PELATIHAN
AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI
JARINGAN IRIGASI
KATA PENGANTAR
Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga
ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta
penguasaan teknologi.
Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja
dan lain-lain.
Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.
Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi merupakan salah satu jabatan kerja yang
diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat
mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi
bidang sumber daya air.
Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi ini terdiri
dari 12 (duabelas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam
melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi.
Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya
untuk modul Pengenalan Survai dan Investigasi pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.
Tim Penyusun
i
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu mengkoordinasi, mengarahkan pelaksanaan konstruksi jaringan irigasi oleh
kontraktor dan melakukan pengawasan sesuai dengan gambar pelaksanaan,
spesifikasi teknik, metode pelaksanaan, jangka waktu pelaksanaan yang tercantum
dalam kontrak kontraktor dan jasa konsultan supervisi.
ii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
iii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
DAFTAR ISI
MATERI SERAHAN
BAGIAN I - SURVAI
iv
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
v
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
BAGIAN II - INVESTIGASI
vi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
vii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Konstruksi
Jaringan Irigasi(Irrigation Construction Supervisor Engineer) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-
unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga dalam Pelatihan
Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.
2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.
viii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
DAFTAR MODUL
2. ICSE. 02 Sistem Manajemen K3, Pedoman Teknis K3, RKL dan RPL
ix
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
PANDUAN PEMBELAJARAN
x
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
1. CERAMAH : PEMBUKAAN
Menjelaskan Tujuan Mengikuti penjelasan TIU OHT No 4 -5
Instruksional (TIU & TIK) dan TIK dengan tekun dan
Merangsang motivasi peserta aktif
dengan pertanyaan atau Mengajukan pertanyaan
pengalamannya dalam apabila kurang jelas
penerapan
Waktu : 5 menit
Bahan : Lembar tujuan
2. CERAMAH : PENDAHULUAN
Gambaran mengenai survai
dan investigasi Mengikuti penjelasan
instruktur dengan tekun
Menjelaskan hal-hal yang dan aktif
diperlukan sebelum Mencatat hal-hal yang OHT No 6
melaksankan survai dan perlu
investigasi Mengajukan pertanyaan
bila perlu
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(bab 1 Pendahuluan)
3. CERAMAH :
BAGIAN 1 SURVAI SUNGAI
Menjelaskan tentang jenis
survai yang dilaksanakan
Pegukuran dan pemetaan
topografi
▪ Prosedur pemetaan, Mengikuti penjelasan
▪ Pengolahan data ukur instruktur dengan tekun
dan penyajian hasil dan aktif OHT No 7-27
pengukuran Mencatat hal-hal yang
Survai curah hujan perlu
Survai/ pengamatan tinggi Mengajukan pertanyaan
muka air sungai, bila perlu
Pengukuran debit sungai
Survai sedimen
Survai kualitas air
Waktu : 75 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 1 sampai 8)
xi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
4. CERAMAH :
BAGIAN 2 INVESTIGASI
Waktu : 65 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 2 sampai bab 3 )
- Penyelidikan di lapangan
▪ Pengambilan sampel OHT No 42-43
▪ Pengujian SPT
▪ Pengujian dengan alat
sondir
▪ Pengukuran hasil
pemadatan dengan
Radiologi
▪ Penyelidikan Geologi
Waktu : 25 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 3 )
xii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
MATERI
SERAHAN
xiii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
BAGIAN I – SURVAI
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebelum dilakukan perencanaan teknis perlu dilakukan survai dan investigasi. Survai dan
investigasi yang dibutuhkan untuk perencanaan teknis antara lain : topografi, hidrologi,
geologi teknik, sosial-ekonomi, adat dan budaya, kesuburan tanah dan kesesuaian lahan.
