PT
DAFTAR ISI
i
DAFTAR ISI
5.2.2.2 Kompilasi Data........................................................5-22
5.2.3 Tahap Draft AKhir.................................................................5-22
5.2.3.1 Analisis Pemodelan Angkutan Barang.......................5-22
5.2.3.2 Analisis Karakteristik Lalu Lintas...............................5-26
5.2.3.3 Simulasi Pemodelan Angkutan Barang......................5-29
5.2.4 Tahap AKhir..........................................................................5-30
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR TABEL
BAB 1
DATA ORGANISASI PERUSAHAAN
1
DATA ORGANISASI PERUSAHAAN
Gambar 1-1 Struktur Organisaasi Perusahaan PT.
2
DATA ORGANISASI PERUSAHAAN
BAB 2
PENGALAMAN PERUSAHAAN
2.1 Umum
PT. ........ telah berhasil menangani berbagai paket pekerjaan layanan jasa konsultansi dengan
bermacam bidang kegiatan, baik yang dibiayai oleh Pemerintah Indonesia, BUMN, Lembaga
Keuangan Internasional, maupun Swasta. Dalam proposal ini, dilampirkan pula daftar
pengalaman perusahaan dalam menangani pekerjaan-pekerjaan sejenis dan atau yang
berkaitan dengan pekerjaan ini selama kurun waktu 10 tahun terakhir.
1
PENGALAMAN PERUSAHAAN
BAB 3
URAIAN PENGALAMAN PERUSAHAAN
2
URAIAN PENGALAMAN PERUSAHAAN
1. Pengguna Jasa : ........
2. Nama Paket Pekerjaan : ......
3. Lingkup Produk Utama : .....
4. Lokai Proyek : .....
5. Nilai Kontrak : .....
6. No. Kontrak : .........
7. Waktu Pelaksanaan : ......
8. Nama Pemimpin Kemitraan (jika ada) : -
Alamat : -
Negara Asal : -
9. Jumlah Tenaga Ahli : Tenaga Ahli Asing ... OB
Tenaga Ahli Indonesia 36 OB
10. Perusahaan Mitra Kerja Jumlah Tenaga Ahli
Asing Indonesia
a. (……………………….) ....... OB ....... OB
3
URAIAN PENGALAMAN PERUSAHAAN
BAB 4
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
Secara umum penjelasan dari kerangka acuan kerja (KAK) pekerjaan penyusunan Rencana
Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang di Jabodetabek sudah cukup jelas. Hal ini
tercermin dari kedalaman pembahasan mengenai maksud dan tujuan, kriteria dan ruang
lingkup pekerjaan, dan sistem pelaksanaan. Berdasarkan hal ini, hasil akhir yang diinginkan dari
kegiatan pekerjaan penyusunan Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang di
Jabodetabek tersebut dapat dimengerti dengan baik sehingga kemungkinan kesalahan dalam
menafsirkan hasil yang ingin dicapai dari pemberi tugas dapat diminimalkan.
Dalam menjalankan tugasnya, BPTJ berpedoman pada Peraturan Presiden R.I. Nomor : 55
Tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan
Bekasi. RITJ memuat integrasi tata ruang dan mobilitas melalui pembangunan, pengembangan
dan pengoperasian jaringan prasarana dan jaringan pelayanan transportasi yang selamat,
tertib, lancar, efektif, efisien, aman, nyaman, ekonomis, terjangkau oleh masyarakat dan
berkelanjutan
Salah satu upaya yang dilakukan BPTJ dalam rangka terciptanya pelayanan transportasi yang
selamat, tertib, lancar, efektif, efisien, aman, nyaman, ekonomis, dan berkelanjutan adalah
dengan penyusunan rencana teknis modal share pelayanan angkutan barang dalam lingkupnya
Jabodetabek.
1
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK
Kegiatan penyusunan rencana teknis modal share pelayanan angkutan barang merupakan
penetapan persentase pemilihan moda untuk angkutan barang transportasi jalan, angkutan
barang transportasi perairan, dan angkutan barang transportasi perkeretaapian.
Modal share diharapkan mampu untuk dapat menangani permasalahan dalam lingkup
pelayanan angkutan barang seperti permasalahan kemacetan, keselamatan, dan mengurangi
beban jalan akibat angkutan barang yang terkonsentrasi melalui jalur darat.
Menurut konsultan latar belakang dalam KAK pada dasarnya dapat dipahami dengan
baik oleh konsultan, dalam gambaran umum tersebut juga telah menujukkan arah
kegiatan modal share angkutan barang di wilayah Jabodetabek. Konsultan berpendapat
bahwa kegiatan ini sangat penting mengingat transportasi angkutan barang hampir 90
% merupakan angkutan jalan. kondisi ini akan menyebabkan berbagai permasalahan
transportasi jalan yang akan berpengaruh terhadap kinerja transportasis secara
keseluruhan. Saran konsultan dalam gambaran umum ini perlu juga ditambahkan
mengenai prosentasi share moda saat ini yang terjadi di wilayah Jabodetabek.
Maksud dan tujuan yang tertuang dalam KAK menurut konsultan dapat dipahami
dengan jelas oleh konsultan, dimana dalam kajian ini konsultan akan mengkaji
seberapa besar sharing moda ankgutan barang di wilayah jabodetabek, kemudia juga
merumuskan tahapan agar sharing moda dapat terjadi di angkutan barang. Share moda
ini pada dasarnya sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja transportasi di wilayah
Jabodetabek agar lancar, tertib, aman dan selamat.
2
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK
4.3 Tanggapan dan Saran Terhadap Lingkup Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan “Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang di
Jabodetabek” di Wilayah Jabodetabek merupakan kegiatan penyusunan Bantuan Teknis
Angkutan Barang Berbasis Jalan, Perairan Dan Perkeretaapian Di Wilayah Jabodetabek sebagai
acuan pelayanan angkutan barang di wilayah Jabodetabek dengan berdasarkan Rencana Induk
Transportasi Jabodetabek (RITJ) maupun kebijakan-kebijakan lainnya.
