BAB I
PENDHULUAN
Agustus 2013 mencapai 188,80 juta orang. Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri (as
citied in Pos Kota 2016) dalam Bulan K3 tahun 2016 di kantor Kemnaker, Gatot Subroto ,
Jakarta, Selasa (12/1) mengatakan bahwa UU No1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
genap berusia 45 tahun, namun pelaksanaan UU tersebut masih belum diterapkan secara
maksimal. Angka kecelakaan kerja terjadi di beberapa sektor usaha masih tinggi. (Pos Kota
2016)
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat, secara nasional
BPJS Ketenagakerjaan telah menangani 105.383 kasus kecelakaan kerja hingga tahun 2014
lalu. Dari jumlah itu, tercatat kasus cacat fungsi berjumlah 3.618 kasus, cacat sebagian
berjumlah 2.616 kasus, cacat total berjumlah 43 kasus, dan meninggal dunia sebanyak 2.375
kasus. Adapun hingga Maret 2015, BPJS Ketenagakerjaan telah menangani sebanyak 38
kasus JKK-RTW (Return To Work). Salah satu penyebab kejadian ini adalah pelaksanaan dan
khususnya dan masyarakat pada umumnya, belum optimal. Peristiwa kecelakaan tersebut
harus dijadikan pelajaran yang sangat berharga agar tidak terulang kejadian yang sama.
Untuk itu, peningkatan upaya-upaya K3 masih terus dibutuhkan dalam mencegah
tertimpa, terpotong, luka, terbakar dan lain sebagainya. Data yang disebabkan oleh kondisi
kerja yang tidak aman dan bersifat kronis yang baru dapat diketahui dalam jangka panjang
belum disebutkan.
Meskipun demikian, setidaknya telah mencerminkan bahwa manejemen K3 yang ada di
indonesia masih lemah, baik dari segi pengawasan oleh pemerintah, kebijakan yang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebijakan
Menurut Lasswell (1970): Kebijakan adalah sebagai suatu program pencapaian tujuan,
nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected program of goals values and
mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para pelakunya untuk
dicirikan oleh tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang membuat
dan melaksanakan kebijakan. Menurut Amara Raksasa Taya (1976): kebijakan adalah suatu
seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan mencantumkan kendala-
kendala yang dihadapi serta kesempatan yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut
seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara
atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-faktor yang bersifat situasional, untuk
mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar pedoman (untuk)
bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu
dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang
dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut Mustopadidjaja: Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang
dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai keputusan atau untuk mencapai
tujuan tertentu, berisikan ketentuan-ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam:
1. pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik kelompok sasaran
hubungan dengan (unit) organisasi pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang
dimaksudkan.
Menurut pendapat berberapa ahli mengenai kebijakan diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan adalah serangkaian tindakan atau keputusan yang mempunyai tujuan yang terarah
dalam suatu organisasi dalam ruang lingkup tertentu yang menjadi dasar untuk memecahkan
suatu permasalahan.
2.2 Pengertian K3
Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang terkait dengan pekerjaan.
Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara
umum.
Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri:
Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja
adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat
kerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi
adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
Keselamatan Kerja adalah ilmu dan penerapannya untuk menciptakan dan menjamin kondisi
dalam pekerjaan yang sehat baik jasmani maupun rohani, efisien dan terkendali bagi pekerja,
peralatan, perusahaan, dan lingkungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
dan Keselamatan Kerja adalah serangkaian tindakan dan keputusan yang bertujuan
menciptakan dan menjamin kondisi dalam pekerjaan yang sehat baik jasmani maupun
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
Oleh sebab itu, Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat penting dan menjadi
landasan utama perusahaan yang diharapkan dapat menggerakkan semua warga perusahaan
sehingga program Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diinginkan dapat berjalan dengan
baik.
