Anda di halaman 1dari 44

MODUL - 5

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

KONSULTAN PENDAMPINGAN PENERAPAN SMM PT. AMYTHAS


MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

KATA PENGANTAR

Sistem Manajemen Mutu adalah Sistem Manajemen untuk mengarahkan dan


mengendalikan organisasi dalam hal mutu. Dimana Sistem Manajemen adalah Sistem
untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran itu. (Catatan:
Suatu sistem manajemen sebuah organisasi dapat mencakup sistem-sistem
manajemen berbeda seperti Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen Keuangan
atau Sistem Manajemen Lingkungan). Sedangkan Mutu adalah Gambaran dan
karakteristik menyeluruh dari barang/jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
pemenuhan persyaratan yang ditentukan atau yang tersirat. (Catatan: Istilah “mutu”
dapat dipakai dengan kata sifat seperti buruk, baik atau baik sekali).

Sistem ini berdasarkan Permen PU No. 04/PRT/M/2009 tentang Sistem Manajemen


Mutu (SMM) Departemen Pekerjaan Umum. Sehingga dalam penerapannya ditujukan
kepada (1) Seluruh Unit Kerja sesuai dengan tugas dan fungsinya wajib memahami dan
menerapkan SMM. (2) Seluruh Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Kegiatan (Pekerjaan
Konstruksi dan Non Konstruksi) di lingkungan Departemen sesuai dengan tugas dan
fungsinya wajib memahami dan menerapkan SMM. (3) Penyedia Barang/Jasa di
lingkungan Departemen Pekerjaan Umum baik di pusat maupun di daerah wajib
memahami dan menerapkan SMM.

Modul ini merupakan sumber ilmu dan bahan bacaan bagi Peserta didik, Widyaiswara
/ Pengajar pada kegiatan pembelajaran dan bimbingan teknis di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sehingga diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.

Tim Penyusun Modul


KPP-SMM

SISTEM MANAJEMEN MUTU


1
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

UNIT 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 3


1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 3
1.2. Tujuan Pembelajaran .......................................................................... 3
1.3. Deskripsi Singkat ................................................................................. 3
1.4. Waktu Pelaksanaan ............................................................................ 4
1.5. Fasilitas/Madia .................................................................................... 4

UNIT 2 PENYUSUNAN RENCANA MUTU ................................................................ 5


2.1. Rencana Mutu Unit Kerja (RMU) ........................................................ 5
2.2. Rencana Mutu Pelaksanaan Kegiatan (RMP) ..................................... 8
2.3. Rencana Mutu Kontrak (RMK) ........................................................... 12

UNIT 3 PENERAPAN RENCANA MUTU ................................................................... 17


3.1. Tahap Rencana Program Kebutuhan ................................................. 17
3.2. Tahap Pengadaan Barang dan Jasa .................................................... 23
3.3. Tahap Pemenuhan Persyaratan dan Kontrak Kerja .......................... 26
3.4. Tahap Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan .................................... 31

UNIT 4 PENGENDALIAN RENCANA MUTU ............................................................. 36


4.1. Tindakan Verifikasi dan Validasi .......................................................... 36
4.2. Identifikasi dan Mampu Telusur ........................................................ 39

UNIT 5 EVALUASI PENERAPAN MODUL ................................................................. 41

UNIT 6 PENUTUP .................................................................................................... 42

UNIT 7 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 43

SISTEM MANAJEMEN MUTU


2
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

UNIT - 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka mewujudkan Kebijakan Mutu Kementerian PUPR yaitu menjamin
ketersediaan infrastruktur yang handal bagi masyarakat dengan prinsip efisien
dan efektif serta melakukan peningkatan mutu kegiatan secara berkelanjutan,
diperlukan penerapan Sistem Manajemen Mutu secara konsisten dan
pemberdayaan yang terus menerus dilakukan secara bersama. Tanpa adanya
sinergi dan kerjasama antar bidang dan unit kerja serta unit pelaksana kegiatan,
maka dapat dipastikan akan mengalami permasalahan sistem yang tidak sehat.

1.2. Tujuan Pembelajaran


Setelah mendapatkan pembelajaran dari modul ini, yang diharapkan peserta
didik adalah sebagai berikut:
a) Memahami dan dapat menyusun dokumen rencana mutu
b) Mengetahui tahapan-tahapan yang diperlukan dalam penerapan Sisstem
Manajemen Mutu yang sesuai dengan penyelenggaraan konstruksi
c) Memhami dan dapat melakukan pengendalian mutu rencana mutu melalui
verifikasi dan validasi serta mengidentifikasi dokumen yang tidak sesuai
sehingga mampu telusur untuk mencari akar penyembabnya.

1.3. Deskripsi Singkat


Secara umum penerapan Sistem Manajemen Mutu selalu diikuti dengan konsep
rencana sampai dengan evaluasi dan perbaikan. Namun dalam penerapan tertib
penyelenggaraan, maka sistem manajemen mutu merupakan keseluruhan
proses atau tahapan kegiatan penyelenggaraan.
Hasil pelaksanan penerapan dibuatkan laporan-laporan yang disesuaikan
persyaratan kontraktual sehingga baku mutu yang diharapkan dapat terwujud
dengan baik dan benar.
Dalam penerapan SMM adanya kegiatan dalam penyusunan Rencana Mutu,
pelaksanaan penerapan Rencana Mutu, dan melakukan pengendalian Rencana
Mutu

SISTEM MANAJEMEN MUTU


3
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

1.4. Waktu Pelaksanaan


Lama waktu pelaksanaan pengajaran modul ini adalah 2 JP dengan bobot 10 %
dari total keseluruhan rangkaian modul SMM

1.5. Fasilitas / Media


Fasilitas atau peraltan dan perlengkapan yang digunakan sebagai media
pembelajaran, antara lai :
a) Media yang digunakan adalah alat tulis kantor, proyektor multimedia
b) Peralatan pengolah data dan peraga
c) Ruang kerja yang dilengkapi dengan maja dan kursi kerja
d) Dokumen peraturan dan standar
e) Dokumen Manual, Prosedur, Petunjuk Pelaksanaan dan Instruksi Kerja

SISTEM MANAJEMEN MUTU


4
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

UNIT - 2
PENYUSUNAN RENCANA MUTU

Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan, dan
Penyedia Barang/Jasa harus memiliki Rencana Mutu. Dokumen Rencana Mutu
dibedakan sebagai berikut:
a) Rencana Mutu Unit Kerja (RMU), merupakan dokumen rencana penetapan
kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program tahunan berjalan yang
disusun oleh Unit Kerja Eselon I sampai dengan Eselon II dalam rangka menjamin
mutu.
b) Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP), merupakan dokumen SMM Pelaksanaan yang
disusun oleh Kepala Satker, SNVT, SKS, dan PPK dalam rangka menjamin mutu.
c) Rencana Mutu Kontrak (RMK), merupakan dokumen SMM yang disusun oleh
Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka menjamin
mutu.

2.1. Rencana Mutu Unit Kerja (RMU)


RMU merupakan dokumen rencana penetapan kinerja sebagai penjabaran dari
sasaran dan program tahunan berjalan yang disusun oleh Unit Kerja Eselon I
sampai dengan Eselon II dalam rangka menjamin mutu.

a) Isi RMU
1. Penetapan Kinerja tahunan dari rencana kegiatan tahunan pada Unit
Kerja guna mendukung pencapaian Renstra Kementerian;
2. Program Tahunan terdiri dari Rincian Program Tahunan berjalan;
3. Kebutuhan Sumber Daya (antara lain: sumber daya manusia, prasarana
dan sarana, informasi dan teknologi, keuangan);
4. Disusun setelah DIPA ditandatangani, untuk menjamin mutu
kegiatan/hasil pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

b) Penanggung Jawab
1. Pimpinan Puncak Eselon I sampai Eselon II bertanggung jawab untuk
menyusun RMU;
2. Atasan Langsung masing-masing Eselon bertanggung jawab atas
pengesahan dan pemantauan pelaksanaan RMU;

SISTEM MANAJEMEN MUTU


5
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

3. Pimpinan Puncak Unit Kerja bertanggung jawab melakukan sosialisasi


RMU kepada seluruh jajarannya;
4. Pimpinan Puncak Unit Kerja harus menjamin bahwa RMU yang telah
ditetapkan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

c) Apabila di dalam masa pelaksanaan Program Tahunan terjadi perubahan-


perubahan maka RMU harus disesuaikan kembali dengan perubahan
tersebut dan dilakukan persetujuan ulang.

d) RMU digunakan sebagai panduan pelaksanaan, pemantauan dan


peninjauan terhadap pelaksanaan program tahunan.

e) Contoh RMU (lihat Lampiran-2 Permen PU No: 04/PRT/M/2009)

SISTEM MANAJEMEN MUTU


6
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Contoh Format RMU

SISTEM MANAJEMEN MUTU


7
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

2.2. Menyusun Rencana Mutu Pelaksanaan Kegiatan (RMP)


RMP merupakan dokumen SMM Pelaksanaan yang disusun oleh Kepala Satker,
SNVT, SKS, dan PPK dalam rangka menjamin mutu.

a) Isi RMP
1. Informasi Kegiatan yaitu menguraikan penjelasan mengenai nama dan
kode kegiatan, sumber dana, lokasi, lingkup pekerjaan, waktu
pelaksanaan dan penanggung jawab kegiatan;
2. Sasaran Mutu Kegiatan;
3. Persyaratan teknis dan administrasi sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing Satuan Kerja, SNVT, SKS, dan PPK;
4. Struktur Organisasi: bagan struktur organisasi pelaksanaan kegiatan;
5. Tugas, tanggung jawab dan wewenang yaitu uraian tugas, tanggung
jawab dan wewenang masing-masing kedudukan personil yang ada
dalam struktur organisasi;
6. Kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam
rangka memenuhi mutu yang dipersyaratkan;
7. Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan yaitu menguraikan urutan proses
kegiatan dari tahap persiapan sampai dengan tahap penyerahan akhir
kegiatan, termasuk kegiatan verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi,
inspeksi dan pengujian (sesuai keperluannya);
8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan yaitu menguraikan tahapan pelaksanaan
sesuai dengan perencanaan waktu;
9. Jadwal Penggunaan Prasarana dan sarana yaitu menguraikan
perencanaan penggunaan prasarana dan sarana yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan;
10. Jadwal Personil yaitu menguraikan perencanaan tugas personil, tenaga
ahli dan staff pendukung (termasuk tenaga outsourcing/dari luar)
dalam setiap kegiatan sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan;
11. Rencana terhadap metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi,
inspeksi dan pengujian yang diperlukan beserta kriteria
penerimaannya;
12. Daftar Kriteria Penerimaan yaitu menguraikan ketentuan-ketentuan
dari setiap tahapan proses dan hasil pekerjaan sesuai dengan
persyaratan (KAK, spesifikasi teknis, standar/peraturan perUU-an).
13. Daftar dokumen SMM dalam rangka mencapai kesesuaian mutu yang
dipersyaratkan;
14. Daftar Induk Rekaman (bukti kerja) untuk membuktikan pelaksana-an
kegiatan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan;

SISTEM MANAJEMEN MUTU


8
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

b) Penanggung Jawab RMP


1. Kepala Satuan Kerja/SNVT/SKS/PPK bertanggung jawab untuk
menjamin mutu tahapan proses dan hasil pekerjaan sesuai dengan
tugas dan fungsinya;
2. Atasan Langsung dari Kepala Satuan Kerja/SNVT/SKS/PPK bertanggung
jawab atas pengesahan pelaksanaan RMP dan digunakan sebagai
dokumen monitoring kegiatan;
3. Kepala Satuan Kerja/SNVT/SKS/PPK bertanggung jawab untuk
melakukan sosialisasi kepada seluruh jajaran satuan kerjanya;
4. Kepala Satuan Kerja/SNVT/SKS/PPK harus menjamin bahwa RMP yang
telah ditetapkan dilaksanakan.
5. Apabila di dalam masa pelaksanaan kegiatan terjadi perubahan atau
pekerjaan tambah kurang maka RMP harus disesuaikan kembali
dengan perubahan tersebut dan dilakukan persetujuan ulang;
6. RMP digunakan sebagai panduan pelaksanaan, monitoring dan
peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan terhadap ketentuan-
ketentuan dan persyaratan yang telah ditetapkan dalam perencanaan
program.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


9
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

SISTEM MANAJEMEN MUTU


10
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

SISTEM MANAJEMEN MUTU


11
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

2.3. Menyusun Rencana Mutu Kontrak RMK


a) Rencana Mutu Kontrak (RMK) merupakan:
1. Dokumen penjaminan mutu pelaksanaan kegiatan kepada Unit
Pelaksana Kegiatan yang disampaikan pada rapat pra
pelaksanaan/Rapat Pendahuluan baik kegiatan konstruksi maupun non
konstruksi untuk mendapatkan pengesahan.
2. Dokumen yang berisi prosedur dan sumber daya yang diperlukan yang
harus diterapkan oleh penyedia jasa pada pelaksanaan pekerjaan pada
waktu tertentu.
3. Dokumen perencanaan pelaksanaan kegiatan yang harus dilaksana-kan
oleh penyedia jasa, agar mudah untuk melakukan pengendalian
sehingga tercapai sasaran atau target yang telah ditetapkan.
4. Dokumen yang dinamis, dapat direvisi apabila terjadi perubahan
persyaratan dalam pelaksanaan pekerjaan agar tetap memenuhi
persyaratan hasil pekerjaan.
5. Bagian perangkat pengendalian pelaksanaan proyek bagi Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


12
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

6. Bagian dari SMM yang difokuskan untuk memenuhi maksud


Penjaminan Mutu, Pengendalian mutu dan Perencanaan mutu.
7. Dokumen yang berisi persyaratan kontrak dan spesifikasi teknis,
metoda kerja, jadual pelaksanaan proyek dan criteria penerimaan,
kebutuhan sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek

b) Manfaat RMK
1. Bagi pelaksana kegiatan : memiliki acuan kerja untuk memenuhi
seluruh persyaratan kontrak dan mengurangi risiko kegagalan dan
ketidaksesuaian produk (hasil pekerjaan).
2. Bagi pengguna jasa : bermanfaat sebagai dasar untuk pemantauan
kemajuan pekerjaan dari proyek/ kegiatan dan melakukan evaluasi dan
analisa kinerja penyedia barang/jasa yang bersangkutan dalam
melaksanakan kegiatan.
3. Bagi manajemen perusahaan :
4. Sarana pengendalian yang efektif untuk memantau dan mengukur
progres pekerjaan selama pelaksanaan proyek.
5. Dasar pengendalian biaya, mutu, waktu agar hasil pekerjaan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.

