Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUGAS BESAR

SISTEM PRODUKSI

Disusun Oleh:
Kelompok Kaizen
Danisthio Panji Ramadhan 121190118

Dhimas Al Annas 121190080

Adelia Lintang Anggraini 121190078

Jesika Rahmawati 121190076

Nabila Lintang Gladythia 121190073

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya,
kami dapat menyelesaikan Laporan Tugas Besar Sistem Produksi. Adapun tema
dari laporan ini, yaitu “Rancang Desain Perbaikan dari Permasalahan
Teridentifikasi, Standarisasi Perbaikan, dan Sistem Operabilitas” dan tujuan kami
dalam menyelesaikan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat memenuhi tugas
mata kuliah Sistem Produksi tahun ajaran 2022/2023 di Institut Teknologi
Sumatera. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Sistem Produksi yang telah memberikan tugas laporan ini terhadap kami.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
laporan ini sehingga kritik dan saran sangat diperlukan agar kedepannya kami dapat
membuat laporan lebih baik lagi dan bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
1.3 Alur Pengerjaan...................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Kepuasan Pelanggan .............................................................................. 3
2.2 Kinerja Perusahaan................................................................................ 4
2.3 Definisi Konsep 5S .................................................................................. 5
2.3.1 Klasifikasi Konsep 5S ..................................................................... 6
2.4 Konsep 9E-1M ........................................................................................ 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 2
3.1 Proses Bisnis UMKM ............................................................................. 2
3.2 Root Cause Analysis ............................................................................... 3
3.3 Rancangan Desain Perbaikan ............................................................... 4
3.4 Standarisasi Perbaikan (5R) .................................................................. 5
3.4.1 Ringkas ............................................................................................. 5
3.4.2 Rapi................................................................................................... 6
3.4.3 Resik ................................................................................................. 7
3.4.4 Rawat................................................................................................ 8
3.4.5 Rajin ................................................................................................. 9
3.5 Sistem Operabilitas dalam Implementasi (9E-1M) ........................... 10
3.5.1 Ears Up ................................................................................................ 10
3.5.2 Engineering ......................................................................................... 11
3.5.3 Educating the People .......................................................................... 11
3.5.4 Enforcing the Law............................................................................... 12
3.5.5 Empowering the Power ....................................................................... 13
3.5.6 Enabling the System ............................................................................ 14

ii
3.5.7 Engaging the Top Management to the System ............................. 14
3.5.8 Endorsing the Partners .................................................................. 15
3.5.9 Evaluating the System .................................................................... 16
3.5.10 Maintaning the System and Carrying-Out Continous Improvement
16
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 18
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 18
4.2 Saran ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Pengerjaan .................................................................................. 2


Gambar 2 Proses Bisnis UMKM ......................................................................... 2
Gambar 3 Root Cause Analysis ........................................................................... 3
Gambar 4 Rancangan Desain Perbaikan ............................................................ 4
Gambar 5 Form Identifikasi Ringkas ................................................................. 6
Gambar 6 Form Identifikasi Rapih ..................................................................... 7
Gambar 7 Form Identifikasi Resik...................................................................... 8
Gambar 8 Form Identifikasi Rawat .................................................................... 9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk yang terus berkembang baik secara fisik
maupun mental. Pembangunan manusia secara sadar atau tidak sadar selalu
mencakup strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Mereka yang ingin
menjadi seorang wirausaha menyusun strategi untuk memulai,
mengembangkan, dan mempertahankan bisnis. Strategi yang diterapkan antara
lain jenis produk, jumlah produk, cara pemasaran, cara distribusi, harga
produk, dan lain-lain. Setiap orang menyusun strategi kegiatan mana yang akan
dilakukan dari pagi hingga sore hari (Monden, 1995). Hal ini menunjukkan
bahwa diperlukan strategi diseluruh lapisan masyarakat. Pengembangan
strategi dalam industri telah berekembang pesat sejak Revolusi Industri. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan sumbr daya dan persaingan antar industri.
Penerapan strategi ini bertujuan untuk memastikan seluruh proses industri
dilakukan secra efektif dan efisien, sehingga menjamin proses produksi
dilakukan tepat sasaran dengan biaya serendah mungkin. Strategi.

Suatu perusahaan atau UMKM pasti berhubungan dengan proses


operasional atau produksi. Kegiatan produksi ini tidak akan berjalan dengan
produktif dan efisien bila ada ketidakteraturan di tempat kerja.
Ketidakteraturan ini akan memberikan dampak pada pemborosan waktu dan
penurunan kinerja karyawan. Oleh karena itu, untuk menjaga lingkungan kerja
agar proses produksi berjalan dengan efektif dan tanpa hambatan maka
diperlukan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk
mewujudkan tempat kerja yang nyaman yaitu dengan menerapkan sikap kerja
5S yaitu Seiri (ringkas), Seiton (rapi), Seiso (resik), Seiketsu (rawat) dan
Shitsuke (rajin) (Osada, 1995). Selain menerapkan sikap kerja 5S, dapat
menerapkan perancangan sistem operabilitas 9E-1M untuk meningkatkan
kualitas fruits huts dan mengurangi waste (pemborosan) agar mampu dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan dan memberikan pelayan semaksimal
mungkin yang akan menciptkan nilai tambah bagi UMKM itu sendiri.

1
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tugas besar sistem produksi ini, yaitu:

1. Membuat rancangan design perbaikan sistem produksi dari permasalahan


yang teridentifikasi.
2. Melakukan standarisasi perbaikan.
3. Membuat sistem operabilitas untuk menjamin implementasi yang
dilakukan.