Ruang lingkup pekerjaan ini di titik beratkan pada “Rencana Teknis Modal Share Pelayanan
Angkutan Barang di Jabodetabek” di Wilayah Jabodetabek yang lingkup kegiatannya antara lain
:
1) Identifikasi isu modal share angkutan barang (jalan, perairan, kereta api) di wilayah
Jabodetabek;
2) Evaluasi dampak rencana pembangunan dan pembangunan sarana & prasarana serta
simpul logistik transportasi terhadap modal share (jalan, perairan, kereta api) angkutan
barang di wilayah Jabodetabek;
3) Memproyeksi penentuan modal share angkutan barang (jalan, perairan, kereta api)
berdasarkan potensi sistem logistik terintegrasi dengan sarana, prasarana, dan simpul
transportasi di wilayah Jabodetabek melalui ;
survei OD barang (jalan, perairan, kereta api}
survei simpul logistik (bahan baku, pabrik, distributor, gudang, grosir)
survei inventarisasi jaringan transportasi dan jaringan logistik di 185 kecamatan dan
440 kelurahan dalam wilayah Jabodetabek.
4) Menyusun proyeksi program implementasi jangka pendek, menengah, dan Panjang beserta
perkiraan biaya;
5) Menentukan/merekomendasi proporsi modal share angkutan barang (jalan, perairan, kereta
api) per kabupaten/kota dalam wilayah Jabodetabek;
6) Menentukan kebutuhan sarana & prasarana untuk tercapainya modal share angkutan
barang (jalan, perairan, kereta api) guna mendukung sistem logistik di wilayah
Jabodetabek;
7) Menyusun dan memformulasi untuk mengukur pencapaian modal share per tahun;
8) Menghitung biaya logistik di wilayah Jabodetabek dan per wilayah dalam Jabodetabek
sebelum penetapan modal share angkutan barang;
Konsultan dapat memahami ruang lingkup kegiatan dengan sangat jelas, sehingga
memudahkan untuk pelaksanaan kegiatan. Konsultan memberikan saran dalam ruang
lingkup ini adalah menambahkan simulasi share moda angkutan barang di wilayah
Jabodetabek. Dengan simulasi ini dapat diketahui perbedaan share moda yang
diberlakukan di wilayah Jabodetabek.
3
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK
4.4 Tanggapan dan Saran Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan
Konsultan berpendapat bahwa jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang disediakan selama 6
(enam) bulan kerja untuk pengerjaan Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang
di Jabodetabek sangat mencukupi untuk menyelesaikan pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya.
Konsultan menyanggupi untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jangka waktu yang
telah ditentukan. Pada dasarnya kegiatan ini membutuhkan waktu yang lama dikarenakan
ruang lingkup wilayah kegiatan yang relatif cukup luas.
Konsultan memberikan saran agar dalam penyusunan Rencana Teknis Modal Share Pelayanan
Angkutan Barang di Jabodetabek diberikan waktu yang agak lama, misalnya 8 bulan hari kerja.
4
TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KAK
BAB 5
PENDEKATAN DAN METODOLOGI DAN
PELAKSANAAN KEGIATAN
6.1.1 Transportasi
Pengertian transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari
suatau tempat lain. Transportasi adalah ilmu yang mempunyai banyak kaitannya dengan ilmu-
ilmu lain seperti, manajemen, pemasaran, pembangunan, ekonomi, UU dan kebijaksanaan
pemerintahan.
Chopra dan meindl (2004) menerangkan bahwa unsur – unsur transportasi meliputi beberapa
unsur yaitu berupa muatan yang diangkat, tersedia kendaraan sebagai alat angkut, ada jalanan
yang dapat dilalui, ada terminal asal serta terminal tujuan, sumber daya manusia dan organisasi
atau manajemen yang menggerakkan manajemen tersebut. Transportasi menyebabkan nilai
barang menjadi lebih tinggi di tempat tujuan dari pada di tempat asal, dan nilai ini lebih besar
dari pada biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan. Nilai atau kegunaan yang diberikan oleh
transportasi adalah berupa kegunaan tempat (place utility). Kedua kegunaan diperoleh jika
barang telah diangkut ke tempat dimana nilainya lebih tinggi dan dapat dimanfaatkan tepat
pada waktunya.
Menurut Nasution (2004) transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari
tempat asal ke tempat tujuan. Proses transportasi merupakan gerakan dari tempat asal, dari
mana kegiatan dimulai, ketempat tujuan kemana kegiatan pengangkutan diakhiri. Transportasi
merupakan kunci utama dalam rantai persediaan karena produk jarang diproduksi dan
dikonsumsi pada tempat/lokasi yang sama. Transportasi adalah komponen biaya yang
signifikan dengan dua unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (Movement) dan
secara fisik mengubah tempat dari barang dan penumpang ketempat lain.
5
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas moda yang ber jalan didarat, berlayar
di perairan laut dan pedalaman serta moda yang terbang di udara. Moda yang didarat juga
masih bisa dikelompokkan atas moda jalan, moda kereta api dan moda pipa. Jaringan
transportasidapat dibentuk oleh moda transportasi yang terlibat yang salaing berhubungan
yang rangkai dalam Sistem Transportasi Nasional (Sistranas). Masing-masing moda transportasi
memiliki karakteristik teknis yang berbeda dan pemanfaatannya disesuaikan dengan kondisi
geografis daerah layanan.
Heizer dan Render (2006) menyatakan didalam supply chain perlu alat transportasi dalam suatu
distribusi barang atau produk. Lima sarana distribusi yang utama adalah truk, kereta api,
saluran pipa, moda udara, dan moda laut. Berikut penjelasan mengenai moda transportasi yang
bisa digunakan dalam sarana pendistribusian:
6
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
drainase kota untuk mengelola pembuangan air hujan dan pengendalian banjir, sistem
pembuangan air kotor, sistem air bersih yang biasanya dikelola oleh Perusahaan Air
Minum/PAM, Gas Kota yang digunakan untuk kebutuhan energi untuk masak atau
pemanasan.
2) Moda pelayaran
Karena sifat fisik air yang menyangkut daya apung dan gesekan yang terbatas, maka
pelayaran merupakan moda angkutan yang paling efektip untuk angkutan barang jarak
jauh barang dalam jumlah yang besar. Pelayaran dapat berupa pelayaran paniai, pelayaran
antar pulau, pelayaran samudra ataupun pelayaran pedalaman melalui sungai atau
pelayaran di danau. Didalam pelayaran biaya terminal dan perawatan alur merupakan
komponen biaya paling tinggi, sedangkan biaya pelayarannya rendah. Ukuran kapal
cenderung semakin besar pada koridor-koridor pelayaran utama, dimana pada tahun
1960an ukuran kapal yang paling besar mencapai 100.000 dwt tetapi sekarang sudah mulai
digunakan kapal tangker MV Knock Nevis 650 ribu ton dengan panjang 458 meter, draft
24,6 meter.
