Anda di halaman 1dari 83

TSE – 09 = SISTEM MANAJEMEN MUTU

PELATIHAN
AHLI SUPERVISI TEROWONGAN

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

ii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

KATA PENGANTAR

Usaha dibidang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.

Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) merupakan salah satu jabatan
kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang
sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perhitungan
pekerjaan konstruksi bidang sumber daya air.

Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision
Engineer) ini terdiri dari 12 (dua belas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh
yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi
Terowongan (Tunnel Supervision Engineer).

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Sistem Manajemen Mutu pekerjaan konstruksi Sumber Daya
Air.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan
masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Desember 2005


Tim Penyusun

i
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

LEMBAR TUJUAN

Judul Pelatihan : Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer)

TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu melaksanakan supervisi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode kerja,
gambar teknik dan spesifikasi teknik yang tertuang dalam dokumen kontrak kontraktor
maupun konsultan supervisi dan ketentuan administrasi proyek.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan mampu:
1. Menguasai dokumen kontrak kontraktor dan konsultan supervisi
2. Melakukan pertemuan awal konstruksi
3. Melakukan pemeriksaan kesesuaian antara gambar desain dengan kondisi
lapangan
4. Melaksanakan pemeriksaan kesiapan kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan
5. Mensupervisi pelaksanaan pekerjaan sesuai dokumen kontrak dan metode
pelaksanaan
6. Mengikuti rapat koordinasi bulanan
7. Melakukan pengendalian mutu, dimensi dan waktu
8. Melakukan pengukuran bersama untuk pembayaran
9. Memverifikasi dokumen pembayaran
10. Melakukan evaluasi kinerja kontraktor, pelaporan dan penyerahan pekerjaan

ii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

NOMOR MODUL : TSE – 09


JUDUL MODUL : SISTEM MANAJEMEN MUTU

Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta mampu :
Menjelaskan dan menerapkan sistem manajemen mutu pelaksanaan konstruksi sesuai
ketentuan spesifikasi yang tertuang dalam dokumen kontrak.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah modul ini diajarkan peserta mampu :
1. Menjelaskan dan memahami kebijakan, peraturan dan perundang-undangan Sistem
Manajemen Mutu
2. Menjelaskan manfaat Sistem Manajemen Mutu pada pekerjaan supervisi terowongan
3. Melakukan perencanaan Sistem Manajemen Mutu untuk pekerjaan Supervisi
Terowongan
4. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu dalam rangka pemeliharaan dan pengendalian
mutu pada pekerjaan Supervisi Terowongan

iii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


LEMBAR TUJUAN.........................................................................................................ii
NOMOR MODUL ......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL ....................................................vii
DAFTAR MODUL ....................................................................................................... viii
PANDUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... ix
MATERI SERAHAN .....................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1-1
1.1 Definisi ....................................................................................................1-1
1.2 Kebijakan Jasa Konstruksi Nasional ........................................................ 1-1
1.2.1 Undang-undang Jasa Konstruksi ................................................ 1-2
1.2.2 Peraturan Pemerintah ..................................................................1-3
1.2.3 Keputusan Menteri ....................................................................... 1-3
1.2.4 Penjelasan ................................................................................... 1-3

BAB II MANFAAT DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ........................ 2-1


2.1 Kebutuhan Sistem Jaminan Mutu bidang Sumber Daya Air ..................... 2-1
2.2 Manfaat Sistem Manajemen Mutu ............................................................ 2-2
2.3 Prinsip Manajemen Mutu.......................................................................... 2-2
2.3.1 Fokus Pelanggan ......................................................................... 2-2
2.3.2 Kepemimpinan ............................................................................ 2-3
2.3.3 Karyawan yang Terlibat ............................................................... 2-3
2.3.4 Pendekatan Proses...................................................................... 2-3
2.3.5 Pendekatan Sistem pada Manajemen ......................................... 2-4
2.3.6 Perbaikan berkesinambungan...................................................... 2-4
2.3.7 Pendekatan fakta untuk membuat keputusan............................... 2-4
2.3.8 Hubungan pemasok yang saling menguntungkan........................ 2-5

BAB III PERENCANAAN PENERAPAN SISTEM MUTU ............................................ 3-1


3.1 Umum .....................................................................................................3-1
3.2 Landasan Hukum ................................................................................... 3-1
3.2.1 Rencana Mutu ............................................................................. 3-1

iv
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

3.3 Pengembangan Sistem Manajemen Mutu .............................................. 3-4


3.3.1 Seri standar ISO 9000 .................................................................3-4
3.3.2 Aplikasi Standar di Bidang Konstruksi ......................................... 3-5
3.3.3 Tanggung jawab Manajemen ...................................................... 3-7
3.3.4 Sistem Mutu ................................................................................ 3-8
3.4 Penunjukan Wakil Manajemen ............................................................... 3-12
3.5 Pembentukan Tim ISO ........................................................................... 3-12
3.6 Struktur Organisasi ................................................................................ 3-13
3.6.1 Bagan Struktur Organisasi ......................................................... 3-13
3.6.2 Wewenang dan Tanggung ......................................................... 3-14
3.7 Membangun Sistem Manajemen Mutu ................................................... 3-14
3.7.1 Pelatihan pemahaman SMM bagi manajemen dan karyawan ..... 3-14
3.7.2 Menyusun dokumen SMM........................................................... 3-15
3.7.3 Sosialisasi dokumen SMM .......................................................... 3-19
3.7.4 Penerapan Dokumen .................................................................. 3-20
3.7.5 Pengendalian rekaman ............................................................... 3-21
3.8 Audit mutu internal SMM ........................................................................ 3-21
3.8.1 Pelatihan audit mutu internal....................................................... 3-22
3.8.2 Pelaksanaan audit mutu internal ................................................. 3-23
3.8.3 Tindakan koreksi audit internal.................................................... 3-23
3.9 Tinjauan Manajemen .............................................................................. 3-23
3.10 Sertifikasi ISO 9001:2000 ....................................................................... 3-24
3.10.1 Memilih lembaga sertifikat........................................................... 3-24
3.10.2 Proses sertifikasi......................................................................... 3-27

BAB IV PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU ....................................................... 4-1


4.1 Umum....................................................................................................... 4-1
4.2 Manual mutu ............................................................................................ 4-2
4.2.1 Visi dan misi ................................................................................ 4-2
4.2.2 Kebijakan mutu ........................................................................... 4-2
4.2.3 Sasaran mutu............................................................................... 4-2
4.2.4 Peta proses bisnis........................................................................ 4-3
4.3 Dokumentasi berdasarkan interaksi proses bisnis Badan Usaha.............. 4-3
4.3.1 Pengendalian dokumen .............................................................. 4-4
4.3.2 Pengendalian rekaman ................................................................ 4-4
4.4 Tanggung jawab manajemen ...................................................................4-4

v
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

4.5 Manajemen Sumber Daya ........................................................................ 4-4


4.5.1 Pengelolaan Sumber Daya .......................................................... 4-4
4.5.2 Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Pelatihan ..................... 4-5
4.5.3 Penyediaan Peralatan..................................................................4-5
4.5.4 Pengelolaan Lingkungan.............................................................. 4-5
4.6 Realisasi Pelaksanaan Proyek .................................................................4-5
4.6.1 Informasi Proyek .......................................................................... 4-5
4.6.2 Prakualifikasi Tender dan Kontrak................................................ 4-6
4.6.3 Rencana Mutu Kontrak ................................................................ 4-7

BAB V PENGENDALIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ........................................... 5-1


5.1 Proses pengadaan ................................................................................... 5-1
5.2 Pelaksanaan proyek ................................................................................. 5-2
5.3 Pengendalian Proyek ............................................................................... 5-3
5.4 Penyerahan proyek .................................................................................. 5-3
5.5 Kalibrasi alat ukur ..................................................................................... 5-4
5.6 Proses desain pengembangan ................................................................ 5-5
5.7 Analisis dan Evaluasi Proyek....................................................................5-5
5.8 Penanganan Produk Cacat ...................................................................... 5-6
5.9 Pengendalian Proses ............................................................................... 5-6
5.10 Supervisi Konstruksi, Inspeksi dan Tes ................................................... 5-8
5.11 Pengendalian Produk Tidak Sesuai ......................................................... 5-9
5.12 Tindakan Koreksi .................................................................................... 5-12

BAB VI PEMELIHARAAN SISTEM MUTU ..................................................................6-1


6.1 Umum .....................................................................................................6-1
6.2 Pemeliharaan Sistem Mutu .....................................................................6-1
6.3 Audit Mutu Internal ................................................................................. 6-2
6.4 Pelatihan (Training) ................................................................................. 6-2
6.5 Tinjauan Manajemen ............................................................................... 6-3

DAFTAR PUSTAKA
RANGKUMAN

vi
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

AHLI SUPERVISI TEROWONGAN (TUNNEL SUPERVISION ENGINEER)

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Terowongan
(Tunnel Supervision Engineer) Pekerjaan Sumber Daya Air dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-
unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja, sehingga dalam
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Pekerjaan Sumber Daya Air, unit-unit
kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

1. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan


Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) dibawah ini yang harus menjadi
bahan pengajaran dalam pelatihan Ahli Supervisi Terowongan.

vii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

DAFTAR MODUL

NO. KODE JUDUL

1. TSE – 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UUJK dan UU SDA


2. TSE – 02 Sistem Manajemen K3 dan RKL, RPL
3. TSE – 03 Dokumen Kontrak
4. TSE – 04 Survei dan Investigasi
5. TSE – 05 Kriteria dan Perhitungan Desain

6. TSE – 06 Pengetahuan Gambar Konstruksi

7. TSE – 07 Perhitungan Harga Satuan


8. TSE – 08 Tahapan dan Metode Pelaksanaan
9. TSE – 09 Manajemen Mutu
10. TSE – 10 Manajemen Konstruksi
11. TSE – 11 Administrasi Teknik
12. TSE – 12 Pemeliharaan Terowongan

viii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
Seri / Judul TSE – 09 : Sistem Manajemen Mutu
1. Deskripsi Tentang mutu hasil pelaksanaan pekerjaan
konstruksi merupakan cerminan dari
profesionalisme pelaku-pelaku jasa konstruksi.
UU No. 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi
memberikan amanat dan mandat kepada semua
pihak yang terlibat penanganan jasa konstruksi
untuk merencanakan , melaksanakan sistem
manajemen serta menerapkan dan mengendalikan
serta memelihara Sistem Manajemen Mutu pada
pekerjaan Supervisi Terowongan
2. Tempat Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitasnya.
kegiatan
3. Waktu 4 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)

ix
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

B. PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah : Pembukaan
 Menjelaskan penting  Menguikuti penjelasan TIU & TIK OHT
produk yang bermutu untuk dengan tekun dan aktif No.1-7
pekerjaan konstruksi  Mengajukan pertanyan apabila
 Menjelaskan TIU dan TIK kurang jelas
modul ini

Waktu = 10 menit

2. Ceramah : Bab 1 Pendahuluan


 Definisi  Mengikuti penjelasan instruktur OHT
 Kebijakan jasa konstruksi dengan tekun dan aktif No.8-10
 Perundang-undangan pada  Mencatat hal-hal yang perlu
pekerjaan jasa konstruksi  Mengajukan pertanyaan bila
 Peraturan dan keputusan perlu
pemerintah

Waktu = 20 menit

3. Ceramah : Bab 2 Manfaat dan


Penerapan SMM
 Kebutuhan Sistem Jaminan
Mutu.  Mengikuti penjelasan instruktur OHT
 Manfaat SMM dengan tekun dan aktif No.11-14
 Prinsip Manajemen Mutu  Mencatat hal-hal yang perlu
 Mengajukan pertanyaan bila
perlu
Waktu = 30 menit

4. Ceramah : Bab 3 Perencanaan


Penerapan SMM
 Landasan Hukum  Mengikuti penjelasan instruktur OHT
 Rencana Mutu dengan tekun dan aktif No.15-21
 Pengembangan SMM  Mencatat hal-hal yang perlu
 Struktur Organisasi  Mengajukan pertanyaan bila
 Membangun SMM perlu
 Audit Mutu Internal SMM
 Tinjauan Manajemen
 Sertifikasi ISO 9001:2000

Waktu = 30 menit
5. Ceramah : Bab 4 Penerapan
Sistem Manajemen Mutu
 Kebijakan, sasaran,  Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tinjauan dan pengelolaan dengan tekun dan aktif
Sistem Manajemen Mutu  Mencatat hal-hal yang perlu No.22-26
 Mengajukan pertanyaan bila
Waktu : 30 menit perlu

x
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung


6. Ceramah : Bab 5 Pengendalian
Sistem Manajemen Mutu
 Pengendalian proses  Mengikuti penjelasan instruktur OHT
konstruksi dengan tekun dan aktif No.27
 Mencatat hal-hal yang perlu
Waktu = 30 menit  Mengajukan pertanyaan bila
perlu

7. Ceramah : Bab 6
Pemeliharaan Sistem Mutu
 Pengertian umum  Mengikuti penjelasan instruktur OHT
 Pemeliharaan sistem mutu dengan tekun dan aktif No.28
 Audit mutu internal  Mencatat hal-hal yang perlu
 Pelatihan  Mengajukan pertanyaan bila
 Tinjauan manajemen perlu

Waktu = 30 menit

xi
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

MATERI SERAHAN

xii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB I
PENDAHULUAN

Sistem Manajemen Mutu merupakan bagian awal keberhasilan peningkatan kinerja


didalam menghadapi era globalisasi yang ditentukan oleh kemampuan dalam mengelola
jasa konstruksi untuk mewujudkan kualitas produk hasil pekerjaan konstruksi sesuai
harapan.

1.1 Definisi
Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System ) adalah bagian sistem
manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian (mengarahkan dan
mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan dengan sasaran mutu dalam
rangka memenuhi persyaratan pelanggan / penerima manfaat.

1.2 Kebijakan Jasa Konstruksi Nasional


Perkembangan industri jasa pelaksana konstruksi dan konsultan konstruksi di
Indonesia pada decade terakhir mengalami perubahan signifikan akibat krisis
moneter, sementara itu desakan gelombang globalisasi pada jasa konstruksi tidak
dapat dibendung lagi. Para pengusaha nasional harus kreatif dan proaktif
menghadapi masuknya pelaku bisnis jasa konstruksi dan investor asing yang ikut
dalam mengembangkan usaha tersebut.
Selain proyek konstruksi yang berasal dari pemerintah dan swasta nasional,
diperkirakan pihak asing akan meningkatkan investasinya dalam berbagai proyek
yang membutuhkan jasa pelaksana konstruksi dan konsultan konstruksi yang
memiliki keunggulan dan tenaga professional yang handal. Oleh karena itu apabila
para pelaku bisnis jasa konstruksi nasional tidak segera membenahi dan
memperbaiki kinerja manajemen Badan Usaha agar mampu menghasilkan hasil
yang efisien, maka para pelaku jasa konstruksi nasional akan kesulitan
mendapatkan proyek-proyek yang ditenderkan oleh investor asing.
Investor akan menanamkan modalnya untuk membangun berbagai infrastruktur,
dan proyek-proyek pendukungnya membutuhkan peran jasa pelaksana konstruksi
dan konsultan konstruksi yang berkualitas dan kredibel. Kemampuan bersaing
untuk mendapatkan proyek-proyek pada era pasar bebas sangat mutlak, oleh
karena itu Badan Usaha jasa konstruksi nasional harus berusaha menerapkan
Sistem Manajemen Mutu secara konsisten, dan selalu melakukan perbaikan dan

1-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

berkesinambungan secara konsisten untuk meningkatkan kinerja manajemen yang


efisien serta mampu memenuhi kepuasan pengguna jasanya berdasarkan standar
internasional yakni ISO 9001 : 2000 yang merupakan anonim dari Internasional
Organization for Standardization yang bertanggungjawab menghimpun standarisasi
di dunia. Badan ISO memiliki Komite Teknik (Technical Committee) TC 176 yang
bertanggungjawab terhadap pengembangan Standar Manajemen Mutu ISO 9000
dan pada sekarang ini Badan Usaha telah berhasil menerapkan dan melaksanakan
ISO 9001 : 2000. Badan Usaha yang memiliki sertifikat SNI 19-9001 : 2001 ISO
9001 : 2000 berarti Badan Usaha bersaing secara internasional yang
merencanakan untuk menerapkan dan memperoleh sertifikat SNI 19-9001 : 2000
ISO 9001 : 2000 sebagai pengakuan penerapan Standar Manajemen Mutu. Hal itu
dapat dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu yang sudah diakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN).

1.2.1 Undang-Undang Jasa Konstruksi


Pemerintah Republik Indonesia menyediakan perangkat peraturan dan
undang-undang sebagai pedoman penyelenggaraan jasa konstruksi nasional.
Hal itu diupayakan agar dapat mewadahi perkembangan globalisasi jasa
konstruksi dengan undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi yang secara efektif diterapkan sejak 7 Mei 2000.
Tujuan Undang-undang Jasa Konstruksi tersebut adalah memberikan arah
pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur
usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi dengan hasil pekerjaan
konstruksi yang bermutu tingkat internasional.
Diterbitkannya Undang-undang Jasa Konstruksi menyangkut pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut :
- Kebutuhan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dengan
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata secara material
maupun spiritual.
- Jasa Konstruksi merupakan kegiatan yang mencakup ekonomi, sosial dan
budaya yang memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan
pembangunan nasional.
- Isi berbagai peraturan perundangan yang sudah ada belum berorientasi
terhadap kepentingan pengembangan jasa konstruksi yang mengakibatkan
iklim usaha yang lamban bagi dukungan daya saing jasa konstruksi yang
optimal.

1-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Azas yang diterapkan dalam undang-undang Jasa Konstruksi (UUJK)


tersebut adalah kejujuran, keadilan, manfaat, keserasian, keseimbangan,
kemandirian, keterbukaan, kemitraan, keamanan dan keselamatan.

1.2.2 Peraturan Pemerintah


Untuk menjabarkan pernyataan-pernyataan yang tertuang dalam pasal-pasal
UU JK tersebut diterbitkan Peraturan Pemerintah PP 28/2000, PP 29/2000,
PP 30/2000. Keppres No. 80/2003 tentang pedoman Pelaksanaan
pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mengatur tatacara pelaksanaan
pengadaan barang/jasa yang sumber pembiayaannya dari APBN/APBD.

1.2.3 Keputusan Menteri


Untuk mensinkronisasi proses pengadaan jasa konstruksi dengan undang-
undang yang telah mengaturnya serta guna mewujudkan struktur usaha jasa
konstruksi yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi dan hasil pekerjaan yang
berkualitas sesuai Kepmen Kimpraswil yang terkait yakni Kepmen.396/2000
tentang IUJK, Kepmen.339/2003 tentang Petunjuk Pengadaan Jasa
Konstruksi, Kepmen 362/2004 tentang Standar Manajemen Mutu di
lingkungan Dep Kimpraswil.