Sedangkan R.T.R.W. Nasional/ Propinsi/ Kabupaten/ Kota adalah rencana tata ruang
wilayah yang disiapkan oleh Bappenas dan Bappeda yang merupakan hasil kesimpulan
dari rencana tata ruang masing-masing departemen. Rencana pengelolaan sumber daya
air di wilayah sungai, dilakukan oleh SDA melalui balai-balai SDA wilayah sungai. Untuk
itu bila kita hendak menentukan rencana lokasi pengembangan irigasi harus mengacu
pada R.T.R.W. Nasional/ Propinsi/ Kabupaten/ Kota dan Rencana Pengelolaan SDA di
Wilayah Sungai.
Di dalam membuat atau merencanakan suatu peta tata letak/ lay out diperlukan hasil
survai topografi atau hasil pengukuran dan penggambaran peta situasi skala 1:5000 dan
1 : 25.000.
Untuk membuat disain bangunan irigasi diperlukan hasil investigasi yang lengkap geologi
teknik dan mekanika tanah. Begitu pula untuk mengetahui kelayakan suatu proyek,
disamping data perencanaan teknis diperlukan juga data sosial-ekonomi, adat dan
budaya serta data kesuburan tanah, kesesuaian lahan dan lingkungan hidup.
Lingkup survai tergantung dan bervariasi dari permasalahan yang dihadapi, data yang
telah ada dan tujuan perencanaan.
Data yang dipakai dalam analisa untuk perencanaan haruslah representatif dan relevan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, baik secara fisik, dimensi, maupun waktu. Ini
semua mengandung arti bahwa penggunaan data yang benar merupakan awal kegiatan
perencanaan yang benar pula, sedangkan penggunaan data yang salah merupakan awal
kegiatan yang salah pula.
Dengan adanya hal-hal tersebut di atas, sebagai Ahli Supervisi Konstruksi jaringan Irigasi
perlu mengenal kegiatan-kegiatan survai dan investigasi.
1-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
BAB 2
JENIS SURVAI
Hal tersebut dimaksudkan agar perencanaan lokasi dan rencana pengembangan daerah
irigasi dapat berhasil guna dan berdaya guna, serta pemanfaatan airnya dapat terpadu
memenuhi semua kebutuhan dengan cukup.
2-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
BAB 4
SURVEI CURAH HUJAN
Air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan mengalir kembali ke laut melalui
proses pengaliran berbagai cara seperti ditunjukan pada gambar 4.1. Secara garis
besar di bagi sebagai berikut :
1. Pada saat hujan turun, air hujan mengalir sepanjang permukaan tanah dan
masuk ke sungai. Apabila hujannya deras sedangkan air yang masuk mengalir
ke sungai berlebihan maka akan terjadi banjir
2. Sebagian air hujan akan meresap kedalam tanah atau air pori tanah dan
mengalir dengan lambat masuk kesungai pada waktu debit sungai mengecil atau
mengalir dalam bentuk air tanah.
3. Air kembali ke atmosfir dalam bentuk evaporasi atau transpirasi melalui
tanaman.
4-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
1. Awan dan uap air 10. Air tanah 18. Awan dan uap air
2. Hujan 11. Presipitasi 19. Evaporasi
3. Hujan es 12. Salju yang mencair 20. Evaporasi dari tanah
4. Salju 13. Lain-lain 21. Evaporasi dari sungai
5. Limpasan pemukaan 14. Intersepsi sungai dan danau
6. Perkolasi 15. Evaporasi hujan yang 22 Evaporasi dari laut
7. Alat ukur salju sedang jatuh 23. Pengamatan debit
8. Alat ukur hujan 16. Evapotranspirasi 24. Pengamatan kwalitas air
9. Sumur pengamatan 17. Transpirasi 25. Pengamatan evaporasi
Analisis kerapatan curah hujan yang ada perlu dilakukan karena keadaan tinggi
hujan dan karakteristik DPS biasanya berbeda-beda, serta jaringan pos hujan belum
4-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
memadai. Sebagai ketentuan yang dianjurkan oleh WMO dapat dilihat pada tabel
berikut :
TABEL
KERAPATAN MINIMUM JARINGAN STASIUN HUJAN DI DAERAH TROPIK
