Anda di halaman 1dari 38

ICSE – 03 : PENGENALAN SURVAI DAN INVESTIGASI

PELATIHAN
AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI
JARINGAN IRIGASI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

KATA PENGANTAR

Usaha dibidang Jasa konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah
berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai
badan usaha skala kecil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas
pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini bahwa mutu produk, ketepatan waktu
penyelesaian, dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih rendah dari yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah ketersediaan tenaga
ahli/ terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, kecukupan permodalan serta
penguasaan teknologi.

Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan
terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap produk sesuai kualitas standar tersebut, perlu
dilakukan berbagai upaya, mulai dari peningkatan kualitas SDM, standar mutu, metode kerja
dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan
adalah dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menggeluti
perencanaan baik untuk bidang pekerjaan jalan dan jembatan, pekerjaan sumber daya air
maupun untuk pekerjaan dibidang bangunan gedung.

Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja dibidang sumber daya air, telah
menghasilkan sekitar 130 (seratus Tiga Puluh) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja Ahli
Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi merupakan salah satu jabatan kerja yang
diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat
mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam perencanaan konstruksi
bidang sumber daya air.

Materi pelatihan pada Jabatan Kerja Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi ini terdiri
dari 12 (duabelas) modul yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam
melatih tenaga kerja yang menggeluti Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi.

Namun penulis menyadari bahwa materi pelatihan ini masih banyak kekurangan khususnya
untuk modul Pengenalan Survai dan Investigasi pekerjaan konstruksi Sumber Daya Air.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan
guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini.

Jakarta, Desember 2005

Tim Penyusun

i
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

TUJUAN PELATIHAN
A. Tujuan Umum Pelatihan
Mampu mengkoordinasi, mengarahkan pelaksanaan konstruksi jaringan irigasi oleh
kontraktor dan melakukan pengawasan sesuai dengan gambar pelaksanaan,
spesifikasi teknik, metode pelaksanaan, jangka waktu pelaksanaan yang tercantum
dalam kontrak kontraktor dan jasa konsultan supervisi.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan mampu:
1. Menguasai dokumen kontrak kontraktor dan kontrak konsultan supervisi.
2. Melakukan pertemuan awal pelaksanaan dengan kontraktor dan direksi
pekerjaan.
3. Melakukan kunjungan lapangan diareal lokasi proyek, mengidentifikasi
permasalahan teknis maupun non teknis.
4. Mengecek kesiapan kontraktor untuk mulai pelaksanaan pekerjaan, sesuai yang
tercantum dalam RMK.
5. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan konstruksi sesuai spesifikasi teknis,
gambar pelaksanaan, metode pelaksanaan, K3 serta pencemaran lingkungan.
6 . Mengadakan pertemuan periodik dan khusus dengan kontraktor dan direksi
pekerjaan.
7. Memberikan petunjuk, saran pelaksanaan, teguran langsung kepada kontraktor
atau melalui direksi pekerajan, tergantung sistem kontraknya.
8. Mengecek laporan-laporan dari kontraktor dan usulan perubahan desain.
9. Melakukan opname hasil kemajuan pekerjaan bersama kontraktor dan atau
direksi pekerjaan sesuai penugasan.
10. Mengawasi uji coba fungsi jarinan irigasi yang selesai dilaksanakan oleh
kontraktor.
11. Membantu direksi dalam mengevaluasi kinerja kontraktor.

ii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

NOMOR MODUL : ICSE – 03


JUDUL MODUL : PENGENALAN SURVAI DAN INVESTIGASI

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah selesai mempelajari modul ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan, memahami
dan menyiapkan Survei dan Investigasi sesuai dengan tahap perencanaan irigasi.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah modul ini diajarkan peserta mampu :


1. Menjelaskan kegiatan-kegiatan survai dan investigasi yang diperlukan mendukung
dalam perencanaan dan desain irigasi
2. Menjelaskan dan meyiapkan kebutuhan data-data, peta dan pengukuran, hidrologi,
mekanika tanah dan geologi sesuai jenis bangunan yang akan dibangun dan tahap
perencanaannya
3. Menjelaskan dan menganalisis data-data hasil survai dan investigasi
4. Mengevaluasi kebenaran dan ketelitian data-data hasil survei dan investigasi
5. Berdasarkan butir 4, dapat menetapkan kecukupan data atau masih perlu diadakan
survai atau investigasi tambahan untuk mendukung perencanaan.

iii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


LEMBAR TUJUAN ....................................................................................................... ii
NOMOR MODUL ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI .............................................. viii
DAFTAR MODUL ........................................................................................................ ix
PANDUAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... x

MATERI SERAHAN

BAGIAN I - SURVAI

BAB 1 - PENDAHULUAN ............................................................................................ 1-1

BAB 2 - JENIS SURVAI ............................................................................................... 2-1

BAB 3 - PENGUKURAN DAN PEMETAAN TOPOGRAFI .......................................... 3-1


3.1 Macam Pekerjaan Topografi.................................................................... 3-1
3.1.1 Pemotretan Udara Vertical ............................................................ 3-1
3.1.2 Pemotretan Peta Orthofoto ........................................................... 3-3
3.1.3 Peta Garis Fotogrametris .............................................................. 3-5
3.1.4 Pemetaan Situasi Terestris Skala 1 : 5000 ................................... 3-8
3.1.5 Pemetaan Situasi Terestris Skala 1 : 2000 ................................... 3-11
3.1.6 Pengukuran Topografi Daerah Irigasi ........................................... 3-14
3.1.6.1 Ruang Lingkup Pekerjaan ............................................... 3-14
3.1.6.2 Basis Survai ..................................................................... 3-15
3.1.6.3 Umum .............................................................................. 3-15
3.1.6.4 Hasil dan Data yang Harus Diserahkan Kepada
Pihak Pemberi Pekerjaan ................................................ 3-16
3.1.6.5 Prosedur Pemetaan......................................................... 3-17
3.1.6.6 Pengumpulan Data Ukur ................................................. 3-21
3.1.6.7 Pengolahan Data Ukur..................................................... 3-25
3.1.6.8 Perhitungan Data Ukur .................................................... 3-25
3.1.6.9 Penyajian Hasil ................................................................ 3-27
3.1.6.10 Pengalaman Dalam Praktek ............................................ 3-31

iv
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

BAB 4 - SURVAI CURAH HUJAN ................................................................................ 4-1


4.1 Sirkulasi Air di Daerah Pengaliran Sungai .............................................. 4-1
4.2 Alat Ukur Curah Hujan (Pos Penakar Curah hujan) ............................. 4-2
4.3 Penentuan Pos Hujan .............................................................................. 4-2
4.4 Karakteristik Curah Hujan Suatu Daerah ................................................ 4-3
4.4.1 Menaksir Pola Curah Hujan Tiap Jam Dari Data-Data
Curah Hujan Harian........................................................................ 4-4
4.4.2 Curah Hujan Daerah ...................................................................... 4-5
4.4.3 Hubungan Antara Tinggi Curah Hujan Pada Suatu Titik
Dengan Hujan Daerah ................................................................... 4-9

