PELATIHAN
AHLI SUPERVISI TEROWONGAN
ii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
KATA PENGANTAR
Usaha dibidang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan
tenaga ahli / trampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan
serta penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode
kerja dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision Engineer) merupakan salah satu jabatan
kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang
sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perhitungan
pekerjaan konstruksi bidang sumber daya air.
Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Terowongan (Tunnel Supervision
Engineer) ini terdiri dari 12 (dua belas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh
yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi
Terowongan (Tunnel Supervision Engineer).
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan
khususnya untuk modul Sistem Manajemen Mutu pekerjaan konstruksi Sumber Daya
Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan
masukkan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
i
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu melaksanakan supervisi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan metode kerja,
gambar teknik dan spesifikasi teknik yang tertuang dalam dokumen kontrak kontraktor
maupun konsultan supervisi dan ketentuan administrasi proyek.
ii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
iii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
DAFTAR ISI
iv
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
v
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
DAFTAR PUSTAKA
RANGKUMAN
vi
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Terowongan
(Tunnel Supervision Engineer) Pekerjaan Sumber Daya Air dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-
unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja, sehingga dalam
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Pekerjaan Sumber Daya Air, unit-unit
kompetensi tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
vii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
DAFTAR MODUL
viii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
Seri / Judul TSE – 09 : Sistem Manajemen Mutu
1. Deskripsi Tentang mutu hasil pelaksanaan pekerjaan
konstruksi merupakan cerminan dari
profesionalisme pelaku-pelaku jasa konstruksi.
UU No. 18 tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi
memberikan amanat dan mandat kepada semua
pihak yang terlibat penanganan jasa konstruksi
untuk merencanakan , melaksanakan sistem
manajemen serta menerapkan dan mengendalikan
serta memelihara Sistem Manajemen Mutu pada
pekerjaan Supervisi Terowongan
2. Tempat Di dalam ruang kelas, lengkap dengan fasilitasnya.
kegiatan
3. Waktu 4 jam pelajaran (1 JP = 45 menit)
ix
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
B. PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah : Pembukaan
Menjelaskan penting Menguikuti penjelasan TIU & TIK OHT
produk yang bermutu untuk dengan tekun dan aktif No.1-7
pekerjaan konstruksi Mengajukan pertanyan apabila
Menjelaskan TIU dan TIK kurang jelas
modul ini
Waktu = 10 menit
Waktu = 20 menit
Waktu = 30 menit
5. Ceramah : Bab 4 Penerapan
Sistem Manajemen Mutu
Kebijakan, sasaran, Mengikuti penjelasan instruktur OHT
tinjauan dan pengelolaan dengan tekun dan aktif
Sistem Manajemen Mutu Mencatat hal-hal yang perlu No.22-26
Mengajukan pertanyaan bila
Waktu : 30 menit perlu
x
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
7. Ceramah : Bab 6
Pemeliharaan Sistem Mutu
Pengertian umum Mengikuti penjelasan instruktur OHT
Pemeliharaan sistem mutu dengan tekun dan aktif No.28
Audit mutu internal Mencatat hal-hal yang perlu
Pelatihan Mengajukan pertanyaan bila
Tinjauan manajemen perlu
Waktu = 30 menit
xi
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
MATERI SERAHAN
xii
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Sistem Manajemen Mutu (Quality Management System ) adalah bagian sistem
manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian (mengarahkan dan
mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan dengan sasaran mutu dalam
rangka memenuhi persyaratan pelanggan / penerima manfaat.
1-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
1-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
1.2.4 Penjelasan
Sistem Manajemen Mutu sebagai upaya untuk memberikan petunjuk
pengembangan dan penerapannya secara mudah dan praktis bagi Badan
Usaha yang memerlukann
Sistem Manajemen Mutu merupakan persyaratan secara konsisten terutama
bagi Badan Usaha yang memiliki katagori kualifikasi besar dengan memiliki
sertifikat ISO 9001 : 2000 (SNI 19-9001 : 2001).
