Disusun Oleh :
1
DAFTAR ISI
halaman
2
2.3.2 Kaizen ………………………………………... 35
37
2.3.2.1 Makna Kaizen ……………………...
38
2.3.2.2 Kaizen dan Just In Time …………..
Gugus Kendali Mutu / QCC (Quality Control Circle) … 42
2.4
2.4.1 Lembar Pengecekan (Check Sheet) …………… 55
3
2.5.10.2 Alat Ukur Kinerja Pemasok .................... 91
4
4.2 Data Produk ................................................................... 118
BAB V ANALISIS
5
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Siklus Plan-Do-Check-Action ...................................................... 34
Gambar 2.2 Ilustrasi Problem ........................................................................ 45
Gambar 2.3 Ilustrasi Menetapkan Tujuan ....................................................... 47
Gambar 2.4 Ilustrasi Mendalami Sifat Masalah/Problem ................................. 48
Gambar 2.5 Ilustrasi ”Sumbang Saran” ........................................................... 50
Gambar 2.6 Diagram Pareto .......................................................................... 57
Gambar 2.7 Histogram.................................................................................... 58
Gambar 2.8 Scatter Diagram .......................................................................... 59
Gambar 2.9 Fishbone Diagram ....................................................................... 61
Gambar 2.10 Control Chart............................................................................. 62
Gambar 2.11 Alur Monitoring dan Pengembangan Pemasok.......................... 91
Gambar 3.1 “8 Langkah” pada Siklus PDCA ................................................. 102
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Denso Indonesia.................................. 105
Gambar 4.2 Produk-pruduk PT. Denso Indonesia......................................... 108
Gambar 4.3 Perkembangan Group QCC PT. Denso Indonesia .................... 111
Gambar 4.4 Produk-produk PT. Induro Internasional ....................................113
Gambar 4.5 Struktur Organisasi PT. Induro Internasional .............................116
Gambar 4.6 FRP Case Cooling Bus Air Conditioner .....................................118
Gambar 4.7 Parts Case Cooling Bus AC ...................................................... 119
Gambar 4.8 Diagram Pareto Kerusakan Case Cooling Bus AC .................... 13
Gambar 4.9 Diagram Pareto Jenis Kerusakan Case Cooling (LH+RH) …… 125
Gambar 5.1 Fishbone Diagram “Gompal di Area Nut M8”............................. 136
Gambar 5.2 Pareto Diagram “Gompal di Area Nut M8” Setelah Perbaikan .. 140
Gambar 5.3 Team Improvement PT. Induro Internasional ............................ 141
6
DAFTAR TABEL
halaman
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
8
Persaingan di industri otomotif lebih mengarah kepada kolaborasi atau
penggabungan dan kerjasama yang tidak hanya ruang lingkup satu negara, tetapi
sudah antar negara, sehingga hal ini juga mendasari terjadinya penggabungan
standarisasi mutu secara global. Contoh yang telah disusun QS-9000, standar ini
tidak hanya diterapkan di Amerika, tetapi di semua negara yang memasok ke
General Motor, Chrysler dan Ford.
9
Menyediakan pendekatan sistem mutu global untuk mengembangkan
pemasok (supplier/vendor) dan memastikan konsistensinya.
Mengurangi variasi dan meningkatkan efisiensi.
10
material, proses produksi, pengiriman (delivery), hingga menjadi produk jadi yang
siap pakai secara berkesinambungan.
130 perusahaan pemasok PT. Denso Indonesia tahun 2008, PT. Induro
Internasional termasuk dalam daftar pemasok yang perlu mendapatkan tindakan
pengembangan. Salah satu point yang menjadi perhatian adalah perbaikan mutu
produk, yaitu mutu pada produk FRP Case Cooling Bus Air Conditioner.
11
2. Bagaimana cara meningkatkan budaya kaizen/perbaikan terus menerus yang
dilakukan pemasoknya dalam rangka menjaga dan mengendalikan mutu
produknya?
12
Bus Air Conditioner yang dilakukan oleh PT. Induro Internasional sebagai
pemasok utama Dept. Bus Air Conditioner, PT. Denso Indonesia.
3. Responden penulis adalah karyawan PT. Denso Indonesia dan PT. Induro
Internasional.
4. Pengamatan dan pengambilan data penelitian dilakukan sejak bulan Oktober
2008 hingga bulan Januari 2009.
13
3. Dalam menyelesaikan masalah, penulis melakukannya dengan metoda
penyelesaian masalah yang diterapkan dalam gugus kendali mutu atau
QCC (Quality Control Circle) yaitu implementasi dari 8 langkah siklus PDCA.
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini diuraikan
ke dalam enam bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
14
diolah sehingga dapat dijadikan suatu informasi dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi.
BAB V ANALISIS
Berisi interpretasi hasil pengolahan data penelitian dengan landasan teori yang
dijabarkan dalam langkah-langkah penyelesaian.
Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai hasil yang didapat dari analisis
pengolahan data serta saran-saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Mutu
16
Tanggung jawab manajemen mutu ada pada semua level manajemen,
tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (Top management), dan
implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.
2.1.1 Manajemen
Pengertian manajemen :
“The art of getting thing done through people (seni untuk menggerakan
orang melakukan suatu pekerjaan atau keahlian untuk mencapai hasil
tertentu melalui orang lain”. (Lawrence A. Appley, presiden American
Management Association)
17
”Suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran
perusahaan melalui pemanfaatan factor produksi yang dimiliki”. (M. Fuad,
etal. “Pengantar Business”)
“Seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengontrolan daripada human and natural resource
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dulu”. (Prof. Oey Liang
Lee, Guru Besar Manajemen UI)
Dari pengertian di atas dijumpai ada aktifitas khusus untuk mencapai tujuan :
18
2.1.2 Mutu
Dalam upaya memahami konsep mutu suatu produk maka berikut ini
dikemukakan beberapa definisi yang umum tentang mutu, mutu adalah :
Sesuatu yang yang dapat disempurnakan dan memiliki nilai yang bisa
ditawarkan kepada konsumen. (Masaaki Imai)
Kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya. (J.M.Juran)
Kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability,
maintainability dan cost effectiveness. (Crosby)
Keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya
dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun
tersamar. (ISO 8402 & SNI 19-8402-1991)
Uraian kebutuhan yang diterjemahkan dalam bentuk persyaratan teknis
suatu entitas tersebut. (ISO 8402, 1994)
Kadar/tingkat yang dimiliki oleh sekumpulan karakteristik yang melekat
(yang menjadi sifat) pada suatu produk atau pelayanan dalam memenuhi
persyaratan. (ISO 9001:2000)
Suatu strategi bisnis mendasar yang mengupayakan untuk menghasilkan
aneka barang (goods) dan jasa (service) yang memuaskan para pelanggan
baik internal maupun eksternal secara lengkap dengan berusaha memenuhi
harapan-harapan mereka baik yang implisit maupun eksplisit. (Ternner & De
Toro, 1992)
Kemampuan produk dalam melakukan fungsinya selama jangka waktu
penggunaan tertentu yang telah ditetapkan. (Hoyle, 1994)
Karakteristik total suatu entitas yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan konsumen. (Wilton, 1994)
19
Dengan berdasarkan elemen-elemen tersebut, David L.Goetsch dan
Stanley Davis membuat definisi mengenai mutu yang luas cakupannya. Definisi
tersebut adalah : “Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan”.