BAB 5 - SURVAI / PENGAMATAN TINGGI MUKA AIR SUNGAI............................... 5-1


5.1 Pengertian................................................................................................ 5-1
5.2 Penempatan Lokasi Pos Duga Air .......................................................... 5-1

BAB 6 - PENGUKURAN DEBIT SUNGAI ................................................................... 6-1

BAB 7 - SURVAI SEDIMEN.......................................................................................... 7-1


7.1 Tujuan Survei........................................................................................... 7-1
7.2 Materi Sedimen ....................................................................................... 7-1
7.3 Muatan Melayang (Suspended Load) ..................................................... 7-1
7.3.1 Sasaran Survai ............................................................................... 7-1
7.3.2 Pengukuran Muatan Melayang ....................................................... 7-2
7.4 Muatan Dasar (Bed Load) ....................................................................... 7-2
7.4.1 Sasaran Survai ............................................................................... 7-2
7.4.2 Pengukuran Muatan Dasar ............................................................ 7-2
7.5 Penyajian Dasar ...................................................................................... 7-3

BAB 8 - SURVAI KUALITAS AIR.................................................................................. 8-1


8.1 Tujuan Survei........................................................................................... 8-1
8.2 Lokasi Pengamatan ................................................................................. 8-1
8.3 Titik Pengambilan Sampel ...................................................................... 8-1
8.4 Sasaran Penelitian................................................................................... 8-2
8.5 Frekwensi dan Saat Pengambilan Sampel ............................................. 8-2
8.6 Ketentuan Khusus ................................................................................... 8-2
8.7 Analisa Sampel........................................................................................ 8-3

BAB 9 - SOSIAL EKONOMI ADAT DAN BUDAYA .................................................... 9-1

v
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

BAGIAN II - INVESTIGASI

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1-1

BAB 2 PELAKSANAAN PENYELIDIKAN ........................................................... 2-1


2.1 Tahap Reconnaisance .................................................................... 2-1
2.2 Tahap Studi Kelayakan Pendahuluan ........................................... 2-1
2.3 Tahap Studi Kelayakan dan Desain Detail...................................... 2-2

BAB 3 PENYELIDIKAN MEKANIKA TANAH ................................................... 3-1


3.1 Tujuan ............................................................................................. 3-1

3.2 Penyelidikan Laboratorium ............................................................. 3-1

3.2.1 Penentuan Gradasi Butiran .................................................. 3-1


3.2.2 Mengukur Kadar Air Tanah ................................................... 3-2
3.2.3 Menentukan Kadar Pori dan Angka Pori Tanah .................... 3-3
3.2.4 Menentukan Berat Jenis Tanah ............................................ 3-4
3.2.5 Menentukan Berat Volume Tanah ........................................ 3-4
3.2.6 Menentukan Batas Konsistensi Tanah Menurut Atterberg .... 3-5
3.2.7 Mengukur Batas Cair Dengan Alat Cone Penetrometer ....... 3-6
3.2.8 Menimbang Cara Digital ........................................................ 3-7
3.2.9 Pengujian Geser Langsung ................................................... 3-8
3.2.10 Pengujian Oedometer ......................................................... 3-9
3.2.11 Pengujian Triaksial .............................................................. 3-9
3.2.12 Pengujian Proctor ................................................................ 3-9
3.2.13 Pengujian Rembesan Air ..................................................... 3-11
3.2.14 Pengujian Konsolidasi ......................................................... 3-12

3.3 Penelitian dan Penyelidikan di Lapangan ...................................... 3-13


3.3.1 Pengambilan Contoh Tanah................................................... 3-13
3.3.2 Pembuatan Lubang Pengujian .............................................. 3-13
3.3.3 Pembuatan Lubang Dalam .................................................... 3-13
3.3.4 Pembuatan Lubang Pengeboran .......................................... 3-13
3.3.5 Pengujian Alat Standar Penetrasi ......................................... 3-13
3.3.6 Pengujian Dengan Alat sondir ............................................... 3-14
3.3.7 Alat Pengukuran Kadar Air dan Berat Volume tanah ............ 3-16
3.4 Penelitian dan Penyelidikan Geologi .............................................. 3-17

vi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

3.5 Pekerjaan Tanggul dan Parapet Wall ............................................ 3-17


3.6 Penyelidikan Tanah Untuk Bangunan Sungai Yang Lain .............. 3-18

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

vii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL


PELATIHAN AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Ahli Supervisi Konstruksi
Jaringan Irigasi(Irrigation Construction Supervisor Engineer) dibakukan dalam Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-
unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja sehingga dalam Pelatihan
Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus
Pelatihan.