Agar dapat diperoleh karakteristik curah hujan suatu daerah, maka dari hasil-hasil
pencatatan pos-pos penakar curah hujan dilakukan perhitungan sebagai berikut:
a. Pola curah hujan tiap jam dari data-data catatan curah hujan harian
b. Pola curah hujan daerah (areal rainfall) yang biasa dihitung dengan cara:
- Curah hujan rata-rata aritmatik
- Poligon Thiesen
- Isohet
c. Pola hujan pada suatu titik yang dirubah menjadi pola hujan suatu daerah
pengaliran disekeliling titik tersebut (point rainfall to catchment rainfall) yang
dihitung dengan cara-cara sebagai berikut :
- Cara Melchior
- Cara Weduwen
- Cara Haspers
d. Pola analisa frekwensi (frequency analysis) dengan perhitungan-perhitungan
statistik sebagai berikut :
4-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Dengan melakukan keenam analisa-analisa curah hujan tersebut di atas, maka akan
dapat diketahui karakteristik curah hujan suatu daerah pengaliran yang hasilnya
akan sangat berguna untuk melakukan perhitungan hidrologis selanjutnya, termasuk
perhitungan untuk memperoleh debit banjir pada titik tertentu sebuah sungai
4.4.1 Menaksir Pola Curah Hujan Tiap Jam Dari Data-Data Curah Hujan Harian
Pada umumnya data-data curah hujan di tanah air terutama di pulau Jawa
telah tercatat dalam periode yang melebihi 15 tahun, bahkan dibeberapa
tempat di pulau Jawa telah tercatat sejak tahun 1879. Akan tetapi data-data
tersebut diambil dari pos penakar curah hujan biasa yang dicatat setiap 24
jam sehingga merupakan data curah hujan harian. Untuk meramalkan
besarnya debit banjir yang lebih mendekati kenyataan perlu didasarkan pada
catatan curah hujan setiap jam, yang datanya hanya dapat diperoleh dari pos
penakar hujan otomatis.
4-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Tabel 4.4.1
Memperkirakan pembagian curah hujan harian sebesar 170 mm, 230 mm,
350 mm dan 470 mm
4-5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Dimana :
Rave = curah hujan rata-rata
R1..Rn = Besarnya curah hujan pada masing-masing pos
n = Banyaknya pos hujan.
Contoh perhitungan :
530 365 250 455 230 400 565 725 350 500 650 765 640 825
Rave
15
= 538.7 mm
Cara ini diperoleh dengan membuat polygon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis hubung dua pos penakar hujan dengan setiap
pos penakar hujan Rn akan terletak pada suatu wilayah polygon tertutup
dengan luas An. Dengan menghitung % luas untuk tiap setiap pos = An/A
dimana A luas daerah pengalliran (daerah penampungan) dan
memperbanyak dengan harga curah hujan Rn maka Rn x (An/A) ini
menyatakan curah hujan berimbang.
4-6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
c. Cara Isohet
Isohet adalah garis lengkung yang menunjukkan harga curah hujan yang
sama. umumnya sebuah garis lengkung menunjukan angka yang bulat.
4-7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Isohet ini diperoleh dengan cara interpolasi harga-harga curah hujan yang
tercatat pada pos penakar hujan lokal (Rnt)
R n ,n 1, t An , n 1
• Volume hujan seluruhnya:
R
n
n , n 1,t xAn ,n 1
0
R
n
n , n 1,t xAn ,n 1
Rave 0
4-8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Dari tiga cara ini hasil perhitungan untuk curah hujan rata-rata dengan
menggunakan data curah hujan yang sama, diperoleh hasil sebagi
berikut:
• harga rata-rata aritmatik = 538.7 mm
• Poligon Thiesen = 547.6 mm
• Isohet = 550.6 mm.
Untuk kondisi Indonesia maka cara kedua merupakan cara yang cukup
memadai walupun demikian kedua cara lainnya dapat pula
dipergunakan.
4.4.3 Hubungan Antara Tinggi Curah Hujan Pada Suatu Titik Dengan Hujan
Daerah
a. Cara Melchior.