20
secara partisipatif, baik misi dan visi mereka maupun proses manajemen, yang
dapat mereka pergunakan untuk mencapai keduanya.
Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses yang
terdiri dari tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus mereka kelola
agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan sebagai kunci
keunggulan bersaing.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan
perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu.
Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan, akan tetapi
lebih baik kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung
yang kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk mengartikan konsep
mengenai mutu, membantu melalui “network” dengan manajer mutu di bagian lain
dalam organisasi dan membantu sebagai narasumber mengenai topik- topik yang
berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh
dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunikasi kepada seluruh karyawan
mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan
dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi
dengan para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan,
dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.
21
5. Penghargaan dan Pengakuan
Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan
mungkin diberi penghargaan, sehingga karyawan lainnya sebagai anggota
organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Gagal mengenali seseorang
mencapai sukses dengan menggunakan proses menejemen mutu terpadu akan
memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju pekerjaan yang sukses, dan
menungkinkan promosi atau sukses individu secara menyeluruh. Jadi pada
dasarnya karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi
penghargaan agar dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.
6. Pengukuran
Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam
menetapkan proses manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus diganti dengan
data dan setiap orang harus diberitahu bahwa yang penting bukan yang dipikirkan
akan tetapi yang diketahuinya berdasarkan data. Di dalam menentukan
penggunaan data, kepuasan pelanggan eksternal harus diukur untuk menentukan
seberapa jauh pengetahuan pelanggan bahwa kebutuhan mereka benar-benar
dipenuhi.
Pengumpulan data pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian
kinerja yang realistis serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap
orang/karyawan untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya.
Di samping keenam elemen pendukung di atas, maka ada unsur yang
tidak bisa diabaikan yaitu gaya kepemimpinan dalam organisasi/perusahaan
bersangkutan. Suatu gaya bagaimana seorang manajer sebagai seorang
pimpinan melakukan sesuatu sangat berpengaruh pada pelaksanaan tugas yang
dilakukan oleh bawahan/karyawan. Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh
seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu :
1 Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat saja.
2 Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap individu/bawahan.
3 Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh bawahan.
4 Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap
orang memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas.
5 Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan
6 Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih kepada
bawahan yang berhasil/berjasa
7 Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang
22
terprogram
8 Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal
9 Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat
10 Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan
11 Mau mendengar dan menyadari kesalahan
12 Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi
13 Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja
24
dan mempelajari berbagai alternatif yang mungkin terjadi. Tujuannya ialah untuk
menaikkan kemampuan untuk memprediksi/meramalkan dampak bahwa satu
atau lebih perubahan akan bisa terjadi kalau diimplementasikan. Rencana
pengujian harus meliputi siapa akan mengerjakan apa kapan dan dimana.
25
3. Check (Meninjau ulang pekerjaan dan hasil)
- Monitor program
- Ubah program jika dibutuhkan
- Monitor hasilnya
4. Action (Melaksanakan Tindakan)
- Lakukan evaluasi terhadap hasil
- Standarkan counter measure, atau
- Start PDCA lagi
2.3.2 Kaizen
Istilah kaizen kerap kali digunakan sebagai salah satu strategi perbaikan
dalam manajemen mutu dan “alternative management” yang selama ini
didominasi oleh negara barat dan Amerika, namun dalam perkembangannya
sistem manajemen ini mendapat perhatian para analis manajemen setelah
melihat perkembangan ekonomi Jepang yang pesat, yang kerap kali merepotkan
hegemoni Amerika dalam percaturan ekonomi global.
Fenomena pertumbuhan ekonomi Jepang pasca PD II memberikan
motivasi pembangunan kembali dari puing peperangan dan diutuslah seorang ahli
survey AS yang bernama Dr. W. Edward Deming yang mencoba membantu
Jepang untuk pembangunan kembali ekonomi Jepang sehingga konsep Deming
mulai tahun 1970-an telah diterapkan oleh perusahaan Jepang yang terkenal
dengan “14 kunci Dr. Deming” dan anehnya sukses penerapan konsep Deming di
industri Jepang pemerintah AS baru tertarik pada konsep tersebut. Namun konsep
Deming yang kemudian lebih dikenal dengan konsep kaizen secara luas
baru diperkenalkan oleh Masaaki Imai dalam bukunya “Kaizen : the key to
Japan’s competitive success” (1986).
Europe Japan Centre tentang Kaizen Jepang mengungkapkan :
“Kaizen mengatakan kepada kita bahwa hanya dengan secara terus menrus tetap
sadar dan membuat bertus-ratus ribu peningkatan kecil, maka dimungkinkan
untuk menghasilkn barang dan jasa yang mutunya otentik sehingga memuaskan
pelanggan. Cara paling mudah mencapainya adalah dengan keikutsertaan,
motivasi dan peningkatan terus menerus dari masing-masing dan semua
karyawan dalam organisasi. Keikutsertaan staf tergantung pada komitmen
manajemen senior, strategi yang jelas dan ketabahan, karena kaizen bukan jalan
pintas melainkan proses yang berjalan secara terus menerus untuk menciptakan
hasil yang diinginkan”. (Cane, 1998:265)
26
Dengan pertumbuhan ekonomi Jepang berdampak pada dorongan negara
Asia lainnya untuk terus mengejar ketertinggalannya. Kunci keunggulan
perusahaan Jepang adalah sangat unggul dalam persaingan, salah satu
kemampuannya adalah menghilangkan pemborosan dan menghindari berbagai
kesulitan, sedangkan AS sebaliknya mengalami kesulitan dalam menghemat
Sumber Daya Alam yang memang sangat melimpah bila dibandingkan Jepang
sehingga istilah perbaikan mutu secara terus menerus tidak berlaku bagi
manajemen Amerika tapi lebih cenderung just in case.
27
Pengembangan produk baru
28
pemantapan/perawatan yaitu manajemen visual dan pemantapan 5-S seperti
pemberian tanda, pengumuman, label, pengaturan kabel, kode, dsb. Shitsuke
atau pembiasaan yaitu pembentukan kebiasaan dan tempat kerja yang
berdisiplin.
7. Menghilangkan ketidakpastian
Untuk menghilangkan ketidakpastian dengan pemasok dengan cara
menjalin hubungan abadi dan memilki satu pemasok yang lokasinya berdekatan
dengan perusahaan yang masih kerabat dengan pemilik perusahaan, sedang
dalam proses produksi dengan cara menerapkan sistem produksi tarik dengan
bantuan kartu kanban dan produksi campur merata (Heijunka)
30
Kita tidak boleh mengatakan bahwa kita puas dengan sesuatu seperti
yang ada sekarang, melainkan perlu berpikir keras dari berbagai sudut pandang
yang berbeda dan memahami masalah kaitannya dengan sesuatu sebagai
kejadian di masa depan misalnya ramalan atau rencana masa depan yang
mempengaruhi tempat kerja. Mari mencoba dan memastikan bahwa kita memiliki
tujuan-tujuan yang jelas dalam mengantisipasi perubahan di masa mendatang,
dan memiliki pemahaman yang jelas tentang masalah.
31
Kaitan dengan kebijakan manajemen : Apakah semua usulan sudah
sesuai dengan kebijakan manajemen?
33
Kemampuan mengidentifikasi sifat masalah bukan sesuatu yang datang
dengan mudah. Mempraktekkan Verifikasi On-site (Genchi-Genbutsu),
berulangkali bertanya “mengapa?”, melakukan upaya-upaya untuk memahami
masalah yang sebenarnya; ada jenis proses melalui mana kemampuan ini dapat
dipupuk.
