Anda di halaman 1dari 35

PRODUKSI PROTEIN REKOMBINAN HORMON

PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Laporan Kuliah Kerja Profesi


Di Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP), LAPTIAB BPPT-Serpong

APRIAN FAJAR PRATAMA


4443141850

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan Kuliah Kerja Profesi (KKP)yang berjudul “Produksi Protein
Rekombinan Hormon Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)”
Laporan ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Pada kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Aeng Tirtayasa
2. Aris Munandar, S.Pi., M.Si selaku ketua Jurusan Perikanan.
3. Achmad Noerkhaerin Putra, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing
yang selalu bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan,
dukungan,, masukan berupa kritik dan saran.
4. Ir. Arief Arianto, M.Sc selaku Direktur PTPP
5. Juwartina Ida Royani, S.Si., M.Si. selaku Kepala Laboratorium
Teknologi Produksi Pertanian, LAPTIAB, BPPT Serpong
6. Sutanti, S.Pi., M.Si, Selaku penanggungajawab indoor
7. M.Kholik Firmansyah, S.Si selaku pembimbing lapang yang selalu
bersedia membimbing dan memberikan arahan.
Kami sangat berharap laporan praktikum lapang ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam lingkup perikanan.
Kami juga menyadari bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan ini bermanfaat untuk para pembaca dan juga kami khususnya
sebagai penyusun.

Serpong, Februari2018

Aprian Fajar Pratama


ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
RINGKASAN .................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1. 3 Manfaat ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ............................................................. 3
2.2 Hormon Pertumbuhan ................................................................................ 3
2.3 Manfaat Hormon Pertumbuhan .................................................................. 4

BAB IIIKEADAAN UMUM LOKASI KKP


3.1 Lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP) ........................................................... 6
3.2 Keadaan Umum BPPT ................................................................... 6
3.3 Profil Pusat Teknolgi Produksi Pertanian (PTPP) ..................................... 7
3.4 Visi dan Misi PTPP .................................................................................... 9
3.5 Struktur organisasi ..................................................................................... 9
3.6 Fasilitas fisik Laboratorium LAPTIAB ......................................... 10

BAB IVPelaksanaan KKP


4.1 Penanaman dan pemanenan gliserol plasmid rGH......................... 12
4.2 Nanodrop ........................................................................................ 13
4.3 PCR ................................................................................................ 13
4.4 Elektroforesis ................................................................................. 13
4.5 Produksi Inclusion Bodies rGH ..................................................... 14

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1Hasil Nanodrop ............................................................................... 16
5.2Hasil PCR ........................................................................................ 17
5.3Hasil Produksi inclusion bodies rGH ............................................. 18

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

iii
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 19
6.2 Saran .............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi LAPTIAB 610 .................................................................... 6


Gambar 2. Gedung LAPTIAB, BPPT Serpong ............................................... 7
Gambar 3. Hasil PCR ....................................................................................... 17
Gambar 4. Hasil Produksi inclusion bodies rGH ............................................. 18

v
DAFTAR TABEL

Gambar 1. Tabel Hasil Nanodrop .................................................................... 16

vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto-foto kegiatan........................................................................ 21
Lampiran 2. Lembar monitoring KKP ............................................................. 27
Lampiran 3. Absensi harian ............................................................................. 31

vii
RINGKASAN

APRIAN FAJAR PRATAMA. 4443141850. Produksi Protein Rekombinan


Hormon Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Dibimbing oleh
AAchmad Noerkhaerin Putra, S.Pi, M.Si dan M.Kholik Firmansyah, S.Si

Kegiatan Kuliah kerja Profesi (KKP) dilaksanakan pada tanggal 8 Januari


s/d 9 Februari 2018 di Pusat Teknologi Produksi Pertanian, LAPTIAB
BPPT,Kawasan Pusat Peneitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPITEK)
Serpong, Kota Tanggerang Selatan yang bertempat di Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong. PTPP merupakan unit kerja yang berada
dibawah pengawasan Laboratorium Pengembangan Teknologi Agro dan
Biomedika (LAPTIAB). Kegiatan Kuliah Kerja Profesi mengenai produksi
hormon pertumbuhan dapat memberikan pengetahuan mengenai prosedur
pembuatan hormon pertumbuhan serta memberikan pengalaman bagi mahasiswa
dalam melakukan pembuatan hormon pertumbuhan yang benar. Proses pembuatan
hormon pertumbuhan ini meliputi beberapa tahap yaitu meliputi Penanaman dan
pemanenan gliserol plasmid rGH ikan Nila (TiGH) sampel KTGH, 6.11, 6.5, dan
7, Nanodrop, PCR (Polymerase Chain Reaction), Elektroforesis dan Produksi
Inclusion Bodies rGH.
Hasil kuliah kerja profesi menunjukan bahwa dalam proses PCR yang
dilakukan pada 4 sempel ternyata dalam visualisai ultraviolet tidak terlihat muncul
pada sempel yang di uji. Dari hasil ini diketahui bahwa gen pembawa rGH tidak
ada pada sempel perlu dilakukan PCR ulang. Pada hasil Nanodrop angka
kemurnian terbaik yaitu pada sempel 7 dan 6.5 yang mencapai kemurnian
2ng/µl.Hasil dari produksi inclusion bodies rGH ikan nila (TiGH) adalah
sebanyak 2,44 g dari total kultur 1 liter media SOB.

viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keberhasilan proses belajar mengajar (KBM) di perguruan tinggi salah
satunya dilihat dari seberapa banyak dan cepat lulusan perguruan tinggi tersebut
terserap oleh pasar tenaga kerja. Karena itu, upaya meningkatkan daya serap
lulusan perguruan tinggi mensyaratkan proses pembekalan calon lulusan dengan
pengalaman dengan pengalaman kerja dibidang – bidang yang sesuai dengan
orientasi studinya dan karakteristik institusi/instansi calon pengguna lulusan.
Penyelenggaran Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan upaya Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa untuk membekali mahasiswa
peserta KKP dengan pengalaman kerja didunia kerja yang sesungguhnya
dibidang-bidang yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan
sektor pertanian dalam arti luas. KKP merupakan salah satu mata kuliah yang
terdapat dalam kurikulum Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kegiatan KKP diselenggarakan pada semester tujuh.
Kegiatan Kuliah Profesi yang dilaksanakan di Pusat Teknologi Produksi
Pertanian ini adalah salah satu unit yang berada di bawah Kedeputian Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi yang mempunyai tugas melaksanakan dalam
menghasilkan inovasi teknologi budidaya pertanian (Perikanan, Peternakan dan
Pertanian). Salah satu program kerja yang dilakukan oleh PTPP ini adalah
pembuatan atau produksi hormon pertumbuhan ikan nila (TiGH).
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ikan adalah dengan
menggunakan Minagrow / Recombinant Growth Hormone (rGH). Hormon
pertumbuhan adalah polipeptida rantai tunggal berukuran sekitar 22 kDa yang
dihasilkan dari kelenjar pituitari dan memiliki fungsi pleiotropik pada hewan
vertebrata. rGH merupakan satu hormonhidrofilik polipeptida yang tersusun atas
asam amino yang dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan ikan. Menurut
Wahyu et al (2015), selain mempercepat pertumbuhan, pemberian rGH diyakini
dapat meningkatkan kelulusan hidup ikan melalui sistem penigkatan kekebalan
tubuh terhadap penyakit dan stress. Fungsi utama hormon pertumbuhan antara
lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas, dan osmoregulasi
pada ikan teleost (Acosta et al. 2009). Selain itu, aplikasi rGH merupakan

1
prosedur yang aman (Willard 2006). Ikan yang diberikan rGH bukan merupakan
organisme hasil rekayasa genetik (Acosta et al. 2007).
Pada Kuliah Kerja Profesi ini mempelajari dan memproduksi protein
rekombinan rGH dari awal hingga akhir. Sample yang digunakan yaitu KTGH
sebagai kontrol dan koloni 6.11, 6.5, dan 7 yang merupakan produksi PTPP.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kuliah kerja profesi ini adalah :
1. Penyelanggaraan KKP bertujuan meningkatkan kompetensi mahasiswa
yang merupakan calon lulusan fakultas pertanian Untirta melalui
pengalaman kerja dibidang-bidang yang terkait secara langsung maupun
tidak langsung dengan sektor pertanian dalam arti luas.
2. Dan juga mengetahui prosedur dalam pembuatan hormon pertumbuhan

1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh melalui penyelenggaraan KKP Fakultas
Pertanian Untirta antara lain :
1. Menjadi media bagi mahasiswa untuk menerapkan dan memperdalam ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh dalam perkuliaan.
2. Meningkatkan wawasan, pemahaman dan pengalaman mahasiswa mengenai
dunia kerja yang sesungguhnya.
3. Menjadi wahana terjalinnya kerja sama antara fakultas Pertanian Untirta
dengan pihak – pihak calon pengguna kelulusan.
4. Meningkatkan kompetensi mahasiswa Fakultas Pertanian Untirta.
5. Membuka peluang kerja dan menjadi alternatif lokasi penelitian untuk
penyelesaian tugas akhir bagi mahasiswa.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini
merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari
Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke
Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila
secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara
200 - 400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa
hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003)
Adapun klasifikasi ikan nila (Sugiarto, 1988) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Sub Class : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub Order : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
2.2Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth Hormone/GH) merupakan komposisi
darirantai polipeptida rantai tunggal dengan ukuran sekitar 22 kDa yang
dihasilkan di kelenjar pituitari dengan fungsi Oreochromis pleitropik pada setiap
hewan vertebrata (Rousseau & Dufour, 2007 dalam Acosta et al., 2009), sehingga
GH dapat berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, sistem imun, dan
mengatur tekanan osmosis pada ikan teleostei, serta mengatur metabolisme.
Hormon pertumbuhan digunakan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan.
Hormon pertumbuhan adalah suatu polipeptida yang penting dan diperlukan agar
pertumbuhan normal (Forsyth, 2002). Selain itu, efek dari hormon pertumbuhan
pada pertumbuhan somatik pada hewan vertebtara memiliki peranan dalam sistem

