KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan YME, hanya dengan kehendak-Nyalah Laporan Pendahuluan
ini dapat diselesaikan.
Laporan Pendahuluan ini merupakan tahap pertama dalam proses penyusunan “Penyusunan
SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan” Tahun Anggaran 2022 yang
dilaksanakan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan bekerjasama dengan
konsultan.
Dalam Laporan Pendahuluan ini terdiri dari 5 bab pembahasan yang berisikan Pendahuluan,
Tinjauan Literatur, Kajian Teori, Pendekatan dan Metodologi Pekerjaan, dan Rencana Kerja.
Terimakasih sebesar-sebesarnya atas dukungan dan kerjasama dari semua pihak baik instansi-
instansi teknis terkait.
Tim Penyusun
Kata Pengantar | i
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Daftar Isi | ii
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Daftar Tabel | iv
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar | v
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
BAB - 1 PENDAHULUAN
BAB -
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang
Prosedur kerja yang sistematis dalam pelaksanaan tugas di tempat kerja merupakan faktor yang
terpenting dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh. Suatu
pekerjaan memerlukan adanya suatu pedoman bagi petugas untuk mengurangi risiko kecelakaan.
Setiap pekerja wajib mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan. Hal ini sangat penting untuk
menjamin keselamatan dan kesehatan para pekerja. Prosedur-prosedur tersebut biasanya
dinyatakan dalam bentuk standar operasional prosedur (SOP). Kinerja seorang karyawan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung, diantaranya faktor tersebut adalah Standar
Operasional Prosedur (SOP).
SOP merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau
perusahaan berjalan dengan lancar. Penerapan SOP yang baik, akan menunjukan konsisten hasil
kinerja, hasil produk dan proses pelayanan seluruhnya dengan mengacu kepada kemudahan,
pelayanan, dan penganturan seimbang.
Standard Operating Procedure (SOP), adalah tahapan yang harus dilalui untuk menyelesaikan
Suatu proses kerja, menggambarkan hubungan interaksi antarfungsi dan antar departemen, dan
digunakan untuk mendefinisikan tanggung-jawab dan wewenang. Berisi apa yang harus dilakukan
dan siapa yang harus melakukan suatu proses tersebut, Dengan terciptanya Standar Operasional
Prosedur (SOP) dan pelaksanaannya serta pengawasan pelayanan yang baik, akan menciptakan
kualitas pelayanan yang sesuai dengan permintaan anggota. Apabila semua kegiatan sudah
sesuai dengan yang ditetapkan dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) maka secara bertahap
kualitas pelayanan akan lebih profesional, cepat dan mudah.
Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 07 Tahun 2009 tentang pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran, Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis dan Petunjuk Operasional Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2009 Pemerintah Kabupaten
Bandung, berupaya melaksanakan upaya pencegahan, pengendalian, pemadaman,
penyelamatan, pemberdaayaan masyarakat, hal tersebut perlu didukung oleh adanya ketentuan
teknis manajemen penanggulan kebakaran di Perkotaan, Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten
Pendahuluan | 1-1
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
Bandung melalui Dinas Pemadam Kebakaran dipandang perlu menyusun instrumen penerapan
SOP sebagai bahan bahan kendali monitoring dan evaluasi penerapan SOP layanan bidang
kebakaran dan penyelamatan di daerah.
1.2.1 Maksud
Maksud Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan adalah sebagai
acuan dalam penyelenggaraan aktivitas pelayanan dibidang pencegahan dan penanggulangan
kebakaran sesuai dengan tugas utama dan fungsi.
1.2.2 Tujuan
Tujuan penyusunan Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan ini
adalah:
1. Meningkatkan peran dan fungsi dalam pencapaian sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
2. Meningkatkan tertib administrasi terhadap proses pemeriksaan dan pengujian alat pemadam
kebakaran.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas penerbitan surat rekomendasi penempatan alat
pemadam kebakaran pada bangunan gedung
4. Meningkatkan akuntabilitas terhadap pemeriksaan alat pemadam kebakaran
5. Meningkatkan akuntabilitas terhadap pelayanan masyarakat dalam hal pencegahan dan
penanggulangan kebakaran
Pendahuluan | 1-2
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
Lingkup pekerjaan Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
meliputi:
Pendahuluan | 1-3
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
Pendahuluan | 1-4
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 20 Tahun 2009
Tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran;
h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan
Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Sub Urusan Kebakaran Daerah Kabupaten/Kota;
i. Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 186 Tahun 1999 Tentang Unit Penanggulan
Kebakaran;
j. Keputusan Direktur Jenderal Perumahan Dan Permukiman Nomor 58 Tahun 2002
Tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran pada Bangunan Gedung;
k. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 14 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pencegahan Dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran;
l. Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis dan Petunjuk
Operasional;
m. Peraturan Bupati Bandung Nomor 29 Tahun 2022 Tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan.
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, ruang
lingkup, dasar hukum, serta sistematika penyusunan kegiatan Penyusunan SOP
Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan.
Bab ini menguraikan tentang kebijakan terkait dengan Penyusunan SOP Teknis
Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan.
Bab ini menguraikan tentang kajian teori di dalam Penyusunan SOP Teknis Urusan
Pemadam Kebakaran dan Keselamatan.
Pendahuluan | 1-5
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
Pendahuluan | 1-6
LAPORAN PENDAHULUAN
Penyusunan SOP Teknis Urusan Pemadam Kebakaran dan Keselamatan
2
BAB -
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Pengertian
SOP, atau kepanjangannya Standar Operasional Prosedur, adalah sebuah rangkaian standar yang
mendukung prosedur kerja yang tertata baik di sebuah organisasi atau perusahaan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan
kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar (Sailendra, 2015:11).
Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman
atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Standard Operating Procedure (SOP) diperlukan perusahaan untuk menghasilkan sistem yang
berkualitas, teknis yang konsisten, dan mempertahankan kualitas kontrol serta menjaga proses
bisnis tetap berjalan dengan baik.
SOP ini biasanya berkaitan dengan produk, SDM, dan lain sebagainya. Salah satu SOP
perusahaan yang sangat penting adalah SOP Perusahaan mengenai SDM. Yaitu bagaimana
perusahaan mengatur sistem perekrutan, pelatihan, tanda tangan kontrak, pemberian surat
peringatan (SP), bonus, dan cuti kerja, dan masih banyak lagi.
1. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan kemana petugas
dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.
2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan supervisor.
3. Menghindari kegagalan atau kesalahan dengan demikian menghindari dan mengurangi
konflik, keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan.
4. Parameter untuk menilai mutu pelayanan.
5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif.
6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait.
7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila terjadi
suatu kesalahan atau dugaan praktik dan kesalahan administratif lainnya, sehingga sifatnya
melindungi rumah sakit dan petugas.
Tujuan suatu prosedur tertulis seperti halnya SOP. Menurut Santosa (2014) sebagai berikut:
1. Menyediakan sebuah record aktivitas, dan pengoperasian yang dilakukan secara praktis.
2. Menyediakan sebuah informasi yang tentunya konsisten untuk itu karenanya juga akan
membentuk karakter disiplin kepada semua rekan anggota sebuah organisasi baik itu dalam
institusi, organisasi, maupun perusahaan.
3. Memudahkan menganalisis dan membuang hal-hal atau pekerjaan yang tidak ada kaitannya
secara langsung dengan prosedur yang telah ada.
4. Dari tujuan prosedur para ahli maka dapat disimpulkan bahwa tujuan prosedur memang
penting bagi suatu perusahaan untuk memperlancar jalannya suatu sistem kerja sesuai aturan
yang benar dan mampu mencapai tujuan secara efisien dan sistematis.
Saat karyawan beralih ke tanggung jawab baru, mereka mungkin membutuhkan keterampilan
baru untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Di sinilah SOP memberi karyawan kerangka kerja untuk menyelesaikan pekerjaan dari peran
tersebut sambil meminimalkan ketergantungan pada ketersediaan rekan kerja untuk
menjawab pertanyaan.
Kemampuan untuk secara jelas mempraktikan peran dan tanggung jawab memberikan
jaminan bahwa seorang individu memahami peran dan tanggung jawab.
SOP tentunya akan membantu pihak manajemen untuk melihat bagaimana pemahaman
karyawan.
1. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan khusus,
mengurangi kesalahan dan kelalaian.
2. SOP membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi
manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses
sehari-hari.
3. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab khusus dalam
melaksanakan tugas.
4. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. Cara untuk
memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
5. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk cepat
melakukan tugasnya.
6. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
7. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam melaksanakan
pemberian pelayanan sehari-hari.
8. Menghindari kesalahpahaman pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
9. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan
pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.
Semua organisasi memiliki proses dan prosedur yang berulang setiap hari, mingguan, dan
bulanan. Tanyakan pada diri Anda apakah ada alasan khusus mengapa tujuan ini harus
disertai dengan dokumen prosedur operasi standar.
Ketika Anda tahu apa yang ingin dicapai dari SOP, jauh lebih mudah untuk menulis garis besar
dan menentukan detailnya.
2. Pilih Format
Kemungkinan perusahaan Anda sudah memiliki beberapa dokumen SOP yang telah ditulis
sebelumnya. Anda cukup merujuk ke dokumen-dokumen itu sebagai template dalam menulis
SOP.
Jika Anda tidak memiliki dokumen untuk digunakan sebagai referensi, cobalah salah satu ide
berikut:
• Format langkah sederhana: Gunakan format ini untuk prosedur rutin yang singkat dan
mudah diikuti.
• Format langkah hierarkis: Jika prosedur Anda memiliki banyak langkah yang melibatkan
beberapa keputusan.
• Format diagram alur: Anda mungkin ingin menggunakan diagram alur untuk memetakan
dan merencanakan prosedur yang mencakup banyak kemungkinan hasil.
Tim ini terdiri dari orang-orang yang akan Anda minta untuk mematuhi SOP, jadi Anda ingin
memastikan bahwa mereka mengerti dan semua tugas yang diperlukan sudah termasuk
dalam SOP.
Oleh karena itu Anda perlu menentukan ruang lingkupnya, pihak atau departemen mana saja
yang akan terlibat atau bersinggungan dengan SOP yang Anda buat.
Mungkin Anda memerlukan diagram alur atau peta untuk secara jelas mendefinisikan
dependensi dan pihak yang bertanggung jawab.
• Apa pengetahuan awal mereka? Apakah mereka sudah familiar dengan organisasi dan
prosedurnya? Apakah mereka sudah tahu istilahnya?
• Apa keterampilan bahasa mereka? Mungkin audiens Anda tidak menggunakan bahasa
yang sama dengan Anda. Jika demikian, Anda mungkin dapat menggunakan lebih
banyak gambar daripada kata-kata.
• Apakah mereka karyawan baru? Saat mendatangkan karyawan baru, dokumen SOP
Anda harus sangat detail dan berorientasi pada pelatihan.
• Seberapa besar ukuran audiens Anda? Apakah banyak orang dengan peran berbeda
dalam perusahaan akan membaca dokumen SOP tersebut? Jika demikian, Anda
mungkin ingin menulis prosedur dengan cara yang secara jelas mendefinisikan siapa,
atau peran apa, yang melakukan setiap tugas.
