Anda di halaman 1dari 53

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

(PPC)

Laporan Makalah

Disusun oleh:
JUNIOR TALIERIS SARUMAHA
1626201137

JULIANA
1726201075

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUMAI
2019
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami sampaikan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa dengan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan metodologi

penelitian ini. Laporan ini berisi perencanaan dan pengendalian produksi.

Kami berharap dengan selesainya tugas ini, dapat bermanfaat bagi

mahasiswa dalam pelaksanaan proses kegiatan akademeik yang terkait dengan

mata kuliah perencanaan dan pengendalian produksi.

Rasa terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya tak lupa

disampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah perencanaan dan pengendalian

produksi dan semua pihak yang membantu penyelesaian tugas laporan ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI ................................................ 1


(PPC) ................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 3
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 7
1.3. Tujuan ..................................................................................................................... 7
1.4. Manfaat ................................................................................................................... 8
BAB II................................................................................................................................. 9
LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 9
2.1. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 9
2.2. Perencanaan Produksi ........................................................................................... 13
2.2.1. Proses Konversi ................................................................................................ 13
2.2.2. Fungsi Perencanaan Produksi ........................................................................... 16
2.2.3. Sistem Pengendalian Produksi .......................................................................... 20
2.2.4. Organ Kelengkapan Perusahaan Manufakturing .............................................. 25
2.2.5. Lingkungan Manufakturing .............................................................................. 28
2.2.6. Struktur Organisasi ........................................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan produksi sebagai suatu perencanaan taktis yang bertujuan

untuk memberikan keputusan berdasarkan sumber daya yang dimiliki perusahaan

dalam memenuhi permintaan akan produk yang dihasilkan (Nasution 1999).

Penentuan jumlah optimal produk yang akan diproduksi menjadi kunci bagi

perencanaan produksi yang tepat. Perencanaan produksi dilakukan dengan

maksud memenuhi permintaan pada tingkat biaya yang minimum. Kegiatan

produksi sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan baku dan jumlah permintaan.

Bahan baku merupakan salah satu masukan yang akan diproses untuk

menghasilkan produk.

Perencanaan dan pengendalian produksi memiliki peranan yang penting

dalam pengelolahan persediaan, kapasitas dan penjadwalan. Pengelolahan

persediaan bertujuan minimisasi biaya dan kerusakan produk atau bahan,

perencanaan kapasitas dimaksudkan untuk menjamin kelancaran proses produksi

dan penjadwalan ditujukan untuk menjaga kualitas dan tingkat persediaan yang

minimum. Dengan adanya banyak sumber daya yang tersedia dapat membantu

secara langsung perencanaan suatu manufaktur dalam hal produksi sehingga dapat

memenuhi permintaan konsumen dalam waktu tertentu.

Perencanaan produksi bertujuan untuk menyesuaikan produksi dengan

sumber keputusan untuk memenuhi permintaan konsumen yang akan datang,

seperti kapasitas produksi, pembatasan tenaga kerja dan pembatasan waktu


lembur yang mana permasalahan tersebut merupakan masalah optimisasi. Tujuan

lain dari perencanaan produksi untuk meminimalkan biaya total atau

memaksimalkan keuntungan. Model matematika untuk perencanaan produksi

secara luas diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu model deterministik dan

model stokastik. Model deterministik mengasumsikan bahwa data sudah diketahui

dan model stokhastik menggunakan tebakan terbaik dari nilai ketidakpastian.