2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit
Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan
kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen
Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus
pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan


Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul
pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran
dalam pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi.

viii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

DAFTAR MODUL

MODUL NOMOR : ICSE. 03


JUDUL : PENGENALAN SURVAI DAN INVESTIGASI

Merupakan salah satu modul dari :

NO. KODE JUDUL

1. ICSE. 01 Etika Profesi, Etos Kerja, UU Jasa Konstruksi dan UU SDA

2. ICSE. 02 Sistem Manajemen K3, Pedoman Teknis K3, RKL dan RPL

3. ICSE. 03 Pengenalan Survai dan Investigasi

4. ICSE. 04 Pengenalan Dokumen Tender dan Dokumen Kontrak

5. ICSE. 05 Pengenalan Manual O & P

6. ICSE. 06 Kriteria Desain Irigasi

7. ICSE. 07 Perhitungan Desain Irigasi

8. ICSE. 08 Pengetahuan Gambar Konstruksi/Pelaksanaan

9. ICSE. 09 Manajemen Konstruksi

10 ICSE. 10 Manejemen Mutu

Metode Pelaksanaan (Construction Method) dan


11 ICSE. 11
Perhitungan Biaya Konstruksi

12 ICSE.12 Admnistrasi Teknik

ix
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

PANDUAN PEMBELAJARAN

PELATIHAN : AHLI SUPERVISI KONSTRUKSI JARINGAN IRIGASI

JUDUL MODUL : PENGENALAN SURVAI DAN INVESTIGASI KETERANGAN

KODE MODUL : ICSE – 03

DESKRIPSI : Materi ini terutama membahas :


1. SURVAI
Jenis-jenis survai : pengukuran dan pemetaan
topografi, survai sedimentasi, survai curah hujan,
survai/pengamatan tinggi muka air sungai,
pengukuran debit sungai, kualitas air, sosial-
Ekonomi, Adat dan Budaya, kesuburan Tanah dan
Kesesuaian Lahan.
2. INVESTIGASI
Data-data yang diperlukan untuk mendukung
perencanaan sesuai tahapannya.
Penyelidikan meliputi :
- Mekanika tanah (laboratorium dan lapangan)
- Geologi.

TEMPAT KEGIATAN : Dalam ruang kelas lengkap dengan


fasilitasnya
WAKTU KEGIATAN : 4 jam pelajaran (1 JP = 45 menit).

x
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

1. CERAMAH : PEMBUKAAN
 Menjelaskan Tujuan  Mengikuti penjelasan TIU OHT No 4 -5
Instruksional (TIU & TIK) dan TIK dengan tekun dan
 Merangsang motivasi peserta aktif
dengan pertanyaan atau  Mengajukan pertanyaan
pengalamannya dalam apabila kurang jelas
penerapan

Waktu : 5 menit
Bahan : Lembar tujuan

2. CERAMAH : PENDAHULUAN
 Gambaran mengenai survai
dan investigasi  Mengikuti penjelasan
instruktur dengan tekun
 Menjelaskan hal-hal yang dan aktif
diperlukan sebelum  Mencatat hal-hal yang OHT No 6
melaksankan survai dan perlu
investigasi  Mengajukan pertanyaan
bila perlu
Waktu : 10 menit
Bahan : Materi serahan
(bab 1 Pendahuluan)

3. CERAMAH :
BAGIAN 1 SURVAI SUNGAI
 Menjelaskan tentang jenis
survai yang dilaksanakan
 Pegukuran dan pemetaan
topografi
▪ Prosedur pemetaan,  Mengikuti penjelasan
▪ Pengolahan data ukur instruktur dengan tekun
dan penyajian hasil dan aktif OHT No 7-27
pengukuran  Mencatat hal-hal yang
 Survai curah hujan perlu
 Survai/ pengamatan tinggi  Mengajukan pertanyaan
muka air sungai, bila perlu
 Pengukuran debit sungai
 Survai sedimen
 Survai kualitas air

Waktu : 75 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 1 sampai 8)

xi
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG

4. CERAMAH :
BAGIAN 2 INVESTIGASI

 Menjelaskan secara garis besar  Mengikuti penjelasan OHT No 28-41


tingkat kebutuhan data yang instruktur dengan tekun
diperlukan sesuai tahapan dan aktif
perencanaan  Mencatat hal-hal yang
 Penyelidikan mekanika tanah perlu
a. penyelidikan laboratorium  Mengajukan pertanyaan
▪ Gradasi butiran bila perlu
▪ Kadar air tanah
▪ Kadar pori angka pori
▪ Berat jenis tanah
▪ Berat volume tanah
▪ Batas-batas konsistensi
▪ Pengujian geser
▪ Pengujian Proctor
▪ Pengujian rembesan air
▪ Pengujian konsolidasi

Waktu : 65 menit
Bahan : Materi serahan
(Bab 2 sampai bab 3 )

- Penyelidikan di lapangan
▪ Pengambilan sampel OHT No 42-43
▪ Pengujian SPT
▪ Pengujian dengan alat
sondir
▪ Pengukuran hasil
pemadatan dengan
Radiologi
▪ Penyelidikan Geologi

Waktu : 25 menit
Bahan : Materi serahan

(Bab 3 )

xii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

MATERI
SERAHAN

xiii
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

BAGIAN I – SURVAI

BAB 1
PENDAHULUAN

Sebelum dilakukan perencanaan teknis perlu dilakukan survai dan investigasi. Survai dan
investigasi yang dibutuhkan untuk perencanaan teknis antara lain : topografi, hidrologi,
geologi teknik, sosial-ekonomi, adat dan budaya, kesuburan tanah dan kesesuaian lahan.
Sedangkan R.T.R.W. Nasional/ Propinsi/ Kabupaten/ Kota adalah rencana tata ruang
wilayah yang disiapkan oleh Bappenas dan Bappeda yang merupakan hasil kesimpulan
dari rencana tata ruang masing-masing departemen. Rencana pengelolaan sumber daya
air di wilayah sungai, dilakukan oleh SDA melalui balai-balai SDA wilayah sungai. Untuk
itu bila kita hendak menentukan rencana lokasi pengembangan irigasi harus mengacu
pada R.T.R.W. Nasional/ Propinsi/ Kabupaten/ Kota dan Rencana Pengelolaan SDA di
Wilayah Sungai.

Di dalam membuat atau merencanakan suatu peta tata letak/ lay out diperlukan hasil
survai topografi atau hasil pengukuran dan penggambaran peta situasi skala 1:5000 dan
1 : 25.000.

Untuk membuat disain bangunan irigasi diperlukan hasil investigasi yang lengkap geologi
teknik dan mekanika tanah. Begitu pula untuk mengetahui kelayakan suatu proyek,
disamping data perencanaan teknis diperlukan juga data sosial-ekonomi, adat dan
budaya serta data kesuburan tanah, kesesuaian lahan dan lingkungan hidup.
Lingkup survai tergantung dan bervariasi dari permasalahan yang dihadapi, data yang
telah ada dan tujuan perencanaan.

