selama 20 menit)
HRmaks = denyut jantung maksimal
Untuk pekerja yang melakukan aktivitasnya selama 8 jam berturut-
turut, nilai HRR rata-rata yang disarankan ialah tidak melebihi 33% (Chengalur
et al., 2004).

66
Tabel 2 Klasifikasi %CVL (Cardiovascular Load)

Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja.


Penerapan ergonomi antara lain dapat dilakukan pada posisi kerja, proses
kerja, tata letak tempat kerja, dan cara mengangkat beban:

1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

3. Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yaitu, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dan sebagainya.

67
Besarnya energi yang dikeluarkan untuk suatu pekerjaan dapat diukur
dengan memperhitungkan denyut jantung dan faktor demografi. Kamalakannan
(2007) menyatakan model persamaan untuk menghitung beban kerja seperti
berikut:
E cost = -1867 + 8,58HR + 25,1HT + 4,5A – 7,4RHR + 67,8G
Dengan,
Ecost = beban kerja (watt)
HR = denyut jantung
HT = tinggi badan (inci)
A = umur (tahun)
RHR = denyut jantung saat beristirahat
G = jenis kelamin (m=0, f=0)
1 watt setara dengan 0,0143kkal/menit
Saat tubuh bekerja lebih keras, sejumlah respon fisiologi akan secara bersama-
sama menigkat, termasuk denyut jantung maupun konsumsi oksigen. Hal ini
dapat dipahami mengingat bahwa kerja yang lebih keras membutuhkan lebih
banyak energi.
Setelah memahami bagaimana beban kerja dapat dievaluasi dari sudut
pandang fisiologi, langkah berikutnya adalah memastikan bahwa suatu
pekerjaan tidak membutuhkan energi yang berlebihan. Hal ini dapat dicapai
melalui perancangan ulang atas sistem kerja yang bersangkutan serta
pengaturan pekerjaan yang lebih bersifat administratif, misalnya jadwal
istriahat kerja, kerja sama pegawai, pengawasan kelelahan selama kerja dan
seleksi pekerja.
Pemberian waktu istirahat (rest allowance) dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan Murrell (1971):

R = w (b-s)
b - 0,3
dengan,
R = lama waktu istirahat (menit), untuk diberikan setelah bekerja
w = lama waktu kerja yang dilakukan secara berturut-turut (menit)
b = rata-rata energi yang dikeluarkan saat kerja (kkal/menit)

68
s = batas energi yang boleh dikeluarkan (kkal/menit) untuk kerja delapan jam
berturut-turut.
Nilai s menunjukkan batas atas pengeluaran energi yang diperbolehkan,
yaitu sebesar 5,33 kkal/menit yang kurang lebih adalah sepertiga dari rata-rata
kapasitas maksimal pekerja pria di Amerika Serikat. Sementara untuk wanita
nilai perlu diganti menjadi 4 kkal/menit. Untuk populasi pekerja Indonesia,
nilai ini adalah 5,4 kkal/menit untuk pria dan 3,6 kkal/menit untuk wanita.
Nilai 0,3 yang berada pada rumus di atas mewakili energi yang dikeluarkan
saat seseorang beristirahat.

2.3 Analisis Beban Kerja Secara Psikologis


Penilaian atas beban kerja dapat puka dilakukan dengan memanfaatkan
presepsi seorang atas beban yang dirasakan oleh tubuh pada saat melakukan
pekerjaan. Dengan psychophsics, dapat dikembangkan suatu model matematis
yang memperlihatkan hubungan suatu stimulus fisik (intensitas kerja) dengan
sensasi psikologis yang dirasakan oleh seorang individu.
Table 3 Skala RPE (Kroemer, 2001, p:111)

Skala Diskripsi
6 Tidak ada usaha sama sekali
7,5 Aman sangat ringan
9 Sangat ringan
11 Ringan
13 Agak berat
15 Berat
17 Sangat berat
19 Aman sangat berat
20 Usaha maksimal

Borg pada 1960 mengenmbangkan suatu skala yang disebut sebagai RPE
(Rating of Perceived Exertion), yang dapat digunakan untuk menilai seberapa
besar usaha yang dikeluarkan oleh seorang dalam melakukan suatu aktivitas
tertentu. Skala ini terdiri atas sejumlah angka (antara 6-20), yang
merepresentasikan besarnya usaha kerja. Angka-angka pada skala ini bila
dikalikan dengan 10, akan mencerminkan denyut jantung per menit. Skala ini
kemudian diperbaiki dengan rentang nilai antara 0-10 (atau lebih) dan diakui
bersifat sebagai skala rasio (Borg, 1990).