Penjelasan ini didasarkan atas alur pemahaman seperti berikut :
- Memahami kebutuhan Sistem Manajemen Mutu bagi Badan Usaha jasa
konstruksi, manfaat penerapan Sistem Manajemen Mutu dan memahami 8
(delapan) prinsip Manajemen Mutu.
- Memberikan panduan dalam membuat perencanaan penerapan Sistem
Manajemen Mutu bagi Badan Usaha yang menginginkan menerapkan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 (SNI 19-9001 : 2001). Direksi
Badan Usaha menunjuk wakil manajemen yang bertanggungjawab dalam
upaya membangun kondisi dan penerapan sistem manajemen mutu yang
1-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
1-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
BAB II
MANFAAT DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
Untuk memberikan gambaran dan panduan para pelaku jasa konstruksi membangun
SDM dan merubah sikap perilaku ke arah yang konsisten.
2-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Prinsip Manajemen Mutu yang terdiri dari 8 (delapan) merupakan metode bagaimana
cara memimpin, mengatur dan mengendalikan suatu organisasi atau badan Usaha.
Dengan prinsip-prinsip manajemen dapat dioperasikan secara konsisten, sistematik
dan trasparan. Keberhasilan dalam meningkatkan keuntungan dan pengembangan
pasar dapat dihasilkan dengan menerapkan dan memelihara suatu sistem manajemen
mutu yang dirancang untuk memenuhi persyaratan dari semua pihak yang
berkepentingan, dan secara terus menerus meningkatkan kinerjanya. Kedelapan
prinsip manajemen dikenal dan diuraikan dalam penjelasan seri ISO, dan perlu
dipahami oleh seluruh Badan Usaha.
Dibawah ini akan diuraikan 8 (delapan) Prinsip Manajemen Mutu dalam seri ISO
9000:2000 sebagai berikut :
Kehidupan Badan Usaha tergantung pada pelanggannya, oleh karena itu harus
memahami harapan dan kebutuhan pelanggan. Badan Usaha harus
merencanakan dan memenuhi kebutuhan pelanggan dan mencoba untuk
melebihi harapan kebutuhan saat ini dan yang akan datang. Prinsip ini terkait
dengan klausul-klausul ISO 9001 : 2000 dengan tujuan untuk mengatur sistem
mutu, kebijakan, sasaran, perencanaan, kesadaran, produksi atau proyek dan
penyediaan jasa, monitoring kepuasan pelanggan dan peningkatan yang
berkelanjutan dan telah diakomodasikan dengan mempunyai klausul tersendiri.
2-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
2.3.2 Kepemimpinan
Direktur Badan Usaha harus menetapkan suatu kebijakan mutu dan sasaran
mutu untuk memberi arahan dan target serta harus menciptakan suatu
lingkungan yang harmonis dengan melibatkan staf dan karyawan dalam
mencapai sasaran mutu. Prinsip ini terkait di dalam standar ISO 9001 : 2000
klausul-klausul untuk komitmen, fokus pelanggan, kebijakan mutu, sasaran
mutu, tanggung-jawab manajemen, wakil manajemen, komunikasi internal dan
tinjauan manajemen.
2-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
2-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
2-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
BAB III
PERENCANAAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
3.1 Umum
Dalam Perencanaan Penerapan Sistem Manajemen Mutu, hal yang paling penting
untuk ditetapkan sebelum melangkah lebih jauh dalam rencana menerapkan sistem
manajemen mutu pada Badan Usaha. Tanpa adanya komitmen yang jelas dan tegas
maka kecil kemungkinan pelaksanaan dan penerapan sistem manajemen mutu akan
berjalan dan tercapai baik sesuai dengan yang direncanakan. Komitmen adalah power
yang utama untuk menggerakan mesin manajemen dalam menerapkan sistem
manajemen mutu. Tanpa komitmen dari manajemen puncak yang didukung oleh
seluruh karyawan maka sistem manajemen mutu tidak dapat dilaksanakan secara
maksimal. Manajemen puncak harus memberi bukti komitmennya pada penyusunan
dan implementasi sistem manajemen mutu serta perbaikan berkesinambungan dan
keefektifannya dengan cara melakukan hal-hal seperti berikut :
- Mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan tentang pentingnya pemenuhan dan
pelaksanaan persyaratan pelanggan dan peraturan perundang-undangan.