Data yang dipakai dalam analisa untuk perencanaan haruslah representatif dan relevan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, baik secara fisik, dimensi, maupun waktu. Ini
semua mengandung arti bahwa penggunaan data yang benar merupakan awal kegiatan
perencanaan yang benar pula, sedangkan penggunaan data yang salah merupakan awal
kegiatan yang salah pula.

Dengan adanya hal-hal tersebut di atas, sebagai Ahli Supervisi Konstruksi jaringan Irigasi
perlu mengenal kegiatan-kegiatan survai dan investigasi.

1-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

BAB 2

JENIS SURVAI

Jenis survei meliputi :


1. Pengukuran dan pemetaan topografi daerah irigasi
2. Survei daerah pengaliran sungai, daerah alur sungai, geologi dan mekanika
tanah
3. Survei curah hujan didaerah pengaliran, pengukuran debit sungai dan run off
sungai
4. Survei kesuburan tanah dan kesesuaian lahan
5. Survei potensi air di dataran sekitar sungai
6. Survei tingkat potensi pemanfaatan air sungai antara lain pembangkit tenaga
listrik, irigasi, air baku dan air industri
7. Survei sosial ekonomi.

Rencana pengembangan irigasi di suatu wilayah sungai, penentuan rencana lokasi


daerah irigasi perlu mengacu pada R.T.R.W. National/Propinsi/Kabupaten/Kota dan
Rencana Pengembangan Sumber Daya Air di wilayah sungai.

Hal tersebut dimaksudkan agar perencanaan lokasi dan rencana pengembangan daerah
irigasi dapat berhasil guna dan berdaya guna, serta pemanfaatan airnya dapat terpadu
memenuhi semua kebutuhan dengan cukup.

2-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

BAB 4
SURVEI CURAH HUJAN

4.1 Sirkulasi Air di Daerah Pengaliran Sungai

Air hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan mengalir kembali ke laut melalui
proses pengaliran berbagai cara seperti ditunjukan pada gambar 4.1. Secara garis
besar di bagi sebagai berikut :
1. Pada saat hujan turun, air hujan mengalir sepanjang permukaan tanah dan
masuk ke sungai. Apabila hujannya deras sedangkan air yang masuk mengalir
ke sungai berlebihan maka akan terjadi banjir
2. Sebagian air hujan akan meresap kedalam tanah atau air pori tanah dan
mengalir dengan lambat masuk kesungai pada waktu debit sungai mengecil atau
mengalir dalam bentuk air tanah.
3. Air kembali ke atmosfir dalam bentuk evaporasi atau transpirasi melalui
tanaman.

Gambar 4.1 Siklus Hidrologi

4-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

1. Awan dan uap air 10. Air tanah 18. Awan dan uap air
2. Hujan 11. Presipitasi 19. Evaporasi
3. Hujan es 12. Salju yang mencair 20. Evaporasi dari tanah
4. Salju 13. Lain-lain 21. Evaporasi dari sungai
5. Limpasan pemukaan 14. Intersepsi sungai dan danau
6. Perkolasi 15. Evaporasi hujan yang 22 Evaporasi dari laut
7. Alat ukur salju sedang jatuh 23. Pengamatan debit
8. Alat ukur hujan 16. Evapotranspirasi 24. Pengamatan kwalitas air
9. Sumur pengamatan 17. Transpirasi 25. Pengamatan evaporasi

4.2 Alat Ukur Curah Hujan (Pos Penakar Curah hujan)

1. Alat Ukur Curah Hujan Biasa


Alat ukur terdiri dari tabung, corong, ember, botol penampung air. Curah hujan
diukur dengan gelas ukur
2. Alat ukur curah hujan otomatis
Curah hujan ditampung dalam tangki dengan menggunakan sistem pelampung
dapat dicacat secara otomatis yang dapat mengukur curah hujan tiap jam

Alat-alat ukur curah hujan ditempatkan di daerah pengaliran sungai berdasarkan


kondisi topografi dan tingkat ketelitian yang diperlukan. Data-data curah hujan yang
dipasang dikumpulkan dan dicatat dan dianalisis untuk keperluan perencanaan

Konstruksi Alat Ukur Curah Hujan Biasa dan otomatis

4.3 Penentuan Pos Hujan

Analisis kerapatan curah hujan yang ada perlu dilakukan karena keadaan tinggi
hujan dan karakteristik DPS biasanya berbeda-beda, serta jaringan pos hujan belum

4-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

memadai. Sebagai ketentuan yang dianjurkan oleh WMO dapat dilihat pada tabel
berikut :

TABEL
KERAPATAN MINIMUM JARINGAN STASIUN HUJAN DI DAERAH TROPIK

LUAS (km2) UNTUK 1 STASIUN HUJAN


TIPE DAERAH
DAERAH NORMAL DAERAH SULIT
Daerah datar 600 – 900 900 – 3000
Daerah berbukit/bergunung 100 - 250 250 - 1000
Sumber data : SKSNI M-18-1989-F

4.4 Karakteristik Curah Hujan Suatu Daerah

Sebagaimana diketahui bahwa karakteristik hujan suatu daerah akan sangat


berbeda dengan daerah lainnya, dengan demikian untuk dapat memperkirakan
besarnya curah hujan yang akan terjadi pada suatu daerah hanya dapat dilakukan
berdasarkan pengukuran-pengukuran besarnya curah hujan pada waktu-waktu
tertentu dimasa yang telah lalu dengan menggunakan peralatan yang disebut pos
penakar curah hujan

Agar dapat diperoleh karakteristik curah hujan suatu daerah, maka dari hasil-hasil
pencatatan pos-pos penakar curah hujan dilakukan perhitungan sebagai berikut:

a. Pola curah hujan tiap jam dari data-data catatan curah hujan harian
b. Pola curah hujan daerah (areal rainfall) yang biasa dihitung dengan cara:
- Curah hujan rata-rata aritmatik
- Poligon Thiesen
- Isohet

c. Pola hujan pada suatu titik yang dirubah menjadi pola hujan suatu daerah
pengaliran disekeliling titik tersebut (point rainfall to catchment rainfall) yang
dihitung dengan cara-cara sebagai berikut :
- Cara Melchior
- Cara Weduwen
- Cara Haspers
d. Pola analisa frekwensi (frequency analysis) dengan perhitungan-perhitungan
statistik sebagai berikut :