69
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1. Pengumpulan Data


Berikut adalah data yang kami himpun dan kami ambil untuk kepentingan
pengolahan data yang kemudian dari pengolahan tersebut dilakukan analisis dan
interpretasi data pada tahap selanjutnya.Berikut ini data dari hasil pengamatan :
Tabel 3 .1 Data Pekerja

Jarak Sebelum Saat Bekerja Setelah Bekerja


Bekerja
500 90 130 96
1000 93 150 98
1500 95 168 99

3.2.Pengolahan Data
Adapun dari data-data diatas maka beberapa pengolahan data yang
dilakukan demi tercapainya poin-poin tujuan dari praktikum pada modul ini
adalah sebagai berikut :

3.2.1. Analisis Regresi Linier


Analisis regresi yang masuk ruang lungkup dalam penelitian ini ialah
menganalisis hubungan linear antara jarak yang ditempuh sebgaia variabel bebas
(independen variable) atau yang lebih sering disebut sebagai x yang menjadi
variable dependen (terikat) yang biasanya disimbolkan dengan y ialah nadi kerja
yang mana nadi kerja dihitung sebaagai selisih antara denyut istirahat dan denyut
nadi pada saat ketika bekerja.

70
Berikut adalah tabel untuk mendeskripsikan nilai-nilai pada variabel x dan y.
Y=𝛼+βx
Y = 97.89 + 0.01533 (x)
Dimana :
Y = Variabel dependen yang diprediksikan
𝛼 = konstanta
β = koefisien regresi X terhadap Y
X = variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Analisis regresi linier digunakan untuk mengetahui nilai nadi kerja
(Y) bila diketahui jarak yang ditempuh (X).

Tabel 3 .2 Analisis Linier

Y = Arteri
X=
Kerja
No Jarak XY X²
(Pulse
(meter)
mmHg)
1 500 130 65,000 250,000
2 1,000 150 150,000 1,000,000
3 1,500 168 252,000 2,250,000
TOTAL 3,000 448 467,000 3,500,000

𝑛[∑𝑛 𝑛 𝑛
𝑡−1 𝑋𝑖𝑌𝑖 ]–∑𝑡−1 𝑋𝑖 ∑𝑡−1 𝑌𝑖
β = 2
𝑛 ∑𝑛 2 𝑛
𝑡−1 𝑋𝑖 −[∑𝑡−1 𝑋𝑖 ]

3(467.000)− 3000 𝑥 448


β =
3 𝑥 3,500,000−30002
1,401,000−1,344,000
β =
10,500,000−9,000,000
57,000
β =
1,500,000

β = 0.038

71
∑𝑛 𝑛
𝑥−1 𝑌𝑖−β ∑𝑥−1 𝑋𝑖
𝛼 =
𝑛
448−(0.038) 1,500
𝛼 =
3

𝛼 = 130,333

3.2.2. Analisis Regresi Linier Minitab

Regression Analysis: Nilai versus Jarak

The regression equation is


Nilai = 97.9 + 0.0153 Jarak

Predictor Coef SE Coef T P


Constant 97.89 26.44 3.70 0.008
Jarak 0.01533 0.02448 0.63 0.551

S = 29.9831 R-Sq = 5.3% R-Sq(adj) = 0.0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P
Regression 1 352.7 352.7 0.39 0.551
Residual Error 7 6292.9 899.0
Total 8 6645.6

Dari hasil tersebut, R- Sq (adj) atau R-Square Adjust yang bernilai 0.0 %
berarti, Variabel kinerja dapat dijelaskan sebesar 0% oleh variable lain.
Persamaan yang didapat adalah kinerja = 97.89 + 0.01533 Jarak berarti
kenaikan 1 jarak memberikan pengaruh positif terhadap Nilai sebesar
0.01533. dan setiap kenaikan 10 jarak memberikan dampak positif terhadap
Nilai sebesar 0,1533.