3
reproduksi, metabolism (Gomez et al., 1999), osmoregulasi pada ikan euryhaline
(Mancera et al., 2002), jika hormon pertumbuhan dalam tubuh ikan berkurang
maka akan menghambat pertumbuhan, dan akan menghambat pematangan
seksual. Hormon pertumbuhan memacu pertumbuhan ikan dengan merangsang
selera makan ikan dan memperbaiki konversi pakan (Donalson et al., 1979).
Tetapi perubahan pada kedua parameter tersebut setelah perlakuan pemberian HP
menunjukkan adanya aktivitas HP pada proses metabolisme. Namun,
ketersediannya HP sangat sedikit dan terbatas, sehingga untuk mengatasi hal
tersebut, digunakan rekombinan HP (rHP), karena rHP menunjukkan fungsi yang
sama dengan HP endogenus yang terdapat dalam tubuh ikan. rHP dalam
meningkatkan pertumbuhan telah dilaporkan pada beberapa jenis ikan seperti ikan
rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dengan menggunakan rHP ikan salmon
(Moriyama et al., 1993), ikan flounder (Paralichtys olivaceus) dengan
menggunakan rHP juga dari ikan flounder (Jeh et al., 2008), ikan mas dengan
menggunakan rHP ikan giant catfish (Pangasianodon gigas) (Promdonkoy et al.,
2004), rHP dari ikan kerapu (Epinephelus lanceolatus), ikan gurame
(Osphronemus gouramy) dan ikan mas (Cyprinus carpio) (Lesmana, 2010).
2.3Manfaat Hormon Pertumbuhan
Pemberian rekombinan hormon pertumbuhan dapat dilakukan melalui
beberapa metode seperti dengan penyuntikan, melalui pakan, pemberian langsung
melalui oral dan perendaman. Pemberian rGH pada ikan nila melalui teknik
penyuntikan dilaporkan meningkatkan bobot hingga 20,94% dengan rGH ikan
kerapu kertang (El-GH), 18,09% dengan rGH ikan mas (Cc-GH), dan 16,99%
dengan rGH ikan gurame (Og-GH) (Alimuddin et al 2010). Hasil penelitian
Handoyo (2012) , menunjukan bahwa pertumbuhan bobot tertinggi diperoleh pada
perlakuan rGH 30 mg/kg pakan, dengan peningkatan 65,7% lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol.
Menurut Wahyu et al (2015), selain mempercepat pertumbuhan,
pemberian rGH diyakini dapat meningkatkan kelulusan hidup ikan melalui sistem
penigkatan kekebalan tubuh terhadap penyakit dan stress. Fungsi utama hormon
pertumbuhan antara lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas,
dan osmoregulasi pada ikan teleost (Acosta et al. 2009).Menurut Moriyama dan

4
Kawauchi (1990), aplikasi hormon rekombinan pertumbuhan melalui pemberian
pakan dan perendaman merupakan metode yang paling aplikatif untuk diterapkan
dalam skala besar. Aplikasi hormon rekombinan pertumbuhan melalui pakan
dapat menghabiskan hormon pertumbuhan lebih banyak dibandingkan dengan
metode perendaman, akan tetapi pemberian hormon rekombinan pertumbuhan
melalui pakan buatan dapat dilakukan semenjak pada stadia larva sampai ikan
dewasa.

5
BAB III. KEADAAN UMUM LOKASI PTPP, LAPRIAB, BPPT-SERPONG
3.1 Lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP)

Gambar 1. Lokasi LAPTIAB 610


Lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang dilakukan yaitu di kawasan Pusat
Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPITEK) Serpong, Kota
Tangerang Selatan yang bertempat di Badan Pengkajain dan Penerapan Teknologi
(BPPT) Serpong. Lebih tepatnya yaitu di Pusat Teknologi Produksi Pertanian
(PTPP). PTPP merupakan unit kerja yang berada dibawah pengawasan
Laboratorium Pengembangan Teknologi Agro dan Biomedika (LAPTIAB)
gedung 610.

3.2 Keadaan Umum BPPT


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah Lembaga
Pemerintah Non-Kementerian yang berada dibawah koordinasi Kementerian
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang mempunyai tugas melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.
Proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Presiden RI ke-2,
Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28-Januari-1974.Dengan
surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie
diangkat sebagai penasehat pemerintah di bidang advance teknologi dan teknologi

6
penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk
Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina.
Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina
No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi
Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25
tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47
tahun 1991.

3.3 Profil Pusat Teknolgi Produksi Pertanian (PTPP)

Gambar 2. Gedung LAPTIAB 610


Pusat Teknologi Produksi Pertanian adalah salah satu unit yang berada di
bawah Kedeputian Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi yang mempunyai
tugas melaksanakan dalam menghasilkan inovasi teknologi budidaya pertanian
(Perikanan, Peternakan dan Pertanian).
Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) mempunyai potensi yang terdiri
dari sumberdaya manusia, fasilitas sarana dan prasarana meliputi hal hal sebagai
berikut :
1. PTPP memiliki SDM unggul dengan tingkat pendidikan yang tinggi dari
berbagai disiplin ilmu dan bidang keahlian diantaranya untuk tingkat
pendidikan S3 sebesar 10,45%, S2 sebesar 34,33 %, S1 sebesar 40,30 %.
Dan untuk tingkat pendidikan S0 sebesar 14,92%
2. PTPP di dukung oleh laboratorium lapang dan laboatorium analis.
Laboratorium lapang PTPP yang terdiri dari laboratorium lapang
peternakan, perikanan dan pertanian berlokasi di beberapa wilayah di

