Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Modul ini merupakan sumber ilmu dan bahan bacaan bagi Peserta didik, Widyaiswara
/ Pengajar pada kegiatan pembelajaran dan bimbingan teknis di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sehingga diharapkan dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
DAFTAR ISI
UNIT - 1
PENDAHULUAN
UNIT - 2
PENYUSUNAN RENCANA MUTU
Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan, dan
Penyedia Barang/Jasa harus memiliki Rencana Mutu. Dokumen Rencana Mutu
dibedakan sebagai berikut:
a) Rencana Mutu Unit Kerja (RMU), merupakan dokumen rencana penetapan
kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program tahunan berjalan yang
disusun oleh Unit Kerja Eselon I sampai dengan Eselon II dalam rangka menjamin
mutu.
b) Rencana Mutu Pelaksanaan (RMP), merupakan dokumen SMM Pelaksanaan yang
disusun oleh Kepala Satker, SNVT, SKS, dan PPK dalam rangka menjamin mutu.
c) Rencana Mutu Kontrak (RMK), merupakan dokumen SMM yang disusun oleh
Penyedia Barang/Jasa untuk setiap kontrak pekerjaan dalam rangka menjamin
mutu.
a) Isi RMU
1. Penetapan Kinerja tahunan dari rencana kegiatan tahunan pada Unit
Kerja guna mendukung pencapaian Renstra Kementerian;
2. Program Tahunan terdiri dari Rincian Program Tahunan berjalan;
3. Kebutuhan Sumber Daya (antara lain: sumber daya manusia, prasarana
dan sarana, informasi dan teknologi, keuangan);
4. Disusun setelah DIPA ditandatangani, untuk menjamin mutu
kegiatan/hasil pekerjaan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
b) Penanggung Jawab
1. Pimpinan Puncak Eselon I sampai Eselon II bertanggung jawab untuk
menyusun RMU;
2. Atasan Langsung masing-masing Eselon bertanggung jawab atas
pengesahan dan pemantauan pelaksanaan RMU;
a) Isi RMP
1. Informasi Kegiatan yaitu menguraikan penjelasan mengenai nama dan
kode kegiatan, sumber dana, lokasi, lingkup pekerjaan, waktu
pelaksanaan dan penanggung jawab kegiatan;
2. Sasaran Mutu Kegiatan;
3. Persyaratan teknis dan administrasi sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing Satuan Kerja, SNVT, SKS, dan PPK;
4. Struktur Organisasi: bagan struktur organisasi pelaksanaan kegiatan;
5. Tugas, tanggung jawab dan wewenang yaitu uraian tugas, tanggung
jawab dan wewenang masing-masing kedudukan personil yang ada
dalam struktur organisasi;
6. Kebutuhan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam
rangka memenuhi mutu yang dipersyaratkan;
7. Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan yaitu menguraikan urutan proses
kegiatan dari tahap persiapan sampai dengan tahap penyerahan akhir
kegiatan, termasuk kegiatan verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi,
inspeksi dan pengujian (sesuai keperluannya);
8. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan yaitu menguraikan tahapan pelaksanaan
sesuai dengan perencanaan waktu;
9. Jadwal Penggunaan Prasarana dan sarana yaitu menguraikan
perencanaan penggunaan prasarana dan sarana yang diperlukan dalam
pelaksanaan kegiatan;
10. Jadwal Personil yaitu menguraikan perencanaan tugas personil, tenaga
ahli dan staff pendukung (termasuk tenaga outsourcing/dari luar)
dalam setiap kegiatan sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan;
11. Rencana terhadap metoda verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi,
inspeksi dan pengujian yang diperlukan beserta kriteria
penerimaannya;
12. Daftar Kriteria Penerimaan yaitu menguraikan ketentuan-ketentuan
dari setiap tahapan proses dan hasil pekerjaan sesuai dengan
persyaratan (KAK, spesifikasi teknis, standar/peraturan perUU-an).
13. Daftar dokumen SMM dalam rangka mencapai kesesuaian mutu yang
dipersyaratkan;
14. Daftar Induk Rekaman (bukti kerja) untuk membuktikan pelaksana-an
kegiatan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan;
b) Manfaat RMK
1. Bagi pelaksana kegiatan : memiliki acuan kerja untuk memenuhi
seluruh persyaratan kontrak dan mengurangi risiko kegagalan dan
ketidaksesuaian produk (hasil pekerjaan).
2. Bagi pengguna jasa : bermanfaat sebagai dasar untuk pemantauan
kemajuan pekerjaan dari proyek/ kegiatan dan melakukan evaluasi dan
analisa kinerja penyedia barang/jasa yang bersangkutan dalam
melaksanakan kegiatan.