Penyebab biasanya saling terkait, dan kaitannya bisa rumit. Dalam
mendalami penyebab sesuatu, perlu menggunakan berbagai cara yang berbeda-
beda, dan menjelaskan penyebab yang melandasi dari berbagai sudut pandang
yang berbeda.
34
Menggunakan cara-cara seperti brainstorming (sumbang saran) untuk
mengajukan ide-ide secara bebas, menggalang kearifan bersama, dan tidak
terikat oleh cara-cara tradisional melakukan sesuatu.
Menyusun dan memanfaatkan informasi (cara pikir, metodologi) yang
digunakan di tempat-tempat kerja lain, perusahaan-perusahaan lain, dan
industri-industri lain.
Dan keputusan tentang mana ide yang paling sesuai, yang dipilih dari semua
ide yang diajukan, dapat ditentukan ketika mempertimbangkan poin-poin berikut :
35
hasil, mereka saling menghormati nilai-nilai satu sama lain
dan mengkonsentrasikan sumber daya mereka.
Ketika sebuah konsep tindakan penanganan telah dirumuskan, sekarang
waktunya membuat rencana tindakan rinci, yang dapat dilaksanakan dalam
praktek. Dengan membuat rencana tindakan, peranan dan tanggungjawab pribadi
masing-masing anggota dapat diperjelas.
Pada tahap ini, acuan yang jelas harus dibuat terhadap pertanyaan-
pertanyaan 5W2H. Juga perlu memperoleh kesepakatan kolega-kolega senior.
Dengan melakukan hal ini, dimungkinkan memperoleh saran obyektif, dan
menjamin bahwa ada seseorang yang diajak konsultasi jika ada masalah pada
tahap pelaksanaan. Juga perlu menghubungi orang-orang di bagian-bagian
terkait. Jika rencana disusun tanpa ada orang yang mengetahui tentang rencana
tersebut, maka mustahil orang-orang akan merespon dengan segera rencana
tersebut tanpa persiapan.
36
Jika anda bisa berhasil memahami akibat dari masing-masing tindakan, anda
akan dapat menghindari melakukan tindakan-tindakan yang tidak perlu,
menyelesaikan proses tanpa harus menginjak rem dan memiliki alat yang sangat
efektif yang dapat kita terapkan pada tindakan-tindakan lain.
Jika akibat yang diantisipasi tidak muncul, pastikan secara mutlak bahwa
poin-poin berikut diperiksa dan digunakan pada tahap berikutnya.
Apakah kita yakin bahwa rencana tersebut realistis?
Apakah pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana?
Apakah yakin tidak ada kesalahan dalam mendalami penyebab?
38
1. Crack IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 30
2. Warna IIIII IIIII IIIII IIIII 20
39
Cacat Produk Case Cooling Bus AC
3.0%
2.5%
Persentase
2.0%
1.5%
1.0%
0.5%
0.0%
Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09
2.4.3 Histogram
Histogram menjelaskan variasi proses, namun belum mengurutkan
rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang terkecil. Histogram juga
menunjukkan kemampuan proses, dan apabila memungkinkan, histogram dapat
menunjukkan hubungan dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal,
misalnya rata-rata. Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya
observasi tiap-tiap kelas.
Menurut Mitra (1993), langkah penyusunan histogram adalah:
1. Menentukan batas-batas observasi: perbedaan antara nilai terbesar dan
terkecil.
2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Pedoman : banyaknya kelas = n,
dengan n = banyaknya data,
3. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut. Biasanya, semua kelas
mempunyai lebar yang sama. Lebar kelas = range / banyak kelas.
4. Menentukan batas-batas kelas. Kelas-kelas tersebut tidak saling tumpang
tindih.
5. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram batangnya.
40
HISTOGRAM
35
30
25
Frekuensi
20
15
10
5
0
A B C D E F G H
Kategori
41
y
y
x x
Analisis matriks adalah suatu alat yang sederhana, tetapi efektif. Alat ini
dapat berfungsi untuk membandingkan beberapa kelompok kategori seperti
operator, karyawan penjualan, mesin-mesin, pemasok, dan seterusnya. Semua
42
elemen dalam kategori tersebut melakukan kegiatan yang sama. Analisis
matriks sering disebut dengan Diagram Pareto dua dimensi.
43
Untuk menyusun kerangkanya harus diingat :
MASALAH
E-NVIRONMENT M-ACHINE
Akibat)
44
2.4.7 Peta Kendali (Control Chart)
Adalah sejenis grafik garis yang dilengkapi dengan satu atau dua garis
batas kendali. Digunakan untuk mempelajari suatu proses dalam keadaan
terkendali atau tidak .
Apa yang diperlihatkan control chart :
1. Variasi dasar.
2. Performance.
3. Tingkat rata-rata.
UCL
CL
LCL
2.5.1 Pendahuluan
Kata ISO digunakan oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi atau
The International Organization for Standardization sebagai nama dari
organisasinya. Organisasi ini didirikan pada tahun 1946 di Genewa, Swiss. Tujuan
pendiriannya adalah untuk mengembangkan standarisasi di seluruh dunia.
Kata ‘ISO’ yang menjadi nama dari organisasi ini, berasal dari bahasa
Yunani yaitu ‘Isos’ yang berarti ’sama’ atau ‘equivalent‘. Dalam bentuk modern
kata ‘Isos’ kemudian ditransformasikan menjadi ‘Iso’ - seperti yang digunakan
dalam istilah Isotermis (kesamaan panas), Isobar (kesamaan tekanan), dll. Kata
45
ini diadopsi oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi menjadi nama dari
organisasinya disamping karena kemiripan arti kata ini dengan tujuan organisasi,
juga karena kata tersebut memiliki bentuk yang paling mendekati dengan
singkatan nama organisasi.
46
1. Mengembangkan standar internasional,
2. Menyebarkan informasi tentang standar internasional, dan
3. Mempromosikan implementasi standar internasional.
47
9000 versi 1994 terdapat sejumlah penambahan standar-standar pelengkap untuk
beberapa jenis (kategori) produk dan industri yang belum tercakup dalam ISO
9000 versi 1987. Selain itu pada ISO 9000 versi 1994, ditegaskan bahwa
sertifikasi ISO hanya diberikan untuk ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003.
Bersamaan dengan promosi dan implementasi ISO 9000 versi 1994
secara global, ISO terus melakukan perbaikan terhadap ISO 9000 versi 1994.
Sejumlah alasan dari upaya ini antara lain; adanya kebutuhan akan peningkatan
kepentingan pengguna ISO 9000 dan pelanggannya, manajemen yang
berorientasi kepada proses, peningkatan orientasi pada industri manufaktur,
terlalu banyak standar manajemen dan pedoman yang digunakan, dan keinginan
meningkatkan dari sekedar sertifikasi kearah Perbaikan Kinerja (Performance
Improvement). Untuk itu ISO mempunyai sejumlah visi untuk tahun 2000 (Vision
2000) yaitu; Adanya satu standar manajemen mutu, satu standar persyaratan
pemastian mutu dan satu standar ‘Peta Jalan’ (penjelasan umum).
Pada tahun 2000, Komite Teknis ISO berhasil menyelesaikan tugasnya
dan menerbitkan ISO 9000 Series versi 2000 yang lebih dikenal sebagai ISO
9000:2000. Kali ini perubahan yang terjadi pada ISO 9000 Series cukup besar
dan penting (significant).