7
Indonesia yang bekerjasama dengan pemerintah lokal dan beberapa
kelompok usaha
3. PTPP di dukung oleh infrastruktur laboratorium analis di Serpong
LABTIAP Teknologi Produksi Pertanian dengan fasilitas fasilitas analisis
untuk lab. Analitik, lab fisiologi tanaman, lab. Reproduksi ternak, lab
nutrisi dan pakan, lab bioengineering, lab fisiologi ikan dan penyakit.
4. PTPP menggunakan system tata kerja kerekayasaan yang menggambarkan
kerekayasaan pada beberapa program yang ada di PTPP yaitu inovasi
teknologi produksi tanaman kakao, karet dan sawit, inovasi teknologi
udang galah dan ikan nila serta teknologi inovasi peternakan melalui
system integrasi sapi sawit.
5. PTPP juga sudah memiliki jaringan (networking) yang luas dengan mitra
(dalam negeri) dan akan berkembang pada kerjasama mitra dengan luar
negeri.
Pusat Teknologi Produksi Pertanian – PTPP mempunyai fungsi sesuai dengan
PERKA BPPT no.009 tahun 2015 yang terdiri dari :
1. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi
tanaman,
2. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi
peternakan,
3. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi
perikanan,
4. Penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi produksi pertanian; dan
5. Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di
lingkungan Pusat Teknologi Produksi Pertanian.
Produk dan Jasa yang ada di Pusat Teknologi Produksi (PTPP) yaitu :
 Mulako : Inovasi produk budidaya tanaman kakao, Stimulan untuk
Meningkatkan Vigoritas Bibit Kakao Hasil Grafting
 Suplemen Tanaman
 Varietas Jagung Hibrida yang Genjah (85 hari)
 Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman Herbal
 Inovasi Teknologi Propagasi in vitro Tanaman Pisang

8
 Teknologi Aeroponik untuk Peningkatan Produksi Kentang
 Teknologi Urban Farming
 Prototipe dsRNA MrIAG
 Benih Udang Galah Hibrida
 Benih Udang Galah monosex Neo-Female
 Benih Udang Galah Monosex Jantan
 Rekomendasi Pemeliharaan dan Perbaikan Kualitas Induk Ikan Nila Salina
 Vaksin Rekombinan Streptococcus untuk Ikan
 Hormon Pertumbuhan Rekombinan untuk Ikan
 Inovasi Teknologi Budidaya Perikanan
 Powerfeed : Pakan Ternak Komplit Berbahan Baku Limbah Industri Sawit
 Software Aplikasi Recording Ternak “SiPinter’
 Software Aplikasi Formulasi Pakan Ternak “SiPandai”
 Pakan Suplemen Probiotik (Probiotech), Mineral (Minetech) dan
Nutritech
 Inovasi Produksi dan Layanan Technopark Bantaeng sebagai Technopark
Pembibitan

3.4 Visi dan Misi Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP)


Visi
Pusat Unggulan Teknologi yang Mengutamakan Inovasi dan Layanan
Teknologi untuk Meningkatkan Daya Saing dan Kemandirian Bangsa
Misi
1. Melaksanakan pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan
inovasi dan layanan teknologi di bidang agroidustri dan biotekknoligi
2. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi
dalam rangka mewujudkan inovasi dan layanan teknologi

3.5 Struktur Organisasi

Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) berada di bawah Deputi Bidang


Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, dengan jabatan structural seperti
dibawah ini

9
Direktur Pusat Teknologi
Produksi Pertanian
(Ir. Arief Arianto, M.Sc)

Kepala Bagian Program dan


Anggaran
(Dr. Ir. M. Nasir Rofiq, MSc)

Inovasi Teknologi Strain Inovasi Teknologi


Unggul Udang Gaah dan Peternakan Sapi Melalui Pengembangan
Teknologi Neofemale dan Sistem Intergrasi Sapi Kawasan Technopark
Nila (Salina dan Marine Sawait Bantaeng
Tilapia) (Ir. Maman Surahman, (Ir. Sutardho, Msi)
(Ir. Dedy Yaniharto, MSc) Msi)

3.5 Fasilitas fisik Laboratorium LAPTIAB


LAPTIAB memeliki luas 4 hektar dengan beberapa laboratorium di
dalamnya. Beberapa Fasilitas fisik yang ada di LAPTIAB meliputi:
1. Laboratorium
a. Laboratorium Mikro Industri
b. Laboratorium Pangan
c. Laboratorium Biomolekuler
d. Laboratorium Teknologi Farmasi
e. Laboratorium Rekayasa Biomedika
f. Laboratorium teknologi Fermentasi
g. Laboratorium Hewan
h. Laboratorium Teknologi Pertanian
i. Laboratorim Teknologi Perikanan
j. Laboratorim Teknologi Peternakan
k. Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian
l. Laboratorium Teknologi Penanganan Hasil Panen
m. Laboratorium Pendukung
n. Laboratorium Outdoor (Green House, kendang Metabolisme Teknik,
Proses Produksi Silase, Kebun Percobaan dan Warkdhop Alsintan)