- Menetapkan kebijakan mutu Badan Usaha serta menjalankannya.
- Memastikan penetapan sasaran mutu yang dijalankan secara konsisten.
- Melakukan tinjauan manajemen secara berkala.
- Memastikan tersedianya sumber daya.
3-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
2. Penanggung Jawab
a. Wakil Manajemen Tingkat Departemen Bertanggung jaab atas
penetapan standar dan atau forat Rencana Mutu Pryek (RMP)
dan Rencana Mutu Kontrak (RMK).
b. Direktorat Jenderal bertanggungjawab atas sosialisasi standar an
atau format Rencana Mutu Proyek (RMP) dan Rencana Mutu
Kontrak (RMK) kepada jajaran dan unit yang terkait dengan
penjaminan mutu konstruksi.
3-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Definition of Concept
ISO 8402
ISO 9000 -1
Dari keluarga ISO 9000 tersebut diatas, maka ISO – 9001, ISO – 9002 dan
ISO – 9003 merupakan Standard yang didasarkan pada hubungan
Kontraktual antara Pemberi Tugas dengan Pemberi Barang / Jasa.
Maksudnya adalah bahwa tingkat kualitas yang dijamin adalah tingkat
kualitas yang telah sama – sama disepakati melalui kontrak.
Di Indonesia Seri Standard ISO – 9000 (visi 1994) tersebut telah diadopsi
menjadi Seri Standard SNI, misalnya : SNI 19 – 9000 – 1, SNI 19 – 9001,
SNI 19 – 9004 -1.
3-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-6
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
KETERANGAN :
3-7
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-8
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-9
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Prosedur
Mutu
Kantor
Manual Rencana
& Mutu
Prosedur Kontrak
Mutu
Perusahaan
Prosedur
Mutu
Proyek
Prosedur
Mutu
Kantor
Manual
& Prosedur Rencana
Prosedur Mutu Mutu
Mutu Desain Kontrak
Perusahaan
Prosedur
Rencana
Mutu
Mutu
Konstruksi
Kontrak
3-10
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
d. Instruksi Kerja
Menurut Kepmen Kipraswil No. 362/KPTS/M/2004, yang dimaksud
dengan instruksi kerja seperti tertuang dalam Bab I Umum, huruf F :
Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu Konstruksi, butir : 6 Instruksi
Kerja sebagai berikut :
a. Instruksi kerja berisi cara atau petunjuk teknis dari suatu aktivitas
atau kegiatan yang berkaitan dengan penjaminan mutu konstruksi
pada tingkat Unit Pelaksana di lingkungan Departemen Kimpraswil.
b. Instruksi Kerja minimal mencakup :
1) Pejabat yang membuat memeriksa dan mengesahkan instruksi
kerja,
2) Riwayat perubahan instruksi kerja
3) Daftar distribusi instruksi kerja
4) Lingkup penerapan instruksi kerja
5) Referensi atau acuan yang digunakan dalam instruksi kerja
6) Tahapan proses, aktivitas atau kegiatan sesuai instruksi kerja
7) Daftar lampiran berupa format catatan mutu yang merupakan
pencatatan dari pelaksanaan kegiatan sesuai instruksi kerja.
8) Alur kerja dari aktivitas
9) Daftar peralatan yang dipergunakan
10) Daftar rincian kegiatan atau aktivitas
3-11
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
KRITERIA STATUS
No. LANGKAH PEKERJAAN
BERTERIMA BAIK TDK.
