JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan Kuliah Kerja Profesi (KKP)yang berjudul “Produksi Protein
Rekombinan Hormon Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)”
Laporan ini telah disusun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Pada kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Nurmayulis, Ir., M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Aeng Tirtayasa
2. Aris Munandar, S.Pi., M.Si selaku ketua Jurusan Perikanan.
3. Achmad Noerkhaerin Putra, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing
yang selalu bersedia meluangkan waktu memberikan bimbingan,
dukungan,, masukan berupa kritik dan saran.
4. Ir. Arief Arianto, M.Sc selaku Direktur PTPP
5. Juwartina Ida Royani, S.Si., M.Si. selaku Kepala Laboratorium
Teknologi Produksi Pertanian, LAPTIAB, BPPT Serpong
6. Sutanti, S.Pi., M.Si, Selaku penanggungajawab indoor
7. M.Kholik Firmansyah, S.Si selaku pembimbing lapang yang selalu
bersedia membimbing dan memberikan arahan.
Kami sangat berharap laporan praktikum lapang ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam lingkup perikanan.
Kami juga menyadari bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga laporan ini bermanfaat untuk para pembaca dan juga kami khususnya
sebagai penyusun.
Serpong, Februari2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1. 3 Manfaat ......................................................................................... 2
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1Hasil Nanodrop ............................................................................... 16
5.2Hasil PCR ........................................................................................ 17
5.3Hasil Produksi inclusion bodies rGH ............................................. 18
iii
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 19
6.2 Saran .............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto-foto kegiatan........................................................................ 21
Lampiran 2. Lembar monitoring KKP ............................................................. 27
Lampiran 3. Absensi harian ............................................................................. 31
vii
RINGKASAN
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keberhasilan proses belajar mengajar (KBM) di perguruan tinggi salah
satunya dilihat dari seberapa banyak dan cepat lulusan perguruan tinggi tersebut
terserap oleh pasar tenaga kerja. Karena itu, upaya meningkatkan daya serap
lulusan perguruan tinggi mensyaratkan proses pembekalan calon lulusan dengan
pengalaman dengan pengalaman kerja dibidang – bidang yang sesuai dengan
orientasi studinya dan karakteristik institusi/instansi calon pengguna lulusan.
Penyelenggaran Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan upaya Fakultas
Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa untuk membekali mahasiswa
peserta KKP dengan pengalaman kerja didunia kerja yang sesungguhnya
dibidang-bidang yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan
sektor pertanian dalam arti luas. KKP merupakan salah satu mata kuliah yang
terdapat dalam kurikulum Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Kegiatan KKP diselenggarakan pada semester tujuh.
Kegiatan Kuliah Profesi yang dilaksanakan di Pusat Teknologi Produksi
Pertanian ini adalah salah satu unit yang berada di bawah Kedeputian Teknologi
Agroindustri dan Bioteknologi yang mempunyai tugas melaksanakan dalam
menghasilkan inovasi teknologi budidaya pertanian (Perikanan, Peternakan dan
Pertanian). Salah satu program kerja yang dilakukan oleh PTPP ini adalah
pembuatan atau produksi hormon pertumbuhan ikan nila (TiGH).
Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ikan adalah dengan
menggunakan Minagrow / Recombinant Growth Hormone (rGH). Hormon
pertumbuhan adalah polipeptida rantai tunggal berukuran sekitar 22 kDa yang
dihasilkan dari kelenjar pituitari dan memiliki fungsi pleiotropik pada hewan
vertebrata. rGH merupakan satu hormonhidrofilik polipeptida yang tersusun atas
asam amino yang dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan ikan. Menurut
Wahyu et al (2015), selain mempercepat pertumbuhan, pemberian rGH diyakini
dapat meningkatkan kelulusan hidup ikan melalui sistem penigkatan kekebalan
tubuh terhadap penyakit dan stress. Fungsi utama hormon pertumbuhan antara
lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas, dan osmoregulasi
pada ikan teleost (Acosta et al. 2009). Selain itu, aplikasi rGH merupakan
1
prosedur yang aman (Willard 2006). Ikan yang diberikan rGH bukan merupakan
organisme hasil rekayasa genetik (Acosta et al. 2007).