4-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

- Distribusi normal (normal distribution)


- distribusi normal logaritmis (log normal distribution)
- Harga ektrem Gumbell (Gumbell extreme value)
- Logaritma Pearson type III
- Pemeriksaan kecocokan (testing the goodness of fitness)
e. Analisa regional (regional analysis)
f. Probable maximum precipitation (PMP)

Dengan melakukan keenam analisa-analisa curah hujan tersebut di atas, maka akan
dapat diketahui karakteristik curah hujan suatu daerah pengaliran yang hasilnya
akan sangat berguna untuk melakukan perhitungan hidrologis selanjutnya, termasuk
perhitungan untuk memperoleh debit banjir pada titik tertentu sebuah sungai

4.4.1 Menaksir Pola Curah Hujan Tiap Jam Dari Data-Data Curah Hujan Harian

Pada umumnya data-data curah hujan di tanah air terutama di pulau Jawa
telah tercatat dalam periode yang melebihi 15 tahun, bahkan dibeberapa
tempat di pulau Jawa telah tercatat sejak tahun 1879. Akan tetapi data-data
tersebut diambil dari pos penakar curah hujan biasa yang dicatat setiap 24
jam sehingga merupakan data curah hujan harian. Untuk meramalkan
besarnya debit banjir yang lebih mendekati kenyataan perlu didasarkan pada
catatan curah hujan setiap jam, yang datanya hanya dapat diperoleh dari pos
penakar hujan otomatis.

Untuk mengatasi masalah ini seorang hidrolog Jepang, Tanimoto telah


mengadakan studi lanjutan yang didasarkan pada hasil-hasil studi Boerema
dan diperoleh hujan lebat di Jawa dengan distribusi jam-jaman sebagai
berikut;

4-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

Tabel 4.4.1
Memperkirakan pembagian curah hujan harian sebesar 170 mm, 230 mm,
350 mm dan 470 mm

Jam 170 mm 230 mm 350 mm 470 mm


1 87 90 96 101
2 28 31 36 42
3 18 20 26 31
4 11 14 20 25
5 8 11 16 22
6 6 9 14 20
7 6 8 13 19
8 4 7 12 18
9 2 5 10 15
10 5 10 15
11 4 9 14
12 4 9 14
13 4 9 14
14 4 9 14
15 3 8 12
16 3 8 11
17 3 7 13
18 3 7 13
19 2 7 13
20 7 11
21 7 11
22 9 11
23 4 10
catatan : Untuk nilai curah hujan lainnya digunakan cara interpolasi

4.4.2 Curah Hujan Daerah

Guna menghitung curah hujan daerah, dapat dilakukan dengan 3 cara


sebagai berikut:

a. Cara Perhitungan rata-rata


Cara perhitungan rata-rata aritmatis (arithmetic mean) adalah cara yang
paling sederhana. Cara ini biasanya dipergunakan untuk daerah datar
dengan jumlah pos curah hujan banyak dan dengan anggapan bahwa
curah hujan didaerah tersebut bersifat uniform (uniform distribution)
dengan rumus sebagai berikut :
R1  R2  R3  ...  Rn
Rave 
n

4-5
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

Dimana :
Rave = curah hujan rata-rata
R1..Rn = Besarnya curah hujan pada masing-masing pos
n = Banyaknya pos hujan.

Contoh perhitungan :
530  365  250  455  230  400  565  725  350  500  650  765  640  825
Rave 
15
= 538.7 mm

b. Cara Polygon Thiesen

Cara ini diperoleh dengan membuat polygon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis hubung dua pos penakar hujan dengan setiap
pos penakar hujan Rn akan terletak pada suatu wilayah polygon tertutup
dengan luas An. Dengan menghitung % luas untuk tiap setiap pos = An/A
dimana A luas daerah pengalliran (daerah penampungan) dan
memperbanyak dengan harga curah hujan Rn maka Rn x (An/A) ini
menyatakan curah hujan berimbang.

Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjmlahkan curah hujan


berimbang ini untuk semua luas yang terletak didalam batas daerah
penampungan apabila ada n buah pos penakar hujan di dalam daerah

4-6
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

penampungan dan disekitarnya yang mempengaruhi daerah


penampungan maka curah hujan rata-rata (Rav e) adalah:
An
Rave  1
n
Rn
A
Gambar poligonThiesen

Rn An % luas R berimbang (mm)


(mm) (km 2) total (1) x (3)
1 2 3 4
65 7 1 1
146 120 19 28
192 109 18 35
269 120 19 51
154 20 3 5
298 92 15 45
500 82 13 65
450 76 12 54
625 100 284
Rave= 284 mm

c. Cara Isohet

Isohet adalah garis lengkung yang menunjukkan harga curah hujan yang
sama. umumnya sebuah garis lengkung menunjukan angka yang bulat.

4-7
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

Isohet ini diperoleh dengan cara interpolasi harga-harga curah hujan yang
tercatat pada pos penakar hujan lokal (Rnt)

Dengan demikian dapat kiranya dijelaskan bahwa pada polygon Thiesen,


garis-garis batas polygon tidak berubah, sedangkan pola Ishohet
berubah-ubah dengan perubahan harga-harga Rnt
Urutan perhitungan adalah sebagai berikut:
• Luas areal di antara dua buah ishoyet di ukur dengan planimeter:
an,n-1
• Curah hujan rata-rata antara dua buah isohet:
R n ,n 1,t
• Volume hujan pada isohet n:

R n ,n 1, t An , n  1
• Volume hujan seluruhnya:

 R 
n
n , n 1,t xAn ,n 1
0

• Curah hujan rata-rata :

 R 
n
n , n 1,t xAn ,n 1
Rave  0

4-8
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

Dari tiga cara ini hasil perhitungan untuk curah hujan rata-rata dengan
menggunakan data curah hujan yang sama, diperoleh hasil sebagi
berikut:
• harga rata-rata aritmatik = 538.7 mm
• Poligon Thiesen = 547.6 mm
• Isohet = 550.6 mm.
Untuk kondisi Indonesia maka cara kedua merupakan cara yang cukup
memadai walupun demikian kedua cara lainnya dapat pula
dipergunakan.