Walaupun demikian, suatu kebijakan harusnya tidak hanya hitam diatas putih saja tanpa
implementasi dan komitmen yang berkelanjutan sehingga kebijakan tersebut hanya akan sia-
sia tanpa memberi suatu manfaat, karena tanpa komitmen yang kuat suatu kebijakan tidak
Kesehatan dan Keselamatan Kerja tidak akan berjalan dengan baik. Semboyan bahwa
keselamatan harus mulai dari atas menunjukkan secara tegas pentingnya peranan
kelompok tenaga kerja, ahli kesehatan dan staf lainnya tidak pernah berhasil banyak apabila
dalam undang undang, seperti prosedur penggunaan alat, standarisasi Alat Pelindung
3. Memasukkan Kesehatan Dan Keselamatan kerja dalam setiap kesempatan, rapat, apel
5. Melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja seperti audit Keselamatan dan Kesehatan kerja dan kampanye pentingnya
antara pengurus dan wakil tenaga kerja dengan berlandaskan undang undang yang mengatur
tentang pembuatan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang kemudian harus
Kerja harus selalu ditinjau ulang dalam interval waktu tertentu dalam rangka peningkatan
kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Maka dari itu Kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan kerja harus tertulis agar mudah dalam melakukan peninjauan ulang dan alasan
Keselamatan kerja
1. Singkat dan menggunakan diksi yang mudah dipahami. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca dapat secara mudah memahami apa yang menjadi tujuan dari kebiajakan yang
dibuat.
dalam perusahaan.
4. Memastikan agar kebijakan yang dibuat dapat diketahui semua warga perusahaan.
8. Dicetak alam bahasa atau media yang mudah dipahami dan dapat diberi gambar-gambar
10. Dalam pemasangannya harus diperhatikan faktor ergonomi dan penempatannya dapat
dibaca dengan mudah agar tujuan kebijakan yang dimaksud dapat dimengerti secara
maksimal.
Kebijakan K3 tentu berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, tergantung
jenis bahaya yang ada dalam sebuah perusahaan tersebut. Sebagai contoh perusahaan yang
bergerak dibidang kontraktor instalasi listrik akan mempunyai kebijakan yang berbeda
instalasi listrik akan membuat kebijakan tentang bahaya instalasi di gedung bertingkat maka
pada perusahaan pelayanan kesehatan masyarakat tidak membuat kebijakan seperti itu, akan
tetapi membuat kebijakan mengenai bahaya terhadap penularan penyakit tertentu oleh pasien.
Kebijakan yang sesuai dengan resiko yang ada akan membuat kebijakan tersebut efektif dan
bermanfaat.
sehubungan dengan itu kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja perlu mengikuti
teknologi yang ada. Sebuah inovasi teknologi baru akan mempunyai resiko yang berbeda
kesehatan dan keselamatan kerja seiring dengan berkembangnya teknologi yang dipakai
dalam sebuah poster ataupun prosedur-prosedur penggunaan suatu alat yang dapat
yang harus diimplementasikan dan ditaati dalam setiap kegiatannya oleh semua warga
Kebijakan yang dibuat telah dikomunikasikan kepada seluruh warga perusahaan dengan
tujuan seluruh warga perusahaan memahami maksud dan tujuan kebijakan kesehatan dan
keselamatan kerja tersebut. Hal ini dapat dilakukan oleh pimpinan ataupun lembaga terkait
yang bertanggung jawab atas kesehaatan dan keselamatn kerja di perusahaan tersebut dengan
cara mengingatkan setiap apel pagi ataupun monitoring secara langsung saat karyawan
bekerja.
5. Telah disosialisasikan.
Kebijakan yang telah dibuat seharusnya telah disosialisasikan kepada seluruh warga
perusahaan sehingga mereka tidak hanya mengetahui saja namun telah mempunyai
kompetensi untuk mengimplementasikan secara baik dan benar dalam kegiatan setiap
harinya. Ini dapat dicapai dengan adanya pelatihan dan sosialisasi singkat terhadap kebijakan
yang ada.
6. Kebijakan yang dibuat mencakup Kesehatan dan Keselamatan kerja pihak lain yang
terlibat.
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dibuat harus mengatur pihak lain yang
terlibat seperti mitra bisnis, masyarakat sekitar, pemasok, pelanggan dan lain-lain yang tak
jarang terlibat dalam perusahaan. Selain itu memastikan juga untuk mensosialisasikannya
Kebijakan yang dibuat perlu ditinjau ulang dengan interval waktu tertentu untuk melihat
apakah kebijakan tersebut masih relevan. Peninjauan ini penting untuk memastikan bahwa
kebijakan yang ada masih sesuai dengan teknologi dan kondisi yang ada. Sehingga kebijakan
tersebut dapat diimplementasikan dengan tepat dan efisien. The main objectives of such
indonesia. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan yang dibuat sesuai dan sejalan dengan
menyalahi disini dalam artian kebijakan yang dibuat benar-benar mementingkan kesehatan
penghasilan yang layak bagi setiap warga negara. Apabila keselamatan tenaga kerja sebagai
pelaksanaannya adalah terjamin maka akibat kecelakaan kerja seperti cacat, kematian dan
penyakit akibat kerja bertentangan dengan undang-undang dasar 1945. Atas dasar Undang-
Undang Dasar 1945 maka lahirlah berbagai undang-undang dan peraturan yang mengatur
13 Th. 2003).
Terdapat undang-undang khusus yang memang sengaja dibuat untuk membahas
menegenai kesehatan dan keselamatan kerja. Setidaknya terdpat 5 landasan dasasr undang-
undang yang mengatur kesehatan dan keselamatan kerja, diantara undang- undang tersebut
adalah :
1. Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
2. Undang- Undang No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO Nomor 120
4. Undang- Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Undang- Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dan undang-undang lainnaya.
pelaksanaanya menjadi hal yang sangat penting dan wajib dalam penyelenggaraan kesehatan
dan keselamatan kerja. Tanpa undang undang yang mengatur maka suatu kebijakan yang
dibuat perusahaan tidak akan tepat sasaran dan bahkan bisa berpihak kepada perusahaan
undang-undang untuk mengatur tentang pengawasan dan tindak lanjut jika terjadi
pelanggaran. Maka dari itu perlu adannya undang undang yang mengatur tentang segala hak
dan kewajiban tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan terhadap keselamatan kerja.
Seperti yang diatur dalam undang undang No. 14 Tahun 1969 tentang ketentuan ketentuan
kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat
5. Norma kerja
6. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja (Pasal
10)
Meski undang- undang No. 14 tahun 1969 ini telah dicabut dan digantikan oleh undang-
undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan namun perlu digaris bawahi jika
ketentuan dasar dari undang- undang No. 14 Tahun 1969 ini menjelaskan bahwa kesehatan,
keselamatan, kesehatan moral dan kesusilaan tenaga kerja adalah hak seluruh tenaga kerja
serta pemerintah berperan dalam melindungi seluruh hak tenaga kerja. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa keberadaan undang- undang sangat perlu dan penting dalam proses
penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja untuk melindungi segala hak tenaga kerja
yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamtan kerja baik fisik maupun moral, serta untuk
pengawasannya.
2.9 Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja di Perusahaan
Penyebab kecelakaan kerja di berbagai bidang perusahaan sangat beragam, namun secara
Manusia yang dimaksud adalah semua orang yang ikut berperan atau bekerja pada suatu
area kerja. Ruang lingkup manusia disini adalah manajer sebagai pembuat kebijakan,
engginer sebagai perencana alat dan ruangan, pelaksana maupun supervisor yang
bertanggung jawab terhadap para pelaksana. Dalam kenyataannya manusia banyak yang
menjadi penyebab utama kecelakaan dan bahkan menjadi korban dari kcelakaan yang mereka
buat sendiri yang tak jarang sampai mengakibatkan kematian. Hal ini disebabkan oleh faktor
a. Kurangnya kemampuan
Secara fisik : Tinggi, berat, jangkauan, kekuatan, pengelihatan, pendengaran,
pernafasan dan lain sebagainya, maka dari itu perusahaan wajib mengadakan
tes kesehatan pada penerimaan tenaga kerja untuk mengetahui kondisi fisik
calon karyawan.
Secara mental : Bakat dan kecerdasan, daya ingat, ketangkasan, permasalahan
resiko yang ada di tempat kerja. Pengalaman sangat berpengaruh pada kecelakaan
kerja sehingga pelatihan tenaga kerja baru sangat berguna bagi pengantisipaian
kecelakaan kerja.
c. Kurang keterampilan : skill bekerja, bekerja tidak sesuai prosedur yang benar,
ekstrim, kelembaban, oksigen di tempat kerja dll. Stress yang dialami oleh
yang diinginkan,
Konflik, yaitu terjadi jika tidak dapat memilih antara dua atau lebih kebutuhan
Tekanan/ krisis, yaitu beban kerja mental dan fisik sehari-hari meskipun kecil
kelemahan dan memiliki sifat bertahap (wowo sunaryo kuswono, 2015: 155)
e. Kurang motivasi : bekerja tidak sesuai prosedur agar cepat selesai, pengejaran
target agar mendapat bonus, hal yang lucu menggunakan APD yang sesuai
prosedur dll.
f. Alat
Kondisi peralatan yang sudah tidak layak
Penyedian Alat Pelindung Diri
Kurangnya perawatan alat
2. Lingkungan
Faktor lingkungan atau biasa disebut (unsafe condition) yaitu kondisi tidak aman
dari mesin, peralatan, lingkungan kerja, proses kerja, sistem kerja, ergonomi, dampak dari
proses produksi seperti temperatur ekstrim, bahan kimia, debu, serbuk besi dan lain
sebagainya. Ergonomi merupakan studi bersifat multidisiplin ilmu yang berakar mulai
pemrograman dan seni yang berorientasi pada proses dan produk secara sinergi dengan
alat atau mesin yang dimanfaatkan secara aman, nyaman dan memberikan kepercayaan
adanaya keselamatan kerja yang tinggi, melalui medote tertentu (Wowo Sunaryo
Kuswono, 2014).
Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam timbulnya
kecelakaan kerja sangat tinggi, selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian bahwa 80%
sampai 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia
(Sumamur, 1985). Menurut sumamur faktor penyebab kecelakaan kerja tertinggi adalah
faktor manusia dengan berbagagai penyebab seperti kelelahan, beban kerja yang tinggi,
KESIMPULAN
Manajemen K3 yang ada di Indonesia masih lemah, baik dari segi pengawasan oleh
pemerintah dan perusahaan, kebijakan yang dikeluarkan perusahaan maupun dari segi
implementasinya. Undang undang yang ada di Indonesia sebenarnya sudah baik hanya saja ada
beberapa pasal yang sudah tidak relevan dan perlu adanya revisi. Untuk mencapai tujuan K3
yaitu melindungi, menjamin dan meningkatkan keselamatan, kesejahteraan dan produktifitas
setiap tenaga kerja di berbagai bidang pekerjaan dapat tercapai maka dapat dilakukan dengan :
1. Merevisi UU No. 13 Tahun 1970 terkait sanksi bagi perusahaan yang melanggar undang
undang kesehatan dan keselamatan kerja. Dengan merevisi UU ini dimaksudkan agar
perusahaan lebih serius dalam mengupayakan kesehatan dan keselamatan kerja bagi
tenaga kerjanya.
keselamatan dan kesehatan kerja di indonesia sudah bagus meskipun beberapa sudah
tidak relevan dan perlu direvisi namun pengawasan ditingkat nasional belum maksimal
3. Menindak tegas perusahaan yang memiliki angka kecelakaan kerja tinggi. Pemerintah
dinilai kurang dalam penindakan perusahaan yang memiliki angka kecelkaan tinggi,
angka kecelakaan yang tinggi ini menunjukkan bahwa implementasi Keselamatan dan
digencarkan dan penindakan terhadap perusahaan yang memiliki angka kecelakaan kerja
tinggi ditindak tegas maka pengawasan ditingkat perusahaan oleh manajer atau bagian
5. Meningkatkan pengawasan ditingkat tenaga kerja secara langsung oleh penaggung jawab
dimaksudkan agar bermuara di pengawasan secara langsung kepada tenaga kerja juga
meningkat. Jika tenaga kerja merasa terawasi maka tenaga kerja akan selalu mentaati
kebijakan dan peraturan peraturan yang ada di perusahaan tersebut serta akan
laun tenaga kerja/seluruh warga perusahaan akan terbiasa dan karna terbiasa maka
budaya K3 akan terbentuk dan tertanam disetiap warga perusahaan. Budaya perusahaan
Jadi jika budaya di perusahaan sudah merupakan budaya K3 maka pada generasi penerusnya
juga akan berbudaya K3, namun jika seniornya saja tidak berbudaya K3 dalam bekerja maka
hal yang sangat penting agar tenaga kerja dapat mengetahui pentingnya K3 dan
7. Perusahaan lebih mementingkan kesehatan dan keselamatan tenaga kerjanya dari pada
pencapaian target produksi. Karena perusahaan yang lebih mementingkan target produksi
dan keselamatan kerja, serta dalam membuat kebijakan harus berdasarkan UU serta
9. Kesadaran tenaga kerja untuk berperilaku safety first dalam setiap pekerjaanya pada
saat diawasi maupun tidak diawasi karena kecelakan kerja dapat menimpa siapapun dan
dimanapun.
10. Tenaga kerja harus sadar bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah hak mereka
sehingga jika kesehatan dan keselamatan mereka tidak terpebuhi mereka harus protes
atau meminta perusahaan memenuhi hak mereka. Karena sebesar apapun gaji jika
kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpenuhi adalah hal yang percuma. Gaji tersebut
Selain itu dalam melakukan pengawasan pemerintah juga mengalami kesulitan. Kesulitan
1. Jumlah pengawas tak sebanding dengan perusahaan dan objek yang diamati.
2. Keterbatasan anggaran.
3. Keterbatasan lapangan kerja terhadap tenaga kerja sehingga tenaga kerja kurang
Seorang pekerja yang berada pada lingkungan yang aman dan memiliki kesehatan yang baik
akan cenderung lebih produktif dan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.
Dengan memberikan aspek Kesehatan dan Keselamatan kerja maka perusahaan secara tidak
langsung telah mempunyai investasi dalam jangka panjang ( Nurhening Yuniarti, 2014: 255)
Agar kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat diminimalisir perlu kesadaran dan peran aktif
dari semua warga perusahaan karena sebaik-baik nya kebijakan yang dibuat tanpa kesadaran dan
peran aktif dari semua warga perusahaan tidak akan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sumamur (1981). Keselamatan kerja & pencegahan kecelakaan. Jakarta: PT Gunung Agung.
Rosdakarya.
Wowo sunaryo kuswono (2014). Ergonomi dan K3. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Sumamur (2014). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV Sagung
seto.
Qomariyah Sholihah & Wahyudi Kuncoro (2011) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konsep
Perkembangan Dan Implementasi Budaya Keselamatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.
Nurhening Yuniarti (2014). Urgensi Pendidikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada
Benjamin O. Alli (2008). Fundamental principles of occupational health and safety. International
http://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/page/Laporan-Kinerja/Laporan-Tahunan-.html
http://poskotanews.com/2016/01/12/menaker-angka-kecelakaan-kerja-masih-tinggi/
https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2011/12/21/beban-kerja-mental-pada-karyawan/
https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973
http://www.kspi.or.id/kspi-minta-pengawasan-k3-diperketat.html
http://hsecenter-id.com/seperti-apa-pengawasan-k3-perusahaan-di-jogja/