Anda di halaman 1dari 40

Fisiologi Kerja

Dita Angelita (1132003028)


Mayang Nikobana (1132003039)
Vito Farisan (1132003042)
Definisi
Fisiologi kerja merupakan keilmuan yang
meliputi mekanisme tersedianya energy
untuk bekerja,fungsi-fungsi yang terkait
yaitu :
Sistem pernapasan
Sistem kardiovaskular
Proses metabolisme
Kemampuan Fisik dan beban kerja
Terlepas dari pesatnya kemajuan teknologi yang
banyak membantu manusia menyelesaikan
pekerjaannya,namun masih ada beberapa aktivitas
fisik yang dapat diamati,seperti sector
industry,pertanian, konstruksi,dll

Beban kerja
Dapat terjadi saat beban fisik suatu pekerjaan
telah melampaui kapasitas fisiologis yang dimiliki
pekerja
Beban kerja yang tidak pas dapat berakibat buruk
pada kualitas dan performasi kerja
Mekanisme tersedianya energy
untuk kerja
Agar otot dapat berkontraksi, maka
diperlukan adanya energy untuk itu
Untuk memahami mekanisme terjadinya
proses-proses itu,perlu diketahui fungsi-
fungsi yang terkait dengan produksi energy
di dalam tubuh,yaitu :
1. Sistem Pernapasan
2. Sistem kardiovaskular
1.Sistem pernapasan
Fungsi :
Menyediakan oksigen bagi tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida,
air,serta panas yang dibawa oleh darah

Cara kerja :
Proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida berlangsung secara
difusi. Oksigen akan menuju semua sel dalam semua jaringan melalui alat-
alat pernafasan. Di dalam sel-sel tersebut gas oksigen menuju mitokondria
untuk melakukan respirasi seluler. Respirasi seluler adalah proses
pemecahan glukosa untuk menghasilkan energi melalui proses glikolisis,
siklus krebs dan transport elektron. Reaksi pemecahan glukosa
membutuhkan glukosa dan oksigen sehingga mampu menghasilkan energi,
air, dan gas karbondioksida.
Kapasitas Paru-Paru
2.Sistem Kardiovaskular
Fungsi :
Sebagai pembawa oksigen dari paru-paru serta berbagai zat gizi
(dari makanan yang telah dicerna) untuk diedarkan ke seluruh
sel tubuh.

Cara kerja :
Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu
ginjal, otot, otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari
ventrikel kiri tersebar sehingga masing-masing bagian tubuh
menerima darah segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir
dari jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah
dan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam
prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2 sebagai
produk buangan atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam
darah. Darah yang sekarang kekurangan O2 dan mengandung
CO2 berlebih akan kembali ke sisi kanan jantung.
Proses Metabolisme
Definisi :
Sebagai proses kimia dalam tubuh yang bertujuan
khususnya dalam menghasilkan energy. Aktivitas
kerja,baik fisik maupun non-fisik, hanya dapat
dilakukan apabila energy tersedia dalam jumlah
memadai.Energi diperoleh dari zat-zat gizi yang
masuk dalam bentuk makanan atau minuman.
Kebutuhan oksigen pada saat kerja maupun
sesudah kerja
D. Kapasitas Kerja Fisik
Dengan menggunakan pendekatan fisiologi
kerja, kapasitas kerja fisik diartikan sebagai :

Kemampuan maksimal tubuh dalam menghasilkan energi


dan merupakan fungsi dari ketersedian zat zat gizi
serta kemampuan tubuh dalam memperoleh oksigen

Besarnya energi yang dibutuhkan pada saat


kerja merupakan jumlah dari energi basal, energi
yang diperlukan sekedar untuk hidup, dan energi
yang dibutuhkan ketika tengah melakukan
pekerjaan.
Peran ergonomi adalah untuk
memastikan bahwa energi yang dibutuhkan
saat seseorang bekerja berada dalam
kapasitas fisiologis individu tersebut.
Kapasitas Aerobik Evaluasi Beban
Maksimal Kerja

Konsumsi Oksigen

Denyut Jantung Penilaian Subjektif


Kapasitas Aerobik Maksimal
Kapasitas aerobik dikenal juga sebagai
daya aerobik maksimal. Kapasitas aerobik
maksimal dapat ditentukan dengan cara
mengukur volume oksigen maksimal (VO2
maks) yang dapat dihirup oleh seseorang
per satuan waktu.
Kapasitas aerobik maksimal dapat ditentukan
dengan 2 metode, yaitu :

Metode maximal test

Pada metode ini, responden diminta untuk


mengarahkan seluruh kemampuannya untuk
mencapai kapasitas aerobik maksimum, seperti
pengukuran VO2 maks dengan treadmill. Metode
ini akan menghasilkan gejala kelelahan dan tanda-
tanda bahwa usaha pusat kardio-respirasi telah
mencapai batasnya. Misalnya terjadi mual, sesak
napas yang parah, bahkan sampai pingsan.
Metode submaximal test