Dasar dari model kuantitatif dikembangkan dengan peramalan variabel

ketidakpastian seperti permintaan, model deterministik akan menyelesaikan nilai

rata-rata atau kejadian terburuk. Salah satu bentuk model pemprograman stokastik

adalah model pemprograman stokastik dua tahap dengan recourse. Program

stokastik dua tahap dengan recourse ini merupakan suatu bentuk model khusus

yang lebih penting. Dalam hal model seperti ini fungsi objektif biasanya

bersesuaian dengan meminimumkan biaya atau memaksimumkan keuntungan,

meskipun dapat juga mengacu pada nilai absolut yang diharapkan atau

penyimpangan kuadrat tujuan khusus tertentu atau variance dari fungsi sumber

tahap kedua. Beberapa ketidakpastian yang terdapat pada manufaktur dapat

dikategorikan dalam dua kategori yaitu ketidakpastian lingkungan dan

ketidakpastian sistem. Ketidakpastian lingkungan akan mengacu pada

ketidakpastian yang berada di luar cakupan pengendalian proses produksi, seperti

ketidakpastian permintaan dan ketidakpastian pasokan mengacu pada

ketidakpastian yang berhubungan dengan proses produksi, seperti ketidakpastian

hasil, ketidakpastian waktu produksi, ketidakpastian kwalitas dan produksi yang

gagal.
Metodologi dari masalah perencanaan produksi dapat juga memberikan

jumlah produksi dan tenaga kerja disetiap perencanaan produksi untuk memenuhi

permintaan pasar. Dikembangkan juga suatu model pemprograman stokastik

dengan penambahan batas. Digunakan juga model dua tahap recourse untuk

masalah perencanaan produksi dengan pemprograman stokastik. Tesis ini akan

membahas perencanaan produksi dengan pendekatan yang baik yaitu

mengidentifikasi dan mengatasi beberapa ketidakpastian yang akan muncul pada

manufaktur, sehingga tidak menghambat perkembangan suatu manufaktur dan

manufaktur memiliki solusi yang optimal dengan meminimalkan terjadinya

kemungkinan yang buruk dan memaksimalkan keuntungan dengan membentuk

model matematika. Untuk pembentukan model matematika, akan dibentuk

bagaimana model matematika sebelum adanya ketidakpastian dan setelah adanya

ketidakpastian.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan

di bahas pada laporan ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana membuat kelender perusahaan untuk satu tahun kedepan ?.

2. Bagaimana membuat rencana persediaan yang di kaitkan dengan perkiraan

permintaan produksi secara agregat dan perkiraan jumlah hari kerja?.

3. Bagaimana membuat perkiraan kebutuhan kapasitas jangka panjang (resource

plan)?.

4. Bagaimana membuat RCCP?.

5. Bagaimana membuat jadwal induk produksi?.

6. Bagaimana membuat jadwal kebutuhan bahan (material requirements plan)?.

7. Bagaimana membuat backward scheduling process.

8. Bagaimana membuat program produksi di lantai pabrik untuk 4 minggu ke

depan?.

9. Bagaimana Program produksi di lantai pabrik untuk 4 minggu ke depan

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat kita simpulkan tujuan dari

pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pembuatan kelender perusahaan untuk satu tahun kedepan.

2. Untuk mengetahui pembuatan rencana persediaan yang di kaitkan dengan

perkiraan permintaan produksi secara agregat dan perkiraan jumlah hari kerja.
3. Untuk mengetahui pembuatan kebutuhan kapasitas jangka panjang (resource

plan).

4. Untuk mengetahui pembuatan RCCP.

5. Untuk mengetahui pembuatan jadwal induk produksi.

6. Untuk mengetahui pembuatan jadwal kebutuhan bahan (Material Requirements

Plan).

7. Untuk mengetahui pembuatan backward scheduling process.

8. Untuk mengetahui pembuatan program produksi di lantai pabrik untuk 4

minggu ke depan.

9. Untuk mengetahui Program produksi di lantai pabrik untuk 4 minggu ke depan

1.4. Manfaat

Adapun manfaat pembuatan laporan ini adal sebagai berikut:


1. Bagi mahasiswa
2. Bagi Perusahaan
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Matswaya (2019), dengan judul penelitian “Analisis perencanaan kapasitas

produksi dengan metode rought cut capacity planning (RCCP) pada pembuatan

produk kasur busa pada PT Buana Spring Foam di Purwokerto)”. Perencanaan

kapasitas dilakukan dengan metode Rought Cup Capacity Planning (RCCP) yang

memiliki empat langkah yang harus dilakukan. Pertama, melakukan peramalan

dengan metode trend, metode pemulusan dengan musiman, metode moving

average, dan metode pemulusan. Kemudian menghitung perencanaan agregat

dengan metode tenaga kerja tetap dan metode transportasi atas dasar hasil

peramalan. Selanjutnya dilakukan proses disagregasi dengan metode cut & fit.

Kedua, menentukan waktu proses produksi. Ketiga, menghitung bill of capacity

dengan cara mencari standar hours pada setiap jenis produk. Keempat,

menghitung kebutuhan sumber daya spesifik dan membuat laporan RCCP.

Sedangkan untuk kapasitas tersedia didapat dari perhitungan rencana produksi.

Bedasarkan hasil perhitungan tersebut dibuat load profile yang menunjukan

bahwa hasil penelitian terhadap jadwal induk produksi layak digunakan untuk

proses produksi kasur busa.

