Halaman Pengesahan
Suart keterangan Pelaksanaan Kerja Praktek
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bab 1. Pendahuluan
1.2 Tujuan............................................................................................ 2
2.3.4 Fasilitas................................................................................ 19
3.3.6 Prasortasi............................................................................. 33
3.4.6 Prasortasi............................................................................. 58
Bab 5. Penutup
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Kerja praktek dapat dikatakan sebagai ajang simulasi profesi mahasiswa Teknik
Industri. Paradigma yang harus ditanamkan adalah bahwa selama kerja praktek
mahasiswa bekerja di perusahaan yang dipilihnya. Bekerja, dalam hal ini
mencakup kegiatan perencanaan, perancangan, perbaikan, penerapan dan
pemecahanan masalah. Oleh karena itu,dalam kerja praktek kegiatan yang
dilakukan oleh mahasiswa adalah:
a. Mengenali ruang lingkup perusahaan
b. Mengikuti proses kerja di perusahaan secara kontinu
c. Melakukan dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan, supervisor
atau pembimbing lapangan
d. Mengamati perilaku sistem
e. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
f. Melaksanakan ujian kerja praktek
Teknik Industri adalah cabang ilmu teknik yang berkenaan dengan perencanaan,
perancangan, perbaikan, dan instalasi sistem terintegrasi yang terdiri dari
manusia, mesin, material, informasi, energi, metode kerja dan sumber daya
finansial atau secara singkat mengkaji sistem industri. Secara khusus, dalam
lingkup Teknik Industri haruslah selalu disadari bahwa yang dikaji adalah
kesatuan elemen sistem yang terdiri atas Manusia, Mesin, Material, Metode,
Uang, Energi, Lingkungan dan Informasi. Artinya, dalam melaksanakan aktivitas
yang menjadi tanggung jawabnya, Sarjana Teknik Industri harus selalu
memandang aktivitasnya dalam kerangka sistem yang melingkupi aktivitas itu.
1
Kompetensi yang dimiliki oleh mahasiswa dan lulusan Teknik Industri antara lain:
a. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi
b. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
c. Manajemen Persediaan/Inventory
d. Sistem Pengendalian Kualitas
e. Sistem Penanganan Material
f. Logistik dan Supply Chain Management
g. Perancangan dan Pengembangan Produk
h. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja
i. Perancangan Tata Letak Fasilitas Manufaktur
j. Manajemen Organisasi
k. Analisis Biaya
l. Analisis Kelayakan Industri
m. Perancangan Proses dan CAD/CAM, dan lain-lain.
1.2. Tujuan
Hal-hal yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Kerja praktek ini adalah:
a. Melatih kedisiplinan.
b. Melatih kemampuan berinteraksi dengan bawahan, rekan kerja, dan atasan
dalam perusahaan.
c. Melatih kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
d. Mengamati secara langsung aktivitas perusahaan dalam berproduksi dan
menjalankan bisnis.
e. Melengkapi teori yang diperoleh di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya
yang ada di pabrik.
f. Menambah wawasan mengenai sistem produksi dan sistem bisnis.
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Tentang Perusahaan
2.1.1. Lokasi Perusahaan
Pabrik PT. Perkebunan Nusantara IV, Unit Bah Butong terletak di Jl. Besar
Sidamanik, Kecamatan Sidamanik, Sumatera Utara.
Kebun teh Bah Butong adalah salah satu unit usaha di PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) yang mengelola budi daya tanaman teh yang memiliki
letak geografis sebagai berikut.
Provinsi : Sumatera Utara
Kabupaten : Simalungun
Kecamatan : Sidamanik
Ketinggian : 890 meter diatas permukaan laut (890 Mdpl)
Suhu : Rata- rata 24 °C
Udara : Dingin (sedang)
Kota terdekat : Pematang Siantar dengan jarak ± 26 km
Letak unit perkebunan teh Bah Butong dari kantor pusat PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) Medan berjarak ± 155 km. Topografi dari daerah
perkebunan teh Bah Butong sendiri adalah bergelombang hingga berbukit
dengan jenis tanah berupa tanah podsolik coklat kuning atau lempung liat
berpasir. Luas total area perkebunan teh Bah Butong yaitu sebesar 2.602, 95 Ha
dengan rincian sebagai berikut.
Luas areal TM : 1.049,95 Ha
Luas areal TBM- I : 26,00 Ha
Luas areal TBM- III K.Sawit : 14,00 Ha
Luas areal TBM- II : 239,34 Ha
Luas areal Rumpukan : 14,32 Ha
Luas areal di berahkan : 359,09 Ha
Rencana TU 2015 : 50,84 Ha
Luas areal lain- lain : 849,41 Ha
Jumlah areal HGU seluruh : 2.602,95 Ha
2.1.2. Sejarah PT.Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong
Sebuah perusahaan Belanda yang bernama Namblodse Venotschhaaf
Nederland Handel Maskapai (NV NHM) membuka areal kebun teh Bah Butong
pada tahun 1917.Sepuluh tahun kemudian didirikannya sebuah pabrik untuk
3
pertama kali pada tahun 1927 dan mulai beroperasi sejak tahun 1931.
Berdasarkan tatanan kelembagaan, pada tahun 1957 pemerintah Indonesia
melakukan pengambil alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, dalam hal
ini termasuk perusahaan Nederland Handel Maskapai (NHM) yang turut diambil
alih melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229/UM/57 pada tanggal
10 Agustus 1957 yang diperkuat dengan Undang- undang Nasionalisasi Nomor
86/1958.
Pada tahun 1961, melalui Undang- Undang Nomor 141 Tahun 1961 Sumut III
dan Jo PP Nomor 141 Tahun 1961, dinyatakan bahwa dua lembaga PPN Baru
dan Pusat Perkebunan Negara mengalami peleburan menjadi satu bagian yaitu
Badan Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX. Perkebunan Teh
Sumatera Utara pada tahun 1963 mengalami peralihan perusahaan menjadi
Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) yang dihasilkan melalui PP Nomor
27 Tahun 1963. Perubahan nama perusahaan terjadi pada tahun 1968 dari
Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV) menjadi Perusahaan Negara
Perkebunan VIII (PNP VIII) melalui PP Nomor 141 Tahun 1968 yang ditetapkan
tanggal 13 April 1968.
Pada tahun 1974, terjadi perubahan pengelolahan menjadi Persero yang
membuat nama perusahaan berubah menjadi PT. Perkebunan VIII (PTP VIII)
yang dilandasi hokum melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing SH Nomor 65
Tanggal 31 April 1974 yang diperkuat dengan SK Menteri Pertanian Nomor
YA/5/5/23 Tanggal 7 Januari 1975. Pada awal tanggal 11 Maret 1996 terjadi
perubahan restrukturisasi yang membuat Perkebunan Teh Bah Butong menjadi
masuk dalam ruang lingkup PTP Nusantara IV melalui Akta Pendirian PTPN IV
Nomor 37 Tanggal 11 Maret 1996 yang didalamnya berisi tentang pengaturan
peleburan PTP VI, PTP VII dan PTP VIII menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV
(Persero). Seiring berjalannya waktu maka sejak tahun 1998 hingga tahun 2000
dibangunkannya pabrik baru Bah Butong yang lebih besar dan lebih modern.
Seusia pengerjaannya, maka pabrik tersebut diresmikan pada tanggal 20 Januari
2001. Melalui perundangan yang didasarkan pada keputusan pemegang saham
No.: PTPNIV/RUPS/01/X/2014 atau No.: SK- 51/DI.MBU/10/2014 yang dimuat
dalam SD No.: 04.01/SE/18/10/2014 tersebut telah terjadi perubahan
anggaran dasar PTPN IV, dimana salah satunya adalah terkait perihal
perubahan status Perseroan. Perubahan status kepemilikan Negara Republik
Indonesia pada PTPN IV hanya 10% (sepuluh persen), maka status PTPN IV
4
tidak lagi sebagai perusahaan BUMN tetapi anak perusahaan BUMN atau PTPN
III (Persero). Berdasarkan ketentuan dalam SE tersebut, telah dilakukan
perubahan nama perusahaan menjadi PT Perkebunan Nusantara IV.
5
6
7
8
9
10
11
2.2. Struktur Organisasi
2.2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan suatu bagian yang dibutuhkan bagi sebuah
perusahaan untuk mempermudah pencapaian sasaran dan target perusahaan
yang telah direncanakan sejak awal. Dibutuhkannya struktur organisasi supaya
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing-masing tenaga kerja atau
personil dapat terkoordinir dengan baik dan jelas. Tanggung jawab yang dimiliki
oleh setiap anggota peusahaan melalui struktur organisasi yang berada pada
perusahaan, maka setiap anggota yang berada didalamnya akan dapat
mempertanggung jawabkan setiap hal atau tugas yang menjadi bagiannya untuk
dilakukan dengan baik.
2.2.2. Uraian Pekerjaan
Berdasarkan skema struktur organisasi pada PTPN IV Bah Butong, maka tugas
dan wewenang dari masing- masing bagian (divisi) adalah sebagai berikut.
a. Manajer Unit
Manajer unit merupakan pemegang kekuasaan tertinggi pada sebuah pabrik
atau tempat pengolahan hasil perkebunan.Manajer unit memiliki tugas,
sebagai pemimpin dan pengelolan seluruh lini produksi serta pemakaian
biaya yang ada di sebuah perusahaan pengelola hasil perkebunan yang
berpedoman pada kebijakan perusahaan dalam ketentuan yang telah
ditetapkan. Adapun tugas- tugas seorang manajer adalah :
i. Merumuskan serta menjelaskan sasaran Unit Kebun kepada semua
bagian untuk membuat program kerja melalui rapat kerja sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
ii. Bersama dengan kepala dinas menyusun RKAP dan RKO kebun
iii. Melaksanakan instruksi direksi dengan membuat petunjuk
pelaksanaan demi kepastian terlaksananya instruksi
iv. Mengendalikan anggaran pemakaian biaya dengan jalan
membandingkan dengan biaya yang telah ditentukan di RKAP &
RKO.
v. Melaksanakan pengawasan dengan menilai hasil kerjasetiap bagian
secara terus-menerus dengan membandingkan hasil nyata terhadap
norma kerja serta melakukan tindakan pemulihan untuk menghindari
deviasi yang melebihi batas toleransi
12
vi. Menciptakan iklim kerja yang serasi dengan memperhatikan
hubungan kedalam dan keluar, kehidupan sosial bawahan dan
masyarakat sekitarnya agar kegairahan kerja tetap terpelihara.
Mengawasi pelaksanaan setiap kebijakan manajemen baik dari kantor
pusat maupun dari unit
vii. Melakukan penilaian kinerja terhadap semua personil yang berada di
unit usaha
b. Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan
Kepala Dinas teknik dan Pengolahan memiliki peran sebagai wakil
manajer dalam memimpin pekerjaan di bidang pengolahan pabrik yang
dibantu oleh asisten pengolahan. Adapun tugas dan kewajiban seorang
KDP adalah :
i. Mengkoordinir asisten pengolahan dalam pelaksanaan pengolahan
berpedoman pada taksasi penerimaan DTB setiap hari
ii. Mengawasi dan mengontrol penyimpangan proses pengolahan (mutu
dan kehilangan) berpedoman pada standar yang telah ditetapkan
iii. Mengevaluasi hasil kerja pengolahan setiap hari dansegera
menginstruksikan tindakan koreksi kepada asisten pengolahan bila
terjadi penyimpangan proses pengolahan
iv. Memberi bimbingan dan petunjuk tentang keselamatan dan
kesehatan kerja.
v. Bersama-sama dengan asisten pengolahan membuat RKAP dan
RKO dan melakukan pengawasan efektifitas dan efisiensi biaya
c. Kepala Dinas Tanaman
Kepala Dinas Tanaman memiliki peran sebagai wakil manajer dalam
mengelola perusahaan di bidang tanaman yang dibantu oleh asisten
afdeling. Adapun tugas dan kewajiban seorang KDT adalah :
i. Mengawasi pelaksanaan pemeliharaan tanaman supaya efektif dan
efisien sesuai dengan standar yang ditentukan agar mendapatkan
hasil yang optimal
ii. Mengawasi pelaksanaan panen, sesuai kriteria dan pusingan petik
yang benar
iii. Mengendalikan biaya operasional secara cermat dan terus menerus
supaya realisasi tidak melebihi RKAP dan RKO
13
iv. Membina keterampilan para asisten afdeling melalui rapat dan diskusi
serta bimbingan langsung dilapangan agar kemampuan mereka
meningkat
v. Membina kesadaran lingkungan pada masyarakat afdeling
vi. Membina dengan baik masyarakat sekitar kebun melalui hubungan
non formal agar pandangan masyarakat sesuai dengan tujuan
perusahaan
d. Kepala Dinas Tata Usaha
Seorang Kepala Dinas Tata Usaha (KDTU) memiliki peran sebagai wakil manajer
dalam memimpin seluruh aktivitas yang terjadi berkaitan dengan administrasi dari
sebuah perusahaan. Adapun tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh
kepala dinas tata usaha adalah :
i. Melaksanakan dan mengawasi sistem administrasi keuangan dan
akuntansi sesuai kode rekening yang berlaku serta pengarsipan surat
secara terpusat
ii. Menyelesaikan laporan unit kebun, antara lain laporan keuangan (neraca
percobaan) dan laporan manajemen bulanan secara tepat waktu
iii. Menyatukan RKAP tahunan & RKO dari tiap bagian berdasarkan petunjuk
dan pedoman pembuatan RKAP dari kantor direksi, sehingga tergambar
rencana pekerjaan dan biaya serta harga pokok secara sistimatis
iv. Membantu mengawasi pengadaan dan persediaan material afdeling dan
teknik
v. Berkoordinasi dengan kepala dinas lainnya dalam pengontrolan dan
pengendalian biaya
e. Asisten Teknik
Asisten teknik memiliki peran sebagai wakil manajer dalam mengelola bidang
teknik yang dibantu oleh mandor teknik untuk keperluan yang dibutuhkan
seperti keperluan bengkel umum, reparasi, bangunan dan keperluan
kelistrikan. Adapun tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh asisten
teknik adalah :
i. Menyiapkan rencana kegiatan rutin di bidang perawatan dan
pemeliharaan peralatan pabrik
ii. Membantu Kepala Dinas Teknik menyusun RKAP dan RKO
iii. Melaksanakan jadwal peralatan dan pemeliharaan mesin serta instalasi
pabrik
14
iv. Melaksanakan fungsi bengkel untuk perawatan dan pemeliharaan dan
pengadaan suku cadang mesin dan peralatan pabrik
v. Memantau adanya kerusakan mesin pabrik alat transportasi serta
mengkoordinasi perbaikan segera mungkin
vi. Meminimalkan breakdown mesin dan peralatan pabrik.
vii. Membuat laporan harian pemeliharaan mesin.
f. Asisten Pengolahan
Asisten pengolahan memiliki peran sebagai bagian yang membantu kerja
kepala dinas pengolahan dalam memimpin kegiatan pengolahan di sebuah
pabrik atau area industri.
Adapun tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh asisten
pengolahan adalah:
i. Menyiapkan rencana dan melaksanakan seluruh kegiatan operasional
rutin di bidang pengolahan
ii. Mengontrol dan meminimalkan losses di pengolahan
iii. Mengawasi dan mengontrol penerimaan DTB ditimbangan dan di WT
iv. Meminimalkan jam stagnasi pabrik
v. Melaksanakan pengendalian biaya atas penggunaan tenaga kerja
g. Asisten Tata Usaha
Asisten tata usaha memiliki peran sebagai bagian yang membantu kepala
dinas tata usaha dalam bidang pengawasan dan manajerial keuangan yang
terjadi didalam pabrik pengolahan. Adapun tugas dan kewajiban yang harus
dilakukan oleh asisten tata usaha adalah :
i. Membantu KDTU dalam melaksanakan dan mengawasi sistem
administrasi keuangan dan akuntansi sesuai kode rekening yang berlaku
serta pengarsipan surat secara terpusat
ii. Menyelesaikan laporan unit kebun antara lain, Laporan keuangan
(Neraca Percobaan) dan Laporan manajemen bulanan secara tepat
waktu
iii. Secara khusus mengkoordinir pengawasan persediaan barang gudang
sentral maupun administrasi pergudangan
h. Asisten Sumber Daya Manusia dan Umum
Asisten SDM dan Umum memiliki peran sebagai bagian yang membantu
terjadinya komunikasi yang baik dengan pihak internal maupun eksternal. Tugas
dan kewajiban yang harus dilakukan oleh asisten tata usaha adalah :
15
i. Menyusun dan membahas RKAP bidang yang berkaitan dengan
administrasi dan kesejahteraan karyawan serta tugas umum lainnya
meliputi :
1. Rencana tenaga kerja
2. Administrasi personalia
3. Asuransi tenaga kerja
4. Dana pensiun
ii. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan :
1. - Ketenagakerjaan
2. - Hukum
3. - Pertanahan
4. - Pengurusan ijin
iii. Membina hubungan baik dengan instansi pemerintah dan masyarakat
disekitar kebun
iv. Menyusun laporan yang berkaitan dengan ketenaga kerjaan, hukum dan
masalah umum lainnya
i. Kepala Pengaman (Papam)
Kepala pengamanan memiliki peran sebagai bagian yang menjamin tingkat
keamanan di area industri tersebut berada maupun area perkebunan. Beberapa
tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh kepala pengaman adalah :
i. Melakukan Tugas pengamanan produksi dan areal di Unit Usaha Bah
Butong
ii. Mengatur tugas pengawalan saat gajian dan pembayaran bonus dan
THR.
iii. Melakukan koordinasi pengamanan dengan pihak pengamanan
ekternal (TNI/POLRI).
iv. Mengkoordinir dan membuat system pengamanan yang kondusif di
semua bagian.
16
2.3. Manajemen Perusahaan
2.3.1. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Visi yang diangkat sebagai tujuan dari pelaksanaan pengolahan di PT
Perkebunan Nusantara IV adalah menjadi pusat keunggulan perusahaan agro
industri kebun teh dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan
lingkungan.
b. Misi Perusahaan
Adapun misi yang dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang
diharapkan antara lain :
i. Menjamin keberlanjutan usaha kompetitif.
ii. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan
sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas
dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisien.
iii. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.
iv. Mengelola usaha secara professional untuk meningkatkan nilai
perusahaan yang mempedomani etika bisnis dan Tata Kelola Perusahaan
yang baik (GCG).
v. Meningkatkan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
vi. Melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah
pusat/ daerah.
2.3.2. Ketenagakerjaan
a. Tenaga Kerja
i. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan suatu bagian yang tidak dapat terlepaskan dari
sebuah aktivitas produksi dalam sebuah perusahaan.Demikian halnya
dengan PTPN IV Bah Butong yang memilki ribuan tenaga kerja untuk
melaksanakan kegiatan opersioanalnya atau pengolahan.Sebagian
besar tenaga kerja yang berada di PTPN IV Bah Butong berasal dari
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi perkebunan.
Jumlah tenaga kerja Bah Butong:
17
Tabel 2.3.2. Jumlah Tenaga Kerja
Tahun Uraian Jumlah
Karyawan Karyawan
Pimpinan Pelaksana
2007 9 1.147 1.156
2008 9 1.114 1.123
2009 8 1.066 1.074
2010 8 1.032 1.040
2011 8 978 986
2012 11 926 937
2013 10 889 899
2014 10 808 818
2015 10 804 814
2016 3 658 661
2017 3 653 656
18
2.3.3. Pemasaran
19
c. Mengutamakan K3 dan semua aspek pekerjaan, dalam rangka mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
d. Mencegah dan mengurangi kecelakaan serta penyakit akibat kerja dengan
merawat alat kerja yang disediakan serta membudayakan hidup disiplin dan
bersih yang berwawasan K3 dan menjaga stabilitas keamanan termasuk
kebakaran, peledakan, dan pencemaran lingkungan.
e. Melakukan pekerjaan sesuai prosedur dan instruksi kerja, mendukung dan
mensosialisasikan K3 di semua tempat kerja.
f. Mengintegrasikan lingkunagn kerja serta pelindungan K3 dan lingkungan
dalam upaya melestarikan K3, maka perlu meningkatkan pengertian,
kesadaran, pemahaman, dan penghayatan K3 oleh semua unsur pimpinan
dan pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Bah Butong.
g. Memonitor serta menyelesaikan semua masalah yang ditimbulkan oleh
kegiatan/pekerjaan maupun kebiasaan yang merugikan K3 serta lingkungan
degan musyawarah dan menginventaris masalah tersebut sehingga tidak
terulang kembali.
h. Guna menjalin terlaksananya hal-hal tersebut diatas, perusahaan
mengalokasikan sumber daya, tenaga, dan dana sesuai kebutuhan
operasional perusahaan.
i. Kebijakan ini dapat ditinjau kembali bila diperlukan.
20
proses pengolahan bakaran dibuang melalui cerobong pembuangan gas
yang berada di luar gedung pabrik, untuk mengatasi polusi udara
tersebut maka dilakukan pengujian pada kurun waktu tertentu. Hasil dari
pengujian tersebut rata-rata menyebutkan bahwa limbah gas yang
dikeluarkan berada dibawah standar bahaya (aman).
ii. Polusi Suara
Polusi suara hampir terjadi di seluruh bagian produksi terutama dari
mesin-mesin produksi yang digunakan.Namun karena getaran suara
yang dihasilkan relatif kecil terhadap besar dan luasnya area kerja, maka
suara tersebut hanya mengganggu kondisi di dalam area kerja sehingga
kondisi di luar gedung work center pun tidak terganggu.
b. Limbah
i. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PT Perkebunan Nusantara IV Unit
Bah Butong yaitu debu / bubuk teh yang berukuran sangat kecil,
sehingga tidak dapat digunakan lagi biasanya dihasilkan dari proses
sortasi. Namun limbah ini dapat diolah kembali sebagai bahan bakar
bagi mesin heat exchanger untuk menghasilkan energi panas, selain itu
juga dapat digunakan untuk pupuk organik.Padatan abu atau debu yang
masuk kedalam selokan menjadi sedimen dan adanya sedimen tersebut,
maka padatan tersebut telah ternetralisir.
ii. Limbah cair
Limbah cair dari proses pengolahan di unit usaha Bah Butong adalah
akibat proses pencucian alat dan ruang kerja seperti pada ruang proses
penggulungan dimana dilakukan pembersihan ruang dengan caustic
soda setiap seminggu sekali dan pembersihan alat setiap harinya. Hasil
cucian tersebut akan mengalir pada selokan yang berada di luar pabrik
pengolahan. Dalam penanganannya, dilakukan pengujian limbah cair di
tiap semester, sehingga diketahui hasil kadar tersebut yang rata-rata
berada dibawah standar
21
BAB 3
TINJAUAN SISTEM PERUSAHAAN
Bab tiga akan membahas tentang tinjauan secara sistem pada PT. Perkebunan
Nusantara Bah Butong yang terdiri dari proses bisnis, produk yang dihasilkan,
proses produksi dan fasilitas produksi yang digunakan.
3.1 Proses Bisnis PT. Perkebunan Nusantara IV unit Bah Butong
mulai
Proses
Produksi
Produk Surat
Teh jadi pengantar
Produk
pennyerahan
teh jadi
teh
Tanda
Ada Order Terima
dari kantor yes Penyera
pusat? han
no
Delivery
Order
selesai
22
3.2 Produk Yang Dihasilkan
PT. Perkebunan Nusantara IV, Unit Bah Butong merupakan perusahaan BUMN
yang bergerak pada produksi teh hitam. Produk yang dihasilkan PTPN IV
terdapat beberapa macam produk teh hitam, diantaranya:
No Produk
1 BOP I
2 BOP
3 BOPF
4 BP
5 BT
6 PF
7 DUST I
8 PB II
9 PT II
10 PF II
11 DUST II
12 DUST III
13 DUST IV
14 FANN II
15 RBO
Usaha untuk memperoleh teh yang siap dikonsumsi, maka diperlukan beberapa
tahapan atau proses untuk meraihnya. Umumnya terdapat dua jenis teh yang
biasa dikonsumsi oleh masyarakat yaitu teh hitam dan teh hijau.Teh hijau dalam
23
pengolahannya tidak membutuhkan proses fermentasi (pemeraman), sehingga
dengan tidak adanya proses tersebut akan menghasilkan aroma dan rasa yang
berbeda dengan teh hitam. Proses produksi teh hitam harus melalui tahapan
fermentasi (pemeraman). PTPN IV Bah Butong memproduksi jenis teh hitam
dengan sistem pengolahan orthodox. Penjabaran proses produksi di Bah Butong
sebagai berikut.
Bahan baku pembuatan teh hitam yaitu pucuk daun teh segar dan berkualitas
dengan spesifikasi pucuk daun teh muda dan utuh yang segar dan bewarna
hijau. Untuk memasok kebutuhan bahan baku pucuk daun teh pada PTPN 4 Unit
Usaha Bah Butong berasal dari 4 afdeling, yaitu Afdeling I – IV (Sidamanik),
Afdeling V – VIII (Bah Butong), Afdeling IX – X (Tobasari) dan PPTK.
Penerimaan daun teh pada pabrik dilakukan sebanyak dua kali sehari, yaitu pada
pukul 11.00 dan pukul 14.00.
Untuk pengiriman daun teh basah dari lapangan (petani) digunakan alat angkut
berupa truk dengan kapasitas angkut untuk tiap truk yaitu maksimum 3 ton,
pabrik menyediakan tempat khusus berupa pendopo yang berguna untuk
membongkar teh dari truk.Untuk menghindari daun teh berhamburan dan terinjak-
injak maka digunakan fishnet.Fishnet yaitu berupa jaring untuk membungkus daun
teh dari lapangan. Dari pendopo pucuk teh basah dinaikkan ke lantai 2 (tempat
WT) dengan menggunakan monorail. Untuk masing-masing afdeling digunakan
monorail berbeda dengan alasan untuk memudahkan proses penerimaan barang.
Pada proses penumpukan dan bongkar daun teh diusahakan agar jangan
sampai daun teh rusak, karena nanti akan berakibat pada kualitas hasil produk.
Proses penumpukan yang tidak benar (kelebihan beban) mengakibatkan
perubahan senyawa-senyawa pada daun teh basah, dimana pucuk teh utuh dan
segar meskipun sudah dipotong masih dapat melakukan proses pernafasan
sehingga mengalami pemanasan. Selain itu, proses bongkar yang salah
mengakibatkan banyaknya pucuk teh yang rusak dan patah, hal tersebut
mengakibatkan terjadinya proses fermentasi sebelum proses akibat senyawa
dalam sel yang pecah.
24
Selanjutnya pucuk teh dari pendopo diangkat ke lantai 2 dengan menggunakan
monorail, dengan kapasitas pada satu trolly monorail dapat mengangkut 1-2
fishnet berisi pucuk teh. Pada masing-masing WT sudah terdapat pekerja yang
siap untuk menurunkan fishnet dari bangku monorail ke WT untuk selanjutnya
dilakukan pengiraban pucuk daun teh pada WT. Untuk masing-masing WT dapat
menampung hingga 3 ton daun pucuk teh basah dengan ukuran panjang 34.8 m
dan lebar 1.83 m.
Pada proses pelayuan merupakan tahap penting dari pengolahan teh hitam,
dilakukan proses kimiawi guna mengurangi kadar air pada pucuk daun teh
basah. Pada dasarnya tujuan dari proses pelayuan adalah untuk menguapkan
sebaigan kadar air secara perlahan pada pucuk daun teh basah, sehingga daun
menjadi lemas dan mudah untuk dilakukan proses penggulungan. secara
langsung baik atau tidaknya hasil layuan menentukan kualitas mutu teh yang
dihasilkan.
Proses pelayuan dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu suhu, kelembaban udara, dan
volume udara yang menembus disela-sela daun yang dilayukan. Dalam proses
pelayuan suhu udara harus dijaga dengan baik agar daun tidak terlalu cepat dan
tidak terlalu lama ketika layu. Temperature ideal pada WT (Witehring Trough)
yaitu berkisar diantara 30⁰C.
Untuk mendapatkan tingkat kelayuan daun yang baik, maka pada proses
pelayuan suhu yang digunakan yaitu berkisar antara 28⁰C-30⁰C, namun suhu
yang digunakan tidak boleh melebihi dari 30⁰C karena dikhawatirkan daun akan
terlalu layu, karena derajat layu yang baik yaitu berkisar antara 44⁰-46⁰. Ciri-ciri
pucuk layu sesuai dengan yang diharapkan yaitu sebagai berikut:
a. Ketika pucuk daun dikepal, maka pucuk daun akan berbentuk seperti bola
dan meninggalkan bekas tangan pada kepalan tersebut.
25
b. Ketika diraba dengan menggunakan tangan, pucuk daun terasa seperti
meraba sapu tangan sutera.
c. Karena tidak terlalu kering, pucuk daun ketika diremas mengeluarkan bunyi
seperti patahan batang daun.
d. Ketika dihirup daun yang sudah layu dengan baik akan mengeluarkan aroma
wangi teh, hal ini berbeda ketika pucuk daun belum layu dengan baik.
e. Struktur daun menjadi lemas dan batang daun terasa lentur.
f. Protein pada daun teh akan terbongkar menjadi asam amino bebas.
a. Kondisi pucuk daun teh, dimana pucuk teh yang berumur tua dan kasar akan
mudah cepat layu dibanding pucuk daun teh berumur muda dan halus.
b. Cuaca, ketika musim hujan daun akan lebih sulit untuk dilayukan dan
membutuhkan penanganan khusus disbanding pelayuan pucuk daun ketika
musim kemarau.
c. Lama pelayuan, kisaran waktu normal untuk pelayuan pucuk daun basah
yaitu berkisar antara 16-18 jam). Jika tidak sesuai dengan waktu tersebut
maka berdampak daun terlalu kering dan daun terlalu basah, hal tersebut
akan mempengaruhi kualitas produk akhir. Jika daun teh terlalu kering maka
hasil seduhan akan bewarna lebih gelap, rasa sepat, serta aroma teh yang
kurang sedap. Ketika daun terlalu cepat diangkat maka pucuk layu akan sulit
untuk digulung serta sifat organoleptiknya akan sulit keluar (rasa dari teh)
d. Suhu pelayuan, disarankan suhu tidak lebih dari 30°C.Apabila suhu terlalu
tinggi akan mengakibatkan protein enzim polifenol oksidase mulai
terdenaturasi yang akan menghambat bahkan berpeluang untuk tidak terjadi
oksidasi enzimatis pada tahap proses pengolahan selanjutnya.
e. Peralatan, apabila peralatan (witehring trough dan blower) bekerja dengan
baik, maka proses pelayuan dapat berjalan dengan baik pula
f. Tebal hamparan, dengan memperhatikan ketebalan hamparan pucuk daun
akan dapat mengoptimalkan proses pelayuan.
3.3.3. Penggulungan
Proses penggulungan bertujuan untuk membentuk mutu teh dengan cara kimia
maupun fisik. Langkah awal pada stasiun ini adalah pucuk teh yang telah
diturunkan dari stasiun pelayuan langsung masuk ke mesin OTR (Open Top
26
Roller) dengan ketentuan pengisian tidak boleh terlalu cepat dan terlalu lambat
dengan estimasi waktu pengisian yaitu berkisar antara 5-7 menit. Pada mesin
OTR isian normal yang dapat digiling yaitu sebanyak 375 kg pucuk daun teh layu
dengan lamanya waktu proses penggilingan yaitu 40 menit.
Pada proses penggulungan dari satu pucuk daun teh nantinya dibagi menjadi 5
jenis teh, yaitu Bubuk 1, Bubuk 2, Bubuk 3, Bubuk 4, dan Badag. Berikut ini
merupakan urutan proses pada stasiun penggulungan:
a. Daun teh layu diturunkan dari stasiun pelayuan langsung masuk ke mesin
OTR dengan kapasitas gilingan setiap mesin yaitu 325 kg, dengan waktu
proses penggilingan yaitu 40 menit, namun dalam kondisi tertentu jika hasil
gilingan belum memenuhi standard proses, maka waktu penggilingan
ditambah menjadi 45 menit.
b. Hasil penggilingan dari mesin OTR kemudian dibawa dengan menggunakan
gerobak angkut menuju mesin DIBN 1, hasil yang lolos ayakan kemudian
disebut Bubuk 1
c. Selanjutnya untuk pucuk teh yang tidak lolos pada DIBN 1 dibawa dengan
menggunakan gerobak angkut menuju mesin PCR (Press Cap Roller) untuk
dilakukan penggilingan kembali. Hasil dari mesin PCR dibawa kembali pada
mesin DIBN 2 untuk dilakukan proses ayakan yang akan menjadi Bubuk 2.
d. Pucuk yang tidak lolos pada mesin DIBN 2 kemudian dibawa dengan
menggunakan Conveyor menuju RV 1 (Rotorvane), hasil dari RV 1
kemudian diayak dengan menggunakan mesin DIBN 3, hasil yang lolos
ayakan nantinya akan menjadi Bubuk 3.
e. Pucuk yang tidak lolos ayakan pada mesin DIBN 3 kemudian dibawa
dengan menggunakan Conveyor menuju mesin RV 2 untuk dilakukan
penghancuran pucuk teh kembali, setelah diayak dengan menggunakan
27
DIBN 4, pucuk yang lolos ayakan akan menjadi Bubuk 4, dan yang tidak
lolos akan disebut sebagai Badag.
28
3.3.4. Proses Oksidasi Enzimatis
c. Faktor yang ketiga adalah tebal hamparan bubuk didalam tabir alumunium
dipedomani 4-5 cm untuk bubuk, dan 6-7 cm untuk Badag, untuk beberan
bubuk pada permukaan penampang alumunium tidak dipadatkan. Apabila
hamparan bubuk dipadatkan akan mempengaruhi kenaikan temperatur
bubuk yang akan berpengaruh kepada inner quality dari tehnya yang
disebabkan oleh kenaikan temperatur bubuk yang menyebabkan percepatan
reaksi oksidasi enzimatis ( Fermentasi) sehingga penggabungan molekul-
molekulnya akan semakin menonjol.
d. Faktor yang selanjutnya adalah ventilasi yang perlu dijaga dengan memakai
udara segar dan lembab. Oksigen yang diperlukan selama waktu fermentasi
normal berjumlah sekitar 12 sampai 15 liter per kg teh kering. Atau bila
derajat layu 45,5 %maka diperlukan oksigen per kg bubuk basah yang
29
sedang berfermentasi = 5,5 - 6,8 liter oksigen, identik dengan 27,5- 34 liter
udara per kg bubuk yang sedang berfermentasi.
vii. Green dhool testing dilakukan pada pertengahan dan akhir seri
3.3.5. Pengeringan
30
Stages Dryer (TSD).Mesin FBD ada 4 buah dan mesin TSD terdapat 3 buah.
Kedua jenis mesin tersebut memiliki fungsi yang sama namun memproduksi jenis
bubuk yang berbeda. Karena pada mesin FBD dapat memproses atau
mengeringkan bubuk 1,2,3,4, sedangkan mesin TSD hanya dapat memproduksi
bubuk 1,2 dan badag. Hal tersebut dikarenakan pada mesin FBD terdapat 3
sikon, sedangkan pada mesin TSD hanya tidak terdapat sikon.Dimana sikon
merupakan tabung penyerapan abu.Dan juga hal yang membedakan kedua jenis
mesin tersebut adalah pada kapasitas perjamnya. Kapasitas per kilo per jamnya
lebih tinggi mesin FBD yaitu dengan kapasitas 235-240 kg . Untuk proses
pengeringannya adalah dengan memasukkan bubuk kedalam over. Untuk mesin
FBD lama pengeringannya adalah 18 menit sedangkan untuk mesin TSD lama
pengeringannya adalah 22 menit.Dan untuk pengeringan menggunakan suhu,
yang mana terdapat 2 jenis suhu, yaitu untuk suhu yang pertama adalah suhu in-
let. Suhu in-let merupakan suhu yang masuk kedalam mesin sedangkan suhu
yang kedua adalah suhu out-let, yang mana suhu out-let merupakan suhu yang
dikeluarkan oleh mesin untuk mengeringkan bubuk. Namun untuk kedua jenis
mesin yaitu FBD dan TSD memiliki suhu in-let yang berbeda namun memiliki
suhu out-let yang sama yaitu 52-54º C yang digunakan untuk mengeringkan
bubuk. Pada mesin FBD memiliki suhu in-let 92-110º C sedangkan pada mesin
TSD memiliki suhu in-let yaitu 92-98º C. proses pengeringan yang dilakukan
dengan mesin TSD dan FBD dilakukan dengan pemanasan. Pemanasan
dilakukan dengan menggunakan bahan bakar cangkang, dan cangkag
dipanaskan selama 45 menit. Setelah selesai proses pengeringan maka
dilakukan proses prasortasi, namun sebelum masuk proses prasortasi maka hasil
dari perngeringan ditimbang terlebih dahulu. Setelah selesai ditimbang maka
masuk kedalam proses prasortasi. Untuk pemakaian suhu yang terlalu tinggi
selama pengeringan dapat menyebabkan sebagian aroma yang dikandung teh
hitam berkurang dan terjadi case hardening, yaitu suatu keadaan teh yang
bagian luar telah cukup kering sedangkan pada bagian dalamnya masih belum
kering. Keadaan teh yang kurang kering akan menyebabkan reaksi oksidasi
enzimatis lanjutan yang tentunya akan berdampak pada menurunnya mutu teh.
Suhu tinggi bila digunakan dalam proses pengeringan juga turut berdampak
pada bakey bahan, dan apabila suhu tinggi tersebut terus berlanjut maka akan
dapat berdampak pada gosong atau terbakarny bahan (burnt). Kadar air teh
yang keluar dari mesin pengering berkisar antara 3–3,5% dengan lama
31
pengeringan ± 25 menit.
a. Spreader harus rata, tidak miring, diatur sesuai dengan ketebalan yang
dikehendaki
b. Kecepatan trays harus sering diperiksa dan disesuaikan dengan lama
pengeringan yang dikehendaki
c. Fall trough harus sering dikumpulkan
d. Termometer inlet dan outlet secara berkala dirawat
e. Suhu inlet dan outlet harus dijaga stabil
f. Trays dan mesin pengering setiap hari harus dibersihkan
g. Udara yang panas yang masuk sejak awal harus diperiksa baunya, untuk
menjaga kemungkinan adanya kebocoran exchanger
Teh yang baru dikeluarkan dari mesin pengering perlu didinginkan dan tidak
boleh ditumpuk tebal.Pendinginan dilakukan ditempat yang bersih dan tidak
lembab. Tingginya suhu bahan yang berasal dari mesin pengering akan
berakibat memicu reaksi kimia lanjutan yang berujung pada menurunnya mutu
teh. Bubuk yang telah diolah tersebut dimasukkan kedalam wadah atau karung
dan ditimbang.
Faktor yang mempengaruhi hasil mutu teh dari proses pengeringan antara lain:
i. Waktu pengeringan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi kadar air
hingga 3-3,5 % berkisar selama 15-25 menit. Rusaknya bubuk teh dan
menurunnya kualitas bubuk teh terjadi apabila waktu pengeringan yang
dilakukan melebihi waktu yang ditentukan. Kurang keringnya bubuk teh
disebabkan apabila waktu yang digunakan terlalu cepat sehingga umur
simpan dari teh tersebut menjadi lebih pendek.
ii. Tebal hamparan, karena pada sistem pengeringan dilakukan dengan sistem
pengaliran udara panas. Ketebalan hamparan bubuk teh semakin besar,
maka mengakibatkan bubuk kering tidak merata sehingga akan menimbulkan
bubuk berkerak atau gumpalan bubuk teh yang sulit dipisahkan. Hamparan
bubuk teh yang terlalu tipis akan dapat menyebabkan kadar air yang
terkandung dalam bubuk teh hilang dan dalam pengeringannya bubuk teh
menjadi gosong
iii. Suhu udara masuk (inlet) dan keluar (outlet). Sebagian besar mutu teh
32
dipengaruhi oleh suhu udara masuk dan keluar dari mesin pengering. Suhu
udara masuk (inlet) merupakan suhu udara panas yang dihasilkan oleh heat
exchanger (tanur pemanas) untuk diteruskan pada mesin pengering. Suhu
udara inlet yang baik berkisar 92-110 °C. Kadar air sari teh yang rendah dan
rasa dari teh tersebut akan over frying apabila suhu inlet terlalu tinggi. Suhu
keluar (outlet) merupakan suhu udara panas yang ada pada mesin
pengeringan untuk mengeringkan bahan. Suhu keluar yang baik berkisar
antara 52-82 °C, dimana apabila suhu outlet terlalu rendah dapat
menyebabkan stewing dan reaksi oksidasi enzimatis dapat berlangsung
kembali sehingga mutu teh yang dihasilkan bersifat soft. Sisi luar pucuk akan
cepat mengering dan akan terjadi case hardening jika suhu outlet terlalu
tinggi.
3.3.6. Prasortasi
33
yang pertama digunaka untuk mentransfer bubuk 3 dan 4, untuk mesin silo 2
digunakan untuk mentransfer bubuk 1 dan 2, sedangkan mesin silo 3 ginukana
untuk mentransfer bubuk badag. Dan untuk mesin silo yang memiliki muatan 2
jenis bubuk maka digunakan klem untuk mengatur masuknya bubuk.
Pada saat pengeringan, bentuk dan ukuran bubuk masih sangat beragam
walaupun sudah dipisahkan menjadi 5 jenis bubuk.Untuk itu teh yang sudah
melewati Stasiun pengeringan atau biasa disebut teh kering harus dipisahkan
dalam jenis mutu yang didukung oleh keseragaman bentuk maupun ukuran
partikelnya.selanjutnya teh yang sudah mengalami pemisahan jenis mutu
tersebut dibagi menjadi dua golongan, yaitu Teh Broken dan Teh Daun.
Kedua jenis ini masih memiliki jenis yang beragam, berikut adalah jenis-jenis
yang diproduksi oleh PTPN IV Unit Bah Butong:
Jenis-jenis Broken :
ii. BOP-I (Broken Orange Pecco-I) : serupa dengan BOP tetapi tipnya lebih
banyak dan warna lebih hitam
iv. BT (Broken Tea) : bagian -bagian yang kecil, gepeng, atau pipih, tanpa
tip agak hitam, ringan, yang mutunya lebih rendah disebut BT-II
34
vi. Dust : bagian-bagian sangat kecil, hitam, yang mutunya lebih rendah disebut
DUST-II selanjutnya DUST-III.
vii. BOPF ( Broken Orange Pecco Fannings) : bentuknya lebih kecil dari
BOP-I / BOP, tetapi lebih besar dari PF, dengan sedikit atau tanpa tip.
35
b. Memurnikan Jenis Mutu
Adapun fungsi dari sortasi adalah untuk menyeragamkan ukuran dan bentuk
partikel serta tidak tercampur dengan bahan lain seperti serat, tangkai, pasir,
debu, logam-logam, dan lain sebagainya. Adapun pemisahan untuk serat dan
tangkai pendek dengan menggunakan mesin Vibro Extraction. Untuk pemisahan
serat dan gagang panjang digunakan mesin Midleton dimana dengan
menggunakan mesin ini yang mempunyai bubble tray yaitu ayakan yang dapat
bergerak maju mundur dapat dipisahkan partikel yang tidak diinginkan.
Sedangkan untuk memisahkan logam, pasir dan debu dipisahkan dengan siliran,
yaitu dengan hembusan udara/ angin.Untuk logam juga dipakai magnet yang
dipasang pada conveyor.
36
Adapun rangkaian proses yang terjadi pada sortasi adalah sebagai berikut:
Nissen
1
NISSEN 1
KASARAN
BUBUK I
BOP 1 DUST-I PF PF BOPF BOP 1
Mesin
Midleton
Mesin Vibro Mesin Mesin Mesin Mesin
Siliran Screen Siliran Siliran Siliran Siliran
Mesin
Siliran
Teh Jadi Mesin Vibro Teh Jadi Teh Jadi Teh Jadi Teh Jadi
Masuk
BIN
37
Nissen
2
Nissen 2
Mesh 6
(MESH Mesh 10 Mesh 24 Mesh 20 Mesh 16 Mesh 14 Mesh 8
BANTU)
KASARAN
BUBUK 2
BOP-I DUST-I PF PF BOPF BOP
MESIN
MIDLETON
MESIN MESIN MESIN MESIN MESIN MESIN
SILIRAN VIBRO SILIRAN SILIRAN SILIRAN SILIRAN
SCREEN
BAHAN
BAHAN BP
MESIN MESIN MESIN MESIN MESIN MESIN BOP
VIBRO SILIRAN VIBRO VIBRO VIBRO VIBRO
MESIN
SILIRAN
MESIN
TEH JADI TEH JADI TEH JADI TEH JADI TEH JADI
VIBRO
Masuk MESIN
Masuk Masuk Masuk Masuk
BIN VIBRO
BIN BIN BIN BIN
TEH JADDI
Masuk
BIN
38
Nissen
3
NISSEN 3
KASARAN
DUST-I DUST-I PF PF BOPF
BUBUK 3
MESIN MESIN
MESIN MESIN MESIN MESIN
VIBRO VIBRO
SILIRAN SILIRAN SILIRAN MIDLETON
SCREEN SCREEN
BAHAN
BOP BAHAN BP
MESIN MESIN MESIN MESIN MESIN
SILIRAN SILIRAN VIBRO VIBRO VIBRO
MESIN
SILIRAN
MESIN MESIN
TEH JADI TEH JADI TEH JADI
VIBRO VIBRO
MESIN
Masuk Masuk Masuk VIBRO
BIN BIN BIN
TEH JADI TEH JADI
Masuk
BIN
39
Nissen
4
NISSEN 4
KASARAN
DUST I/II DUST I/II PF I/II PF I/II BOPF
BUBUK 4
MESIN MESIN
MESIN MESIN BP II MESIN
VIBRO VIBRO
SILIRAN SILIRAN MIDLETON
SCREEN SCREEN
Masuk Masuk
MESIN MESIN BIN BIN MESIN
TEH JADI
VIBRO VIBRO VIBRO
Masuk
BIN
TEH JADI TEH JADI TEH JADI
40
Nissen 5
MESIN
VANDERM
EER
BAHAN PF- BAHAN BAHAN BAHAN PF- BAHAN BAHAN BAHAN BAHAN BAHAN BAHAN
II DUST-II DUST-III II DUST-II DUST-III DUST-IV DUST-II DUST-III DUST-IIII
BAHAN BT-
II
MESIN
MIDLETON
BADAG
MESH 4
MESIN
MESIN MESIN MESIN MESIN
VIBRO
SILIRAN SILIRAN SILIRAN CUTTER
SCREEN
MESIN BAHAN
TEH JADI TEH JADI TEH JADI
VIBRO FANN-II
Masuk
BIN
MESIN
VIBRO
TEH JADI
Masuk
BIN
41
3.3.8. Pengepakan
Bubuk teh yang akan dikemas berasal dari stasiun sortasi. Hasil sortasi terdapat
16 jenih bubuk teh.Teh yang telah selesai disortasi selanjutnya dimasukkan
kedalam Tea bulker (blending).Dan jenis bubuk teh dimasukkan kedalam tea
bulker berdasarkan jenis bubuknya. Untuk proses pengemasan dilakukan secara
bergilir berdasarkan jenisnya. Setiap hari urutan pengemasan jenis bubuk tehnya
berbeda. Untuk proses pengepakan hal yang pertama dilakukan adalah bubuk
dikeluarkan dari BIN untuk dimasukkan kedalam 8 ruangan yang terdapat
didalam blender secara bergiliran. Untuk pengisian ruangan dilakukan selama 45
menit.Setelah ke 8 ruangan penuh maka klep pengeluaran dibuka untuk
pengisian ke hopper dan pengisian ke paper sack. Pada saat proses mengisi
kedalam paper sack maka akan diambel sampel sebanyak 2 kotak, dimana kotak
berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. Untuk pengambilan sampel yang pertama
dilakukan saat paper sack telah terisi setengah, dan untuk pengambilan sample
yang kedua dilakukan pada saat paper sack sudah terisi penuh. Paper sack diisi
dengan berat yang telah ditentukan, dimana berat bubuk pada paper sack
berdasarkan jenis bubuknya.Karena setiap bubuk memiliki berat yang berbeda
pada saat ingin dipack. Paper sack yang digunakan memiliki berat 0.7 kg,
dengan bagian dalam paper sack dilapisi dengan alumunium voil sehingga
kemasan paper sack tahan air maka paper sack sangat aman dalam menjaga
kelembapan bubuk dan menjaga mutu bubuk teh.
Jumlah sack yang dapat dihasilkan dari masing-masing jenis bubuk berbeda,
untuk jenis bubuk BP dan BP2 sekali proses pengepakan menghasilkan 20 sack,
sedangkan jenis bubuk lainnya menghasilkan 40 sack sekali proses pengepakan.
42
Setelah bubuk dimasukkan kedalam paper sack maka tebal paper sack
maksimum adalah 20 cm. maka pada saat paper sack telah terisi penuh dan
ditutup rapat maka sack tersebut diletakkan diatas mesin dengan tujuan
meratakan ketebalan sack dan dilakukan pres untuk ketebalan sack. Setelah
tebal sack sudah rata maka sack diletakkan diatas pallet, dan disusun rapi agar
mudah dipindahkan kegudang.
Komponen mesin dan peralatan industri merupakan suatu bagian yang penting
untuk melakukan proses produksi dalam suatu industri. Mesin merupakan alat
yang memberi tenaga atau daya pakai secara mekanis pada setiap penggerak
lainnya dengan mengubah suatu gerak menjadi tenaga lain atau mengubah arah
gerak. Peralatan adalah alat yang dijalankan oleh manusia atau dijalankan
secara mekanis oleh mesin untuk melakukan pekerjaan.Mesin dan peralatan
yang digunakan dalam pengolahan teh hitam di PTPN IV Unit Usaha Bah butong
adalah sebagai berikut.
Peralatan yang digunakan dalam penerimaan pucuk teh basah dan analisa
pucuk adalah sebagai berikut.
a. Monorail
Monorail merupakan alat yang digunakan untuk membantu membawa
karung fishnet yang berisi pucuk tehsegar menuju ruangan pelayuan yang
berada dilantai atas pabrik pengolahan
43
karung goni adalah;
i. Membantu mengurangi kadar air dari daun teh
ii. Menghindari reaksi kerusakan sel akibat suhu dalam karung goni
yang lebih tinggi (panas) dibandingkan dengan suhu didalam
fishnet.
iii. Mempermudah pengamatan terhadap hasil petik dengan
menggunakan wadah fishnet
iv. Menghindari adanya cemaran lain yang berasal dari wadah
penampung daun teh atau dari karung goni.
44
3.4.2. Stasiun Pelayuan
Alat yang digunakan pada stasiun atau proses pelayuan antara lain:
b) Blower (Kipas)
Alat ini digunakan untuk mengalirkan udara segar yang bercampur udara panas
dari heat exchanger kedalam WT. Blower terdiri atas kipas, rumah kipas dan
motor penggerak. Blower memiliki prinsip kerja yaitu dengan adanya aliran listrik
dalam kumparan motor penggerak yang akan menimbulkan medan magnet
sehingga dapat menyebabkan kipas berputar dan udara dari luar dihisap untuk
selanjutnya dialirkan kedalam WT.Kipas yang digunakan memiliki daun kipas
sebanyak 8 buah dengan diameter 48 inch. Alat ini memiliki rotasi putar
sebanyak 960 rpm (Rate per Minute).
c) Psikrometer
45
pelayuan memiliki selisih temperatur bola basah dan bola kering berkisar 2-4 °C.
Psikrometer dalam kurun waktu tertentu perlu ditambahkan air pada wadah
khusus air dalam alat psikrometer supaya menjaga suhu di titik basah tetap
terjaga, apabila air dalam wadah tersebut habis maka akan berdampak pada
rusaknya alat maupun kurang akuratnya pembacaan suhu ruang dengan
bantuan psikrometer.
Alat ini kerap disebut juga sebagai tanur pemanas. Heat exchanger digunakan
untuk mempercepat proses pelayuan dengan menghasilkan udara panas. Prinsip
kerja alat ini yaitu dengan menggunakan bahan bakar berupa cangkang kelapa
sawit yang dibakar sehingga menghasilkan energi panas dari semburan api yang
menyebabkan dinding ruang pembakaran akan menjadi panas pada saat proses
pembakaran. Udara panas yang ada didalamnya akan dialirkan keluar menuju
ruang pelayuan, sedangkan asap dan abu akan dikeluarkan keluar dengan
bantuan exhaust fan. Unit usaha Bah Butong memiliki 3 unit tanur pemanas dan
bahan bakar yang digunakan adalah cangkang kelapa sawit dengan kisaran
kebutuhan bahan bakar yang digunakan adalah ± 180 kg/jam.
Sapu lidi atau tongkat digunakan untuk meratakan hamparan pucuk teh segar
46
pada witehring trough supaya hamparan pucuk menjadi rata dan tidak
menggumpal serta proses pelayuan menjadi lebih merata.
f) Kereta Angkut
Kereta angkut digunakan untuk mengangkut pucuk layu yang nantinya diletakkan
pada turunan yang menujumesin Open Top Roller (OTR). Kapasitas total dari
kereta angkut ditambah berat pucuk layu adalah 375 kg.
g) Timbangan
Timbangan ini berfungsi untuk mengetahui berat pucuk segar atau layu yang
siap digiling.
47
Gambar 3.12 Timbangan
Alat yang digunakan dalam proses penggulungan, pengeluaran cairan sel pucuk
layu dan mengiling pucuk teh layu adalah Open Top Roller (OTR). OTR ini
memiliki kapasitas 350 hingga 375 kg per proses dengan ukuran silinder wadah
tampung gulung OTR sebesar 47 inch serta dengan kecepatan 44-45 rpm.OTR
yang berada di unit usaha Bah Butong berjumlah 9 buah dengan 8 buah OTR
yang masih dapat digunakan. Alat ini memiliki prinsip kerja yaitu perputaran
poros engkel yang dapat menggerakkan silinder sehingga menyebabkan pucuk
teh akan tergulung dan tergiling oleh kuningan yang berbentuk seperti bulan
sabit (bottom). Cara kerja dari OTR adalah pucuk layu dimasukkan kedalam
silinder melalui bagian atas alat.Elekromotor dihidupkan dengan bantuan belt
sehingga menggerakkan pulley penggerak box yang menggerakkan poros
engkol.Tabung berputar sejalan dengan poros engkol.Untuk mengeluarkan
pucuk layu yang telah digulung dan digiling, pintu pengeluaran yang terpasang
pada meja dibuka secara manual dengan memutar tuas pembuka.
Alat ini digunakan untuk sortasi bubuk dari hasil olah mesin OTR dan PCR
48
maupun rotorvane sesuai dengan ukuran ayakan yang digunakan dan membantu
proses oksidasi enzimatis. Selain hal tersebut, DIBN berfungsi pula untuk
menurunkan suhu bubuk.DIBN memiliki 7 corong pengeluaran dengan ukuran
yang berbeda-beda.Cara kerja dari DIBN adalah elektromotor memutar belt dan
diteruskan pada gigi sehingga engkel berputar.Elktromotor dihibungkan denga
Conveyor secara pulley belt pulley.Elektromotor memutar belt pada Conveyor
dan mesin DIBN.Ketebalan pucuk teh perlu diatur pada Conveyor. Pucuk teh
akan jatuh pada DIBN dan segera diayak. Bubuk yang lolos akan ditampung,
sedangkan bubuk yang tidak lolos akan diteruskan pada corong paling ujung
untuk selanjutnya digiling kembali menggunakan rotorvane. Mesin DIBN memiliki
kapasitas maksimum isian sebanyak 1500 kg/jamdan putaran ayakan mesin
DIBN sebanyak 120 rpm (Rate Per Minute). Pada lantai ayakan DIBN terdapat
mesh ayakan dengan ukuran tertentu yang membantu menyaring pucuk layu teh
menjadi hasil ayakan bubuk teh sesuai dengan ukuran partikel pada mesh
ayakan. Pada DIBN pertama terpasang mesh berukuran 5x5 dan 6x6, pada
DIBN kedua dan ketiga terpasang ayakan mesh dengan ukuran 6x6. Bagi bubuk
yang terayak pada mesh 5x5 akan menjadi bubuk I, bagi pucuk layu yang
terayak pada mesh 6x6 pada ayakan II di DIBN no.1 akan menjadi bubuk 2.
Untuk lanjut pada DIBN no.2 pucuk teh diolah menggunakan rotorvane, dan bagi
pucuk layu yang terayak pada mesh 6x6 akan menjadi bubuk III. Di unit usaha
Bah Butong tidak dihasilkan bubuk IV pada proses penggulungannya karena
mesin rotorvane yang digunakan sebelum menuju ayakan II pada DIBN no.2
dalam kondisi kurang baik.
49
6 6x6 7x7 7x7 7x7
Satu mesin DIBN terdapat 2 papan meja ayakan untuk mengayak pucuk layu teh
menjadi bubuk teh sesuai dengan jenis dan ukuran partikelnya.
Mesin Press Cup Roller (PCR) digunakan untuk menggulung memotong hasil
gulungan dan mengeluarkan cairan sel semaksimal mungkin. Mesin ini pada
umumnya digunakan untuk menghasilkan teh jenis BOP. PCR dilengkapi dengan
tutup guna memberikan tekanan dari bobot pucuk serta tekanan yang
dikehendaki.Di unit usaha Bah Butong memiliki 8 buah PCR. Adapun cara kerja
yang digunakan oleh PCR hampir sama dengan OTR, namun perbedaannya
adalah meja roller dibuat diam dan yang bergerak adalah bagian silinder
pembawa pucuk sehingga disebut dengan mesin single action roller. Piringan
meja dibuat lebih tinggi untuk mengatasi tumpukan pucuk.Meja roller dilengkapi
dengan bottom bulan sabit guna menggulung dan mendapatkan persentase
bubuk yang diinginkan.PCR juga dilengkapi dengan tutup yang memberikan
tekanan pada pucuk sehingga dihasilkan bubuk teh yang partikelnya lebih kecil
dari OTR. Mesin PCR memiliki ukuran silinder sebesar 47 inchi, dengan putaran
44-45 rpm dan kapasitas tamping maksimum mesin sebanyak 350 kg.
50
Gambar 3.15 Press Cup Roller (PCR)
d) Rotorvane (RV)
51
Gambar 3.16 Rotorvane
e) Conveyor
Kereta penampung berfungsi untuk mengangkut bubuk teh hasil gilingan dari
mesin OTR menuju DIBN maupun dari DIBN menuju PCR dan sebaliknya.
g) Humidifier
52
ruang penggulungan adalah 30 buah. Humidifier menggunakan air sebagai
bahan untuk mendinginkan ruangan dan kapasitas air kondensasi yang
digunakan sebanyak 18 liter tiap jamnya dengan putaran kipas mesin sebanyak
2810 rpm (Rate Per Minute).
Setelah pucuk layu selesai diayak dengan menggunakan mesin DIBN, akan
dihasilkan bubuk teh dengan beberapa jenis bubuk (bubuk I, bubuk II, bubuk III,
bubuk IV dan bubuk kasaran IV).
53
a) Humidifier
Baki oksidasi enzimatis atau tambir berfungsi untuk menghamparkan bubuk hasil
dari sortasi basah yang akan dioksidasi secara enzimatis. Baki atau tambir
tersebut terbuat dari aluminium dengan kapasitas muatan bubuk berkisar antara
5-13 kg.
54
c) Trolly
Rak atau trolly merupakan salah satu alat bagian fermentasi yang digunakan
sebagai alat pemindah bahan yang terdiri dari baki oksidasi enzimatis dan rak
besi sebagai penyangganya. Rak oksidasi enzimatis terbuat dari pipa besi
dilengkapi dengan 4 buah roda sehingga mempermudah pengangkutan bubuk
teh dari ruang sortasi basah ke ruang oksidasi enzimatis dan dari ruang oksidasi
enzimatis menuju ruang pengeringan.Kapasitas per rak dapat diisi dengan 10
baki oksidasi enzimatis.
d) Psikrometer
e) Kartu Oksidasi
Kartu oksidasi merupakan alat bantu yang terbuat dari papan kayu yang
berfungsi untuk mengontrol proses oksidasi enzimatis. Kartu oksidasi berisi
nomor seri, jenis bubuk, naik giling, waktu fermentasi minimal dan maksimal.
55
Gambar 3.24 Kartu Oksidasi
f) Lampu Penerangan
Bubuk teh dikeringkan menggunakan alat pengering setelah dari ruang oksidasi
enzimatis.Alat yang digunakan adalah mesin pengering buatan PT. TEHA.Panas
yang dihasilkan berasal dari heat exchanger (tanur pemanas) dengan suhu
panas yang dihasilkan ± 110 °C.Setiap unit mesin terdiri dari pemanas udara dan
rumah pengering.
Mesin ini memiliki mekanisme kerja dengan mengalirkan udara panas yang
dihasilkan oleh heat exchanger atau tanur pemanas, dan panas yang dihasilkan
tersebut akan dihembuskan melalui lubang atau lorong yang berada dibawah
tanah tepat dibawah mesin FBD dan dialirkan naik kedalam mesin dengan
pengaturan tuas panel dimana tuas panel tersebut berfungsi untuk mengatur
56
arah hembusan udara panas yang masuk ke dalam mesin. Bahan yang biasa
dikeringkan adalah bahan dengan ukuran partikel yang relatif lebih kecil (bubuk I,
II). Suhu inlet dari mesin FBD adalah 92-110 °C dan suhu outlet 80- 82°C
dengan kurun waktu proses pengeringan ± 15 menit.
Alat ini digunakan untuk mengeringkan bubuk yang memiliki ukuran lebihbesar
daripada bubuk yang diolah dengan menggunakan mesin FBD. Gerak bubuk
dalam mesin cenderung diam, dimana bubuk akan bergerak sesuai gerakan
trays. Waktu pengeringan menggunakan mesin TSD jauh lebih lama
dibandingkan dengan menggunakan meisn FBD dan kapasitas yang dapat
termuat didalam mesin jauh lebih rendah dan tidak dapat ditentukan oleh
panjangnya mesin.Kondisi hasil olah pengeringan bubuk teh yang keluar memiliki
kondisi yang cukup panas (suhu bubuk yang tinggi). Suhu inlet yang digunakan
berkisar antara 92-94 °C dan outlet yang digunakan berkisar 52-54 °C dengan
kisaran waktu pengeringan TSD selama 20-25 menit.
57
c) Timbangan
Kegunaan dari alat ini sama seperti timbangan lainnya yang berfungsi untuk
menghitung berat bubuk teh hasil pengolahan atau pengeringan yang nantinya
hasil pengukuran tersebut akan diserahkan pada krani timbang untuk dicatat
perolehan produksi teh kering tiap harinya.
Bahan yang telah melalui proses pengeringan akan dilanjutkan pada bagian
prasortasi dengan menggunakan bantuan alat vibro, middleton, dan corong.
a) Vibro
Alat ini digunakan untuk mengayak bubuk III dengan memisahkan bagian yang
kasar dengan bubuk hitam teh, sehingga pada hasil output mesin tersebut akan
dihasilkan bubuk teh hitam yang lebih bersih tanpa ada serat, tangkai, atau
bagian- bagian yang tidak diinginkan. Mesin vibro terdapat 7 roll press, dimana
prinsip kerja dari roll tersebut menggunakan energi listrik statis. Ketika bubuk
masuk dan melewati bagaian bawah roll, maka dengan adanya listrik statis pada
roll tersebut akan mengangkat bagian yang ringan dan memisahkannya dengan
bagian bubuk yang berat. Pada bagain atas vibro terdapat meja ayakan yang
dapat dilepas dan dipasang (diubah) sehingga membantu penentuan jenis bubuk
teh sesuai ukuran partikel yang dikehendaki sesuai standar.
58
Gambar 3.29 Mesin Vibro
b) Middleton
Middleton berfungsi untuk memisahkan bubuk teh yang diinginkan dari bagian
tangkai ataupun serat lain yang tidak diinginkan dengan bantuan bubble trays
yang terdapat pada meja ayakan middleton. Bubble trays tersebut tentunya
memiliki ukuran tertentu untuk dapat mensortir bubuk teh sesuai ukuran lubang
dari bubble trays tersebut.
c) Corong Hembus
Alat ini digunakan untuk memidahkan bubuk teh yang telah dikeringkan menuju
tangki penyimpanan bubuk sementara yang berada di ruang sortasi kering.
Mekanisme dari alat ini adalah adanya motor yang menggerakkan kipas didalam
corong yang menghasilkan hembusan udara kencang, sehingga ketika bubuk teh
dimasukkan kedalam corong maka bagian yang jatuh kedalam dasar corong
akan terhembus naik menuju tangki sementara di ruang sortasi
59
.
Bagian yang menjadi pusat terpenting dalam industri pengolahan teh ada pada
bagian sortasi kering, karena dalam stasiun sortasi kering terdapat berbagai
macam alat yang digunakan untuk mensortir bubuk teh sesuai mutu yang telah
ditetapkan. Berbagai alat yang digunakan antara lain:
Wadah atau tangki yang digunakan terbuat dari logam besi dan di unit us aha
Bah Butong terdapat 5 (lima) unit tangki penyimpanan bubuk sementara yang
terbagi untuk menampung bubuk I, bubuk II, bubuk III dan kasaran bubuk III.
b) Nissen
Nissen merupakan alat yang digunakan untuk mengayak atau memilah bubuk
teh yang hendak disortir sesuai dengan ukuran partikel yang dikehendaki. Selain
ayakan, dalam alat tersebut terdapat roll press yang membantu memberi tekanan
pada bubuk teh dengan ukuran partikel cukup besar seperti jenis bubuk IV
maupun bubuk kasaran IV yang masuk supaya menjadi lebih ringan, tipis, tidak
berbentuk gumpalan besar dam memudahkan untuk proses sortasi selanjutnya.
60
Gambar 3.33 Ayakan Nissen
c) Middleton
Middleton berfungsi untuk memisahkan bubuk teh yang diinginkan dari bagian
tangkai ataupun serat lain yang tidak diinginkan dengan bantuan bubble trays
yang terdapat pada meja ayakan middleton. Bubble trays tersebut tentunya
memiliki ukuran tertentu untuk dapat mensortir bubuk teh sesuai ukuran lubang
dari bubble trays tersebut sesuai Gambar
d) Vibro
Alat ini digunakan untuk mengayak bubuk III dengan memisahkan bagian yang
kasar dengan bubuk hitam teh, sehingga pada hasil output mesin tersebut akan
dihasilkan bubuk teh hitam yang lebih bersih tanpa ada serat, tangkai, atau
bagian- bagian yang tidak diinginkan. Mesin vibro terdapat 7 roll press, dimana
prinsip kerja dari roll tersebut menggunakan energi listrik statis. Ketika bubuk
masuk dan melewati bagaian bawah roll, maka dengan adanya listrik statis pada
roll tersebut akan mengangkat bagian yang ringan dan memisahkannya dengan
bagian bubuk yang berat. Pada bagain atas vibro terdapat meja ayakan yang
61
dapat dilepas dan dipasang (diubah) sehingga membantu penentuan jenis bubuk
teh sesuai ukuran partikel yang dikehendaki sesuai standar mutu. Alat sesuai
pada Gambar
e) Vandemeer
Mesin vandemeer merupakan alat ayakan yang memiliki ayakan dengan ukuran
mesh tertentu dengan fungsi untuk memisahkan bubuk teh sesuai dengan
ukuran partikel pada mesh.Alat vandemeer cenderung digunakan untuk bubuk
teh yang memiliki ukuran partikel yang relatif besar seperti bubuk kasaran IV.Hal
ini dikarenakan pada alat vandemeer sebelum bubuk jatuh terayak, bubuk teh
terlebih dahulu diberi tekanan menggunakan roll press.
f) Siliran
Siliran merupakan alat yang digunakan untuk mensortir bubuk teh berdasarkan
berat jenis bubuk teh, sehingga dihasilkan bubuk teh dengan berat bubuk paling
ringan hingga bubuk paling berat (kerikil).Pada unit usaha Bah Butong terdapat 2
jenis siliran, pertama yaitu siliran yang digunakan untuk mensortir semua jenis
62
bubuk dan siliran dust yang lebih kecil ukurannya untuk mensortir jenis bubuk
dust.
g) Vibro Screen
Alat ini digunakan untuk menyaring bubuk teh sesuai dengan ukuran ayakan
mesh yang terpasang pada tiap tingkatan dalam mesin vibro screen, sehingga
dengan ayakan yang terpasang bertingkat tersebut pada tiap tingkatan terdapat
corong keluar bagi bubuk yang tidak lolos dalam pengayakan di vibro screen.
h) Jackson
Dalam mesin Jackson terdapat sebuah beberapa ukuran mesh ayakan yang
membantu kerja sortir atau pemisahan bubuk teh berdasarkan ukuran partikel
pada mesh. Selain adanya ayakan pada mesin Jackson, terdapat pula roll press
yang berfungsi untuk memberikan tekanan pada bubuk teh dengan ukuran
63
partikel yang relatif lebih besar supaya tidak menggumpal terlalu besar dan
memudahkan pensortiran.
i) BIN
Unit usaha perkebunan teh Bah Butong memiliki 20 tangki penampungan bubuk
teh jadi yang telah disortir atau yang disebut dengan BIN.Tangki penyimpanan
tersebut terbuat dari bahan logam besi antikarat, dimana pada bagian bawah
masing-masing tangki terdapat klep yang berfungsi untuk mengalirkan isi bubuk
teh yang disimpan didalam tangki untuk keluar atau jatuh tepat dibawah
tangki.Pada bagian bawah tangki telah terpasang conveyor belt yang berfungsi
untuk mewadahi bubuk teh dalam tangki yang jatuh ketika klep dibuka untuk
selanjutnya bubuk tersebut dibawa menuju stasiun pengemasan.
64
65
j) Cutter
Cutter merupakan alat yang digunakan untuk memotong bagain tangkai atau
batang yang terlalu besar apabila terdapat pada bagain bubuk teh yang hendak
disortir.
Tangga Conveyor berfungsi untuk mengangkut bubuk teh yang telah disortir
untuk naik dan dimasukkan padalubang masuk penyimpanan bubuk teh jadi
pada bagian atas tangki.Diujung Conveyor bagian atas terdapat sebuah corong
yang memiliki fungsi untuk menyesuaikan posisi jatuh bubuk teh dari Conveyor
menuju lubang masuk bubuk pada bagian atas tangki.Pada bagian dasar atau
bawah Conveyor terdapat hopper yang berfungsi sebagai wadah tampung bubuk
teh yang hendak dialirkan pada Conveyor.
66
Gambar 3.42 Konveyor Belt Stair
l) Ayakan
Inti dari proses sortasi adalah ukuran ayakan yang digunakan untuk mensortir
bubuk teh sehingga dihasilkan bubuk teh jadi sesuai dengan berat, ukuran
partikel, serta mutu atau standar yang telah ditetapkan. Terdapat rak dalam
ruang sortasi yang berisi ayakan dari berbgai jenis ukuran mesh,
3.4.8. Pengepakan
Pengemasan menjadi bagian akhir dari proses pengolahan bubuk teh jadi.
Fungsi utama dari proses pengemasan adalah mengemas produk akhir atau
bubuk teh jadi yang telah disortir untuk dikemas dengan kemasan tertentu yang
67
selanjutnya dikirim ke gudang penyimpanan. Alat dan bahan yang digunakan
dalam proses pengemasan antara lain :
a) Blender
Blender merupakan alat yang digunakan untuk mencampur bubuk teh jadi yang
akan dikemas. Unit usaha kebun teh Bah Butong tidak menggunakan blender
untuk mencampur bubuk teh jadi yang berbeda jenis.Hal ini dikarenakan di unit
usaha Bah Butong menjaga kualitas dari bubuk teh jadi yang diolahnya,
sehingga produk yang dikemas atau dipasarkan tidak ingin dicampur dengan
jenis bubuk teh jadi lainnya.Mekanisme kerja dari mesin blender adalah
mencampurkan 1 jenis bubuk teh jadi pada 8 ruang yang terdapat dalam mesin
blender.Pengisian dilakukan per ruang atau bubuk teh jadi dimasukkan kedalam
salah satu ruang hingga penuh barulah dilanjutkan pengisian pada ruang lainnya
yang berlawanan arah (pengisian tidak dapat dilakukan pada ruang yang
berurutan), hal ini dilakukan supaya bubuk teh jadi yang jatuh saling bertemu
(terpusat) dan tidak terhambur jauh.Blender berguna untuk mencampur satu jenis
bubuk teh jadi yang berbeda waktu produksinya.
b) Packer
Packer merupakan alat yang digunakan untuk pengemasan bubuk teh jadi dari
blender kedalam kemasan. Pada mesin packer terdapat dua corong yang
berfungsi untuk menyalurkan bubuk teh jadi kebawah untuk dikemas oleh
operator dengan menggunakan bahan pengemas (paper sack atau polybag),
selain itu juga mempermudah dalam pengambilan sampel yang dikirim ke ruang
tester dan mempermudah penataan urutan kemasan.Mesin packer memiliki
kapasitas sebesar 1500 kg.
68
Gambar 3.45 Mesin Packer
69
c) Press Roller
Pres Roller berfungsi untuk meratakan isi bubuk teh didalam kemasan supaya
rata dan mempermudah penyusunan kemasan bubuk teh jadi diatas pallet.
70
BAB 4
71
4.2. Kendala Fasilitas Manufaktur.
Dalam stasiun kerja ini terdapat aktivitas penurunan pucuk daun basah
yang dibawa dari perkebunan yang dibawa dengan truk pengangkut dan
selanjutnya akan pucuk daun basah yang dimuat dalam fishnet di
pindahkan pada wadah penampunyang disebut withering thought dengan
menggunakan monorail. Pada monorail tersebut ditemukan beberapa
monorail tidak memiliki pengangkut fishnet. Hal ini mengakibatkan
pengangkut harus menunggu monorail selanjutnya. Dengan adanya
kendala ini membuat penurunan pucuk daun basah menghabiskan waktu
yang lebih lama dan menambah jumlah antrian truk mengingat muatan
yang akan diturunkan relatif tinggi. Pada stasiun kerja ini ruangan terlihat
gelap yang diakibatkan beberapa lampu tidak ada pada stekker lampu
yang sudah disediakan.
blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower blower
operator
operator
Office
Trolley
Office
Withering Tought
Trolley
pintu
pintu
pintu
Instruksi Kerja
72
4.2.2. Layout Stasiun Penggulungan.
Pada stasiun kerja ini tedapat aktivitas penggulungan daun yang sudah
dilayukan pada staiun sebelumnya dengan menggunakan mesin Open
Top Roller dan Press Cup Roller (PCR). Selanjutnya hasi gulungan akan
dipindahkan secara manual menggunakan grobak dorong menuju
Rotorvane. Terdapat beberapa mesin yang rusak pada stasiun kerja ini
diantaranya dua buah mesin OTR dan dua buah mesin PCR. Selain mesin
yang rusak, terdapat beberapa fasilitas lain yang rusak. Kendala lainnya
adalah kerusakan lantai yang disebabkan penggunaan gerobak dalam
pemindahan pucuk. Selain beberapa fasilitas yang rusak, pada workcenter
ini juga terdapat banyak trolley pengangkut bubuk hasil penggulungan
yang akan di bawa ke stasiun kerja selanjutnya. Trolley tersebut terletak
pada beberapa titil yang sudah ditentukan, namun terlihat bahwa setiap
trolley tersebut tidak tersusun dengan rapi dan sangat berantakan. Hal ini
mengakibatkan trolley yang sudah terisi akan susah berpindah ke stasiun
kerja selanjutnya.
73
Up
Up
Up Up
Up
pintu
Up
U
p
Up
Up
Mesin OTR
74
4.2.3 Layout Stasiun Kerja Oksidasi Enzimatis
Pada stasiun kerja ini terdapat aktivitas oksidasi enzimatis pada bubuk
yang sudah digulung pada stasiun sebelumnya. Pada stasiun kerja ini
tidak temukan kendala yang berkaitan dengan fasilitas manufaktur, hanya
saja perlu diberikan pengawasan terhadap lantai yang licin akibat air yang
digunakan dalam reaksi oksidasi enzimatis. Pada stasiun kerja ini ruangan
terlihat gelap yang diakibatkan beberapa lampu tidak ada pada stekker
lampu yang sudah disediakan.
Instruksi Kerja
75
4.2.4. Layout stasiun Kerja Pengeringan.
Pada stasiun kerja ini terdapat aktivitas untuk pengeringan bubuk teh.
Pada stasiun kerja ini terdapat sebuah mesin siliran dengan ukuran yang
panjang dengan kondisi rusak diletakkan pada stasun kerja tersebut.
Selain itu terdapat mesin vibro yang dalam keadaan rusak. Pada stasiun
kerja ini juga dijadikan sebagai tempat penyimpanan karung bubuk teh,
hal itu disebabkan karena gudang penyimpanan penuh. Lantai pada
stasiun kerja ini terdapat lubang-lubang yang mengakibatkan trolley susah
untuk berpindah. Aktivitas produksi pada stasiun kerja ini terbilang sibuk,
dengan suhu yang relatif panas akibat penggunaan mesin pengering TSD
dan FDB sehingga diperlukan penambahan valve atau jalur pertukaran
udara.
Up
Up
Up
Up
Up
Up
Up
U
p
U U U
p p p
76
4.2.5. Layout stasun kerja Sortasi.
Sama hal nya dengan pengeringan, pada stasiun kerja sortasi ini termasuk
stasiun kerja yang sangat sibuk. Bubuk teh yang awalnya terdiri dari lima jenis
bubuk diubah menjadi 16 grade bubuk. Terdapat banyak grobak, karung, dan
drum yang berisikan bubuk teh dengan letak yang tidak teratur pada stasiun
kerja ini. Pada stasiun kerja ini terdapat banyak debu akibat proses yang
membuat ukuran partikel bubuk sama sesuai dengan grade, sehingga diperlukan
perbaikan saluran udara.
U U U
p p U U p
U U p p
U p
p p U
p
Up
Up
Up
Up
Up
77
4.2.6. Stasiun Kerja Pengepakan.
Pada stasiun kerja pengepakan ini ditemukan banyak pack yang disimpan akibat
kapasitas gudang yang tidak mampu menampung produksi. Hal ini
mengakibatkan ruang yang tersedia pada stasiun pengepakan menjadi terbatas.
Up
78
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Proses Pengolahan Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara IV terdiri
dari Proses Pelayuan, Proses Penggulungan, Proses Oksidasi Enzimatis,
Proses Pengeringan, Proses Sortasi dan Proses Pengepakan.
b. Terdapat 16 jenis bubuk teh yang dihasilkan pada PT. Perkebunan
Nusantara IV unit Bah Butong.
c. PT. Perkebunan Nusantara IV memerlukan perbaikan terkait dengan
Perancangan Fasilitas Manufaktur.
5.2 Saran
a. Diperlukan perbaikan tata letak fasilitas manufaktur seperti memindahkan
mesin-mesin yang sudah rusak dari stasiun kerja, mengoptimalkan fungsi
gudang dan mereduksi jumlah karung dan grobak pada stasiun kerja
tertentu.
b. Untuk melancarkan material handling dari satu workcenter ke workcenter
lainnya dengan menggunakan gerobak dorong dibutuhkan perbaikan
lantai dengan menggunakan bahan granit agar lebih kuat.
c. Dibutuhkan penambahan fasilitas penunjang yaitu toilet yang tidak
ditemukan di setiap workcenter.
d. Dibutuhkan penambahan lampu pada stasiun kerja tertentu seperti
pelayuan dan stasiun kerja oksidasi enzimatis.
e. Dibutuhkan penambahan Valve pada stasiun kerja sortasi dan
pengeringan agar ruangan tidak terlalu panas dan debu dapat berpindah
keluar ruangan.
79
LAMPIRAN 1
80
LAMPIRAN 2
81