1.3 Alur Pengerjaan

Gambar 1 Alur Pengerjaan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan yang
berdampak pada tingkat penjualan. Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang
akan bertahan dengan produk/jasa dalam jangka waktu yang cukup lama.
Sebaliknya, pelanggan yang tidak puas akan pergi dari produk jasa setelah
pengunjungan pertama. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah
produk yang ditawarkan, pelayanan yang diberikan, dan iklan yang menarik
pelanggan akan puas jika produk yang ditawarkan adalah produk berkualitas.
Pelayanan yang baik dan bagus merupakan kunci utama untuk mendapatkan
pelanggan yang puas terhadap kualitas produk/jasa. Pembuatan iklan yang
menarik bertujuan untuk menarik pelanggan baru untuk menggunakan
produk/jasa dari suatu perusahaan (Hidayat, 2007).
Strategi yang digunakan dalam upaya meningkatkan kepuasan pelanggan
ada dua, yaitu strategi ofensif dan strategi defensif. Strategi ofensif merupakan
strategi untuk menarik perhatian pelanggan dengan cepat melalui promo yang
menarik dan menguntungkan. Promo tersebut dapat dilakukan melalui iklan di
media sosial maupun billboard di lokasi strategis. Iklan media sosial ini
digunakan untuk kepraktisan teknologi di era serba digital. Strategi defensif
digunakan untuk mempertahankan pelanggan yang ada dengan cara
meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan pelanggan. Pemberian
hadiah kepada pelanggan loyal perusahaan, pemberian ucapan selamat hari raya
keagamaan, serta meningkatkan fasilitas dan pelayanan kepada pelanggan ini
merupakan bentuk cara peningkatan yang dapat dilakukan perusahaa.
Untuk meningkatkan kepuasan konsumen dapat melalui kualitas
pelayanan yang berkaitanerat dengan kinerja perusahaan atau organisasi. Konsep
dalam mendesain strategi membutuhkan mekanisme atau pendekatan yang
kompleks. Banyak metode yang telah diaplikasikan pada penelitian terdahulu
seperti, SERVQUAL, IPA (Importance Performance Analysis), 7E-1M, dan 8E-
1M. Namun, output-nya masih sedikit memiliki keterbatasan dan seiringnya

3
waktu terus berkembang sesuai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh
suatu perusahaan atau organisasi. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan
dapat dilakukan dengan metode CSI (Customer Satisfaction Index). CSI akan
didapatkan indeks kepuasan pelanggan. Jika indeks kepuasan pelanggan yang
diperoleh kurang dari 100% maka perlu dilakukan perbaikan. Perbaikan dapa
dilakukan menggunakan pendekatan IPA (Importance Performance Analysis)
(Kotler, 2009).

2.2 Kinerja Perusahaan


Perusahaan memberikan kepuasan kepada pelanggan terhadap produk/jasa
yang mereka tawarkan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan karena
kepuasan pelanggan menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan produk yang berkualitas. Selain meningkatkan kepuasan
pelanggan, perusahaan diharapkan untuk dapat mempengaruhi kinerja suatu
perusahaan, yaitu efektifitas dan efisiensi, otoritas/wewenang, disiplin, dan
inisiatif. Perusahaan harus memiliki cara untuk pengembangan kinerja
karyawannya dan memberi pengetahuan kepada karyawannya yang berkaitan
dengan tugas dan tanggung jawab. Tugas dan tanggung jawab yang dimaksud
seperti pemahaman, keahlian, sikap, dan keterampilan. Pelatihan kerja,
pengalaman, dan lingkungan kerja memiliki pengaruh terhadap kinerja
karyawannya (Sugiyono, 2010).
Pelatihan kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
karyawan, tetapi pengalaman dan lingkungan kerja yang memiliki pengaruh
terhadap kinerja karyawan. Semakintinggi pengalaman dan keterampilan yang
dimiliki karyawan maka membantu mempercepat pekerjaan dan mengefisienkan
waktu. Selain itu, sikap cermat dan teliti yang dimiliki karyawan dapat
menimbulkan optimisme yang tinggi agar semangat dalam bekerja. Dalam upaya
meningkatkan kualitas produk dengan mendapatkan kepuasan dari pelanggan
dan menjaga kualitas penyimpanan produk di perusahaan dapat menggunakan
survei kuesioner (Risan, 2011). Untuk meningkatkan kinerja perusahaan,
tentunya membutuhkan suatu strategi yang kompleks dan disusun dalam suatu
program kerja yang berkelanjutan. Dalam mendesain aturan, kebijakan, dan

4
strategi membutuhkan suatu metode yang mampu mengakomodir setiap
permasalahan pada suatu perusahaan. Beberapa pendekatan penyusunan strategi,
yaitu melakukan pelatihan kerja, pengisian kuesioner sebagai survei, 7E-1M, dan
8E-1M.

2.3 Definisi Konsep 5S


5S merupakan suatu metode manajemen tempat kerja yang berasal dari
bahasa Jepang. 5S dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan istilah 5R yaitu
ringkas, rapi, resik, rawat, rajin. Konsep 5S merupakan suatu langkah yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya pemborosan yang terjadi pada perusahaan.
Manajemen 5S terdiri dari lima kata yang berasal dari bahasa Jepang yaitu seiri,
seiton, seiso, seiketsu, dan shitsuke. Dari lima kata tersebut masing masing
memiliki makna yang cukup luas dan dalam proses pelaksanaannya semuanya
saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Manajemen 5S merupakan
suatu metode manajemen lingkungan kerja secara berkesinambungan dan saling
berkaitan. Proses tersebut meliputi pemilahan, penataan, pembersihan,
pemantapan dan pembiasaan.