Arief (2017), dengan judul penelitian “Analisis perencanaan persediaan

batubara fx dengan metode material requirement planning” Suatu perusahaan

sering kali mengalami kesulitan dalam pengendalian bahan baku, diantaranya

adalah persediaan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit. Untuk menghindari
masalah tersebut perlu dibuat suatu pemecahan masalah. Perencanaan kebutuhan

material dibuat agar dalam pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material menjadi

efisien dan efektif sehingga tidak terjadi masalah karena kekosongan material

pada saat dibutuhkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk merencanakan dan

mengendalikan bahan baku dan pemilihan supplier dengan metode Material

Requirement Planning (MRP). Perencanaan kebutuhan bahan (Material

Requirement Planning) adalah suatu metode untuk menentukan waktu dan

kuantitas bahan atau komponen yang diperlukan.

Rivanda (2019), dengan judul “Analisa perencanaan sistem produksi

dengan pendekatan manajemen produksi pada PD Putra Jaya” Permasalahan

umum yang sering timbul pada perusahaan ini yaitu seringnya terjadi kekurangan

jumlah stok bahan baku yang menyebabkan kerugian karena kehilangan

penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode perencanaan

produksi set jendela yang tepat untuk kasus perusahaan ini. Penelitian dimulai

dengan mengumpulkan data permintaan serta biaya-biaya yang timbul akibat

proses produksi dan dilanjutkan dengan analisis menggunakan metode peramalan,

perencenaan agregat, penjadwalan induk produksi (MPS), Rough Cut Capacity

Planning (RCCP), dan Material Requirement Planning (MRP).

Nabila (2019), dengan judul “perencanaan produksi pada industri konveksi

di PT Hoodieku djakarta konveksindo” Salah satu pelaku usaha industry konveksi

di kota Depok adalah PT. Hoodieku Djakarta Konvensindo. Masalah yang

dihadapi perusahaan adalah kurang baiknya perencanaan produksi yang dibuat

dan tidak dapat merencanakan mengenai kuantitas produksi yang optimal untuk
memproduksi barang-barang pada periode tertentu di masa yang akan datang.

Tujuan dari Penelitian ini untuk memperbaiki perencanaan produksi secara

optimal guna memenuhi permintaan dimasa yang akan datang. Metodologi:

pertama pengumpuan data dan informasi (data peramalan, biaya opersional, lead

time, lot size, BOM, sistem produksi), kedua pengolahan data forecasting,

agregat, MPS dan MRP, terakhir kebijakan perbaikan pada permintaan dan

rencana produksi perusahaan, dapat disimpulkan kebijakan perbaikan adalah

forecasting yang sesuai dengan karakter perusahaan adalah Weigh Moving

Average).

Jumali (2019), “Perencanaan kebutuhan kapasitas waktu produksi produk

spon alas tidur” Pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap produk akan

mempengaruhi perusahaan secara langsung, maka diperlukan perhitungan

pengendalian produksi lebih tepat dan cermat. Permasalahan global perusahaan

penghasil spon alas tidur saat ini adalah adanya selisih perhitungan antara

kebutuhan kapasitas waktu produksi dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki.

Sehingga dibutuhkan perencanaan antara kapasitas sumber daya dengan kapasitas

kebutuhan waktu produksi guna meningkatkan kinerja perusahaan dalam

aktifitasnya. Maka metode yang digunakan dalam artikel ini adalah metode Rough

Cut CapacityPlanning (RCCP).

Tabel 2.1. Resume Jurnal Penelitian


No Jurnal Judul Metode Variabel
1 Matswaya, Analisis 1. 1. metode trend, 1. 1. Data
(2019) perencanaan 2. 2. metode kualitatif dan
kapasitas pemulusan dengan 2. Data
produksi dengan musiman, kuantitatif
metode rought cut3. 3. metode moving
capacity planning average, dan
(RCCP) pada 4. 4. metode
pembuatan pemulusan
produk kasur busa
pada PT Buana
Spring Foam di
Purwokerto
2 Arief, (2017) Analisis Material 1. Data teoritis.
perencanaan Requirement 2. Data variabel
persediaan Planning (MRP)
batubara fx
dengan metode
material
requirement
planning
3 Rivanda, Analisa 1.
(2019) perencanaan
sistem produksi
dengan
pendekatan
manajemen
produksi pada PD
Putra Jaya
4 Nabila, (2019) Perencanaan 1. Pengumpuan 4. Permintaan
produksi pada data dan Hoodie
industri konveksi informasi (data
di PT Hoodieku peramalan,
djakarta biaya
konveksindo opersional, lead
time, lot size,
BOM, sistem
produksi).
2. Pengolahan
data
forecasting,
agregat, MPS
dan MRP.
3. Kebijakan
perbaikan pada
permintaan dan
rencana
produksi
perusahaan.
5 Jumali, (2019) Perencanaan Rough Cut 1. Teknik sampel
kebutuhan CapacityPlanning jenuh
kapasitas waktu (RCCP)
produksi produk
spon alas tidur
Sumber: Penyusun, 2019.