6. Tulis SOP
Tulis draf prosedur operasi standar Anda dan pertimbangkan untuk menyertakan beberapa
elemen berikut:
Judul Halaman
• Judul prosedur
• Nama dan tanda tangan dari mereka yang menyiapkan dan menyetujui prosedur yang
digariskan dalam SOP
Daftar Isi
Anda hanya memerlukan daftar isi jika dokumen terdiri dari banyak halaman. Daftar isi
memungkinkan akses mudah ke area tertentu dari dokumen.
Prosedur khusus
Ini adalah bagian terbesar dari dokumen dan mencakup prosedur langkah demi langkah
khusus yang perlu diikuti agar berhasil mematuhi standar perusahaan dan peraturan
keselamatan. Bagian ini juga dapat mencakup:
• Uraian tentang ruang lingkup dan tujuan SOP, batasannya, dan cara penggunaannya.
Anda dapat memasukkan standar, persyaratan peraturan, peran dan tanggung jawab,
serta input dan output.
• Detail yang diperlukan dan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap
langkah.
• Klarifikasi terminologi, termasuk akronim dan frasa yang mungkin tidak familiar bagi
audiens Anda.
• Bagian pemecahan masalah untuk membahas hal-hal yang berjalan tidak baik dan hal
apa yang dapat mengganggu hasil akhir prosedur.
• Kirim draft SOP kepada anggota tim untuk ditinjau. Mintalah mereka mencatat kesalahan
tata bahasa dan teknis.
• Uji sendiri dokumen tersebut untuk memastikan bahwa Anda mencapai hasil yang
diinginkan.
• Mintalah anggota tim lainnya menguji prosedur untuk memastikan bahwa bahasanya
jelas, dapat diikuti dengan mudah, dan dapat diselesaikan dengan baik.
• Ulangi langkah ini sampai dokumen disetujui dan diterima oleh semua pemangku
kepentingan.
• Melaksanakan SOP nya. Buatlah SOP mudah diakses oleh mereka yang
membutuhkannya ketika melakukan pekerjaan mereka.
• Anda harus meninjau SOP setiap enam hingga dua belas bulan sekali atau seperlunya
untuk mengidentifikasi area yang dapat ditingkatkan.
Menurut Budiharjo (2014:10) ada beberapa landasan yang diperlukan sebagai fondasi dalam
penyusunan SOP Dengan begitu SOP yang disusun akan sangat berguna bagi perusahaan atau
organisasi apapun yang berkomitmen untuk menerapkannya. Beberapa landasan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
Dokumen SOP perlu memiliki beberapa kriteria yang pada dasarnya dimaksudkan agar
dokumen SOP yang dihasilkan benar-benar baik, dapat dipercaya, serta sejauh mungkin
berguna bagi perusahaan yang menerapkannya. Beberapa kriteria yang dimaksud adalah:
c. Mudah dikendalikan
d. Mudah diaudit
Dengan beberapa kriteria diatas, hasil dokumen SOP yang disusun diyakini akan dapat
menghasilkan prosedur standar yang dapat dipercaya, terutama bagi para pelaksana kerja di
lapangan. Bagi atasan dari para pelaksana dapat bermanfaat sebagai alat kendali yang juga
dapat dipercaya.Mengingat semua pekerjaan yang dilaksanakan sudah dioperasikan dengan
prosedur standar baku yang sudah ditetapkan sehingga jauh lebih mudah dalam melakukan
kontrol, kondisi seperti ini tentu sangat berguna bagi para pimpinan ataupun para pemilik
perusahaan, terutama sebagai landasan dalam penyusunan rencana kerja untuk periode
berikutnya.
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang terkadang berbeda dengan perusahaan
yang lain. Ada perusahaan yang memiliki general manajer, namun terkadang ada manajer
perusahaan yang langsung berada di bawah direktur perusahaan. Terkadang ada perusahaan
yang menggunakan manager divisi recruitment, namun ada pula perusahaan yang
menggabungkan divisi recruitment menjadi satu kesatuan di bawah naungan manajer HRD.
Setiap perusahaan memiliki kebijakan sendiri untuk menentukan siapa yang berhak
bergabung dalam struktur organisasi mereka, tentu harus sesuai dengan kebutuhan dalam
perusahaan.(Fajar Nur’Aini, 2016:20)
Begitu pula dengan siapa saja yang terlibat dalam pembuatan SOP perusahaan. Setiap
perusahan memiliki kebutuhan dan visi-misi yang berbeda dengan perusahaan lain. Dan
orang yang mengetahui mengenai kebutuhan dan visi-misi itulah yang seharusnya bergabung
untuk membuat SOP bagi perusahaannya. Selain itu, orang yang bergabung dalam tim
tersebut juga harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai posisi yang akan dibuatkan
SOP nya.
Ada beberapa posisi yang sebaiknya bergabung dalam tim untuk membuat SOP. Beberapa
orang yang dapat terlibat adalah sebagai berikut:
a. Ahli
Orang yang dianggap ahli di sini tergantung siapa yang memandang atau menganggap
orang tersebut ahli. Ahli di sini bias seseorang yang menjadi bagian dari perusahaan
ataupun mereka yang berada di luar perusahaan. Pihak internal bias saja mereka yang
dianggap sebagai key person ataupun seorang trouble shooter yang biasanya
berpengaruh bagi perusahaan. Sedangkan dari pihak eksternal, sekarang mulai banyak
perusahaan yang dengan sengaja meminta seorang konsultan yang memiliki keahlian
untuk mengembangkan organisasi atau perusahaan, mereka biasa disebut dengan
praktisi OD (Organizational Development). Mereka memang diminta (sebagai seorang
ahli) untuk membuat SOP yang paling sesuai dengan perusahaan tersebut. Biasanya
perusahaan hanya menjelaskan mengenai posisi apa yang hendak dibuat SOP,
selanjutnya praktisi OD atau konselor memberikan gambaran sesuai dengan ilmu
mereka.
b. Pelaksana Harian
Pelaksana harian adalah karyawan yang memang setiap hari diberi tugas dan tanggung
jawab tertentu. Pelaksana harian sebaiknya diikutkan dalam pembuatan SOP karena ia
mengetahui betul kejadian apa saja yang terjadi setiap hari. Pelaksana harian juga dapat
mengambil benang merah atau kesimpulan atas kejadian yang secara intens terjadi
setiap hari, sehingga ia dapat memberikan saran dalam pembuatan SOP.
Pengawas lapangan atau juga sering disebut sebagai supervisor. Pengawas lapangan
ini adalah seseorang yang setiap harimya mengawasi jalannya pekerjaan. Supervisor
juga dapat digabungkan dalam tim pembuat SOP karena ia adalah seseorang yang
secara langsung mengawasi dan mengevaluasi apakah pekerjaan yang dilakukan oleh
pelaksana sudah sesuai dengan prosedur atau belum. Hasil dari pengawasan atau
evaluasi tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk menciptakan SOP baru yang lebih
relevan dengan keadaan di lapangan.
Atasan pengawas disini dapat diartikan sebagai manajer. Manajer adalah orang yang
cukup paham dengan target dan visi-misi tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan
lapangan. Manajer dapat mendengarkan hasil monitoring dan evaluasi dari para
supervisor mengenai hasil kerja para pelaksana. Manajer juga dapat mendengar keluhan
langsung dari para pelaksana jika mereka mengalami kendala. Dengan demikian, peran
manajer sangat penting untuk memberikan keputusan yang paling tepat agar
menciptakan SOP yang dapat bersinergi dengan tuntutan perusahaan dan realitas yang
terjadi di lapangan. Sehingga kendala atau masalah yang terjadi di lapangan dapat
diminimalisasi dengan adanya SOP yang efektif dan efisien.
Unsur-unsur penting dalam SOP bermanfaat sebagai acuan penyusunan. Selain itu, berfungsi
juga sebagai control pelaksanaan penyusunan SOP. Kontrol ini berguna untuk melihat apakah
SOP yang disusun sudah sesuai dan lengkap atau belum. Dalam SOP itu sendiri, unsur-unsur
tersebut tidak selalu merupakan urutan-urutan yang harus dipenuhi secara lengkap, karena
setiap penyusunan SOP mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam setiap organisasi
(Tambunan, 2013:140). Adapun unsur-unsur SOP yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan SOP adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan penyusunan SOP merupakan landasan setiap prosedur dan langkah- langkah
kegiatan di dalam SOP.
2. Kebijakan
3. Petunjuk operasional
Sebagai pihak penyusun, sebaiknya SOP disusun oleh satu tim. Hal ini bertujuan supaya
perihal dalam perubahan SOP mudah dikomunikasikan.
5. Formulir
Formulir di sini adalah bentuk standar dan dokumen-dokumen kosong yang sering juga
disebut blanko atau dokumen. Di dalam SOP, blanko atau dokumen merupakan media
validasi dan control prosedur. Jadi, formulir ini berfungsi sebagai control SOP serta
pelaksanaan audit. Oleh karena itu, di dalam pedoman SOP harus juga dijelaskan
dengan tepat bagaimana cara pengisian setiap formulir dalam prosedur yang
bersangkutan.
6. Masukan
7. Proses
Tujuan proses di sini adalah mengubah masukan menjadi keluaran. Proses dapat terdiri
dari satu atau lebih subproses. Data dan informasi masukan di dalam masukan diubah
menjadi informasi dan knowledge yang dibutuhkan oleh organisasi untuk pengambilan
keputusan dan melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
8. Laporan
Laporan yang dimaksud dalam SOP harus dibedakan dengan formulir, blanko, atau
dokumen. Laporan dalam suatu prosedur, biasanya sangat spesifik dan tidak akan sama
dengan laporan yang diproduksi di dalam prosedur lainnya.
9. Validasi
Validasi adalah bagian yang penting dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
kegiatan di dalam organisasi. Tujuan melakukan validasi untuk memastikan bahwa
semua keputusan yang diambil dan kegiatan yang dilakukan telah sah (valid).
10. Kontrol
Kontrol bias dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang menurut spesifikasinya,
prosedurnya, kepatuhannya, dan sebagainya. Untuk dapat menerapkan SOP dan
prosedur-prosedur, maka control yang diterapkan harus mencakup semua bentuk control
tersebut (Tambunan, 2013:142-165).
Sedangkan, unsur unsur yang minimal harus ada dalam sebuah dokumen SOP adalah
sebagai berikut (Tambunan, 2013:142-165) :
1. Halaman judul, biasanya memuat judul, logo, nama instansi atau satuan kerja dan tahun
pembuatan.
a. SOP itu memuat prosedur dari semua unit kerja, jadi kemungkinan dokumennya tebal.
4. Petunjuk penggunaan yang dapat berisi definisi istilah dan akronim yang digunakan
dalam dokumen SOP.
5. Fungsi atau Unit Kerja yang terkait dan terlibat dalam Prosedur.
7. Dasar hukum.
8. Tujuan Prosedur.
Berikut merupakan struktur organisasi dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, antara
lain:
Disdamkar dipimpin oleh seorang Kepala Dinas. Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin,
mengatur, merumuskan, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan
mempertanggungjawabkan kebijakan dan pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang
ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat sub urusan kebakaran.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala Dinas mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a. Sekretariat;
d. Jabatan Fungsional.
Dalam melaksanakan program, Kepala Dinas mendelegasikan program pada Sekretariat, Bidang
Pencegahan Kebakaran, Bidang Pemadaman dan Penyelamatan, dan Sarana dan Prasarana.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas pokok memimpin,
mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas – tugas di bidang pengelolaan pelayanan
kesekretariatan yang meliputi pengkoordinasian penyusunan program, pengelolaan umum dan
kepegawaian serta pengelolaan keuangan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Sekretaris mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
b. menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan pegawai dalam jabatan struktural di
bawahnya serta dalam jabatan fungsional tertentu dan jabatan pelaksana;
c. menyelenggarakan pelayanan umum dan kepegawaian yang meliputi urusan surat-menyurat,
barang milik daerah/aset dan rumah tangga, pengorganisasian, kelembagaan dan
ketatalaksanaan, keuangan, perencanaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan;
d. menyelenggarakan kebutuhan naskah dinas yang diperlukan dan menilai konsep tata naskah
dinas dari bawahan dan unit kerja lainnya di lingkungan dinas berdasarkan pedoman dan
ketentuan peraturan perundang–undangan;
e. menyusun dan memeriksa konsep surat dinas berdasarkan tata naskah dinas yang berlaku;
f. mengatur pemberian layanan administratif kepada unit kerja di lingkungan Dinas agar
terwujud tertib administrasi;
g. menyelenggarakan pengelolaan tata naskah dinas dan kearsipan;
h. menyelenggarakan penetapan tugas dan fungsi Dinassesuai dengan penetapan dokumen
perencanaan;
i. menyelenggarakan pelayanan perpustakaan sebagai media
8. referensi, peraturan perundang-undangan dan dokumen lainnya sesuai kepentingan Dinas,
serta menyelenggarakan pelayanan hubungan masyarakat dan pelayanan informasi serta
dokumentasi;
j. memberikan laporan kepada pimpinan mengenai langkah atau tindakan yang diambil dalam
lingkup tugasnya;
Sekretaris, dalam melaksanakan tugas, fungsi dan sub tugas, melaksanakan kegiatan dan
subkegiatan sebagai berikut:
Sekretaris, membawahkan:
Subbagian Penyusunan Program dan Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian.
Kepala Subbagian Penyusunan Program dan Keuangan mempunyai tugas pokok
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas
penyusunan program dan pengelolaan administrasi dan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan Dinas. Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Subbagian Penyusunan
Program dan Keuangan menyelenggarakan fungsi:
a) penyusunan rencana dan program kerja Dinas, sesuai dengan hasil musrenbang, visi
dan misi, rencana strategis Dinas dan Daerah, rencana strategis Provinsi dan Nasional;
b) pelaksanaan koordinasi dengan Subbagian, dan Seksi untuk penyusunan dan penetapan
rencana kerja Dinas;
c) pelaksanaan koordinasi dengan Subbagian Umum dan Kepegawaian untuk penyusunan
tugas dan fungsi Dinas;
d) penyusunan rencana dan program kerja operasional kegiatan pengelolaan administrasi
dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Dinas;
e) pelaksanaan koordinasi dengan Subbagian, dan Seksi untuk pengelolaan administrasi
dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Dinas;
f) pelaksanaan penyusunan laporan pengelolaan keuangan Dinas;
g) pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi Penyusunan Program dan Keuangan
Dinas; dan
h) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian kinerja Subbagian Penyusunan
Program dan Keuangan.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Kepala Subbagian Penyusunan Program dan
Keuangan mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a) menyusun dan melaksanakan kebijakan teknis lingkup Subbagian Penyusunan Program
dan Keuangan berdasarkan program kerja Dinas;
b) menyiapkan bahan dan melaksanakan penyusunan Rencana Strategis (Renstra),
Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Anggaran
(RKA) / Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Perjanjian Kinerja (PK), serta menyusun
dan menyajikan Laporan Kinerja yang telah ditentukan;
c) meneliti kelengkapan dan verifikasi SPP-LS pengadaan barang dan jasa, SPP-UP, SPP-
GU, SPP-TU, SPP-LS Gaji dan tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang diajukan
oleh Bendahara dan diketahui oleh PPTK;
d) menyiapkan Surat Perintah Membayar (SPM);
e) menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan administrasi dan pembukuan
keuangan, verifikasi dan akuntansi keuangan;
f) melaksanakan penyusunan laporan keuangan;
g) melaksanakan administrasi penyetoran dan pelaporan pajak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
h) menyiapkan bahan dan melaksanakan penyusunan pertanggungjawaban pelaksanaan
anggaran;
i) melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait
dalam lingkup tugasnya;
j) membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
k) memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
l) menyelia kegiatan bawahan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja
masing-masing;
m) mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana
kerja yang ditetapkan;
n) mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai
(SKP) untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya
tindak lanjut;
o) melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan
kepada pimpinan;
p) memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya;
dan
q) melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
Subbagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian. Kepala
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan
pengelolaan urusan surat menyurat, kearsipan, perpustakaan, kehumasan dan keprotokolan,
barang milik daerah/aset dan rumah tangga, penyiapan kebutuhan pegawai, pembinaan dan
pengembangan pegawai serta administrasi kepegawaian lainnya. Dalam melaksanakan tugas
pokok, Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian
mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a) menyusun dan melaksanakan rencana kerja lingkup Subbagian Umum dan
Kepegawaian berdasarkan dokumen perencanaan, sasaran, kebijakan teknis, dan
program kerja Dinas;
b) melaksanakan tata naskah dinas, surat-menyurat, kehumasan dan keprotokolan,
kearsipan, perpustakaan, dan penyediaan peralatan kerja;
c) menyiapkan rencana kebutuhan dan melaksanakan pengelolaan administrasi barang
milik daerah/aset Dinas;
d) melaksanakan pengurusan pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pemeliharaan,
perawatan, inventarisasi serta pelaporan dan usulan penghapusan barang milik
daerah/aset daerah yang digunakan Dinas;
e) melaksanakan pengurusan rumah tangga, kebersihan, ketertiban dan keamanan ruang
kerja serta lingkungan Dinas;
f) menyusun rencana kebutuhan / formasi pegawai Dinas;
g) melaksanakan penyiapan administrasi dan teknis pengusulan pegawai yang akan
pensiun, peninjauan masa kerja serta pemberian penghargaan;
h) menyiapkan bahan administrasi dan peningkatan kesejahteraan pegawai, rotasi dan
mutasi serta pemberhentian pegawai dalam lingkup Dinas;
i) memberikan pelayanan/fasilitasi kepada pegawai yang akan mengikuti pendidikan dan
pelatihan kepemimpinan, teknis dan fungsional, ujian dinas dan izin/tugas belajar;
j) menyiapkan bahan pembinaan kepegawaian dan disiplin pegawai;
k) menyiapkan bahan analisis jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, standar
kompetensi pegawai, tenaga teknis dan fungsional;
Bidang Pencegahan Kebakaran, dipimpin oleh seorang Kepala Bidang. Kepala Bidang
Pencegahan Kebakaran, mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan
mengendalikan tugas – tugas di Bidang Pencegahan Kebakaran. Dalam melaksanakan tugas
pokok, Kepala Bidang Pencegahan Kebakaran, menyelenggarakan fungsi :
a. penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional Bidang Pencegahan Kebakaran,
meliputi Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Dunia Usaha, Seksi Pencegahan dan Inspeksi,
dan Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur;
b. penyelenggaraan rencana kerja Bidang Pencegahan Kebakaran,, meliputi Seksi
Pemberdayaan Masyarakat dan Dunia Usaha, Seksi Pencegahan dan Inspeksi, dan Seksi
Peningkatan Kapasitas Aparatur;
c. penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian kinerja Bidang Pencegahan
Kebakaran.
Kepala Bidang Pencegahan Kebakaran, dalam melaksanakan tugas, fungsi dan sub tugas,
melaksanakan kegiatan dan subkegiatan sebagai berikut:
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Dunia
Usaha mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Dunia Usaha,
sesuai dengan hasil musrenbang, visi dan misi, rencana strategis Dinas dan Daerah;
b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Pemberdayaan
Masyarakat dan Dunia Usaha;
c. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait dalam
lingkup tugasnya;
d. membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
e. memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
f. menyelia kegiatan bawahan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja masing-
masing;
g. mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang ditetapkan;
h. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
i. melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan kepada
pimpinan;
j. memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya; dan
k. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
Seksi Pencegahan dan Inspeksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Kepala Seksi Pencegahan
dan Inspeksi, mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melaporkan pelaksanaan tugas Pencegahan dan Inspeksi. Dalam melaksanakan tugas pokok,
Kepala Seksi Pencegahan dan Inspeksi menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Pencegahan dan Inspeksi;
b. penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja Seksi Pencegahan dan Inspeksi;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian kinerja Seksi Pencegahan dan
Inspeksi.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Kepala Seksi Pencegahan dan Inspeksi mempunyai
sub tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi Pencegahan dan Inspeksi, sesuai dengan hasil
musrenbang, visi dan misi, rencana strategis Dinas dan Daerah;
b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Pencegahan dan Inspeksi;
c. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait dalam
lingkup tugasnya;
d. membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
e. memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
f. menyelia kegiatan bawahan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja masing-
masing;
g. mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang ditetapkan;
h. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
i. melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan kepada
pimpinan;
j. memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya; dan
k. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Kepala Seksi
Peningkatan Kapasitas Aparatur, mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas peningkatan kapasitas aparatur. Dalam
melaksanakan tugas pokok, Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Peningkatan Kapasitas
Aparatur;
b. penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian kinerja Seksi Peningkatan
Kapasitas Aparatur.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur
mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi Peningkatan Kapasitas Aparatur, sesuai dengan
hasil musrenbang, visi dan misi, rencana strategis Dinas dan Daerah;
b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Peningkatan Kapasitas
Aparatur;
c. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait dalam
lingkup tugasnya;
d. membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
e. memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
f. menyelia kegiatan bawahan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja masing-
masing;
g. mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang ditetapkan;
h. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
i. melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan kepada
pimpinan;
j. memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya; dan
k. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bidang Pemadaman dan Penyelamatan, Sarana dan Prasarana, dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang. Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan, Sarana dan Prasarana, mempunyai tugas
pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan tugas – tugas di Bidang Pemadaman
dan Penyelamatan, Sarana dan Prasarana. Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Bidang
Pemadaman dan Penyelamatan, Sarana dan Prasarana, menyelenggarakan fungsi:
a. penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis operasional Bidang Pemadaman dan
Penyelamatan, Sarana dan Prasarana, meliputi Seksi Pemadaman Kebakaran, Seksi
Penyelamatan dan Evakuasi, dan Seksi Informasi, Sarana dan Prasarana;
b. penyelenggaraan rencana kerja Bidang Pemadaman dan Penyelamatan, Sarana dan
Prasarana, meliputi Seksi Pemadaman Kebakaran, Seksi Penyelamatan dan Evakuasi, dan
Seksi Informasi, Sarana dan Prasarana;
c. penyelenggaraan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian kinerja bidang Bidang
Pemadaman dan Penyelamatan, Sarana dan Prasarana.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan,
Sarana dan Prasarana mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis Dinas bidang Pemadaman dan
Penyelamatan, Sarana dan Prasarana;
b. menyelenggarakan, merumuskan konsep sasaran kegiatan bidang Pemadaman dan
Penyelamatan, Sarana dan Prasarana;
c. menyelenggarakan monitoring, evaluasi dan pelaporan bidang Pemadaman dan
Penyelamatan, Sarana dan Prasarana;
d. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait
dalam lingkup tugasnya;
e. mendistribusikan tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugasnya;
f. memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya;
g. menyelia kegiatan bawahan dalam lingkup Bidang Pemadaman dan Penyelamatan, Sarana
dan Prasarana, untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja;
h. mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang telah ditetapkan;
i. menyusun dan memeriksa konsep surat dinas berdasarkan tata naskah dinas yang berlaku;
j. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui sasaran kerja pegawai (skp) untuk
mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan, Sarana dan Prasarana, dalam melaksanakan
tugas, fungsi dan sub tugas, melaksanakan kegiatan dan subkegiatan sebagai berikut:
1. program pencegahan, penanggulangan, penyelamatan kebakaran dan penyelamatan non
kebakaran;
a) pencegahan, pengendalian, pemadaman, penyelamatan, dan penanganan bahan
berbahaya dan beracun kebakaran dalam daerah kabupaten;
1) pencegahan kebakaran dalam daerah kabupaten;
2) pemadaman dan pengendalian kebakaran dalam daerah kabupaten;
3) penyelamatan dan evakuasi korban kebakaran dan non kebakaran;
4) penanganan bahan berbahaya dan beracun kebakaran dalam daerah kabupaten;
5) standarisasi sarana dan prasarana pencegahan, penanggulangan kebakaran dan
alat pelindung diri;
6) pengadaan sarana dan prasarana pencegahan, penanggulangan kebakaran dan
alat pelindung diri;
7) pembinaan aparatur pemadam kebakaran;
8) pengelolaan sistem komunikasi dan informasi kebakaran dan penyelamatan (skik);
dan
9) penyelenggaraan kerjasama dan koordinasi antar daerah berbatasan, antar
lembaga, dan kemitraan dalam pencegahan, penanggulangan, penyelamatan
kebakaran dan penyelamatan non kebakaran.
b) penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan terhadap kondisi membahayakan
manusia
1) penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan pada peristiwa yang menimpa,
membahayakan, dan/atau mengancam keselamatan manusia;
2) standarisasi sarana dan prasarana pencarian dan pertolongan terhadap kondisi
membahayakan manusia/penyelamatan dan evakuasi;
3) pengadaan sarana dan prasarana pencarian dan pertolongan terhadap kondisi
membahayakan manusia/penyelamatan dan evakuasi; dan
4) pembinaan aparatur pencarian dan pertolongan terhadap kondisi membahayakan
manusia/ penyelamatan dan evakuasi.
Dalam melaksanakan kegiatan dan subkegiatan, Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan,
Sarana dan Prasarana, mendelegasikan subkegiatan pada Seksi. Seksi Pemadaman Kebakaran,
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Kepala Seksi Pemadaman Kebakaran, mempunyai tugas
pokok merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas
Pemadaman Kebakaran. Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Seksi Pemadaman
Kebakaran, menyelenggarakan fungsi:
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala Seksi Pemadaman Kebakaran, mempunyai
sub tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi Pemadaman Kebakaran, sesuai dengan hasil
musrenbang, visi dan misi, rencana strategis Dinas dan Daerah;
b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Pemadaman Kebakaran;
c. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait dalam
lingkup tugasnya;
d. membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
e. memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
f. menyelia kegiatan bawahan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja masing-
masing;
g. mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang ditetapkan;
h. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
i. melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan kepada
pimpinan;
j. memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya; dan
k. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
Seksi Penyelamatan dan Evakuasi, dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Kepala Seksi
Penyelamatan dan Evakuasi, mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas Penyelamatan dan Evakuasi. Dalam
melaksanakan tugas pokok, Kepala Seksi Penyelamatan dan Evakuasi, menyelenggarakan fungsi:
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala Seksi Penyelamatan dan Evakuasi,
mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi Penyelamatan dan Evakuasi, sesuai dengan
hasil musrenbang, visi dan misi, rencana strategis Dinas dan Daerah;
b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Penyelamatan dan
Evakuasi;
c. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait dalam
lingkup tugasnya;
d. membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
e. memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
f. menyelia kegiatan bawahan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja masing-
masing;
g. mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang ditetapkan;
h. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
i. melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan kepada
pimpinan;
j. memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya; dan
k. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
Seksi Informasi, Sarana dan Prasarana dipimpin oleh seorang Kepala Seksi. Kepala Seksi
Informasi, Sarana dan Prasarana, mempunyai tugas pokok merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas informasi, sarana dan prasarana. Dalam
melaksanakan tugas pokok, Kepala Seksi Informasi, Sarana dan Prasarana menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Informasi, Sarana dan
Prasarana;
b. penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja Seksi Informasi, Sarana dan Prasarana;
c. pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
d. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan capaian kinerja Seksi Informasi, Sarana dan
Prasarana.
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Kepala Seksi Informasi, Sarana dan Prasarana
mempunyai sub tugas sebagai berikut:
a. menyusun rencana dan program kerja Seksi Informasi, Sarana dan Prasarana, sesuai dengan
hasil musrenbang, visi dan misi, rencana strategis Dinas dan Daerah;
b. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis operasional Seksi Informasi, Sarana dan
Prasarana;
c. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja lain dan/atau lembaga/organisasi terkait dalam
lingkup tugasnya;
d. membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan bidang tugas masing-masing;
e. memberi petunjuk kepada bawahan untuk kelancaran pelaksanaan tugas;
f. menyelia kegiatan bawahan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan rencana kerja masing-
masing;
g. mengarahkan dan mengendalikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan rencana kerja
yang ditetapkan;
h. mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan melalui penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk mengetahui prestasi kerjanya dan sebagai bahan pembinaan serta upaya tindak lanjut;
i. melaporkan pelaksanaan tugas secara lisan, tertulis, berkala atau sesuai kebutuhan kepada
pimpinan;
j. memberikan saran dan pertimbangan kepada pimpinan sesuai dengan bidang tugasnya; dan
k. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan, sesuai dengan
bidang tugasnya.
5. Jabatan Fungsional
Pengaturan pembentukan jenis dan jenjang Jabatan Fungsional ditetapkan oleh Bupati sesuai
dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan dinas secara profesional berdasarkan disiplin ilmu
dan keahliannya serta disesuaikan dengan kebutuhan. Kelompok Jabatan Fungsional, dalam
melaksanakan tugas pokoknya bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri atas sejumlah Pegawai Negeri Sipil dalam jenjang jabatan
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap
kelompok Jabatan Fungsional, dapat dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional senior dan
ditunjuk diantara tenaga fungsional yang ada di lingkungan Dinas. Jumlah Jabatan Fungsional,
ditentukan sifat, jenis, kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang Jabatan fungsional, diatur
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3
BAB -
KAJIAN TEORI
3.1 Pengertian
Dalam suatu kegiantan pekerjaan harus memiliki acuan dan pegangan, walupun masih ada
perusahaan yang tidak memiliki acuan serta pedoman dalam suatu pekerjaan. Akibat dari tidak
adanya acuan dalam pelaksanaan pekerjaan banyak membuat organisasi tidak berfungsi dengan
baik, hal ini dikarenakan para karyawan bingung atas pekerjaan yang akan mereka kerjakan
selanjutnya, dan pihak manajemen tidak mempunyai pedoman dalam pengambilan keputusan,
sehingga apabila ada suatu kesalahan atau kekeliruan tidak bisa dianalisis dimana kesalahan itu
terjadi karena tidak memiliki alur pedoman yang jelas.
Tidak adanya acuan serta pedoman dalam pelaksanaan kegiatan administrasi dilingkungan
pemerintahan maupun Instansi Negara banyak dikeluhkan oleh para masyarakat. Karena dengan
tidak adanya acuan pelayanan administrasi menyebabkan proses pelayanan menjadi terasa rumit.
Lamanya pelayanan yang terjadi mengindikasikan adanya praktik-praktik korupsi.
Agar memahami kegiatan dalam suatu pekerjaan dengan baik setiap organisasi harus memiliki
suatu acuan, instruksi ataupun prosedur kerja. Karena dengan adanya prosedur atau acuan ini
para karyawan, atasan, manajemen maupun masyarajat mendapatkan suatu kejelasan yang
diberikan. Ada beberapa istilah acuan dalam pekerjaan, antara lain instruksi kerja (work instruction)
dan Standar Operaional Prosedur (SOP). Kedua istilah tersebut memiliki fungsi dan makna yang
berbeda yaitu sebagai acuan kerja perbedaanya hanya dari pemakaian istilah atau bahasa dalam
tiap – tiap organisasi. Maksud dan tujuan disusunnya SOP ini adalah agar pelayanan dalam proses
penerbitan izin usaha pelatihan kerja dapat berjalan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Adapun tujuan disusunnya SOP ini adalah sebagai pedoman bagi petugas
PTSP dalam memberikan pelayanan penerbitan izin usaha pelatihan kerja dan bagi pemangku
kepentingan lainnya untuk mengetahui alur proses penerbitan izin usaha pelatihan kerja.
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang
dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk
memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang serendah -
rendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi, metode penulisan
prosedur, serta dilengkapi oleh bagan flowchart di bagian akhir. Setiap perusahaan bagaimanapun
bentuk dan apapun jenisnya, membutuhkan sebuah panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi
setiap elemen atau unit perusahaan. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem yang
disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan
proses melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir.
Definisi Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas
pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja prosedur kerja dan sistem
kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Standar Operasional Prosedur tidak saja bersifat internal tetapi juga bersifat eksternal.Karena SOP
selain digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik yang berkaitan dengan ketepatan
program dan waktu, juga digunakan untuk menilai kinerja organisasi publik. Kinerja publik yang
mempunyai satu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Hal ini
akan mencakup hal - hal dari operasi yang memiliki suatu prosedur pasti atau tersetandarisasi,
tanpa kehilangan keefektifan.
SOP, atau kepanjangannya Standar Operasional Prosedur, adalah sebuah rangkaian standar yang
mendukung prosedur kerja yang tertata baik di sebuah organisasi atau perusahaan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan untuk memastikan
kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan dengan lancar (Sailendra, 2015:11).
Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman
atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja
instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
Standard Operating Procedure (SOP) diperlukan perusahaan untuk menghasilkan sistem yang
berkualitas, teknis yang konsisten, dan mempertahankan kualitas kontrol serta menjaga proses
bisnis tetap berjalan dengan baik.
SOP ini biasanya berkaitan dengan produk, SDM, dan lain sebagainya. Salah satu SOP
perusahaan yang sangat penting adalah SOP Perusahaan mengenai SDM. Yaitu bagaimana
perusahaan mengatur sistem perekrutan, pelatihan, tanda tangan kontrak, pemberian surat
peringatan (SP), bonus, dan cuti kerja, dan masih banyak lagi.
Implementasi SOP yang baik, akan menunjukkan konsistensi hasil kinerja, hasil produk dan proses
pelayanan yang kesemuanya mengacu pada kemudahan karyawan dan kepuasan pelanggan.
Disamping itu juga saat ada masalah penyelewengan atau penyalahgunaan wewenang, Standar
Operasional Prosedur ini juga dapat dijadikan sebagai dasar hukum yang kuat dan tujuan adanya
SOP adalah sebagai berikut:
1. Agar petugas atau pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau pegawai
semakin baik.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap - tiap posisi dalam organisasi.
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
4. Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas dari malpraktek atau kesalahan administrasi
lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, leraguan, duplikasi dan inefisiensi.
Tujuan standar operasional prosedur untuk membuat aturan dan pengawasan terhadap kinerja
disetiap bidang pekerja harus sesuai tata tertib yang berlaku dan terstruktur dengan benar
sehingga menjadi lebih efektif dan efisien. Tujuan Standar Operasional Prosedur (Puji, 2014:30-
35) sebagai berikut:
8. Menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan kemana petugas
dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu.
9. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan supervisor.
10. Menghindari kegagalan atau kesalahan dengan demikian menghindari dan mengurangi
konflik, keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan.
11. Parameter untuk menilai mutu pelayanan.
12. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif.
13. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait.
14. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila terjadi
suatu kesalahan atau dugaan praktik dan kesalahan administratif lainnya, sehingga sifatnya
melindungi rumah sakit dan petugas.
Tujuan suatu prosedur tertulis seperti halnya SOP. Menurut Santosa (2014) sebagai berikut:
5. Menyediakan sebuah record aktivitas, dan pengoperasian yang dilakukan secara praktis.
6. Menyediakan sebuah informasi yang tentunya konsisten untuk itu karenanya juga akan
membentuk karakter disiplin kepada semua rekan anggota sebuah organisasi baik itu dalam
institusi, organisasi, maupun perusahaan.
7. Memudahkan menganalisis dan membuang hal-hal atau pekerjaan yang tidak ada kaitannya
secara langsung dengan prosedur yang telah ada.
8. Dari tujuan prosedur para ahli maka dapat disimpulkan bahwa tujuan prosedur memang
penting bagi suatu perusahaan untuk memperlancar jalannya suatu sistem kerja sesuai aturan
yang benar dan mampu mencapai tujuan secara efisien dan sistematis.
Standar Operasional Prosedur yang baik haruslah mendasarkan pada manfaat sebagaimana poin
– poin berikut dibawah ini:
1. Memudahkan proses pemberian tugas serta tanggung jawab kepada pegawai yang
mejalankan.
2. Memudahkan pemahaman (penguasaan tugas) staff secara sistematis dan general.
3. Menghindari gangguan“error” dalam proses kerja.
4. Mempermudah dan mengetahui terjadinya kegagalan, inefisiensi proses dalam prosedur
kerja, serta kemungkinan – kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kewenangan oleh
pegawai yang menjalankan.
5. Memudahkan dalam hal monitoring dan menjalankan fungsi kontrol dari setiap proses kerja.
6. Menghemat waktu dalam program training, karena didalam SOP tersusun secara sistematis.
Jika Standar Operasional Prosedur dijalankan dengan benar maka perusahaan/ institusi akan
mendapatkan banyak manfaat dari penerapan SOP tersebut antara lain :
1. Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara detail dan terinci dengan jelas dan
sebagai dokumentasi aktivitas proses bisnis perusahaan.
2. Meminimalisasi variasi dan kesalahan dalam suatu prosedur operasional kerja.
3. Mempermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam program training karyawan.
4. Menyamaratakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua pihak.
5. Membantu dalam melakukan evaluasi dan penilaian terhadap setiap proses operasional
dalam institusi/perusahaan.
6. Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu perubahan kebijakan.
Tidak hanya untuk menghasilkan sistem yang berkualitas di perusahaan, adanya SOP dapat
membantu perusahaan dari berbagai hal. Beberapa manfaat SOP bagi perusahaan adalah:
Saat karyawan beralih ke tanggung jawab baru, mereka mungkin membutuhkan keterampilan
baru untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Di sinilah SOP memberi karyawan kerangka kerja untuk menyelesaikan pekerjaan dari peran
tersebut sambil meminimalkan ketergantungan pada ketersediaan rekan kerja untuk
menjawab pertanyaan.
Kemampuan untuk secara jelas mempraktikan peran dan tanggung jawab memberikan
jaminan bahwa seorang individu memahami peran dan tanggung jawab.
SOP tentunya akan membantu pihak manajemen untuk melihat bagaimana pemahaman
karyawan.
10. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan khusus,
mengurangi kesalahan dan kelalaian.
11. SOP membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi
manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses
sehari-hari.
12. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab khusus dalam
melaksanakan tugas.
13. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. Cara untuk
memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang telah dilakukan.
14. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk cepat
melakukan tugasnya.
15. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
16. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam melaksanakan
pemberian pelayanan sehari-hari.
17. Menghindari kesalahpahaman pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
18. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam memberikan
pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.
Pengertian prinsip-prinsip di atas terdapat dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
52 Tahun 2011 sebagai berikut :
a. Prinsip efisiensi dan efektifitas sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, prosedur
yang distandarkan singkat dan cepat dalam mencapai target pekerjaan dan memerlukan
sumberdaya yang paling sedikit.
b. Prinsip berorientasi pada pengguna sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 huruf b,
prosedur yang distandarkan mempertimbangkan kebutuhan pengguna.
c. Prinsip kejelasan dan kemudahan sebagimana yang dimkasud dalam Pasal 2 huruf c, SOP
(Standar Operasional Prosedur) yang disusun dapat dengan mudah dimengerti dan
diterapkan.
d. Prinsip keselarasan sebagimana yang dimaksud dalam Pasal d, SOP yang dibuat selaras
dengan SOP lain yang terkait.
e. Prinsip keterukuran sebagaimana yang dimkasud dalam Pasal 2 huruf e, meliputi hasil,
waktu dan proses pencapaian hasil pekerjaan dapat diukur kuantitas serta kualitasnya.
f. Prinsip dinamis sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 huruf f, prosedur yang
distandarkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kualitas pelayanan.
g. Prinsip kepatuhan hukum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 huruf g, bahwa SOP
yang disusun telah menjamin prosedur yang distandarkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
h. Prinsip kepastian hukum sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 huruf h, bahwa SOP
yang disusun mampu memberikan kepastian hukum akan prosedur, kualifikasi pelaksana
dan mutu baku karena ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah.
Menurut Sedarmayanti (2009:136), prinsip-prinsip yang harus dipakai pada setiap instansi, sebagai
berikut :
a. Tata kerja, prosedur kerja, dan sistem tata kerja, harus disusun dengan memperhatikan segi-
segi tujuan, fasilitas, peralatan, material, biaya, dan waktu yang tersedia, macam, dan sifat
dari tugas atau pekerjaan.
b. Untuk mempersiapkan prosedur dengan tepat maka terlebih dahulu dipersiapkan penjelasan
tetntang tujuan pokok organisasi, skema organisasi berikut klasifikasi jabatan dan analisis
jabatannya, unsur-unsur kegiatan di dalam organisasi lainnya.
c. Hendaknya ditentukan suatu pokok bidang tugas yang akan dibuat bagian prosedurnya.
d. Perlu pendaftaran secara rinci tentang pekerjaan yang harus dilakukan disertai dengan
waktu yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan tersebut.
e. Dalam penetapan urutan tahap demi tahap dari rangkaian pekerjaan, maka antara tahap
yang satu dengan tahap yang selanjutnya diharuskan adanya hubungan yang sangat erat
dan keseluruhannya menuju satu tujuan.
f. Setiap tahap harus mengimplikasikan suatu kerja nyata dan perlu untuk pelaksaan dan
penyelesaian seluruh tugas atau pekerjaan yang dimaksudkan.
g. Perlu adanya ketetapan, kecakapan, dan keterampilan tenaga kerja yang diperlukan untuk
penyelesaian bidang tugas termaksud.
h. Tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja harus disusun secara tepat sehingga memiliki
stabilitas dan fleksibilitas.
i. Penyusunan tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja harus selalu disesuaikan dengan
perkembangan termaksud.
j. Untuk menggambarkan tentang penerapan suatu prosedur tertentu sebaiknya dipergunakan
simbol dan skema atau bagan prosedur dengan setepat-tepatnya. Bagan semacam ini
sering disebut skema arus kerja.
Rudi Tambunan,Standar Operasional Prosedur (SOP) bertujuan untuk meyusun standar langkah
- langkah/alur kerja secara efektif dan efisien dalam mengatur pembuatan semua keputusan dan
tindakan di dalam organisasi, baik untuk aspek operasional maupun administratif. Dengan SOP,
kita akan memahami dengan jelas, apa, mengapa, dan bagaimana langkah-langkah/alur pekerjaan
tersebut. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini
mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. Sistem ini berlandaskan
pada pencegahan kesalahan, sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang
bersifat reaktif. Secara konseptual, Standar Opersional Prosedur merupakan bentuk konkrit dari
penerapan prinsip manajemen kualitas yang diaplikasikan untuk organisasi pemerintahan
(organisasi publik). Oleh karena itu, tidak semua prinsip - prinsip manajemen kualitas dapat
diterapkan dalam SOP karena sifat organisasi pemerintah berbeda dengan organisasi privat.
SOP atau yang sering disebut sebagai prosedur tetap (protap) adalah penetapan tertulis mengenai
apa yang harus dilakukan, kapan, dimana dan oleh siapa dan dibuat untuk menghindari terjadinya
variasi dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu kinerja
organisasi secara keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi organisasi antara lain (Permenaker
trans No. PER.01/MEN/1980)
Dalam mengimplementasikan suatu Standar Operasional Prosedur (SOP) disuatu organisasi yang
baik swasta maupun pemerintahan, bentuk dan jenis Standar Operasional Prosedur yang dibuat
harus sesuai dengan budaya dan sistem orgasnisasi itu sendiri jika ada Standar Operasional
Prosedur perlu disesuaikan kembali agar cocok dengan lingkungan organisasi kita. Dikarenakan
tujuan dari pembuatan SOP ini adalah untuk memudahkan dan menjelaskan proses suatu kegiatan
oleh semua pihak. Menurut Stup (2001), ada beberapa bentuk dan kreteria dalam pembuatan
Standar Operasional Prosedur (SOP), yaitu:
1. Simple Steps
Prosedur yang singkat dan tidak membutuhkan banyak keputusan yang ditulis. Standar
Operasional Prosedur ini dianut oleh perusahaan yang memiliki pekerja tidak terlalu banyak.
2. Hierarchical Steps
Bentuknya cukup panjang lebih dari 10 langkah, tetapi tidak teralu banyak keputusan.
3. Grapich Format
Bentuknya lebih dari 10 langkah dalam penyampaiannya tetapi tidak terlalu banyak keputusan
penyampaiannya menggunakan grafik format berisikan suatu grafik, gambar, diagram untuk
mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu prosedur.
4. Flowchart
Prosedur yang memiliki banyak keputusan, dapat ditulis dalam bentuk ini. Flowchart
merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah dalam membuat keputusan.
Hal yang harus diperhatikan dalam membuat flowchart yaitu pemakaian simbol - simbol dalam
penjelasannya, karena simbol - simbolnya memiliki arti dan makna yang berbeda.
1. Deskriptif
Deskriptif adalah prosedur kerja yang dituliskan dengan tidak adanya simbol khusus dan
disajikan secara sederhana.
2. Chart
Chart adalah prosedur dalam bentuk gambar atau simbol yang biasanya terlihat lebih
sederhana sehingga lebih mudah dipahamai dan diterapkan ke dalam pekerjaan, maka
disusun berbagai simbol bagi kegiatan yang bersifat penting. Simbol dapat membuat
gambar-gamber visual yang menggambarkan intruksi-intruksi, berbagai macam kegiatan,
perpindahan satu kegiatan ke kegiatan lainya, dan sebagainya menjadi tampak jelas
sehubungan yang berkaitan kaitan atau ketergantungan dari satu kegiatan terhadap
kegiatan yang lainya. Chart dapat berarti peta, diagram, tabel, atau gambar. Penulisan
prosedur dengan chart adalah sebagai berikut:
a. Gambar/skema
Gambar/skema digunakan pada perusahan assembling. Pembuatan knock dowm
furniture, blender, kreta dorong bayi, dan sebgaimanya, harus membuat gambar-
gambar mengenai tahapan atau cara memakai dan melepaskan alat tersebut yang
merupakan panduan bagi konsumen.
sama. Jadi, yang menjadi perhatian penting bukan dokumen dan bagian/department,
melainkan proses pelaksanaan suatu prosesdur kerja. Simbol memperlihatkan segala
proses yang berangkap di dalam suatu prosedur dari awal hingga akhir.
Kata teknik diartikan sebagai sistematika tindakan yang sangat spesifik dalam pola sistematis
untuk menyusun prosedur operasional standar suatu organisasi. disebut sangat spesifik karena
antar teknik terdapat perbedaan cara dan guna yang mencolok, meskipun peran saling mendukung
satu sama lain untuk mengefektifkan prosedur. Berikut ini merupakan penjabaran teknik
penyusunan SOP menurut Tambunan (2008), yaitu :
3. Teknik Tabular
Teknik tabular digunakan untuk melakukan analisis kegiatan dalam proses penyusunan
SOP, tetapi bukan berarti tidak dapat ditampilkan sebagai bagian dari proses operasional
tertentu. Langkah-langkah yang potensial ada di dalam suatu prosedur operasional standar
analisis, termasuk penghitungan manfaat serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
sebuah langkah atau kegiatan. Manfaat dengan menyajikan tabel teretentu terkait dengan
prosedur, pada dasarnya dapat membantu pelaksana untuk memahami prosedur secara
baik. Tiap organisasi pasti memiliki langkah rutin dan berulang yang membantu
pengefektifan prosedur.
Menurut Tambunan (2008) menjelaskan kunci sukses teknisnya, terletak pada keakuratan
pemahaman dan pendefinisian kondisi dan kebutuhan organisasi. Pada intinya, setiap organisasi
memiliki kondisi dan kebutuhan yang berubah. Maka dari itu, metode dan teknik harus terus
dievaluasi dan diperbaharui.
2. Analisis Tugas
Analisis tugas merupakan proses manajemen yang merupakan penelaahan yang mendalam
dan teratur terhadap suatu pekerjaan, karena itu analisa tugas diperlukan dalam setiap
perencanaan dan perbaikan organisasi. Analisa tugas diharapkan dapat memberikan
keterangan mengenai pekerjaan, sifat pekerjaan, syarat pejabat, dan tanggung jawab
pejabat. Dibidang manajemen dikenal sedikitnya 5 aspek yang berkaitan langsung dengan
analisis tugas yaitu :
Analisis terhadap prosedur kerja akan menghasilkan suatu diagram alur (flow chart) dari aktivitas
organisasi dan menentukan hal - hal kritis yang akan mempengaruhi keberhasilan organisasi.
Aktivitas - aktivitas kritis ini perlu didokumentasikan dalam bentuk prosedur - prosedur dan
selanjutnya memastikan bahwa fungsi - fungsi dan aktivitas itu dikendalikan oleh prosedur -
prosedur kerja yang telah terstandarisasi.
Prosedur kerja merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan tujuan organisasi
sebab prosedur memberikan beberapa keuntungan antara lain memberikan pengawasan yang
lebih baik mengenai apa yang dilakukan dan bagaimana hal tersebut dilakukan mengakibatkan
penghematan dalam biaya tetap dan biaya tambahan dan membuat koordinasi yang lebih baik di
antara bagian - bagian yang berlainan.
Dalam menyusun suatu prosedur kerja, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu :
Hasil dari penyusunan prosedur kerja ini dapat ditulis dalam “buku pedoman organisasi” atau
“daftar tugas”yang memuat lima hal penting, yaitu:
Data modeling berupa teknik untuk mengorganisasikan dan mendokumentasikan sistem data dan
Process modeling berupa teknik untuk mengorganisasikan dan mendokumentasikan struktur dan
data yang ada pada seluruh sistem proses atau logis, kebijakan prosedur yang akan
diimplementasikan dalam suatu proses sistem.
Semua organisasi memiliki proses dan prosedur yang berulang setiap hari, mingguan, dan
bulanan. Tanyakan pada diri Anda apakah ada alasan khusus mengapa tujuan ini harus
disertai dengan dokumen prosedur operasi standar.
Ketika Anda tahu apa yang ingin dicapai dari SOP, jauh lebih mudah untuk menulis garis besar
dan menentukan detailnya.
Jika Anda tidak memiliki dokumen untuk digunakan sebagai referensi, cobalah salah satu ide
berikut:
• Format langkah sederhana: Gunakan format ini untuk prosedur rutin yang singkat dan
mudah diikuti.
• Format langkah hierarkis: Jika prosedur Anda memiliki banyak langkah yang melibatkan
beberapa keputusan.
• Format diagram alur: Anda mungkin ingin menggunakan diagram alur untuk memetakan
dan merencanakan prosedur yang mencakup banyak kemungkinan hasil.
Tim ini terdiri dari orang-orang yang akan Anda minta untuk mematuhi SOP, jadi Anda ingin
memastikan bahwa mereka mengerti dan semua tugas yang diperlukan sudah termasuk
dalam SOP.
Ada kemungkinan SOP yang Anda kerjakan bergantung pada SOP lain dan tim di departemen
lain agar bisa diselesaikan.
Oleh karena itu Anda perlu menentukan ruang lingkupnya, pihak atau departemen mana saja
yang akan terlibat atau bersinggungan dengan SOP yang Anda buat.
Mungkin Anda memerlukan diagram alur atau peta untuk secara jelas mendefinisikan
dependensi dan pihak yang bertanggung jawab.
• Apa pengetahuan awal mereka? Apakah mereka sudah familiar dengan organisasi dan
prosedurnya? Apakah mereka sudah tahu istilahnya?
• Apa keterampilan bahasa mereka? Mungkin audiens Anda tidak menggunakan bahasa
yang sama dengan Anda. Jika demikian, Anda mungkin dapat menggunakan lebih
banyak gambar daripada kata-kata.
• Apakah mereka karyawan baru? Saat mendatangkan karyawan baru, dokumen SOP
Anda harus sangat detail dan berorientasi pada pelatihan.
• Seberapa besar ukuran audiens Anda? Apakah banyak orang dengan peran berbeda
dalam perusahaan akan membaca dokumen SOP tersebut? Jika demikian, Anda
mungkin ingin menulis prosedur dengan cara yang secara jelas mendefinisikan siapa,
atau peran apa, yang melakukan setiap tugas.
Judul Halaman
• Judul prosedur
• Nama dan tanda tangan dari mereka yang menyiapkan dan menyetujui prosedur yang
digariskan dalam SOP
Daftar Isi
Anda hanya memerlukan daftar isi jika dokumen terdiri dari banyak halaman. Daftar isi
memungkinkan akses mudah ke area tertentu dari dokumen.
Prosedur khusus
Ini adalah bagian terbesar dari dokumen dan mencakup prosedur langkah demi langkah
khusus yang perlu diikuti agar berhasil mematuhi standar perusahaan dan peraturan
keselamatan. Bagian ini juga dapat mencakup:
• Uraian tentang ruang lingkup dan tujuan SOP, batasannya, dan cara penggunaannya.
Anda dapat memasukkan standar, persyaratan peraturan, peran dan tanggung jawab,
serta input dan output.
• Detail yang diperlukan dan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap
langkah.
• Klarifikasi terminologi, termasuk akronim dan frasa yang mungkin tidak familiar bagi
audiens Anda.
• Bagian pemecahan masalah untuk membahas hal-hal yang berjalan tidak baik dan hal
apa yang dapat mengganggu hasil akhir prosedur.
• Kirim draft SOP kepada anggota tim untuk ditinjau. Mintalah mereka mencatat kesalahan
tata bahasa dan teknis.
• Uji sendiri dokumen tersebut untuk memastikan bahwa Anda mencapai hasil yang
diinginkan.
• Mintalah anggota tim lainnya menguji prosedur untuk memastikan bahwa bahasanya
jelas, dapat diikuti dengan mudah, dan dapat diselesaikan dengan baik.
• Ulangi langkah ini sampai dokumen disetujui dan diterima oleh semua pemangku
kepentingan.
• Melaksanakan SOP nya. Buatlah SOP mudah diakses oleh mereka yang
membutuhkannya ketika melakukan pekerjaan mereka.
• Anda harus meninjau SOP setiap enam hingga dua belas bulan sekali atau seperlunya
untuk mengidentifikasi area yang dapat ditingkatkan.
Menurut Budiharjo (2014:10) ada beberapa landasan yang diperlukan sebagai fondasi dalam
penyusunan SOP Dengan begitu SOP yang disusun akan sangat berguna bagi perusahaan atau
organisasi apapun yang berkomitmen untuk menerapkannya. Beberapa landasan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
Dokumen SOP perlu memiliki beberapa kriteria yang pada dasarnya dimaksudkan agar
dokumen SOP yang dihasilkan benar-benar baik, dapat dipercaya, serta sejauh mungkin
berguna bagi perusahaan yang menerapkannya. Beberapa kriteria yang dimaksud adalah:
c. Mudah dikendalikan
d. Mudah diaudit
Dengan beberapa kriteria diatas, hasil dokumen SOP yang disusun diyakini akan dapat
menghasilkan prosedur standar yang dapat dipercaya, terutama bagi para pelaksana kerja di
lapangan. Bagi atasan dari para pelaksana dapat bermanfaat sebagai alat kendali yang juga
dapat dipercaya.Mengingat semua pekerjaan yang dilaksanakan sudah dioperasikan dengan
prosedur standar baku yang sudah ditetapkan sehingga jauh lebih mudah dalam melakukan
kontrol, kondisi seperti ini tentu sangat berguna bagi para pimpinan ataupun para pemilik
perusahaan, terutama sebagai landasan dalam penyusunan rencana kerja untuk periode
berikutnya.
Setiap perusahaan memiliki struktur organisasi yang terkadang berbeda dengan perusahaan
yang lain. Ada perusahaan yang memiliki general manajer, namun terkadang ada manajer
perusahaan yang langsung berada di bawah direktur perusahaan. Terkadang ada perusahaan
yang menggunakan manager divisi recruitment, namun ada pula perusahaan yang
menggabungkan divisi recruitment menjadi satu kesatuan di bawah naungan manajer HRD.
Setiap perusahaan memiliki kebijakan sendiri untuk menentukan siapa yang berhak
bergabung dalam struktur organisasi mereka, tentu harus sesuai dengan kebutuhan dalam
perusahaan.(Fajar Nur’Aini, 2016:20)
Begitu pula dengan siapa saja yang terlibat dalam pembuatan SOP perusahaan. Setiap
perusahan memiliki kebutuhan dan visi-misi yang berbeda dengan perusahaan lain. Dan
orang yang mengetahui mengenai kebutuhan dan visi-misi itulah yang seharusnya bergabung
untuk membuat SOP bagi perusahaannya. Selain itu, orang yang bergabung dalam tim
tersebut juga harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai posisi yang akan dibuatkan
SOP nya.
Ada beberapa posisi yang sebaiknya bergabung dalam tim untuk membuat SOP. Beberapa
orang yang dapat terlibat adalah sebagai berikut:
a. Ahli
Orang yang dianggap ahli di sini tergantung siapa yang memandang atau menganggap
orang tersebut ahli. Ahli di sini bias seseorang yang menjadi bagian dari perusahaan
ataupun mereka yang berada di luar perusahaan. Pihak internal bias saja mereka yang
dianggap sebagai key person ataupun seorang trouble shooter yang biasanya
berpengaruh bagi perusahaan. Sedangkan dari pihak eksternal, sekarang mulai banyak
perusahaan yang dengan sengaja meminta seorang konsultan yang memiliki keahlian
untuk mengembangkan organisasi atau perusahaan, mereka biasa disebut dengan
praktisi OD (Organizational Development). Mereka memang diminta (sebagai seorang
ahli) untuk membuat SOP yang paling sesuai dengan perusahaan tersebut. Biasanya
perusahaan hanya menjelaskan mengenai posisi apa yang hendak dibuat SOP,
selanjutnya praktisi OD atau konselor memberikan gambaran sesuai dengan ilmu
mereka.
b. Pelaksana Harian
Pelaksana harian adalah karyawan yang memang setiap hari diberi tugas dan tanggung
jawab tertentu. Pelaksana harian sebaiknya diikutkan dalam pembuatan SOP karena ia
mengetahui betul kejadian apa saja yang terjadi setiap hari. Pelaksana harian juga dapat
mengambil benang merah atau kesimpulan atas kejadian yang secara intens terjadi
setiap hari, sehingga ia dapat memberikan saran dalam pembuatan SOP.
Pengawas lapangan atau juga sering disebut sebagai supervisor. Pengawas lapangan
ini adalah seseorang yang setiap harimya mengawasi jalannya pekerjaan. Supervisor
juga dapat digabungkan dalam tim pembuat SOP karena ia adalah seseorang yang
secara langsung mengawasi dan mengevaluasi apakah pekerjaan yang dilakukan oleh
pelaksana sudah sesuai dengan prosedur atau belum. Hasil dari pengawasan atau
evaluasi tersebut dapat dijadikan pertimbangan untuk menciptakan SOP baru yang lebih
relevan dengan keadaan di lapangan.
Atasan pengawas disini dapat diartikan sebagai manajer. Manajer adalah orang yang
cukup paham dengan target dan visi-misi tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan
lapangan. Manajer dapat mendengarkan hasil monitoring dan evaluasi dari para
supervisor mengenai hasil kerja para pelaksana. Manajer juga dapat mendengar keluhan
langsung dari para pelaksana jika mereka mengalami kendala. Dengan demikian, peran
manajer sangat penting untuk memberikan keputusan yang paling tepat agar
menciptakan SOP yang dapat bersinergi dengan tuntutan perusahaan dan realitas yang
terjadi di lapangan. Sehingga kendala atau masalah yang terjadi di lapangan dapat
diminimalisasi dengan adanya SOP yang efektif dan efisien.
Unsur-unsur penting dalam SOP bermanfaat sebagai acuan penyusunan. Selain itu, berfungsi
juga sebagai control pelaksanaan penyusunan SOP. Kontrol ini berguna untuk melihat apakah
SOP yang disusun sudah sesuai dan lengkap atau belum. Dalam SOP itu sendiri, unsur-unsur
tersebut tidak selalu merupakan urutan-urutan yang harus dipenuhi secara lengkap, karena
setiap penyusunan SOP mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam setiap organisasi
(Tambunan, 2013:140). Adapun unsur-unsur SOP yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam penyusunan SOP adalah sebagai berikut:
11. Tujuan
Tujuan penyusunan SOP merupakan landasan setiap prosedur dan langkah- langkah
kegiatan di dalam SOP.
12. Kebijakan
Sebagai pihak penyusun, sebaiknya SOP disusun oleh satu tim. Hal ini bertujuan supaya
perihal dalam perubahan SOP mudah dikomunikasikan.
15. Formulir
Formulir di sini adalah bentuk standar dan dokumen-dokumen kosong yang sering juga
disebut blanko atau dokumen. Di dalam SOP, blanko atau dokumen merupakan media
validasi dan control prosedur. Jadi, formulir ini berfungsi sebagai control SOP serta
pelaksanaan audit. Oleh karena itu, di dalam pedoman SOP harus juga dijelaskan
dengan tepat bagaimana cara pengisian setiap formulir dalam prosedur yang
bersangkutan.
16. Masukan
17. Proses
Tujuan proses di sini adalah mengubah masukan menjadi keluaran. Proses dapat terdiri
dari satu atau lebih subproses. Data dan informasi masukan di dalam masukan diubah
menjadi informasi dan knowledge yang dibutuhkan oleh organisasi untuk pengambilan
keputusan dan melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
18. Laporan
Laporan yang dimaksud dalam SOP harus dibedakan dengan formulir, blanko, atau
dokumen. Laporan dalam suatu prosedur, biasanya sangat spesifik dan tidak akan sama
dengan laporan yang diproduksi di dalam prosedur lainnya.
19. Validasi
Validasi adalah bagian yang penting dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan
kegiatan di dalam organisasi. Tujuan melakukan validasi untuk memastikan bahwa
semua keputusan yang diambil dan kegiatan yang dilakukan telah sah (valid).
20. Kontrol
Kontrol bias dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang menurut spesifikasinya,
prosedurnya, kepatuhannya, dan sebagainya. Untuk dapat menerapkan SOP dan
prosedur-prosedur, maka control yang diterapkan harus mencakup semua bentuk control
tersebut (Tambunan, 2013:142-165).
Sedangkan, unsur unsur yang minimal harus ada dalam sebuah dokumen SOP adalah
sebagai berikut (Tambunan, 2013:142-165) :
15. Halaman judul, biasanya memuat judul, logo, nama instansi atau satuan kerja dan tahun
pembuatan.
17. Daftar isi, untuk mempercepat pencarian informasi, karena biasanya dokumen
b. SOP itu memuat prosedur dari semua unit kerja, jadi kemungkinan dokumennya tebal.
18. Petunjuk penggunaan yang dapat berisi definisi istilah dan akronim yang digunakan
dalam dokumen SOP.
19. Fungsi atau Unit Kerja yang terkait dan terlibat dalam Prosedur.
1. Konsisten
SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapa pun dan dalam
kondisi apa pun oleh seluruh pejabat dan pelaksana di lingkungan Pemerintah.
2. Komitmen
SOP harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dari seluruh jajaran organisasi, dari
level yang paling rendah sampai yang tertinggi.
3. Perbaikan berkelanjutan
4. Mengikat
SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur
standar yang telah ditetapkan.
1. Sebelum dilakukan pengujian, hasil penuisan SOP dikirimkan kepada pihak yang terlibat
langsung dalam proses pembuatan, dengan tujuan untuk memperoleh kritikan dan masukan.
2. Selanjutnya dilakukan simulasi sejauh mana SOP yang telah dibuat dapat berjalan sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Dari simulasi tersebut dapat diketahui kelemahan pada SOP,
sehingga nantinya akan ada penyempurnaan atau pembuatan kembali SOP.
3. Proses simulasi akan menghasilkan sesuatu yang nantinya akan ditindaklanjuti oleh tim
pengembangan.
4. SOP yang telah dirumuskan, selain membekukan prosedur yang telah berjalan, dapat juga
menyederhanakan prosedur yang sudah ada atau membuat prosedur baru yang lebih tepat,
efektif dan efesien.
5. Pelaksanaan uji coba dalam praktik penyelenggaraan prosedur-prosedur perusahaan,
sebenernya memiliki tujuan yaitu melihat sejauh mana kesesuaian, ketepatan, dan
kemudahan SOP dalam menjalankanya.
6. Proses selanjutnya adalah review. Proses ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil uji coba,
sehingga akhirnya tim pengembangan SOP dapat menghasilkan SOP yang benar-benar
Valid dan Reliable yang berarti SOP menjadi instrument yang dibutuhkan secara tepat oleh
pengguna dalam penyelenggaraan prosedur-prosedur dalam organisasi.
1. Garis besar susunan organisasi pada suatu perusahaan (tugas-tugas tiap jabatan tanpa
nama)
2. Metode atau sistem yang berhubungan dengan pekerjaan dalam suatu perusahaan.
3. Formulir-formulir yang dapat digunakan dalam pelaksanaan SOP.
4. Tanggal dikeluarkannya dan penanggungjawab atas pengeluaranya SOP tersebut.
5. Instruksi atau panduan mengenai bagaimana menggunakan buku pedoman tersebut.
Buku manual pelaksanaan prosedur mempunyai keuntungan yang sangat besar dalam suatu
organisasi, dimana buku pedoman tersebut dalam menjalankan pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan dan mengetahui batasan batasan dalam melakukan pekerjaan. Adapun keuntungan
adanya buku pedoman perosedur menurut Moekijat (2008) yaitu sebagai berikut:
a. Menulis prosedur menghasilkan suatu sistem dapat kembali, baik sistem dalam perusahaan
maupun sistem lainya yang menyangkut kegaitan operasional perusahaan.
b. Adanya buku pedoman prosedur dapat membantu dalam hal pembagian pekerjaan yang
adil diantara para pegawai.
c. Buku pedoman prosedur yang ada dikantor dapat membantu sekaligus meringankan
(membantu dan mempermudah) dalam proses pengawasan
d. Buku pedoman kantor membantu dalam latihan pegawai dalam menyusun pendisiplinan
kerja dalam perusahaan.
Sedangkan kerugian adanya buku pedoman prosedur adalah sebagai berikut
a. Adanya sebuah pencatatan dari sebuah aturan atau prosedur yang berserakan atau
tercecer.
b. Isi pekerjaan suatu jabatan tidak selalu tetap atau berubah-ubah.
c. Dalam proses menyiapkan suatu buku panduan memerlukan waktu yang lama sehingga
menyebabkan kadarluarsa dan karyawan sering tidak menghiraukan adanya buku panduan
dalam beekrja.
d. Adanya Buku pedoman prosedur dapat mematikan inisiatif atau kretifitas suaut pegawai
untuk berkarya sendiri.
BAB - 4
4
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PEKERJAAN
BAB -
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
PEKERJAAN
4.1 Pendekatan Pelaksanaan
Penyusunan suatu standar operasional dan prosedur tidak terlepas dari keterlibatan masyarakat
sebagai penerima manfaat dan sebagai pihak yang terkena dampak positif maupun negatif dari
standar operasional dan prosedur itu sendiri. Oleh karena itu dalam penyusunan kajian ini
digunakan pendekatan partisipasi masyarakat (stakeholder approach) untuk mengikutsertakan
masyarakat di dalam proses penyusunan kajian standar operasional dan prosedur melalui forum
diskusi. Konsultan dalam hal ini berusaha untuk melibatkan secara aktif pelaku yang ada dalam
setiap tahapan yang terkait dengan standar operasional dan prosedur teknis urusan pemadam
kebakaran.