Penerapan konsep 5S merupakan suatu indikator penting suatu perusahaan


untuk mencapai tujuan. Namun, seringkali banyak orang lupa bahwa dalam
mencapai tujuan perlu dengan penerapan 5S sesuai dengan standar tertentu.
Tujuan dari 5S adalah sebagai berikut.
 Keamanan
Pemilahan dan penataan menjadi ciri utama yang seringkali dapat dilihat
pada beberapabagian perusahaan. Proses pemilahan dan penataan barang
juga akan mempengaruhi keamanan orang-orang sekitar.
 Mengutamakan tempat kerja yang rapi
Penataan beberapa hal kecil yang dianggap sepele dan kemudian
mempunyai pengaruh yang cukup besar mengenai keadaan lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, perlu dilakukan penataan yang baik sesuai
dengan prinsip tertentu.
 Efisiensi
Pemilahan dan penataan akan sangat berguna bagi seseorang yang

5
memiliki waktu yang padat. Oleh karena itu, perlu memasukkan
manejemen 5S dalam setiap jadwalnya.
 Mutu
Salah satu indikator sebuah hasil pekerjaan adalah kualitas mengenai hasil
benda kerja.Kualitas hasil benda kerja akan dipengaruhi oleh alat/mesin
yang digunakan ketika melakukan pengerjaan.
 Macet
Pada beberapa perusahaan manufaktur atau perakitan terdapat suatu
istilah sindrom senin pagi. Sindrom ini maksudnya adalah suatu kondisi
dimana karyawan lupa terhadap apa yang harus dilakukan setelah
menjalani hari libur.
2.3.1 Klasifikasi Konsep 5S
 Seiri (Pemilahan)
Seiri mempunyai arti memilih barang yang masih digunakan dengan
barang yang sudah tidak dapat digunakan dan membuang barang
yang sudah tidak digunakan.
 Seiton (Penataan)
Seiton atau penataan mempunyai arti menyimpan barang sesuai
dengan lokasinya sehingga mempermudah dalam proses pencarian
dan pengembalian barang. Makadari itu, proses ini diharapkan dapat
menghilangkan pemborosan waktu.
 Seiso (Pembersihan)
Seiso artinya suatu proses untuk melakukan pembersihan lingkungan
kerja denganlangkah menghilangkan sampah, kotoran, dan benda
asing untuk memperoleh tempat kerja bersih.

 Seiketsu (Pemantapan)
Seiketsu atau pemantapan mempunyai arti melakukan
pemeliharaan terhadap barang yang ada dengan baik, teratur, dan
dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam
keadaan yang rapi dan bersih
 Shitsuke (Pembiasaan)
Shitsuke berarti melakukan sesuatu yang menurutnya sulit secara

6
berlulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan.
2.4 Konsep 9E-1M
Sistem Operabilitas 9E-1M merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk
menjamin dan meningkatkan efektivitas keberhasilan implementasi program.
Sistem operabilitas 9E-1M dapat digunakan pada berbagai macam program
seperti ergonomi, pemasaran, kualitas jasa, dan rekayasa sistem kerja. Kajian
sistem operabilitas 9E-1M antara lain mengenai mekanisme berjalannya
program, hal yang harus dilakukan jika terdapat penyimpangan, cara menjaring
ide perbaikan dari para pelaksana untuk perbaikan berkelanjutan, peran dan
kontribusi dari pimpinan puncak, dan tindakan yang harus dilakukan mitra
kerja. Sistem operabilitas 9E-1M terdiri dari sepuluh elemen yang diuraikan
sebagai berikut.
 Ears-Up
Ears-Up merupakan tahap awal pada sistem operabilitas 9E-1M yang
dilakukan dengan observasi lapangan, baik berdiskusi maupun wawancara
dengan pihak-pihak yang terlibat dalam program mengenai masalah yang
terjadi. Ears-Up digunakan untuk mendeskripsikan kondisi aktual, estimasi
penyebab, alternatif solusi, dan pakar terkait. Program atau masalah yang
terjadi merupakan permasalahan yang sedang dialami atau permasalahan
yang berpotensi akan terjadi. Tujuan utama dalam tahap ini adalah untuk
mengetahui masalah yang menjadikan sebuah program tidak berjalan secara
efektif dan mengetahui keinginan pimpinan. Tahap ini juga digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai apa yang diharapkan dan berkaitan dengan
program atau masalah yang terjadi. Berdasarkan pengertian ears-up di atas
terdapat dua cara dalam mengetahui masalah yang terjadi dan cara
mengumpulkan data mengenai masalah tersebut, yaitu observasi dan
wawancara.
 Engineering
Engineering merupakan suatu kegiatan perbaikan menggunakan prinsip-
prinsip engineering. Elemen engineering ini dilakukan perancangan
berdasarkan pemahaman terhadap elemen pertama, yaitu ears-up.
Perancangan yang dilakukan dengan sistem rinci yang mampu

7
menanggulangi masalah yang ada dengan solusi terpilih pada elemen
pertama .

 Educating The People


Edukasi dapat dilakukan dengan kegiatan sosialisasi kepada pihak terkait
sistem/program. Proses pada elemen ketiga ini menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan sosialisasi program dan memberikan panduan pelaksanaan
sosialisasi. Hal ini penting karena bertujuan agar pihak-pihak terkait dapat
memahami dan mengimplementasikan desain perbaikan yang sudah dibuat.
 Enforcing The Law
Proses penegakkan aturan ini dikenal dengan istilah enforcing the law, di
mana dilakukan untuk memastikan apakah desain perbaikan yang telah dibuat
pada elemen keduasudah dipahami dan diterapkan dengan semestinya serta
ditindaklanjuti laporan hasil pengawasan.