3) Moda Udara
Moda transportasi udara mempunyai karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat
melakukan penetrasi sampai keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda
transportasi lain. Di Papua ada beberapa kota yang berada di pedalaman yang hanya dapat
dihubungkan dengan angkutan udara, sehingga papua merupakan pulau dengan lebih dari
400 buah bandara/landasan pesawat/air dengan panjang landasan antara 800 sampai 900
meter. Perkembangan industri angkutan udara nasional, Indonesia sangat dipengaruhi oleh
kondisi geografis wilayah yang ada sebagai suatu negara kepulauan. Oleh karena itu,
Angkutan udara mempunyai peranan penting dalam memperkokoh kehidupan berpolitik,
pengembangan ekonomi, sosial budaya dan keamanan & pertahanan. Kegiatan transportasi
udara terdiri atas: angkutan udara niaga yaitu angkutan udara untuk umum dengan
menarik bayaran, dan angkutan udara bukan niaga yaitu kegiatan angkutan udara untuk
memenuhi kebutuhan sendiri dan kegiatan pokoknya bukan di bidang angkutan udara.
Sebagai tulang punggung transportasi adalah angkutan udara niaga berjadwal, sebagai
penunjang adalah angkutan niaga tidak berjadwal, sedang pelengkap adalah angkutan
udara bukan niaga.
7
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
api, atau perusahaan truk harus mempertimbangkan biaya – biaya berikut ini ketika akan
menanam modal dalam asset atau penetapan harga pengaturan dan kebijakan operasional,
sebagai berikut:
1) Biaya yang berhubungan dengan kendaraan/sarana angkut; Biaya untuk pembelian atau
menyewa sarana angkut barang – barang atau biaya yang berhubungan dengan kendaraan
yang terjadi apabila sarana angkut digunakan, perbaikan sarana angkut untuk membuat
keputusan jangka panjang.
2) Biaya tetap; Biaya yang berhubungan dengan terminal, gerbang pelabuhan udara meskipun
sarana tersebut digunakan atau tidak. Sebagai contoh biaya tetap suatu fasilitas terminal
perusahaan pengiriman truk dan pelabuhan udara tidak terkait pada banyaknya truk yang
dikunjungi.
3) Biaya yang berhubungan dengan transportasi; Biaya ini terjadi setiap kali sarana angkut
meninggalkan suatu tempat untuk melakukan perjalanan dan meliputi biaya tenaga kerja
serta bahan bakar. Biaya transportasi tergantung pada jangka waktu dan panjangnya
perjalanan, tetapi tidak terikat pada kuantitas pengiriman. Biaya ini dianggap variabel
tergantung dari pembuat keputusan strategis atau keputusan perencanaannya tergantung
pada jangka waktu dan panjangnya suatu perjalanan.
4) Biaya yang berhubungan dengan kualitas; Biaya ini meliputi biaya loading/unloading dan
sebagian dari biaya bahan bakar yang bervariasi dengan jumlah barang yang diangkut.
Biaya ini biasa termasuk dalam biaya variabel dalam semua keputusan transportasi kecuali
jika menggunakan tenaga kerja tetap untuk memuat atau membongkar barang.
5) Biaya umum/Overhead; Kategori ini meliputi biaya perencanaan dan penjadwalan suatu
jaringan transportasi seperti halnya investasi didalam teknologi informasi serta biaya yang
masuk dalam biaya tak langsung.
Pemodelan transportasi merupakan salah satu upaya dalam mencerminkan kondisi transportasi
di masa yang akan datang yang meliputi besarnya pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan
moda dan pemilihan rute. Konsep pendekatan yang sering digunakan dalam pemodelan
transportasi adalah perencanaan transportasi empat tahap (four step models) yaitu:
8
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
3) Pemodelan pemilihan moda (mode split)
4) Pemodelan pembebanan perjalanan (trip/traffic assignment)
Four-step model sudah diaplikasikan dari tahun 1950 sampai sekarang, baik di negara maju
maupun negara berkembang. Four-step model sudah dimodifikasi menjadi beberap model.
Four-step model merupakan suatu gabungan dari empat model yang berdiri sendiri-sendiri akan
tetap tahap sebelumnya merupakan input bagi tahap selanjutnya.
Jenis pemodelan empat tahap ini sangat kompleks, membutuhkan ketercukupan data dan
waktu yan lama dalam proses pengembangannya dan pengkalibrasiannya. Pemodelan
perencanaan transportasi empat tahap dapat digambarkan pada bagan alir berikut ini:
MODEL
BANGKITAN
PERGERAKAN (produksi
dan tarikan)
Pemodelan Zona
Asal Tujuan
Jaringan
Transportasi
Total Matrik
Asal Tujuan
Survey Biaya
Perjalanan
MODEL
PEMILIHAN MODA
Kendaraan Kendaraan
Umum Pribadi
MODEL
PEMILIHAN RUTE
Arus Pada
Jaringan
9
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
6.1.5 Jalan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 mendefinisikan jalan sebagai adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Sistem jaringan jalan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan. Sistem jaringan jalan primer terdiri dari:
1) Jalan arteri primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
2) Jalan kolektor primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
3) Jalan lokal primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenjang di bawahnya,
kota jenjang ketiga dengan persil atau kota di bawah jenjang ketiga sampai persil.
Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Sistem
jaringan jalan sekunder terdiri dari:
1) Jalan arteri sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kedua.
2) Jalan kolektor sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan
sekunder ketiga.
3) Jalan lokal sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
Perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
10
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Menurut fungsinya jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal,
dan jalan lingkungan. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi
melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah
dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi, sedangkan jalan lingkungan merupakan jalan umum
yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan
rata-rata rendah.
Kemudian menurut statusnya jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan
provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan
jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi,
dan jalan strategis nasional serta jalan tol. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam
sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota atau antar ibukota kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi. Jalan
kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada
kedua jalan di atas, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal,
serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan
strategis kabupaten. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan
persil, menghubungkan antar persil serta menghubungkan antar pusat permukiman yang
berada di dalam kota. Terakhir jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan.