3-12
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-13
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-14
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Sedangkan pelatihan pemahaman SMM ISO 9001:2000 bagi tim ISO dan
personil inti Badan Usaha memberikan pemahaman mengenai :
a. Sejarah SMM
b. Pengertian mutu bagi penyedia jasa konstruksi (konsultan atau
kontraktor), jaminan mutu bagi pengguna jasa dan biaya mutu bagi jasa
konstruksi
c. Pengertian sistem mutu bagi penyedia jasa, pengendalian mutu dan
proses inspeksi proyek
d. Penjelasan 8 prinsip manajemen mutu (lihat di atas).
e. Penggambaran peta proses bisnis dan interaksinya
f. Pemahaman klausul-klausul yang terdapat dalam SMM ISO 9001:2000
dan keterkaitan dengan proses kerja yang ada di tiap bagian.
g. Penjelasan mengenai alasan dasar mendokumentasikan SMM
h. Cara dan metode serta persyaratan dalam membuat dan
mendokumentasikan SMM
i. Penjelasan bagaimana cara dan metode penulisan manual mutu,
prosedur kerja, instruksi kerja dan rekaman sesuai dengan persyaratan
SMM
j. Metoda pembuatan format prosedur yang sederhana, efisien dan mudah
untuk digunakan dengan mengacu persyaratan SMM
k. Penjelasan mengenai metode pengendalian dokumen sistem mutu yang
dimulai dengan penjelasan cara membuat, mendistribusikan,
menyimpan, merevisi, memelihara dan menghancurkannya.
l. Penjelasan mengenai penjelasan cara mengendalikan rekaman kerja,
dimulai dengan bagaimana menyimpan, memelihara dan menentukan
masa simpan serta aturan penghancurannya.
3-15
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-16
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-17
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-18
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
dan resmi. Semua dokumen level 4 dapat dicetak dengan komputer atau
tulisan tangan dan harus dapat dipastikan bahwa rekaman dapat dibaca.
f. Dokumen external
Prosedur pengendalian dokumen menjamin bahwa semua dokumen
eksternal yang diperlukan oleh Badan Usaha harus dikendalikan dan
mudah diperoleh ketika akan dipakai.
g. Dokumen usang (obsolete)
Prosedur untuk pengendalian dokumen menjamin bahwa hanya
dokumen versi terakhir yang diterbitkan dari dokumen-dokumen yang
relevan dapat diperoleh di semua tempat pemakaian. Dokumen yang
telah usang ditarik dan dimusnahkan untuk mencegah pemakaian yang
tidak diinginkan. Wakil Manajemen harus menyimpan salinan lama dan
ditandai dengan tulisan ”obsulete copy” atau ”superseded” untuk
referensi ke depan.
3-19
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-20
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar mudah dikenali dan
pendistribusian dapat dikendalikan
g. Mencegah pemakaian dokumen yang kadaluarsa dan tidak disengaja
lengkap dengan penjelasan identifikasi sesuai dokumen tersebut, apabila
disimpan untuk tujuan tertentu.
3-21
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-22
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Cara menyusun jadwal audit, rencana audit dan pembuatan check list
audit.
Cara melakukan pelaporan audit mutu internal
Simulasi pelaksanaan audit mutu internal
3-23
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-24
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-25
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-26
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
3-27
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
BAB IV
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
4.1 Umum
Badan Usaha yang telah membangun sistem manajemen mutu dan menyelesaikan
dokumen sistem manajemen mutu, maka tahapan selanjutnya adalah menerapkan
perangkat sistem manajemen tersebut.
Badan Usaha harus mempertimbangkan prinsip-prinsip manajemen mutu, atas dasar
prinsip tersebut hendaknya mampu memperagakan kepemimpinan untuk :
a. Memahami kebutuhan dan harapan pelanggan sesuai kondisi sekarang dan yang
akan datang termasuk melaksanakan persyaratan yang ada.
b. Mempromosikan kebijakan mutu dan sasaran mutu untuk meningkatkan kesadaran,
motivasi dan pelibatan karyawan dalam Badan Usaha.
c. Menetapkan perbaikan berkesinambungan sebagai upaya peningkatan kinerja.
d. Merencanakan dan mengelola perubahan berdasarkan penerapan sistem
manajemen mutu.
e. Menyusun dan mengkomunikasikan kerangka kerja untuk mencapai kepuasan
pihak yang berkepentingan.
Direksi harus memastikan proses operasi sebagai jaringan yang efektif dan efisien dan
menganalisis serta mengoptimalkan interaksi proses realisasi produk dan proses
pendukung.