 Empowering The People


Elemen ini melakukan pemberdayaan terhadap semua pihak, dimulai dari
tim pelaksana hingga pemangku kepentingan di klinik. Pemberdayaan ini
dilakukan untuk menghimpun semua saran atau ide-ide perbaikan yang
belum dipertimbangkan dalam desain penentuan alternatif solusi pada
elemen kedua. Hasil yang didapat dari sistem sumbang saran kemudian
dianalisis dan dikembangkan bersama pihak terkait demi perbaikan yang
berkelanjutan.
 Enabling The System
Enabling the system merupakan tahap untuk memastikan bahwa
perbaikan-perbaikan berjalan dengan semestinya secara berkelanjutan
dengan peran pimpinan puncak (top management). Langkah ini berupa
dukungan motivasi dari pimpinan terhadap sumber dayasangat dibutuhkan.

 Engaging The Top Management to The System


Keterlibatan dan kedekatan pimpinan puncak dalam perbaikan yang
akan/sedang dilakukan sangat penting dalam penerapan desain alternatif
solusi. Pimpinan dapat menunjukkan keseriusan dan komitmen terhadap
perbaikan yang dilakukan serta dapat mengarahkan jalannya perbaikan agar

8
sesuai dengan tujuan/cara/nilai perusahaan. Keterlibatan pimpinan ini dapat
ditunjukkan dengan cara mengikuti rapat terkait perbaikanyang akan/sedang
dilakukan atau melakukan sidak.

 Endorsing The Partners


Endorsing the partners adalah usaha untuk melibatkan pihak-pihak dari
luar perusahaandalam sistem yang dilakukan perbaikan. Pihak tersebut dapat
berupa pelanggan, iklan media sosial dan, promosi melalui selebgram.
Bagian ini merupakan upaya-upaya untuk membuat mitra bekerja sesuai
dengan standar di perusahaan.

 Evaluating The System


Evaluating the system merupakan tahapan evaluasi terhadap program-
program yang sedang/telah dijalankan klinik. Evaluasi ini dilakukan secara
berkala melalui rapat yang membahas mengenai desain alternatif solusi yang
sudah dibuat.

 Maintaining The System and Carrying-Out The Continuous Improvement


Pemeliharaan sistem dan perbaikan berkelanjutan ini dilakukan untuk
menjaga agar sistem ini tetap berjalan sesuai SOP yang ada serta
menyempurnakan perbaikan yang dilakukan karena selalu terjadi
perkembangan keadaan yang bisa saja menimbulkan permasalahan baru
secara berkala perlu dilakukan evaluasi dan revisi perbaikan sehingga sistem
ini tetap bisa efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Proses Bisnis UMKM


Proses bisnis merupakan kumpulan dari seluruh kegiatan yang lebih dari
satu yang bernilai untuk pelanggan. Dalam suatu proses bisnis itu dapat
dikatakan baik apabila tujuannya mengefektifkan, mengefisienkan, dan
membuat sesuatu dengan mudah beradaptasi pada proses didalamnya. Hal
tersebut menjelaskan bahwa suatu proses bisnis itu harus berorientasi dengan
produk baik itu kualitas maupun jumlah dari produk. Berdasarkan proses bisnis
ini dapat dilihat bahwa standarisasi tidak terlaksana dengan baik sehingga perlu
adanya perbaikan dalam proses bisnis.

Gambar 2 Proses Bisnis UMKM

2
Proses bisnis UMKM Fruits Hut di atas menjelaskan tentang hubungan
antara dua entitas yang saling berhubungan, yaitu penjual dan pembeli. Entitas
penjual sebagai entitas yang menjual fruits hut tersebut, kemudian penjual akan
membuat produk tersebut ketika customer melakukan pemesanan. Entitas
pembeli sebagai entitas yang akan melakukan pemesanan fruits hut. Proses
bisnis berakhir dengan customer menerima pesanan.

3.2 Root Cause Analysis

Man Material

Sistem UMKM
Fruits Hut
memiliki
pelayanan kurang
efektif

Method

Gambar 3 Root Cause Analysis

Berdasarkan analisis root cause dengan menggunakan pendekatan fishbone,


kami dapat menyimpulkan bahwa permasalahan sistem produksi memiliki
tiga akar masalah, yaitu pada bagian man terdapat dua masalah. Masalah
pertama, yaitu tenaga kerja mengalami ketidaksesuaian dalam pembuatan
pesanan. Masalah kedua, yaitu tenaga kerja mengalami kesulitan dalam
melayani banyaknya pesanan. Pada bagian material terdapat dua masalah.
Masalah pertama, yaitu penempatan alat kerja sulit dijangkau pada stasiun
kerja. Masalah kedua, yaitu kurangnya kebersihan pada alat kerja. Pada
bagian method terdapat satu masalah, yaitu rentan terjadinya kesalahan
dalam pembuatan pesanan. Sistem UMKM Fruits Hut ini memiliki

3
pelayanan yang kurang efektif dan efisien di mana tingkat kebersihan pada
stasiun kerja serta produk yang dihasilkan kurang memuaskan pelanggan
serta kelalaian dari tenaga kerja yang seringkali memberikan pesanan yang
tidak sesuai sehingga membuat pelanggan merasa dirugikan.