Pada Kuliah Kerja Profesi ini mempelajari dan memproduksi protein
rekombinan rGH dari awal hingga akhir. Sample yang digunakan yaitu KTGH
sebagai kontrol dan koloni 6.11, 6.5, dan 7 yang merupakan produksi PTPP.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kuliah kerja profesi ini adalah :
1. Penyelanggaraan KKP bertujuan meningkatkan kompetensi mahasiswa
yang merupakan calon lulusan fakultas pertanian Untirta melalui
pengalaman kerja dibidang-bidang yang terkait secara langsung maupun
tidak langsung dengan sektor pertanian dalam arti luas.
2. Dan juga mengetahui prosedur dalam pembuatan hormon pertumbuhan
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh melalui penyelenggaraan KKP Fakultas
Pertanian Untirta antara lain :
1. Menjadi media bagi mahasiswa untuk menerapkan dan memperdalam ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh dalam perkuliaan.
2. Meningkatkan wawasan, pemahaman dan pengalaman mahasiswa mengenai
dunia kerja yang sesungguhnya.
3. Menjadi wahana terjalinnya kerja sama antara fakultas Pertanian Untirta
dengan pihak – pihak calon pengguna kelulusan.
4. Meningkatkan kompetensi mahasiswa Fakultas Pertanian Untirta.
5. Membuka peluang kerja dan menjadi alternatif lokasi penelitian untuk
penyelesaian tugas akhir bagi mahasiswa.
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd, 2004). Ikan ini
merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari
Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke
Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila
secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara
200 - 400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa
hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003)
Adapun klasifikasi ikan nila (Sugiarto, 1988) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Sub Class : Acanthoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub Order : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis niloticus
2.2Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth Hormone/GH) merupakan komposisi
darirantai polipeptida rantai tunggal dengan ukuran sekitar 22 kDa yang
dihasilkan di kelenjar pituitari dengan fungsi Oreochromis pleitropik pada setiap
hewan vertebrata (Rousseau & Dufour, 2007 dalam Acosta et al., 2009), sehingga
GH dapat berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi, sistem imun, dan
mengatur tekanan osmosis pada ikan teleostei, serta mengatur metabolisme.
Hormon pertumbuhan digunakan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ikan.
Hormon pertumbuhan adalah suatu polipeptida yang penting dan diperlukan agar
pertumbuhan normal (Forsyth, 2002). Selain itu, efek dari hormon pertumbuhan
pada pertumbuhan somatik pada hewan vertebtara memiliki peranan dalam sistem
3
reproduksi, metabolism (Gomez et al., 1999), osmoregulasi pada ikan euryhaline
(Mancera et al., 2002), jika hormon pertumbuhan dalam tubuh ikan berkurang
maka akan menghambat pertumbuhan, dan akan menghambat pematangan
seksual. Hormon pertumbuhan memacu pertumbuhan ikan dengan merangsang
selera makan ikan dan memperbaiki konversi pakan (Donalson et al., 1979).
Tetapi perubahan pada kedua parameter tersebut setelah perlakuan pemberian HP
menunjukkan adanya aktivitas HP pada proses metabolisme. Namun,
ketersediannya HP sangat sedikit dan terbatas, sehingga untuk mengatasi hal
tersebut, digunakan rekombinan HP (rHP), karena rHP menunjukkan fungsi yang
sama dengan HP endogenus yang terdapat dalam tubuh ikan. rHP dalam
meningkatkan pertumbuhan telah dilaporkan pada beberapa jenis ikan seperti ikan
rainbow trout (Onchorhynchus mykiss) dengan menggunakan rHP ikan salmon
(Moriyama et al., 1993), ikan flounder (Paralichtys olivaceus) dengan
menggunakan rHP juga dari ikan flounder (Jeh et al., 2008), ikan mas dengan
menggunakan rHP ikan giant catfish (Pangasianodon gigas) (Promdonkoy et al.,
2004), rHP dari ikan kerapu (Epinephelus lanceolatus), ikan gurame
(Osphronemus gouramy) dan ikan mas (Cyprinus carpio) (Lesmana, 2010).