c) Landasan Penyusunan RMK


1. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
2. Lampiran 3 Bagian C.2.b. Penyusunan program Mutu (konstruksi),
3. Lampiran 4A/4B Bagian C.2.b Penyusunan program mutu (konsultan).
4. Peraturan Menteri PU No. 04/PRT/M/2009, Bab. IV pasal 13, Penyedia
Barang/Jasa wajib:
 Membuat RMK sebagai penjaminan mutu pelaksanaan kepada
Unit Pelaksana Kegiatan yang dibahas pada rapat prapelaksanaan
kegiatan (pre-construction meeting) untuk mendapat pengesahan
dari Kepala Unit Pelaksana Kegiatan (SNVT/SKS/ PPK);
 Menerapkan dan mengendalikan pelaksanaan RMK secara
konsisten untuk mencapai mutu yang dipersyaratkan pada
pelaksanaan kegiatannya.
 Melakukan tinjauan pada RMK apabila terjadi perubahan dalam
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi persyaratan/ketentuan/
organisasi, agar tetap memenuhi mutu yang dipersyaratkan; dan
 Mengajukan usulan pengesahan ulang apabila terjadi perubahan
RMK.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


13
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

5. Lampiran 1 Peraturan Menteri PU No : 04/PRT/M/2009, Bab VII


Penyelenggaraan Kegiatan, bahwa setiap kegiatan yang
diselenggarakan oleh Penyedia Barang/Jasa harus memiliki Rencana
Mutu Kontrak (RMK) dalam rangka menjamin mutu.

d) Tanggung Jawab Pemenuhan Mutu


1. Pengguna Jasa, melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
Penyedia Jasa (Konsultan & Kontraktor), untuk tercapainya pemenuhan
mutu melalui penerapan RMK (lihat gambar Peran RMK) di bawah ini.
2. Penyedia Jasa, melakukan upaya pemenuhan mutu sesuai dengan
dokumen kontrak merupakan tugas dan Tanggung Jawab Penyedia Jasa
(Konsultan & Kontraktor), sesuai arahan pemenuhan mutu dari
pengguna jasa.
3. Penyedia Jasa (Konsultan & Kontraktor), melakukan koordinasi dalam
penyusunan RMK agar RMK dimaksud dapat melakukan pemenuhan
mutu sesuai yang ditentukan oleh pengguna jasa.

e) Prosedur dan Pembuatan RMK


1. Dasar penyusunan Rencana Mutu Kontrak (RMK) harus mem-
perhatikan semua ketentuan yang dapat mempengaruhi kinerja
pelaksanaan proyek. antara lain :
 Kerangka acuan kerja (KAK), rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
spesifikasi teknis dan kontrak yang disepakati termasuk hasil
klarifikasi dan negosiasi yang telah dilakukan.
 Persyaratan yang tidak ditetapkan oleh pengguna jasa, tetapi
diperlukan dalam pelaksanaan proyek.
 Peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah yang
terkait dengan pelaksanaan proyek.
 Persyaratan internal yang ditetapkan oleh pimpinan Badan Usaha
Penyedia Jasa.
2. RMK harus didistribusikan dan dipahami oleh semua personil
yang terkait dengan proses dan mutu produk dalam pelaksanaan
proyek.
3. Apabila terjadi perubahan persyaratan kontrak sebelum dan selama
pelaksanaan proyek, maka RMK harus segera direvisi dan perubahan
tersebut dikomunikasikan kepada semua personil yang terkait.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


14
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

SISTEM MANAJEMEN MUTU


15
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

SISTEM MANAJEMEN MUTU


16
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

UNIT - 3
PENERAPAN RENCANA MUTU

Dalam tahapan kegiatan bidang jasa konstruksi, dimana rencana mutu menjadi acuan
dalam pengendalian pelaksanaan produk, maka dapat dikatakan bahwa didalam
penerpan rencana mutu tersebut harus sesuai dengan rencana kebutuhan dan
acuan/ketentuan dan standar yang digunakan.

3.1.Tahap Rencana Program Kebutuhan

Salah satu ciri manusia modern adalah keanggotaannya dalam berbagai


organisasi, yang bertujuan untuk mencapai tujuan pribadinya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup baik bersifat materil maupun spritual. Alasan utama
adalah karena semakin kompleksnya kebutuhan sehingga manusia tidak dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya itu secara perorangan. Oleh karena itu
dikatakan bahwa organisasi dicirikan oleh perilakunya yang terarah pada tujuan.

Perencanaan program dan penyusunan usulan kegiatan belum dapat kita


lakukan sebelum adanya pembagian program kerja, yaitu suatu tugas atau
kewenangan yang diberikan kepada suatu unit kegiatan atau lembaga untuk
menyelenggarakan suatu bentuk kegiatan. Tujuan dari pada pembagian ini
adalah untuk menghindari terjadinya kegiatan yang sama baik waktu maupun
bentuk kegiatan antar lembaga, dan tujuan lainnya adalah agar dalam
melaksanakan kegiatannya dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan mana
kegiatan yang sifatnya umum atau lebih terarah pada ciri khas fakultas atau
jurusan.

1. Perencanaan Program
Dalam merencanakan suatu program, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
a) Proses Pembuatan Program
Dalam proses pembuatan program dapat kita kemukakan sebagai
berikut :
1) Berdasarkan atas fakta yang objektif, rasional dan pertimbangan-
pertimbangan terhadap perkembangan kegiatan.
2) Sasaran yang ingin dicapai harus jelas.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


17
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

3) 5W + H : What (Apa), Why (Kenapa), Who (Siapa), Where (Dimana),


When (Kapan) dan How (Bagaimana).
4) Harus dipertimbangkan kebijaksanaan organisasi.
5) Antara satu kegiatan dengan kegiatan yang saling mengisi dan
berkaitan.
6) Tidak kaku dalam batas-batas tertentu sesuai dengan
perkembangan.
7) Mudah dipahami dan penafsiran harus sama oleh pelaksana
kegiatan.

b) Identifikasi Program
Dari sekian banyak bidang atau seksi dalam perencanaan program
harus diidentifikasi menurut:
1) Bidang kegiatan
2) Jenis kegiatan
3) Sub.jenis kegiatan
4) Bentuk kegiatan

c) Langkah-Langkah Dalam Penyusunan Rencana Program


Dalam merencanakan suatu rencana program beberapa langkah yang
harus kita perhatikan, yaitu :
1) Sasaran yang ingin dicapai harus diketahui dan ditetapkan.
2) Kumpulkan data atau informasi yang diperlukan.
3) Analisa data dan informasi terhadap sasaran atau permasalahan
yang terjadi.
4) Identifikasi faktor-faktor apa saja yang akan menjadi penghambat
dan penunjang.
5) Buat alternatif rencana program, dari masing-masing alternatif
tersebut tetapkan yang terbaik.
6) Rencana program harus terperinci, yaitu terdiri dari waktu,
pendanaan, pelaksanaan dan lain-lain.

d) Penjadwalan Rencana Program


Penjadwalan program merupakan aspek penting dari suatu
perencanaan program, karena dalam suatu penjadwalan tersebut lebih
memfokuskan kepada identifikasi terhadap sesuatu yang harus atau
ingin dilakukan, kapan untuk dimulai dan kapan harus selesai.
Penjadwalan ini sangat membantu dalam hal pelaksanaan, monitoring
kegiatan, dan evaluasi suatu program.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


18
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Dalam penjadwalan suatu rencana program beberapa hal harus kita


pedomani :
1) Identifikasi seluruh kegiatan yang direncanakan.
2) Prioritaskan program.
3) Tentukan kegiatan yang telah dirinci.
4) Tentukan lama waktu dan waktu pelaksanaan.
5) Jadwal kegiatan disesuaikan dengan tahun anggaran
6) Evaluasi jadwal yang telah disusun.

Dari keempat hal tersebut diatas, walaupun perencanaan program


yang disusun terlihat baik dan rapi, dalam pelaksanaannya belum tentu
demikian. Seorang pemimpin atau ketua organisasi harus dapat
memperkecil kendala-kendala yang datang baik dari dalam maupun
dari luar organisasi. Kendala yang datang dari dalam organisasi adalah
kuranganya pengertian dan pemahaman, kesadaran dan tanggung
jawab, waktu dan pendanaan, pola manajemen. Sedangkan yang
datang dari luar organisasi seperti peraturan/ketentuan-ketentuan
(birokrasi) yang berlaku, faktor sosial, faktor politik dan faktor ekonomi.