1) Jalan Kelas I. Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama yang bertujuan melayani lalu-
lintas cepat dan berat, tidak terdapat jenis kendaraan lambat dantidak bermotor. Jalan raya
dalam kelas ini mempunyai jalur yang banyak dengan perkerasan terbaik.
2) Jalan Kelas II. Kelas jalan ini mencakup semua jalan dengan fungsi sekunder, komposisi
lalu lintas terdapat lalu-lintas lambat tapi tanpa kendaraan tak bermotor. Jumlah jalur
minimal adalah dua jalur dengan konstruksi terbaik. Untuk lalu lintas lambat disediakan
jalur tersendiri.
11
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
3) Jalan Kelas III. Kelas jalan ini mencakup semua jalan dengan fungsi sekunder, komposisi
lalu-lintas terdapat kendaraan lambat yang bercampur dengan lalu-lintas lainnya. Jumlah
jalur minimal dua jalur dengan konstruksi jalan lebih rendah, konstruksi permukaan jalan
dari penetrasi berganda atau setaraf.
4) Jalan Kelas IV. Merupakan jalan yang melayani seluruh jenis kendaraan dengan fungsi
jalan sekunder. Komposisi lalu-lintasnya terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tidak
bermotor.
5) Jalan Kelas V. Kelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubung dengan konstruksi
jalan berjalur tunggal atau dua, konstruksi permukaan jalan paling tinggi adalah peleburan
dengan aspal.
Arteri
Arteri
Primer (AP)
Primer (AP)
PUSAT
PUSAT KEGIATAN Kolektor
KEGIATAN
WILAYAH (PKW) Primer (KP) Kolektor
Kolektor WILAYAH (PKW)
Primer (KP)
Primer (KP)
Lokal
Kolektor Kolektor
Primer
Primer (KP) Primer (KP)
Lokal
PUSAT PENGEMBANGAN KECAMATAN PUSAT PENGEMBANGAN KECAMATAN
Primer
(PPK) (PPK)
(LP)
Lingkungan Lingkungan
Primer (LIP) Primer (LIP)
PUSAT PUSAT
Lingkungan
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
Primer (LIP)
Lokal (PPL) Lokal (PPL)
Gambar 5-3 Sistem Jaringan Jalan Primer Menurut Pp No 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan
12
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Arteri
KAWASAN PRIMER KAWASAN PRIMER
Sekunder (AS
Arteri Arteri
Sekunder (AS Sekunder (AS
Arteri
KAWASAN SEKUNDER I KAWASAN SEKUNDER I
Sekunder (AS
Kolektor Kolektor
Sekunder (KS) Sekunder (KS)
Lokal Lokal
Sekunder Sekunder
(LS) KAWASAN Kolektor KAWASAN (LS)
SEKUNDER II Sekunder (KS) SEKUNDER II
Lokal Lokal
Sekunder Sekunder
(LS) Kolektor Kolektor (LS)
Sekunder (KS) Sekunder (KS)
Lokal
KAWASAN KAWASAN
Sekunder
SEKUNDER III SEKUNDER III
(LS)
Lokal Lokal
Sekunder Sekunder
Lokal Lokal
(LS) (LS)
Sekunder Sekunder
(LS) (LS)
Jalan
PERSIL PERSIL
Lingkungan
Jalan Jalan
Nasional Nasional
KAWASAN KAWASAN
Jalan Strategis PUSAT KEGIATAN Jalan PUSAT KEGIATAN Jalan Strategis
STRATEGIS STRATEGIS
Provinsi WILAYAH (PKW) Nasional WILAYAH (PKW) Provinsi
PROVINSI (KSP) PROVINSI (KSP)
Jalan Jalan
Provinsi Provinsi
KAWASAN KAWASAN
STRATEGIS Jalan Strategis PUSAT KEGIATAN LOKAL Jalan PUSAT KEGIATAN Jalan Strategis STRATEGIS
KABUPATEN/ Kabupaten/Kota (PKL) Provinsi LOKAL (PKL) Kabupaten/Kota KABUPATEN/
KOTA (KSK) KOTA (KSK)
Jalan Jalan
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
Jalan Jalan
Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota
PUSAT PUSAT
Jalan
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
Kabupaten/Kota
Lokal (PPL) Lokal (PPL)
Gambar 5-5 Status Jaringan Jalan Menurut Pp No 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
13
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
6.1.6 Keterkaitan Tata Ruang Dengan Transportasi
Kebutuhan manusia akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang diakibatkan oleh
adanya penyebaran pola penggunaan tata ruang (spatial separation), dimana kebutuhan
manusia dan kegiatan produksi (dari awal penyediaan bahan mentah sampai pada proses
distribusinya) tidak dapat dilakukan hanya pada satu lokasi saja. Oleh karena itu selalu
dibutuhkan proses perpindahan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dalam kajian
transportasi disebut sebagai perjalanan. Pada setiap pengembangan tata ruang selalu
dibutuhkan sarana dan prasarana transportasi pendukungnya, demikian pula sebaliknya bahwa
setiap pengembangan sistem transportasi akan mempengaruhi pola pengembangan tata ruang
di sekitarnya. Interaksi timbal balik antara sistem transportasi dengan tata ruang dapat
dijelaskan pada Gambar berikut ini.
SISTRANAS
UU No 26 Tahun 2007
(Pasal 2 KM no 49
(Penataan Ruang)
Tahun 2005)
Melayani
RENCANA TATA TATRANAS
Pergerakan Dalam
RUANG NASIONAL (Tataran Transportasi
Lingkup Nasional
(RTRWN) Nasional)
dan Internasional
Jaringan
Matra Darat, laut Pelayanan
dan Udara Jaringan
Prasarana
Melayani
RENCANA TATA TATRAWIL Pergerakan Dalam
RUANG WILAYAH (Tataran Transportasi Lingkup Wilayah
PROVINSI (RTRWP) Wilayah) Antar Kota atau
kabupaten)
Jaringan
Matra Darat, laut Pelayanan
dan Udara
Jaringan
Prasarana
Melayani
Pergerakan Dalam
RENCANA TATA TATRALAOK
Lingkup Lokal
RUANG WILAYAH (Tataran Transportasi
Dalam Kawasan
KABUPATEN/KOTA Lokal)
Kota atau
Kabupaten
Jaringan
Matra Darat, laut Pelayanan
dan Udara
Jaringan
Prasarana
Gambar 5-6 Keterkaitan Antara Sistem Tata Ruang dan Sistem Transportasi
Dari hubungan antara sistem transportasi dengan tata ruang yang telah dijelaskan di atas,
maka sangatlah jelas bahwa interaksi timbal balik antara transportasi dengan tata ruang
merupakan komponen utama yang harus dianalisis dan dimodelkan dalam penyusunan
14
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
kerangka kebijakan yang efisien dan terpadu. Proses perencanaan hubungan timbal balik
tersebut harus dilakukan dan dikaji dalam kerangka sistem, dimana perencanaan transportasi
dan tata ruang harus dipadukan sehingga mampu menghasilkan interaksi transportasi yang
mendukung perekonomian masyarakat.