10
2. Pilot plan/Warkshop/Uji Hewan
a. PP Enzim Clean Room
b. PP Pangan Fungsional
c. PP Ekstraksi
d. PP Agroindustri
e. PP Pakan
3. Utilitas
a. Sumber Listrik
Sumber Listrik PLN dan Sumber listrk genset (listrik cadangan)
b. Telpon/Fax
Sambungan eksternal : Telkom dan PABX
c. Internet
Setiap gedung mendapatkan koneksi internet
d. Sumber Air
Air bersih (PAM PUSPITEK)
Air Demin (setiap Laboratorium disediakan sumber air bersih dan air
demin)
e. Waste Treatment
Air kotor (badan air dan septic tank)
Limbah cair dan padat B3 (kolektif PUSPITEK)

11
BAB IV PELAKSANAAN KKP
Kuliah Kerja Profesi dilaksanakan pada Tanggal 8 Januari 2018 sampai
dengan Tanggal 9 Februari 2018 yang betempat di Pusat Teknnologi Produksi
Pertanian, LAPTIAP BPPT, gedung 612 kawasam PUSPITEK Serpong
Kegiatan yang dilakukan meliputi 2 program yaitu kegiatan sekunder dan
kegiatan utama atau program primer. Kegiatan sekunder meliputi pembuatan
dsRNA, ekstaksi DNA, serta identifikasi bakteri pada udang. Sementara kegiatan
utama yaitu produksi hormone pertumbuhan ikan nila (TiGH) yang meliputi
beberapa langkah/kegiatan. Yaitu :
1. Penanaman dan pemanenan gliserol plasmid rGH ikan Nila (TiGH)
sampel KTGH, 6.11, 6.5, dan 7
2. Nanodrop
3. PCR (Polymerase Chain Reaction)
4. Elektroforesis
5. Produksi Inclusion Bodies rGH

4.1 Penanaman dan pemanenan gliserol plasmid rGH ikan Nila (TiGH)
Produksi rGH dilakukan menggunakan bakteri Eschercia coli BL21. Klon
bakteri E. coli BL21 yang mengandung konstruksi pCold-I/ElGH (Alimuddin et
al. 2010). Dalam proses produksi hormone pertumbuhan yang pertama dilakukan
adalah menanam gliserol stok (KTGH, 6.11, 6.5, 7) kedalam media SOB 50
mlMedia SOB merupakan media cair yang digunakan untuk mengkultur plasmid
rGH dengan bahan campuran didalamnya yaitu tripton 2gr, yeast 0,5 gr, NaCl
0,05 µl, KCl 1 µl, NaOH 40 µl. semua dicampur dan di bagikan kedalam 4 tabung
reaksi sebanyak 50ml. Masukan sampel (KTGH, 6.11, 6.5, 7) kedalam media
SOB dan ampisilin 100 μL/mL diinkubai selama 16 jam pada suhu 37°C
kecepatan 115 rpm di dalam shaker. Panen hasil inkubasi plasmid (KTGH, 6.11,
6.5, 7) kedalam tube 1,5ml dan di centrifuge dengan kecepatan 14.000 rpm selama
5 menit. Buang supernatan dan sisakan pellet rGH. Setelah itu, keringkan hasil
panen menggunakan alat vacuum dry selama ±1 jam.

12
4.2 Nanodrop
Nanodrop adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mengukur
konsentrasi DNA, RNA, bahkan protein. Menggunakan alat ini bisa terlihat kadar
DNA atau RNA yang digunakan. Pada tahap ini sampel rGH yang telah di panen
kemudian di cek kualitas kemurnian yang menjadi salah satu kunci untuk lanjut ke
proses selanjutnya. Apabila hasilnya tidak bagus maka proses tahap awal harus di
ulang sampai mendapatkan kemurnian yang baik. Kemurnian 260/280 yang baik
adalah berkisar 1,8-2. Sampel di bawah 1,8 atau di atas 2 kemungkinan terjadi
cemaran protein dan karbohidrat. Penggunaan nanodrop diawali dengan kaliberasi
dengan 1µl larutan blanko bufer tris-EDTA (TE). Dilanjutkan dengan memasukan
sampel (KTGH, 6.11, 6.5, 7) 1µl secara bergantian. Kemudian jalankan aplikasi
dan analisis data.

4.3 PCR (Polymerase Chain Reaction)


Reaksi Polimerase Berantai atau dikenal sebagai Polymerase Chain
Reaction (PCR), merupakan suatu proses sintesis enzimatik untuk
melipatgandakan suatu sekuens nukleotida tertentu secara in vitro.Proses PCR
terdiri dari tiga tahapan, yaitu denaturasi DNA templat, penempelan (annealing)
primer, dan polimerisasi (extension) rantai DNA. Denaturasi merupakan proses
pemisahan utas ganda DNA menjadi dua utas tunggal DNA yang menjadi cetakan
(templat) sebagai tempat penempelan primer dan tempat kerja DNA polimerase,
dengan pemanasan singkat pada suhu 90-95°C selama beberapa menit.
Pelet rGH yang sudah terkumpul dimix dengan beberapa larutan dan
praimer yaitu dnip mix, buffer, F TiGH dan R TiGH sebagai primer, ddH2O,
dreamtaq, serta sempel DNA. Campuran larutan di masukan kedalam tube PCR.
Masukan kedalam lubang PCR setting dengan suhu dan waktu yang sudah
ditentukan.