Pada ISO 9000:2000 dimasukkan Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu
(Quality Management Principles) sebagai dasar dalam melaksanakan Sistem
Manajemen Mutu. Istilah ‘Subcontraktor’ yang sebelumnya digunakan pada ISO
9000 versi 1994 digantikan dengan ‘Supplier’, sedangkan istilah ‘Supplier’
digantikan dengan ‘Organization’. Selain itu istilah ‘Quality Assurance’ pada ISO
9001 tidak digunakan lagi dan digantikan dengan istilah ‘Quality Management
System Requirements’..
ISO 9000:2000 juga melebur ISO 9001, ISO 9002 dan ISO 9003 menjadi
satu standar persyaratan pemastian mutu yaitu ISO 9001:2000 (ISO 9001:2000
adalah salah satu keluarga dari ISO 9000:2000). Sebelumnya pemilihan
48
penggunaan standar persyaratan pemastian mutu didasarkan pada model
aktifitas/proses tertentu yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk perusahaan yang
melakukan aktifitas desain/pengembangan, produksi (pengendalian proses),
instalasi/pembelian dan servis harus menggunakan ISO 9001. Sementara untuk
perusahaan yang tidak melakukan aktifitas desain, dan hanya melakukan aktifitas
produksi, instalasi dan servis harus menggunakan ISO 9002. Selanjutnya untuk
perusahaan yang tidak melakukan aktifitas desain, produksi, instalasi dan servis
(misal: perusahaan yang hanya melakukan aktifitas training atau inspeksi dan
pengujian saja) harus menggunakan ISO 9003. Berdasarkan ISO 9000:2000
semua perusahaan tanpa memperhatikan aktifitas yang dilakukan dan produk
yang dihasilkan cukup menggunakan satu standar persyaratan pemastian mutu
(persyaratan sistem manajemen mutu) yaitu ISO 9001:2000. Namun demikian
ada satu pasal dalam ISO 9001:2000 (Pasal 7: Product Realization) yang
penggunaan klausul-klausulnya boleh dikecualikan disesuaikan dengan aktifitas-
aktifitas yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.
ISO 9001:2000 lebih memfokuskan diri terhadap Perbaikan Kinerja,
penggunaan struktur baru yang didasarkan pada Pendekatan Proses (Process
Approach), pengurangan prosedur terdokumentasi, penekanan pada pemenuhan
kepuasan pelanggan, analisa data untuk perbaikan dan peningkatan kesesuaian
dengan standar Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001).
Pada ISO 9000 Series versi 1994, ISO 9004 (yang merupakan salah satu
keluarga dari ISO 9000) yang digunakan sebagai pedoman (Guidelines) dalam
49
melaksanakan ISO 9001, ISO 9002, dan ISO 9003. Sedangkan pada ISO
9000:2000, ia merupakan satu standar tersendiri dan pedoman untuk Perbaikan
Kinerja (Performance Improvements), dan bukan merupakan pedoman dalam
melaksanakan ISO 9001:2000.
Sebagian besar pasal-pasal dalam ISO 9000 Series versi 1994 masih
dipertahankan dan dipergunakan dalam ISO 9000:2000. Hanya saja struktur dan
penomorannya disempurnakan, beberapa klausul disederhanakan dan
digeneralisasi, kemudian dilakukan penambahan beberapa klausul yang
berkaitan dengan interaksi antar proses, perbaikan kinerja, komunikasi baik
internal maupun eksternal (pelanggan) dan pengukuran kepuasan pelanggan.
Keluarga ISO 9000:2000 terdiri dari:
ISO 9000 yang memuat tentang Dasar-Dasar dan Istilah untuk Sistem
Manajemen Mutu.
ISO 9001 yang memuat tentang Persyaratan-Persyaratan
Sistem Manajemen Mutu.
ISO 9004 yang memuat tentang Panduan untuk Perbaikan Kinerja.
ISO 19011 yang memuat tentang Panduan dalam Audit Sistem
Manajemen Mutu dan Lingkungan.
ISO 9000 Series sekarang merupakan salah satu sistem manajemen mutu
yang formal serta diterapkan di hampir semua jenis organisasi, termasuk industri
otomotif.
Sejak peluncuran pertamanya pada tahun 1987, ISO 9000 Series
mendominasi di semua bidang yang terkait dengan sistem manajemen mutu
bahkan mengecualikan beberapa issue di bidang mutu lainnya. Seperti contoh :
birokrasi prosedur, paper work , tidak ada nilai tambah. Hal ini terjadi karena
standar ISO 9000 Series menjelaskan mengenai “What”, sehingga sangat
bergantung kepada penerimaan suatu organisasi mengenai pemahaman
persyaratan minimum yang dapat diterapkan organisasi untuk mencapai mutu
produk atau service.
Salah satu persyaratan utama dari ISO 9000 Series adalah proses yang
terkait dengan supplier, dimana persyaratannya adalah bahwa organisasi harus
menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan persyaratan tersebut. Persyaratan
50
ISO 9000 di dalam konteks bisnis merepresentasikan spesifikasi yang telah
dipersyaratkan/ditetapkan. Artinya apabila organisasi tidak menyediakan
produk/service yang sesuai dengan persyaratan/spesifikasi maka sistemnya
sebenarnya fail, tetapi tidak berarti standardnya salah, hal ini bisa saja disebabkan
karena interprestasi yang tidak sesuai dari organisasi. Atau jika spesifikasi /
persyaratanya sudah ditetapkan tetapi mutunya lebih rendah maka dampaknya
bisa saja produk tersebut menjadi tidak cukup untuk memenuhi kepuasan
pelanggan.
Dari penjelasan di atas, ada dua masalah penting yang terkait khususnya
di industri otomotif :
Kebutuhan untuk memberikan dasar yang sama kepada supplier mengenai
sistem mutu dan menghilangkan interprestasi yang terlalu banyak.
Kebutuhan untuk mengembangkan model sertifikasi yang dapat digunakan
untuk memastikan integritas dari proses sertifikasi yang bersifat ”world
wide”.
Pada tahun 1992, Chrysler, Ford dan General Motor (GM) menyusun
manual “supplier quality system” dan “assessment tools” yang kemudian disebut
QS-9000. Standard ini dikembangkan dari persyaratan ISO 9000 series dan
ditambah “generic requirements” , sector “specific requirements “, dan “customer
spesific requirements”. QS-9000 pertama kali dipublish pada bulan Agustus 1994
dan standard ini merupakan penggabungan dari Chryler’s Supplier Quality
Assurance Manual, Ford’s Q101, dan General Motor’s for excellence. Dalam
perkembangannya QS-9000 tidak hanya diterapkan pada proses perancangan
dan perakitan dari Chrysler, Ford dan GM saja. Pada bulan maret 1998 QS- 9000
direvisi untuk yang ketiga kalinya.
Pada tahun 1996 IATF (International Automotive Task Force) yaitu
lembaga internasional otomotif yang anggotanya terdiri dari 2 group besar yaitu
industry otomotif dan asosiasi perdagangan bekerjasama dengan ISO/TC 176
mengembangkan standar yang bersifat sektoral yaitu di industri otomotif yang
kemudian diberi nama ISO/TS 16949, yang dikembangkan dari QS-9000, ISO
9000 Series, VDA 6., AVSQ 94, EAQF 94 yang edisi pertamanya di keluarkan
pada tahun 1999.