4.4.3 Hubungan Antara Tinggi Curah Hujan Pada Suatu Titik Dengan Hujan
Daerah

a. Cara Melchior.

Transfer hujan pada suatu titik di dalam daerah pengaliran ke curah hujan
daerah pengaliran yang bersangkutan (point rainfall to cacthment rainfall)
dinyatakan dengan koefisien reduksi (reduction coefisient) dalam rumus
sebagai berikut:

1970
F  3960  1720 
  0.12

RR
Dimana :
F = Luas daerah pengaliran
= Koefisien reduksi.

Contoh perhitungan:
Luas daerah pengaliran F = 68.1 km2
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Dengan mengunakan rumus tersebut di atas diperoleh = 0.9
Besarnya curah hujan pada daerah pengaliran tersebut adalah 0.9 x 207
= 186 mm.

b. Cara Weduwen .

4-9
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

Koefisien reduksi  dapat diperoleh dengan rumus-rumus sebagai


berikut :
g = f (F,1)
67.65  1.45q
t
q
t 1
20  .F
 t 9
120  F
Dimana :
q = run-off per satuan luas (m 3/det/km 2), hubungannya dengan F dan
I dinyatakan dengan tabel
F = luas daerah pengaliran (km 2)
i = gradien sungai
t = durasi yang dominan dari hujan yang mengakibatkan banjir
(jam).

Contoh perhitungan
Curah hujan pada stasiun 207 mm
Luas daerah pengaliran F= 68.1 km 2
Gradien sungai I = 0.006
dari tabel diperoleh q = 4,6 m 3/det/km 2

67.65  1.45 * 4.6


t  13.26 jam
4.6

13.26  1
20  * 68.1
 13.26  9  0.34
120  68.1
Curah hujan daerah pengaliran = 0.34 x 270 mm = 70 mm

c. Cara Haspers

Koefisien reduksi diperoleh dari rumus-rumus sebagai berikut :


t  0.1L0.8 I 0.3

t t  3.7 x10 0.4 F 0.75


1 x
 t 2  15 12

4-10
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

Dimana:
t = Durasi yang domiman dari hujan yang mengakibatkan banjir
(jam)
L = Panjang sungai (km)
I = Gradien sungai
F = Luas daerah pengaliran (km 2).

Contoh perhitungan :
Curah hujan pada suatu stasiun 207 mm
Luas daerah pengaliran F = 68.1 km 2
Panjang sungai L = 600 km I= 0.0006.

t  0.1x600 0.8 x0.006 0.3


= 3.59 jam
3.59  3.7 *10 0.4 68.10.75
  1 x  0.79
3.59 2  15 12
Curah hujan daerah pengaliran = 0.79*207 mm = 164 mm.

4-11
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruks i Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

BAB 7
SURVEI SEDIMEN

7.1 Tujuan Survei

Data sedimen diperlukan untuk beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Perkiraan laju endapan didasar sungai/agradasi
2. Prakiraan laju endapan di waduk
3. Perhitungan konstruksi pintu penguras dan bangunan bilas
4. Evaluasi tentang mutu air.

7.2 Materi Sedimen

Sedimen yang diangkut oleh aliran sungai pada umumnya dikelompokkan menjadi
dua golongan menurut mekanisme angkutannya, yaitu sedimen yang melayang
(suspended load) dan sedimen yang berguling atau merayap didasar sungai (bed
load).

Pengukuran untuk kedua jenis sedimen tersebut harus dilakukan dengan prosedur
yang berbeda, karena memang membutuhkan alat yang berbeda pula. Pengukuran
sedimen melayang relatif lebih mudah dilaksanakan dan dapat memberikan hasil
yang teliti. Pengukuran muatan dasar pada umumnya lebih rumit dan kurang cermat
dilaksanakan terutama apabila gradasi butiranya berbeda.

Dengan hasil pengukuran lapangan dari kedua unsur muatan tersebut, dilakukan
perhitungan laju angkutan untuk masing-masing unsur dan digabungkan untuk
mendapat laju angkutan total.

7.3 Muatan Melayang (Suspended Load)

7.3.1 Sasaran Survai

Sesuai dengan rumus- rumus untuk perhitungan muatan melayang yang biasa
dipergunakan dalam praktek maka survai untuk muatan melayang harus
disiapkan untuk mendapatkan hubungan antara muatan melayang, gaya seret
(tractive force) dan debit. Dalam rangkaian tujuan termasuk harus diukur pula

7-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruks i Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

potongan melintang, kedalaman air, kemiringan muka air dan distribusi


kecepatan pada penampang yang bersangkutan.

7.3.2 Pengukuran Muatan Melayang

Pengukuran muatan melayang harus dilakukan dengan pengambilan data


tentang distribusi konsentrasi pada arah vertikal dengan alat pengambil
contoh air (water sampler) yang memadai kemudian pada waktu yang sama
harus diukur pula distribusi kecepatan pada arah vertikal.

Jumlah garis tegak yang diambil untuk pengukuran pada suatu penampang
melintang harus ditetapkan dengan memperhatikan kondisi sungai yang
bersangkutan pada umumnya kondisi ini tidak kurang dari tiga buah.

Untuk mendapatkan contoh air dalam kedalam keadaan tidak terganggu,


pengambilan contoh harus dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama,
sehingga didapat contoh konsentrasi dalam kondisi turbulensi normal.

7.4 Muatan Dasar (Bed Load)

7.4.1 Sasaran Survai

Sesuai dengan rumus-rumus untuk perhitungan muatan dasar yang biasa


dipergunakan dalam praktek, maka survai untuk muatan dasar harus
disiapkan untuk mendapatkan hubungan antara muatan dasar dengan gaya
seret (tractive force). Untuk tujuan itu harus dilaksanakan pengamatan dan
pengukuran muatan dasar, kedalaman, dan kecepatan air, debit dan bentuk
penampang sungai.

7.4.2 Pengukuran Muatan Dasar

Pengukuran muatan dasar harus dilakukan dengan alat pengambil contoh


muatan dasar yang memadai. Pada setiap kali pengukuran alat ini harus
diletakkan didasar sungai untuk suatu jangka waktu tertentu. Setelah itu
jumlah massa atau volume dari sedimen yang tertangkap didalamnya diukur.