Pada metode submaximal, esponden tidak


dipaksakan untuk mencapai kondisi
maksimumnya sehinnga dampak kelelahan
dan bahayanya lebih rendah, namun
keakuratannya pun lebih rendah.
Faktor faktor yang mempengaruhi
nilai VO2
Demografi Training

Usia Nutrisi

Jenis kelamin Penggunaan rokok

Bobot badan Faktor-faktor lain


Evaluasi Beban Kerja

Untuk pekerjaan dengan aktivitas fisik yang


cenderung tidak statis, evaluasi beban kerja dapat
dilakukan dengan menghitung besarnya energi yang
dibutuhkan saat bekerja, kemudian dievaluasi dengan
mengacu pada sejumlah panduan yang ada.
Pada prinsipnya, evaluasi ergonomi dilakukan
untuk memastikan bahwa beban kerja tidak melebihi
batas kemampuan yang dimilki oleh seorang pekerja.
Kelelahan akan terjadi jika beban kerja sebesar 30-
40% dari kapasitas kerja.
Konsumsi Oksigen
Pengukuran energi yang dibutuhkan
saat seseorang bekerja umumnya
dilakukan secara tidak langsung melalui
pengukuran jumlah oksigen yang
dikonsumsi per satuan waktu (liter/menit),
dengan asumsi bahwa rata-rata sekitar 4,8
5 kkal energi dapat dihasilkan dari setiap
liter oksigen yang digunakan dalam proses
metabolisme zat gizi (Kroemer et el.,
2001)
Kebutuhan energi untuk setiap
klasifikasi pekerjaan
Yuliani (2010) melakukan penelitian , dia melakukan
pengukuran konsumsi oksigen untuk mengembangkan suatu model
persamaan prediksi konsumsi oksigen (VO2), yaitu :

VO2 = 1.168 + 0.20HR 0.035A + 0.019W (liter/menit),


untuk pria
VO2 = -1.991 + 0.013 + 0.024W (liter/menit), untuk wanita

Dengan,
VO2 = konsumsi oksigen (liter/menit)
HR = denyut jantung (denyut/menit)
A = usia (tahun)
W = bobot badan (kg)
Contoh
A = 30 tahun
W = 65 kg
HR = 140 denyut/menit
VO2 = ?
VO2 = 1.168 + 0.20HR 0.035A + 0.019W
=1.168 + 0.020(140 denyut/menit)
0.035(30 tahun ) + 0.019(65 kg)
= 1.82 liter/menit
Denyut Jantung

Evaluasi beban fisiologis yang dialami


oleh seorang pekerja dapat pula dilakukan
dengan mengukur denyut jantung.
Pendekatan ini dilakukan karena semakin
berat kerja fisik seseorang, semakin berat
pula kerja jantung, yang diindikasikan oleh
kenaikan denyut jantung.
Untuk pekerja industri, Brouha (1960)
menyarankan agar denyut jantung tidak
melebihi 110 155 bpm.
Penelitian Brouha dilakukan dengan
mengukur temperatur badan dan denyut
nadiselama masa pemulihan (istirahat)
setelah siklus kerja ataupun waktu
waktu tertentu selama bekerja dengan
tujuan untuk melihat apakah pemulihan
cukup atau apakah beban kerja berlebihan.
o HR1 : denyut nadi dihitung dari detik ke-30 sampai 1 menit
o HR2 : denyut nadi dihitung dari menit ke 1.5 sampai menit ke-2
o HR3 : denyut nadi dihitung dari menit ke 2.5 sampai menit ke-3

Jika HR1 HR3 10 dan jika HR1, HR2, HR3 90, maka pemuliahn
setelah kerja terjadi secara normal
Jika rata rata HR selama pengukuran 110, dan HR1 HR3 10, maka
beban kerja tidak berlebihan
Jika HR1 HR3 < 10 dan jika HR3 > 90, maka pemuliahn masih kurang.
Evaluasi beban kerja fisiologis
menggunakan data denyut jantung

Klasifikasi pekerjaan Denyut jantung/menit


Ringan 90
Agak ringan 100
Berat 120
Sangat berat 140
Amat sangat berat 160
Penggunaan data denyut jantung
dibandingkan dengan maksimal heart rate
(HRrate).