2.3Manfaat Hormon Pertumbuhan
Pemberian rekombinan hormon pertumbuhan dapat dilakukan melalui
beberapa metode seperti dengan penyuntikan, melalui pakan, pemberian langsung
melalui oral dan perendaman. Pemberian rGH pada ikan nila melalui teknik
penyuntikan dilaporkan meningkatkan bobot hingga 20,94% dengan rGH ikan
kerapu kertang (El-GH), 18,09% dengan rGH ikan mas (Cc-GH), dan 16,99%
dengan rGH ikan gurame (Og-GH) (Alimuddin et al 2010). Hasil penelitian
Handoyo (2012) , menunjukan bahwa pertumbuhan bobot tertinggi diperoleh pada
perlakuan rGH 30 mg/kg pakan, dengan peningkatan 65,7% lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol.
Menurut Wahyu et al (2015), selain mempercepat pertumbuhan,
pemberian rGH diyakini dapat meningkatkan kelulusan hidup ikan melalui sistem
penigkatan kekebalan tubuh terhadap penyakit dan stress. Fungsi utama hormon
pertumbuhan antara lain mengatur pertumbuhan sel somatik, reproduksi, imunitas,
dan osmoregulasi pada ikan teleost (Acosta et al. 2009).Menurut Moriyama dan
4
Kawauchi (1990), aplikasi hormon rekombinan pertumbuhan melalui pemberian
pakan dan perendaman merupakan metode yang paling aplikatif untuk diterapkan
dalam skala besar. Aplikasi hormon rekombinan pertumbuhan melalui pakan
dapat menghabiskan hormon pertumbuhan lebih banyak dibandingkan dengan
metode perendaman, akan tetapi pemberian hormon rekombinan pertumbuhan
melalui pakan buatan dapat dilakukan semenjak pada stadia larva sampai ikan
dewasa.
5
BAB III. KEADAAN UMUM LOKASI PTPP, LAPRIAB, BPPT-SERPONG
3.1 Lokasi Kuliah Kerja Profesi (KKP)
6
penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk
Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina.
Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina
No.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi
Advance Teknologi Pertamina. Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No.25
tanggal 21 Agustus 1978. Diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47
tahun 1991.
7
Indonesia yang bekerjasama dengan pemerintah lokal dan beberapa
kelompok usaha
3. PTPP di dukung oleh infrastruktur laboratorium analis di Serpong
LABTIAP Teknologi Produksi Pertanian dengan fasilitas fasilitas analisis
untuk lab. Analitik, lab fisiologi tanaman, lab. Reproduksi ternak, lab
nutrisi dan pakan, lab bioengineering, lab fisiologi ikan dan penyakit.
4. PTPP menggunakan system tata kerja kerekayasaan yang menggambarkan
kerekayasaan pada beberapa program yang ada di PTPP yaitu inovasi
teknologi produksi tanaman kakao, karet dan sawit, inovasi teknologi
udang galah dan ikan nila serta teknologi inovasi peternakan melalui
system integrasi sapi sawit.
5. PTPP juga sudah memiliki jaringan (networking) yang luas dengan mitra
(dalam negeri) dan akan berkembang pada kerjasama mitra dengan luar
negeri.
Pusat Teknologi Produksi Pertanian – PTPP mempunyai fungsi sesuai dengan
PERKA BPPT no.009 tahun 2015 yang terdiri dari :
1. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi
tanaman,
2. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi
peternakan,
3. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi
perikanan,
4. Penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi produksi pertanian; dan
5. Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di
lingkungan Pusat Teknologi Produksi Pertanian.