3. Bagi manajemen perusahaan :
4. Sarana pengendalian yang efektif untuk memantau dan mengukur
progres pekerjaan selama pelaksanaan proyek.
5. Dasar pengendalian biaya, mutu, waktu agar hasil pekerjaan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
UNIT - 3
PENERAPAN RENCANA MUTU
Dalam tahapan kegiatan bidang jasa konstruksi, dimana rencana mutu menjadi acuan
dalam pengendalian pelaksanaan produk, maka dapat dikatakan bahwa didalam
penerpan rencana mutu tersebut harus sesuai dengan rencana kebutuhan dan
acuan/ketentuan dan standar yang digunakan.
1. Perencanaan Program
Dalam merencanakan suatu program, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu:
a) Proses Pembuatan Program
Dalam proses pembuatan program dapat kita kemukakan sebagai
berikut :
1) Berdasarkan atas fakta yang objektif, rasional dan pertimbangan-
pertimbangan terhadap perkembangan kegiatan.
2) Sasaran yang ingin dicapai harus jelas.
b) Identifikasi Program
Dari sekian banyak bidang atau seksi dalam perencanaan program
harus diidentifikasi menurut:
1) Bidang kegiatan
2) Jenis kegiatan
3) Sub.jenis kegiatan
4) Bentuk kegiatan
Yang sangat penting untuk menjadi perhatian dalam usulan kegiatan adalah pada
bagian : Dasar Pemikiran dan Anggaran Biaya. Karena pada bagian inilah yang selalu
menjadi perhatian pemilik dana atau sponsor, setelah itu baru diperhatikan bagian-
bagian lain. Dengan demikian pada dasar pemikiran ini harus ditunjukkan kegiatan
yang diusulkan memang benar-benar penting dan harus dilakukan, sasaran dan
manfaat yang ingin dicapai menjadi penjelasan pada bagian ini. Struktur isi pada dasar
pemikiran, pada umumnya terdiri dari : pendahuluan dari kegiatan yang akan
dilakukan, menerangkan pentingnya kegiatan yang akan diusulkan, dikuatkan pada
masalah-masalah yang terjadi saat ini dan menyelesaikan masalah pada masa yang
akan datang , sasaran dan manfaat yang diperoleh terhadap pemilik dana ataupun
pelaksana secara umum dan secara khusus, keterangan yang menguatkan bahwa
kegiatan yang diusulkan tersebut dalam rangka memperingati atau ada dasar lain yang
dapat di tonjolkan sehingga usulan kegiatan ini beriring dengan maksud tersebut,
kemudian penutup dari dasar pemikiran.
Tujuan dari tahap ini untuk meyakinkan Pemilik proyek bahwa proyek konstruksi
yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan
perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek
lingkungannya.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap studi kelayakan ini adalah :
Menyusun rancangan proyek secara kasar dan mengestimasi biaya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Meramalkan manfaat yang akan diperoleh jika proyek tersebut dilaksanakan,
baik manfaat langsung (manfaat ekonomis) maupun manfaat tidak langsung
(fungsi sosial)
Menyusun analisis kelayakan proyek, baik secara ekonomis maupun finansial.
Menganalisis dampak lingkungan yang mungkin terjadi apabila proyek
tersebut dilaksanakan.
Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untuk tahap pelelangan,
mencakup :
Gambar-gambar detail, untuk seluruh bagian pekerjaan
Detail spesifikasi
Bill of quantity (daftar volume)
Estimasi biaya konstruksi (secara terperinci)
Syarat-syarat umum administrasi dan peraturan umum (dokumen lelang)
Tujuan dari tahap ini adalah :
Dalam suatu pekerjaan konstruksi, dikenal 2 (dua) pihak, yaitu pihak pengguna
jasa dan pihak penyedia jasa. Pihak pengguna jasa dan pihak penyedia jasa ini
terikat dalam suatu hubungan kerja jasa konstruksi, dimana hubungan kerja
tersebut diatur dan dituangkan dalam suatu kontrak kerja konstruksi.
Merujuk kepada Pasal 23 ayat (6) PP No. 29/2000, kontrak kerja konstruksi
tunduk pada hukum yang berlaku di Indonesia. Kontrak kerja konstruksi ini juga
dibuat dalam Bahasa Indonesia. Dalam hal kontrak kerja konstruksi dengan
pihak asing, maka dapat dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (dual
language).
Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan;
Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, memuat jangka waktu
pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab
penyedia jasa;
Tenaga ahli, memuat ketentuan jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;
Hak dan kewajiban, memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan
imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi;
Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa
dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi;
Cidera janji, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah
satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;
Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara
penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan;
Pemutusan kontrak kerja konstruksi, memuat ketentuan tentang
pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat
dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
Keadaan memaksa (force majeure), memuat ketentuan tentang kejadian
yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang
menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
Kegagalan bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan;
Perlindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;
dan
Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan.
2. Tahap pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan proyek konstruksi secara umum. Dalam
tahap pelaksanaan ada tiga target yang harus dicapai, yaitu :
a) Taget prestasi
b) Target waktu
c) Target biaya
Dalam tahap ini memungkinkan sekali untuk terjadiya perubahan metode kerja
dan reshedulling. Dalam pelaksanaan pada tahap ini harus selalu dilakuan hal
berikut ini :
a) Pengendalian biaya/keuangan (pengendalian bahan, alat, pekerja)
b) Pengendalian waktu (rencana kerja realistis, memperhatikan pekerjaan-
pekerjaan kritis, evaluasi kurva S)
c) Pengendalian mutu (memperhatikan spesifikasi teknis)
1. Tujuan Monitoring:
a. Manjaga agar hasil kegiatan yang sedang diimplementasikan
sesuai dengan tujuan dan sasaran.
b. Menemukan kesalahan sedini mungkin sehingga mengurangi risiko
yang lebih besar.
c. Melakukan tindakan modifikasi terhadap kesepakatan bersama
dan kontrak kerja apabila hasil monitoring tersebut belum sesuai
dengan target san sasaran kegiatan..
3. Jenis-jenis Monitoring:
a. Kepatuhan (compliance): jenis monitoring untuk menentukan
tingkat kepatuhan implementor terhadap standar dan prosedur
yang telah ditetapkan.
b. Pemeriksaaan (auditing): jenis monitoring untuk melihat sejauh
mana sumberdaya dan pelayanan sampai pada kelompok sasaran.
c. Akuntansi (accounting): jenis monitoring untuk mengkalkulasi
perubahan sosial dan ekonomi yang terjadi setelah
diimplementasikan suatu kebijakan.
d. Eksplanasi (explanation): jenis monitoring untuk menjelaskan
adanya perbedaan antara hasil dan tujuan kebijakan.
1. Tujuan Evaluasi
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan: melalui evaluasi maka
dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan: melalui evaluasi dapat
diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran: mengukur berapa besar dan kualitas
pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
3. Pendekatan evaluasi
4. Indikator Evaluasi
a. Efektivitas: apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.
b. Kecukupan: seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat
memecahkan masalah?
c. Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata
kepada kelompok masyarakat berbeda?
d. Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai
kelompok dan dapat memuaskan mereka?
e. Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat?
5. Metode Evaluasi
a. Single program after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah
program, tidak ada kelompok kontrol, dan informasi yang
diperoleh dari keadaan kelompok sasaran.
b. Single program before-after: pengukuran kondisi dilakukan
sebelum dan sesudah program, tidak ada kelompok kontrol, dan
informasi yang diperoleh dari perubahan kelompok sasaran.
c. Comparative after-only: pengukuran kondisi dilakukan sesudah
program, ada kelompok kontrol, dan informasi yang diperoleh dari
keadaan kelompok sasaran dan kelompok kontrol.
d. Comparative before-after: pengukuran kondisi dilakukan sebelum
dan sesudah program, ada kelompok kontrol, dan informasi yang
diperoleh dari efek program terhadap kelompok sasaran dan
kelompok kontrol.
6. Kendala Evaluasi
a. Kendala psikologis: banyak aparat pemerintah masih alergi
terhadap kegiatan evaluasi, karena dipandang berkaitan dengan
prestasi dirinya.
b. Kendala ekonomis: kegiatan evaluasi membutuhkan biaya yang
tidak sedikit, seperti biaya untuk pengumpulan dan pengolahan
data, biaya untuk para staf administrasi, dan biaya untuk para
evaluator.
c. Kendala teknis: evaluator sering dihadapkan pada masalah tidak
tersedianya cukup data dan informasi yang up to date.
d. Kendala politis: evaluasi sering terbentur dan bahkan gagal karena
alasan politis. Masing-masing kelompok bisa jadi saling menutupi
kelemahan dari implementasi suatu program dikarenakan ada deal
atau bargaining politik tertentu.
e. Kurangnya jumlah evaluator: pada berbagai lembaga pemerintah,
kurang tersedianya sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi melakukan evaluasi. Hal ini karena belum terciptanya
budaya evaluasi, sehingga peemrintah tidak memiliki program
yang jelas untuk mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki
kompetensi di bidang evaluasi.
Dalam pelaksanaan kegiatan fisik maupun non fisik maka kegiatan monitoring dan
evaluasi akan terus dilakukan sepanjang kegiatan tersebut selesai. Hal-hal yang
menjadi objek di setiap kegiatan akan menjadi masukan dan bahan identifikasi untuk
bisa dikembangkan dan dimodifikasi kebijakan sesuai dengan kebutuhan.