Transfer hujan pada suatu titik di dalam daerah pengaliran ke curah hujan
daerah pengaliran yang bersangkutan (point rainfall to cacthment rainfall)
dinyatakan dengan koefisien reduksi (reduction coefisient) dalam rumus
sebagai berikut:
1970
F 3960 1720
0.12
RR
Dimana :
F = Luas daerah pengaliran
= Koefisien reduksi.
Contoh perhitungan:
Luas daerah pengaliran F = 68.1 km2
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Dengan mengunakan rumus tersebut di atas diperoleh = 0.9
Besarnya curah hujan pada daerah pengaliran tersebut adalah 0.9 x 207
= 186 mm.
b. Cara Weduwen .
4-9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Contoh perhitungan
Curah hujan pada stasiun 207 mm
Luas daerah pengaliran F= 68.1 km 2
Gradien sungai I = 0.006
dari tabel diperoleh q = 4,6 m 3/det/km 2
13.26 1
20 * 68.1
13.26 9 0.34
120 68.1
Curah hujan daerah pengaliran = 0.34 x 270 mm = 70 mm
c. Cara Haspers
4-10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Dimana:
t = Durasi yang domiman dari hujan yang mengakibatkan banjir
(jam)
L = Panjang sungai (km)
I = Gradien sungai
F = Luas daerah pengaliran (km 2).
Contoh perhitungan :
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Luas daerah pengaliran F = 68.1 km 2
Panjang sungai L = 600 km I= 0.0006.
4-11
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruks i Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
BAB 7
SURVEI SEDIMEN
Data sedimen diperlukan untuk beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Perkiraan laju endapan didasar sungai/agradasi
2. Prakiraan laju endapan di waduk
3. Perhitungan konstruksi pintu penguras dan bangunan bilas
4. Evaluasi tentang mutu air.
Sedimen yang diangkut oleh aliran sungai pada umumnya dikelompokkan menjadi
dua golongan menurut mekanisme angkutannya, yaitu sedimen yang melayang
(suspended load) dan sedimen yang berguling atau merayap didasar sungai (bed
load).
Pengukuran untuk kedua jenis sedimen tersebut harus dilakukan dengan prosedur
yang berbeda, karena memang membutuhkan alat yang berbeda pula. Pengukuran
sedimen melayang relatif lebih mudah dilaksanakan dan dapat memberikan hasil
yang teliti. Pengukuran muatan dasar pada umumnya lebih rumit dan kurang cermat
dilaksanakan terutama apabila gradasi butiranya berbeda.
Dengan hasil pengukuran lapangan dari kedua unsur muatan tersebut, dilakukan
perhitungan laju angkutan untuk masing-masing unsur dan digabungkan untuk
mendapat laju angkutan total.
Sesuai dengan rumus- rumus untuk perhitungan muatan melayang yang biasa
dipergunakan dalam praktek maka survai untuk muatan melayang harus
disiapkan untuk mendapatkan hubungan antara muatan melayang, gaya seret
(tractive force) dan debit. Dalam rangkaian tujuan termasuk harus diukur pula
7-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruks i Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Jumlah garis tegak yang diambil untuk pengukuran pada suatu penampang
melintang harus ditetapkan dengan memperhatikan kondisi sungai yang
bersangkutan pada umumnya kondisi ini tidak kurang dari tiga buah.
7-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruks i Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
contoh pada suatu titik pada waktu air normal harus dilakukan paling sedikit
sepuluh kali pada debit yang hampir sama. Pada waktu air banjir pengukuran
harus sesering mungkin.
Cara penyajian data sepenuhnya tergantung pada tujuan survai. Pada umumnya
komponen muatan melayang dipisahkan dari muatan dasar. Unsur yang pertama
disebut (muatan melayang) penting diperhitungkan dalam tujuan penelaahan
endapan di waduk atau dalam kaitan survai kualitas air. Untuk penelaahan proses
morfologis yang utama adalah besaran muatan dasar.