1.2.4 Penjelasan
Sistem Manajemen Mutu sebagai upaya untuk memberikan petunjuk
pengembangan dan penerapannya secara mudah dan praktis bagi Badan
Usaha yang memerlukann
Sistem Manajemen Mutu merupakan persyaratan secara konsisten terutama
bagi Badan Usaha yang memiliki katagori kualifikasi besar dengan memiliki
sertifikat ISO 9001 : 2000 (SNI 19-9001 : 2001).
Penjelasan ini didasarkan atas alur pemahaman seperti berikut :
- Memahami kebutuhan Sistem Manajemen Mutu bagi Badan Usaha jasa
konstruksi, manfaat penerapan Sistem Manajemen Mutu dan memahami 8
(delapan) prinsip Manajemen Mutu.
- Memberikan panduan dalam membuat perencanaan penerapan Sistem
Manajemen Mutu bagi Badan Usaha yang menginginkan menerapkan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 (SNI 19-9001 : 2001). Direksi
Badan Usaha menunjuk wakil manajemen yang bertanggungjawab dalam
upaya membangun kondisi dan penerapan sistem manajemen mutu yang

1-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

diperkuat oleh Tim ISO yang membantu dalam tahapan proses


membangun sistem dan menyusun dokumentasi sistem manajemen mutu
sesuai kebutuhan. Selanjutnya menyiapkan perangkat audit internal
dengan menunjuk audit panel yang bertanggungjawab pada semua
kegiatan yang menyangkut keperluan audit onternal dan perbaikan Sistem
manajemen Mutu.
- Kemampuan untuk memelihara kesesuaian penerapan sistem manajemen
mutu terhadap kebutuhan kegiatan dan upaya untuk meningkatkan
kehandalan. Kondisi sitem manajemen mutu yang terpelihara secara
konsisten memerlukan komitmen manajemen yang kuat termasuk
penyelenggaraan rapat tinjauan manajemen yang secara efektif oleh
Direksi Badan Usaha.
- Proses penerapan sistem manajemen mutu sangat terkait dengan
penyediaan sumber daya terutama pengelolaan sumber daya keuangan,
pengelolaan sumber daya manusia serta kebutuhan pelatihan, penyediaan
peralatan dan pengelolaan lingkungan.
- Menjelaskan perbedaan penerapan pada penyedia jasa konsultan
perencanaan/ pengawasan dan jasa pelaksana konstruksi dapat lebih
berkonsentrasi sesuai jenis usahanya untuk mendapatkan sertifikat ISO
9001 : 2000. Hal yang menjadi penting dalam pembuatan Prosedur dan
Instruksi Kerja adalah esensi penggunaannya dapat memenuhi
persyaratkan standar ISO 9001 : 2000.

1-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB II
MANFAAT DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Untuk memberikan gambaran dan panduan para pelaku jasa konstruksi membangun
SDM dan merubah sikap perilaku ke arah yang konsisten.

2.1 Kebutuhan Sistem Jaminan Mutu – Bidang Sumber Daya Air


Penerapan Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance) merupakan kebutuhan mutlak
agar mampu bersaing memenangkan tender-tender di pasar bebas. Menghadapi
masuknya pelaku jasa konstruksi asing. Pemerintah menetapkan kebijakan di bidang
jasa konstruksi dengan demikian Badan Usaha jasa konstruksi nasional mampu dan
sanggup menghadapi persaingan tender dengan skala besar, untuk itu Pemerintah
menetapkan peraturan-peraturan tender pengadaan jasa dengan persyaratan
penerapan Sistem Manajemen Mutu.
Upaya untuk memahami dan menerapkan sistem manajemen mutu sangat penting,
dengan semakin ketatnya tingkat persaingan di bidang jasa konstruksi, maka
kebutuhan untuk menampilkan jaminan mutu kepada pengguna jasa konstruksi
merupakan persyaratan mutlak disamping untuk peningkatan kinerja.
Sumberdaya manusia yang kompeten dan sanggup bekerja secara profesional sangat
diperlukan untuk membangun dan menerapkan sistem manajemen mutu secara
efektif sebagai salah satu upaya menyiapkan diri memasuki era persaingan pasar
bebas. Pengguna Jasa Konstruksi semakin menuntut mutu pelayanan yang tinggi,
mutu produk, kecepatan dan ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan proyek, juga
meminta penerapan sistem manajemen mutu secara konsisten dalam proyek yang
sedang dikerjakan.
Badan Usaha yang telah menerapkan sistem manajemen mutu akan mendapatkan
pengakuan secara internasional berupa sertifikat penerapan sistem manajemen mutu
ISO 9001 : 2000 sesuai ruang lingkup yang diterapkannya. Perlu dipahami bahwa
penguasaan quality assurance yang berbasis ISO 9001 : 2000 harus dipunyai oleh
para Penyedia Jasa Konstruksi.

2-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

2.2 Manfaat Sistem Manajemen Mutu


Badan Usaha Jasa Konstruksi yang telah menerapkan sistem manajemen mutu
secara baik dan benar akan mendapatkan manfaat yang sangat besar seperti berikut :

a. Mempunyai perencanaan proyek yang bermutu baik.

b. Mempunyai pengendalian proyek yang bermutu baik.

c. Mempunyai jaminan mutu atas proyek yang dikerjakannya.

d. Dapat meningkatkan mutu kinerja proyek yang dikerjakannya.

e. Mempunyai standarkeja yang jelas bagi personil maupun manajemen.

f. Dapat meningkatkan kepercayaan pengguna jasa atas mutu pelayanannya.

g. Dapat memperluas lingkup pasar yang dikerjakannya.

2.3 Prinsip Manajemen Mutu

Prinsip Manajemen Mutu yang terdiri dari 8 (delapan) merupakan metode bagaimana
cara memimpin, mengatur dan mengendalikan suatu organisasi atau badan Usaha.
Dengan prinsip-prinsip manajemen dapat dioperasikan secara konsisten, sistematik
dan trasparan. Keberhasilan dalam meningkatkan keuntungan dan pengembangan
pasar dapat dihasilkan dengan menerapkan dan memelihara suatu sistem manajemen
mutu yang dirancang untuk memenuhi persyaratan dari semua pihak yang
berkepentingan, dan secara terus menerus meningkatkan kinerjanya. Kedelapan
prinsip manajemen dikenal dan diuraikan dalam penjelasan seri ISO, dan perlu
dipahami oleh seluruh Badan Usaha.

Dibawah ini akan diuraikan 8 (delapan) Prinsip Manajemen Mutu dalam seri ISO
9000:2000 sebagai berikut :

2.3.1 Fokus Pelanggan

Kehidupan Badan Usaha tergantung pada pelanggannya, oleh karena itu harus
memahami harapan dan kebutuhan pelanggan. Badan Usaha harus
merencanakan dan memenuhi kebutuhan pelanggan dan mencoba untuk
melebihi harapan kebutuhan saat ini dan yang akan datang. Prinsip ini terkait
dengan klausul-klausul ISO 9001 : 2000 dengan tujuan untuk mengatur sistem
mutu, kebijakan, sasaran, perencanaan, kesadaran, produksi atau proyek dan
penyediaan jasa, monitoring kepuasan pelanggan dan peningkatan yang
berkelanjutan dan telah diakomodasikan dengan mempunyai klausul tersendiri.

2-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

2.3.2 Kepemimpinan

Direktur Badan Usaha harus menetapkan suatu kebijakan mutu dan sasaran
mutu untuk memberi arahan dan target serta harus menciptakan suatu
lingkungan yang harmonis dengan melibatkan staf dan karyawan dalam
mencapai sasaran mutu. Prinsip ini terkait di dalam standar ISO 9001 : 2000
klausul-klausul untuk komitmen, fokus pelanggan, kebijakan mutu, sasaran
mutu, tanggung-jawab manajemen, wakil manajemen, komunikasi internal dan
tinjauan manajemen.

2.3.3 Karyawan yang Terlibat

Badan Usaha harus mampu melibatkan semua karyawan untuk meningkatkan


kepedulian karyawan terhadap pencapaian mutu dan kepuasan pelanggan, dan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan mampu memenuhi persyaratan
pelanggan. Orang-orang yang berada pada semua tingkat perlu dilibatkan dalam
memenuhi kebutuhannya dan dapat menerapkan kemampuan yang berguna
untuk kepentingan perusahaan, karyawan, rekan sekerja dan pelanggan.
Komunikasi antar pihak harus dicatat, dan proses pekerjaan atau jasa harus
dikerjakan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Terkait dengan standar ISO
9001 : 2000 menjelaskan komitmen manajemen, kebijakan mutu, sasaran mutu,
tanggung-jawab dan wewenang, kesadaran kemampuan/wewenang dan
pelatihan, komunikasi internal dan lingkungan pekerjaan.
2.3.4 Pendekatan Proses
Badan Usaha harus mampu menciptakan kondisi yang akan dicapai akan lebih
efisien jika aktivitas dan sumber daya yang terkait diatur sebagai sebuah proses.
Yang dipusatkan pada pengendalian masukan kedalam proses dan pencegahan
ketidaksesuaian atau kesalahan dalam pekerjaan.

Sistem manajemen mutu diterapkan berdasarkan pendekatan proses yang


diawali dengan indentifikasi dan penetapan kriteria yang akan menjadi kendali
setiap tahapan proses. Keberhasilan pencapaian mutu sangat bergantung pada
konsistensi menjalankan proses yang telah ditetapkan untuk menghasilkan
untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi persyaratan
pelanggan. Klausul-klausul yang terkait dengan prinsip pendekatan proses
diantaranya adalah Perencanaan sistem manajemen mutu, realisasi produk,
perbaikan berkelanjutan, pengendalian produk yang tidak sesuai (cacat),
tindakan koreksi dan tindakan pencegahan.

2-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

2.3.5 Pendekatan sistem pada manajemen

Badan Usaha harus merencanakan cara memenuhi peryaratan pelanggan.


Rencana meliputi semua aktivitas yang berkaitan dengan mutu dari hubungan
awal pelanggan hingga serah terima pekerjaan dan monitoring kepuasan
pelanggan. Mengidentifikasi, memahami dan mengelola proses yang
berhubungan sebagai sebuah sistem yang berperan untuk mencapai sasaran
yang efektif dan efisien. Klausul-klausul ISO 9001 : 2000 yang menggambarkan
pendekatan sistem untuk manajemen yang diuraikan di atas terdapat pada pasal
persyaratan umum, persyaratan dokumentasi, manual mutu, pengendalian
dokumen dan arsip, komunikasi internal, tinjauan ulang manajemen,
perencanaan realisasi produk, identifikasi dan mampu telusur, pemeliharaan
produk dan perbaikan berkesinambungan.

2.3.6 Perbaikan berkesinambungan

Badan Usaha harus mampu mengarahkan semua kayawan yang terlibat.


Pemimpin dan karyawan harus belajar dari kesalahan dan permasalahan serta
secara terus-menerus meningkatkan sistem yang telah dibangun. Peningkatan
yang berkesinambungan keseluruhan kinerja Badan Usaha merupakan bagian
sasaran utama.

Perbaikan berkesinambungan yang telah diuraikan di atas telah dijelaskan


dalam persyaratan ISO 9001 : 2000 pada pasal persyaratan umum, persyaratan
dokumentasi, komitmen manajemen, kebijakan mutu, sasaran hasil mutu, wakil
manajemen, pengawasan intern, analisa data, tidakan pencegahan, tindakan
koreksi dan tindakan perbaikan.

2.3.7 Pendekatan fakta untuk membuat keputusan

Badan Usaha harus mampu membangun paradigma dalam diri karyawannya.


Setiap keputusan yang efektif harus berdasarkan analisis data dan informasi
serta sistem yang dikumpulkan dalam suatu data yang tidak bias dan bermakna,
sehingga jalur komunikasi yang jelas adalah penting. Klausul-klausul ISO 9001 :
2000 yang menyertai sasaran mutu, sistem manajemen mutu, perencanaan,
wakil manajemen, komunikasi internal, tinjauan manajemen, pengendalian alat
pengukur dan monitoring, kepuasan pelanggan, audit internal dan peningkatan
yang berkesinambungan.

2-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

2.3.8 Hubungan Pemasok yang saling menguntungkan

Badan Usaha harus mampu membangun lingkungan usaha yang saling


menguntungkan. Hubungan Badan Usaha dan pemasok tergantung pada
hubungan satu sama lain yang saling menguntungkan, dan akan menghasilkan
keuntungan bagi semua pihak, seperti peningkatan mutu, stabilitas dan
konsistensi yang ditingkatkan.

Hubungan dimulai dengan komunikasi yang jelas dan dibangun berdasarkan


konsistensi tujuan dan kepercayaan. Klausul-klausul ISO 9001 : 2000 yang
terkait dengan prinsip ini terdapat dalam pasal persyaratan umum, sasaran
mutu, perencanaan, sistem manajemen mutu, pembelian, penyediaan produk
monitoring dan dan pengukuran produk dan proses analisa data, tindakan
pencegahan dan koreksi serta peningkatan yang berkesinambungan.

2-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB III
PERENCANAAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

3.1 Umum
Dalam Perencanaan Penerapan Sistem Manajemen Mutu, hal yang paling penting
untuk ditetapkan sebelum melangkah lebih jauh dalam rencana menerapkan sistem
manajemen mutu pada Badan Usaha. Tanpa adanya komitmen yang jelas dan tegas
maka kecil kemungkinan pelaksanaan dan penerapan sistem manajemen mutu akan
berjalan dan tercapai baik sesuai dengan yang direncanakan. Komitmen adalah power
yang utama untuk menggerakan mesin manajemen dalam menerapkan sistem
manajemen mutu. Tanpa komitmen dari manajemen puncak yang didukung oleh
seluruh karyawan maka sistem manajemen mutu tidak dapat dilaksanakan secara
maksimal. Manajemen puncak harus memberi bukti komitmennya pada penyusunan
dan implementasi sistem manajemen mutu serta perbaikan berkesinambungan dan
keefektifannya dengan cara melakukan hal-hal seperti berikut :
- Mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan tentang pentingnya pemenuhan dan
pelaksanaan persyaratan pelanggan dan peraturan perundang-undangan.
- Menetapkan kebijakan mutu Badan Usaha serta menjalankannya.
- Memastikan penetapan sasaran mutu yang dijalankan secara konsisten.
- Melakukan tinjauan manajemen secara berkala.
- Memastikan tersedianya sumber daya.

3.2 Landasan Hukum


sesuai Keputusan Menteri Kimpraswil RI Nomor = 362/KPTS/M/2004, huruf F,
Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu Konstruksi, butir 5 Rencana Mutu, ditetapkan
sebagai berikut :
3.2.1 Rencana Mutu
a. Rencana Mutu berisi rencana pelaksanaan kegiatan proyek dalam
rangka penjaminan mutu konstruksi yang dihasilkan.
b. Rencana Mutu harus mengidentifiksi :
1) Pejabat yang membuat, memeriksa dan mengesahkan Rencana
Mutu
2) Riwayat perubahan Rencana Mutu
3) Daftar distribusi Rencana Mutu
4) Lingkup penerapan Rencana Mutu, dan
5) Referensi atau acuan yang digunakan dalam Rencana Mutu

3-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

c. Di lingkungan Departemen Kimpraswil terdapat dua jenis Rencana Mutu


yaitu : 1) Rencana Mutu Proyek (RMP) dan 2) Rencana Mutu Kontrak
(RMK). penjelasan lebih rinci dari Rencana Mutu diuraikan dalam Bab V,
huruf B dalam Pedoman Mutu ini sebagai berikut :
1. Ketentuan Rencana Mutu
Rencana Mutu minimal harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
a. Rencana Mutu harus sesuai dengan Sasaran Mutu (quality
objective) dan sejalan dengan persyaratan proses lain dari sistem
manajemen mutu konstruksi.
b. Rencana Mutu harus berisikan persyaratan teknis, administrasi,
keuangan maupun ketentuan lain seperti yang dipersyaratkan
dalam Perencanaan Program.
c. Rencana Mutu harus mencakup kebutuhan sumber daya manusia
dan sumber daya lainnya dalam rangka memenuhi mutu
konstruksi yang diinginkan.
d. Rencana Mutu harus mencakup kebutuhan dokumen system
manajemen mutu konstruksi (meliputi : PedomanMutu, Manual
Mutu, Prosedur Mutu petunjuk teknis, instruksi keja dan daftar
periksa /simak) dalam rangka mencapai kesesuaian mutu
konstruksi yang diinginkan.
e. Rencana mutu harus mencakup aktvitasverifikasi, validasi,
pemantauan, inspeksi dan pengujian yang diperlukan beserta
kritiera penerimaannya.
f. Rencana Mutu harus mencakup catatan mutu (qualtu records)
yang dibutuhkan untuk menunjukkan bukti bahwa perencanaan
kegiatan memenuhi persyaratan mutu konstruksi yang telah
dtetapkan.

2. Penanggung Jawab
a. Wakil Manajemen Tingkat Departemen Bertanggung jaab atas
penetapan standar dan atau forat Rencana Mutu Pryek (RMP)
dan Rencana Mutu Kontrak (RMK).
b. Direktorat Jenderal bertanggungjawab atas sosialisasi standar an
atau format Rencana Mutu Proyek (RMP) dan Rencana Mutu
Kontrak (RMK) kepada jajaran dan unit yang terkait dengan
penjaminan mutu konstruksi.

3-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

c. Atasan Langsung bertanggung jawab atas pengesahan dan


pemantauan pelaksanaan Rencana Mutu Proyek (RMP).
d. Unit Pelaksana sebagai Pengguna Barang / Jasa bertanggung
jawab atas :
1) Penetapan Rencana Mutu Proyek (RMP)
2) Penjaminan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Rencana
Mutu Proyek (RMP) yang telah ditetapkan.
3) Sosialisasi Rencana Mutu proyek (RMP) kepada pejabat inti
Unit Pelaksana / Proyek /Bagpro.
4) Pengesahan Rencana Mutu Kontrak RMK) yang disusun dan
diajukan oleh Penyedia Barang / Jasa.
e. Penyedia Barang / Jasa bertanggung jawab atas :
1) Pembuatan Rencana Mutu Kontrak (RMK) untuk disetujui/
disahkan Pengguna Jasa.
2) Sosialisasi Rencana Mutu Kontrak (RMK) kepada seluruh
jajaran pelaksana pekerjaan.

3. Rencana Mutu Proyek


a. Rencana Mutu Proyejk (RMP) adalah doukmen system
manajemen mutu konstruksi yang disusun oleh
unitlaksanasebagai penggunabarang / jasa dalam
rangkamenjakin mutu konstruksi bidang Kimpraswil.
b. Dokumen Rencana Mutu (RMP) digunakan sebagai panduan
pelaksanaan pemantauan dan peninjauan terhadap pelaksanaan
kegiatan proyek dibandingkan dengan ketentuan dan persyaratan
yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan program.
c. Rencana Mutu Proyek (RMP) minimal mencakup :
1) Kebijakan proyek
2) Informasi proyek
3) Struktur Organisasi Proyek
4) Lingkup kegiatan proyek
5) Jadwal pelaksanaan kegiatan
6) Daftar Peralatan Kerja
7) Bagan alir pelaksanaan kegiatan
8) Sistem Manajemen Mutu Proyek
9) Daftar Simak

3-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

4. Rencana Mutu Kontrak


a. Rencana Mutu Kontrak (RMK) adalah system manajemen mutu
konstruksi yang disusun oleh penyedia barang / jasa untuk setiap
kontrak pekerjaan
b. Dokumen Rencana Mutu Kontrak (RMK) digunakan untuk
menjamin, bahwa spesifikasi teknis yang melekat pada kontrak
antara penyedia Barang / Jasa dengan Departemen Kimpraswil
yang diwakili oleh unit Pelaksana sebagai Pengguna Barang /
Jasa yang dipenuhi sebagaimana mestinya.
c. Rencana Mutu Kontrak (RMK) minimal mencakup :
1) Informasi pengguna dan penyedia jasa
2) Bagan organisasi pelaksanaan pekerjaan termasuk organisasi
Pengguna Barang / Jasa dan Penyedia Barang / Jasa serta
konsultan pengawas bila ada ;
3) Uraian tugas dan tanggung jawab pelaksanaan pekerjaan
4) Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
5) Prosedur Instruksi Kerja
6) Bagan alir kegiatan pokok
7) Gambar Kerja (shop drawing) – khusus proyek fisik
8) Dafar bahan
9) Daftar peralatan
10) Jadwal kegiatan dan jadwal
11) Lembar kerja
12) Daftar simak

3.3 Pengembangan Sistem Manajemen Mutu


3.3.1 Seri Standar – ISO 9000
Seri Standar ISO 9000 adalah Standard Internasional yang diterbitkan oleh
The International Organization for Standard, yang berkedudukan di Geneva
– Switzerland sebagai Pedoman Umum yang mengatur secara sistematis
pencapaian Mutu yang diinginkan dari produk-produk yang akan dihasilkan
(Barang ataupun Jasa / pelayanan) melalui proses Quality Management dan
Quality Assurance System.