Sistem transportasi merupakan suatu pola hubungan antara jaringan, pergerakan dan
klembagaan. Transportasi merupakan suatu jaringan yang terdiri dari simpul dan prasarana
transportasi yang diakomodir dengan sarana pergerakan berupa moda kendaraan, sehingga
menciptakan suatu pergerakan perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya. keseimbangan
antara simpul, prasarana dan sarana transportasi yang ideal merupakan suatu program
kegiatan pengembangan transportasi dalam menciptakan sistem transportasi terpadu.
Keseimbangan ini tidak hanya dilihat dalam satu moda saja tetapi dapat berkaitan dengan
multimoda.
Kebutuhan pergerakan barang dan penumpang yang tercipta pada kondisi tertentu sangat
terkait dalam pemenuhan prasarana jalan serta simpul transpotasi dalam menciptakan sistem
transportasi wilayah yang terpadu. Keseimbangan antara demand dan supply pada seluruh
moda merupakan hal yang utama dalam menciptakan sistem pergerakan yang optimum. Sistem
pergerakan dapat dikatakan optimum apabila biaya transportasi secara kesisteman yang terjadi
merupakan biaya minimum dengan manfaat yang maksimal. Disamping itu peran lembagaan
yang menangani transportasi sangat penting agar system transportasi dapat berjalan dengan
baik dan berkesinambungan.
Transportasi kawasan yang handal, efisien, lancar dan aman akan tercipta apabila adanya suatu
pola sistem transportasi yang terpadu yang memiliki nilai yang optimum dari besaran biaya
yang dikeluarkan untuk proses pergerakan. Pembentukan sistem optimum dalam sistem
transportasi wilayah terpadu dapat tercapai dengan meninjau beberapa aspek, yaitu:
1. Aspek Hukum dan Kebijakan, pengoptimalan sistem transportasi dapat dilihat berdasarkan
kesesuaian hirarki setiap moda, berdasarkan ketentuan dan regulasi pada masing-masing
moda;
2. Aspek Teknis, pengoptimalan sistem transportasi ditinjau berdasarkan kebutuhan dan
waktu dalam melakukan pergerakan, yang terkait dalam tiga aspek yaitu:
a. Efisiensi angkutan;
b. Interkoneksi dan integrasi moda;
c. Hambatan minimum pada proses pergerakan.
15
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
3. Aspek Biaya, pengoptimalan sistem transportasi ditinjau berdasarkan biaya pergerakan
(cost transportation) yang minimum pada jaringan dan simpul transportasi.
4. Aspek Kelembagaan, pengoptimalan sistem transportasi ditinjau berdasarkan
pengorganisasian dan pembagian peran seluruh stakeholders yang terkait di dalam
pelaksanaan sistem transportasi.
5. Aspek Pembiayaan, pengoptimalan sistem transportasi ditinjau berdasarkan jumlah
pembiayaan yang masuk dan diperlukan dalam pembangunan sarana dan prasarana
transportasi.
6. Aspek Sosial Budaya, pengoptimalan sistem transportasi ditinjau berdasarkan kultur
masyarakat, kehidupan sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat.
7. Aspek Lingkungan, pengoptimalan sistem transportasi ditinjau berdasarkan kondisi
kawasan di lokasi kegiatan.
Manfaat dengan terciptanya sistem optimum dalam sistem transportasi kawasan pada
umumnya akan memberikan manfaat pada 3 (tiga) aspek, yaitu :
1. Manfaat Pengguna
Pengguna memperoleh manfaat dari adanya keterpaduan pelayanan. Kemudahan bagi
pengguna perjalanan multimoda dapat tercipta dengan adanya keterpaduan titik transit
( stasiun, bandara, pelabuhan dan sebagainya).
2. Manfaat Lingkungan
Keterpaduan rencana pengembangan dapat membawa manfaat bagi lingkungan. Proporsi
angkutan pada setiap moda akan memberikan efesiensi angkutan yang berdampak pada
efisiensi energi yang akan memberikan pengaruh pengurangan dampak lingkungan akibat
transportasi.
3. Keuntungan Ekonomi dan Keuangan
Keterpaduan rencana dapat mengurangi pengeluaran atau memperoleh manfaat lebih dari
dana yang sama. Rencana pengembangan secara komprehensif akan mengurangi
kemungkinan pembangunan prasarana yang kurang bermanfaat serta mengurangi biaya
transportasi dan produksi.
16
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
kemacetan, serta dampak lain seperti meningkatnya polusi udara, inefisiensi penggunaan BBM
dan meningkatnya resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Pemilihan moda truk banyak dipilih oleh perusahaan jasa pengiriman ekspedisi dikarenakan
beberapa kelebihannya salah satunya adalah tidak terikat oleh waktu dimana pengiriman dapat
dilakukan kapan saja apabila kuota pengiriman telah tercapai. Sedangkan moda kereta api
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan moda truk, beberapa kelebihan moda kereta api
adalah kapasitas angkut yang besar, waktu perjalanan yang relatif cepat, bebas pungutan liar
dan keamanan serta keselamatan barang lebih terjamin.
Beberapa faktor tersebut dapat menjadi suatu permodelan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui perilaku pengguna jasa angkutan barang di wilayah Jabodetabek dalam memilih
moda antara kereta, perairan dan truk. Dari model ini dapat diketahui faktor apa saja yang
menjadi pertimbangan oleh pengguna jasa angkutan barang dalam memilih moda. Hasil kajian
ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan arah kebijakan share moda angkutan barang di
wilayah Jabodetabek.