7-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
BAB 8
SURVEI KUALITAS AIR
Tujuan dari survai ini adalah untuk mengetahui kandungan fisik, kimiawi dan zat-zat
organik yang ada didalamya yang berkaitan dengan pengelolaan sungai. Kualitas
air sungai selalu berubah dari waktu ke waktu akibat pengaruh dari berbagai hal
terutama fluktuasi besar aliran (misalnya pada saat mulai banjir air menjadi keruh
maka nilai BOD nya akan naik tajam). Oleh karena itu hasil survai harus dapat
menggambarkan semua kondisi, setidak-tidaknya harus dapat menunjukkan
kualitas air sungai pada kondisi tertentu yang sesuai dengan tujuan perencanaan
yang dimaksud.
Pengamatan harus ditetapkan pada tempat- tempat yang mempunyai arti penting
bagi pengendalian sungai dan selaras dengan tujuan pengelolaan.yang
bersangkutan.
Lokasi pengamatan harus terletak pada atau dekat pos pengukur duga muka air
dan debit. Hal ini penting agar hubungan antara kualitas dan besar aliran air selalu
dapat diketahui. Apabila belum ada maka harus dipasang alat pengukur duga muka
air dan debit untuk keperluan ini.
Titik pengambilan sampel air sungai harus terletak di sumbu sungai. Bila ada
dugaan bahwa kualitas air sungai kiri dan kanan berbeda maka pengambilan harus
dilakukan pada kedua sisi sungai.
8-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Pengambilan sampel harus dilaksanakan paling sedikit 1 hari dalam tiap-tiap bulan.
Pada hari tersebut minimum harus dilaksanakan 4 kali pengambilan sampel dengan
interval 6 jam. Saat pengambilan harus dipilih pada waktu aliran sedang tenang dan
tidak dipengaruhi oleh banjir atau pasang laut.
Ketentuan-ketentuan tentang :
• Alat pengambilan sampel (water sampler)
• Jumlah sample yang harus diambil
• Tabung (flask) yang harus dipergunakan untuk menyimpan dan mengangkut
sample ke laboratorium
• Proses pendahuluan (pre-treatment).
Untuk setiap sasaran penelitian harus mengikuti ketentuan standar yang berlaku
untuk butir penelitian yang besangkutan (misalnya : untuk DO cukup diambil 200 ml,
sedang untuk merkuri alkil harus diambil 3 liter).
Pengambilan sampel gabungan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan sama
sekali tidak boleh dilakukan untuk unsur-unsur yang akan mengalami perubahan
akibat sentuhan udara.
8-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
• Temperatur air
• Arah pasang surut.
Hasil pengamatan pengambilan sampel kualitas air seperti contoh, Tabel 8.1.
8-3
TABEL 8.1 CONTOH DATA HASIL PEMANTAUAN KWALITAS AIR PSDA WS SUGIHAN
BULAN : SEPTEMBER 2003
Sungai Musi Musi Musi Musi Musi Musi Musi Musi Baku mutu
No Parameter Lokasi Intake PDAM PT. Pusri S. Lais PT. SST Upang Ma. Jlr 8 Tlg Ma. Jlr 6 Tlg Ma. Jlr 5 Tlg Golongan
Tanggal 08/09/2003 08/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 B,C,D
Fisika Satuan
1 PH - 7 7 6 6 6 6 6 6 6 s/d 9
2 Z. Padat terlarut mg/L 13 16 15 13 14 15 13 16 1000
3 Z. P.Tersuspensi mg/L 43 39 37 28 24 34 29 30 -
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi
0
4 Suhu C 27 27 27 28 26 26 26 26 -
5 DHL mhos/cm 59 58 58 43 48 49 50 47 2250
Kimia
6 BOD mg/L 1,5 2,0 2,8 2,4 1,6 1,6 1,8 1,9 6,0
7 COD mg/L 10,5 11,0 13,0 12,0 9,8 9,0 10,1 12,0 10,0
8 O terlarut mg/L 4,3 4,2 4,0 4,5 4,7 4,8 4,6 4,2 >3
9 Clorida mg/L 6,0 5,0 4,9 3,0 3,1 4,7 4,5 4,1 250,0
10 Kalsium mg/L 5,0 5,8 6,0 5,4 5,8 5,1 5,0 5,2 -
11 Salinitas % 0,8 0,8 0,9 1,0 1,2 1,0 1,0 1,0 -
12 Magnesium mg/L 0,5 0,7 1,0 1,2 1,8 1,6 1,4 1,8 -