Dengan dikembangkannya ISO/TS 16949 oleh IATF, maka cakupannya
pun semakin luas tidak hanya untuk industri mobil Eropa dan Amerika tetapi juga
industri mobil di Jepang dan negara lainnya, karena asosiasi perdagangan yang
menjadi anggota IATF tidak hanya Amerika (AIAG), Italia (ANFIA), Perancis
(FIEV), Inggris (SMMT), Jerman (VDA-QMC), tetapi juga Jepang (JAMA), di mana
51
JAMA merupakan asosiasi dengan jumlah anggota terbanyak diantaranya:
Toyota, Mazda, Honda, Suzuki, Daihatsu, Hino, Yamaha, Nissan, dsb.
52
hal tersebut, mendorong terjadinya kegiatan koordinasi antar proses dalam sistem
tersebut. ISO 9001 merancang suatu sistem manajemen mutu yang mengarahkan
proses-proses dalam suatu perusahaan agar melakukan koordinasi yang lebih
baik.
53
yang dijual oleh perusahaan tersebut, akan semakin bertambah.
54
banyak negara, hal ini berdampak berkurangnya audit pihak kedua.
55
2.5.6 “8 Prinsip Manajemen Mutu” ISO
2. Kepemimpinan
Sebuah organisasi sangat tergantung kepada para pemimpinnya, oleh
karena itu para pemimpin harus menyatukan tujuan dan arah dari organisasinya.
Mereka harus menciptakan dan memelihara suatu lingkungan internal, dimana
semua orang bisa terlibat penuh dalam pencapaian sasaran-sasaran organisasi.
3. Keterlibatan semua karyawan
Karyawan pada setiap tingkatan adalah inti dari suatu organisasi dan
keterlibatan penuh mereka memungkinkan pemanfaatan kemampuan mereka
demi keuntungan organisasi.
4. Pendekatan Proses
Suatu hasil yang diharapkan akan dapat dicapai dengan lebih efisien, jika
semua kegiatan dan sumber daya terkait dikelola sebagai sebuah proses. Proses
adalah suatu aktifitas atau sekumpulan aktifitas yang menggunakan sumber daya-
sumber daya (resources) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran
(output). Untuk dapat berfungsi secara efektif, suatu organisasi harus
56
mengidentifikasi dan mengelola semua proses yang saling berkait dan
berinteraksi satu sama lainnya didalam organisasi itu. Identifikasi dan pengelolaan
secara sistematik proses-proses yang digunakan oleh sebuah organisasi
terutama interaksi antar proses-proses tersebut dikenal sebagai ‘Pendekatan
Proses’.
6. Peningkatan berkesinambungan
Peningkatan berkesinambungan terhadap kinerja hendaknya menjadi
suatu sasaran permanen dari organisasi. Suatu organisasi yang melakukan
perbaikan terus menerus terhadap kinerjanya akan mampu bertahan dan
berkembang dalam kompetisi pasar global yang selalu berubah dari waktu ke
waktu.
58
7.1.4 Change control
7.4.1.2 Supplier quality management system development
Measurement analysis & improvement : ada penambahan:
8.1.1 Identification of statistical tools
8.1.2 Knowledge of basic statistical concept
8.2.2.2 Manufacturing process audit
8.5.2.1 Problem solving
8.5.2.2 Error proffing
59
Dokumen dalam ISO/TS 16949 :
1. Quality Manual berjumlah 1 untuk satu perusahaan.
2. Sedangkan dokumen level 2 sampai 4 tidak ada batasan jumlah.
3. TS 16949 hanya mensyaratkan 7 prosedur yang harus ada, yaitu :
Control of document
Control of records
Corrective action
Preventive action
Internal quality audit
Training
Control of nonconforming product.
4. Beberapa prosedur di atas dapat digabungkan dalam satu prosedur,
misalnya prosedur corrective action dengan preventive action.
60
2.5.10 Implementasi Prosedur ISO/TS 16949
61
Dalam Model Proses ISO 9001, manajemen suatu organisasi setelah
memahami persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu (pasal 4),
kemudian menetapkan komitmennya untuk melaksanakan sistem manajemen
mutu, menetapkan kebijakan mutu dan sasaran mutu, melakukan penetapan dan
pendelegasian tugas dan wewenang, menunjuk wakil manajemen yang bertugas
mengawasi pelaksanaan sistem manajemen mutu dan melakukan tinjauan
manajemen (pasal 5). Tanggungjawab manajemen tersebut merupakan Proses
Perencanaan (plan), dan organisasi harus memenuhi proses ini terlebih dahulu
dalam memulai suatu sistem manajemen mutu, barulah kemudian menetapkan
dokumentasi-dokumentasi yang diperlukan untuk kelengkapan proses ini.
Yang dimaksud manajemen disini adalah manajemen puncak suatu
organisasi/perusahaan seperti; Presiden Direktur, Direktur, General Manager,
atau fungsi yang mengatur jalannya organisasi secara integral.
Proses berikutnya yang juga merupakan Proses Perencanaan (plan)
adalah Pengelolaan Sumber Daya (pasal 6), dimana organisasi menetapkan
sumber daya-sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan sistem
manajemen mutu dan memenuhi persyaratan pelanggan. Sumber daya tersebut
berupa sumber daya manusia (karyawan), infrastruktur (bangunan, peralatan
proses, alat transportasi, komunikasi, dan sebagainy), dan lingkungan kerja.
Pada tahap selanjutnya organisasi harus melaksanakan (do)
perencanaan- perencanaan yang telah ditetapkan dalam proses Realisasi Produk
(pasal 7). Pada proses ini organisasi menetapkan semua kebutuhan untuk
membuat proses, melakukan kegiatan verifikasi, validasi, monitor, inspeksi,
pengujian yang dibutuhkan untuk kriteria keberterimaan produk, komunikasi
dengan pelanggan, kegiatan desain dan pengembangan, pembelian, kegiatan
pengendalian perlengkapan produksi dan pelayanan, pengendalian alat ukur, dan
lain sebagainya. Dengan kata lain, semua kegiatan operasional suatu perusahaan
merupakan bagian dari proses Realisasi Produk. Pada tahapan ini Persyaratan
Pelanggan merupakan input bagi proses sedangkan outputnya adalah Kepuasan
Pelanggan.
62
Setelah proses implementasi (do) dijalankan, maka proses berikutnya
adalah pemeriksaan (check) hasil-hasil yang diperoleh dan penetapan tindakan
(action) yang diperlukan untuk perbaikan (pasal 8). Pada proses ini organisasi
memonitor dan mengukur kepuasan pelanggan, melakukan audit mutu internal
(internal quality audit), memonitor dan mengukur proses-proses dan produk,
melakukan pengendalian terhadap ketidaksesuaian (non conformity) yang terjadi,
menganalisis semua data yang diperoleh termasuk kecenderungan proses-
proses, kemudian melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. Hasil dari
proses ini kemudian digunakan sebagai input bagi proses perencanaan
selanjutnya.
Keempat proses diatas, Plan-Do-Check-Action (PDCA) merupakan satu
siklus yang tidak terputus dan saling berinteraksi satu sama lain. Siklus PDCA
sudah seharusnya digunakan untuk meningkatkan sistem manajemen mutu
(kinerja organisasi) secara kontinu.
Konsep PDCA sudah dikembangkan sejak tahun 1920-an oleh Walter
Shewhart, kemudian dipopulerkan oleh Edwards Deming yang juga membawa
konsep ini ke Jepang. Sampai saat ini konsep ini diyakini merupakan pemikiran
terbaik dalam melakukan perbaikan secara berkesinambungan terhadap suatu
sistem.