3.3 Rancangan Desain Perbaikan


Berdasarkan proses bisnis yang sebelumnya telah dianalisis oleh kelompok
kami, dapat diberikan standarisasi pada UMKM Fruits Hut dan perbaikan
pada sistem produksinya dengan cara sebagai berikut:

Gambar 4 Rancangan Desain Perbaikan

4
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa blender, mesin press,
chiller, pisau, gelas takar, scoop dan cup merupakan perlengkapan yang
wajib ada pada stasiun kerja Fruits Hut, di mana jumlah dari seluruh
perlengkapan tersebut sudah aktual dan ideal atau sesuai dengan yang
dibutuhkan kecuali gelas takar dan cup. Dua perlengkapan tersebut
jumlahnya masih kurang ideal artinya masih dapat dikurangi atau ditambah
jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.

3.4 Standarisasi Perbaikan (5R)


Konsep 5R merupakan suatu cara penting yang memberikan tekanan pada
pengaturan tempat kerja yang baik yang melibatkan semua pihak ditempat
kerja. Konsep 5R dapat diterapkan di berbagai bidang termasuk UMKM
FruitsHut ini. Standarisasi perbaikan yang akan kami buat dan terapkan adalah
standarisasi terhadap kebersihan stasiun kerja serta peralatan yang digunakan.
Dengan adanya standarisasi terhadap kebersihan ini, diharapkan kualitas
produk serta kepuasan pelanggan dapat meningkat serta tingkat pemborosan
terhadap waktu, tenaga, dan biaya pada tenaga kerja dapat diminimalisir.
Standarisasi pada FruitsHut ini dapat diterapkan menggunakan konsep 5R
sebagai berikut.

3.4.1 Ringkas
Ringkas merupakan kegiatan membedakan antara yang diperlukan dan
yang tidak diperlukan serta membuang yang tidak diperlukan di tempat
kerja dengan tujuan segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang
yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja sehingga tidak
mengganggu proses kerja pada stasiun kerja yang ada.

5
Gambar 5 Form Identifikasi Ringkas

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa blender, mesin press,


chiller, pisau, gelas takar, scoop dan cup merupakan perlengkapan yang
wajib ada pada stasiun kerja Fruits Hut, di mana jumlah dari seluruh
perlengkapan tersebut sudah aktual dan ideal atau sesuai dengan yang
dibutuhkan kecuali gelas takar dan cup. Dua perlengkapan tersebut
jumlahnya masih kurang ideal artinya masih dapat dikurangi atau ditambah
jumlahnya sesuai dengan kebutuhan.

3.4.2 Rapi
Rapi merupakan segala sesuatu diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan
dengan tujuan memudahkan tenaga kerja dalam mencari serta
menggunakan segala keperluan yang ada pada stasiun kerja sehingga
siap digunakan pada saat diperlukan.

6
Gambar 6 Form Identifikasi Rapih

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bagaimana tata letak yang


sebaiknya diterapkan agar proses kerja pada stasiun kerja dapat berjalan
dengan efektif di mana susunan serta tata letak yang ada pada stasiun kerja
sudah disesuaikan dengan urutan proses produksi pada Fruits Hut ini sehingga
waktu serta gerakan selama proses produksi ini dapat diminimalisir.

3.4.3 Resik
Resik adalah menjaga lingkungan kerja dan seluruh item dalam keadaan
baik dan bersih. Resik berarti menjaga agar tempat kerja bersih dan rapi,
serta melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi tempat kerja
dan barang dalam keadaan baik dan pada tempatnya.

7
Gambar 7 Form Identifikasi Resik

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk


menciptakan lingkungan kerja yang baik dan bersih penjual dapat
melakukan pembersihan dan melakukan pengecekan sesuai dengan daftar
jadwal dan durasi waktu yang telah ditentukan. Selain itu, penjual mencari
sumber kotoran dari alat yang akan digunakan serta penjual juga dapat
mengevaluasi tempat dan alat-alat yang telah dibersihkan.

3.4.4 Rawat
Rawat adalah membuat suatu standar/kondisi yang mendukung untuk
memelihara ketiga komponen 5R, yaitu Ringkas (Seiri), Rapi (Seiton),
dan Resik (Seiso). Rawat berarti memelihara lingkungan yang sudah
bersih dan rapi sepanjang waktu dengan membuat standar prosedur
yang diketahui dan dipahami semua orang.

8
Gambar 8 Form Identifikasi Rawat

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan memelihara atau


merawat alat dan bahan agar teratur, rapi, dan bersih penjual dapat melakukan
pemeriksaan terhadap kelengkapan alat dan bahan yang digunakan,
memeriksa kondisi alat dan bahan yang akan digunakan, dan membersihkan
peralatan yang ada di stasiun kerja setelah berjualan dengan tujuan yaitu agar
alat dan bahan yang akan digunakan tetap terjaga kebersihannya dan tetap
higienis dari berbagai kotoran.

3.4.5 Rajin
Rajin dapat diartikan sebagai upaya pembiasaan dalam kegiatan
produksi. Artinya, semua kegiatan 4S yang telah dilakukan mungkin
tidak bertahan lama bahkan mungkin tidak akan pernah terlaksana.
Rajin atau Shitsuke ini merupakan akuntabilitas manajemen melatih
orang agar mengikuti peraturan perawatan ruang kerjanya. Berdasarkan
dari penelitian yang telah dilakukan, pengelola UMKM FruitsHut
sudah memahami konsep shitsuke ini karena sudah melakukan
pekerjaannya dengan benar dan sesuai dengan prosedur kerja yang
berlaku. Kegiatan produksi yang dilakukan berjalan dengan seharusnya
dan tidak melakukan apa yang dapat mengurangi kualitas dari hasil
produk.