4.4 Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu cara analisis kimiawi yang didasarkan pada
pergerakan molekul-molekul protein bermuatan di dalam medan listrik (titik
isoelektrik). Pergerakan molekul dalam medan listrik dipengaruhi oleh bentuk,

13
ukuran, besar muatan dan sifat kimia dari molekul (Titrawani, 1996). Pemisahan
dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran berat molekul dan muatan listrik yang
dikandung oleh makro-molekul tersebut. Bila arus listrik dialirkan pada suatu
medium penyangga yang telah berisi protein plasma maka komponen-komponen
protein tersebut akan mulai bermigrasi (Ricardson et al., 1986).
Penggunaan elektroforesis menggunakan gel yang disebut dengan gel
agaros untuk media migrasi DNA. Gel agarose dibuat dengan campuran agaros
1% dan larutan TAE 1x sebanyak 60 ml yang di oven selama 2 menit. Gel agarose
akan mengeras di dalam cetakan elektroforesis. Gel agarose yang sudah mengeras
dapat digunakan pada alat elektrroforesis. Peletakan DNA kedalam lubang gel
agarose mengguanakan campuran loading dye sebanyak 1,5 µl dan DNA 3µl.
menggunakan marker 50 bp. Elektroforesis berlangsung selama ±30 menit. Gel
agarose yang sudah di elektroforesis kemudian direndam pada larutan ETBR
selama 30 menit yang selanjutnya visialusasi dengan lampu ultraviolet dan
didokumentasi dengan kamera khusus.

4.5 Produksi Inclusion Bodies rGH


Produksi TiGH dilakukan menggunakan bakteri Escherichia coli BL21.
Sel E. coli mengandung rGH sebanyak 200 μL dikultur di dalam 50 mL medium
cair (SOB) yang mengandung ampisilin 100 μL/mL selama 16 jam pada suhu
37°C di dalam shaker kecepatan 115 rpm. Kemudian hasil kultur ditumbuhkan
kembali di dalam 1 L medium cair (SOB) yang baru dan ditambahkan IPTG
kemudian di inkubasi selama 3 jam pada suhu 37°C dan digoyang dengan
kecepatan 150 rpm. Sentrifuse hasil kultur kedalam valcon 50ml dengan suhu 4°C
kecepatan 5000 rpm 10 menit. Supernatan dibuang dan pelet disatukan. Dinding
sel bakteri dilisis dengan carapelet diresuspensi dengan 50 mL larutan PBS dingin
+ 0,1% (v/v) Triton X-100. Campuran disonikasi dengan kekuatan penuh sambil
direndam es (menggunakan6 siklus, di mana satu siklus terdiri dari satu menit ON
dan satu menit OFF) tujuannya adalah untuk menghancurkan atau melisiska
dinding sel E. coli sehingga yang digunakan adalah rGH murni. Kemudian di
sentrifue 5000 rpm 10 menit. Dicuci sebanyak dua kali dengan 25 mL 1 M NaCl +
1% (v/v) Triton X-100 dandisentifugasi dingin selama 10 menit pada kecepatan

14
5000 rpm proses ini di ulang 2x. Supernatandibuang, pelet dicuci dengan PBS
sebanyak 50 mL dengan disentrifugasi selama10 menit pada kecepatan 5000 rpm.
Supernatan dibuang sampai benar-benarbersih dan ditimbang. Pelet rGH disimpan
di pendingin bersuhu -20°C. Peletprotein dikering-bekukan (freeze dried) selama
12 jam.

15
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hasil Nanodrop
Adapun hasil yang didapatkan dalam Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada
proses nanodrap adalah sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Nanodrop