Dapat kita simpulkan bahwa proses-proses yang ada dalam sistem
manajemen mutu ISO mencakup 4 tahapan + 1 tahap yaitu :
1. Proses di manajemen puncak (tanggungjawab manajemen)
90
2. Proses pengelolaan sumberdaya
91
Supplier Performance Report : Untuk memonitor perkembangan pemasok,
perbaikan dan acuan dalam penambahan atau pengurangan order serta
penentuan reward terhadap pemasok/supplier dalam hal mutu (Quality),
pengiriman (Delivery) dan pelayanan (Service). Penilaian ini dilakukan
setiap bulan (satu kali/bulan).
QA Mutu 40
Procurement Pelayanan 20
TOTAL 100
92
Tabel 2.4 Tabel Penentuan Nilai Bulanan
93
Jika diminta,
Frekuensi jawaban coun- Jika diminta
20 Tidak masalah 9 pcs termeasure re- data dikirim
ad di port tidak tidak mele-
a kerusakan bawah mele- bihi dari bihi dari
target yang waktu yang wak- tu yang
tela telah di- telah
h ditentukan tentukan ditentukan.
Keterangan :
- Formula nilai = ( a + b + c + d + e )
- Bila nilai a = 0, maka : formula nilai = ( d + e )
94
2.6 Budaya Perusahaan dan Mutu
95
kedalamannya. Jika kita berkunjung ke berbagai sudut akan tampak kata-kata
pajangan yang menampilkan nilai-nilai mereka. Tetapi masalahnya adalah sejauh
mana kata-kata diterapkan dalam lingkungan kerja sehari-hari.
Inilah kelebihan mereka, yang sangat menghayati keyakinan dan nilai-
nilai bersama. Segala tindakannya mengarah kepada kepuasaan pelanggan yang
dibuktikan dengan fokusnya yang ketat terhadap mutu, yang cerminan ketujuh
nilai dasarnya, yaitu customer first, competition and cooperation within our
industry, respect for the value of people, mutual trust between employees and
management, challenge and courage, applied creativity, and cost consciousness.
Dalam bidang produksi, budaya ini tampak pada saat kita melihat
bagaimana anggota tim dalam shop floor, karena merekalah yang mengeksekusi
rencana perusahaan dan secara langsung mengintrepetasikan budaya
perusahaan sekaligus menerapkan dalam pekerjaan sehari-hari.
Bagaimana persepsi mereka terhadap masalah akan menciptakan
problem solving environment yang merupakan cerminan dari nilai-nilai ini. Bagi
mereka masalah adalah sebuah kesempatan untuk berkembang dan manager
yang buruk adalah orang yang selalu menyatakan no problems. Masalah yang
dijumpai ditelusuri dengan mencari akar permasalahan, dieksplorasi melalui
pertanyaaan apa yang telah terjadi (what) dan mencari tahu mengapa terjadi
(why) dan bukan mencari siapa yang bersalah (who). Bandingkan dengan situasi
kebanyakan yang berada di lingkungan perusahaan-perusahaan kita. Masalah
adalah sesuatu yang buruk, pertanda manager yang jelek, dan kemudian mencari
siapa yang bersalah dan bukan mencari apa yang salah dan mengapa terjadi. Jika
perlu malah mencari kambing hitam.
Sebagai aplikasi dari nilai-nilai ini, fokus segala upaya perusahaan
diletakkan pada mutu dan customer driven. Kesuksesan jangka panjang dicapai
melalui penciptaan lingkungan, dimana anggota tim mempunyai keyakinan dan
nilai-nilai bersama. Gaya manajemen yang diterapkan adalah keterlibatan
langsung pihak manajemen yang ditandai oleh seringnya kunjungan kepada shop
floor. Harapannya agar dapat melihat masalah di tangan pertama. Tentu saja
gaya manajemen ini harus didukung hubungan yang mesra antara pekerja dan
manajemen yang sifatnya kooperatif dan perasaan senasib. Kelihatan kok ideal
sekali? Tetapi itulah yang terjadi. Dilakukan pula perlakuan kesetaraan di antara
anggota organisasi untuk mendukungnya, seperti pakaian seragam dan kafetaria
bersama.
96
Sistem penghargaan merupakan faktor penting dalam budaya
perusahaan. Di Toyota penghargaan difokuskan kepada kerja sama, dan proses
dianggap sama pentingnya dengan hasil. Sehingga nuansa yang tampak dalam
sistem penghargaan adalah team environment. Bandingkan dengan kebanyakan
perusahaan di sini yang berfokus pada individu dan hasil, yang bernuansa loner
environment.
Dalam berkomunikasi bertumpu pada struktur yang terbuka dengan
sesedikit mungkin hambatan sehingga menciptakan lingkungan information
sharing dengan budaya konsesus. Bukankah salah satu contoh proses inovatif
yang penting dan berhubungan dengan orientasi mutu adalah pengurangan
pengambilan keputusan yang salah.
Budaya perusahaan sebagai soft-side selayaknya mendapat perhatian
yang seimbang dalam upaya membentuk organisasi yang berorientasi mutu.
Budaya yang quality-oriented ini merupakan suatu perjalanan, proses, dan juga
cara berpikir.
Selain masalah budaya perusahaan, leadership mesti ikut jadi
pertimbangan. Perlu kehadiran pola leadership yang memberi peluang
pemberdayaan dan kondusif terhadap timbulnya partisipasi dan inisiatif lini
bawah.
97
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
98
untuk memperoleh referensi yang lengkap dan tepat untuk melakukan langkah-
langkah penelitian selanjutnya.
Studi kepustakaan ini dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
membaca berbagai buku-buku, diktat perusahaan, situs web, jurnal, mempelajari
hasil penelitian yang sudah ada, dan lain-lain. Teori-teori dan hasil penelitian
100
yang telah ada dan memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti, dijadikan
landasan teori sebagai kerangka berfikir bagi penyelesaian tahap-tahap penelitian
dari awal sampai akhir pada penulisan laporan. Landasan teori yang diperoleh
dari literatur menjadi pegangan dalam menurunkan variable-variabel penelitian,
serta dapat memberikan control terhadap arah penelitian secara keseluruhan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua yang berhubungan erat
dengan sistem manajemen mutu, budaya kaizen, standar mutu internasional dan
cara-cara perbaikan mutu.
Pada bagian ini, berdasarkan masalah yang telah disebutkan paba bab
sebelumnya, penulis membahas dan menganalisa perbaikan mutu dengan
pendekatan metoda penyelesaian masalah yang diterapkan dalam gugus kendali
mutu atau QCC di PT. Denso Indonesia, yaitu penyelesaian masalah melalui
implementasi 8 langkah pada siklus PDCA dan kaizen. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembahasan masalah tersebut, adalah :
101
LANGKAH 2 Memahamikeadaansekarang
LANGKAH 3 Menetapkan tujuan
LANGKAH 4 Mendalami sifat dan inti masalah
LANGKAH 5 Menyusun konsep tindaka penanganan
LANGKAH 6 Melaksanakan tindakan penanganan
LANGKAH 7 Memeriksa hasil
LANGKAH 8 Mengkonsolidasikan dan secara lateral mengembangkan hasil
Identifikasi masalah
Memahami keadaan sekarang
8. Mengkonsolidasikan dan Menetapkan tujuan
secara lateral mengem- Mendalami sifat dan inti masalah
bangkan hasil Menyusun konsep tindakan
penanganan
102
BAB IV
(i) Head Office : Jalan Gaya motor 1 no.6, Sunter II, Kelurahan Sungai
Bambu, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dengan luas area 3.78
ha.