9
3.5 Sistem Operabilitas dalam Implementasi (9E-1M)
Sistem Operabilitas 9E-1M merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk
menjamin dan meningkatkan efektivitas keberhasilan implementasi program.
Sistem operabilitas 9E-1M dapat digunakan pada berbagai macam program
seperti ergonomi, pemasaran, kualitas jasa, dan rekayasa sistem kerja.
Berdasarkan 9E-1M yang telah dipelajari, kami menerapkan sistem
operabilitas ini menggunakan konsep 9E-1M sebagai berikut.

3.5.1 Ears Up
1. Deskripsi kondisi aktual UMKM Fruits Hut

Pada UMKM Fruits Hut ini, kami melakukan observasi berupa


pengamatan ke UMKM Fruits Hut serta melakukan wawancara dengan
pihak UMKM secara langsung. Berdasarkan observasi dan wawancara
yang dilakukan, kami dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi
oleh pihak UMKM tersebut. Permasalahan tersebut ialah penurunan
kualitas pada produk akibat kelalaian dari pihak penjual di mana
kurangnya kebersihan pada alat kerja dan kesalahan tenaga kerja pada
saat melakukan proses produksi.

2. Estimasi penyebab dan alternatif solusi

Dari permasalahan tersebut, dapat dilihat bahwa penjual tersebutlah


yang menjadi penyebab dari penurunan kualitas pada produk Fruits Hut
di mana dari pihak penjual terdapat kelalaian ketika melakukan proses
produksi, seperti melakukan kesalahan dalam pembuatan pesanan.
Solusi yang diterapkan adalah sebagai berikut:

a) Mengikuti standar pembuatan yang telah disepakati serta tidak lupa


memeriksa kualitas bahan-bahan sebelum diperjualbelikan.
b) Terapkan prosedur higienis yang ketat agar kualitas Fruits hut tetap
terjaga.
c) Berikan pelatihan secara teratur kepada para karyawan yang terlibat
dalam proses produksi.

10
d) Membuat sistem kualitas yang ketat dan jelas untuk memastikan
bahwa Fruits Hut yang dihasilkan memenuhi standar kualitas yang
telah ditetapkan.
e) Melakukan pemeriksaan secara berkala pada hasil produksi.

3.5.2 Engineering
Tahap ini merupakan tahap selanjutnya dalam sistem operasi 9E-1M. Tahap
ini juga merupakan tahapan pembuatan kebijakan. Tahapan dapat dilakukan
dengan:

1. Menentukan pihak-pihak yang berkaitan dengan program


Penentuan pihak ini digunakan untuk pembuatan beberapa standar
dalam sistem produksi yang akan dijalankan.
2. Menentukan tugas masing-masing pihak
Setelah menentukan pihak-pihak yang akan menjalankan program
ini, akan dilakukan pembagian tugas terhadap pekerja agar bisa
menjadi sistem produksi yang efisien.
3. Menentukan cara sosialisasi
Sosialisasi yang digunakan ini berfungsi untuk memperkenalkan
sistem produksi yang akan digunakan agar sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Menentukan teknik pelaksanaan program
Setelah menentukan pihak dan cara sosialisasi ini dapat menentukan
bagaimana pelaksaan program yang akan dijalankan untuk
membentuk sistem produksi yang efisien.

3.5.3 Educating the People


Educating the people yang merupakan tahap sosialisasi kepada pihak yang
terlibat dalam penyelesaian masalah atau suatu program yang akan
dijalankan. Sosialisasi adalah suatu cara memperkenalkan suatu sistem
maupun produk kepada individu maupun kelompok dan bagaimana setiap
individu menentukan tanggapan hingga reaksi. Sosialisasi dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung, sosialisai juga memiliki berbagai jenis

11
dari setiap caranya baik secara langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi
secara langsung merupakan sosialisasi yang melakukan interaksi langsung
kepada individu maupun kelompok, sedangkan sosialisasi tidak langsung
merupakan sosialisasi yang menggunakan media sebagai perantara seperti
poster, spanduk, brosur, radio dll. Sosialisasi secara tidak langsung harus
dirancang dengan menarik dan informatif sehingga dapat menarik rasa
ketertarikan pada tiap individu dan kelompok yang melihatnya. Menurut
Krisnara (2018) poster digunakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut.

1. Memperlihatkan suatu kegiatan atau manfaat dari suatu prosedur.


2. Memperlihatkan layanan atau bantuan dari prosedur terkait.
3. Membagikan tawaran tertentu.
4. Memberikan pandangan, misalnya mengenai kebijakan kerja terbaru.