Produk dan Jasa yang ada di Pusat Teknologi Produksi (PTPP) yaitu :
Mulako : Inovasi produk budidaya tanaman kakao, Stimulan untuk
Meningkatkan Vigoritas Bibit Kakao Hasil Grafting
Suplemen Tanaman
Varietas Jagung Hibrida yang Genjah (85 hari)
Inovasi Teknologi Budidaya Tanaman Herbal
Inovasi Teknologi Propagasi in vitro Tanaman Pisang
8
Teknologi Aeroponik untuk Peningkatan Produksi Kentang
Teknologi Urban Farming
Prototipe dsRNA MrIAG
Benih Udang Galah Hibrida
Benih Udang Galah monosex Neo-Female
Benih Udang Galah Monosex Jantan
Rekomendasi Pemeliharaan dan Perbaikan Kualitas Induk Ikan Nila Salina
Vaksin Rekombinan Streptococcus untuk Ikan
Hormon Pertumbuhan Rekombinan untuk Ikan
Inovasi Teknologi Budidaya Perikanan
Powerfeed : Pakan Ternak Komplit Berbahan Baku Limbah Industri Sawit
Software Aplikasi Recording Ternak “SiPinter’
Software Aplikasi Formulasi Pakan Ternak “SiPandai”
Pakan Suplemen Probiotik (Probiotech), Mineral (Minetech) dan
Nutritech
Inovasi Produksi dan Layanan Technopark Bantaeng sebagai Technopark
Pembibitan
9
Direktur Pusat Teknologi
Produksi Pertanian
(Ir. Arief Arianto, M.Sc)
10
2. Pilot plan/Warkshop/Uji Hewan
a. PP Enzim Clean Room
b. PP Pangan Fungsional
c. PP Ekstraksi
d. PP Agroindustri
e. PP Pakan
3. Utilitas
a. Sumber Listrik
Sumber Listrik PLN dan Sumber listrk genset (listrik cadangan)
b. Telpon/Fax
Sambungan eksternal : Telkom dan PABX
c. Internet
Setiap gedung mendapatkan koneksi internet
d. Sumber Air
Air bersih (PAM PUSPITEK)
Air Demin (setiap Laboratorium disediakan sumber air bersih dan air
demin)
e. Waste Treatment
Air kotor (badan air dan septic tank)
Limbah cair dan padat B3 (kolektif PUSPITEK)
11
BAB IV PELAKSANAAN KKP
Kuliah Kerja Profesi dilaksanakan pada Tanggal 8 Januari 2018 sampai
dengan Tanggal 9 Februari 2018 yang betempat di Pusat Teknnologi Produksi
Pertanian, LAPTIAP BPPT, gedung 612 kawasam PUSPITEK Serpong
Kegiatan yang dilakukan meliputi 2 program yaitu kegiatan sekunder dan
kegiatan utama atau program primer. Kegiatan sekunder meliputi pembuatan
dsRNA, ekstaksi DNA, serta identifikasi bakteri pada udang. Sementara kegiatan
utama yaitu produksi hormone pertumbuhan ikan nila (TiGH) yang meliputi
beberapa langkah/kegiatan. Yaitu :
1. Penanaman dan pemanenan gliserol plasmid rGH ikan Nila (TiGH)
sampel KTGH, 6.11, 6.5, dan 7
2. Nanodrop
3. PCR (Polymerase Chain Reaction)
4. Elektroforesis
5. Produksi Inclusion Bodies rGH
4.1 Penanaman dan pemanenan gliserol plasmid rGH ikan Nila (TiGH)
Produksi rGH dilakukan menggunakan bakteri Eschercia coli BL21. Klon
bakteri E. coli BL21 yang mengandung konstruksi pCold-I/ElGH (Alimuddin et
al. 2010). Dalam proses produksi hormone pertumbuhan yang pertama dilakukan
adalah menanam gliserol stok (KTGH, 6.11, 6.5, 7) kedalam media SOB 50
mlMedia SOB merupakan media cair yang digunakan untuk mengkultur plasmid
rGH dengan bahan campuran didalamnya yaitu tripton 2gr, yeast 0,5 gr, NaCl
0,05 µl, KCl 1 µl, NaOH 40 µl. semua dicampur dan di bagikan kedalam 4 tabung
reaksi sebanyak 50ml. Masukan sampel (KTGH, 6.11, 6.5, 7) kedalam media
SOB dan ampisilin 100 μL/mL diinkubai selama 16 jam pada suhu 37°C
kecepatan 115 rpm di dalam shaker. Panen hasil inkubasi plasmid (KTGH, 6.11,
6.5, 7) kedalam tube 1,5ml dan di centrifuge dengan kecepatan 14.000 rpm selama
5 menit. Buang supernatan dan sisakan pellet rGH. Setelah itu, keringkan hasil
panen menggunakan alat vacuum dry selama ±1 jam.