3-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Keluarga Seri Standard ISO – 9000 dapat digambarkan sebagai berikut :

Definition of Concept

ISO 8402

Non Contractual Contractual


Situations Situations

Selection and Use of the


Standard

ISO 9000 -1

Quality Management ISO 9001


Quality System Elements Quality
Assurance ISO 9002
ISO 9004 - 1 Models
ISO 9003

Dari keluarga ISO 9000 tersebut diatas, maka ISO – 9001, ISO – 9002 dan
ISO – 9003 merupakan Standard yang didasarkan pada hubungan
Kontraktual antara Pemberi Tugas dengan Pemberi Barang / Jasa.
Maksudnya adalah bahwa tingkat kualitas yang dijamin adalah tingkat
kualitas yang telah sama – sama disepakati melalui kontrak.
Di Indonesia Seri Standard ISO – 9000 (visi 1994) tersebut telah diadopsi
menjadi Seri Standard SNI, misalnya : SNI 19 – 9000 – 1, SNI 19 – 9001,
SNI 19 – 9004 -1.

3.3.2 Aplikasi Standard di Bidang Konstruksi


Seri Standard ISO 9000 pada mulanya adalah di – develope untuk industri
manufaktur (manufacturing industry), maka jika kemudian akan diterapkan
pada industri konstruksi perlu dilakukan penyesuaian , lebih spesifik lagi
disesuaikan dengan sistem operasi & prosedur (operating system &
procedures) diperusahaan yang bersangkutan.

3-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Sistem Manajemen Mutu sedapat mungkin dikembangkan dari sistem


operasi & prosedur yang telah ada dan diberlakukan diperusahaan yang
bersangkutan (existing operating system & procedures)
Tambahan prosedur dan dokumentasi biasanya terkait dengan Pengendalian
Dokumen dan Review, dan ditambahkan untuk melengkapi dan memenuhi
persyaratan standar ISO 9000 yang belum dimiliki oleh perusahaan. Standar
ISO 9000 tidak me-rekomendasi-kan untuk meng-create sistem operasi &
prosedur yang sama sekali baru, karena hal ini akan menimbulkan hambatan
dalam penerapan dilapangan.
Dalam menerapkan Sistem Manajemen Mutu untuk pelaksanaan Konstruksi
direkomendasikan sistem kualitas ISO-9001 maka yang sangat diperlukan
adalah penerapan 20 elemen sesuai dan mengacu Keputusan Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah RI Nomor : 362/KPTS/M/2004 tentang :
Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah.
Adapaun 20 elemen ISO-9001 sebagai berikut :

ELEMEN-ELEMEN SISTIM KUALITAS ISO 9001


Uraian rinci pada
ISO -
NO. ELEMEN Dokumen Prosedur Mutu
9001
(PM)
1. Tanggung Jawab Manajemen 4.1 PM-01
2. Sistem Kualitas 4.2 PM-02
3. Tinjauan Ulang Kontrak 4.3 PM-03
4. Pengendalian Desain 4.4 PM-04
5. Pengendalian Data dan Dokumen 4.5 PM-05
6. Pembelian 4.6 PM-06
Pengendalian Produk yang dipasok
7. 4.7 PM-07
pelanggan
Identifikasi dan Kemampuan Penelusuran
8. 4.8 PM-08
Produk
9. Pengendalian Proses 4.9 PM-09
10. Inspeksi dan Pengujian 4.10 PM-10
Pengendalian dan Inspeksi Pengukuran
11. 4.11 PM-11
dan Peralatan Uji

3-6
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

12. Status Inspeksi dan Pengujian 4.12 PM-12


13. Pengendalian Produk NonKonformans 4.13 PM-13
14. Tindakan Pencegahan dan Korektif 4.14 PM-14
Penanganan, Penyimpanan,
15. Pengepakan, Pemeliharaan/Pengawetan 4.15 PM-15
dan Penyerahan
16. Pengendalian Catatan Kualitas 4.16 PM-16
17. Audit Kualitas Internal 4.17 PM-17
18. Pelatihan 4.18 PM-18
19. Pelayanan 4.19 PM-19
20. Teknik Statistik 4.20 PM-20

KETERANGAN :

3.3.3 Tanggung Jawab Manajemen (Management Responsibility)


Perencanaan dan implementasi Manajemen Mutu dimulai dari Tanggung
Jawab Manajemen (Management Responsibility) yang dalam hal ini adalah
Kebijakan Mutu (Quality Policy).
Komitmen dan keterlibatan dari Top Manajemen adalah sangat penting
dalam memacu perusahaan untuk mencapai mutu produk / jasa yang sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
a. Kebijakan Mutu
Sebagai landasan dimulainya kegiatan penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001, maka langkah awalnya adalah diterbitkannya Kebijakan
Mutu yang ditandatangani Pimpinan Perusahaan sebagai manifestasi
komitmen dari Top Manajemen dan seluruh jajarannya untuk
menerapkan sistem manajemen mutu.
b. Organisasi
Dalam upaya mencapai tujuan (objectives) yanga telah ditetapkan oleh
perusahaan maka diperlukan organisasi yang mencakup :
1) Bagan Organisasi yang mencerminkan alur wewenang (authority)
dan tanggung jawab (responsibility)
2) Uraian Tugas (job descriptions) yang berisi tugas-tugas, wewenang
dan tanggung jawab untuk jabatan / tugas tertentu.

3-7
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Kejelasan (Clarity) akan tugas yang diberikan dan dipercayakan


kepada seseorang merupakan tiang utama bagi keberhasilan
pelaksanaan tugas itu nantinya. Dengan kejelasan atas tugas
seseorang, maka akan mudahlah bagi si pengemban tugas untuk
menyiapkan dirinya guna melaksanakan tugas-tugasnya sesuai
dengan lingkup, tanggung jawab dan wewenangnya.
Adalah mutlak bagi seorang pejabat (jabatan apapun dan pada level
manapun yang diserahkan kepadanya) untuk mengenali, memahami
dan mampu melaksanakan dengan baik fungsi, lingkup tugas dan
bagaimana dia akan melaksanakannya, disamping mengenali fungsi,
lingkup tugas pejabat lain. Dan juga tidak boleh dilupakan Sasaran
Kerja Individu (SKI) dan Sasaran Kerja Kelompok (SKK) serta target
yang harus dicapai.
Informasi mengenai hal-hal tersebut tadi antara lain terdapat pada
Uraian Tugas dan Jabatan (Job descriptions), serta pada prosedur
(procedures) dan petunjuk kerja (work instruction) yang ada.

c. Tinjauan Manajemen (Management Review)


Standard menyebutkan bahwa Rapat Tinjauan Manajemen
diselenggarakan secara berkala, dipimpin oleh Top Manajemen sesuai
dengan stratanya yang tujuannya untuk melihat kesesuaian dan
keefektifan penerapan prosedur/ instruksi kerja dalam memenuhi
standard.

3.3.4 Sistem Mutu (Quality System)


Sistem Manajemen Mutu dalam suatu perusahaan mewajibkan manajemen
untuk menetapkan standard & prosedur operasional yang diberlakukan
diseluruh perusahaan. Untuk memastikan bahwa standard & prosedur
dipergunakan dan diikuti maka harus di-dokumentasi-kan.
Secara hierarchies maka dokumen sistem mutu (Quality System) adalah
sebagai berikut :
a. Manual Mutu (Quality Manual)
Manual Mutu berisi ringkasan dari sistem mutu perusahaan, dan harus
dapat menyajikan gambaran yang jelas mengenai Sistem Mutu yang
diterapkan diperusahaan.
Manual Mutu tersebut terdiri dari :

3-8
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

 Informasi mengenai perusahaan dan lingkup bisnisnya


 Kebijaksanaan mengenai pengendalian atas manual & prosedur
perusahaan
 Kebijakan Mutu dari perusahaan yang ditandatangani oleh Pimpinan
Perusahaan (Top Manajement)
 Struktur Organisasi perusahaan dan typical organisasi lapangan
 Uraian Tugas (Job descriptions) dari personil kunci (key personel)
 Manajemen Representatif (Quality System Manager)
 Review atas Sistem Mutu yaitu Manajemen, Review & Audit Mutu
Internal

b. Prosedur Mutu (Quality Procedures)


Perusahaan harus menetapkan prosedur-prosedur yang akan dibuat,
yaitu yang terkait langsung dan berpengaruh pada mutu produk/jasa.
Cara yang baik untuk memulai adalah dengan membuat flow chart dari
kegiatan-kegiatan perusahaan dan mengidentifikasi kegiatan kunci (key
activities).
Idealnya prosedur-prosedur ini dibuat oleh personil yang ditugaskan
pada masing-masing kegiatan (person in charge) sehingga akan
menghasilkan prosedur-prosedur yang real dan applicable.

Prosedur-prosedur tersebut meliputi :


1) Maksud & tujuan dan lingkup kegiatan yang akan dibuat prosedurnya
2) Segmen-segmen dari kegiatan, guna menunjukkan bagaimana
kegiatan tersebut harus dilaksanakan.
3) Personil yang bertanggung jawab dalam kegiatan tersebut (person in
charge)
4) Personil yang bertanggung jawab atas inspeksi & tes
5) Referensi sebagai tambahan literatur seperti produk hukum yang
terkait, standar dsb.
6) Check list atau form-form dari setiap kegiatan, termasuk contoh form
harus dilampirkan pada prosedur.
7) Tindakan yang harus dilakukan jika timbul non-conformance selama
pelaksanaan pekerjaan.

3-9
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

c. Rencana Mutu Kontrak (RMK) (Contract Quality Plan)


Dokumen Rencana Mutu kontrak berisikan strategi perusahaan untuk
mencapai mutu hasil kerja yang sesuai persyaratan seperti yang
ditetapkan didalam spesifikasi teknis, dan menyajikan gambaran secara
ringkas (summary) dari pekerjaan yang informative.
Dokumen ini harus disiapkan oleh Kepala Proyek (Project Manager)
setelah dinyatakan sebagai pemenang tender untuk pekerjaan yang
bersangkutan.

Prosedur
Mutu
Kantor

Manual Rencana
& Mutu
Prosedur Kontrak
Mutu
Perusahaan
Prosedur
Mutu
Proyek

Dokumen Sistem Mutu untuk Kontraktor

Prosedur
Mutu
Kantor
Manual
& Prosedur Rencana
Prosedur Mutu Mutu
Mutu Desain Kontrak
Perusahaan

Prosedur
Rencana
Mutu
Mutu
Konstruksi
Kontrak

3-10
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Dokumen Sistem Mutu untuk Kontraktor rancang – bangun (design &


built).
Dalam Dokumen Rencana Mutu Kontrak tersebut tercantum secara rinci
mengenai hal-hal sebagai berikut :
1) Bagan Alur (Flow Chart) kegiatan pelaksanaan pekerjaan
2) Penetapan Prosedur dan instruksi kerja yang akan dipergunakan
sesuai dengan alur kegiatan tersebut diatas.
3) Penetapan pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh sub-kontraktor.
4) Rencana Inspeksi dan Test yang meliputi : kegiatan yang perlu
diperiksa mutu pekerjaannya sebelum kemudian dilanjutkan keproses
selanjutnya, type dan frekuensi inspeksi dan jenis recordnya.
5) Kriteria keberterimaan (acceptance criteria) atas kegiatan tersebut
diatas dan toleransi penerimaan yang diijinkan
6) Daftar peralatan pokok yang akan dipergunakan

d. Instruksi Kerja
Menurut Kepmen Kipraswil No. 362/KPTS/M/2004, yang dimaksud
dengan instruksi kerja seperti tertuang dalam Bab I Umum, huruf F :
Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu Konstruksi, butir : 6 Instruksi
Kerja sebagai berikut :
a. Instruksi kerja berisi cara atau petunjuk teknis dari suatu aktivitas
atau kegiatan yang berkaitan dengan penjaminan mutu konstruksi
pada tingkat Unit Pelaksana di lingkungan Departemen Kimpraswil.
b. Instruksi Kerja minimal mencakup :
1) Pejabat yang membuat memeriksa dan mengesahkan instruksi
kerja,
2) Riwayat perubahan instruksi kerja
3) Daftar distribusi instruksi kerja
4) Lingkup penerapan instruksi kerja
5) Referensi atau acuan yang digunakan dalam instruksi kerja
6) Tahapan proses, aktivitas atau kegiatan sesuai instruksi kerja
7) Daftar lampiran berupa format catatan mutu yang merupakan
pencatatan dari pelaksanaan kegiatan sesuai instruksi kerja.
8) Alur kerja dari aktivitas
9) Daftar peralatan yang dipergunakan
10) Daftar rincian kegiatan atau aktivitas

3-11
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

11) Daftar simak atau dafatr periksa


Format pembuatan Instruksi Kerja dapat diikuti sebagai berikut :
INSTRUKSI KERJA Tgl. Edisi Pertama : No. Kopi :
No. Edisi : Tgl. Revisi :
No. Dokumen : Halaman Ke :

ALAT BAHAN LOKASI PEKERJAAN

KRITERIA STATUS
No. LANGKAH PEKERJAAN
BERTERIMA BAIK TDK.

Quality Sistem Manager menyimpan daftar seluruh Rekaman Mutu dan


mengetahui dimana dan siapa yang memegang Perusahaan
menetapkan masa berlakunya rekaman tersebut dan menginstruksikan
kepada petugas pengendali dokumen (PPD) di site agar setelah proyek
selesai maka semua rekaman mutu diserahkan kepada PPD perusahaan
untuk didokumentasikan.

3.4 Penunjukan Wakil Manajemen


Adanya komitmen yang besar dari pimpinan puncak dan jajaran manajemen untuk
menerapkan sistem manajemen mutu dibuktikan dengan menunjuk seorang wakil
manajemen. Direksi memberi wewenang kepada wakil manajemen untuk
mengelola, memantau, mengevaluasi dan mengkoordinasikan sistem manajemen
mutu di lapangan. Dengan tujuan untuk meningkatkan operasi dan perbaikan yang
efektif dan efisien penerapan sistem manajemen mutu guna target dan sasarannya
tercapai.

3.5 Pembentukan Tim ISO


Tahapan persiapan penerapan sistem manajemen mutu adalah pembentukan tim
ISO, hal ini penting dilakukan karena sistem manajemen mutu merupakan suatu
sistem manajemen mutu yang penerapannya adalah tanggung jawab semua pihak
seperti Direksi sampai level yang paling bawah dalam struktur organisasi.
Pembentukan Tim ISO terdiri dari :

3-12
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

a. Seorang Wakil Manajemen


Seorang panel audit yang bertugas mengkoordinasi pelaksanaan Audit Mutu
Internal Badan Usaha.
b. Seorang pusat pengendali dokumen yang bertugas mengendalikan seluruh
dokumen mutu Badan Usaha dalam menerapkan sistem manajemen mutu mulai
dari mendistribusikan, menyimpan, memelihara, menarik dokumen,
menghancurkan dan memastikan dokumen mutu yang beredar adalah dokumen
teknisi atau paling mutakhir.
c. Personil wakil dari tiap-tiap bagian yang bertugas membuat dan membangun
SMM di lingkungan bagiannya serta dapat dilibatkan sebagai calon auditor
internal yang akan mengaudit kondisi penerapan SMM di internal Badan Usaha.

3.6 Struktur organisasi


3.6.1 Bagan struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu dokumen utama bagi kelengkapan
administrasi Badan Usaha. Struktur organisasi diperlukan sebagai pedoman
untuk melakukan pembagian tugas, kewajiban dan wewenang dalam
menjalankan kegiatan Badan Usaha. Struktur organisasi secara visual
digambarkan dalam bentk bagan yang disusun bagi kebutuhan koordinasi
penyelenggaraan kegiatan Basan Usaha dan dirancang berdasarkan kondisi
operasional pembagian tugas kepada setiap personil Badan Usaha.
Pemimpin Badan Usaha dapat menetapkan struktur organisasi dengan
fungsi-fungsi organisasi yang mengacu pada sistem instruksional atau
sistem koordinasi sesuai dengan maksud dan tujuan penyelenggaraan
organisasi.
Menentukan besar kecilnya struktur organisasi Badan Usaha terlebih dahulu
harus mengidentifikasi kebutuhan fungsi dalam organisasi dan penetapan
kriteria kompetensi yang diperlukan dalam struktur organisasi tersebut.
Secara umum Badan Usaha Jasa Konstruksi memiliki struktur organisasi
induk Badan Usaha yang sifatnya secara permanen dan struktur organisasi
proyek yang sifatnya temporer memenuhi kebutuhan pelaksanaan proyek.
Bentuk bagan struktur organisasi harus dapat menjelaskan secara visual
tingkat dan luasan kewenangan masing-masing unit.

3-13
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

3.6.2 Wewenang dan Tanggung jawab


Didalam persyaratan standar, wewenang dan tanggung jawab masing-
masing fungsi dalam struktur organisasi harus ditetapkan sesuai pembagian
yang jelas dan diupayakan tidak terjadi penugasan yang tumpah tindih
antara satu fungsi dan fungsi yang lainnya sehingga terjadi kesenjangan
kewenangan atau dobel kewenangan yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan di antara fungsi-fungsi tersebut.
Pemimpin Badan Usaha harus berani memberikan wewenang yang sesuai
dengan tingkatan atau eselon yang diberikan kepada seseorang itu tanggung
jawab setiap personil dalam organisasi harus ditetapkan sebagai panduan
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan kebutuhan Badan Usaha. Uraian
wewenang dan tanggung jawab harus dijelaskan secara rinci untuk
memenuhi kesesuaian persyaratan SMM.