3.5.4 Enforcing the Law


Tahap berikutnya dalam sistem operabilitas 9E-1M adalah Enforcing The
Law yang merupakan proses menentukan cara pengawasan terhadap
kebijakan-kebijakan yang ditentukan dan memastikan kebijakan tersebut
dijalankan dengan baik. Tahap Enforcing The Law terdiri dari:

1. Sasaran pengawasan
Sasaran pengawasan pada UMKM ini adalah Kualitas Produk serta
tenaga kerja yang ada pada UMKM ini.
2. Waktu pelaksanaan
Setiap harinya harus selalu dilakukkan penegakkan hukum, agar semua
kegiatan yang ada pada UMKM berjalan sesuai dengan SOP yang
berlaku.
3. Cara pengawasan
Dalam mengontrol kualitas produk dari usaha Fruits Hut agar dapat
dikonsumsi oleh konsumen dengan baik dan aman, setiap hari pihak
penjual mengecek kualitas dan kuantitas bahan baku dalam pembuatan
Fruits Hut yang ada sehingga konsumen tidak mendapatkan produk

12
yang tidak layak jual. Selain mengontrol kualitas produk, pekerja yang
ada juga harus selalu diawasi.
4. Kemungkinan penyimpangan
Kemungkinan penyimpangan yang ada yaitu pihak penjual tidak
mengontrol produk dan tidak sesuai dengan sop yang telah ada
sehingga, kualitas dan kuantitas produk tidak terkontrol.
5. Tindak lanjut pelanggaran.
Tindak lanjut pelanggaran pada Fruits Hut yaitu penurunan kualitas
produk, sehingga pelanggan dapat menurun dan pendapatannya juga
akan menurun.
6. Ukuran keberhasilan Kualitas produk yang meningkat sehingga
pendapatannya pun meningkat.

3.5.5 Empowering the Power


Tahap selanjutnya pada sistem operabilitas 9E-1M adalah Empowering The
People. Tahap Empowering The People dilakukan dengan menentukan cara
pemberdayaan pihak - pihak yang terlibat dalam perencanaan sistem
operabilitas 9E-1M. Pemberdayaan manusia adalah usaha untuk
mengeluarkan kemampuan yang terdiri dari kompetensi, wewenang, dan
tanggung jawab dalam meningkatkan performa organisasi. Tahap
Empowering The People terdiri dari:

1. Sasaran pemberdayaan
Tenaga kerja yang ada pada UMKM Fruits Hut merupakan sasaran
pemberdayaan yang harus diberikan kesempatan untuk berkembang.
2. Cara pemberdayaan
Pemberdayaan bagi para pekerja dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan serta pendidikan yang tepat terkait bidang pekerjaannya demi
meningkatkan kemampuan mereka.
3. Penanggung jawab
Penanggung jawab dari pemberdayaan pekerja ini akan dipegang oleh
pemilik outlet UMKM Fruits Hut.

13
4. Waktu pelaksanaan
Untuk waktu pemberdayaan, baiknya dilakukan pelatihan selama satu
bulan sebelum ditetapkannya menjadi pekerja tetap. Hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa pekerja tersebut benar-benar siap dan mampu
untuk bekerja pada bagiannya
5. Ukuran keberhasilan Ukuran keberhasilan dari hal ini adalah kesiapan
pekerja dalam menjalankan tugasnya, hal ini pasti akan berpengaruh
pada kepuasan pelanggan sehingga pendapatan pun akan meningkat.

3.5.6 Enabling the System


Tahap Enabling The System merupakan tahap untuk menentukan peran dan
tugas pimpinan untuk menjaga kebijakan-kebijakan yang telah disepakati
agar kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai dengan rencana. Tahap
Enabling The System terdiri dari:

1. Penanggung jawab
Penanggung jawab dalam menentukan peran dan tugas pimpinan adalah
pihak UMKM tersebut.
2. Peran dan tugas pimpinan
Pihak kepala franchise bertugas merencanakan, menggerakkan, dan
mengawasi setiap aktivitas dalam organisasi.
3. Waktu pelaksanaan
Dalam menentukan peran dan tugas pimpinan untuk menjaga kebijakan-
kebijakan yang telah disepakati sebaiknya dilakukan sebelum outlet
tersebut dibuka.

3.5.7 Engaging the Top Management to the System


Tahap Engaging The Top Management To The System merupakan
keterlibatan dan komitmen pimpinan puncak dalam perencanaan dan
perbaikan-perbaikan agar sesuai dengan tujuan perusahaan. Tahap
Engaging The Top Management To The System terdiri dari:

1. Cara keterlibatan pimpinan


Cara keterlibatan pimpinan dalam UMKM Fruits Hut, yaitu dengan cara
pimpinan dapat mengikuti rapat terkait perencanaan dan perbaikan yang

14
akan direncanakan serta pimpinan dapat melakukan pengontrolan setiap
minggunya ke UMKM Fruits Hut.
2. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan terkait perbaikan dilakukan setiap 1 minggu sekali
agar sesuai dengan tujuan perusahaan.
3. Ukuran keberhasilan
Ukuran keberhasilan dari standarisasi yang telah ditentukan, yaitu
kualitas produk yang meningkat sehingga pendapatannya pun
meningkat.

3.5.8 Endorsing the Partners


Pada tahap Endorsing The partners merupakan tahapan yang bertujuan
untuk pihak eksternal dapat bekerja sesuai SOP atau standar perusahaan dan
mendukung agar tercapainya tujuan perusahaan. Pihak eksternal yang
dimaksud yaitu mitra kerja atau pihak ketiga seperti pemasok, dan lain
sebagainya. Implementasi sebuah rencana dipengaruhi oleh hubungan
antarorganisasi dan membutuhkan bantuan dari pihak luar. Tahap
Endorsing The Partners terdiri dari:

1. Sasaran atau mitra


Sasaran pada UMKM Fruits Hut melalui sosial media dan online shop.
2. Cara sosialisasi
Cara sosialisasi pada sosial media mempromosikan produk pada
UMKM Fruits Hut untuk menarik perhatian pembeli dan memastikan
mitra bekerja sesuai standar dan tidak menyimpang.
3. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan endors dilakukan setiap 1 minggu sekali
4. Ukuran keberhasilan
Popularitas Fruits Hut meningkat.

15
3.5.9 Evaluating the System
Mengevaluasi sistem adalah proses menilai dan mengukur kinerja suatu
sistem untuk menentukan efektivitasnya. Proses ini melibatkan analisis
input, output, proses, dan hasil sistem untuk menentukan apakah memenuhi
tujuan yang dirancang untuk dicapai. Ini juga melibatkan membuat
perbandingan dengan sistem serupa, mengidentifikasi area perbaikan, dan
membuat rekomendasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem.
Tahap Evaluating The System terdiri dari:

1. Sasaran evaluasi
Evaluasi ini diperuntukkan untuk seluruh sistem yang ada di dalam
UMKM FruitsHut ini.
2. Penanggung Jawab
Penanggung jawab evaluasi ini akan dipegang oleh pemilik outlet
UMKM FruitsHut ini.
3. Cara Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menentukan metrik evaluasi yang
akan digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem,
mengumpulkan data atau informasi yang relevan sebagai
pembanding. Selanjutnya, dengan cara membandingkan antara
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya dengan kegiatan yang
berhasil dilakukan.
4. Waktu Pelaksanaan
Evaluasi harus secara rutin dilakukan dengan waktu yang telah
ditentukan, mungkin dalam hitungan minggu, bulan, atau bahkan
hitungan tahun tergantung kebijakan masing-masing.

3.5.10 Maintaning the System and Carrying-Out Continous


Improvement
Memelihara sistem dan melaksanakannya perbaikan berkesinambungan
adalah suatu proses perbaikan terus-menerus terhadap sistem dan
komponennya untuk memastikan bahwa sistem tersebut mutakhir dan
berfungsi secara optimal. Ini termasuk memperbarui sistem dengan fitur
baru, meningkatkan fitur dan proses yang ada, dan memperbaiki bug atau

16
masalah apapun yang muncul di sistem. Ini juga melibatkan memastikan
bahwa semua komponen sistem dipelihara, dipantau, dan diuji dengan
benar. Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan bahwa sistem
berjalan lancar dan efisien dan untuk meningkatkan efisiensi dari waktu ke
waktu. Tahap Maintaining The System and Carrying-Out Continuous
Improvement terdiri dari:

1. Sasaran perawatan
Sasaran perawatan dari sistem produksi FruitsHut pada UMKM ini
adalah alat dan bahan yang digunakan pada UMKM FruitsHut
seperti, Blender,chiller,mesin press, pisau, scoop, gelas takar, frozen
fruits, es batu, dan lain-lain.
2. Cara Perawatan
Cara perawatan alat dan bahan yang ada pada UMKM FruitsHut
yaitu dengan melakukan inspeksi, rekayasa, produksi, administrasi,
dan pemeliharaan agar alat dan bahan yang digunakan tetap terjaga
kualitasnya
3. Penanggung Jawab
Pihak yang bertanggung jawab atas pemeliharaan sistem yang ada
pada UMKM FruitsHut adalah pemilik franchise tersebut.
4. Waktu pelaksanaan
Kegiatan pemeliharaan serta perbaikan pada sistem yang ada pada
UMKM FruitsHut dilakukan secara rutin dilakukan sebelum
membuka outlet.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari sistem produksi ini adalah sebagai
berikut.
1. Rancangan design perbaikan sistem produksi pada UMKM FruitsHut
yaitu memperbaiki proses bisnis yang ada, seperti menambah alat yang
digunakan pada pembuatan FruitsHut agar penjual dapat membuat Jus
lebih efektif dan efisien.
2. Standarisasi perbaikan yang dipakai pada UMKM FruitsHut
menggunakan konsep 5R, yaitu ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin.
Dengan menggunakan konsep ini penjual dapat lebih mudah untuk
mengimplementasikan pada UMKM FruitsHut.
3. Sistem operabilitas yang dipakai yaitu 9E-1M, di mana terdapat Ears
Up yang didalamnya berisi deskripsi kondisi aktual, estimasi penyebab
dan alternatif solusi. Setelah itu, Engineering, Educating the people,
Enforcing The Law, Empowering The People, Enabling The System,
Engaging The Top Management To The Sistem, Endorsing the
Partners, Evaluating The Sistem, dan Maintaining The Sistem And
Carrying-Out Continuous Improvement. Dengan menggunakan sistem
operabilitas 9E1M dapat meningkatkan efektivitas keberhasilan
implementasi pada UMKM FruitsHut.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada sistem produksi ini adalah sebagai berikut.

1. Dalam analisis permasalahan yang telah dilakukan, diharapkan UMKM


FruitsHut ini dapat meneliti penyimpangan yang terjadi pada kegiatan
produksi dan juga diharapkan untuk melakukan keseluruhan konsep
5R, yaitu ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin agar dapat
mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan oleh UMKM
FruitsHut ini.

18
2. Setelah melakukan penelitian ini, diharapkan dapat melalukan analisis
lebih kritis terhadap sistem produksi yang berkaitan sehingga
mempermudah dalam melakukan pembuatan laporan dan
mengimplementasikan kegiatan perbaikan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat. (2007). Peta Pengembangan Kualitas dan Kinerja Bisnis. Jakarta: PT


Elex MediaKomputindo.

Kotler, P. d. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta:


PT Index. Monden. (1995). Sistem Produksi Toyota.
Jakarta: Cetakan Pertama. Osada. (1995). Sikap Kerja
5S. Jakarta: Edisi Indonesia.

Risan. (2011). Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap


KepuasanPelanggan. Jurnal Riset Manajemen, 130-150.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabet.

20

Anda mungkin juga menyukai