12
4.2 Nanodrop
Nanodrop adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mengukur
konsentrasi DNA, RNA, bahkan protein. Menggunakan alat ini bisa terlihat kadar
DNA atau RNA yang digunakan. Pada tahap ini sampel rGH yang telah di panen
kemudian di cek kualitas kemurnian yang menjadi salah satu kunci untuk lanjut ke
proses selanjutnya. Apabila hasilnya tidak bagus maka proses tahap awal harus di
ulang sampai mendapatkan kemurnian yang baik. Kemurnian 260/280 yang baik
adalah berkisar 1,8-2. Sampel di bawah 1,8 atau di atas 2 kemungkinan terjadi
cemaran protein dan karbohidrat. Penggunaan nanodrop diawali dengan kaliberasi
dengan 1µl larutan blanko bufer tris-EDTA (TE). Dilanjutkan dengan memasukan
sampel (KTGH, 6.11, 6.5, 7) 1µl secara bergantian. Kemudian jalankan aplikasi
dan analisis data.
4.4 Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu cara analisis kimiawi yang didasarkan pada
pergerakan molekul-molekul protein bermuatan di dalam medan listrik (titik
isoelektrik). Pergerakan molekul dalam medan listrik dipengaruhi oleh bentuk,
13
ukuran, besar muatan dan sifat kimia dari molekul (Titrawani, 1996). Pemisahan
dilakukan berdasarkan perbedaan ukuran berat molekul dan muatan listrik yang
dikandung oleh makro-molekul tersebut. Bila arus listrik dialirkan pada suatu
medium penyangga yang telah berisi protein plasma maka komponen-komponen
protein tersebut akan mulai bermigrasi (Ricardson et al., 1986).
Penggunaan elektroforesis menggunakan gel yang disebut dengan gel
agaros untuk media migrasi DNA. Gel agarose dibuat dengan campuran agaros
1% dan larutan TAE 1x sebanyak 60 ml yang di oven selama 2 menit. Gel agarose
akan mengeras di dalam cetakan elektroforesis. Gel agarose yang sudah mengeras
dapat digunakan pada alat elektrroforesis. Peletakan DNA kedalam lubang gel
agarose mengguanakan campuran loading dye sebanyak 1,5 µl dan DNA 3µl.
menggunakan marker 50 bp. Elektroforesis berlangsung selama ±30 menit. Gel
agarose yang sudah di elektroforesis kemudian direndam pada larutan ETBR
selama 30 menit yang selanjutnya visialusasi dengan lampu ultraviolet dan
didokumentasi dengan kamera khusus.
14
5000 rpm proses ini di ulang 2x. Supernatandibuang, pelet dicuci dengan PBS
sebanyak 50 mL dengan disentrifugasi selama10 menit pada kecepatan 5000 rpm.
Supernatan dibuang sampai benar-benarbersih dan ditimbang. Pelet rGH disimpan
di pendingin bersuhu -20°C. Peletprotein dikering-bekukan (freeze dried) selama
12 jam.
15
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hasil Nanodrop
Adapun hasil yang didapatkan dalam Kuliah Kerja Profesi (KKP) pada
proses nanodrap adalah sebagai berikut
Tabel 1. Hasil Nanodrop
Nucleic
Sample User Date and Sample
no Acid Unit A260 A280 260/280 260/230 Factor
ID name Time Type
Conc.
1/26/2018
1 KTGH wbs3 4071,7 ng/µl 81,433 52,86 1,54 1,74 DNA 50
2:42:52 PM
1/26/2018
2 6,11 wbs3 8645,9 ng/µl 172,92 85,54 2,02 2,35 DNA 50
2:44:07 PM
1/26/2018
3 7 wbs3 8033,9 ng/µl 160,68 80,23 2 2,37 DNA 50
2:44:54 PM
1/26/2018
4 6,5 wbs3 8845,5 ng/µl 176,91 88,27 2 2,37 DNA 50
2:45:43 PM
Nanodrop adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mengukur
konsentrasi DNA, RNA, bahkan protein. Menggunakan alat ini bisa terlihat kadar
DNA atau RNA yang digunakan. Dari hasil uji yang dilakukan pada 4 sempel uji
didapatkan 260/280 menunjukan kemurnian yang berfariasi. Pada KTGH
kemurnian 260/280 didapatkan 1,74 ng/µl, sedangkan pada TiGH 6.11 di
dapatkan kemurnian 260/280 sebesar 2,02ng/µl. Kemurnian 260/280 pada sempel
7 didapatkan sebesar 2ng/µl begitupun pada sempel 6,5 mendapatkan kemurnian
sebesar 2ng/µl. Angka kemurnian terbaik yaitu pada sempel 7 dan 6.5 yang
mencapai kemurnian 2ng/µl. kemurnian dikatakan baik apabila diantara 1,8-
20ng/µl. Sempel dibawah 1,8 dan di atas 20 bisa di indikasi tercema protein dan
karbohidrat karena pada proses kultur TiGH tidak baik ataupun tidak steril
sehingga menyebabkan sempel tercemar dengan bahan lain. Dari hasil uji
kemurnian yang layak untuk digunakan proses selanjutnya yaitu sampel 7 dan 6.5
karna telah sesuai target kemurnian. Sedangkan sempel lainnya sebaiknya di ulang
sampai mendapatkan kemurnian rGH yang baik.
16
5.2 Hasil PCR
(a) (b)
Gambar 3. PCR pertama (a), PCR ulang (b)
PCR adalah suatu teknik yang melibatkan beberapa tahap yang
berulang(siklus) dan pada setiap siklus terjadi duplikasi jumlah target DNA untai
ganda. Untai ganda DNA templat (unamplified DNA) dipisahkan dengan
denaturasi termal dan kemudian didinginkan hingga mencapai suatu suhu tertentu
untuk memberi waktu pada primer menempel (anneal primers) pada daerah
tertentu dari target DNA.
Hasil dari PCR yang dilakukan pada 4 sempel ternyata dalam visualisai
ultraviolet tidak terlihat muncul pada sempel yang di uji. Dari hasil ini diketahui
bahwa gen pembawa rGH tidak ada pada sempel. Hasil ini bisa terjadi karena
beberapa kesalahan. Dapat disimpulkan dalam PCR harus di ulang. Namun pada
PCR ke 2 yang telah di ulang masih tidak terlihat DNA rGH pada hasil PCR.
Karena itu pada proses ini harus di ulang hingga DNA rGH muncul pada 500bp.
Umumnya jumlah siklus yang digunakan pada proses PCR adalah 30
siklus. Penggunaan jumlah siklus lebih dari 30 siklus tidak akan
meningkatkanjumlah amplicon secara bermakna dan memungkinkan peningkatan
jumlah produk yang non-target. Perlu diingat bahwa di dalam proses PCR
effisiensi amplifikasi tidak terjadi 100 %, hal ini disebabkan oleh target templat
17
terlampau banyak, jumlahpolimerase DNA terbatas dan kemungkinan terjadinya
reannealing untai target.
18
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh tentang Produksi Protein Rekombinan
Hormon Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dapat disimpulkan
bahwa produksi rGH meliputi beberapa tahap yaituenanaman dan pemanenan
gliserol plasmid rGH ikan Nila (TiGH) sampel KTGH, 6.11, 6.5, dan 7
dilanjutkanNanodrop, PCR (Polymerase Chain Reaction), Elektroforesis dan
Produksi Inclusion Bodies rGH. Dari hasil yang didapat kemurnian terbaik yaitu
pada rGH koloni 7 dan 6.5 sebesar 2ng/µl. Dan berat rGH koloni 6.5 yang
didapatkan adalah 2,44gr dari total 1 liter kultur.
6.2 Saran
Saran untuk kegiatan Kuliah Kerja Profesi tentang tentang Produksi
Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
sebaiknya dilakukan PCR ulang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.
Selain itu perlu dilanjutkan proses produksi hingga Freeze dried dan aplikasi pada
ikan uji yang bisa dijadikan salah satu judul skripsi untuk menetahui kinerja dari
hormone pertumbuhan tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Acosta J, Morales R, Morales A, Alonso M, Estrada MP. 2007. Pichia pastoris
expressing recombinant tilapia growth hormone accelerates the growth of
tilapia. Biotechnol Lett 29:1671–1676
Alimuddin., Lesmana, I., Sudrajat., A.O., Carman, O., Faizal, I, 2010. Production
and Bioactivity Potential of Three Recombinant Growth Hormones of
Farmed Fish. Indonesian Aquacult Jour 5: 11-17.
Jeh HS, Kim CH, Lee HK, Han K. 1998. Recombinant flounder growth hormone
from Escherichia coli: overexpression, efficient recovery, and
growthpromoting effect on juvenile flounder by oral administration. J
Biotechnol 60: 183-193.
Mancera MJ, Carrion L R, Del Pilar Del Riom. 2002. Osmoregulatory action of
PRL, GH, and cortisol in the gilthead seabream Sparus aurata L. Gen
Comp Endocrinol 129 :95-103.
20
Willard CL. 2006. Welfare effects of the use of recombinant bovine somatotropin.
J Dairy Res USA 14 : 1- 12
Gambar 5. Sempel plsmid rGH (KTGH, 6.11, 6.5, 7) Gambar 6. Kultur pada media SOB 50ml
Gambar 9. Sentrifuse 12000 rpm 5 menit Gmbar 10. Hasil pellet rGH
21
2. Proses Nanodrop
Gambar 11. Kalibrasi dengan blanko TE Buffer Gambar 12. Masukan sempel 1µl bergantian
3. Proses PCR
Gambar 14. Tabung PCR yang diberi label Gambar 15. Primer dan campuran lainnya untuk
PCR
22
Gambar 16. Mix semua larutan Gambar 17. Masukan pada lubang PCR
4. Proses elektroforesis
23
Gambar 21. Cetak gel agarose Gambar 22. elektroforesis
24
5. Proses Produksi Inclusion Bodies rGH
Gambar 26. Kultur pada 50ml SOB (37℃ overnight Gambar 27. 500ml kultur + IPTG 0,5ml, 37℃ 3 jam
+ ampicillin 50µl + 200µl inokulan)
Gambar 28. Jadikan 1 pellet rGH dgn centrifuge Gambar 29. +larutan I (PBS+Triton x-100
valcon 50ml, 5000rpm, 10 mnt
Gambar 30. Sonikasi (6mnt on, 6mnt off) Gambar 31. Centrifuge 5000rpm, 10mnt
25
Gambar 32. +larutan II (NaCl + Triton x-100) Gambar 33. +PBS dingin dan Centrifuge 5000rpm
10mnt (2x)
26