(ii) Bekasi Plant : Jalan Kalimantan Blok E 1 – 2, Kawasan Industri MM2100,
Cikarang Barat – Bekasi. Luas area 10 ha.
103
Memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
Saling menghargai dan membina kerjasama.
Berusaha mencapai yang terbaik.
2. Filosofi PT. Denso Indonesia :
104
4.1.1.3 Struktur Organisasi
PT. Denso Indonesia dengan jumlah karyawan per Januari 2009 sebanyak
2663 orang (2636 orang pekerja lokal, 27 orang pekerja asing), memiliki struktur
organisasi sebagai berikut :
105
4.1.1.4 Produk dan Jaringan Usaha
106
Dealer Network Seluruh Wilayah Indonesia.
3. Export Market :
China,
Thailand,
Australia,
Taiwan,
Malaysia,
Singapore,
New Zealand,
Japan,
Philiphines,
India, etc.
107
Alternator Busi
Bus Air Conditioner
ISCV Horn
Blade Wiper
Air Cleaner
108
4.1.1.5 Sistem Manajemen Mutu
PT. Denso Indonesia komitmen terhadap standar mutu yang tinggi demi
kepuasan pelanggan dan masuk ke pasar global, oleh karena itu perusahaan
mengadopsi sistem manajemen mutu internasional, seperti :
1. ISO 9001 : 1994, sertifikasi tahun 1998
2. QS 9000, sertifikasi tahun 2000
3. ISO/TS 16949, sertifikasi tahun 2004
Kegiatan gugus kendali mutu atau QCC di PT. Denso Indonesia sudah
berlangsung sejak tahun 1987. Kegiatan ini telah banyak membantu dalam ikut
serta memperbaiki mutu di tempat kerja. Berbagai masalah mutu telah berhasil
diselesaikan dan sejumlah prestasi telah diraih di berbagai kompetisi.
Kegiatan gugus kendali mutu di perusahaan dapat berupa
1. Training ; pengenalan QCC, Solving Problem dengan “seven tools”,
QCC Leader, dll
2. Pertemuan kelompok-kelompok kecil, minimal satu kali per bulan.
3. Kompetisi QCC mulai tingkat internal perusahaan hingga se-Denso
overseas group.
109
Tabel 4.1 Prestasi QCC PT. Denso Indonesia
110
6 The Best Astra Component Convention Circle (
LUPUS 2 )
The Best 3 Astra Component Convention Circle (
SAKURA )
Silver TMC Convention Circle ( LUPUS 4 )
2006/200 2045 1464 164 84 The Best Astra Component Convention Circle (
7 PROCOLD ) The Best 3 Astra Component
Convention Circle ( RUBBER )
The Best Astra Component Convention Circle (
PROCOLD ) The Best Astra Component
2007/200 2045 1366 167 65 Convention Circle ( LUPUS 2 ) The Best 3 Astra
8 Component Convention Circle ( BUMS ) Silver
TMC Convention Circle ( CUAT & PIPA )
Runner Up Astra Intl Convention Circle (
PROCOLD )
111
Perkembangan Group QCC
Jumlah Group
180
160
140
120
100
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
80
/ / / / / / / /
60
40 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
112
4.1.2.2 Falsafah Perusahaan
1. Visi Perusahaan
2. Misi Perusahaan
Komitmen terhadap kepuasan pelanggan melalui karyawan yang
bermutu, jaminan mutu produk dan perbaikan terus menerus.
Berusaha keras memberikan nilai kepada semua stakeholders.
Peduli kepada karyawan, membantu mereka untuk mengembangkan
potensi terbaik mereka sebagai aset perusahaan.
3. Kebijakan Mutu : “Kami komitmen terhadap kepuasan pelanggan melalui
karyawan yang bermutu, jaminan mutu produk dan perbaikan terus
menerus”.
Sudah lebih dari 30 tahun PT. Induro Internasional bergerak dalam bidang
FRP dengan merambah berbagai daerah. Adapun Fiberglass Reinforced Plastics
(FRP) dibagi menjadi 2 kelompok yaitu, Produk Fiberglass Reinforced Plastics
(FRP) Anti Karat meliputi Storage/Processing Tank, Vessel, Scrubber, Fume
Stack, Chemical Pipe, Fitting & Ducting dan Produk Fiberglass Reinforced
Plastics (FRP) Umum meliputi Motorcycle Firing, Car Bumper/Spoiler,
113
Construction/Building Material Panel Tank, Septic Tank, Door/Door Frame,
Toilet/Bathroom unit.
ISCV
114
Memiliki jaringan market yang cukup luas, baik domestic maupun export, yaitu :
1. Industri Kimia
115
PT. Korindo Heavy Industry (bus manufacturer)
6. Export
RPC Technologies Pty Ltd. (Australia)
Kvaerner Chemetics (Canada)
SPIE Enertrans (Perancis)
Ansaldo Energia Spa (Italia)
Cellchem AB (Swedia)
Chiyoda Corporation (Jepang), etc.
116
4.1.2.5 Sistem Manajemen Mutu
PT. Induro Internasional juga komitmen terhadap standar mutu yang tinggi
demi kepuasan pelanggan dan bersaing di pasar global, oleh karena itu
perusahaan mengadopsi sistem manajemen mutu internasional, seperti :
1. ISO 9001 : 1994, sertifikasi tahun 1999
2. ISO 9001 : 2000, sertifikasi tahun 2000
Performance 2008 April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des Ratio
Mutu Produk 28 26 26 22 20 22 22 22 22 58 %
Pengiriman 40 40 40 40 40 40 40 39 40 100 %
Pelayanan 20 20 20 20 19 20 20 20 20 99 %
Total Nilai 88 86 86 82 79 82 82 81 82 86 %
117
Tabel 4.3 Data Mutu Produk FRP Case Cooling Bus AC Tahun
2008 (Penilaian berdasarkan pada Tabel 2.4 dan 2.5)
Mutu Produk April Mei Juni Juli Agu Sep Okt Nop Des
2008 st t
Jenis Kerusakan 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Frekuensi 10 5 5 5 5 5 5 5 5
Kerusakan
Jumlah Kerusakan 20 20 20 10 5 10 10 10 10
Laporan 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Perbaikan
Pengiriman Data 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Total Nilai 70 65 65 55 50 55 55 55 55
TINGKAT C C C C D C C C C
Produk yang disuplay PT. Induro ke PT. Denso Indonesia adalah Case
Cooling Bus Air Conditioner, yang terbuat dari FRP (Fiberglass Reinforced
Plastics).
118
5
6
2
1
4
Gambar 4.7 Parts Case Cooling Bus AC : 1. Case Cooling LH, 2. Case Cooling
RH, 3. Cover Condenser, 4. Cover LA, 5. Cover LB dan 6. Center Cover.
Proses pembuatan Parts FRP Case Cooling Bus AC, secara umum
adalah mengikuti urutan sebagai berikut :
119
3. Take off Die / Dismould : proses pelepasan hasil cetak dari mould
4. Trimming, meliputi :
Marking / mal
Cutting
Drilling
5. Accessories Setting, meliputi :
Flatness : proses penghalusan permukaan
Fitting : pemasangan Nut, Bracket, Wire Netting
Pemasangan Insulator.