Pelaksanaan
oleh Pemerintah,
Pelaku Keterlibatan
Swasta, Masyarakat
Forum Forum
Masyarakat Stakeholders Stakeholders
Perangkat
Rencana yang Pengendalian
Analisis & Penyusunan disepakati Pelaksanaan
SURVEI Interpretasi rencana
Konsultan
Indikasi
Program
Program Arahan
Pemerintah Pemerintah Pemerintah
Di antara persoalan-persoalan yang akan muncul, pemilihan stakeholders yang akan dilibatkan
juga bukan merupakan hal yang mudah. Ada dua pilihan solusi untuk masalah ini. Yang pertama
adalah menyebarkan undangan secara terbuka melalui media massa dan yang lainnya, dan
membebaskan setiap yang berminat untuk berurun rembug. Persoalannya kemudian adalah
kesulitan mengontrol jalannya pembahasan.
Kesulitan tersebut terutama disebabkan oleh kemungkinan terlalu banyaknya pihak yang akan
datang, tetapi belum tentu berkepentingan secara langsung. Dengan sendirinya akan sulit
memperoleh suatu kesepakatan. Sedang yang kedua adalah melalui undangan terbatas. Kesulitan
solusi kedua ini adalah dalam penentuan daftar undangan. Ada kemungkinan terjadi kesalahan
mengundang. Pihak-pihak yang diundang belum tentu mewakili stakeholders secara keseluruhan.
® Persiapan ;
® Kompilasi dan Analisis ;
® Perumusan standar operasional dan prosedur;
® Penyusunan standar operasional dan prosedur.
Tahap awal dalam pekerjaan ini adalah persiapan, dimana kegiatan persiapan ini dilakukan
beberapa kegiatan; dimulai dengan mobilisasi tim, pengumpulan referensi yang berkaitan dengan
pekerjaan termasuk menelaah keputusan, asumsi, rencana-rencana yang berkaitan langsung
dengan standar operasional dan prosedur.
Dari hasil telaahan awal, Konsultan mengidentifikasi kebutuhan data kajian ini. Kebutuhan data
tersebut tidak terpaku pada jenis data yang tertera pada tabel tersebut setelah melakukan survai
dan kajian awal maka desain kebutuhan data tersebut akan diperbaiki dan dilengkapi sesuai
kebutuhan dan karakteristik spesifik terkait standar operasional dan prosedur teknis urusan
pemadan kebakaran dan keselamatan.
Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat di instansi
terkait. Di samping pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan pula wawancara atau
Survai ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari lapangan atau
obyek kajian. Pengumpulan data primer ini sendiri akan dilakukan melalui 2 metode, yaitu
metode observasi langsung ke lapangan, metode penyebaran kuesioner atau wawancara.
Penetuan penggunaan kedua metode ini dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan.
Namun demikian ketiganya diharapkan dapat saling menunjang pengumpulan informasi dan
fakta yang diinginkan.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan
mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis. Metoda pengolahan dan
kompilasi data yang dipergunakan meliputi :
® Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak duplikasi;
® Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal sehingga tercipta
form-form isian berupa tabel, konsep isian, dll;
® Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir kedalam tabel-tabel isian;
Setelah seluruh tabel dan peta, maka langkah selanjutnya adalah membuat uraian deskriptif
penjelasannya kedalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian. Termasuk dalam laporan
tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program setiap aspek. Kompilasi data terkait dengan
Standar Operasional Dan Prosedur Teknis Urusan Pemadan Kebakaran Dan Keselamatan secara
umum meliputi :
® Kebijakan terkait;
® Tinjauan literatur;
® Permasalahan.
2. Analisis kajian konflik standar operasional dan prosedur teknis urusan pemadan kebakaran
dan keselamatan yang terjadi;
Dari hal utama tersebut diatas, kemudian dilakukan analisis peluang pengembangan wilayah
kecamatan. Analisis tersebut dilakukan menggunakan model pendekatan SWOT (Strengthness,
Weakness, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi
dan kendala yang dimiliki kota, sehubungan dengan kegiatan pengembangan wilayah yang akan
dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap:
® Kekuatan-kekuatan (strengthness) yang dimiliki kota, yang dapat memacu dan mendukung
perkembangan kota, misalnya kebijakan-kebijakan pengembangan yang dimiliki, aspek
lokasi yang strategis, dan ruang yang masing tersedia;
Dalam standar operasional dan prosedur teknis urusan pemadan kebakaran dan keselamatan ini
dibutuhkan beberapa metoda analisis yang pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi data dan informasi yang akan diperoleh.
1. Aspek strategis, yaitu mengkaji dalam konteks kebijaksanaan lokal dan regional serta aspek
implementasi dan persoalan/kondisi eksisting dewasa ini, dengan tahapan kajian rinci
sebagai berikut:
b. Kajian kondisi eksisting, yaitu identifikasi berbagai persoalan nyata akibat peran dan
fungsi yang diemban berdasarkan kebijaksanaan, rencana dan implementasinya serta
aspek manajemen pembangunan dan proses dinamis dengan kajian dalam konteks
hubungan makro maupun mikro.
2. Aspek skenario masa depan wilayah apabila perkembangannya dibiarkan seperti adanya
(do nothing) dan isu apa yang menjadi faktor-faktor kritis masa depan untuk melakukan
tindakan antisipasi (do something) dengan melihat faktor negatif (kelemahan, ancaman) dan
faktor positif (kekuatan, peluang) berdasarkan tujuan pembangunan yang diharapkan.
Adapun kajian rincinya adalah sebagai berikut:
a. Skenario perkembangan masa depan dalam berbagai aspek yang akan menjadi
gambaran di masa yang akan datang;
b. Isu; berdasarkan gambaran skenario masa datang dan dikaitkan dengan harapan
dapat dilihat kesenjangan antara harapan dengan realitas. Berbagai kesenjangan
tersebut yang akan menjadi titik tolak pemikiran dalam melihat permasalahan dalam
konteks ruang dan waktu dan akan dicoba dikaitkan dengan fakta-fakta persoalan
yang terungkap baik berdasarkan kajian data sekunder, pengamatan lapangan dan
lain-lain.;
c. Rumusan SWOT sebagai pengembangan lebih rinci dari analisis potensi dan masalah
yang dijabarkan dalam kajian eksternal dan internal. Berdasarkan kajian SWOT dapat
dibuat rumusan standar operasional dan prosedur teknis urusan pemadan kebakaran
dan keselamatan;
3. Aspek strategi
Dari hasil analisis di atas, selanjutnya dirumuskan strategi standar operasional dan prosedur
teknis urusan pemadan kebakaran dan keselamatan.
4. Aspek implementasi rencana;
a. Mekanisme pembiayaan;
c. Mekanisme kelembagaan;;
d. Petunjuk teknis;.
5
BAB -
RENCANA KERJA
Secara keseluruhan pekerjaan Standar Operasional Dan Prosedur Teknis Urusan Pemadan
Kebakaran Dan Keselamatan adalah menyediakan perangkat untuk menyusun Standar
Operasional Dan Prosedur Teknis Urusan Pemadam Kebakaran Dan Keselamatan akan
diselesaikan dalam waktu 60 hari kerja terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja. Tahapan
pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Jadwal pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan evaluasi dari
Pemberi Tugas sehingga ketepatan waktu, mutu dan sasaran akan selalu terkontrol. Penjadualan
pelaksanaan kegiatan terdiri dari Pembagian Tahapan pekerjaan secara global dijelaskan Tabel
berikut ini:
Jadwal Pelaksanaan
No Uraian Kegiatan Agustus Bulan 2 Pelaksana
W-3 W-4 W-5 W-1 W-2 W-3 W-4
Focuss Group Discussion (FGD)
1 18 Konsultan dan Disdamkar Kab. Bandung
Pertama
2 Kunjungan ke OPD Terkait 22-26 Konsultan dan Disdamkar Kab. Bandung
3 Penyerahan Laporan Awal 29 Konsultan
4 Review Laporan Awal 30-2 Disdamkar Kab. Bandung
Focuss Group Discussion (FGD)
5 6 Konsultan dan Disdamkar Kab. Bandung
Pertama
Kunjungan kerja ke Disdamkar
6 12-13 Konsultan dan Disdamkar Kab. Bandung
DKI Jakarta
7 Penyerahan Laporan Antara 15 Konsultan
8 Review Laporan Antara 16 Disdamkar Kab. Bandung
9 Penyerahan Laporan Final 19 Konsultan
10 Penyelesaian Administrasi 29 Konsultan dan Disdamkar Kab. Bandung
Dalam era perencanaan yang partisipatif yang melibatkan sebanyak mungkin pelaku
pembangunan (stakeholders) tentu membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai suatu
kesepakatan, disini diperlukan kemampuan organisasi agar konsultasi dan asistensi dapat berjalan
lancar, efektif dan efisien.
Untuk menyikapi hal tersebut, maka strategi keunggulan yang ditawarkan oleh Pihak Konsultan
adalah pengalokasian kegiatan dan tenaga ahli dirumuskan sedemikian rupa sehingga seefektif
mungkin dapat menghemat waktu pelaksanaan kegiatan dan supervisi dengan Pihak Pemberi
Kerja. Pihak Konsultan juga akan melakukan studi referensi sebanyak-banyaknya untuk
memperoleh informasi dan data yang sekiranya relevan didalam mencapai tujuan dan sasaran
dalam pekerjaan ini.
Untuk mengantisipasi padatnya waktu kegiatan, maka alokasi tenaga ahli dan proses di lapangan
menjadi kunci penting. Alokasi tenaga ahli diatur sedemikian rupa sehingga proses transfer ilmu
dan pengetahuan proses ketataruangan melalui penyiapan konsep dan penyusunan laporan
sendiri dapat berjalan beriringan. Oleh karena itu, ketersediaan alat-alat pendukung juga menjadi
faktor penentu keberhasilan proses pelaksanaan pekerjaan hingga batas waktu yang ditentukan.
Tenaga Ahli/Pelaksana
Pelaksana pekerjaan/ tim yang dibentuk berdasarkan pertanggung jawaban bidang keahlian
(keprofesian) individual, di mana anggotanya merupakan gabungan dari beberapa ahli dengan
disiplin ilmu dan kualifikasi berikut :
1. Team Leader dari Ahli K3, Tenaga Ahli K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi)
diisyaratkan seorang Sarjana (S1) semua jurusan. Jumlah minimal 1 (satu) orang dan memiliki
pengalaman dibidang K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), diutamakan seorang ahli K3
kebakaran yang memiliki sertifikasi level Kelas A. Team Leader bertanggung jawab
menerapkan ketentuan peraturan perundangan terkait penyelenggaraan SOP urusan
kebakaran dan penyelamatan serta terkait K3 Konstruksi dengan jumlah pengalaman minimal
4 (empat) tahun.
2. Tenaga Ahli Bangunan dan Gedung , Tenaga Ahli Bangunan dan Gedung diisyaratkan
seorang Sarjana (S1) Teknik Sipil/Perencanaan Wilayah dan Kota minimal 1 (satu) orang dan
memiliki pengalaman dibidang studi maupun perencanaan bidang bangunan dan gedung,
serta bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan jumlah
pengalaman minimal 3 (tiga) tahun
BAB - 6