Metodologi penyusunan Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang Di Wilayah
Jabodetabek secara garis besar dibagi menjadi 4 tahapan yaitu (Gambar 5-6):
1) Tahap Persiapan
2) Tahap Antara
3) Tahap Rancangan Akhir
4) Tahap Akhir
17
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Persiapan
Administrasi
Mobilisasi Tenaga
TAHAP Ahli
PERSIAPAN Kontrak Tenaga Ahli
Surat Menyurat
Persiapan Teknis
Kajian Tentang
Peraturan
Perundang-
Undangan
18
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
7.1.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan
pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana yang kiranya perlu dilakukan
agar diperoleh efisiensi dan efektifitas waktu dan pekerjaan. Pada tahap ini juga dilakukan
pengamatan pendahuluan agar didapat gambaran umum dalam mengidentifikasi dan
merumuskan masalah yang ada di lapangan. Secara keseluruhan tahap persiapan ini meliputi :
a. Studi pustaka terhadap materi untuk proses Rencana Teknis Modal Share Pelayanan
Angkutan Barang di JABODETABEK, b. Menentukan kebutuhan data c. Mendata instansi dan
institusi yang dapat dijadikan sumber data d. Pengadaan persyaratan administratif/surat-
menyurat untuk pengumpulan data. Pada tahap awal ini konsultan akan melakukan persiapan
pelaksanaan pekerjaan meliputi mobilisasi personil, elaborasi proposal, persiapan survei detail,
review terhadap berbagai produk studi dan perencanaan terkait. Persiapan teknis pelaksanaan
dilakukan berdasarkan data sekunder yang tersedia. Modifikasi dapat dilakukan setelah survei
pendahuluan dilaksanakan. Dalam tahap persiapan ini target yang akan di capai adalah
sebagai berikut
a. Kajian tentang kebijakan dan sasaran Modal Share Pelayanan Angkutan Barang di
JABODETABEK
b. Kajian awal tentang kondisi Modal Share Pelayanan Angkutan Barangdi JABODETABEK
c. Kajian tentang studi terkait dengan Modal Share Pelayanan Angkutan Barang.
d. Gagasan awal Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang.
Persiapan
Administrasi
Mobilisasi Tenaga
TAHAP Ahli
PERSIAPAN Kontrak Tenaga Ahli
Surat Menyurat
Persiapan Teknis
Kajian Tentang
Peraturan
Perundang-
Undangan
19
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
7.1.2 Tahap Antara
Tahap antara merupakan tahap kedua dari rangkaian kegiatan Penyusunan Rencana Teknis
Modal Share Pelayanan Angkutan Barang Di Jabodetabek, pada tahap ini dibagi mejadi dua
kegiatan yaitu (1) kegiatan pengumupulan data dan (2) kegiatan kompilasi data.
Data yang telah diperoleh tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan : jenis data, tempat
diperoleh data, dan jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang memadai
(cukup, seimbang, dan akurat). Jenis data yang perlu dikumpulkan dalam kegiatan ini terdiri
dari :
20
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Data Primer Data primer adalah data utama yang diperoleh dengan cara observasi
langsung dilapangan dan wawancara dengan pihak-pihak yang relevan dibidangnya. Kondisi
lapangan yang diamati dalam observasi/survei ini antara lain :
Survey asal tujuan angkutan barang (OD)
Survey volume kendaraan
Survey waktu tempuh angkutan barang
Survey jaringan lalu lintas barang
Survey wawancara operator
Survey wawancara regulator
Survey primer lainnya terkait dengan kegiatan
2) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara meminjam data
dari instansional atau dari sumber yang lain. Data sekunder yang dibutuhkan dalam
kegiatan ini adalah sebagai berikut:
b) Data Peta
Data peta digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan pengembangan
sistem jaringan di lokasi tersebut.
Peta dasar
Peta jaringan jalan (status jalan, kelas jalan, fungsi jalan dll)
Peta pola ruang
Peta struktur ruang
Peta rawan bencana
21
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Peta jaringan trayek angkutan barang
Peta penggunaan lahan
Peta lainnya terkait dengan kegiatan
Kompilasi data dapat berupa tabel angka maupun diskripsi yang bersifat kualitatif yang bersifat
lengkap dan detail. kesimpulan ini akan dijadikan dasar dalam analisis pengembangan simpul
angkutan umum di wilayah Jabodetabek.
22
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Lokasi kegiatan dibagi menjadi beberapa zona pergerakan dengan titip pusat pergerakan di
masing-masing zona. Pembagian zona pergerakan dibagi menjadi zona internal dan zona
eksternal. Zona eksternal merupakan pusat pergerakan yang berasal dari luar kawasan
menuju ke internal kawasan atau pergerakan yang bersifat lintasan ( through traffic).
Sedangkan pergerakan internal merupakan pergerakan dalam kawasan.
23
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
cukup besar (sesuai hirarkinya mungkin mulai dari arteri, kolektor, jika diperlukan
jalan lokal yang penting dapat juga dimasukkan ke dalam model).
Minimal ruas jalan yang masuk ke dalam model jaringan jalan sampai dengan satu
tingkat di bawah ruas jalan yang menjadi lokasi dari skema yang direncanakan
misal jika kebijakan diterapkan pada jalan arteri maka jalan kolektornya harus
dimasukkan ke dalam model.
Semakin kecil skala studi maka semakin detail sistem jaringan jalan yang perlu
ditampilkan dalam model jaringan jalan
5) Analisis sebaran pergerakan dilokasi kegiatan saat ini bias menggunakan studi yang telah
dilakukan sebelumnya (jika telah tersedia). Jika tidak tersedia data asal tujuan pergerakan
di lokasi kegiatan maka metode yang digunakan adalah metode tak langsung. Untuk
menggambarkan sebaran pergerakan di masa yang akan datang menggunakan model
Model Analog (furnes, seragam, rerata, Detroit) maupun sintesis (gravity model). Dari
beberapa model analog dan sintesis tersebut dipilih berdasarkan kesesuain dengan
karakteristik lokasi kegiatan.
24
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
kemacetan (keterbatasan kapasitas jaringan jalan) dan/atau kesalahpahaman pengendara
terhadap biaya aktual di ruas jalan.