6. Final Assembling : proses pemasangan Case Cooling dan Cover Cooling
7. Appearance Inspection
8. Rework, jika ada
9. Packing
120
Tabel 4.4 Potensi kegagalan proses produksi
3 Drying Crack
4 Laminasi Bubble
5 Stacking Crack
6 Dismould Crack
121
Tabel 4.5 Check Sheet Case Cooling (RH dan LH)
200
Bulan Pemeriksaan Masalah 8
Total Kerusakan 34 36 30
5 Curve Max. 10 mm 0 0 0
Total Kerusakan 19 12 16
122
Tabel 4.7 Check Sheet Cover Condenser
2008
Bulan Pemeriksaan Masalah Okt Nop Des
Total Kerusakan 4 1 1
Total Kerusakan 0 0 0
123
Persentase kerusakan / item check masing-masing Parts, ditunjukan
oleh diagram pareto di bawah ini :
Persentase
124
125
5
0
Gompal di Crack pada Crack pada Crack di Crack pada Crack di Gompal di Area
Area Nut Radius Cutting Nut Profil Area Nut Area Nut
M8 Profile Line M8 Duct. M6 M6
Okt-08 25 1 2 2 4 0 0
Nop-08 22 9 5 0 0 0 0
Des-08 21 4 2 3 0 0 0
Dan secara lebih spesifik lagi pada kasus cacat produk Case Cooling
(LH+RH), yang harus diturunkan cacat atau kerusakannya adalah “Gompal di
Area Nut M8”.
Selanjutnya rasio cacat atau kerusakan jenis ini akan menjadi target
tindakan perbaikan mutu produk pada bab analisis.
126
BAB V
ANALISIS
127
Analisis dan Perbaikan merupakan bagian dari Proses Pemeriksaan (check) dan
Proses Tindakan (Action). Integrasi proses-proses Plan-Do-Check-Action (PDCA)
tersebut secara sistematik akan menghasilkan suatu pendekatan Sistem
Manajemen Mutu (pasal 4) kearah perbaikan kinerja secara berkesinambungan.
128
manusia (karyawan), infrastruktur (bangunan, peralatan proses, alat
transportasi, komunikasi, dan sebagainya), dan lingkungan kerja.
129
Melakukan analisis data proses, tindakan perbaikan dan pencegahan,
merupakan pendorong untuk terus menggulirkan siklus PDCA, berikut adalah
penjelasan tentang kegiatan-kegiatan tersebut :
1. Analisis Data
2. Tindakan Perbaikan
130
yang jelas tentang ketidaksesuaian maka dilakukan proses pengumpulan data
dan penentuan penyebab-penyebab dari timbulnya ketidaksesuaian tersebut,
dalam hal ini berdasarkan pengalaman penulis, metode diagram tulang ikan
(fishbone diagram) atau metode diagram pohon (tree chart) cukup efektif untuk
digunakan. Begitu, maka dicari tindakan-tindakan yang cocok untuk
menghilangkan penyebab ketidaksesuaian. Mungkin akan didapat beberapa
alternatif tindakan yang baik untuk dilakukan, namun tindakan yang paling efektif
dan efisien harus pertama kali dipilih sebelum tindakan alternatif lainnya
dijalankan.
3. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab
potensial ketidaksesuaian dalam rangka mencegah terjadinya ketidaksesuaian.
Dengan kata lain suatu ketidaksesuaian sebenarnya belum terjadi, namun
130
ditemukan adanya penyebab potensial untuk timbulnya ketidaksesuaian tersebut,
maka tindakan pencegahan adalah tindakan untuk menghilangkan penyebab
tersebut. Seperti halnya tindakan perbaikan, maka tindakan pencegahan juga
mencakup: penentuan potensi ketidaksesuaian yang akan terjadi termasuk
penyebabnya, mengevaluasi atau menetapkan sejumlah tindakan pencegahan
yang bisa diambil, menentukan dan menjalankan tindakan, merekam hasil-hasil
tindakan yang diambil, dan meninjau (mengevaluasi) tindakan pencegahan yang
telah diambil.
131
Pengembangan sistem manajemen mutu ISO/TS 16949, bertujuan untuk :
133
LANGKAH 3 : Menetapkan Tujuan
Setelah memahami keadaan yang sebenarnya, tahap berikutnya adalah
menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Pada kasus ini, target pencapaian
kuantitaif yang diharapkan adalah penurunan rasio cacat atau kerusakan / item
check sebesar 20 % dari rata-rata rasio cacat di periode Oktober sampai
Desember 2008, penurunan ini ingin dicapai mulai bulan Januari 2009, melalui tim
improvement PT. Denso Indonesia dan PT. Induro Internasional..
134
Pengukuran Manusia Alat
Lingkungan Proses
135
3. Proses
Proses yang manual itu sendiri punya potensi yang besar menciptakan
produk cacat. Kemudian penggunaan jig saat trimming Nut, dan yang tidak
kalah penting adalah design dari proses pengerjaan drilling dan
trimmingnya, misal penggunaan stopper atau pemilihan alat bantu lainnya.
4. Pengukuran
Pengukuran yang tidak teliti, salah marking dan tidak ada Go no go
berpotensi menghasilkan produk cacat.
5. Lingkungan
Lingkungan di sekitar pengerjaan drilling sangat berpengaruh, terutama
terhadap operator, kondisi lingkungan yang kotor, berdebu dan panas akan
sangat mengganggu kenyamanan bekerja, dan pada saat yang sama
sangat rentan terjadinya produk cacat.
Dari hasil perbaikan, didapat data penurunan cacat produk seperti pada
tabel pemeriksaan di bawah ini :
137
Tabel 5.1 Check Sheet Gompal di Area Nut M8 Case Cooling (RH dan LH)
200 2009
Bulan Pemeriksaan Masalah 8
Gambar 5.2 Pareto Diagram “Gompal di Area Nut M8” Setelah Perbaikan
Secara kuantitatif terjadi penurunan cacat produk dari 22.7 pcs (rata-
rata Okt-Des 2008) menjadi 16 pcs (Jan 2009) atau sekitar 30 %, dan dari
waktu ke waktu nilai ini akan terus dimonitoring
Secara kualitatif hasil yang diperoleh pada proses perbaikan mutu di
atas diantaranya :
1. Meningkatnya hubungan baik antara PT. Denso Indonesia dan PT. Induro
Internasional (pelanggan dan pemasok).
2. Perbaikan mutu produk pada akhirnya akan mengurangi biaya penanganan
produk cacat, meningkatkan produktivitas, memperlancar pengiriman dan
138
secara keseluruhan akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
139
merevisi SOP standar lama dengan SOP standar yang baru, melakukan aktivitas
gugus kendali mutu dan lain-lain, di PT. Induro Internasional, sebagai objek
improvement. Hal-hal yang harus dipertimbangkan selama proses standarisasi ini
adalah :
140
DAFTAR PUSTAKA
PT. Induro Internasional. 2002. Manual Mutu ISO 9001 : 2000. QAC
Departemen, PT. Induro Internasional. Tangerang
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Thesis Bisnis. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta
Widodo, Eko AS. 2004. Quality Manual ISO/TS 16949 : 2002. QA Departemen,
PT. Denso Indonesia. Jakarta
Wishnu AP. 2008. Quality Control, Menjamin Kualitas Produk. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta
141