Organisasi merupakan sistem yang kompleks dan multidimensi, dalam


hal ini dituntut kemampuan pengelolaan menghadapi dan mengatasi
bermacam tantangan atau hambatan dan perubahan baik dari dalam
maupun dari luar. Semakin kritis dan dinamis kehidupan kampus,
semakin cepat dan besar terjadinya perubahan, berarti strategi-
strategi yang tepat sangat diharapkan sekali.

Strategi merupakan suatu arah dan kebijaksanaan untuk pencapaian


tujuan organisasi, yang melibatkan peran dan tanggung jawab anggota.
Dalam menetapkan strategi ini kurun waktu pelaksanaan kita tetapkan
berdasarkan program jangka panjang dan jangka pendek. Dalam
perencanaan ini harus dapat dilaksanakan serta di-implementasikan
secara konsisten, dan hasil yang ingin dicapai benar-benar memenuhi
sasaran yang akhirnya akan dievaluasi keberhasilannya.

Setelah program direncanakan, apakah benar-benar telah evektif.


Dalam menilai suatu perencanaan evektif atau tidak dapat kita
perhatikan yaitu : manfaat dari hasil yang dicapai terhadap yang kita
harapkan apakah sesuai dengan sasaran, dari manfaat yang kita
harapkan bagaimana pemanfaatan dana, efisiensi, evektifitas dan

SISTEM MANAJEMEN MUTU


19
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

pengelolaan. Untuk pencapaiannya dibutuhkan pengendalian atau


monitoring dan pengawasan secara 3S (sebelum, selama dan sesudah)
kegiatan berlangsung.

Secara makro keberhasilan organisasi dalam melaksanakan program


dapat dinilai dari:
1) Hasil yang dicapai.
2) Keterlibatan anggota (sumber daya anggota).
3) Manajemen atau sistem pengelolaan.
4) Lingkungan dimana kegiatan dilaksanakan.

2. Penyusunan Usulan Kegiatan


Penyusunan usulan kegiatan lebih dikenal dengan nama Proposal, yang
tujuannya adalah menerangkan dan menjelaskan suatu kegiatan yang
direncakan. Dalam penyusunan usulan kegiatan “Proposal” haruslah jelas,
tepat dan benar. Tiga hal ini sering sekali menyebabkan proposal yang
diusulkan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan bahkan ada
kemungkinan proposal tersebut tidak diterima atau ditolak. Hal ini dapat
saja terjadi, karena proposal yang diusulkan tidak ada kejelasannya,
sasaranya atau terdapat manipulasi angka-angka yang dibutuhkan.

Walaupun dalam pembuatan proposal ini tidak memerlukan pengetahuan


khusus, tetapi kita harus mengetahui tata cara ataupun aturan
penulisannya. Berikut akan diperlihatkan contoh usulan kegiatan "Proposal"
secara umumnya :
1) Pendahuluan.
2) Dasar Pemikiran.
3) Tema Kegiatan.
4) Maksud dan Tujuan.
5) Penyelenggara.
6) Jenis Kegiatan.
7) Peserta.
8) Waktu Pelaksanaan.
9) Susunan Kepanitiaan.
10) Pembiayaan.
11) Penutup.

Yang sangat penting untuk menjadi perhatian dalam usulan kegiatan adalah pada
bagian : Dasar Pemikiran dan Anggaran Biaya. Karena pada bagian inilah yang selalu

SISTEM MANAJEMEN MUTU


20
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

menjadi perhatian pemilik dana atau sponsor, setelah itu baru diperhatikan bagian-
bagian lain. Dengan demikian pada dasar pemikiran ini harus ditunjukkan kegiatan
yang diusulkan memang benar-benar penting dan harus dilakukan, sasaran dan
manfaat yang ingin dicapai menjadi penjelasan pada bagian ini. Struktur isi pada dasar
pemikiran, pada umumnya terdiri dari : pendahuluan dari kegiatan yang akan
dilakukan, menerangkan pentingnya kegiatan yang akan diusulkan, dikuatkan pada
masalah-masalah yang terjadi saat ini dan menyelesaikan masalah pada masa yang
akan datang , sasaran dan manfaat yang diperoleh terhadap pemilik dana ataupun
pelaksana secara umum dan secara khusus, keterangan yang menguatkan bahwa
kegiatan yang diusulkan tersebut dalam rangka memperingati atau ada dasar lain yang
dapat di tonjolkan sehingga usulan kegiatan ini beriring dengan maksud tersebut,
kemudian penutup dari dasar pemikiran.

Dalam kegiatan konstruksi dapat dilihat sebegai berikut :

1. Tahap Perencanaan (Planning)


Merupakan penetapan garis-garis besar rencana proyek, yang hasilnya meliputi:
 Laporan survey
 Studi kelayakan
 Program dan bugdet
 TOR (Term Of Reference)
 Master plan
 Study Kelayakan (Feasibility Study)

Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan Pemilik proyek bahwa proyek konstruksi
yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan
perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek
lingkungannya.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan ini adalah :
 Menyusun rancangan proyek secara kasar dan mengestimasi biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
 Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut dilaksanakan,
baik manfaat langsung (manfaat ekonomis) maupun manfaat tidak langsung
(fungsi sosial)
 Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun finansial.
 Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek
tersebut dilaksanakan.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


21
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

2. Tahap Penjelasan (Briefing)


Tujuan dari tahap penjelasan adalah untuk memungkinkan pemilik proyek
menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan
perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan
membuat taksiran biaya yang diperlukan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :


 Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga ahli
 Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, dan persyaratan mutu.
 Mempersiapkan ruang lingkup kerja, jadwal waktu, taksiran biaya dan
implikasinya, serta rencana pelaksanaan
 Mempersiapkan sketsa dengan skala tertentu yang menggambarkan denah
dan batas-batas proyek.

3. Tahap Desain /Perancangan (Design)


Tahap perancangan meliputi dua sub tahap yaitu :
 Tahap Pra-Desain (Preliminary Design) dan
 Tahap pengembangan Desain (Development Design) / Detail Desain (Detail
Design).

PRELIMINARY DESIGN (PRA RANCANGAN)


Yang mencakup kriteria desain, skematik desain, proses diagram blok plan,
rencana tapak, potongan, denah, gambar situasi/site plan tata ruang, estimasi
cost.

DESIGN DEVELOPMENT (PENGEMBANGAN RANCANGAN)


Merupakan tahap pengembangan dari pra rancangan yang sudah dibuat dan
perhitungan-perhitungan yang lebih detail, mencakup :
 Perhitungan-perhitungan detail (struktural maupun non struktural) secara
terperinci
 Gambar-gambar detail (gambar arsitektur, elektrikal, struktur, mekanal, dsb)
 Outline specification (garis besar)
 Estimasi cost untuk konstruksi secara terperinci

DESAIN AKHIR DAN PENYIAPAN DOKUMEN PELAKSANAAN (FINAL DESIGN &


CONSTRUCTION DOCUMEN)

SISTEM MANAJEMEN MUTU


22
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untuk tahap pelelangan,
mencakup :
 Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian pekerjaan
 Detail spesifikasi
 Bill of quantity (daftar volume)
 Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)
 Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan umum (dokumen lelang)
 Tujuan dari tahap ini adalah :

Untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan,


metoda konstruksi dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari pemilik
proyek dan pihak berwenang yang terlibat.

Untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar


rencana dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada tahap program perancangan (design)
ini adalah :
 Mengembangkan ikhtisar proyek menjadi penjelasan akhir.
 Memeriksa masalah teknis
 Meminta persetujuan akhir ikhtisar dari Pemilik proyek
 Mempersiapkan rancangan skema (pra-desain) termasuk taksiran biayanya,
rancangan terinci (detail desain), gambar kerja, spesifikasi, jadwal, daftar
volume, taksiran baiaya akhir, dan program pelaksanaan pendahuluan
termasuk jadwal waktu.

3.2.Tahap Pengadaan Barang dan Jasa

Yang dimaksud dengan pengadaan adalah segala kegiatan pengadaan sumber


daya yang diperlukan dalam melaksanakan setiap kegiatan yang dilakukan oleh
Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum
.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


23
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Proses pelaksanaan kegiatan pengadaan dalam penerapan SMM mengacu


kepada peraturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum.
Kegiatan Pengadaan sekurang-kurangnya mencakup:
1. Tersedianya informasi kebutuhan Sumber Daya;
2. Proses pengadaan;
3. Verifikasi terhadap Sumber Daya yang diterima.

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah meliputi pengadaan barang, pekerjaan


konstruksi, jasa konsultansi, dan jasa lainnya. Pengadaan barang adalah
pengadaan setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak
maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan
atau dimanfaatkan oleh pengguna barang.
Pengadaan pekerjaan konostruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan
dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Adapun pengadaan jasa Konsultansi adalah jasa pelayanan profesional yang
membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang
mengutamakan adanya olah pikir.
Pengadaan jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu
yang mengutamakan keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah
dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala
pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, pelaksanaan
pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang

Metode/Cara Pemilihan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah


Pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dilakukan dengan
cara:
 Pelelangan Umum dan Pelelangan Sederhana
 Penunjukan Langsung
 Pengadaan Langsung
 Kontes/Sayembara.
 Pelelangan Umum
 Pelelangan Terbatas
 Pemilihan Langsung
 Penunjukan Langsung
 Pengadaan Langsung.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


24
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Sedangkan pengadaan untuk jasa konsultansi dilakukan melalui cara Seleksi


Sederhana, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, Sayembara. Adapun
pengertian metode pemilihan penyedia barang/jasa di atas adalah sebagai
berikut :
1. Pelelangan Umum. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi
syarat.
2. Pelelangan Sederhana. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
Lainnya untuk pengadaan yang tidak kompleks dan bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,-(dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28
Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp5.000.000.000).
3. Pelelangan Terbatas. Yaitu metode pemilia Pekerjaan Konstruksi untuk
Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan
diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. Pekerjaan yang
Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai
risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau
pekerjaan yang bernilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar
rupiah).
4. Pemilihan Langsung. Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan
terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan
penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metode pemilihan langsung,
yaitu dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran,
sekurang¬kurangnya 3 penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah
lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta
harus diumumkan minimal melalui papan pengumunan resmi untuk
penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet (pemilihan
Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi
Rp200.000.000,00 (dalam draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal
28 Maret 2012 nilainya paling tinggi Rp5.000.000.000)).
5. Penunjukan Langsung. Yaitu metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa
dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. Dalam
keadaan tertentu dan keadaan khusus pemilihan penyedia barang/jasa
dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu)
penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun
biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Pengadaan Langsung. Yaitu pengadaan Barang/Jasa langsung kepada
Penyedia barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan

SISTEM MANAJEMEN MUTU


25
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Langsung dan dapat dilakukan terhadap Pengadaan Barang/Pekerjaan


Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling tinggi Rp. 100.000.000,-(dalam
draft perubahan Perpres 54 Tahun 2010 tanggal 28 Maret 2012 nilainya
paling tinggi Rp. 200.000.000)
7. Kontes/Sayembara. Kontes/Sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan
Penyedia Barang/Jasa Lainnya yang merupakan hasil Indukostri kreatif,
inovatif dan budaya dalam negeri.

3.3.Tahap Pemenuhan Persyaratan dan Kontrak Kerja

Dalam suatu pekerjaan konstruksi, dikenal 2 (dua) pihak, yaitu pihak pengguna
jasa dan pihak penyedia jasa. Pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa ini
terikat dalam suatu hubungan kerja jasa konstruksi, dimana hubungan kerja
tersebut diatur dan dituangkan dalam suatu kontrak kerja konstruksi.

Berdasarkan Pasal 1 UU No. 18/1999, disebutkan bahwa kontrak kerja


konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum
antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi. Pada dasarnya, kontrak kerja konstruksi dibuat secara terpisah
sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kontrak kerja
konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, untuk pekerjaan pelaksanaan, dan
untuk pekerjaan pengawasan.

Merujuk kepada Pasal 23 ayat (6) PP No. 29/2000, kontrak kerja konstruksi
tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Kontrak kerja konstruksi ini juga
dibuat dalam Bahasa Indonesia. Dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan
pihak asing, maka dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (dual
language).

Berdasarkan PP 29/2000, kontrak kerja konstruksi dibedakan berdasarkan:


 Bentuk imbalan, yang terdiri dari lump sum, harga satuan, biaya tambah
imbalan jasa, gabungan Lump Sum dan harga satuan, atau aliansi;
 Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari: tahun
tunggal, atau tahun jamak;
 Cara pembayaran hasil pekerjaan, yaitu sesuai kemajuan pekerjaan, atau
secara berkala.

Suatu kontrak kerja konstruksi sekurang-lurangnya harus mencakup mengenai:


 Para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak;

SISTEM MANAJEMEN MUTU


26
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

 Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;
 Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, memuat jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab
penyedia jasa;
 Tenaga ahli, memuat ketentuan jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
 Hak dan kewajiban, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan
imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;
 Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa
dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;
 Cidera janji, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah
satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
 Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara
penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
 Pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang
pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
 Keadaan memaksa (force majeure), memuat ketentuan tentang kejadian
yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
 Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
 Perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;
dan
 Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


27
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Pemenuhan persyaratan artinya seluruh aspek pelaksanaan yang telah direncanakan


sampai dengan selesai harus dipenuhi sesuai dengan dengan kontrak kerja yang telah
ditandatangani. Semua pihak yang terlibat harus patuh pada aturan dan ketentuan
yang telah ditetapkan. Di dalam Sistem Manajemen Mutu, tahap pemenuhan kontrak
adalah tahap pelaksanaan realisasi produk.

Proyek adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan sesuatu atau serangkaian


kegiatan yang mencakup seluruh aspek yang menyangkut kepentingan, untuk
mencapai tujuan yang pengelolaannya tidak terlepas dari unsur-unsur manajemen.

Aturan-aturan yang membatasi pelaksanaan proyek adalah :


a) SPK/SPMK
b) Kontrak dan dokumen kontrak
c) (Surat perjanjian antara Pimpro/pimbagpro dan kontraktor untuk melaksanakan
pekerjaan)
d) RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)
e) Gambar kerja : Shop drawing dan As built drawing

SISTEM MANAJEMEN MUTU


28
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Tahap-tahap pelaksanaan ada 3 (tiga) macam yaitu

1. Tahap pra pelaksanaan


Tahap pra pelaksanaan proyek ini meliputi :
a) Membuat persiapan/program secara detail untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan
b) Acuannya
 Dokumen kontrak
 RAB dan RAP
 Dokumen-dokumen lain
c) Kontraktor
 Memberikan jaminan bank dan uang muka
 Mempelajari isi kontrak

Dalam hal ini kontrak dibagi menjadi dua macam yaitu :


 Kontrak lumpsumKontrak lumsum adalah kontrak yang dilaksanakan
sesuai dengan gambar dan RKS dalam dokumen lelang yang nilainya pasti
dan mengikat, kuantitas dari masing-masing pekerjaan relatif pasti,
gambar-gambar rencana dan spesifikasi lengkap terperinci.
 Kontrak unit priceKontrak unit price adalah kontrak pengadaan barang /
jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
berdasarkan harga satuan yg pasti & tetap untuk setiap satuan pekerjaan
dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih
bersifat perkiraan sementara. Pembayaran kepada penyedia jasa /
kontraktor pelaksanaan berdasarkan hasil pengukuran bersama
terhadap volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan.

d) Merupakan masa mobilisasi (1-5 bulan)


 Masa ini strategis, kelancaran pada masa ini menentukan kelancaran
pekerjaan selanjutnya
 Sering dilaksanakan review design

e) Persiapan administratif yang dilakukan


 Surat menyurat (dengan pejabat setempat, pimpro/bagpro maupun
konsultan)
 Membuat surat tugas (internal)
 Membuat laporan intern dan ekstern

SISTEM MANAJEMEN MUTU


29
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

f) Persiapan teknis yang dilakukan


 Struktur organisasi proyek
 Time schedule atau master schedule
 Metode kerja/metode pelaksanaan
 Kantor lapangan (base camp, gudang, direksi keet)
 Bangunan utilitas (PLN, Telkom, PDAM)
 Survey letak quarry
 Membuat shop drawing
 Pengukuran
 Membuat fasilitas penunjang (Access road, jembatan darurat, pagar
pengaman)

2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proyek konstruksi secara umum. Dalam
tahap pelaksanaan ada tiga target yang harus dicapai, yaitu :
a) Taget prestasi
b) Target waktu
c) Target biaya

Dalam tahap ini memungkinkan sekali untuk terjadiya perubahan metode kerja
dan reshedulling. Dalam pelaksanaan pada tahap ini harus selalu dilakuan hal
berikut ini :
a) Pengendalian biaya/keuangan (pengendalian bahan, alat, pekerja)
b) Pengendalian waktu (rencana kerja realistis, memperhatikan pekerjaan-
pekerjaan kritis, evaluasi kurva S)
c) Pengendalian mutu (memperhatikan spesifikasi teknis)

3. Tahap akhir pelaksanaan


Ini adalah tahap saat proyek sudah selesia dilaksanakan PHO dan FHO. Pada tahap
ini diusahakan proyek tidak terlambat, karena apabila terlambat akan terkena
denda sebesar 1% dari nilai kontak sampai setinggi-tingginya 10% dari nilai
kontrak. Tenggang waktu antara PHO dan FHO adalah masa pemeliharaan. Semua
cacat pada bangunan yang terjadi pada masa pemeliharaan menjadi tanggung
jawab penuh dari kontraktor untuk memperbaikinya.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


30
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

3.4.Tahap Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan

a) Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk memberikan informasi


tentang sebab dan akibat dari suatu kebijakan yang sedang dilaksanakan.
Monitoring dilakukan ketika sebuah kebijakan sedang diimplementasikan.
Monitoring diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan
dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi risiko yang lebih
besar.

1. Tujuan Monitoring:
a. Manjaga agar hasil kegiatan yang sedang diimplementasikan
sesuai dengan tujuan dan sasaran.
b. Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko
yang lebih besar.
c. Melakukan tindakan modifikasi terhadap kesepakatan bersama
dan kontrak kerja apabila hasil monitoring tersebut belum sesuai
dengan target san sasaran kegiatan..

2. Data dan Informasi untuk monitoring:


a. Metode dokumentasi: dari berbagai laporan kegiatan seperti
laporan tahunan/semesteran/bulanan bahkan lhasil rapat
koordinasi mingguan.
b. Metode survei: tujuannya untuk menjaring data dari para
stakeholders, terutama kelompok sasaran dan dari berbagai
bidang kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
c. Metode observasi lapangan: untuk mengamati data empiris di
lapangan dan bertujuan untuk lebih meyakinkan dalam membuat
penilaian tentang proses dari kebijakan. Dapat digunakan untuk
melengkapi metode survei.
d. Metode wawancara: pedoman wawancara yang menanyakan
berbagai aspek yang berhubungan dengan implementasi
penerapan pelaksanaan yang perlu dipersiapkan.
e. Metode campuran: misalnya campuran antara metode
dokumentasi dan survei, atau metode survei dan observasi, atau
dengan menggunakan ketiga atau bahkan keempat metode di atas
f. Metode FGD: dengan melakukan pertemuan dan diskusi dengan
para stakeholdersyang bervariasi. Dengan cara demikian, maka
berbagai informasi yang lebih valid akan dapat diperoleh melalui
cross check data dan informasi dari berbagai sumber.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


31
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

3. Jenis-jenis Monitoring:
a. Kepatuhan (compliance): jenis monitoring untuk menentukan
tingkat kepatuhan implementor terhadap standar dan prosedur
yang telah ditetapkan.
b. Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh
mana sumberdaya dan pelayanan sampai pada kelompok sasaran.
c. Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi
perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah
diimplementasikan suatu kebijakan.
d. Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan
adanya perbedaan antara hasil dan tujuan kebijakan.

4. Pendekatan terhadap Monitoring:


a. Akuntansi sistem sosial: pendekatakan monitoring untuk
mengetahui perubahan kondisi sosial yang objektif dan subjektif
dari waktu ke waktu.
b. Eksperimental sosial: pendekatan monitoring untuk mengetahui
perubahan sosial yang terjadi dalam sebuah kelompok eksperimen
dengan cara membandingkan dengan kelompok kontrol.
c. Akuntansi sosial: pendekatan monitoring yang berusaha untuk
mengetahui hubungan antara masukan, proses, keluaran/hasil,
dan dampak.
d. Sintesis riset dan praktek: pendekatan monitoring yang
menerapkan kompilasi, perbandingan, dan pengujian secara
sistematis terhadap hasil-hasil dari implementasi kebijakan publik
di masa lampau.

b) Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.


Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup
waktu.

1. Tujuan Evaluasi
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka
dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat
diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas
pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


32
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

d. Mengukur dampak suatu kebijakan: evaluasi ditujukan untuk


melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun
negatif.
e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan: untuk mengetahui
adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi,
dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan
pencapaian target.
f. Sebagai masukan (input) suatu kebijakan yang akan datang: untuk
memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan agar
dihasilkan kebijakan yang lebih baik.

2. Alasan Evaluasi Kegiatan dan pelaksanaan kegiatan


a. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kegiatan : seberapa
jauh suatu kebijakan mencapai tujuannya.
b. Untuk mengetahui apakah suatu kegiatan berhasil atau gagal:
dengan melihat tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan
apakah suatu kegiatan berhasil atau gagal.
c. Memenuhi akuntabilitas publik: dengan melakukan penilaian
kinerja suatu kegiatan, maka dapat dipahami sebagai bentuk
pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik
dana dan mengambil manfaat dari kegiatan dan program
pemerintah.
d. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kegiatan : apabila
tidak dilakukan evaluasi terhadap sebuah kebijakan, para
stakeholders, terutama kelompok sasaran tidak mengetahui
secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan atau program.
e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama: evaluasi kebijakan
bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses pengambilan
kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang
sama.

3. Pendekatan evaluasi

a. Evaluasi Semu: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode


deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid
mengenai hasil-hasil kebijakan, tanpa menanyakan manfaat atau
nilai dari hasil kebijakan tersebut pada individu, kelompok, atau
masyarakat.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


33
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

b. Evaluasi formal: pendekatan evaluasi yang menggunakan metode


deskriptif untuk menghasilkan informasi yang terpercaya dan valid
mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan sasaran program
kebijakan yang telah ditetapkan secara formal oleh pembuat
kebijakan.
c. Evaluasi keputusan teoritis: pendekatan evaluasi yang
menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi
yang terpercaya dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang
secara eksplisit diinginkan oleh berbagai stakeholders.

4. Indikator Evaluasi
a. Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.
b. Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat
memecahkan masalah?
c. Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata
kepada kelompok masyarakat berbeda?
d. Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai
kelompok dan dapat memuaskan mereka?
e. Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

5. Metode Evaluasi
a. Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah
program, tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang
diperoleh dari keadaan kelompok sasaran.
b. Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan
sebelum dan sesudah program, tidak ada kelompok kontrol, dan
informasi yang diperoleh dari perubahan kelompok sasaran.
c. Comparative after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah
program, ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari
keadaan kelompok sasaran dan kelompok kontrol.
d. Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum
dan sesudah program, ada kelompok kontrol, dan informasi yang
diperoleh dari efek program terhadap kelompok sasaran dan
kelompok kontrol.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


34
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

6. Kendala Evaluasi
a. Kendala psikologis: banyak aparat pemerintah masih alergi
terhadap kegiatan evaluasi, karena dipandang berkaitan dengan
prestasi dirinya.
b. Kendala ekonomis: kegiatan evaluasi membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, seperti biaya untuk pengumpulan dan pengolahan
data, biaya untuk para staf administrasi, dan biaya untuk para
evaluator.
c. Kendala teknis: evaluator sering dihadapkan pada masalah tidak
tersedianya cukup data dan informasi yang up to date.
d. Kendala politis: evaluasi sering terbentur dan bahkan gagal karena
alasan politis. Masing-masing kelompok bisa jadi saling menutupi
kelemahan dari implementasi suatu program dikarenakan ada deal
atau bargaining politik tertentu.
e. Kurangnya jumlah evaluator: pada berbagai lembaga pemerintah,
kurang tersedianya sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi melakukan evaluasi. Hal ini karena belum terciptanya
budaya evaluasi, sehingga peemrintah tidak memiliki program
yang jelas untuk mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki
kompetensi di bidang evaluasi.

Dalam pelaksanaan kegiatan fisik maupun non fisik maka kegiatan monitoring dan
evaluasi akan terus dilakukan sepanjang kegiatan tersebut selesai. Hal-hal yang
menjadi objek di setiap kegiatan akan menjadi masukan dan bahan identifikasi untuk
bisa dikembangkan dan dimodifikasi kebijakan sesuai dengan kebutuhan.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


35
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

UNIT - 4
PENGENDALIAN RENCANA MUTU

4.1.Tindakan Verifikasi dan Validasi

1. Tindakan Verifikasi
a) Verifikasi adalah Konfirmasi, melalui penyediaan bukti objektif, bahwa
persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi.
b) Verifikasi adalah Proses menentukan kebenaran dari suatu pernyataan
dengan menggunakan sebuah metode yang empirik.
c) Pengujian ilmiah untuk suatu pernyataan atau proposisi untuk
memastikan suatu kebenaran.
d) Konfirmasi suatu pernyataan, proporsi, atau teori.
e) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia verifikasi merupakan
pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan
uang dan lain sebagainya.
f) Pengertian verifikasi data adalah pembentukan kebenaran suatu teori,
atau fakta atas data yang dikumpulkan.
g) Pada verifikasi data biasanya data yang dikumpulkan akan diolah dan
kemudian dianalisis agar dapat diuji secara hipotesis. Hipotesis
kemudian diuji menggunakan fakta empirik agar mendapatkan
jawaban yang benar secara ilmiah.
h) Pengertian verifikasi dalam filsafat adalah suatu teori filsafat positif
yang logis untuk memilih dan menyatakan bahwa pengalaman
merupakan suatu sumber dasar pengetahuan.

Dalam tahapan pengendalian, tindakan verifikasi dilakukan untuk


memastikan pelaksnaan yang telah direncanakan sebelumnya. Berbagai
aspek akan ditinjau dan dipastikan agar setiap tahapan yang dilakukan sesuai
dengan harapan maupun sesuai dengan target sasaran yang akan dicapai.

Tujuan verifikasi antara lain:


 Mencegah terjadinya penyimpangan yang dapat merugikan negara
 Memastikan kelengkapan, kebenaran dan validitas dokumen keuangan,
 Memastikan proses perencanaan kerjasama telah sesuai dengan
ketentuan (MOU,KAK, Rencana Kerja,RAB)

SISTEM MANAJEMEN MUTU


36
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

 Memastikan Proses pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan


 Memastikan proses pelaksanaan pekerjaan telah sesuai dengan jadwal
waktu, tahapan proses yang disepakati
 Memastikan bahwa pelaporan kegiatan telah sesuai dengan tahapan
pekerjaan
 Memastikan bahwa produk hasil kerjasama telah sesuai dengan
persyaratan yang diperjanjikan
 Untuk menjamin mutu hasil uji dan test (material, alat dan metode)

Verifikasi dilakukan dengan menetapkan presisi, akurasi, dan batas deteksi


(jika perlu) pada suatu metode analisis. Penetapan presisi dapat dilakukan
dengan salah satu pengujian berikut:
 Pengujian berulang pada sampel yang ada
 Pengujian berulang pada sampel formulasi sintetik
 Pengujian berulang pada bahan rujukan bersertifikat (CRM)

Penetapan akurasi sampel dapat dilakukan dengan salah satu pengujian


berikut:
 Pengujian sampel dengan penambahan baku (spiking)
 Pengujian sampel yang telah diketahui komposisinya, yang secara tepat
meniru jenis sampel yang menggunakan metode ini.

Rencana mutu yang telah ditetapkan dan disepakati oleh pihak-pihak yang
terkait akan diamati kesesuaiannya melalui bebrapa kegiatan verifikasi,
misalnya hasil pemeriksaan Inspektorat, pemeriksaan keuangan negara
melalalui BPK dan atau hasil pemeriksaan audit mutu internal / eksternal.

2. Tindakan Validasi
Validasi adalah Konfirmasi, melalui penyediaan bukti objektif, bahwa
persyaratan bagi pemakaian atau aplikasi dimaksud telah dipenuhi.

Validasi adalah Sebuah tindakan pembuktian melalui langkah-langkah yang


sesuai bahwa perlengkapan atau mekanisme, kegiatan, prosedur, proses
dan tiap bahan yang telah digunakan dalam pengawasan dan produksi akan
selalu mencapai hasil yang diinginkan merupakan arti dari Validasi

Istilah Validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun
1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu

SISTEM MANAJEMEN MUTU


37
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

produk / proses dan tahapan kegiatan. Hal ini dilatar belakangi adanya
berbagai masalah mutu yang timbul pada saat itu yang mana masalah-
masalah tersebut tidak terdeteksi dari pengujian material yang
dilaksanakan oleh para pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
proyek. Validasi merupakan aspek kritis (substantial aspect) dalam penilaian
kualitas dan mutu dalam sebuah proses dan tahapan kegiatan.

Validasi diartikan sebagai suatu tindakan pembuktian dengan cara yang


sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan
atau mekanisme yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan dan
pengawasan sehingga akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.

Dari definisi-definisi tersebut di atas, bahwa :


a) Validasi adalah suatu tindakan pembuktian, artinya validasi merupakan
suatu pekerjaan “dokumentasi”.
b) Tata cara atau metode pembuktian tersebut harus dengan “cara yang
sesuai”, artinya proses pembuktian tersebut ada tata cara atau
metodenya, sesuai dengan prosedur, Petunjuk Pelaksanaan dan
Instruksi kerja maupun informasi lainnya.
c) “Obyek” pembuktian adalah tiap-tiap bahan, proses, prosedur,
kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam
produksi dan pengawasan mutu (ruang lingkup).
d) Sasaran/target dari pelaksanaan validasi ini adalah bahwa seluruh
obyek pelaksanaan kegiatan tersebut yang akan senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan secara terus menerus (konsisten).