Nucleic
Sample User Date and Sample
no Acid Unit A260 A280 260/280 260/230 Factor
ID name Time Type
Conc.
1/26/2018
1 KTGH wbs3 4071,7 ng/µl 81,433 52,86 1,54 1,74 DNA 50
2:42:52 PM
1/26/2018
2 6,11 wbs3 8645,9 ng/µl 172,92 85,54 2,02 2,35 DNA 50
2:44:07 PM
1/26/2018
3 7 wbs3 8033,9 ng/µl 160,68 80,23 2 2,37 DNA 50
2:44:54 PM
1/26/2018
4 6,5 wbs3 8845,5 ng/µl 176,91 88,27 2 2,37 DNA 50
2:45:43 PM
Nanodrop adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mengukur
konsentrasi DNA, RNA, bahkan protein. Menggunakan alat ini bisa terlihat kadar
DNA atau RNA yang digunakan. Dari hasil uji yang dilakukan pada 4 sempel uji
didapatkan 260/280 menunjukan kemurnian yang berfariasi. Pada KTGH
kemurnian 260/280 didapatkan 1,74 ng/µl, sedangkan pada TiGH 6.11 di
dapatkan kemurnian 260/280 sebesar 2,02ng/µl. Kemurnian 260/280 pada sempel
7 didapatkan sebesar 2ng/µl begitupun pada sempel 6,5 mendapatkan kemurnian
sebesar 2ng/µl. Angka kemurnian terbaik yaitu pada sempel 7 dan 6.5 yang
mencapai kemurnian 2ng/µl. kemurnian dikatakan baik apabila diantara 1,8-
20ng/µl. Sempel dibawah 1,8 dan di atas 20 bisa di indikasi tercema protein dan
karbohidrat karena pada proses kultur TiGH tidak baik ataupun tidak steril
sehingga menyebabkan sempel tercemar dengan bahan lain. Dari hasil uji
kemurnian yang layak untuk digunakan proses selanjutnya yaitu sampel 7 dan 6.5
karna telah sesuai target kemurnian. Sedangkan sempel lainnya sebaiknya di ulang
sampai mendapatkan kemurnian rGH yang baik.

16
5.2 Hasil PCR

(a) (b)
Gambar 3. PCR pertama (a), PCR ulang (b)
PCR adalah suatu teknik yang melibatkan beberapa tahap yang
berulang(siklus) dan pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah target DNA untai
ganda. Untai ganda DNA templat (unamplified DNA) dipisahkan dengan
denaturasi termal dan kemudian didinginkan hingga mencapai suatu suhu tertentu
untuk memberi waktu pada primer menempel (anneal primers) pada daerah
tertentu dari target DNA.
Hasil dari PCR yang dilakukan pada 4 sempel ternyata dalam visualisai
ultraviolet tidak terlihat muncul pada sempel yang di uji. Dari hasil ini diketahui
bahwa gen pembawa rGH tidak ada pada sempel. Hasil ini bisa terjadi karena
beberapa kesalahan. Dapat disimpulkan dalam PCR harus di ulang. Namun pada
PCR ke 2 yang telah di ulang masih tidak terlihat DNA rGH pada hasil PCR.
Karena itu pada proses ini harus di ulang hingga DNA rGH muncul pada 500bp.
Umumnya jumlah siklus yang digunakan pada proses PCR adalah 30
siklus. Penggunaan jumlah siklus lebih dari 30 siklus tidak akan
meningkatkanjumlah amplicon secara bermakna dan memungkinkan peningkatan
jumlah produk yang non-target. Perlu diingat bahwa di dalam proses PCR
effisiensi amplifikasi tidak terjadi 100 %, hal ini disebabkan oleh target templat

17
terlampau banyak, jumlahpolimerase DNA terbatas dan kemungkinan terjadinya
reannealing untai target.

5.3 Hasil Produksi Inclusion Bodies rGH

Gambar 4. Hasil TiGH basah koloni 6.5


Hasil dari produksi inclusion bodies rGH ikan nila (TiGH) adalah
sebanyak 2,44 g dari total kultur 1 liter media SOB. Koloni yang digunakan pada
produksi ini adalah koloni 6.5. TiGH ini merupakan TiGH basah yang masih perlu
di proses lebih lanjut yaitu pengeringan dingin atau freeze dried selama 12 jam.
Hasil produksi dapat dugunakan untuk dicampurkan kepakan ataupun perendaman
dan injeksi.
Pemberian rGH dapat meningkatkan kelangsungan hidup ikan melalui
peningkatan sistem kekebalan terhadap penyakit dan stres (McCormick, 2001).
Menurut Acosta et al. (2009) pemberian rGh pada larva dapat meningkatkan
kelangsungan hidup dan meningkatkan daya tahan terhadap stress dan infeksi
penyakit. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sakai et al. (1997) bahwa
pemberian rGH dan rGH pada ikan rainbow trout juga efektif meningkatkan
resistensi terhadap Vibrio anguillarum (Sakai et al., 1997). Selain itu, penggunaan
protein rGH ikan dalam meningkatkan produktivitas atau pertumbuhan ikan
budidaya merupakan prosedur yang aman (Willard, 2006)

18
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh tentang Produksi Protein Rekombinan
Hormon Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dapat disimpulkan
bahwa produksi rGH meliputi beberapa tahap yaituenanaman dan pemanenan
gliserol plasmid rGH ikan Nila (TiGH) sampel KTGH, 6.11, 6.5, dan 7
dilanjutkanNanodrop, PCR (Polymerase Chain Reaction), Elektroforesis dan
Produksi Inclusion Bodies rGH. Dari hasil yang didapat kemurnian terbaik yaitu
pada rGH koloni 7 dan 6.5 sebesar 2ng/µl. Dan berat rGH koloni 6.5 yang
didapatkan adalah 2,44gr dari total 1 liter kultur.