3.7 Membangun SMM


3.7.1 Pelatihan pemahaman SMM bagi manajemen dan karyawan
Pelatihan SMM ISO 9001:2000 ini bertujuan untuk memberikan kesadaran
mutu bagi Direksi dan memberikan pemahaman persyaratan kepada Tim
ISO. Pelatihan itu antara lain meliputi pelatoihan kesadaran mutu (quality
awareness) bagi Direksi dan Tim ISO sehingga dapat memberikan
pemahaman mengenai :
a. Sejarah SMM
b. Pemahaman komitmen manajemen, pemahaman pelaksanaan
manajemen review, kebijakan mutu, sasaran mutu, perencanaan sistem
manajemen mutu dan kriteria, tanggung jawab dari wakil manajeemn
(WM).
c. Penjelasan delapan (8) prinsip manajemen mutu yakni fokus pelanggan,
kepemimpinan, keterlibatan karyawan, pendekatan proses, pendekatan
sistem terhadap manajemen, peningkatan berkelanjutan, pendekatan
faktual dalam mengambil keputusan dan hubungan pemasok yang saling
menguntungkan.
d. Manfaat SMM ISO 9001:2000 bagi Badan Usaha
e. Pengertian umum klasul-klasul yang terdapat dalam SMM ISO
9001:2000
f. Faktor-faktor penyebab kegagalan dalam penerapan SMM ISO
9001:2000

3-14
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

g. Penjelasan mengenai sertifikat SMM


h. Metoda dan teknik pemeliharaan SMM
i. Metoda evaluasi peningkatan penerapan SMM

Sedangkan pelatihan pemahaman SMM ISO 9001:2000 bagi tim ISO dan
personil inti Badan Usaha memberikan pemahaman mengenai :
a. Sejarah SMM
b. Pengertian mutu bagi penyedia jasa konstruksi (konsultan atau
kontraktor), jaminan mutu bagi pengguna jasa dan biaya mutu bagi jasa
konstruksi
c. Pengertian sistem mutu bagi penyedia jasa, pengendalian mutu dan
proses inspeksi proyek
d. Penjelasan 8 prinsip manajemen mutu (lihat di atas).
e. Penggambaran peta proses bisnis dan interaksinya
f. Pemahaman klausul-klausul yang terdapat dalam SMM ISO 9001:2000
dan keterkaitan dengan proses kerja yang ada di tiap bagian.
g. Penjelasan mengenai alasan dasar mendokumentasikan SMM
h. Cara dan metode serta persyaratan dalam membuat dan
mendokumentasikan SMM
i. Penjelasan bagaimana cara dan metode penulisan manual mutu,
prosedur kerja, instruksi kerja dan rekaman sesuai dengan persyaratan
SMM
j. Metoda pembuatan format prosedur yang sederhana, efisien dan mudah
untuk digunakan dengan mengacu persyaratan SMM
k. Penjelasan mengenai metode pengendalian dokumen sistem mutu yang
dimulai dengan penjelasan cara membuat, mendistribusikan,
menyimpan, merevisi, memelihara dan menghancurkannya.
l. Penjelasan mengenai penjelasan cara mengendalikan rekaman kerja,
dimulai dengan bagaimana menyimpan, memelihara dan menentukan
masa simpan serta aturan penghancurannya.

3.7.2 Menyusun dokumen SMM


Dokumen adalah dasar penerapan sistem manajemen mutu, dokumen harus
tertulis dengan jelas dan dapat dimengerti dengan mudah oleh setiap orang
yang memerlukannya. Tanpa adanya dokumen yang teratur dan rapih,
penerapan sistem manajemen mutu tidak dapat dilaksanakan dengan baik

3-15
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

dan tidak dapat dijamin konsistensinya. Untuk keperluan pembuatan analisis


untuk perbaikan berkelanjutan (continual improvement) memerlukan
dokumentasi sistem manajemen mutu yang lengkap dan tersusun dengan
baik sesuai dengan kebutuhan perbaikan proses kerja di Badan Usaha.
Susunan dokumen sistem manajemen mutu menganut aturan hirarki, dimana
masing-masing dokumen harus ditetapkan tingkatnya sesuai tingkatan-
tingkatan yang diperlukan pada kegiatan Badan Usaha. Dokumen yang lebih
rendah levelnya mengandung penjelasan klausul-klausul dokumen yang
lebih tinggi dan isinya tidak boleh bertentangan.
Penyusunan dokumen sistem mutu (DSM) dilakukan oleh Tim ISO dengan
dibantu oleh masing-masing personil inti dari bagian terkait meliputi :
a. Manual Mutu adalah dokumen sistem manajemen mutu (SMM) level 1
yang menggambarkan kegiatan bisnis Badan Usaha secara umum
dalam penerapannya memenuhi persyaratanSMM, termasuk kebijakan
mutu dan sasaran mutu yang telah ditetapkan oleh Direksi Badan Usaha.
b. Prosedur adalah dokumen SMM level 2 yang menjelaskan langkah-
langkah kegiatan yang harus dilakukan dalam suatu proses tertentu yang
terkait dengan penerapan SMM Badan Usaha
Prosedur SMM merupakan penjabaran yang lebih jelas terhadap
pemenuhan persyaratan SMM yang terkait dengan fungsi-fungsi kegiatan
bisnis Badan Usaha.
c. Instruksi kerja adalah dokumen SMM level 3 yang sifatnya untuk
memberikan petunjuk pada pengoperasian suatu proses kerja yang
harus dilakukan oleh satu (1) orang atau satu unit yang terlibat atau yang
fungsi tugasnya dapat mempengaruhi kegiatan SMM di Badan Usaha.
Instruksi kerja pada umumnya dibuat untuk menghindari atau
mengurangi potensi kesalahan terhadap suatu pekerjaan.
d. Rekaman adalah bukti kerja (evidence) yang merupakan bagian dari
dokumen SMM dapat dikatakan sebagai dokumen level 4. rekaman
dapat berupa arsip surat menyurat, formulir-formulir isian, daftar periksa,
hasil uji coba dan test, buku laporan dan lain-lain sebagainya yang harus
diatur dan dikendalikan secara tersendiri.
Dokumen sistem mutu harus diterapkan oleh semua jajaran Badan Usaha
yang terkait secara konsisten. Penyelenggaraan dokumentasi SMM Badan
Usaha agar efektif memenuhi persyaratan SMM dan diatur sesuai hirarki
level dokumentasi SMM menurut ketentuan dalam tabel sebagai berikut :

3-16
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Semua dokumen Badan Usaha internal maupun dokumen eksternal harus


ditetapkan levelnya sesuai dengan ketentuan hirarki lebel dokumentasi
SMM. Tujuannya untuk menjaga penggunaan dokumentasi agar dapat
dikendalikan dan pengaturan keseluruhan dokumen tersebut diatur dalam
prosedur pengendalian dokumen dan prosedur pengendalian rekaman.
Manual mutu : manajemen Badan Usaha harus menetapkan dokumentasi
manual mutu sebagai pedoman penerapan SMM Badan Usaha dan harus
diterapkan dan dipelihara oleh semua jajaran yang terkait sesuai ketentuan
persyaratan SMM.
Prosedur : Prosedur yang terdokumentasi harus ditetapkan dan dipelihara
untuk mengendalikan semua proses yang mengacu pada persyaratan SMM.
Prosedur pengendalian yang diperlukan untuk menjamin kepuasan operasi.

Tabel dokumentasi berdasarkan level dan jenis dokumen sistem mutu


Level Dokumen Persyaratan Dokumen Badan Usaha
1. Kebijakan mutu Visi dan misi
Sasaran mutu Kebijakan mutu
Manual mutu Sasaran mutu
Manual mutu
2. Prosedur Akte pendirian Badan Usaha
Peraturan Badan Usaha
Surat Keputusan Direksi
Prosedur-prosedur kerja
3. Instruksi kerja Surat edaran direksi
Petunjuk pelaksanaan
Spesifikasi teknis
Gambar kerja
Peraturan standar produk
Peraturan dan perundang-undangan terkait
Instruksi kerja
4. Rekaman Arsip surat menyurat
Berita acara
Gambar hasil kerja
Daftar periksa
Laporan hasil uji dan test
Laporan proyek

Instruksi kerja : instruksi kerja merupakan dokumen level tiga yang


pembuatannya dilakukan oleh masing-masing bagian dan bersifat teknis.
Uraian kegiatan pengendalian dokumen seperti dijelaskan di bawah ini :
a. Penerbitan dan persetujuan
Prosedur pengendalian dokumen menjelaskan metodologi penerbitan
semua dokumen terkendali yang berlaku di berbagai lokasi atau
pengguna tergantung apakah dapat diterapkan prosedur tersebut. Daftar
dokumen yang disetujui dibuatkan distribusinya. Prosedur juga

3-17
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

menjelaskan wewenang, dimana dokumen harus disetujui sebelum


diterbitkan.
b. Peninjauan ulang dan persetujuan ulang
Prosedur pengendalian dokumen menjelaskan wewenang peninjauan
ulang sesuai dengan isi dokumen dan hanya setelah peninjauan ulang
dokumen-dokumen itu disetujui. Merevisi isi dokumen perlu jika
perbaikan sistem atau dalam praktek dilakukan amandemen dan
pembaharuan. Versi pembaruan ini kemudian segera ditinjau ulang.
Perubahan-perubahan yang terjadi disahkan ulang oleh pejabat yang
berwenang.
c. Identifikasi status perubahan dan revisi
Semua dokumen penting untuk SMM pada Badan Usaha harus
diidentifikasi dengan sistem penomoran yang unik. Dilakukan antara lain
rincian dalam prosedur untuk pengendalian dokumen. Ini menjamin
bahwa semua perubahan dokumen disiapkan, ditinjau ulang,
diperbaharui dan kemudian disyahkan oleh otoritas yang sama dan telah
diadakan persetujuan dan peninjauan ulang sesuai aslinya. Perubahan-
perubahan dalam dokumen yang direvisi dan dibuat sesuai dengan
prosedur dokumen dan perubahan data. Semuanya direkam dalam
rekaman data amandemen.
d. Pengendalian
Semua dokumen dalam lingkup SMM dikendalikan sesuai dengan
prosedur. Dan untuk pengendalian dokumen tersebut harus diterbitkan
dalam format ”salinan terkendali”. Semua salinan terkendali dari
dokumen harus dapat didistribusikan ke divisi/ bagian terkait dan tercatat.
Kepastian bahwa hanya dokumen terbaru yang digunakan meruakan
jaminan dengan menempatkan salinan terkini dari dokumen itu dapat
diterapkan dalam versi yang terbaru, dokumen itu tentunya disetujui.
Untuk identifikasi status bahwa terbitan terbaru dokumen yang
digunakan, maka daftar dari dokumen induk itu harus dipelihara WM. WM
harus dapat menunjukkan status terbitan khusus yang terbaru lengkap
dengan tanggal terbit.
e. Kodifikasi
Prosedur pengendalian dokumen menjelaskan bahwa dokumen yang
relevan SMM mudah diidentifikasi. Semua dokumen level 1, 2, 3 dan 4
dalam lingkup SMM dicetak untuk menjamin bahwa dokumen itu jelas

3-18
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

dan resmi. Semua dokumen level 4 dapat dicetak dengan komputer atau
tulisan tangan dan harus dapat dipastikan bahwa rekaman dapat dibaca.
f. Dokumen external
Prosedur pengendalian dokumen menjamin bahwa semua dokumen
eksternal yang diperlukan oleh Badan Usaha harus dikendalikan dan
mudah diperoleh ketika akan dipakai.
g. Dokumen usang (obsolete)
Prosedur untuk pengendalian dokumen menjamin bahwa hanya
dokumen versi terakhir yang diterbitkan dari dokumen-dokumen yang
relevan dapat diperoleh di semua tempat pemakaian. Dokumen yang
telah usang ditarik dan dimusnahkan untuk mencegah pemakaian yang
tidak diinginkan. Wakil Manajemen harus menyimpan salinan lama dan
ditandai dengan tulisan ”obsulete copy” atau ”superseded” untuk
referensi ke depan.

3.7.3 Sosialisasi dokumen SMM


Suatu strategi yang harus dikembangkan dalam penerapan SMM adalah
untuk mengetahui cara pencapaian kebijakan dengan menentukan sasaran
yang hendak dicapai untuk menerapkan SMM secara sempurna. Strategi
meliputi suatu program yang dijadwalkan untuk mengidentifikasi sumber
daya yang diperlukan, tanggung jawab dan wewenang personil, cara
meninjau ulang poin-poin, prioritas dan sistem pelaporan. Untuk itu harus
menyediakan suatu kerangka kemajuan yang berkelanjutan.
Dengan begitu kita dapat mempertimbangkan pengembangan proyek dan
kebijakan yang dapat dilakukan di area lain pada waktu-waktu selanjutnya.
Implementasi penh dan perekaman semua aktivitas dalam sistem perlu
direncanakan. Manajemen harus menentukan level keterlibatan para personil
dalam operasi sehari-hari mulai dari tahapan penerapan sistem hingga
penentuan jumlah personil manajemen yang harus didelegasikan. Juga
ditentukan ukuran Badan Usaha, lokasi, kompleksitas dan sifat proses yang
digunakan akan memiliki suatu pengaruh terhadap pengambilan keputusan.
Setiap Badan Usaha harus mengembangkan sebuah rencana yang
menggambarkan komitmen terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
sasaran. Mengembangkan sebuah rencana implementasi sesuai isi
dokumen SMM yang telah disusun dalam organisasi pada level yang
relevan. Rencana harus disosialisasikan ke seluruh organisasi kemajuan

3-19
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

apakah hasilnya sesuai dengan rencana yang dilakukan sedikitnya dua


minggu sekali. Dan status pembaharuan harus dikomunikasikan dalam
organisasi.
SMM terdiri dari suatu kerangka sebagai pedoman Badan Usaha untuk
mengendalikan aktivitas bisnis dengan suatu penekanan pada pengukuran
pencegahan dan peningkatan aktivitas yang bisa berpengaruh. Pada
umumnya ini melibatkan pendekatan yang tertib mulai dari tinjauan ulang
penerbitan dokumen Badan Usaha, pengembangan suatu kebijakan mutu,
pencapaian sasaran hasil, rencana, strategi dan proses pekerjaan. Juga
untuk memastikan ketersediaan sumber daya untuk mencapai implementasi
penuh. Direksi harus mengkomunikasikan pentingnya memenuhi pelanggan
seperti pelaksanaan aturan dan persyaratan sesuai dengan undang-undang
serta melakukan tinjauan ulang kinerja manajemen.
Direksi harus memastikan bahwa Badan Usaha mempunyai sumber daya
yang cukup untuk mencapai komitmennya. Direksi juga terlibat dalam
melakukan tinjauan ulang dan peningkatan SMM untuk meningkatkan
kinerja. Klausul 6.2.2 memerlukan kemampuan yang diperlukan bagi setiap
yang terkait dengan SMM Badan Usaha. Persyaratan kemampuan personil
ditinjau ulang untuk memastikan apakah penempatannya tepat dan sesuai.

3.7.4 Penerapan Dokumen


Dokumen sistem manajemen mutu yang sah dan telah disosialisasikan ke
seluruh bagian dan lingkup Badan Usaha harus diterapkan oleh segenap
personil yang terlibat secara konsisten dan benar. Hal itu dilakukan untuk
membuktikan bahwa sistem manajemen mutu telah diterapkan oleh Badan
Usaha. Jika penerapannya masih menemui kendala maka dokumentasi
tersebut dapat dilakukan revisi dan penyempurnaan sesuai kebutuhan. Hal
tersebut diatur dalam prosedur pengendalian dokumen yang antara lain
berisi penetapan pengendalian yang diperlukan untuk :
a. Menyetujui kecukupan dokumen sebelum diterbitkan
b. Meninjau dan memutakhirkan seperlunya serta menyetujui ulang
dokumen
c. Memastikan perubahan dan status revisi terbaru sesuai tujuan dokumen
d. Memastikan versi yang relevan dengan dokumen yang berlaku telah
tersedia di tempat pemakaian
e. Memastikan dokumen selalu dapat dibaca dan mudah dikenali

3-20
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar mudah dikenali dan
pendistribusian dapat dikendalikan
g. Mencegah pemakaian dokumen yang kadaluarsa dan tidak disengaja
lengkap dengan penjelasan identifikasi sesuai dokumen tersebut, apabila
disimpan untuk tujuan tertentu.

3.7.5 Pengendalian Rekaman


Badan Usaha yang telah menetapkan prosedur pengendalian rekaman harus
dapat memelihara semua rekaman yang terkait dengan SMM Badan Usaha.
Tujuannya untuk memberikan bukti kesesuaian persyaratan dan
beroperasinya SMM secara efektif. Rekaman harus mudah dibaca, siap
ditunjukan dan mudah untuk diambil. Prosedur pengendalian rekaman juga
berisi tentang identifikasi, penyimpanan, perlindungan, pengambilan, masa
simpan dan penghancuran rekaman.
Rekaman-rekaman yang menjadi alat untuk menunjukan operasi yang
efektif, wajib dibuat, guna pelaksanaan peraturan badan sertifikat dan
perbaikan pelanggan jika perlukan.

3.8 Audit Mutu Internal SMM


Audit mutu internal merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh
Badan Usaha untuk meninjau kesesuaian dan efektivitas penerapan SMM. Direksi
hendaknya memastikan penetapan proses audit internal yang efektif dan efisien
untuk mengakses kekuatan dan kelemahan SMM. Proses audit mutu internal
berfungsi sebagai alat manajemen untuk asesmen mandiri dari proses atau kegiatan
manapun yang ditunjuk dalam SMM. Proses audit mutu internal dengan
menyediakan perangkat untuk memperoleh bukti objektif bahwa persyaratan yang
ada telah dipenuhi, karena audit mutu internal menilai kefektifan dan efisiensi Badan
Usaha.
Penting bagi Badan Usaha untuk memastikan dilakukannya tindakan perbaikan
sesuai tanggapan hasil audit mutu internal. Perencanaan audit mutu internal
hekdaknya fleksibel agar memungkinkan perubahan penekanan berdasarkan
temuan dan bukti objektif selama audit. Masukan yang relavan dari bidang yang
diaudit dan dari pihak lain yang berkepentingan, hendaknya dipertimbangkan dalam
pengembangan rencana audit mutu internal. Contoh subjek untuk dipertimbangkan
dipertimbangkan dalam audit mutu internal mencakup :
 Penerapan proses secara efektif dan efisien

3-21
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

 Peluang perbaikan yang berkesinambungan


 Kemampuan suatu sistem proses
 Penggunaan teknik statistik secara efektif dan efisien
 Penggunaan teknologi informasi
 Analisis data biaya mutu
 Penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien
 Hasil dan harapan kinerja proses dan produk
 Kecukupan dan ketelitian pengukuran kinerja
 Kegiatan perbaikan
 Hubungan dengan pihak yang berkepentingan
Pelaporan audit mutu internal mencakup bukti kinerja yang sangat berguna untuk
memberikan peluang pengakuan oleh Direksi dan memotivasi personil Badan
Usaha.
Badan Usaha harus melakukan audit mutu internal pada selang waktu terencana
untuk menentukan apakah SMM.
a. Memenuhi pengaturan yang direncanakan pada persyaratan standar dan
persyaratan SMM yang ditetapkan organisasi.
b. Diterapkan dan dipelihara secara efektif
Program audit mutu internal harus direncanakan dengan mempertimbangkan status
serta pentingnya proses dan area yang diaudit, termasuk hasil audit sebelumnya.
Kriteria, lingkup, frekuensi dan metode audit harus ditetapkan. Pemilihan auditor dan
pelaksanaan audit harus memastikan keobjektifan dan ketidak berpihakan proses
audit. Auditor tidak boleh mengaudit pekerjaan mereka sendiri.
Tanggung jawab dan persyaratan untuk perencanaan pelaksanaan audit, pelaporan
hasil dan pemeliharaan rekaman harus ditetapkan dalam prosedur yang
terdokumentasi.
3.8.1 Pelatihan Audit Mutu Internal
Pelatihan audit mutu internal ditujukan bagi tim audit mutu internal yang
merupakan personil yang telah dilatih mengenai pelaksanaan SMM ISO
9001:2000. Pelatihan bertujuan untuk dapat memberikan pemahaman
mengenai :
 Penjelasan audit mutu internal yang sesuai dengan SMM ISO 9001:2000
dan ISO 19011:2002
 Cara dan metode melakukan audit mutu internal
 Pendelegasian tugas dan tanggung jawab koordinator tim audit dan
auditor

3-22
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

 Cara menyusun jadwal audit, rencana audit dan pembuatan check list
audit.
 Cara melakukan pelaporan audit mutu internal
 Simulasi pelaksanaan audit mutu internal

3.8.2 Pelaksanaan audit mutu internal


Sebelum melakukan audit mutu internal (AMI) dipastikan bahwa seluruh
dokumen sistem mutu telah dibuat dan diterapkan. Pelaksanaan audit mutu
internal dilakukan berdasarkan jadwal dan rencana audit yang dibuat
sebelumnya.
Setelah melakukan audit mutu internal. Tim audit harus membuat laporan
hasil auditnya itu sebagai bahan kontrol penerapan SMM ISO 9001:2000 di
Badan Usaha yang disampaikan kepada WM untuk dilaporkan kepada
Direksi.

3.8.3 Tindakan Koreksi Audit Internal


Setelah selesai melaksanakan audit mutu internal, Direksi Badan Usaha
bersama-sama Tim Audit Mutu Internal dan Wakil Manajemen (WM) akan
melakukan kajian terhadap hasil pelaksanaan audit mutu internal. Tujuannya
untuk melakukan perencanaan tindakan perbaikan terhadap hasil temuan
audit dan menentukan tindakan-tindakan yang efektif dan efisien dalam
menyelesaikan temuan audit mutu internal masing-masing bagian.

3.9 Tinjauan Manajemen


Badan Usaha harus melakukan tinjauan manajemen untuk memastikan
pelaksanaan SMM berjalan dengan efektif. Hal-hal yang menjadikan masukan
dalam pelaksanaan tinjauan manajemen ini adalah seperti berikut :
 Hasil audit
 Feed back dari pelanggan
 Kinerja dari proses dan produk
 Status tindakan koreksi dan pencegahan
 Tindak lanjut dari tinjauan manajemen sebelumnya
 Perubahan-perubahan terencana yang dapat berakibat terhadap SMM
 Rekomendasi untuk perbaikan

3-23
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Dalam pelaksanaan tinjauan manajemen harus diputuskan perbaikan terhadap


efektivitas pelaksanaan SMM dan proses-proses, perbaikan Badan Usaha yang
diberikan kepada pelanggan serta kebutuhan sumber daya yang diperlukan.

3.10 Sertifikasi ISO 9001:2000


3.10.1 Memilih Lembaga Sertifikat
Perlu diketauhi bahwa sistem akreditasi dan sertifikasi ISO 9001 merupakan
pengakuan atas konsistensi standar sistem manajemen mutu ISO
9001:2000. Tanggung jawab dan wewenang pemberian akreditasi dan
sertifikasi secara internasional dilakukan oleh suatu badan dunia yaitu
International Accreditation Forrum (IAF). IAF merupakan badan dunia
federasi badan akreditasi nasional lebih dari 30 negara di dunia, diantaranya
KAN (Indonesia) menjadi anggotanya. Di tingkat regional Asia Pasifik
terdapat pula federasi badan akreditasi yaitu Pasific Accreditation
Corporation (PAC) yang anggotanya antara lain CNAB (China), CNACR
(China), DSM (Malaysia), JAB (Jepang), KAN (Indonesia), JAS-ANZ
(Australia-Selandia Baru), KAB (Korea Selatan), SAC (Singapura), SCC
(Kanada) dan NAC (Thailand).
Badan akreditasi di Indonesia adalah Komite Akreditasi Nasional (KAN) yang
mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan sistem
akreditasi dan sertifikasi di negara Republik Indonesia. Tugasnya adalah
memberikan akreditasi kepada semua lembaga sertifikasi dan laboratorium
uji yang telah lulus asesmen sesuai persyaratan standar di seluruh wilayah
Indonesia.
Sistem akreditasi KAN telah diakui oleh IAF dan PAC, karena telah dilakukan
peninjauan terhadap pemenuhan kesesuaian sistem yang diterapkan oleh
KAN. KAN telah menandatangani nota perjanjian IAF dan PAC. Sesuai
ketentuan World Trade Organization (WHO) bahwa negara-negara yang
menyepakati perdagangan bebas harus menandatangani nota perjanjian
saling pengakuan terhadap penggunaan standar-standar internasional
termasuk ketentuan-ketentuannya.
Untuk memenuhi maksud tersebut, KAN telah menandatangani nota
perjanjian saling pengakuan sebagai anggota IAF dan PAC untuk sistem
manajemen mutu (membe of IAD and PAC multilateral recognation
agreement for Quality Management System) pada Agustus 2000.

3-24
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Dalam nota yang tertuang dalam perjanjian saling pengakuan tersebut


dikatakan, bahwa sertifikat yang diterbitkan oleh lembaga sertifkasi yang
terkreditasi oleh badan akreditasi anggota IAF dan PAC adalah akivalen dan
diakui di semua negara anggota.
Oleh karena itu, para pelaku bisnis di Indonesia tidak perlu kawatir untuk
memilih lembaga sertifikasi nasional, sertifikat yang diterbitkan sudah diakui
secara internasional. Terutama bagi para pelaku industri jasa konstruksi
yang pasarnya hanya di dalam negeri, tentu lebih baik menggunakan
lembaga sertifikasi nasional sebagai nasionalis yang bangga dengan
kemampuan bangsanya sendiri.
Untuk memilih lembaga sertifikasi sistem manajemen mutu (SMM),
parameter yang harus diketahui adalah, bahwa manajemen dan
pengoperasiannya lembaga sertifikasi harus memenuhi ketentuan-ketentuan
yang diatur dalam standar internasional aramete lembaga sertifikasi yang
harus diperhatikan dijelaskan sebagai berikut :
1. Lembaga sertifikasi harus imparsial yaitu harus terbuka terhadap semua
kepentingan dan lembaga bukan merupakan bagian kepentingan pihak
tertentu, misalnya kepentingan partai tertentu atau bisnis tertentu yang
menyebabkan bagian kepentingannya.
2. Lembaga sertifikasi harus memiliki tanggungjawab atas keseluruhan
proses sertifikasi dan memberikan jaminan, bahwa implementasi sistem
manajemen mutu benar-benar dilaksanakan oleh kliennya, maka
lembaga sertifikasi harus turut menyelesaikan permasalaan yang terkait
dengan klien tersebut.
3. Lembaga sertifikasi harus mempunyai manajemen yang profesional.
Semua personil yang terlibat dalam lembaga sertifikasi harus memiliki
kompetensi dan keterampilan untuk mengelola dan mengoperasikan
sistem lembaga sertifikasi. Para auditor harus terampil melakukan audit
secara langsung dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan bisnis
yang diaudit. Auditor yang mengaudit industri jasa konstruksi harus
mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang jasa konstruksi.
4. Lembaga sertifikasi harus memiliki legalitas hukum, tentunya lembaga
sertifikasi yang beroperasi di Indonesia harus berbadan hukum mengikuti
peraturan hukum di Indonesia. Lembaga sertifikasi yang beroperasi di
wilayah Indonesia harus mendapatkan pengawasan dari instansi
pemerintah yang berwewenang.

3-25
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

5. Lembaga sertifikasi maupun personilnya harus independen, personil


yang melaksanakan proses audit yang menentukan keputusan sertifikasi
harus terpisah. Tim audit yang memeriksa penerapan sistem manajemen
mutu di Badan Usaha hanya memberikan rekomendasi dan tidak diberi
kewenangan memutuskan lulus sertifikat. Keputusan lulus tidaknya suatu
badan usaha memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 dilakukan oleh Tim
tersendiri.
6. Lembaga sertifikat maupun personilnya harus menjaga kerahasian
Badan Usaha yang menjadi kliennya. Setiap personil, baik staf maupun
para auditor yang terkait harus mematuhi kode etik yang telah
ditandatangani.
7. Lembaga sertifikat harus menerapkan sistem manajemen mutu sesuai
standar internasional yang relevan dengan membuat dokumen manual
mutu, prosedur dan seterusnya berdasarkan standar untuk lembaga
sertifikasi sistem mutu.
8. Lembaga sertifikasi harus diakreditasi secara resmi oleh badan akreditasi
yang berwewenang di setiap negara. Sesuai Nota Perjanjian saling
pengakuran IAF dan PAC lembaga sertifikasi sertifikasi yang beroperasi
di Indonesia harus diakreditasi oleh KAN
Hal ini perlu diwaspadai, kita sebagai bangsa yang besar harus bangga
dengan kemampuan bangsa sendiri dan harus cinta terhadap produk negeri
sendiri.
Badan akreditasi akan memberikan izin kepada lembaga sertifikasi untuk
melaksanakan asesmen dan sertifikasi berdasarkan ruang lingkup akreditasi
yang ditetapkan sesuai kemampuan dan kompetensi para auditor yang ada
di lembaga sertifikat tersebut.
Latar belakang pengalaman auditor sangat mempengaruhi hasil audit,
apabila auditor tidak memiliki latar belakang pengalaman dan kompetensi
yang sesuai dengan proses bisnis Badan Usaha yang diaudit, maka hasil
audit tidak mempunyai bobot dan bagi Badan Usaha yang bersangkutan
tidak akan memperoleh manfaat atas penerapan sistem manajemen pada
Badan Usaha itu sendiri. Bagi Badan Usaha jasa konstruksi hendaknya
memilih lembaga sertifikasi yang memiliki ruang lingkup akreditasi bidang
konstruksi dan meminta auditor yang ditugasi mengerti dan mempunyai latar
belakang di bidang jasa konstruksi.

3-26
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

3.10.2 Proses Sertifikasi


Badan Usaha yang ingin mendapatkan sertifikasi ISO 9001 harus
mempelajari prosedur dan tata cara yang diatur oleh lembaga sertifikasi.
Selama membangun sistem manajemen mutu Badan Usaha harus sudah
membuat program dan mengatur jadual sertifikasi sesuai kemampuan Badan
Usaha.
Tahapan-tahapan dalam program sertifikasi meliputi :
1. Mengajukan permohonan ke lembaga sertifikat sistem mutu
2. Audit dokumen sistem mutu (adequacy audit)
3. Pre-assessment (apabila diperlukan)
4. intial assessment
5. Keputusan sertifikat
6. Penyerahan sertifikat
7. Survaillen setiap 6 bulan
Tujuan survailen adalah untuk membuktikan bahwa penerapan sistem
manajemen mutu telah dilakukan secara berkesinambungan, disamping itu
dapat dilakukan peninjauan terhadap implikasi perubahan-perubahan yang
dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu pada Badan Usaha untuk
memastikan, bahwa semua persyaratan telah dipenuhi dengan baik. Untuk
mendapatkan gambaran yang optimal terhadap kesesuaian penerapan
system manajemen mutu, maka survailen dilakukan setiap 6 bulan.
Periode waktu 6 bulan adalah yang efektif untuk membuktikan kesesuaian
penerapan sistem manajemen mutu. Apabila ditetapkan audit periode 1
tahun pada umumnya kondisi penerapan sistem manajemen mutu. Apabila
ditetapkan audit periode 1 tahun pada umumnya kondisi penerapan sistem
manajemen mutu tidak konsisten dan tidak terjadi perbaikan yang
berkelanjutan pada Badan Usaha yang bersangkutan.
Periode waktu 6 bulan adalah waktu yang efektif untuk menyaksikan
penerapan sistem manajemen mutu, kalau kurang dari 3 bulan menjadikan
audit terlalu menyibukkan dan menyebabkan hanya mengurusi dokumen
sistem mutu saja tanpa melakukan pekerjaan inti.

3-27
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB IV
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

4.1 Umum
Badan Usaha yang telah membangun sistem manajemen mutu dan menyelesaikan
dokumen sistem manajemen mutu, maka tahapan selanjutnya adalah menerapkan
perangkat sistem manajemen tersebut.
Badan Usaha harus mempertimbangkan prinsip-prinsip manajemen mutu, atas dasar
prinsip tersebut hendaknya mampu memperagakan kepemimpinan untuk :
a. Memahami kebutuhan dan harapan pelanggan sesuai kondisi sekarang dan yang
akan datang termasuk melaksanakan persyaratan yang ada.
b. Mempromosikan kebijakan mutu dan sasaran mutu untuk meningkatkan kesadaran,
motivasi dan pelibatan karyawan dalam Badan Usaha.
c. Menetapkan perbaikan berkesinambungan sebagai upaya peningkatan kinerja.
d. Merencanakan dan mengelola perubahan berdasarkan penerapan sistem
manajemen mutu.
e. Menyusun dan mengkomunikasikan kerangka kerja untuk mencapai kepuasan
pihak yang berkepentingan.

Direksi harus memastikan proses operasi sebagai jaringan yang efektif dan efisien dan
menganalisis serta mengoptimalkan interaksi proses realisasi produk dan proses
pendukung.
Pertimbangan diberikan untuk :
- Memastikan bahwa urutan dan interaksi proses di desain untuk pencapaian
hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien.
- Memastikan masukan (input), kegiatan dan keluaran (output) proses ditentukan
secara jelas dan terkendali.
- Memantua masukan dan keluaran untuk memverifikasi masing-masing proses
saling berkaitan dan beropersi secara efektif dan efisien.
- Mengidentifikasi pelaksana proses dan memberikan tanggungjawab serta
wewenang kepada manajemen dan personil yang terkait dengan sistem
manajemen mutu.
- Mengelola tiap proses untuk mencapai sasaran
- Kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan

4-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

4.2 Manual mutu


Badan Usaha yang menerapkan sistem manajemen mutu harus menetapkan,
menerapkan dan memlihara dokomen manual mutu yang selanjutnya dijadikan sebagai
panduan penerapan sistem manajemen mutu.

4.2.1 Visi dan Misi


Visi adalah harapan yang akan dicapai oleh Badan Usaha pada masa yang
akan datang disesuaikan dengan kemampuan dan sumber daya yang ada, dan
Misi adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh Badan Usaha dalam upaya
pencapaian visi yang diharapkan.
4.2.2 Kebijakan Mutu
Suatu pernyataan terdokumentasi yang ditetapkan oleh Direksi dalam rangka
penerapan sistem manajemen mutu dan dibuat sebagai suatu slogan untuk
selalu mengingatkan dan memelihara konsistensi penerapan sistem
manajemen mutu dan selalu berupaya melakukan perbaikan kinerja yang
berintikan :
a. Sebagai komitmen untuk memenuhi persyaratan dan upaya memperbaiki
keefektifan sistem manajemen mutu.
b. Sebagai kerangka dalam menetapkan dan mencapai sasaran mutu
c. Dipahami dan selalu ditinjau agar sesuai faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam menentukan sisitem manajemen mutu seperti berikut :
d. Komitmen terhadap pencapai mutu produk produk . jasa
e. Komitmen untuk menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000.
f. Komitmen untuk mencapai kepuasan pelanggan
g. Komitmen untuk meningkatkan kemampuan Badan Usaha secara
berkelanjutan.
h. Komitmen untuk mentaati peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku.

4.2.3 Sasaran Mutu


Sasaran Mutu merupakan persyaratan untuk menilai kinerja sistem manajemen
mutu secara keseluruhan untuk mempermudah mengukur dan memonitor
kinerja masing-masing unit untuk dapat mengambil tindakan yang efektif
menuju perbaikan yang berkelanjutan.
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam membuat sasaran mutu adalah :
- Sederhana dan mudah dimengerti
- Dapat diaplikasikan sesuai dengan kemampuan

4-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

- Alasan yang jelas diterapkannya sasaran


- Waktu pencapaian jelas / ditentukan.
4.2.4 Peta Proses Bisnis
Upaya menggambarkan pendekatan proses untuk menetapkan urutan dan
interaksi proses-proses yang berlangsung di Badan Usaha sebagai ketentuan
persyaratan sistem manajemen mutu. Landasan awal langkah-langkah bisnis
jasa konstruksi merupakan persyaratan pengguna jasa yang dituangkan dalam
dokumen KAK (kerangka acuan kerja) spesifikasi teknis dan kontrak kerja
pelaksanaan proyek konstruksi.
Pada gambar berikut tampak diagram rangkaian proses bisnis jasa konstruksi :
P
E
R K
Pengelolaan Pengelolaan Penyediaan
S E
Finansial SDM Peralatan
P
Y
U
A
A
R
S
A
A
T
N
A Pelaksanaan Persiapan
Informasi Penyerahan
N Prakualifikasi Tender
Proyek Proyek Proyek Produk P
E
P
L
E
A
L
N
A
G
N
G
G Pengadaan Pembinaan
G SMM A
Tenaga Ahli Subkonsultan N
A
N

4.3 Dokumentasi Berdasarkan Interaksi Proses Bisnis Badan Usaha


Dari peta bisnis dapat ditentukan jenis proses yang memerlukan dokumen yang
mengatur tahapan-tahapan pekerjaan tersebut.
Kebutuhan dokumen prosedur dan instruksi kerja Badan Usaha harus diperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
a. Besar-kecil suatu Badan Usaha dan level kebutuhannya
Pertimbangan perlu atau tidaknya ada prosedur dan instruksi kerja
b. Kompleksitas proses
Harus dipertimbangkan adanya prosedur yang mengatur tahapan proses yamg
memiliki level kerumitan yang tinggi atau banyak persyaratan yang harus dipenuhi.
c. Kompetensi karyawan
Apabila pekerjaan memerlukan persyaratan kompetensi dan keterampilan
karyawan, maka dibuatkan dokumen prosedur atau instruksi kerja yang sesuai agar
karyawan baru dapat segera beradaptasi prosedur dan aturan pekerjaan tersebut.

4-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

4.3.1 Pengendalian Dokumen


Dokumen yang ditetapkan dan digunakan dalam penerapan sistem
manajemen mutu harus dikendalikan dan untuk mengatur pengendalian
semua dokumen yang terkait harus ditetapkan prosedur pengendalian
dokumen.
4.3.2 Pengendalian Rekaman
Dokumen bukti kesesuaian terhadap persyarata dan penerapan sistem
manajemen yang efektif untuk keperluan identifikasi, penyimpanan,
perlindungan, masa simpan.

4.4 Tanggung Jawab Manajemen


Tanggung jawab manajemen merupakan persyaratan yang harus dilakukan oleh
Direksi Badan Usaha. Persyaratan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 lebih
bersifat top down, prakarsa dan komitmen terhadap penerapan sistem manajemen
mutu harus ditetapkan oleh Direksi .
a. Menetapkan komitmen yang harus dipahami oleh semua karyawan terhadap sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000 yang diterapkan oleh Badan Usaha.
b. Memastikan persyaratan pelanggan selalu dipenuhi
c. Menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu yang telah dipahami oleh karyawan
d. Menetapkan struktur organisasi Badan Usaha termasuk tanggung jawab dan
wewenang masing-masing fungsi pada Badan Usaha.
e. Menunjuk seorang wakil manajemen yang memiliki tugas dan wewenang untuk
memastikan sistem manajemen mutu telah diterapkan.
f. Menjamin terjadinya komunikasi internal untuk meningkatkan keefektifan sistem
manajemen mutu Badan Usaha.
g. Menyelenggarakan rapat manajemen untuk meninjau keefektifan penerapan sistem
manajemen mutu yang dilaksanakan secara periodik.

4.5 Manajemen Sumber Daya


Sumber daya penting bagi penerapan strategi pencapaian target penyelesaian proyek
dan proses pencapaian sasaran mutu proyek.
4.5.1 Pengelolaan Sumber Daya
Sumber daya sangat penting bagi penerapan sistem manajemen mutu dan
pencapaian sasaran mutu Badan Usaha. Penyediaan sumber daya yang efektif,
efisien dan tepat waktu dalam upaya penerapan sistem manajemen mutu yang
meliputi penyediaan tenaga, prasarana, lingkungan kerja, informasi, pemasok,
mitra dan keuangan.

4-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

4.5.2 Pengelolaan Sumber Daya Manusia dan Pelatihan


Upaya meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan perbaikan kinerja Badan
Usaha, dan personil yang melaksanakan pekerjaan yang mempengaruhi mutu
harus sudah diseleksi sesuai kompetensi.
4.5.3 Penyediaan Peralatan
Badan Usaha harus menetapkan, menyediakan dan memelihara prasarana
yang diperlukan untuk realisasi jasa konstruksi sambil mempertimbangkan
kebutuhan dan harapan pelanggan guna mencapai kesesuaian pada
persyaratan mutu jasa.
4.5.4 Pengelolaan Lingkungan
Badan Usaha harus menetapkan dan mengelola lingkungan kerja yang
diperlukan untuk mencapai kesuaian pada persyaratan produk/jasa yang
diminta. Kemampuan manajemen di lapangan menata seluruh material,
peralatan kerja, keselamatan dan kesehatan para pekerja dengan memasang
rambu-rambu peringatan dan pentingnya pemakaian K3, keamanan material
dan peralatan, menjaga lingkungan kerja dengan menghargai dan mematuhi
peraturan lingkungan yang berlaku selama pembangunan proyek.

4.6 Realisasi Pelaksanaan Proyek


Realisasi Pelaksanaan Proyek dapat diartikan sebagai penerapan dari proses bisnis,
baik untuk bisnis jasa pelaksana konstruksi maupun jasa konsultan konstruksi. Untuk
pekerjaan-pekerjaan proyek yang didanai oleh pemerintah mengacu pada Keppres 80
tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa bagi pemerintah. Dari urutan interaksi
proses bisnis jasa konstruksi harus dirujukan dengan ketentuan persyaratan standar
ISO 9001:2000 agar proses-proses tersebut secara keseluruhan dapat memenuhi
ketentuan persyaratan.
4.6.1 Informasi Proyek
Manajer proyek pada jasa pelaksana konstruksi atau Team Leader pada jasa
konsultan konstruksi harus mengelola dan menetapkan metoda untuk
mendapatkan informasi proyek yang paling efektif dilakukan pada Badan Usaha
untuk mendapatkan proyek-proyek yang diminati oleh Direksi dan pihak yang
berkepentingan lainnya. Proses mendapatkan informasi proyek merupakan
bagian dari proses marketing Badan Usaha, pihak yang terkait dengan
marketing tersebut harus dianalisis sedemikian rupa, sehingga Badan Usaha
memperoleh bentuk yang paling efektif untuk meraih pasar proyek jasa
konstruksi, baik pelaksanaan maupun perencanaan dan pengawasan.

4-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Menjadikan informasi proyek menjadi potensi perolehan proyek memerlukan


strategi tersendiri bagi Manajer Marketing dan memerlukan penanganan
dengan ciri-ciri tersendiri terhadap perilaku calon pengguna jasa. Hal ini mutlak
diperlukan untuk proses pengambilan keputusan didasarkan fakta-fakta yang
didapat dari pengalaman-pengalaman yang telah lalu. Proses mendapatkan
informasi proyek merupakan bagian sangat terkait untuk memenuhi persyaratan
proses berkaitan dengan pelanggan (7.2).

4.6.2 Prakualifikasi, Tender dan Kontrak


Rantai proses bisnis utama setelah mendapatkan informasi proyek yang
diminati adalah mengikuti proses prakualifikasi, tender dan kontrak pelaksanaan
proyek sebagaimana persyaratan mengikuti pelelangan proyek. Dalam Keppres
80 tahun 2003 tentang pengadaan barang dan jasa bagi pemerintah telah
adanya persyaratan prakualifikasi bagi pengadaan jasa konsultan dan pasca
kualifikasi bagi jasa pelaksana konstruksi. Ketentuan-ketentuan yang mengatur
proses prakualifikasi, tender dan kontrak untuk mendapatkan proyek tersebut
harus memenuhi persyaratan proses berkaitan dengan pelanggan (7.2)
diantaranya yaitu :
a. Menetapkan persyaratan yang dispesifikasikan oleh pengguna jasa,
biasanya dituangkan dalam kerangka acuan kerja (KAK) atau term of
reference (TOR) yang terdiri dari persyaratan administratif dan spesifikasi
teknis produk memenuhi standar tertentu, termasuk persyaratan kesediaan
waktu penyelesaian proyek.
b. Menetapkan persyaratan terkait lainnya yang mempengaruhi pelaksanaan
proyek, tetapi tidak tercantum dalam KAK atau TOR. Badan Usaha harus
menetapkan tambahan persyaratan tersebut agar pemenuhan kebutuhan
untuk penyelesaian proyek dapat ditetapkan dalam kontrak.
c. Menetapkan persyaratan yang terkait dengan peraturan dan perundangan
yang dapat mempengaruhi pelaksanaan proyek, diantaranya peraturan jam
kerja proyek, retribusi daerah yang dapat mempengaruhi harga material dan
peraturan-peraturan lainnya sesuai kondisi daerah setempat.
d. Menetapkan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Usaha
secara internal, misalnya kriteria pengadaan tenaga ahli dan tenaga
terampil, persyaratan administratif yang terkait dengan peraturan internal
Badan Usaha.
Kesemua persyaratan diatas harus ditetapkan dan dikaji ulang terhadap
kemampuan Badan Usaha untuk memenangkan tender dan mampu

4-6
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

melaksanakan proyek hingga selesai memenuhi semua persyaratan tersebut,


sebelum Direksi Badan Usaha menandatangani kontrak.
Apabila terjadi perbedaan intepretasi persyaratan kontrak harus dijelaskan
dengan pengguna jasa dan apabila dikemudian hari terjadi perubahan-
perubahan persyaratan spesifikasi teknis produk, baik yang diminta oleh
pengguna jasa maupun karena hal lain, maka badan usaha harus
mengantisipasi kejadian tersebut dengan melakukan kesepakatan yang harus
dituangkan dalam kontrak.

4.6.3 Rencana Mutu Kontrak


Rencana mutu kontrak harus disiapkan sesuai dengan persyaratan dan
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan pengguna jasa selaras dengan sistem
dokumentasi untuk memenuhi persyaratan SMM. RMK sekurang-kurangnya
harus memuat informasi proyek, metoda kerja proyek, jadual penyediaan
sumber daya keuangan dan sebagainya. RMK harus didukung oleh dokumen
sistem manajemen mutu proyek yang cukup dan harus disimpan serta mudah
diperoleh jika diperlukan. Persyaratan RMK di setiap proyek harus sinkron
dengan kegiatan pelaksanaan proyek nantinya. Apabila terjadi ketidak sesuaian
proses yang telah ditetapkan dalam RMK, maka dikemudian hari harus adanya
tindakan perbaikan (revisi) RMK tersebut.
Mengawali pelaksanaan proyek, Badan Usaha harus membuat RMK yang
konsisten dengan proses kerja pelaksanaan proyek. Persyaratan SMM
mencakup Rencana Mutu Kontrak yaitu klausul Perencanaan Realisasi Produk
(7.1).
Rencana mutu kontrak mencakup :
a. Informasi proyek sasaran mutu proyek, peta lokasi proyek, organisasi
pelaksanaan proyek
b. Metoda kerja proyek, persyaratan mutu produk, diagram alir proses proyek,
jadual pelaksanaan, jadual pengadaan tenaga, jadual pengadaan peralatan,
jadwal penerimaan material, daftar prosedur dan instruksi kerja
c. Kegiatan verifikasi, uji dan test karekteristik keberterimaan produk, jadual
tes dan inspeksi.
d. Sumber daya yang diperlukan untuk mendukung kelancaran proyek seperti
halnya : rencana penyediaan keuangan dalam bentuk rencana arus kas
(cash flow), perencanaan sumber daya manusia (tenaga ahli), perencanaan
sumber daya peralatan dan sebagainya.

4-7
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB V
PENGENDALIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU

Pengendalian merupakan bagian yang utama, agar proyek dapat diselesaikan dengan
mutu yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai rencana.
5.1 Proses Pengadaan
Proses pengadaan tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan proyek jasa
konstruksi sebagai kontribusi yang saling menguntungkan antara pihak pemasok
dengan Badan Usaha yang melaksanakan proyek.
Persyaratan standar yang harus diperhatikan adalah klausul proses pengadaan,
informasi pengadaan dan verifikasi produk yang diadakan.
Ada beberapa jenis proses pengadaan jasa konstruksi khususnya jasa pelaksana
konstruksi yaitu :
1. Pengadaan jasa sub kontraktor, pemasok yang mampu mengerjakan sebagian
atau yang sama dengan pekerjaan main kontraktor atau pekerjaan lain yang
tidak dapat dikerjakan oleh kontraktor utama.
2. Pengadaan material (supplier) adalah pemasok yang mampu mengadakan
(mensuplai) satu atau beberapa jenis material atau peralatan yang diperlukan
dalam pelaksanaan proyek pengadaan peralatan sewa dapat digolongkan
termasuk dalam jenis ini.
3. Penyedia tenaga kerja (mandor), pemasok yang mampu mengadakan beberapa
orang terampil maupun non terampil yang diperlukan bagi pelaksanaan proyek
Badan usaha harus mengatur semua kebutuhan pengadaan tersebut dan harus
mengevaluasi dan menyeleksi terlebih dahulu pemasok atas dasar kemampuan
untuk memasok sesuai kriteria seleksi, evaluasi dan evaluasi ulang yang telah
ditetapkan. Dengan demikian pemasok yang digunakan selama pelaksanaan proyek
harus dijamin kemampuannya. Melaksanakan seleksi pemasok harus konsisten
sesuai kriteria yang telah ditetapkan dan pemasok yang lolos seleksi harus dicatat
dalam daftar pemasok terseleksi yang meliputi :
1. Untuk jasa sub kontrator  daftar sub kontraktor terseleksi
2. Untuk jasa material  daftar pemasok material terseleksi
3. Untuk penyedia tenaga  daftar mandor terseleksi
Penugasan kepada pemasok harus didasarkan daftar pemasok terseleksi dan
setelah penugasan harus dievaluasi ulang kinerjanya.
Manajer logistik dan atau manajer proyek harus memastikan bahwa proses
pengadaan sesuai dengan spesifikasi teknis dan kontrak. Proses pengadaan

5-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

pemasok meliputi pemasok jasa sub konsultan/ sub kontraktor, pemasok material
dan penyedia tenaga kerja.
Untuk jasa konsultan perencana atau pengawas maka harus disesuaikan dengan
kondisi dan tahapannya.

5.2 Pelaksanaan Proyek


Pelaksanaan proyek didasarkan pada seluruh perencanaan dan dokumentasi yang
telah dipersiapkan oleh Kepala Proyek dan atau manajemen. Sedangkan bagi
konsultan konstruksi disiapkan oleh team leader dan atau manajemen yang
mengatur pelaksanaan proyek konsultan.
Kepala atau team leader proyek hendaknya memastikan validasi peragaan produk
bahwa mereka memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dan pihak lain yang
berkepentingan. Kegiatan validasi mencakup pemodelan, simulasi dan percobaan,
serta tinjauan yang melibatkan pelanggan (owner) atau pihak yang lain yang
berkepentingan.
Hal-hal yang dipertimbangkan hendaknya mencakup :
 Kebijakan dan sasaran mutu Badan Usaha serta proyek
 Kemampuan atau kualifikasi peralatan proyek
 Kondisi operasi bagi proyek
 Penggunaan atau aplikasi pelaksanaan proyek
 Pembongkaran atas pekerjaan yang tidak sesuai
 Dampak lingkungan dari pelaksanaan proyek
 Dampak pemakaian sumber daya alam termasuk bahan dan energi di
lingkungan proyek
Validasi proses hendaknya dilakukan pada selang waktu yang sesuai untuk
memastikan reaksi tepat waktu pada perubahan yang berdampak terhadap proses.
Pada validasi proses fokus perhatian pada :
 Untuk proyek bernilai tinggi dan kritis bagi keselamatan
 Bila ketidaksempurnaan pada pelaksanaan proyek hanya akan nyata pada uji
fungsi
 Yang tidak dapat diperbaiki
 Bila verifikasi hasil pelaksanaan proyek tidak mungkin dilakukan

5-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

5.3 Pengendalian Proyek


Pengendalian proyek merupakan bagian yang utama agar proyek dapat
diselesaikan dengan waktu yang tepat, biaya yang kompetitif dengan mutu yang
dapat dipertanggung jawabkan memenuhi persyaratan pelanggan. Tentunya Direksi
Badan Usaha harus mendapat keuntungan yang optimal dalam pelaksanaan proyek
tersebut.
Badan Usaha harus memiliki mekanisme pengendalian yang efektif hingga level
proyek. Tanpa adanya mekanisme pengendalian yang efektif hingga level proyek.
Tanpa adanya mekanisme pengendalian yang baik, maka Badan Usaha tidak akan
sehat dalam menjalankan proses bisnisnya.
Proses pengendalian produksi dan penyediaan jasa merupakan persyaratan standar
dikatakan bahwa keadaan terkendali harus mencakup :
 Uraian karekteristik produk
 Prosedur dan instruksi kerja
 Penggunaan peralatan yang sesuai
 Peralatan ukur yang dikalibrasi
 Pelaksanaan pengukuran dan pemantauan
 Penyerahan dan pemeliharaan proyek

5.4 Penyerahan Proyek


Penyerahan proyek dilakukan setelah mengevaluasi semua rekaman terutama yang
sangat berpengaruh pada mutu proyek dan tinjauan lapangan untuk mengevaluasi
kondisi fisik. Setelah kedua belah pihak menyetujui, maka dibuat Berita Acara
penyerahan. Penyerahan dapat dilakukan secara 2 (dua) tahap yaitu penyerahan
perama, dilanjutkan masa pemeliharaan, penyerahan tahap kedua.
Apabila proyek telah selesai 10% msks Badan Usaha harus mengajukan usulan
penyerahan tertulis hasil proyek tersebut untuk diserahkan kepada pengguna jasa.
Atas usulan tersebut pengguna jasa akan melakukan penilaian atas hasil kerjanya.
Badan Usaha masih berkewajiban untuk memelihara dan melakukan tindakan
perbaikan apabila terjadi produk cacat yang ditemukan oleh pihak pengguna jasa
atau pihak Badan Usaha.
Badan Usaha harus memelihara hasil pekerjaannya selama masa yang ditetapkan
dalam kontrak sehingga kondisinya tetap seperti pada saat penyerahan pekerjaan.
Masa pemeliharaan antara 3-6 bulan.

5-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Badan Usaha harus melakukan validasi proses produksi. Apabila diveririfikasi


tahapan produksi tidak dapat dilakukan, maka validasi harus dapat menampilkan
kemampuan proses tersebut.

5.5 Kalibrasi alat ukur


Akurasi hasil pengukuran di lapangan merupakan data faktual untuk pengambilan
keputusan. Untuk memperoleh data akurat, alat ukur yang dipakai harus dikalibrasi
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Pada alat ukur umumnya tercantum label
kalibrasi yang menyatakan masa berlakunya kalibrasi. Jika masa kalibrasi telah
kadaluarsa, maka harus dikalibrasi ulang, karena sangat mempengaruhi hasil
pengukuran.
Apabila diperlukan untuk memastikan keabsahan hasil ukur, alat ukur harus :
a. Dikalibrasi atau diverifikasi pada selang waktu tertentu atau sebelum dipakai
terhadap kalibrator yang telah di standarisasi ke standar pengukuran nasional
maupun internasional, bila kalibrator tidak ada dasar yang dipakai untuk
dikalibrasi atau verifikasi harus direkam.
b. Distel atau disetel ulang secukupnya
c. Diidentifikasi untuk memungkinkan status kalibrasinya ditetapkan
d. Dijaga dari penyetelan yang akan membuat hasil pengukurannya tidak sah.
e. Dilindungi dari kerusakan dan penurunan mutu selama penanganan, perawatan
dan penyimpanan
Badan Usaha harus memeriksa dan merekam (menyimpan) keabsahan hasil
pengukuran sebelumnya bila peralatan ditemukan tidak memenuhi persyaratan.
Badan Usaha harus melakukan tindakan yang sesuai pada peralatan dan produk
manapun yang terpengaruh. Rekaman hasil kalibrasi dan verifikasi harus dipelihara/
diarsipkan.
Dalam pelaksanaan proyek jasa konstruksi, hal yang penting adalah menetapkan
dimensi ukuran sebagaimana yang dipersyaratkan. Badan Usaha dalam hal ini harus
mengidentifikasi semua jenis pengukuran yang dilakukan selama pelaksanaan
proyek yaitu diantaranya :
 Pengukuran panjang
 Pengukuran sudut
 Pengukuran beda tinggi
 Pengukuran berat
 Pengukuran tekanan
 Pengukuran temperatur

5-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

5.6 Proses Desain dan Pengembangan (bagi Jasa Konsultansi Perencanaan)


Proses desain dan pengembangan menjadi persyaratan bagi Badan Usaha
mendapatkan proyek dengan lingkup layanan perencanaan pekerjaan konstruksi.
Sebagaimana yang telah diatur, bahwa lingkup layanan jasa perencanaan pekerjaan
konsruksi terdiri dari :
 Survei
 Perencanaan umum, studi makro dan studi mikro
 Studi kelayakan proyek, infra struktur irigasi, jalan dan jembatan, sanitasi, air
minum, kawasan pertambangan, kawasan industri dan produksi dan
sebagainya.
 Perencanaan teknik, operasi dan pemeliharaan
 Penelitian
Dalam menerapkan persyaratan standar ISO 9001:2000 Badan Usaha jasa
perencanan pekeraan konstruksi harus mengadopsi klausul desain dan
perencanaan secara utuh dan tidak dapat diusulkan pengesampingan.
Memenuhi kesesuaian semua persyaratan desain dan pengembangan tersebut
yaitu dengan pengembangan 7 unsur persyaratan yaitu :
 Perencanaan desain dan pengembangan
 Masukan desain dan pengembangan
 Keluaran desain dan pengembangan
 Tinjauan desain dan pengembangan
 Verifikasi desain dan pengembangan
 Validasi desain dan pengembangan
 Pengendalian perubahan desain dan pengembangan

5.7 Analisis dan Evaluasi Proyek


Data analisis monitoring kemajuan proyek penting untuk pengambilan keputusan
berdasarkan data fakta. Direksi hendaknya memastikan pengukuran, pengumpulan
dan validasi data yang efektif dan efisien untuk memastikan kinerja Badan Usaha
dan kepuasan pihak yang berkepentingan.
Kegiatan tersebut hendaknya mencakup tinjauan dari validitas dan tujuan
pengukuran serta pemakaian data untuk memastikan keperluan Badan Usaha.
Contoh pengukuran kinerja proses Badan Usaha mencakup :
 Pengukuran dan evaluasi produk (laporan, gambar dan laporan hasil
pengawasan)
 Kemampuan kinerja Badan Usaha

5-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

 Pencapaian sasaran proyek


 Kepuasan pelanggan (bohir) dan pihak lain yang berkepentingan
Badan Usaha hendaknya terus menerus memantau tindakan perbaikan kinerja dan
merekam implementasinya, karena dapat memberikan data untuk perbaikan di
kemudian hari.

5.8 Penanganan Produk Cacat


Badan Usaha harus memastikan bahwa produk cacat atau hasil produk yang tidak
sesuai dengan persyaratan kontrak perlu diidentifikasi dan dikendalikan untuk
mencegah penyerahan produk yang tidak dikehendaki. Prosedur terdokumentasi
untuk mengendalikan produk cacat harus ditetapkan :
Badan Usaha harus menangani hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan cara
sebagai berikut :
 Melakukan tindakan perbaikan untuk menghilangkan produk cacat yang
ditemukan
 Mengijinkan pemakaian, pelepasan atau penerimaan melalui konsensi melalui
kewenangan yang relevan dan jika perlu oleh bohir/ pelanggan
 Melakukan tindakan untuk mencegah pemakaian yang tidak disengaja
Rekaman produk cacat dan tindakanya termasuk konsensi harus disimpan. Apabila
produk cacat yang telah diperbaiki harus dilakukan verifikasi ulang untuk
memperlihatkan kesesuaian terhadap persyaratan kontrak.
Apabila produk cacat ditemukan setelah penyerahan atau setelah dipakai, maka
Badan Usaha harus melakukan tindakan yang tepat dan efektif untuk
mengidentifikasi produk cacat tersebut.

5.9 Pengendalian Proses


Pelaksanaan pekerjaan dimulai segera setelah site office selesai disiapkan dan ijin
dimulainya pekerjaan diterima. Pengendalian proses konstruksi berhubungan erat
dengan proses dimana mutu konstruksi termonitor, sehingga hasil akhir sesuai
dengan spesifikasi teknis kontrak.
Dalam hal ini maka acuannya adalah kalusul ISO 9001 berikut ini :
Elemen 4.9. Pengendalian Proses
Pemasok harus mengidentifikasikan dan merencanakan proses-proses produksi,
pemasangan dan pelayanan yang langsung mempengaruhi mutu dan harus
memastikan bahwa proses-proses ini telah dilaksanakan pada kondisi terkendali.

5-6
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Kondisi terkendali yang dimaksud mencakup :


1) Prosedur terdokumentasi yang menetapkan cara produksi, pemasangan dan
pelayanan (dimana ketiadaan prosedur dapat mempengaruhi mutu), kemudian
pemakaian alat produksi, pemasangan dan pelayanan, serta lingkungan kerja
yang sesuai, adalah memenuhi standard/prosedur dan quality plan.
2) Pemantauan dan pengendalian parameter proses dan karakteristik produk
selama berlangsungnya kegiatan produksi dan pemasangan.
3) Pengesahan proses dan peralatan jika dianggap layak.
4) Kriteria kecakapannya kerja, yang harus direncanakan dengan cara praktis dan
jelas (misal : standard tertulis, contoh yang representatif atau ilustrasi).
Seperti yang pada umumnya terjadi sebuah proyek memiliki beberapa sub-
kontraktor yang melaksanakan berbagai pekerjaan dibawah koordinasi main-
kontraktor.

Petugas lapangan dari main-kontraktor seperti Project Engineer dan pengawas


lapangan akan seringkali terlibat dengan aktif dalam melakukan supervisi dan
inspeksi atas pekerjaan baik yang dilaksanakan oleh main-kontraktor maupun sub-
kontraktor.

Prosedur yang mengatur siapa, kapan, dan bagaimana melaksanakan supervisi dan
inspeksi atas pekerjaan-pekerjaan tersebut harus sudah dimiliki oleh kontraktor.

Pada proyek-proyek konstruksi, type pekerjaan yang kegiatan supervisi dan


inspeksinya dilakukan oleh main-kontraktor meliputi : pekerjaan struktural,
arsitektural, M & E dan pekerjaan eksternal.

Pada kondisi normal maka Project Engineer dan Pengawas Utama bertanggung-
jawab langsung atas kemajuan dan mutu pekerjaan.

Setiap kasus yang berkaitan dengan cacat, miss informasi atau ketidak sesuaian
yang ter-identifikasi oleh main-kontraktor atau sub-kontraktor, apabila mungkin
diputuskan dan diselesaikan sebelum dimulainya bagian pekerjaan yang
bersangkutan. Beberapa kasus diselesaikan oleh Manajer Proyek, Manajer
Konstruksi dan level manajemen di kantor pusat bersama dengan konsultan
perencananya.

5-7
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Pengawas Lapangan melakukan supervisi atas pekerjaan yang dilaksanakan oleh


sub-kontraktor dan kemudian Project Engineer melakukan inspeksi atas pekerjaan
tersebut.
Kegiatan-kegiatan supervisi, pengawasan dan inspeksi ini dilakukan dengan
menggunakan daftar simak (check list) yang terantum di dalam Rencana Mutu
(Quality Plan) dan Prosedur serta Instruksi Kerja (work instruction) untuk masing-
masing jenis pekerjaan.

5.10 Supervisi Konstruksi, Inspeksi & Tes


Petugas proyek bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pada pekerjaan-
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Sub-kontraktor, maupun dikerjakan sendiri
(swakelola).
Agar supaya kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dengan efektive, kiranya sangat
penting bahwa pekerja-pekerja dari para sub-kontraktor yang terlibat dalam
pekerjaan ini mengetahui dan memahami apa-apa yang dipersyaratkan oleh
standard.
Suatu sub-kontraktor, misal untuk pekerjaan pemasangan keramik (tiling) akan
tergantung pada hasil inspeksi Project Engineer atau arsitek/pengawas pekerjaan
arsitektural atas pemasangan keramik dinding/lantai pada proyek tersebut yang
pertama kali diselesaikannya.
Supervisor akan memberitahukan pada sub-kontraktor tersebut akan cacat
(deficiencies) yang telah dibuatnya dalam pemasangan keramik tadi dikaitkan
dengan kriteria keberterimaan (acceptance criteria) yang disyaratkan oleh standard.

Hal ini akan menempatkan suatu benchmark mengenai standard mutu yang dapat
diterima dari pekerjaan pemasangan keramik (tiling work), untuk itu sub-kontraktor
melakukan upaya yang memadai untuk menyelesaikan / memperbaiki pekerjaan
yang cacat dan meningkatkan kinerjanya pada pekerjaan pemasangan berikutnya.
Standard ISO 9002 yang berkenaan dengan inspeksi dan tes adalah elemen (4.10)
Inspection & Testing dan (4.11) Inspection, Measuring & Test Equipment serta
(4.12) Inspection & Test Status.
Secara umum prosedur-prosedur tersebut meliputi :
 Receiving inspection & test
Contoh :
Pada pekerjaan structural, Project Engineer atau Pengawas Lapangan harus
mem – verifikasi bahwa besi beton, dan beton ready mix sesuai dan memenuhi

5-8
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

persyaratan melalui inspeksi & test yang benar sebelum mereka dipergunakan
didalam pekerjaan konstruksi.
 In – Process inspection & test
Contoh :
Meliputi pelaksanaan pekerjaan beton, seperti kegiatan-kegiatan verifikasi
bahwa kekuatan kubus
 Final inspection & test
Contoh :
Pada inspeksi akhir Project Engineer atau Pengawas lapangan harus konform
bahwa struktural elemen seperti balok,kolom,slab atau dinding benar-benar telah
memenuhi spesifikasi serta setiap pekerjaan arsitektural dan M & E dapat
dilaksanakan tanpa kesulitan.

Status dari suatu kegiatan inspeksi & tes yang dilakukan pada in-process atau
completed works harus ter-identifikasi dengan memadai dan benar, misalnya
dengan cara : membuat catatan yang didokumentasikan atau diberi stiker pada
peralatan yang telah di-kalibrasi dimana tercatat waktu dan masa berlaku
(validitas) kalibrasi dari peralatan tersebut.

Semua catatan inspeksi & tes harus di-dokumentasikan,disimpan dan dipelihara


untuk ebagai bukti bahwa seluruh pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan
telah melalui tahap inspeksi & tes dan dinyatakan diterima serta memenuhi
spesifikasi.

5.11 Pengendalian Produk Tidak Sesuai


Salah satu bentuk ketidaksesuaian yang sering dijumpai adalah ketidaksesuaian
pada produk atau layanan, baik produk antara maupun produk akhir. Adanya
ketidaksesuan sangat tidak dikehendaki oleh siapapn,hanya permasalahannya
criteria yang digunakan untuk menyatakan suatu produk sebagai sesuai atau tidak
sesuai itu kadang-kadang berbeda. Sehingga terjadi satu pihak menyatakan sebagai
tidak sesuai, sedangkan pihak lain menyatakan masih sesuai.
Apa makna sesungguhnya dari ketidaksesuaian atau non-conformity tersebut?
Menurut Standard ISO 9002, non-conformity diartikan sebagai : non-fulfilment of a
requirement (tidak terpenuhinya suatu persyaratan). Sedang requirement
(persyaratan) itu sendiri didefinisikan sebagai kebutuhan atau harapan yang
dinyatakan/berlaku.

5-9
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Jadi ketidaksesuaian (non-conformity) adalah : tidak dipenuhinya suatu kebutuhan


atau harapan,baik yang dinyatakan maupun yang lazimnya berlaku.

Untuk menyatakan suatu produk itu sesuai atau tidak sesuai,tentunya ada suatu
acuan atau tolok ukur yang berisikan persyaratan atau kesepakatan yang harus
dipenuhi.

Dalam Rencana Inspeksi dan Tes (Inspection and Test Plan) maka acuan atau tolok
ukur tersebut dinyatakan sebagai kriteria keberterimaan (acceptance criteria). Jadi
sebelum sesuatu dinyatakan sesuai atau tidak sesuai, ada suatu kegiatan
pembandingan antara kenyataan dengan kriteria,dimana kenyataan diperoleh dari
hasil inspeksi atau pengujian yang telah dilakukan.

Alur kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :


1) Ada persyaratan atau ketentuan yang harus dipenuhi
2) Ada kegiatan atau suatu proses pekerjaan untuk memenuhi persyaratan yang
telah disepakati
3) Ada inspeksi atau pengujian atau pengukuran untuk mengetahui hasil dari
kegiatan tersebut pada butir 2) diatas
4) Ada proses pembandingan antara kenyataan yang ada dengan persyaratan
atau ketentuan
5) Ada kesimpulan (hanya ada dua kemungkinan) : sesuai (OK) dan tidak sesuai
(alternatif tidak lanjut : dowa grade,use as it,repair,rework,dan atau reject )
6) Menyatakan kesimpulan tersebut untuk di dokumentasikan,walaupun hasilnya
tidak sesuai.
7) Jika kesimpulannya menyatakan tidak sesuai,maka perlu dilakukan tindak
lanjut (melakukan kembali kegiatan butir 5 s/d 6 sampai hasilnya sesuai )

Kadang kala kegiatan butir 3 s/d 6 tersebut perlu tenggang waktu,maka perlu
diputuskan apakah perlu dinyatakan sebagai hold point,dalam artian kegiatan
berikutnya harus menunggu hasil inspeksi dan pengujian yang menyatakan sudah
OK.

Masih seringkali dijumpai dalam pelaksanaan dilapangan bahwa kegiatan butir 4 s/d
6 belum dilaksanakan seperti yang seharusnya.

5-10
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Contoh :
Dalam pembelian besi beton persyaratannya adalah harus disertai dengan mill-
sheet (lembar hasil laboratorium tentang besi beton tersebut). Petuga penerima
barang hanya mengechek bahwa besi beton yang dikirim sudah disertai mill-sheet
(titik sampai disitu). Ini adalah suatu kesalahan besar karena butir 5, 6 atau 7 belum
dilakukan. Mill-sheet yang diterima bersamaan dengan pengiriman besi beton, baru
merupakan manifestasi butir 3 (inspeksi dan pengujian atas sifat-sifat besi beton
tersebut).
Yang masih harus dilakukan adalah butir 4 (membandingkan apakah hasil pengujian
yang dinyatakan dalam mill-sheet tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan dan disepakati.

Kemudian menyatakan hasilnya (butir 5) dengan OK atau tidak OK, dan


membubuhkan paraf pada lembar mill-sheet tersebut (butir 6). Baru lengkaplah
kegiatan inspeksi dan pengujian dilakukan.

Kegiatan butir 5 dan 6 inilah yang masih seringkali diabaikan. Pada umumnya baru
butir 1,2 dan 3 saja,bahkan masih ada dijumpai bahwa butir 1 (persyaratan atau
ketentuan yang harus dipenuhi) saja, tidak jelas atau bahkan tidak tahu,artinya tolok
ukurnya apa,pokoknya sesuai-sesuai dengan apa?

Kendati demikian proses pengukuran masih juga bisa menimbulkan kesalahan


(dalam batas-batas yang masih bisa diterima), maka dalam membandingkan (butir4)
tidak harus kaku dan perlu toleransi.
Kriteria keberterimaan dan toleransi merupakan dua hal yang saling
berkaitan,dimana kriteria keberterimaan merupakan suatu hal yang bersifat harus
bisa diukur sedangkan toleransi diberikan mengingat adanya “kesalahan” dalam
pengukuran,baik berupa bawaan dari alatnya, atau kesalahan yang dilakukan oleh
sipengukur (misal : paralaks,dsb)

Kriteria keberterimaan dan toleransi,biasanya diterapkan pada dua hal yaitu :


1) Hasil produk, baik yang diterima untuk digunakan dalam proses (input) maupun
yang dihasilkan (output) untuk diserahkan pada pelanggan atau untuk proses
berikutnya.
2) Parameter proses,guna menjamin tercapainya spesifikasi yang ditetapkan dari
hasil produksinya.

5-11
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Pada dasarnya toleransi adalah “kemudahan“ atau “kelonggaran” yang diberikan


oleh penentu spesifikasi teknis, untuk meng-akomodasi kemungkinan adanya :
1) Kesalahan dalam pengukuran,baik oleh karena peralatannya maupun
sipetugas pengukurnya
2) Tingkat kesulitan dalam pelaksanaan, dalam memperoleh hasil kerja yang
tepat
3) Kesulitan dalam pengendalian parameter suatu proses

Adalah hal yang sangat merugikan dan bahkan mempersulit diri sendiri jika tidak
mencantumkan toleransi pada kriteria keberterimaan.

Jika kriteria keberterimaan dinyatakan dengan angka,dan didahului dengan


keterangan “minimum” atau “maksimum” , maka tidak ada lagi toleransi alias
toleransi-nya NOL, kecuali bila mau dimasukkan kemungkinan kesalahan alat.

Jika kriteria keberterimaan dinyatakan dengan angka,dan tidak didahului dengan


keterangan “minimum” atau “maksimum”, maka perlu diklarifikasi berapa
toleransinya atau supaya menyebutkan toleransinya.

Bagaimana jika dispesifikasi teknik tidak dinyatakan toleransinya ?

Silahkan dicari pada standard,peraturan atau apapun yang diberlakukan,kalau


belum juga ditemui cobalah konsultasikan dengan konsultan pengawas atau bila
perlu minta kesepakatan pemberi tugas/konsultan pengawas.

5.12 Tindakan Koreksi Dan Pencegahan


Hakekat dari Tindakan Koreksi dan Pencegahan ini adalah :
1) Jika ditemukan adanya suatu penyimpangan atau ketidaksesuaian (baik sistem
maupun produk) maka harus dilakukan upaya untuk mengenali penyebabnya
2) Jika penyebabnya sudah diketahui maka harus dilakukan tindakan koreksi untuk
menghilangkan penyebab tersebut
3) Menggunakan informasi dan pengalaman yang dimiliki, diupayakan untuk
mengenali potensi penyebab penyimpangan atau ketidaksesuaian (yang telah
dan mungkin terjadi)
4) Kemudian dilakukan upaya untuk mencegah agar potensi tersebut tidak
meningkat menjadi terjadi betulan

5-12
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Semua itu untuk menghindari terjadinya penyimpangan atau ketidakssuaian yang


serupa, baik terjadi ditempat yang sama,oleh pelaku yang sama, maupun ditempat
lain, oleh pelaku yang lain. Kadangkala dilakukan tindakan koreksi/pencegahan itu
telah dilakukan, tetapi kemudian penyimpangan atau ketidaksesuaian tadi muncul
lagi, kalau tidak ditempat sama mungkin ditempat lain, atau kalau tidak oleh pelaku
yang sama mungkin oleh pelaku yang lain.

Indikasi ini menunjukkan bahwa tindakkan koreksi/pencegahan yang telah dilakukan


belum efektif.

Jika demikian maka ini berarti bahwa peran review atau tinjauan yang telah
dilakukan secara berkala,dalam wujud Rapat Tinjauan Manajemen (Management
Review) belum atau bahkan tidak efektif.

Berkenaan dengan tindakan koreksi dan tindakan pencegahan,ada beberapa istilah


yang kiranya perlu dipahami dengan baik, sebagai pra-syarat agar dapat dilakukan
tindakan yang sesuai dan efektif, sebagai berikut :
1) Akibat ketidaksesuain atau wujud ketidaksesuaian, yaitu fenomena atau gejala
yang teramati oleh kita, berupa penyimpangan atas sesuatu dari apa yang
diharapkan atau apa yang dipersyaratkan/diinginkan
2) Penyebab ketidaksesuaian, yaitu yang secara langsung mengakibatkan
ketidaksesuaian atau perbedaan dari apa yang diharapkan dengan apa yang
ditemui
3) Penyebab potensial dari ketidaksesuaian,yaitu sesuatu yang memiliki potensi
atau kecenderungan munculnya suatu penyebab,yang nanti bila hal itu
berlangsung, maka akan memicu terjadinya ketidaksesuaian

Dalam standard dinyatakan bahwa tujuan dari tindakan koreksi adalah menjaga
agar ketidaksesuaian tidak terjadi lagi, dimana langkah-langkah tindakkan tadi
sebagai berikut :
1) Identifikasi atas berbagai ketidaksesuaian termasuk keluhan pelanggan
2) Menemukan penyebab ketidaksesuaian
3) Evaluasi atas kebutuhan akan tindakkan untuk menjamin tidak berulangnya
kembali ketidaksesuaian
4) Pencatatan (record) atas tindakkan yang dilakukan

5-13
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

5) Peninjauan (review) bahwa tindakkan koreksi yang dilakukan adalah efektif dan
terdokumentasi (recorded)

Pengidentifikasian ini merupakan pengakuan akan adanya indikasi


ketidaksesuaian.Mengakui kesalahan yang dilakukan adalah suatu hal yang berat,
kecuali bagi yang sudah terlatih dan memiliki kesadaran yang tinggi. Mengabaikan
ketidaksesuaian kecil atau menganggap kecil ketidaksesuaian yang ditemui, akan
menghilangkan kepekaan akan ketidaksesuaian.

Melakukan kesalahan atau ketidaksesuaian itu manusiawi (to err is human), tetapi
tidak mengakui adanya kesalahan atau ketidaksesuaian itu suatu hal yang tidak
dapat dibenarkan.

Dengan adanya pengakuan yang dinyatakan secara tertulis pada Non-Conformance


record, maka dapat dilakukan kegiatan menemukan penyebab dari ketidaksesuaian.

Pengetahuan yan mendalam dan detail serta pengalaman dan perhatian (atensi)
yang sungguh-sungguh atas suatu proes/kegiatan dimana terjadi ketidaksesuaian
sangat mendukun upaya menemukan penyebab ini.

Jika penyebab ketidakssuaian yang didapatkan tidak akurat karena keterburu-


buruan atau pengamatan yang kurang cermat maka ketidakesuaian akan berulang
kembali.

Dengan mengetahui penyebab yang paling mungkin,maka dapat ditetapkan tindak


lanjut yang harus diambil guna menghilangkan atau paling tidak me-minimize
penyebab ketidaksesuaian tadi. Perencanaan tindak lanjut akan sangat menunjang
keberhasilan penerapannya.

5-14
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB VI
PEMELIHARAAN SISTEM MUTU

6.1 Umum
Pada umumnya suatu perusahaan memutuskan untuk menerapkan Sistem
Manajemen Mutu karena termotivasi oleh tujuan yang berikut ini :
a. Tujuan Internal :
Sistem Manajemen Mutu diharapkan dapat merampingkan operasional
perusahaan,meningkatkan efisiensi dan mengurangi pegeluaran.
b. Tujuan Eskternal :
Untuk mempromosikan kepada pelanggan bahwa perusahaan telah memilki
kemampuan memberikan produk / service yang memenuhi persyaratan dari
aspek delivery,pembiayaan dan mutu hasil kerja.

6.2 Pemeliharaan Sistem Mutu


Cara untuk memelihara (maintaining) efektifitas Sistem Manajemen Mutu adalah
melalui Audit Sistem Manajemen Mutu,dmana dalam memenuhi kebutuhan
pelanggannya dikenal sebagai :
a. First Party Audit
Audit ini juga dikenal sebagai Internal Quality Audit,yang diselenggarakan pada
internal perusahaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa Sistem
Manajemen Mutu dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus.
b. Second Party Audit
Suatu perusahaan yang berkeinginan untuk mendapatkan mutu produk yang
baik akan sangat peduli kepada performance dari sub-kontraktor /
pemasok.Audit ini dilakukan oleh perusahaan terhadap sub-kontraktor /
pemasok tersebut diatas.
Second party audit ini juga dikenal sebagai : Customer Audit
c. Third Party Audit
Audit yang dilaksanakan oleh Certification Body terhadap suatu perusahaan
dalam rangka setifikasi,misalnya Sertifikat ISO 9001.
Third party audit ini juga dikenal sebagai : Independent Audit

6-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

6.3 Audit Mutu Internal


Kegiatan ini dilaksanakan untuk menilai apakah manajemen mutu telah
dilaksanakan secara efektif dan konsisten sehingga hasil kerja-nya memenuhi
sistem mutu yang ditetapkan.

Pada akhir kegiatan audit ini akan diperoleh laporan yang berisikan
observation,bukti nyata (obvious evidence),dan elemen atau pasal yang berkenaan
(management Review).

6.4 Pelatihan (Training)


Untuk bisa memiliki pengetahuan dan keterampilan,maka diperlukan pendidikan dan
pelatihan yang memadai sesuai dengan kapasitas yang dimiliki dan tuntutan yang
dihadapi.Kadar kebutuhan akan pendidikan dan pelatihan bagi setiap orang tidaklah
sama dan sangat spesifik.

Hal ini sangat disadari oleh para penyusun ISO 9000,sehingga mereka
mensyaratkan perusahaan untuk melakukan analisis kebutuhan pelatihan (Training
Needs Assesement) bagi seluruh sumber daya manusia yang ada di perusahaan
tersebut,dan menyediakan fasilitas bagi terselenggaranya pendidikan dan pelatihan
tersebut.

Pelatihan tidaklah selalu harus dilakukan secara formal,dengan instruktur yang


berdiri didepan kelas,dihapan sejumlah peserta pelatihan yang duduk dengan tertib
dalam ruangan.

Banyak cara yang dapat dilakukan guna memberikan pelatihan,bahkan setiap


saatpun bisa dilakukan pelatihan bagi sejawat ataupun bagi sub-ordinate.

Memahami kebutuhan staf atau sub-ordinate akan pelatihan,bukanlah hal yang


mudah dan bisa ditentukan sesaat.Analisis kebutuhan pelatihan akan menjadi baik
dan bermanfaat apabila sang atasan melakukan pengamatan secara terus menerus
dalam kegiatan kerjanya sehari-hari,sehingga dapat merasakan apa kekurangan
yang ditemui dari bawahannya tersebut.
Dari membaca hasil laporan atau memperhatikan hasil kerja bawahan,maka sang
atasan akan menemukan kelebihan dan kekurangan dari anak buahnya.Kelebihan
yang dimiliki haruslah tetap dibina sehingga menjadi kekuatan yang dapat
diandalkan,sedang kekurangannya dapat diatasi dengan memberikan pendidikan
dan pelatihan yang diperlukan.

6-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Antara sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan,seseorang mustinya harus terjadi


perubahan.Jika tidak demikian maka perlu dipertanyakan,apakah ada sesuatu yang
salah,pada orangnya,atau pada pelatihannya.Jika ada peserta yang berubah dan
ada yang tidak,itu merupakan hal yang lazim.

Jika semua peserta pelatihan tidak mengalami perubahan yang positif,maka


pelatihannya (mungkin metodenya,instrukturnya,atau ada sebab yang lainnya) perlu
di-evaluasi lebih lanjut.

Evaluasi keberhasilan suatu pelatihan, sangatlah ditentukan oleh banyak hal, dan
pemilihan peserta yang sesuai merupakan awal yang baik bagi suatu pelatihan.

Sepulang mereka kembali ketempat tugasnya, disanalah “pelatihan” yang


sebenarnya baru dimulai, dimana semua yang diberikan selama pelatihan oleh para
instruktur, ibaratnya hanya sebagai kunci pembuka rahasia.

Seseorang yang baru selesai mengikuti pendidikan atau pelatihan, pada umumnya
memiliki semangat dan gairah yang tinggi untuk mencoba menerapkan berbagai hal
yang telah diperolehnya selama pendidikan / pelatihan. Semangat dan gairah
tersebut memerlukan wadah atau lahan untuk menerapkan dan mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan barunya tadi, jika tidak demikian maka dikhawatirkan
akan terjadi de-motivasi pada diri mereka.

Penanganan pasca pelatihan ( post training treatment ) tidaklah kalah penting


disbanding pelatihan itu sendiri, dimana memberikan pelatihan tanpa memberi
pelakuan post – training yang memadai, hanyalah merupakan penghamburan dana
dan energi saja.

6.5 Tinjauan Manajemen (Management Review)


Manajemen mengingatkan terpenuhinya tujuan mutu (Quality Objectives) melalui
penerapan Sistem Manajemen Mutu diseluruh jajaran perusahaan.Untuk itu Top
Manajemen harus melakuka review atas Sistem tersebut untuk meyakinkan bahwa
Sistem masih relevan dan di up-date sebagi operasional perusahaan.

Tinjauan Manajemen merupakan suatu evaluasi yang sistematis atas status &
kecukupan dari Sistem Manajemen Mutu termasuk Kebijakan Mutu-nya.Tetapi
bagaimanapun juga masih ada factor lain diluar Standard ISO 9001 yang harus
masuk pertimbangan pada Manajemen Review tersebut.Seperti misalnya quality

6-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

cost, yang sangat penting manakala seluruh jajaran perusahaan menerapkan


secara total Sistem Manajemen Mutu dan prinsip-prinsipnya.
a. Prosedur Manajemen Review
Pada Standard ISO 9001 versi 2000,lebih descriptif,seperti kutipan berikut.
Organisasi harus menerbitkan prosedur tingkat sistem untuk tujuan manajemen.
Manajemen Puncak pada setiap selang waktu yang ditetapkan harus meninjau
Sistem Manajemen Mutu untuk menjamin kesesuaian,kecukupan dan ke-
efektian yang berkelanjutan.
Tinjauan Manajemen tersebut harus meng-evaluasi berbagai kebutuhan akan
perubahan bagi sistem manajemen mutu organisasi,termasuk kebijakan mutu
dan sasaran mutu.
Tinjauan Manajemen tersebut harus meliputi tinjauan berkala atas kinerja saat
ini serta berbagai peluang peningkatan yang berkenaan dengan :
1) hasil dari Audit
2) umpan balik dari pelanggan
3) analisis kinerja dari berbagai proses dan keesuaian produk
4) status dari berbagai tindakan koreksidan tindakan pencegahan
5) berbagai tindak lanjut dari Tinjauan Manajemen yang lalu
6) perubahan keadaan situasi

Hasil dari Tinjauan Manajemen harus terdiri atas berbagai tindakan yang
berkenaan dengan :
1) Peningkatan atas Sistem Manajemen Mutu
2) Audit atas proses, produk dan atau layanan
3) Berbagai kebutuhan sumber daya
Hasil dari Tinjauan Manajemen harus di record

b. Action Plan
Tinjauan Manajemen hanya memberikan pengarahan secara umum atau
prinsip-prinsip saja,yang dicapai melalui konsensus diantara partisipan dalam
rangka menanggulangi issue yang timbul pada penerapan Sistem Manajemen
Mutu.
Staf manajemen ditugaska untuk mencabut action plan dan target waktu harus
di set untuk menyelesaikan action plan yang sudah disepakati.
Evaluasi atas implementasi dari action plan tersebut diatas dilakukan secara
periodik.

6-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

DAFTAR PUSTAKA

1. Unit Jaminan Mutu-Direktorat Sumber Daya Air, Program Penerapan Sistem Jaminan
Mutu (Quality Assurance) – Bidang Pengairan, Jakarta Desember 2000.

2. Vincent Gasperz, Manajemen Produksi Total PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
1998

3. Badan Standarisasi Nasional, Bulan Mutu dan Konvensi Nasional Standarisasi 2000,
Pengenalan ISO 9000 : 2000, Jakarta November 2000

4. Keputusan Menteri Kimpraswil Nomor : 362/KPTS/M/2004, tentang : Sistem


Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah

5. Vincent Gasperz, Statistical Process Control (Penerapan Teknik-Teknik Statistikal


Dalam Manajemen Bisnis Total).

6. Fandy Ciptono dan Anastasia Diana Total Quality Manajemen Penerbit Andi Offset
Yogyakarta, 1995

7. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996.

8. Djoko Kirmanto, Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, Maret 2005
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

RANGKUMAN

BAB I Sistem Manajemen Mutu merupakan bagian awal keberhasilan


peningkatan kinerja di dalam menghadapi era globalisasi yang ditentkan
oleh kemampuan dalam mengelola jasa konstruksi untuk mewujudkan
kualitas produk hasil pekerjaan kostruksi sesuai harapan.
Sistem Manajemen Mutu didefinisikan sebagai bagian system
manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian (mengarahkan
dan mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan dengan sasaran
mutu dalam rangka memenuhi persyaratan pelanggan / penerima
manfaat.
Didalam kebijakan jasa konstruksi nasional, kemampuan bersaing untuk
mendapatkan proyek-proyek pada era pasar bebas sangat mutlak, oleh
karena itu Badan Usaha jasa konstruksi harus menerapkan SMM
secara konsisten untuk meningkatkan kinerja manajemen yang efisien
serta mampu berdasarkan standar internasional ISO 9001:2000 dengan
undang-undang no.18 tahun 1999, tentang jasa konstruksi yang secara
efektif diterapkan sejak 7 Mei 2000 serta penjabaran yang tertuang
dalam pasal-pasal UUJK yang diterbitkan PP 28/2000, PP 29/2000, PP
30/2000 dan Keppres no.80/2003 serta Kepmen 396/2000, Kepmen
339/2003, dan Kepmen 362/2004.

BAB II Manfaat dan Penerapan SMM adalah untuk memberikan gambaran dan
panduan para pelaku jasa konstruksi membangun SDM dan merubah
sikap perilaku kea rah yang konsisten, meliputi :
1. Kebutuhan SMM
Penerapan Sistem Jaminan Mutu merupakan kebutuhan maupun
bersaing untuk memenangkan tender-tender si pasar bebas.
Kebutuhan untuk menampilkan jaminan mutu kepada pengguna jasa
konstruksi merupakan persyaratan untuk peningkatan kinerja.
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

2. Manfaat SMM
Badan Usaha Jasa Konstruksi yang telah menerapkan SMM secara
baik dan benar akan mendapatkan manfaat yang sangat besar
seperti berikut :
a. Mempunyai perencanaan proyek yang bermutu baik
b. Mempunyai pengendalian proyek yang bermutu baik
c. Mempunyai jaminan mutu atas proyek yang dikerjakannya
d. Dapat meningkatkan mutu kinerja proyek yang dikerjakannya
e. Mempunyai standard kerja yang jelas bagi personil maupun
manajemen.
f. Dapat meningkatkan kepercayaan pengguna jasa atas mutu
pelayanannya.
g. Dapat memperluas lingkup pasar yang dikerjakannya
3. Prinsip Manajemen Mutu
Prinsip manajemen mutu terdiri dari 8 (delapan) prinsip merupakan
metode cara memimpin, mengatur, dan mengendalikan Badan
Usaha yang meliputi :
a. Fokus pelanggan
b. Kepemimpinan
c. Karyawan yang terlibat
d. Pendekatan proses
e. Pendekatan system pada manajemen
f. Perbaikan berkesinambungan
g. Pendekatan factor untuk membuat keputusan
h. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan

BAB III Perencanaan Penerapan SMM menetapkan sebelum melangkah lebih


jauh dalam rencana menerapkan SMM pada Badan Usaha, yang
berlandaskan hukum sesuai Kepmen Kimpraswil RI
No.362/KPTS/M/2004, tentang dokumen SMM konstruksi yang
menetapkan Rencana utu sebagai berikut :
a. Rencana Mutu yang berisi rencana pelaksanaan proyek
b. Rencana Mutu yang mengidentifikasi
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

- Pejabat yang membuat, memeriksa, mengendalikan rencana


mutu.
- Riwayat perubahan rencana mutu
- Daftar distribusi rencana mutu
- Lingkup penerapan rencana mutu
- Referensi
c. Rencana Mutu dilingkungan Departemen Kimpraswil yang terdiri dari
dua jenis yaitu Rencana Mutu Proyek (RMK) dan Rencana Mutu
Kontrak (RMK).
Dalam pengembangan sistem manajemen mutu terdiri dari :
1. Seri standar ISO 9000 yang merupakan pedoman umum yang
mengatur secara sistematis pencapaian mutu yang diinginkan dari
produk-produk yang akan dihasilkan melalui proses Quality
Management dan Quality Assurance System.
2. Aplikasi standar di bidang konstruksi adalah dikembangkan untuk
industri manufaktur kemudian akan diterapkan pada industri
konstruksi dengan penyesuaian lebih spesifik dengan sistem operasi
dan prosedur perusahaan.
3. Tanggung jawab Manajemen
Dimana Perencanaan dan implementasi manajemen mutu dimulai
dari tanggung jawab manajemen yang dalam hal ini kebijakan mutu.
4. SMM dalam suatu preusan diwajibkan menetapkan estándar dan
prosedur operacional, dan secara hirarki dokumen sistem mutu
terdiri dari :
a. Manual Mutu
b. Prosedur Mutu
c. Rencana Mutu Kontrak
d. Instruksi Verja
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Membangun SMM terdiri dari :

1. Pelatihan pemahaman SMM bagi manajemen dan karyawan.


Pelatihan SMM ISO 9001:2000 bertujuan untuk memberikan
kesadaran mutu dan memberikan pemahaman persyaratan lepada
Tim ISO.
2. Menyusun Dokumen SMM
Merupakan dasar penerapan SMM, dokumen harus tertulis dengan
jelas dan dapat dimengerti dengan mudah oleh setiap orang yang
memerlukannya.
3. Sosialisasi Dokumen SMM
Suatu strategi yang harus dikembangkan dalam penerapan SMM
adalah mengetahui cara pencapaian kebijakan dengan menentukan
sasaran yang hendak dicapai secara sempurna.
4. Penerapan Dokumen
Dokumen SMM yang sah harys diterapkan oleh segenap personal
yang terlibat secara consisten dan benar.
5. Pengendalian Rekaman
Tujuannya untuk memberikan bukti kesesuaian persyaratan dan
beroperasinya SMM secara efektif.

Audit. Mutu Internal


Merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh preusan
untuk meninjau kesesuaian efektifitas penerapan SMM yang terdiri dari :
1. Pelatihan audit mutu internal
2. Pelaksanaan audit. Internal
3. Tindakan koreksi audit. Internal

Tinjauan Manajemen
Badan Usaha harus melakukan tinjauan manajemen untuk memastikan
pelaksanaan SMM berjalan dengan efektif.
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB IV Dalam penerapan SMM secara umum harus memastikan proses


operasi sebagai yang efektif, efisien dan menganalisis serta
mengoptimalkaninteraksi proses realisasi produk dan proses
pendukung.
Dalam manual mutu Badan Usaha yang menerapkan SMM harus
menetapkan, menerapkan dan memelihara dokumen manual sebagai
panduan penerapan SMM yang meliputi :
- Visi dan Misi
- Kebijakan Mutu
- Sasaran Mutu
- Peta proses Bisnis

Dari peta bisnis dapat ditentukan jenis proses yang memerlukan


dokumen yang mengatur tapan pekerjaan tersebut yang meliputi
Pengendalian Dokumen dan Pengendalian Rekaman dengan suatu
tanggung jawab manajemen yang merupakan persyaratan yang harus
dilakukan oleh Badan Usaha.
Dalam manajemen sumber daya penting bagi penerapan strategi
pencapaian target penyelesaian proyek dan proses pencapaian sasaran
mutu proyek.
Manajemen Sumber Daya terdiri dari :
a. Pengelolaan sumber daya
b. Pengelolaan SDM dan Pelatihan
c. Penyediaan peralatan
d Pengelolaan Lingkungan

Dalam Realisasi proyek dapat diartikan sebagai penerapan dari proses


bisnis baik bisnis jasa pelaksana konstruksi maupun jasa consultan
konstruksi yang meliputi :
a. Informasi Proyek
b. Prakualifikasi, Tender dan Kontrak
c. Rencana Mutu Kontrak
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

BAB V Pengendalian merupakan bagian yang utama, agar proyek dapat


diselesaikan dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai
rencana, meliputi :
a. Proses pengadaan
b. Pelaksanaan proyek
c. Pengendalian proyek
d. Penyerahan proyek
e. Kalibrasi alat ukur
f. Proses desain dan pengembangan
g. Analisis dan Evaluasi proyek
h. Penanganan produk CACAT
i. Pengendalian proses
j. Supervisi konstruksi, inspeksi dan tes
k. Pengendalian produk tidak sesuai
l. Tindakan koreksi dan pencegahan

BAB VI Pemeliharaan Sistem Mutu


Pada umumnya preusan memutuskan untuk menerapkan SMM karena
termotivasi oleh tujuan internal dan ekternal.
Pemeliharaan sitem mutu yaitu cara untuk memelihara efektifitas SMM
melalui audit. SMM dimana dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya,
sedangkan audit. Mutu dilaksanakan untuk menilai aplikasi manajemen
mutu telah dilaksanakan secara efektif dan consisten sesuai yang
ditetapkan.
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu

Anda mungkin juga menyukai