25
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
7.1.3.2 Analisis Karakteristik Lalu Lintas
Pada tahap ini dilakukan proses pengolahan data baik data primer maupun sekunder. Analisa
meliputi pengakumulasian kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dalam perhitungan
teknik secara lengkap agar dihasilkan suatu output data yang teratur, tersusun, dan lebih
berarti sehingga dapat digunakan sebagai input pada proses selanjutnya. Tahapan-tahapan
yang dilakukan dalam menganalisa data adalah sebagai berikut :
Kapasitas jalan pada saat kondisi eksisting dihitung berdasarkan kapasitas dasar (kondisi
geometrik jalan tanpa ada pengaruh), faktor penyesuaian jalan, faktor pemisahan arah dan
hambatan samping. Pedoman dalam perhitungan kapasitas jalan pada lokasi perencanaan
ini menggunakan standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) untuk jalan
perkotaan. Petunjuk perhitungan kapasitas jalan berdasarkan Manual kapasitas jalan
indonesia tahun 1997 untuk jalan luasr perkotaan adalah sebagai berikut:
Kapasitas Jalan
Penentuan kapasitas jalan ditentukan dengan persamaan sebagai berikut ( Manual
Kapasitas Jalan Indonesia, 1997):
26
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Nilai dari masing-masing variabel persamaan diatas berdasarkan standar Manual
Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 adalah sebagai berikut:
27
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
Faktor
Lebar Efektif Jalur Lalu-
Tipe Jalan penyesuaian lebar
Lintas (meter)
jalan (Fcw)
8 1,08
9 1,15
10 1,21
11 1,27
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997
Faktor penyesuaian pemisahan arah (untuk jalan tak terbagi) (FCsp)
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat pemisahan arah (hanya untuk jalan
dua arah tak terbagi). Besarnya nilai FCsp berdasarkan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI), 1997 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus terhadap kapasitas, digunakan sebagai
faktor kunci dalam penentuan perilaku lalu-lintas pada suatu segmen jalan. Nilai derajat
28
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan akan mempunyai masalah kapasitas atau
tidak. Persamaan untuk menghitung derajat kejenuhan adalah sebagai berikut:
DS = Q/C
Dimana
DS = Derajat Kejenuhan
Q = Arus Lalu Lintas
C = Kapasitas Jalan
Perhitungan derajat kejenuhan dengan menggunakan arus dan kapasitas dinyatakan dalam
satuan smp/jam.
Tingkat pelayanan jalan merupakan penilaian terhadap kondisi segmen jalan, apakah jalan
tersebut masih mampu untuk melewatkan kendaraan pada waktu puncak atau tidak.
Klasifikasi tingkat pelayanan jalan di kelompokkan dalam beberapa bagian, yaitu:
29
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
7.1.3.3 Simulasi Pemodelan Angkutan Barang
Simulasi kinerja jaringan jalan dan persimpangan pada kegiatan rencana teknis share moda
angkutan barang di Jabodetabek ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar dampak
perubahan terhadap kondisi jaringan dan persimpangan yang ada akibat adanya share moda,
Simulasi ini dilakukan pada tahap do nothing dan do something. Indikator yang digunakan
dalam penilaian dampak ini terdiri dari:
- Volume kendaraan
- Derajat kejenuhan (V/C)
- Indek tingkat pelayanan jalan
- Waktu perjalanan
- Kecepatan kendaraan
Perangkat lunak yang digunakan dalam simulasi angkutan barang di wilayah Jabodetabek ini
adalah PTV Visum
30
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Kebijakan dan strategi pengembangan sharing modal angkutan barang di Wilayah
Jabodetabek
2) Rencana teknis Modal Share angkutan barang di Wilayah Jabodetabek
3) Rencana insentif dan disinsentif modal share angkutan barang di Wilayah Jabodetabek
4) Rencana Program dan kegiatan modal share angkutan barang di Wilayah Jabodetabek
31
PENDEKATAN DAN METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN
BAB 8
PROGRAM KERJA
Program kerja merupakan rangkaian pelaksanaan kegiatan dari awal hingga terselesainya
kegiatan. Pola kerja dalam kegiatan Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang
di Jabodetabek adalah sebagai berikut :
1) Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan setelah SPMK diperoleh, maka tim akan segera
dimobilisasi dan segera melakukan rapat/ diskusi guna mendapatkan persamaan persepsi
mengenai pekerjaan yang akan dilakukan terutama pemahaman terhadap KAK.
2) Melakukan diskusi informal dengan pemberi kerja dalam rangka penyamaan persepsi
mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan.
3) Mobilisasi tenaga ahli disesuaikan dengan jadwal dan penugasan, serta keterlibatan
masing-masing tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan penyusunan sesuai dengan
jumlah orang-bulan masing-masing tenaga ahli.
4) Pekerjaan studio, yaitu semua pekerjaan/ kegiatan yang dilakukan tim kerja untuk
sampai menghasilkan produk/dokumen rencana. Kegiatan yang dilakukan pada pekerjaan
studio meliputi mempersiapkan kebutuhan data kajian, Pengumpulan dan seleksi data,
proses Penyusunan laporan Pendahuluan, Proses tabulasi data, Pembuatan Kompilasi
Data, Proses pengolahan dan analisis data, proses penyusunan laporan antara, proses
pembuatan laporan akhir, termasuk penyempurnaan dari mulai laporan pendahuluan,
laporan antara, dan laporan final berdasarkan hasil masukan dari diskusi dengan tim dan
instansi terkait.
5) Konsultan secara berkala berkoordinasi dan melakukan konsultasi teknis kepada tim
teknis dan Instansi Terkait, Asosiasi profesi, pakar, pemerhati, maupun dengan
stakeholder lainnya yang terlibat dan mempunyai kepentingan dalam pelaksanaan
Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang di Jabodetabek. Konsultan
secara periodik melaporkan setiap progres yang telah dihasilkan kepada Tim Teknis.
6) Diskusi Pembahasan Laporan dilakukan di instansi terkait pada tahap Laporan
Pendahuluan, Laporan Antara, dan Laporan Akhir.
1
PROGRAM KERJA
9.1 Jadwal Keseluruhan Kegiatan
Rencana jadwal kegiatan terpadu dalam pelaksanaan Kegiatan Rencana Teknis Modal Share
Pelayanan Angkutan Barang di Jabodetabek secara keseluruhan dapat diselesaikan dalam
waktu 6 (enam) bulan kerja atau 180 hari kerja. Diharapkan dalam kurun waktu tersebut
semua kegiatan dapat diselesaikan dengan baik.