Max HR = 220 umur


= 260 (0.62 x umur), atau
= 190 0.62 x (umur 25)
Indikator heart rate range (HRR)
HRR(%) = 100 (HRkerja HRrest)

HRmaks - HRrest

HRR = heart rate range


HRkerja = denyut jantung diukur saat bekerja
HRrest = denyut jantung diukur saat istirahat
HRmaks = denyut jantung maksimal
untuk pekerja yang melakukan aktivitasnya selama
8 jam berturut turut, nilai HRR rata rata yang
disarankan ialah tidak melebihi 33%
Penilaian Subjektif
Penilaian atas beban kerja dilakukan
dengan memanfaatkan persepsi seseorang
atas beban yang dirasakan oleh tubuh pada
saat melakukan pekerjaan.
Borg pada tahun 1960 mengembangkan
suatu skala yang disebut sebagai RPE (rating
of perceived exertion), yang dapat digunakan
untuk menilai seberapa besar usaha yang
dikeluarkan oleh seseorang dalam melakukan
suatu aktivitas tertentu.
Skala RPE
Skala Deskripsi
6 Tidak ada usaha sama sekali
7,5 Amat sangat ringan
9 Sangat ringan
11 Ringan
13 Agak berat
15 Berat
17 Sangat berat
19 Amat sangat berat
20 Usaha maksimal
Skala CR-10
Skala Deskripsi
0 Tidak ada usaha sama sekali
0,5 Amat sangat lemah
1 Sangat lemah
3 Moderat
5 Kuat
7 Sangat kuat
10 Amat sangat kuat
E. Intervensi
Memastikan bahwa suatu pekerja tidak
membutuhkan energi yang berlebihan. Hal
ini dapat di capai melalui perancangan ulang
atas sistem kerja yang bersangkutan serta
pengaturan pekerja yang lebih bersifat
administratif :
Jadwal istirahat kerja
Kerja sama pegawai
Pengawasan kelelahan selama kerja
Seleksi kerja
Pemberian waktu istirahat yang cukup
diyakini dapat membantu seseorang saat
melakukan pekerjaan yang cukup berat,
seperti kerja konstruksi, kerja di bidang
kehutanan, serta penambangan.
Istirahat singkat yang di lakukan secara
berkala, lebih baik daripada istirahat panjang
namun sesekali.
Pemberian waktu istirahat (rest allowance)
dapat di tentukan dengan menggunakn
persamaan Murrell (1971) :
Nilai s menunjukkan batas atas pengeluaran
energi yang di perbolehkan,
5,33 kkal/menit (pria) 5,4 kkal/menit
4 kkal/menit (wanita) 3,4 kkal/menit

Nilai 0,3 kkal/menit mewakili energi yang di


keluarkan saat seseorang beristirahat.
F. Studi kasus : Evaluasi Beban Kerja Fisiologi dan
Estimasi Kebutuhan Energi HarianPekerja Wanita
Studi kasus ini diambil dari penelitian
Amalia (2011). Evaluasi beban kerja di
perlukan dalam merancang atau
memperbaiki sistem kerja yang telah ada.
Penilaian beban kerja di lakukan secara
subjektif dan objektif. Skala Borg CR-10
digunakan untuk penilaian subjektif,
sedangkan untuk penilaian objektif
menggunakan indikator denyut nadi dan
konsumsi oksigen.
Responden dalam penelitian kali ini adalah
pekerja wanita dengan usia 20-40 tahun.
Yang terdiri dari 3 bagian (masing-masing 10
responden)
loam
pallet
cucuk
Pegukuran objektif, pengukuran di lakukan
pada saat beberapa menit
Sebelum bekerja
30 menit setelah bekerja
15 menit setelah istirahat
30 menit sebelum kerja selesai
30 menit setelah selesai bekerja
Yang di lakukan selama 30 detik untuk
setiap kali pengukuran
Hasil yang di dapatkan :
Tipe pekerjaan Rata rata denyut nadi
Loam 97,135,62 bpm
pallet 89,405,47 bpm
cucuk 89,935,67 bpm

Berdasarkan kriteria berat ringannya


suatu pekerjaan, oprator loam masuk ke
dalam pekerjaan sedang ( medium work),
sedangkan pallet , cucuk termasuk sedang.
Estimasi kebutuhan energi pekerja
dilakukan dengan mengkonversi nilai VO2 .
Aktivitas kerja (hasil prediksi persamaan
konsumsi oksigen) dan aktivitas diluar kerja
(hasil penelitian terhadap aktivitas tidur,
duduk, berdiri,berjalan)
Estimasi konsumsi oksigen menggunakan
persamaan :
VO2 = -1,992 + 0,013 HR + 0,024 BB
Hasil estimasi

Tipe pekerjaan Nilai konsumsi oksigen


relatif
Loam 17,22%
Pallet 15,83%
Cucuk 25%

*masih dalam batas rekomendasi yaitu tidak


melebihi 25%. Aktivitas dilakukan selama
delapan jam kerja tanpa menimbulkan kelelahan
fisiologis secara subjektif maupun objektif.
Kebutuhan energi pekerja
EEwork( energi expenditure work) + EEnon-work ( energi expenditure non work)

Eework : mengkonversi nilai konsumsi oksigen saat bekerja (1 l/min konsumsi oksigen = 5 kkal/liter)
EEnon-work : mengkonversi nilai konsumsi oksigen diluar kerja

Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga bagian tergolong


pekerjaan yang ringan. Kebutuhan energi berkisar 2000-2500
kkal. Dilihat dari angka kecukupan gizi Indonesia 2000 kkal,
pekerja dapat bekerja tanpa mengalami kelelahan.

Anda mungkin juga menyukai