Debit m3/dt 1181,048 1706,100 2460,500 2041,500 1252,300 1069,000 808,190 3060,459
Keterangan:
B = Air baku/minum
C = Pertanian, perkebunan, perikanan
D = Industri, pariwisata
Pengenalan Survai dan Investigasi
8-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
BAGIAN I - SURVAI
Bab 1
Sebelum dilakukan perencanaan teknis perlu dilakukan survai dan investigasi. Data yang
dipakai dalam analisis untuk perncanaan haruslah representatif dan relevan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, baik secara fisik dan dimensi
Bab 2
Penentuan lokasi rencana daerah irigasi disamping harus nengacu pada RTRW juga
dilakukan survai-survai yang terkait dengan pengembangan irigasi
Bab 3
Untuk melakukan perencanaan umum/teknis irigasi diperlukan peta topografi skala
1:25.000, peta situasi skala 1:5.000 dan 1:500, 1:200
Bab 4
Untuk mendapatkan data ketersediaan air untuk irigasi dan analisis debit rencana pada
suatu titik sungai tertentu, diperlukan survai curah hujan dengan memasang Pos penakar
curah hujan. Data-data curah hujan dari pos penakar curah hujan dianalisis karakteristik
curah hujan suatu daerah dan analisis frekwensi dengan perhitungan statistik
Bab 5
Untuk mendapatkan kurva debit (rating curve) pada suatu penampang sungai yaitu
hubungan antara tinggi air dan debit sungai, perlu dilakukan beberapa pengukuran debit
dengan berbagai ketinggian air
Bab 6
Untuk tujuan penelaahan endapan di waduk atau survai kualitas air dan penelaahan
proses morpologi sungai serta perhitungan konstruksi pintu penguras, perlu dilakukan
surai sedimen
Bab 7
Survai kualitas air bertujuan untuk mengetahui kandungan fisik, kimiawi dan zat-zat
organik yang ada dalam air sungai, pada kondisi tertentu sesuai dengan perencanaannya
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
Bab 8
Survai kondisi sosial, ekonomi, adat dan budaya bertujuan untuk menentukan kelayakan
proyek irigasi yang akan dibangun
Bab 9
Keberhasilan pekerjaan investigasi apabila :
• Peralatan yang dipakai dalam keadaan baik dan memenuhi batas-batas
toleransi pembacaan
• Dilaksanakan oleh orang yang ahli dan berpengalaman di bidangnya
• Dilaksanakan dalam sungai yang cukup.
BAGIAN II - INVESTIGASI
Bab 1
Dalam pelaksanaan investigasi jika hasilnya tidak tepat dan tidak teliti pada tahap studi
kelayakan, dapat berakibat terjadinya perubahan desain pada tahap desain detail dan
berpengaruh pada kelayakan proyek, jika perubahan biaya menjadi significant akibat
perubahan desain
Bab 2
Penyelidikan mekanika tanah bertujuan untuk meneliti, mempelajari dan menyelidiki
keseimbangan dan perubahan dari tanah baik dengan maupun tanpa tekanan
Bab 3
Penelitian dan penyelidikan geologi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu pondasi
cukup kuat dan rembesan airnya tidak membahayakan konstruksi untuk waktu yang lama.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
PENUTUP
Data-data yang diperoleh dari melakukan survai dan investigasi ketelitian dan kecukupan
jumlahnya sangat menetukan keberhasilan membuat perencanaan/desain detail.
Penggunaan data yang benar merupakan awal kegiatan perencanaan yang benar pula,
sedangkan penmggunaan data yang salah merupakan kegiatan awal yang salah pula.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi
DAFTAR PUSTAKA
5. Standar Perencanaan Irigasi disusun oleh Sub Dit Perencanaan Teknis Direktorat
Irigasi I, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU.