Anda di halaman 1dari 16

METODOLOGI PENELITIAN

PERBAIKAN SISTEM KERJA PADA


PEMBUAT ADONAN SUMPIA
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan
Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh :
Dudi Kusuma
(1703050)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT
2020
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Batasan Masalah ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................ 3
2.1 Pengertian Perancangan Sistem Kerja ................................................... 3
2.2 Ergonomi ............................................................................................. 4
2.3 Biomekanika ........................................................................................ 5
2.3.1 Rapid Entire Body Assessment (REBA) ......................................... 6
2.3.2 RULA (Rapid Upper Limb Assessment) ......................................... 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 10
3.1 Objek Penelitian ................................................................................. 10
3.2 Model Penyelesaian Masalah .............................................................. 10
3.3 Penetapan Sampel............................................................................... 12
3.4 Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 11
3.4.1 Sumber Data ................................................................................. 11
3.4.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Skema Perhitungan Reba ...................................................... 7
Gambar 2.2. Perhitungan Nilai REBA Untuk Postur Yang Bersangkutan . 7
Gambar 2.3. Skema Perhitungan RULA .................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring perkembangan jaman yang semakin canggih dalam hal teknologi,
maka semakin banyak pekerjaan. Dalam pekerjaan tentunya tidak lepas dari sistem
perancangan kerja, yang mengatur bagaimana supaya pekerjaan yang dikerjakan
dapat terjalani dengan nyaman, sehat, aman, efektif dan efisien. Sebuah pekerjaan
akan menuntut seoraang pekerja untuk menguras ototnya, walaupun semakin
canggihnya teknologi. Adapun kemajuan sebuah perusahaan salah satunya
bergantung terhadap pekerja dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu agar
seorang pekerja dapat bekerja secara professional dan bertahan dalam
perusahaannya, maka perlunya kenyamanan pada pekerjaan yang dijalaninya,
karena seringkali pekerjaan yang secara tidak langsung terlihat baik-baik saja, tetapi
pekerjaan itu apabila dilakukan secara berulang maka akan mengganggu fisik
seorang pekerja, sehingga menghambat pekerjaan yang dilakukannya tersebut dan
membuat perusahaan rugi.
Salah satu kasus yang terdapat di PD. 17 KAYA RASA yang terletak di Desa
Padasuka, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut. Perusahaan tersebut berfokus
pada pembuatan makanan ringan yaitu sumpia yang memiliki 6 stasiun kerja. Pada
stasiun kerja pemuatan adonan seringkali pekerja menghambat pada stasiun kerja
selanjutnya, bahkan pekerjapun seingkali tidak masuk kerja. Sehingga apabila
pekerja pada pembuatan adonan tidak bekerja, akan menghambat pada proses
produksi di pabrik tersebut, walaupun pekerja yang seringkali ijin tidak bekerja
dikarenakan sakit itu tidak hanya satu orang saja, tetapi setiap pekerja yang terdapat
di stasiun pembuatan adonan sumpia. Selain proses produksi yang terhambat,
pendistribusian sumpia ke luar kotapun seringkali terhambat atau tidak sesuai
waktu yang ditentukan. Oleh karena itu diperlukannya suatu analisis resiko
ergonomi pada postur pekerja di stasiun pembuatan sumpia mengenai keluhan yang
dimilikinya. Apakah resiko pada pekerjaan tersebut beresiko tinggi sehingga perlu
diperbaiki atau karena faktor lain. Sehingga pekerja akan merasa aman dan nyaman
pada saat bekerja dan perusahaanpun tidak akan terhambat lagi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berikut ini merupakan rumusan masalah untuk penelitian perbaikan sistem
kerja terhadap pembuat adonan sumpia :
1. Bagaimana tingkat resiko dan bahaya pada sistem kerja pembuatan
adonan sumpia ?
2. Bagaimana penerapan dan pemutusan sistem kerja yang baik pada
pembuatan adonan sumpia ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui tingkat resiko dan bahaya pada sistem kerja pembuatan
adonan sumpia.
2. Mengetahui penerapan dan pemutusan sistem kerja yang baik pada
pembuatan adonan sumpia.
1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari segala kerancuan dan penyimpangan dalam penelitian ini
yang dapat membiaskan permsalahan yang diangkat serta dalam pengumpulan data
dapat tepat mengenai sasaran, maka harus dilakukan pembatasan masalah yang ada,
yaitu :
1. Stasiun yang diteliti adalah stasiun pembuatan adonan sumpia.
2. Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pekerja pada staisun tersebut
serta dampak terhadap pemilik perusahaan.
3. Pengambilan gambar postur tubuh pekerja saat membuat adonan
sumpia.
4. Seberapa besar beban kerja pada stasiun tersebut.
5. Hal lain yang dilakukan pekerja pada stasiun tersebut selain membuat
adonan.
6. Lingkungan kerja pada stasiun pembuat adonan sumpia.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Perancangan Sistem Kerja