Pengukuran muatan dasar harus dilakukan pada suatu penampang melintang


yang cukup mewakili semua besaran hidrolis. Jumlah titik pengamatan pada
suatu penampang melintang tidak boleh kurang dari dua buah. Pengambilan

7-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruks i Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

contoh pada suatu titik pada waktu air normal harus dilakukan paling sedikit
sepuluh kali pada debit yang hampir sama. Pada waktu air banjir pengukuran
harus sesering mungkin.

7.5. Penyajian Data

Cara penyajian data sepenuhnya tergantung pada tujuan survai. Pada umumnya
komponen muatan melayang dipisahkan dari muatan dasar. Unsur yang pertama
disebut (muatan melayang) penting diperhitungkan dalam tujuan penelaahan
endapan di waduk atau dalam kaitan survai kualitas air. Untuk penelaahan proses
morfologis yang utama adalah besaran muatan dasar.

Hasil dari pengukuran dan perhitungan angkutan sedimen biasanya ditampilkan


pada diagram yang menunjukan hubungan antara debit air dan konsentrasi sedimen
rata-rata (dalam %, menurut hitungan berat) atau hubungan antara debit air dan
debit sedimen (dalam ton per detik atau per hari).

Dalam menentukan hubungan-hubungan antara tersebut harus diingat bahwa


untuk debit air yang sama konsentrasi sedimen dapat berbeda tergantung pada
keadaan apakah menjelang atau sesudah banjir. Karena itu beberapa set diagram
harus disiapkan untuk berbagai kondisi banjir. Berdasarkan lengkung-lengkung
debit sedimen ini angkutan sedimen harian dapat dihitung dari hidrograf debit
harian. Selanjutnya dari perhitungan angkutan sedimen harian ini dapat disusun
hidrograf sedimen dan lengkung massa untuk angkutan sedimen.

7-3
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

BAB 8
SURVEI KUALITAS AIR

8.1 Tujuan Survai

Tujuan dari survai ini adalah untuk mengetahui kandungan fisik, kimiawi dan zat-zat
organik yang ada didalamya yang berkaitan dengan pengelolaan sungai. Kualitas
air sungai selalu berubah dari waktu ke waktu akibat pengaruh dari berbagai hal
terutama fluktuasi besar aliran (misalnya pada saat mulai banjir air menjadi keruh
maka nilai BOD nya akan naik tajam). Oleh karena itu hasil survai harus dapat
menggambarkan semua kondisi, setidak-tidaknya harus dapat menunjukkan
kualitas air sungai pada kondisi tertentu yang sesuai dengan tujuan perencanaan
yang dimaksud.

8.2 Lokasi Pengamatan

Pengamatan harus ditetapkan pada tempat- tempat yang mempunyai arti penting
bagi pengendalian sungai dan selaras dengan tujuan pengelolaan.yang
bersangkutan.

Lokasi pengamatan harus terletak pada atau dekat pos pengukur duga muka air
dan debit. Hal ini penting agar hubungan antara kualitas dan besar aliran air selalu
dapat diketahui. Apabila belum ada maka harus dipasang alat pengukur duga muka
air dan debit untuk keperluan ini.

8.3 Titik Pengambilan Sampel

Titik pengambilan sampel air sungai harus terletak di sumbu sungai. Bila ada
dugaan bahwa kualitas air sungai kiri dan kanan berbeda maka pengambilan harus
dilakukan pada kedua sisi sungai.

Titik pengambilan sampel pada umumnya diletakkan pada kedalaman 0,2 x


kedalaman air dipenampang yang bersangkutan. Bila kedalaman sungai lebih dari 2
m maka pengambilan harus juga dilakukan pada dua titik tambahan. Yaitu pada
kedalaman 0,5 dan 0,8 x kedalaman air dipenampang yang dimaksud.

8-1
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

8.4 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian pada umumnya dikelompokan menjadi dua golongan yaitu:


1. Indikator umum tentang kualitas air sungai (misalnya: temperatur, BOD, COD,
DO, pH, hantaran listrik, kesadahan dsb.
2. Kandungan unsur-unsur pencemar.
(misalnya: sianida, merkuri, arsen, timah, bakteri, sedimen dsb).

8.5 Frekwensi dan Saat Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel harus dilaksanakan paling sedikit 1 hari dalam tiap-tiap bulan.
Pada hari tersebut minimum harus dilaksanakan 4 kali pengambilan sampel dengan
interval 6 jam. Saat pengambilan harus dipilih pada waktu aliran sedang tenang dan
tidak dipengaruhi oleh banjir atau pasang laut.

8.6 Ketentuan Khusus

Ketentuan-ketentuan tentang :
• Alat pengambilan sampel (water sampler)
• Jumlah sample yang harus diambil
• Tabung (flask) yang harus dipergunakan untuk menyimpan dan mengangkut
sample ke laboratorium
• Proses pendahuluan (pre-treatment).

Untuk setiap sasaran penelitian harus mengikuti ketentuan standar yang berlaku
untuk butir penelitian yang besangkutan (misalnya : untuk DO cukup diambil 200 ml,
sedang untuk merkuri alkil harus diambil 3 liter).

Pengambilan sampel gabungan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan sama
sekali tidak boleh dilakukan untuk unsur-unsur yang akan mengalami perubahan
akibat sentuhan udara.

Proses pendahuluan (pre – treatment) harus dilakukan segera setelah pengambilan


sesuai dengan standar yang berlaku untuk masing-masing butir sasaran penelitian.

Segera setelah pengambilan harus dilaksanakan pencatatan tentang:


• Tanggal dan waktu pengambilan
• Duga muka air dan debit

8-2
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

• Temperatur air
• Arah pasang surut.

Sampel-sampel harus segera diangkut dalam keadaan aman (terjamin wadahnya


tidak bocor/pecah) segera setelah pengambilan selama pengangkutan sampel
harus didinginkan pada suhu 4 derajat Celcius.

8.7 Analisa Sampel

Hantaran listrik, pH dan DO harus langsung dianalisa dilapangan mengikuti standar


yang umum. Semua butir sasaran penelitian yang lain harus dianalisa di
laboratorium sesuai dengan standar yang umum berlaku bagi masing-masing butir
sasaran penelitian .

Hasil pengamatan pengambilan sampel kualitas air seperti contoh, Tabel 8.1.