Pertimbangan diberikan untuk :
- Memastikan bahwa urutan dan interaksi proses di desain untuk pencapaian
hasil yang diinginkan secara efektif dan efisien.
- Memastikan masukan (input), kegiatan dan keluaran (output) proses ditentukan
secara jelas dan terkendali.
- Memantua masukan dan keluaran untuk memverifikasi masing-masing proses
saling berkaitan dan beropersi secara efektif dan efisien.
- Mengidentifikasi pelaksana proses dan memberikan tanggungjawab serta
wewenang kepada manajemen dan personil yang terkait dengan sistem
manajemen mutu.
- Mengelola tiap proses untuk mencapai sasaran
- Kebutuhan dan harapan pihak yang berkepentingan
4-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
4-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
4-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
4-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
4-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
4-6
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
4-7
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
BAB V
PENGENDALIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
Pengendalian merupakan bagian yang utama, agar proyek dapat diselesaikan dengan
mutu yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai rencana.
5.1 Proses Pengadaan
Proses pengadaan tidak dapat dipisahkan dalam pelaksanaan proyek jasa
konstruksi sebagai kontribusi yang saling menguntungkan antara pihak pemasok
dengan Badan Usaha yang melaksanakan proyek.
Persyaratan standar yang harus diperhatikan adalah klausul proses pengadaan,
informasi pengadaan dan verifikasi produk yang diadakan.
Ada beberapa jenis proses pengadaan jasa konstruksi khususnya jasa pelaksana
konstruksi yaitu :
1. Pengadaan jasa sub kontraktor, pemasok yang mampu mengerjakan sebagian
atau yang sama dengan pekerjaan main kontraktor atau pekerjaan lain yang
tidak dapat dikerjakan oleh kontraktor utama.
2. Pengadaan material (supplier) adalah pemasok yang mampu mengadakan
(mensuplai) satu atau beberapa jenis material atau peralatan yang diperlukan
dalam pelaksanaan proyek pengadaan peralatan sewa dapat digolongkan
termasuk dalam jenis ini.
3. Penyedia tenaga kerja (mandor), pemasok yang mampu mengadakan beberapa
orang terampil maupun non terampil yang diperlukan bagi pelaksanaan proyek
Badan usaha harus mengatur semua kebutuhan pengadaan tersebut dan harus
mengevaluasi dan menyeleksi terlebih dahulu pemasok atas dasar kemampuan
untuk memasok sesuai kriteria seleksi, evaluasi dan evaluasi ulang yang telah
ditetapkan. Dengan demikian pemasok yang digunakan selama pelaksanaan proyek
harus dijamin kemampuannya. Melaksanakan seleksi pemasok harus konsisten
sesuai kriteria yang telah ditetapkan dan pemasok yang lolos seleksi harus dicatat
dalam daftar pemasok terseleksi yang meliputi :
1. Untuk jasa sub kontrator daftar sub kontraktor terseleksi
2. Untuk jasa material daftar pemasok material terseleksi
3. Untuk penyedia tenaga daftar mandor terseleksi
Penugasan kepada pemasok harus didasarkan daftar pemasok terseleksi dan
setelah penugasan harus dievaluasi ulang kinerjanya.
Manajer logistik dan atau manajer proyek harus memastikan bahwa proses
pengadaan sesuai dengan spesifikasi teknis dan kontrak. Proses pengadaan
5-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
pemasok meliputi pemasok jasa sub konsultan/ sub kontraktor, pemasok material
dan penyedia tenaga kerja.
Untuk jasa konsultan perencana atau pengawas maka harus disesuaikan dengan
kondisi dan tahapannya.
5-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
5-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
5-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
5-5
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
5-6
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Prosedur yang mengatur siapa, kapan, dan bagaimana melaksanakan supervisi dan
inspeksi atas pekerjaan-pekerjaan tersebut harus sudah dimiliki oleh kontraktor.
Pada kondisi normal maka Project Engineer dan Pengawas Utama bertanggung-
jawab langsung atas kemajuan dan mutu pekerjaan.