Jenis-jenis Validasi
a) Kualifikasi Mesin, Peralatan dan Sarana Penunjang,
b) Validasi Metode Analisa
c) Validasi Proses Produksi,
d) Validasi Proses Pengemasan
e) Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)

SISTEM MANAJEMEN MUTU


38
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

4.2.Identifikasi dan Mampu Telusur

Identifikasi adalah usaha yang dilakukan untuk menelaah dan meneliti. Kegiatan
yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat
data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan. Dalam penerapannya bahwa
setiap tahapan kegiatan diberikan status identitas

-- Note 1 :
1. Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan harus
mengidentifikasi hasil setiap tahapan kegiatan dari
awal sampai akhir kegiatan dan mengidentifikasi
status hasil kegiatan tersebut;
2. Identifikasi dan Mampu Telusur ditujukan untuk
memastikan pada hasil kegiatan dapat dilakukan
analisis apabila terjadi ketidaksesuaian pada
proses dan hasil kegiatan.
Permen PU Nomor. 04/PRT/M/2009 (7.6.3)

Agar dalam mengidentifikasi dokumen yang digunakan dalam tahapan kegiatan


maka sebaiknya mengikuti tata cara pengarsipan dokumen. Identifikasi
Dokumen adalah surat-surat atau benda-benda yang berharga, termasuk
rekaman yang dapat dijadikan sebagai alat bukti untuk mendukung keterangan
supaya lebih meyakinkan.

Dokumentasi adalah kegiatan mencari, mengumpulkan, menyusun, menyelidiki,


meneliti dan mengolah serta memelihara dan menyiapkan dokumen baru
sehingga lebih bermanfaat. Dari definisi di atas terlihat bahwa dokumen itu lebih
luas daripada surat. Surat hanya sbagian kecil dari dokumen. Dalam bidang
administrasi perkantoran, sebagian besar dokumennya memang berupa surat.

a) Jenis-Jenis Dokumen
1. Jenis-Jenis Dokumen Berdasarkan Kepentingannya
 Dokumen pribadi, yaitu dokumen yang menyangkut kepentingan
perorangan. Contohnya: KTP, SIM, dan ijazah.
 Dokumen niaga, yaitu dokumen yang berkaitan dengan
perniagaan. Contohnya: cek, obligasi, dan saham.
 Dokumen sejarah, yaitu dokumen yang berkaitan dengan sejarah.
Contohnya: fosil, tugu, dan naskah proklamasi.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


39
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

 Dokumen pemerintah, yaitu dokumen yang berisi tentang


informasi ketatanegaraan suatu pemerintahan. Contohnya:
Keppres dan UU.

2. Jenis-Jenis Dokumen Berdasarkan Bentuk Fisiknya


 Dokumen literer adalah dokumen yang ada karena dicetak, ditulis,
digambar, atau direkam (dikumpulkan di perpustakaan). Contoh:
buku, majalah, dan film.
 Dokumen korporil adalah dokumen yang berupa benda bersejarah
(dokumen ini dikumpulkan di museum).
 Dokumen privat adalah dokumen yang berupa surat atau arsip
(disimpan dengan sistem kearsipan).

b) Ruang Lingkup Dokumentasi


1. Dokumentasi Literer
Dokumentasi literer meliputi bidang perpustakaan. Dokumentasi ini
merupakan kegiatan mengumpulkan buku, majalah, koran, brosur dan
bahan pustaka lainnya yang disusun menurut sistem tertentu agar
pengunjung lebih mudah mencari bahan yang diinginkan serta
diperlukan.

2. Dokumentasi Korporil
Dokimentasi korporil meliputi bidang permuseuman. Dokumentasi ini
merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan tulisan-tulisan kuno,
fosil-fosil, arca-arca, dan benda-benda kuno yang disusun berdasarkan
sistem tertentu.

3. Dokumentasi Privat
Dokumentasi privat meliputi bidang kearsipan. Dokumentasi ini
merupakan kegiatan mengumpulkan warkat-warkat, arsip-arsip atau
surat-menyurat lainnya yang berguna dan disimpan menurut sistem
tertentu agar bila diperlukan mudah ditemukan.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


40
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

UNIT – 5
EVALUASI PENERAPAN MODUL

NO PERTANYAAN
1 2

Jelaskan jenis rencana mutu sesuai dengan Permen PU Nomor.


1
04/PRT/M/2009 ?

2 Jelaskan cara menyusun RMU dan RMP ?

3 Jelaskan cara menyusun RMK ?

4 Apa saja yang harus dilakukan dalam penerapan rencana mutu ?

5 Jelaskan bagaimana melakukan pengendalian rencana mutu ?

SISTEM MANAJEMEN MUTU


41
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

UNIT – 6
PENUTUP

Dari uraian yang telah disampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa:


1. Rencana Mutu Unit (RMU) merupakan dokumen rencana penetapan kinerja
sebagai penjabaran dari sasaran dan program tahunan berjalan yang disusun
oleh Unit Kerja Eselon I sampai dengan Eselon II dalam rangka menjamin mutu.
2. Rencana Mutu Pelaksanaan Kegiatan (RMP) merupakan dokumen SMM
Pelaksanaan yang disusun oleh Kepala Satker, SNVT, SKS, dan PPK dalam rangka
menjamin mutu.
3. Rencana Mutu Kontrak (RMK) adalah dokumen yang berisi persyaratan kontrak
dan spesifikasi teknis, metoda kerja, jadual pelaksanaan proyek dan criteria
penerimaan, kebutuhan sumber daya yang diperlukan dalam pelaksanaan
proyek
4. Bahwa dalam realisasi penerapan Rencana Mutu diperlukan beberapa tahapan
yang diawali dengan adanya kegiatan rencana dan program, kegiatan pemilihan
penyedia jasa sekaligus tata cara kontrak kerjanya.
5. Penerapan sistem manajemen mutu di tahap pelaksanaan adalah melaksanakan
kegiatan yang sesuai dengan rencana
6. Setiap penerapan pelaksanaan harus dilakukan monitoring dan evaluasi
7. Setiap pengendalian yang dilakukan harus dapat teridentifikasi dan mampu
telusur sehingga segala sesuai yang dapat menimbulkan permasalahan akan
dicari akar penyebabnya.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


42
MODUL – 5
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

UNIT – 7
DAFTAR PUSTAKA

1. Permen PU Nomor. 04/PRT/M/2009 tentang Penerapan SMM Departemen


Pekerjaan Umum, 16 Maret 2009
2. LPJK (2005) - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi : Panduan Penerapan
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 Bagi Jasa Pelaksana Konstruksi dan Jasa Konsultansi
Konstruksi, Jakarta, PT. Gramedia.
3. Lembaga Bantuan Manajemen Bandung (2000); Pengenalan ISO 9000; Hand Out
Materi Pelatihan ISO 9000; Yogyakarta , 2000.
4. Rudi Suardi (2004), Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 : 2000 Penerapannya
Untuk Mencapai TQM, Jakarta, Penerbit PPM.
5. Vincent Gaspersz (2012), Three-in-one ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001 –
Sistem Manajemen Kualitas, K3, Lingkungan (SMK4L) dan Peningkatan Kinerja
Terus-Menerus, Jakarta, PT. Percetakan Penebar Swadaya.

SISTEM MANAJEMEN MUTU


43

Anda mungkin juga menyukai