8-3
TABEL 8.1 CONTOH DATA HASIL PEMANTAUAN KWALITAS AIR PSDA WS SUGIHAN
BULAN : SEPTEMBER 2003

Sungai Musi Musi Musi Musi Musi Musi Musi Musi Baku mutu
No Parameter Lokasi Intake PDAM PT. Pusri S. Lais PT. SST Upang Ma. Jlr 8 Tlg Ma. Jlr 6 Tlg Ma. Jlr 5 Tlg Golongan
Tanggal 08/09/2003 08/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 09/09/2003 B,C,D

Fisika Satuan

1 PH - 7 7 6 6 6 6 6 6 6 s/d 9
2 Z. Padat terlarut mg/L 13 16 15 13 14 15 13 16 1000
3 Z. P.Tersuspensi mg/L 43 39 37 28 24 34 29 30 -
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi

0
4 Suhu C 27 27 27 28 26 26 26 26 -
5 DHL mhos/cm 59 58 58 43 48 49 50 47 2250

Kimia
6 BOD mg/L 1,5 2,0 2,8 2,4 1,6 1,6 1,8 1,9 6,0
7 COD mg/L 10,5 11,0 13,0 12,0 9,8 9,0 10,1 12,0 10,0
8 O terlarut mg/L 4,3 4,2 4,0 4,5 4,7 4,8 4,6 4,2 >3
9 Clorida mg/L 6,0 5,0 4,9 3,0 3,1 4,7 4,5 4,1 250,0
10 Kalsium mg/L 5,0 5,8 6,0 5,4 5,8 5,1 5,0 5,2 -
11 Salinitas % 0,8 0,8 0,9 1,0 1,2 1,0 1,0 1,0 -
12 Magnesium mg/L 0,5 0,7 1,0 1,2 1,8 1,6 1,4 1,8 -

Debit m3/dt 1181,048 1706,100 2460,500 2041,500 1252,300 1069,000 808,190 3060,459

Keterangan:
B = Air baku/minum
C = Pertanian, perkebunan, perikanan
D = Industri, pariwisata
Pengenalan Survai dan Investigasi

8-4
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

RANGKUMAN MATERI DAN PENUTUP

Rangkuman materi pelatihan ini adalah sebagai berikut :

BAGIAN I - SURVAI

Bab 1
Sebelum dilakukan perencanaan teknis perlu dilakukan survai dan investigasi. Data yang
dipakai dalam analisis untuk perncanaan haruslah representatif dan relevan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, baik secara fisik dan dimensi

Bab 2
Penentuan lokasi rencana daerah irigasi disamping harus nengacu pada RTRW juga
dilakukan survai-survai yang terkait dengan pengembangan irigasi

Bab 3
Untuk melakukan perencanaan umum/teknis irigasi diperlukan peta topografi skala
1:25.000, peta situasi skala 1:5.000 dan 1:500, 1:200

Bab 4
Untuk mendapatkan data ketersediaan air untuk irigasi dan analisis debit rencana pada
suatu titik sungai tertentu, diperlukan survai curah hujan dengan memasang Pos penakar
curah hujan. Data-data curah hujan dari pos penakar curah hujan dianalisis karakteristik
curah hujan suatu daerah dan analisis frekwensi dengan perhitungan statistik

Bab 5
Untuk mendapatkan kurva debit (rating curve) pada suatu penampang sungai yaitu
hubungan antara tinggi air dan debit sungai, perlu dilakukan beberapa pengukuran debit
dengan berbagai ketinggian air

Bab 6
Untuk tujuan penelaahan endapan di waduk atau survai kualitas air dan penelaahan
proses morpologi sungai serta perhitungan konstruksi pintu penguras, perlu dilakukan
surai sedimen

Bab 7
Survai kualitas air bertujuan untuk mengetahui kandungan fisik, kimiawi dan zat-zat
organik yang ada dalam air sungai, pada kondisi tertentu sesuai dengan perencanaannya
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

Bab 8
Survai kondisi sosial, ekonomi, adat dan budaya bertujuan untuk menentukan kelayakan
proyek irigasi yang akan dibangun

Bab 9
Keberhasilan pekerjaan investigasi apabila :
• Peralatan yang dipakai dalam keadaan baik dan memenuhi batas-batas
toleransi pembacaan
• Dilaksanakan oleh orang yang ahli dan berpengalaman di bidangnya
• Dilaksanakan dalam sungai yang cukup.

BAGIAN II - INVESTIGASI

Bab 1
Dalam pelaksanaan investigasi jika hasilnya tidak tepat dan tidak teliti pada tahap studi
kelayakan, dapat berakibat terjadinya perubahan desain pada tahap desain detail dan
berpengaruh pada kelayakan proyek, jika perubahan biaya menjadi significant akibat
perubahan desain

Bab 2
Penyelidikan mekanika tanah bertujuan untuk meneliti, mempelajari dan menyelidiki
keseimbangan dan perubahan dari tanah baik dengan maupun tanpa tekanan

Bab 3
Penelitian dan penyelidikan geologi bertujuan untuk mengetahui apakah suatu pondasi
cukup kuat dan rembesan airnya tidak membahayakan konstruksi untuk waktu yang lama.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

PENUTUP

Data-data yang diperoleh dari melakukan survai dan investigasi ketelitian dan kecukupan
jumlahnya sangat menetukan keberhasilan membuat perencanaan/desain detail.

Penggunaan data yang benar merupakan awal kegiatan perencanaan yang benar pula,
sedangkan penmggunaan data yang salah merupakan kegiatan awal yang salah pula.
Pelatihan Ahli Supervisi Konstruksi Jaringan Irigasi Pengenalan Survai dan Investigasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Umum Pemetaan Teristris Sungai. Direktorat Bina Teknik, Ditjen


Pengairan, Desember 1996
2. Teknik Bendungan, Ir. Soedibyo, 1993

3. Perbaikan dan Pengaturan Sungai (River improvement Works, The Association


for International Technical Promotion, Tokyo, Japan)
4. Hydrometry, L. Horst, IHE, Delft

5. Standar Perencanaan Irigasi disusun oleh Sub Dit Perencanaan Teknis Direktorat
Irigasi I, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen PU.

Anda mungkin juga menyukai