Setiap kasus yang berkaitan dengan cacat, miss informasi atau ketidak sesuaian
yang ter-identifikasi oleh main-kontraktor atau sub-kontraktor, apabila mungkin
diputuskan dan diselesaikan sebelum dimulainya bagian pekerjaan yang
bersangkutan. Beberapa kasus diselesaikan oleh Manajer Proyek, Manajer
Konstruksi dan level manajemen di kantor pusat bersama dengan konsultan
perencananya.
5-7
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Hal ini akan menempatkan suatu benchmark mengenai standard mutu yang dapat
diterima dari pekerjaan pemasangan keramik (tiling work), untuk itu sub-kontraktor
melakukan upaya yang memadai untuk menyelesaikan / memperbaiki pekerjaan
yang cacat dan meningkatkan kinerjanya pada pekerjaan pemasangan berikutnya.
Standard ISO 9002 yang berkenaan dengan inspeksi dan tes adalah elemen (4.10)
Inspection & Testing dan (4.11) Inspection, Measuring & Test Equipment serta
(4.12) Inspection & Test Status.
Secara umum prosedur-prosedur tersebut meliputi :
Receiving inspection & test
Contoh :
Pada pekerjaan structural, Project Engineer atau Pengawas Lapangan harus
mem – verifikasi bahwa besi beton, dan beton ready mix sesuai dan memenuhi
5-8
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
persyaratan melalui inspeksi & test yang benar sebelum mereka dipergunakan
didalam pekerjaan konstruksi.
In – Process inspection & test
Contoh :
Meliputi pelaksanaan pekerjaan beton, seperti kegiatan-kegiatan verifikasi
bahwa kekuatan kubus
Final inspection & test
Contoh :
Pada inspeksi akhir Project Engineer atau Pengawas lapangan harus konform
bahwa struktural elemen seperti balok,kolom,slab atau dinding benar-benar telah
memenuhi spesifikasi serta setiap pekerjaan arsitektural dan M & E dapat
dilaksanakan tanpa kesulitan.
Status dari suatu kegiatan inspeksi & tes yang dilakukan pada in-process atau
completed works harus ter-identifikasi dengan memadai dan benar, misalnya
dengan cara : membuat catatan yang didokumentasikan atau diberi stiker pada
peralatan yang telah di-kalibrasi dimana tercatat waktu dan masa berlaku
(validitas) kalibrasi dari peralatan tersebut.
5-9
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Untuk menyatakan suatu produk itu sesuai atau tidak sesuai,tentunya ada suatu
acuan atau tolok ukur yang berisikan persyaratan atau kesepakatan yang harus
dipenuhi.
Dalam Rencana Inspeksi dan Tes (Inspection and Test Plan) maka acuan atau tolok
ukur tersebut dinyatakan sebagai kriteria keberterimaan (acceptance criteria). Jadi
sebelum sesuatu dinyatakan sesuai atau tidak sesuai, ada suatu kegiatan
pembandingan antara kenyataan dengan kriteria,dimana kenyataan diperoleh dari
hasil inspeksi atau pengujian yang telah dilakukan.
Kadang kala kegiatan butir 3 s/d 6 tersebut perlu tenggang waktu,maka perlu
diputuskan apakah perlu dinyatakan sebagai hold point,dalam artian kegiatan
berikutnya harus menunggu hasil inspeksi dan pengujian yang menyatakan sudah
OK.
Masih seringkali dijumpai dalam pelaksanaan dilapangan bahwa kegiatan butir 4 s/d
6 belum dilaksanakan seperti yang seharusnya.
5-10
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Contoh :
Dalam pembelian besi beton persyaratannya adalah harus disertai dengan mill-
sheet (lembar hasil laboratorium tentang besi beton tersebut). Petuga penerima
barang hanya mengechek bahwa besi beton yang dikirim sudah disertai mill-sheet
(titik sampai disitu). Ini adalah suatu kesalahan besar karena butir 5, 6 atau 7 belum
dilakukan. Mill-sheet yang diterima bersamaan dengan pengiriman besi beton, baru
merupakan manifestasi butir 3 (inspeksi dan pengujian atas sifat-sifat besi beton
tersebut).
Yang masih harus dilakukan adalah butir 4 (membandingkan apakah hasil pengujian
yang dinyatakan dalam mill-sheet tersebut sesuai dengan spesifikasi teknis yang
telah ditetapkan dan disepakati.
Kegiatan butir 5 dan 6 inilah yang masih seringkali diabaikan. Pada umumnya baru
butir 1,2 dan 3 saja,bahkan masih ada dijumpai bahwa butir 1 (persyaratan atau
ketentuan yang harus dipenuhi) saja, tidak jelas atau bahkan tidak tahu,artinya tolok
ukurnya apa,pokoknya sesuai-sesuai dengan apa?
5-11
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Adalah hal yang sangat merugikan dan bahkan mempersulit diri sendiri jika tidak
mencantumkan toleransi pada kriteria keberterimaan.
5-12
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Jika demikian maka ini berarti bahwa peran review atau tinjauan yang telah
dilakukan secara berkala,dalam wujud Rapat Tinjauan Manajemen (Management
Review) belum atau bahkan tidak efektif.
Dalam standard dinyatakan bahwa tujuan dari tindakan koreksi adalah menjaga
agar ketidaksesuaian tidak terjadi lagi, dimana langkah-langkah tindakkan tadi
sebagai berikut :
1) Identifikasi atas berbagai ketidaksesuaian termasuk keluhan pelanggan
2) Menemukan penyebab ketidaksesuaian
3) Evaluasi atas kebutuhan akan tindakkan untuk menjamin tidak berulangnya
kembali ketidaksesuaian
4) Pencatatan (record) atas tindakkan yang dilakukan
5-13
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
5) Peninjauan (review) bahwa tindakkan koreksi yang dilakukan adalah efektif dan
terdokumentasi (recorded)
Melakukan kesalahan atau ketidaksesuaian itu manusiawi (to err is human), tetapi
tidak mengakui adanya kesalahan atau ketidaksesuaian itu suatu hal yang tidak
dapat dibenarkan.
Pengetahuan yan mendalam dan detail serta pengalaman dan perhatian (atensi)
yang sungguh-sungguh atas suatu proes/kegiatan dimana terjadi ketidaksesuaian
sangat mendukun upaya menemukan penyebab ini.
5-14
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
BAB VI
PEMELIHARAAN SISTEM MUTU
6.1 Umum
Pada umumnya suatu perusahaan memutuskan untuk menerapkan Sistem
Manajemen Mutu karena termotivasi oleh tujuan yang berikut ini :
a. Tujuan Internal :
Sistem Manajemen Mutu diharapkan dapat merampingkan operasional
perusahaan,meningkatkan efisiensi dan mengurangi pegeluaran.
b. Tujuan Eskternal :
Untuk mempromosikan kepada pelanggan bahwa perusahaan telah memilki
kemampuan memberikan produk / service yang memenuhi persyaratan dari
aspek delivery,pembiayaan dan mutu hasil kerja.
6-1
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Pada akhir kegiatan audit ini akan diperoleh laporan yang berisikan
observation,bukti nyata (obvious evidence),dan elemen atau pasal yang berkenaan
(management Review).
Hal ini sangat disadari oleh para penyusun ISO 9000,sehingga mereka
mensyaratkan perusahaan untuk melakukan analisis kebutuhan pelatihan (Training
Needs Assesement) bagi seluruh sumber daya manusia yang ada di perusahaan
tersebut,dan menyediakan fasilitas bagi terselenggaranya pendidikan dan pelatihan
tersebut.
6-2
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Evaluasi keberhasilan suatu pelatihan, sangatlah ditentukan oleh banyak hal, dan
pemilihan peserta yang sesuai merupakan awal yang baik bagi suatu pelatihan.
Seseorang yang baru selesai mengikuti pendidikan atau pelatihan, pada umumnya
memiliki semangat dan gairah yang tinggi untuk mencoba menerapkan berbagai hal
yang telah diperolehnya selama pendidikan / pelatihan. Semangat dan gairah
tersebut memerlukan wadah atau lahan untuk menerapkan dan mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilan barunya tadi, jika tidak demikian maka dikhawatirkan
akan terjadi de-motivasi pada diri mereka.
Tinjauan Manajemen merupakan suatu evaluasi yang sistematis atas status &
kecukupan dari Sistem Manajemen Mutu termasuk Kebijakan Mutu-nya.Tetapi
bagaimanapun juga masih ada factor lain diluar Standard ISO 9001 yang harus
masuk pertimbangan pada Manajemen Review tersebut.Seperti misalnya quality
6-3
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
Hasil dari Tinjauan Manajemen harus terdiri atas berbagai tindakan yang
berkenaan dengan :
1) Peningkatan atas Sistem Manajemen Mutu
2) Audit atas proses, produk dan atau layanan
3) Berbagai kebutuhan sumber daya
Hasil dari Tinjauan Manajemen harus di record
b. Action Plan
Tinjauan Manajemen hanya memberikan pengarahan secara umum atau
prinsip-prinsip saja,yang dicapai melalui konsensus diantara partisipan dalam
rangka menanggulangi issue yang timbul pada penerapan Sistem Manajemen
Mutu.
Staf manajemen ditugaska untuk mencabut action plan dan target waktu harus
di set untuk menyelesaikan action plan yang sudah disepakati.
Evaluasi atas implementasi dari action plan tersebut diatas dilakukan secara
periodik.
6-4
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
DAFTAR PUSTAKA
1. Unit Jaminan Mutu-Direktorat Sumber Daya Air, Program Penerapan Sistem Jaminan
Mutu (Quality Assurance) – Bidang Pengairan, Jakarta Desember 2000.
2. Vincent Gasperz, Manajemen Produksi Total PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
1998
3. Badan Standarisasi Nasional, Bulan Mutu dan Konvensi Nasional Standarisasi 2000,
Pengenalan ISO 9000 : 2000, Jakarta November 2000
6. Fandy Ciptono dan Anastasia Diana Total Quality Manajemen Penerbit Andi Offset
Yogyakarta, 1995
7. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996.
8. Djoko Kirmanto, Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000, PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta, Maret 2005
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
RANGKUMAN
BAB II Manfaat dan Penerapan SMM adalah untuk memberikan gambaran dan
panduan para pelaku jasa konstruksi membangun SDM dan merubah
sikap perilaku kea rah yang konsisten, meliputi :
1. Kebutuhan SMM
Penerapan Sistem Jaminan Mutu merupakan kebutuhan maupun
bersaing untuk memenangkan tender-tender si pasar bebas.
Kebutuhan untuk menampilkan jaminan mutu kepada pengguna jasa
konstruksi merupakan persyaratan untuk peningkatan kinerja.
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu
2. Manfaat SMM
Badan Usaha Jasa Konstruksi yang telah menerapkan SMM secara
baik dan benar akan mendapatkan manfaat yang sangat besar
seperti berikut :
a. Mempunyai perencanaan proyek yang bermutu baik
b. Mempunyai pengendalian proyek yang bermutu baik
c. Mempunyai jaminan mutu atas proyek yang dikerjakannya
d. Dapat meningkatkan mutu kinerja proyek yang dikerjakannya
e. Mempunyai standard kerja yang jelas bagi personil maupun
manajemen.
f. Dapat meningkatkan kepercayaan pengguna jasa atas mutu
pelayanannya.
g. Dapat memperluas lingkup pasar yang dikerjakannya
3. Prinsip Manajemen Mutu
Prinsip manajemen mutu terdiri dari 8 (delapan) prinsip merupakan
metode cara memimpin, mengatur, dan mengendalikan Badan
Usaha yang meliputi :
a. Fokus pelanggan
b. Kepemimpinan
c. Karyawan yang terlibat
d. Pendekatan proses
e. Pendekatan system pada manajemen
f. Perbaikan berkesinambungan
g. Pendekatan factor untuk membuat keputusan
h. Hubungan pemasok yang saling menguntungkan
Tinjauan Manajemen
Badan Usaha harus melakukan tinjauan manajemen untuk memastikan
pelaksanaan SMM berjalan dengan efektif.
Pelatihan Ahli Supervisi Terowongan Sistem Manajemen Mutu