UNIT - 4
PENGENDALIAN RENCANA MUTU
1. Tindakan Verifikasi
a) Verifikasi adalah Konfirmasi, melalui penyediaan bukti objektif, bahwa
persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi.
b) Verifikasi adalah Proses menentukan kebenaran dari suatu pernyataan
dengan menggunakan sebuah metode yang empirik.
c) Pengujian ilmiah untuk suatu pernyataan atau proposisi untuk
memastikan suatu kebenaran.
d) Konfirmasi suatu pernyataan, proporsi, atau teori.
e) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia verifikasi merupakan
pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan
uang dan lain sebagainya.
f) Pengertian verifikasi data adalah pembentukan kebenaran suatu teori,
atau fakta atas data yang dikumpulkan.
g) Pada verifikasi data biasanya data yang dikumpulkan akan diolah dan
kemudian dianalisis agar dapat diuji secara hipotesis. Hipotesis
kemudian diuji menggunakan fakta empirik agar mendapatkan
jawaban yang benar secara ilmiah.
h) Pengertian verifikasi dalam filsafat adalah suatu teori filsafat positif
yang logis untuk memilih dan menyatakan bahwa pengalaman
merupakan suatu sumber dasar pengetahuan.
Rencana mutu yang telah ditetapkan dan disepakati oleh pihak-pihak yang
terkait akan diamati kesesuaiannya melalui bebrapa kegiatan verifikasi,
misalnya hasil pemeriksaan Inspektorat, pemeriksaan keuangan negara
melalalui BPK dan atau hasil pemeriksaan audit mutu internal / eksternal.
2. Tindakan Validasi
Validasi adalah Konfirmasi, melalui penyediaan bukti objektif, bahwa
persyaratan bagi pemakaian atau aplikasi dimaksud telah dipenuhi.
Istilah Validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun
1970-an, sebagai bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu
produk / proses dan tahapan kegiatan. Hal ini dilatar belakangi adanya
berbagai masalah mutu yang timbul pada saat itu yang mana masalah-
masalah tersebut tidak terdeteksi dari pengujian material yang
dilaksanakan oleh para pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
proyek. Validasi merupakan aspek kritis (substantial aspect) dalam penilaian
kualitas dan mutu dalam sebuah proses dan tahapan kegiatan.
Jenis-jenis Validasi
a) Kualifikasi Mesin, Peralatan dan Sarana Penunjang,
b) Validasi Metode Analisa
c) Validasi Proses Produksi,
d) Validasi Proses Pengemasan
e) Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
Identifikasi adalah usaha yang dilakukan untuk menelaah dan meneliti. Kegiatan
yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat
data dan informasi dari “kebutuhan” lapangan. Dalam penerapannya bahwa
setiap tahapan kegiatan diberikan status identitas
-- Note 1 :
1. Unit Kerja/Unit Pelaksana Kegiatan harus
mengidentifikasi hasil setiap tahapan kegiatan dari
awal sampai akhir kegiatan dan mengidentifikasi
status hasil kegiatan tersebut;
2. Identifikasi dan Mampu Telusur ditujukan untuk
memastikan pada hasil kegiatan dapat dilakukan
analisis apabila terjadi ketidaksesuaian pada
proses dan hasil kegiatan.
Permen PU Nomor. 04/PRT/M/2009 (7.6.3)
a) Jenis-Jenis Dokumen
1. Jenis-Jenis Dokumen Berdasarkan Kepentingannya
Dokumen pribadi, yaitu dokumen yang menyangkut kepentingan
perorangan. Contohnya: KTP, SIM, dan ijazah.
Dokumen niaga, yaitu dokumen yang berkaitan dengan
perniagaan. Contohnya: cek, obligasi, dan saham.
Dokumen sejarah, yaitu dokumen yang berkaitan dengan sejarah.
Contohnya: fosil, tugu, dan naskah proklamasi.
2. Dokumentasi Korporil
Dokimentasi korporil meliputi bidang permuseuman. Dokumentasi ini
merupakan kegiatan mencari, mengumpulkan tulisan-tulisan kuno,
fosil-fosil, arca-arca, dan benda-benda kuno yang disusun berdasarkan
sistem tertentu.
3. Dokumentasi Privat
Dokumentasi privat meliputi bidang kearsipan. Dokumentasi ini
merupakan kegiatan mengumpulkan warkat-warkat, arsip-arsip atau
surat-menyurat lainnya yang berguna dan disimpan menurut sistem
tertentu agar bila diperlukan mudah ditemukan.
UNIT – 5
EVALUASI PENERAPAN MODUL
NO PERTANYAAN
1 2
UNIT – 6
PENUTUP
UNIT – 7
DAFTAR PUSTAKA