6.2 Saran
Saran untuk kegiatan Kuliah Kerja Profesi tentang tentang Produksi
Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
sebaiknya dilakukan PCR ulang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Selain itu perlu dilanjutkan proses produksi hingga Freeze dried dan aplikasi pada
ikan uji yang bisa dijadikan salah satu judul skripsi untuk menetahui kinerja dari
hormone pertumbuhan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA
Acosta J, Morales R, Morales A, Alonso M, Estrada MP. 2007. Pichia pastoris
expressing recombinant tilapia growth hormone accelerates the growth of
tilapia. Biotechnol Lett 29:1671–1676

Acosta J, Estrada MP, Carpio Y, Ruiz O, Morales R, Martinez E, Valdes J,


Borroto C, Besada V, Sanchez A, Herrera F. 2009. Tilapia somatotropin
polypeptides: potent enhancers of fish growth and innate immunity.
Biotecnologia Aplicada 26: 267-272.

Alimuddin., Lesmana, I., Sudrajat., A.O., Carman, O., Faizal, I, 2010. Production
and Bioactivity Potential of Three Recombinant Growth Hormones of
Farmed Fish. Indonesian Aquacult Jour 5: 11-17.

Forsyth IA, Wallis M. 2002. Growth hormone and prolactin-molecular and


function evolution. J Mammary Gland Biol Neoplasia 7: 291- 312.

Gomez JM, Mourot B, Fostier A, Le Gac F. 1999. Growth hormone receptor in


ovary and liver during gamatogenesis in female rainbow trout
(Oncorhynchus mykiss). J Reprod Fertil 115:275-285.

Jeh HS, Kim CH, Lee HK, Han K. 1998. Recombinant flounder growth hormone
from Escherichia coli: overexpression, efficient recovery, and
growthpromoting effect on juvenile flounder by oral administration. J
Biotechnol 60: 183-193.

Lesmana, Indra. 2010. Produksi dan Bioaktivitas Potein Rekombinan Hormon


Pertumbuhan Dari Tiga Jenis Ikan Budidaya. ITB. Bogor

Mancera MJ, Carrion L R, Del Pilar Del Riom. 2002. Osmoregulatory action of
PRL, GH, and cortisol in the gilthead seabream Sparus aurata L. Gen
Comp Endocrinol 129 :95-103.

McCormick Stephen D. 2001. Endocrine control of osmoregulation in teleost fish.


Amer Zool 41: 781-794.

Moriyama S, Kawauchi H. 1990. Growth stimulation of juvenile salmonids by


immersion in recombinant salmon growth hormone. Nippon Suisan
Gakkaishi 56: 31-34.

Sakai M , Kajita Y, Kobayashi M, Kawauchi H. 1997. Immunostimulating effect


of growth hormone: in-vivo administration of growth hormone in rainbow
trout enhances resistance to Vibrio anguillarum infection. Veterinary
Immunology and Irnmunopathology 57: 147-152.

20
Willard CL. 2006. Welfare effects of the use of recombinant bovine somatotropin.
J Dairy Res USA 14 : 1- 12

Lampiran 1. Foto - Foto kegiatan

1. Proses Penanaman dan pemanenan gliserol plasmid rGH ikan Nila


(TiGH) sampel KTGH, 6.11, 6.5, dan 7) kedalam media SOB

Gambar 5. Sempel plsmid rGH (KTGH, 6.11, 6.5, 7) Gambar 6. Kultur pada media SOB 50ml

Gambar 7. Tambahkan ampicilin Gambar 8. Inkubasi selama 16 jam 37℃ 115rpm

Gambar 9. Sentrifuse 12000 rpm 5 menit Gmbar 10. Hasil pellet rGH

21
2. Proses Nanodrop

Gambar 11. Kalibrasi dengan blanko TE Buffer Gambar 12. Masukan sempel 1µl bergantian

Gambar 13. Jalankan aplikasi dan analisis data

3. Proses PCR

Gambar 14. Tabung PCR yang diberi label Gambar 15. Primer dan campuran lainnya untuk
PCR

22
Gambar 16. Mix semua larutan Gambar 17. Masukan pada lubang PCR

Gambar 18. Jalankan PCR dengan suhu dan waktu


yang telah ditentukan

4. Proses elektroforesis

Gambar 20. Di oven 2 menit


Gambar 19. agarose

23
Gambar 21. Cetak gel agarose Gambar 22. elektroforesis

Gambar 23. Pemasukan loading dey dan DNA

Gambar 24. Penggunakan elektroforesis 20 menit

Gambar 25. Visualisasi dengan lampu untraviolet


dan menggunakan kamera khusus

24
5. Proses Produksi Inclusion Bodies rGH

Gambar 26. Kultur pada 50ml SOB (37℃ overnight Gambar 27. 500ml kultur + IPTG 0,5ml, 37℃ 3 jam
+ ampicillin 50µl + 200µl inokulan)

Gambar 28. Jadikan 1 pellet rGH dgn centrifuge Gambar 29. +larutan I (PBS+Triton x-100
valcon 50ml, 5000rpm, 10 mnt

Gambar 30. Sonikasi (6mnt on, 6mnt off) Gambar 31. Centrifuge 5000rpm, 10mnt

25
Gambar 32. +larutan II (NaCl + Triton x-100) Gambar 33. +PBS dingin dan Centrifuge 5000rpm
10mnt (2x)

Gambar 34. Simpan -20 ℃ Gamabr 35. Freezdry

26

Anda mungkin juga menyukai