Perancangan Sistem Kerja (Iftikar Z. Sutalaksana, 2006) adalah Suatu ilmu
yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rangcangan
terbaik dari sistem kerja yang EASNE. Teknik-teknik dan prinsip ini digunakan
untuk mengatur komponen-komponen system kerja yang terdiri dari manusia
dengan sifat dan kemampuannya, peralatan kerja, bahan serta laingkungan kerja
sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektvitas dan efisiensi yang tinggi bagi
perusahaan serta aman, sehat, dan nyaman bagi pekerja. Tujuan perancangan sistem
kerja yang demikian itu disingkat sebagai EASNE. Sistem kerja terdiri dari empat
komponen, yaitu:

1. Manusia
2. Bahan
3. Perlengkapan
4. Peralatan (Mesin)
Komponen-komponen itulah yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas
pekerja. Efisiensi adalah suatu hal yang terpenting yang dikehendaki dari rancangan
suatu sistem kerja dan dapat didefinisikan sebagai output dan input.
Adapun salah satu ilmu yang mempelajari tentang perancangan sistem kerja
adalah APK atau Analisa perancangan sistem kerja adalah suatu disiplin ilmu yang
mempelajari prinsip– prinsip dan teknik–teknik untuk mendapatkan suatu
rancangan sistem kerja yang terbaik, yang terdiri dari manusia, mesin, material, dan
peralatan kerja serta lingkungan kerja agar sistem kerja tersebut enak, nyaman,
aman, sehat, efektif dan efisien. Dilihat dari sejarahnya, disiplin Ilmu Teknik
Industri dimulai dari perbaikan sebuah sistem kerja yang dianggap sebagai sebuah
teknik manajemen, maka dapat dikatakan bahwa Teknik Tata Cara Kerja sebagai
disiplin ilmu Teknik Industri yang pertama.

3
2.2 Ergonomi
Ergonomi menurut (Ir. Hardianto Iridiastadi M. P., 2014) dapat didefinisikan
sebagai suatu disiplin yang mengkaji keterbatasan, kelebihan, serta karakteristik
manusia, dan memanfaatkan informasi tersebut dalam merancang produk, mesin,
fasilitas, lingkungan dan bahkan sistem kerja, dengan tujuan utama tercapainya
kualitas kerja yang terbaik tanpa mengabaikan aspek kesehatan, keselamatan, serta
kenymanan manusia penggunaannya.
Istilah Ergonomi berasal dari bahasa Latian yaitu Ergos (Kerja) dan Nomos
(hukum alam) dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan perancangan atau desain. Ergonomi secara
khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi
dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Ilmu ini berangkat dari kenyataan
bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun
jangka panjang, pada saat berhadapan dengan lingkungan sistem kerja yang berupa
perangkat keras atau hardware (mesin, peralatan kerja, dll) dan perangkat lunak
atau software (metode kerja, sistem, dll).
Ergonomi adalah satu ilmu yang peduli akan adanya keserasian manusia dan
pekerjaannya. Ilmu ini menempatkan manusia sebagai unsur pertama, terutama
kemampuan, kebolehan, dan batasannya. Ergonomi bertujuan membuat pekerjaan,
peralatan, informasi, dan lingkungan yang serasi satu sama lainnya. Metodenya
dengan menganalisis hubungan fisik antara manusia dengan fasilitas kerja. Manfaat
dan tujuan ilmu ini adalah untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat bekerja.
Dengan demikian Egonomi berguna sebagai media pencegahan terhadap kelelahan
kerja sedini mungkin sebelum berakibat kronis dan fatal.