3.2.3. Cardiovasculair Load


Disini kita akan menghitung besarnya perhitungan prosentase
Cardiosvascular load. Klasifikasi % CVL sebagai rekomendasi untuk
perbaikan sistem kerja ( Menghitung % untuk operator saat menempuh jarak
500 m, 1000 m, dan 1500 m.

72
 Penentuan Cardioviscular load (%CVL) untuk masing masing jarak tempuh
Denyut nadi maksimum = 220 – Umur
= 220 – 20 = 200

% CVL (pada jarak 500 m)


= 100 % x (denyut nadi kerja – denyut nadi istirahat)
(denyut nadi maksimum – denyut nadi istirahat)
= 100 % x (130 - 100) = 30%
(200 - 100)
%CVL (pada jarak 1000 m)
= 100 % x (denyut nadi kerja – denyut nadi istirahat)
(denyut nadi maksimum – denyut nadi istirahat)
= 100 % x (150 - 100) = 50%
(200 - 100)
%CVL (pada jarak 1500 m)
= 100 % x (denyut nadi kerja – denyut nadi istirahat)
(denyut nadi maksimum – denyut nadi istirahat)
= 100 % x (168 - 100) = 68%
(200 - 100)

3.3.Analisis Data
Dari hasil perhitungan-perhitungan diatas, sampai pada ditemukannya nilai
%Cardioviscular Load serta didapatkannya persamaan linear yang merupakan
bagian dari analisis regresi tersebut maka berikut beberapa interpretasi dari hasil-
hasil perhitungan data:

3.3.1. Rumus Persamaan Regresi Liniear


- Dari perhitungan diatas didapatkan nilai % cardioviscular load pada jarak
500 m sebesar 0,30%, untuk jarak 1000 m nilai 0,50%, dan untuk jarak 1500
m nilai 0,68%, Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa peningkatan jarak
tempuh juga diikuti oleh peningkatan prosentase cardioviscular load, hal ini
dapat dijelaskan bahwa penambahan jarak tempuh menyebabkan beban
kerja yang dinyatakan dalam beban denyut nadi semakin bertambah.

73
- Sedangkan dari analisis regresi didapatkan model matematis yang
merupakan persamaan linear dan menyatakan seberapa lineraitas
hubungan antara variabel x dan variabel y dimana variabel x adalah jarak
tempuh dan y adalah nadi kerja. Dan dari persamaan regresi linear
tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut : Y = 97.89 + 0.01533 (x)
3.3.2. Cardioviscular Load
Setelah melakukan perhitungan di analisa beban kerja kami mendapatkan
hasil sebagai berikut :
 Jarak 500 meter adalah 30 %
 Jarak 1000 meter adalah 50 %
 Jarak 1500 meter adalah 68 %
Dari hasil perhitungan % CVL tersebut, kemudian di bandingkan dengan
klassifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tabel Klasifikasi % CVL

74
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Adapun beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dari hasil
praktikum analisis beban kerja fisik dengan metode fisiologi adalah dari hasil
diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai % cardiovascular load tiap
penambahan jarak tempuh hal tersebut menunjukkan bahwa beban kerja akan
berpengaruh pada meningkatnya kondisi fisik ketika kerja yang direpresentasikan
dari nilai beban denyut nadi kerja.
Sedangkan dari analisis regresi didapatkan bahwa beban kerja yang
direpresentasikan sebagai denyut nadi kerja dipengaruhi dan ditentukan oleh jarak
tempuh, yang mana hal tersebut sudah dengan jelas dijelaskan sampai pada aspek
kuantitatif peningkatan jarak tempuh yang berpengaruh pada meningkatnya
denyut nadi kerja, hal ini menjadikan suatu kesimpulan bahwa memang benar
adanya beban kerja fisik seseorang dengan menambahnya pekerjaan dan
intensitasnya maka akan bertambah pula beban kerja fisiknya.

4.2 Saran
Dari Perhitungan analisis diatas, maka dapat kita kembangkan lagi dengan
analisis lainnya , sehingga data yang digunakan bisa dikembangkan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengolahan data.

75
LAMPIRAN

76

Anda mungkin juga menyukai