Uraian dari jadwal pelaksaan kegiatan tersebut berdasarkan tahapan dapat dilihat pada tabel 6-
1 di bawah ini:
2
PROGRAM KERJA
Tabel 6-8 Rencana Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
No Uraian Kegiatan I II III IV V VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A Tahap Persiapan
1 Persiapan administrasi
2 Persiapan teknis (kajian peraturan perundang undangan)
3 Perumusan gagasan awal modal sharing angkutan barang
4 Penyusunan laporan pendahuluan
5 Penyusunan bahan presentasi pendahuluan
6 Presentasi pendahuluan
B Tahap Antara
1 Pengumpulan data sekunder dan primer
2 Kompilasi data
Diskripsi potensi dan permasalahan modal sharing angkutan barang di
3 lokasi kegiatan
4 Penyusunan laporan antara
5 Penyusunan bahan presentasi antara
6 Presentasi antara
D Tahap Akhir
1 Penyusunan rencana teknis share moda angkutan barang
2 Produksi hasil kegiatan
3 Penyerahan dokumen hasil kegiatan
1
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
9.3 Sistem Pelaporan
Produk yang dihasilkan dari pekerjaan Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan
Barang di Jabodetabek minimal sebagai berikut:
1) Laporan Pendahuluan
Uraian secara umum mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, lokasi, ruang
lingkup, waktu pelaksanaan, metodologi yang akan dipergunakan, data-data yang
diperlukan;
Struktur Organisasi tim pelaksana serta metode kerja penyelesaian pekerjaan;
Uraian kegiatan yang akan dilakukan oleh konsultan dalam pelaksanaan studi,
termasuk rencana kegiatan survey dan lampiran-lampiran (cek list data, kuesioner,
dan form) yang diperlukan;
Inventarisasi peraturan perundang-undangan terkait;
Identifikasi dan analisis kendala yang mungkin terjadi dan rekomendasi
penyelesaian.
2) Laporan Antara
Setelah data primer maupun sekunder diperoleh, data tersebut diolah menjadi
rekapitulasi kinerja dan kebutuhan stasiun angkutan penumpang yang ada di daerah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Data hasil rekapan ini dianalisis
sementara untuk mendapatkan gambaran tentang pencapaian pembangunan
transportasi Jabodetabek (pencapaian rencana strategis pada tahun berjalan), potensi
dan permasalahan, isu-isu strategis, serta arah kebijakan pembangunan transportasi
saat ini dan ke depan yang sesuai dengan Perpres Nomor 55 Tahun 2018 tentang
Rencana Induk Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang Bekasi Tahun 2018-
2029.
Identifikasi dan inventarisasi rencana strategis dan RT/RW Pemerintah Provinsi/
Kabupaten/ Kota di Jabodetabek;
Laporan Survey;
Inventarisasi permasalahan dalam penyelenggarakan terkait kegiatan ini;
Perumusan estimasi pertumbuhan jumlah pergerakan angkutan barang terkait
kegiatan in di Jabodetabek
Analisis awal (sementara) potensi dan permasalahan share moda angkutan barang
di wilayah jabodetabek
2
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
3) Rancangan Laporan Akhir
Kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan Rancangan Laporan Akhir yaitu;
merumuskan sasaran strategis, analisis pemodelan, analisis kinerja, simulasi angkutan
barang, merumuskan kebutuhan aspek legalitas dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan
BPTJ, merumuskan estimasi kebutuhan biaya dan skema pembiayaan, merumuskan
timeline kegiatan, prioritas pada tahun berjalan hingga TA. 2020-2024 serta
sasaran/target capaian yang menunjang kelancaran kegiatan ini
4) Laporan Akhir
Kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan Laporan Akhir yaitu; merumuskan sasaran
strategis terkait rencana teknis share modal angkutan barang, merumuskan kebutuhan
aspek legalitas dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan BPTJ, merumuskan estimasi
kebutuhan biaya dan skema pembiayaan, merumuskan timeline kegiatan, prioritas pada
tahun berjalan hingga TA. 2020-2024 serta sasaran/target capaian dan implikasi yang
berkaitan dengan pelayanan angkutan barang
3
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAB 10
ORGANISASI DAN PERSONEL
Dalam pelaksanaan kegiatan Kegiatan Rencana Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan
Barang di Jabodetabek perlu dilakukan upaya sinkronisasi kegiatan, karena sifat pekerjaan
yang multi disiplin. Organisasi pelaksanaan kegiatan sangat diperlukan untuk mengelola
kegiatan ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada bab ini akan dibahas
mengenai komposisi tim dan penugasan yang diatur dalam orang bulan.
Pengelolaan dan koordinasi yang baik diperlukan agar dalam pelaksanaan pekerjaan berjalan
dengan lancar sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan. Sesuai dengan petunjuk
pada kerangka acaun kerja (KAK) dan menyadari pentingnya keberhasilan kegiatan Rencana
Teknis Modal Share Pelayanan Angkutan Barang di Jabodetabek, maka selain pengelolaan dan
koordinasi yang baik juga ditunjang oleh tenaga-tenaga ahli profesional yang berpengalaman
dibidangnya.
Tenaga ahli tersebut diantaranya ahli perencana transportasi yang juga bertindak sebagai
ketua tim, ahli planologi, manajemen rekayasa lalu lintas, ahli transportasi jalan, ahli
transportasi kereta api, ahli transportasi perairan, ahli keselamatan transportasi, ahli logistik,
ahli pemodelan transportasi dan ahli ekonomi bisnis.
FORUM PIHAK
KONSULTAN
DISKUSI TERKAIT
TENAGA AHLI
AHLI KESELAMATAN JALAN
KETUA TIM AHLI PERENCANAAN WILAYAH
(AHLI AHLI MANAJEMEN LALU LINTAS
PERENCANA AHLI TRANSPORTASI JALAN
TRANSPORTASI) AHLI TRANSPORTASI PERAIRAN
AHLI TRANSPORTASI KA
AHLI KESELAMATAN TRANSPORTASI
AHLI LOGISTIK
AHLI PEMODELAN
AHLI EKONOMI BISNIS
TENAGA PENDUKUNG
Administrasi
Koordinator Survey
Operator Komputer
1
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI
Tenaga Ahli Orang
Bulan
Min D3 Adm/Sipil/Transportasi
1 Administrator 4
(Sederajat)
Min D3 Sipil/Transportasi
2 Koordinator Survey 6
(Sederajat)
Min D3 Kom/Sipil/Transportasi
3 Operator Komputer 6
(Sederajat)
2
JADWAL PENUGASAN TENAGA AHLI