4
2.3 Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika
dari gerakan–gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar
keilmuan mekanika, antropometri, dan dasar ilmu kedokteran ( biologi dan fisiologi
). Menurut Frankel dan Nordin, biomekanika menggunakan konsep fisika dan
teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya
yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan
Anderson (1984), occupacional biomechanics adalah ilmu yang mempelajari
hubungan antar pekerja dan peralatannya, lingkungan kerja dan lain-lain untuk
meningkatkan performansi dan meminimisasi kemungkinan cidera.
Biomekanika dan cara kerja adalah pengaturan sikap tubuh dalam bekerja.
Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula dalam
melakukan tugas. Dalam hal ini penelitian biomekanika mengukur kekuatan dan
ketahanan fisik manusia dalam melakukan pekerjaan tertentu, dengan sikap kerja
tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan cara kerja yang lebih baik, dimana
kekuatan/ketahanan fisik maksimum dan kemungkinan cidera minimum.
Ilmu Biomekanika membahas mengenai manusia dari segi kemampuan-
kemampuannya seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan dan ketelitian. Pada ilmu
kedokteran, biomekanika dibagi menjadi 2 (dua) pandangan, yaitu:
1. Ilmu Kinetika, merupakan ilmu yang mempelajari tentang faktor-faktor
gaya yang menyebabkan benda bergerak atau diam.
2. Ilmu Kinematika, adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat gerak tanpa
memperhatikan bidang mana atau bagaimana sifat gerakannya atau
sudutnya apakah penuh atau tidak.
Melalui sistem automatic dan biomechanic, faktor-faktor manusia teknik terfokus
pada sistem musculoskeletal. Ini merupakan sendi yang memiliki dua segmen yaitu
segmen distal dan segmen proximal. Dalam melakukan tugas-tugas yang
manipulatif, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Menyeimbangkan antara gerakan yang statik dan gerak yang dinamis.
2. Menjaga kekuatan otot, dimana pemakaian otot maksimum di bawah
15%.
3. Mencegah Range of Motion (ROM) sendi yang berlebihan.

5
4. Menggunakan grup otot yang lebih kecil untuk kecepatan dan
ketelitian.
2.3.1 Rapid Entire Body Assessment (REBA)
Rapid Entire Body Assessment dikembangkan oleh Dr. Sue Hignett dan
Dr. Lynn Mc Atamney merupakan ergonom dari universitas di Nottingham
(University of Nottingham’s Institute of Occuptaional Ergonomic). Rapid Entire
Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang
ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur
leher, punggung, lengan pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu
metode ini juga dipengaruhi faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh
tubuh serta aktifitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan REBA tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk melengkapi dan melakukan scoring
general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan
resiko yang diakibatkan postur kerja operator (Mc Atamney, 2000).
Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan
menggunakan bantuan video atau foto, tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut
dari bagian tubuh pekerja, tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang
diangkat, penentuan coupling dan penentuan aktivitas pekerja. Dan yang
terakhir, tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang
bersangkutan. Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level
resiko dan kebutuhan akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.
Penilaian postur dan pergerakan kerja menggunakan metode REBA melalui
tahapan–tahapan sebagai berikut (Hignett dan McAtamney, 2000):
1. Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau
foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dari leher,
punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci
dilakukan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini
dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail
(valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data
akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

6
2. Penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja. Setelah didapatkan hasil
rekaman dan foto postur tubuh dari pekerja dilakukan perhitungan besar
sudut dari masing – masing segmen tubuh yang meliputi punggung
(batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
kaki. Pada metode REBA segmen – segmen tubuh tersebut dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang
tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah
dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing–
masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut
digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B
agar diperoleh skor untuk masing–masing tabel. Adapun skema dalam
menentukan skor REBA adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Skema Perhitungan Reba

Gambar 2.2. Perhitungan Nilai REBA Untuk Postur Yang Bersangkutan


Dari tabel resiko di atas dapat diketahui dengan nilai REBA yang didapatkan
dari asil perhitungan sebelumnya dapat diketahui level resiko yang terjadi dan
perlu atau tidaknya tindakan dilakukan untuk perbaikan. Perbaikan kerja yang
mungkin dilakukan antara lain berupa perancangan ulang peralatan kerja
berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi.

7
2.3.2 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)
RULA atau Rapid Upper Limb Assessment dikembangkan oleh Dr.Lynn
Mc Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari universitas
di Nottingham (University of Nottingham’s Institute of Occupational
Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada
tahun 1993. Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan
dalam bidang ergonomi yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang
dilakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak memerlukan piranti khusus
dalam memberikan suatu pengukuran postur leher, punggung dan tubuh bagian
atas, sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh tubuh.
Penilaian dengan menggunakan RULA membutuhkan waktu sedikit untuk
melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan
penggangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dipakai pada
bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney, 1993).
a. Tahap 1: Pengembangan metode untuk pencatatan postur bekerja
Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh
dibagi menjadi dua bagian yang membentuk dua kelompok, yaitu grup A dan
B. Grup A meliputi lengan atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan.
Sementara grup B meliputi leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa
seluruh postur tubuh dicatat sehingga postur kaki, badan dan leher yang
terbatas yang mungkin mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk
dalam pemeriksaan.

Gambar 2.3. Skema Perhitungan RULA

8
b. Tahap 2 : Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor
postur bagian tubuh.
Rekaman video yang dihasilkan dari postur kelompok A yang meliputi
lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan
tangan diamati dan ditentukan skor untuk masing -masing postur. Kemudian
skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A. Sistem
penskoran dilanjutkan dengan melibatkan otot dan tenaga yang digunakan.
Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A dan
B diukur dan dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian ditambahkan
dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sbb:
Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A = skor C
Skor B + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B = skor D
c. Tahap 3 :
Setiap kombinasi skor C dan D diberikan rating yang disebut grand
skor, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand skor diperoleh dari tabel. Setelah
diperoleh grand skor, yang bernilai 1 hingga 7 menunjukkan level
tindakan (action level) sebagai berikut:
1) Action level 1
Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini bias diterima
jika tidak dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang
lama.
2) Action level 2
Skor 3 atau 4 yang menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan
lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.
3) Action level 3
Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaan dan perubahan perlu
segera dilakukan.
4) Action level 4
Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka
pemeriksaan dan perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di PD Sumpia 17 Kaya rasa yang beralamat di Jl.
Raya Pasirwangi, Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut. Bidang usaha yang
dijalankan adalah pembuatan makanan ringan yaitu sumpia aneka rasa yang
didistribusikan ke luar Garut. Adapun stasiun kerja yang diteliti yaitu pada proses
pembuatan adonan sumpia.
3.2 Tahapan Penelitian
Mulai

Studi Lapangan Studi Pustaka

Identifikasi dan Perumusan


Masalah

Pengumpulan Data :
Penentuan narasumber
Wawancara

Pengolahan Data :
Metode Reba
Metode
dan RulaRula

Analisa dan Pembahasan Hasil

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1 Tahapan Penelitian

10
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Sumber Data
Dalam penelitian ini dibutuhkan data-data yang relevan untuk bisa
memformulasikan masalah dan menyelesaikan permasalahan yang diteliti, sumber-
sumber yang dibutuhkan dapat dibagi dua, yaitu :
1. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari PD Sumpia 17 Kaya Rasa ini
mengenai analisis lingkungan internal dan eksternal yang meliputi Kekuatan,
Kelemahan, Perluang dan ancaman terhadap bisnis yang sedang dijalankan.
2. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh bukan dari informasi perusahaan melainkan
dari sumber-sumber lain. Data sekunder tersebut adalah studi kepustakaan
yang berhubungan dengan kasus yang diteliti.
3.5.2 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengambilan data, yaitu:
1. Riset lapangan (data primer)
a. Metode interview
Pengumpulan data dengan cara wawancara yang di lakukan
secara langsung dan sistematis kepada beberapa pihak diantaranya:
pemilik perusahaan, bagian produksi dan para pekerja di PD Sumpia 17
Kaya Rasa.

b. Metode observasi
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan serta
pencatatan secara langsung pada obyek yang diteliti di PD Sumpia 17
Kaya Rasa. Data yang dikumpulkan yaitu tentang jumlah hari kerja
yang hilang serta jumlah kulit sumpia yang dihasilkan berdasarkan
adonanan yang dibuat setiap harinya .
2. Riset kepustakaan (Data Sekunder)
Pengumpulan ini dengan cara mempelajari literatur-literatur atau buku
yang berhubungan dengan permasalahan ergonomi yaitu biomekanika,
khususnya dalam bidang produksi makanan pada stasiun kerja pembuatan
adonan.

11
3.4 Pengolahan Data
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
kejadian-kejadian yang ada, baik kejadian alamiah maupun kejadian buatan
manusia. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
mendiskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, dan proses yang sedang berlangsung.
3.4.1 Tahapan Pengolahan Data
Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitaif yaitu
suatu penelitian yang mengembangkan dan menggunakan model-model matematis,
teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Salah satu metode
kuantitatif yang terdapat pada perbaikan sistem kerja sekaligus akan digunakan
pada penelitian ini adalah metode Biomekanika yaitu metode Reba dan Rula.
Setelah dikumpulkan, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabulasi,
kemudian dianalisis dan dijelaskan secara deskriptif yaitu :
1. Mengidentifikasi jumlah hari kerja yang hilang.
2. Mengidentifikasi posisi tubuh pekerja pada saat pembuatan adonan.
3. Mengolah data fostur tubuh tersebut dengan menggunakan metoda
Reba dan Rula sesuai besar sudut postur pekerja.
4. Menganalisis hasil / skor resiko yang dihasilkan.
3.5 Penetapan Sampel
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah random sampling
yang mana setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk menjadi responden.
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang dijadikan responden sebanyak 30 sampel.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.

12
DAFTAR PUSTAKA

Iftikar Z. Sutalaksana, R. A. (2006). Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung:


ITB.
Ir. Hardianto Iridiastadi, M. P. (2014). ERGONOMI SUATU PENGANTAR.
Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

13

Anda mungkin juga menyukai