2.2. Perencanaan Produksi

2.2.1. Proses Konversi

Suatu Produk dihasilkan melalui serangkaian proses konversi sumberdaya

produksi ke dalam untuk sesuatu yang berwujud (Tangible). Proses konversi dapat

berupa kegiatan sederhana ataupun serangkaian kegiatan dengan tahapan yang

panjang yang cukup komplek. Karna produk yang dihasilkan harus memiliki nilai

manfaat yang tinggi maka proses konversi dengan segala elemen pendukungya

harus terencana dengan baik. Pengertian proses konversi terencana dengan baik

ialah semua input yaitu sumberdaya produksi tersedia pada waktu yang tepat,

mutu yang tepat dan proses konversi juga harus dapat dilaksanakan secara efesien

(Sukaria Sinulingga, 2017).

Sumberdaya Proses Konversi Produk

Gambar 2.1. Proses Konversi Sumberdaya Menjadi Produk


Sumber: Sukaria Sinulingga (2017)

Proses konversi dengan semua kegiatan produknya termasuk pemeriksaan

mutu disebut produksi (production) dan keluaran yang dihasilkan disebut dengan

(product).

Produksi dapat didefenisikan sebagai kegiatan (acts) yang dilakukan

secara terencana (intentional) untuk menghasilkan sesuatu (products) yang


berguna (Riggs, J.L, 1976). Pengertian secara umum tentang produk yang berguna

(useful products) sangat ditentukan oleh pengguna (users) dari produk tersebut

yaitu kelompok masyarakat yang dijadikan sebagai taerger dari produk. Jadi,

useful products dapat diartikan sebagai marketable produk (Produk-produk) dan

lain-lain yang semuanya memiliki manfaat bagi manusia (Beneficial purpose for

mankind) baik secara langsung maupun tidak langsung (Sukaria Sinulingga,

2017).

Sumberdaya yang dibutuhkan dalam proses konversi sangat beragam,

tetapi dapat dikelompokkan kedalam elemen-elemen yaitu elemen bahan, elemen

mensin/peralatan, elemen bangunan, elemen utilitas, elemen energi dan elemen

lainnya yang semuanya disebut input. Produk-produk yaitu output yang

diinginkan (intended output) dan output yang tidak diinginkan (witended output).

Output yang tidak diinginkan sering disebut waste (Limbah). Karna input adalah

barang-barang ekonomi yang ketersediaannya sangat terbatas maka proses

konversi perlu dilaksanakan secara efesien sehingga setiap unit yang digunakan

dapat memeberikan jumlah intended output yang maksimum (Sukaria Sinulingga,

2017).

Dalam praktek, proses konversi dengan e\fesiensi uang tinggi sering

sangat sulit diwujudkan. Seperti telah dijelaskan dalam Bab I, tidak sedikit faktor

ketidakpastian (uncertaity factors) yang menghadang dan membuat proses

konversi tidak terkendali. Berbagai faktor ketidakpastian yang dimaksud antara

lain ketidakakurattan data (inaccuracy of data), kerusakan mesin tiba-tiba,

kekurangan persediaan bahan baku ataupun part / komponen produk dan berbagai
kesalahan / kekeliruan pada perencanaan produk. Untuk meminimumkan

pengaruh negatif dari faktor ketidakpastian tersebut maka proses konversi dan

semua elemen pendukungnya harus direncanakan dengan baik. Perencanaan yang

baik akan memberikan proses konversi lebih terkendali sehingga output yang

diinginkan dapat dihasilkan secara efesien tepat waktu, tepat mutu dan tepat

jumlah (Sukaria Sinulingga, 2017).

Sumberdaya Ouput yang diinginkan


Proses Konversi

 Bahan
 Tenaga buruh
 Mesin-mesin
Output yang di
 Energi inginkan
 Lain Lain Umpan balik

Lain-lain Gambar 2.2. Proses Konversi Dengan Umpan Balik


Sumber: Sukaria Sinulingga, 2017

Inti dai perencanaan dan pengendalian proses konvesi mencakup tiga

aspek yaitu perencanaan dan pengendalian aliran informasi (flow of informatiaon),

Alira bahan (flow ofmaterials) dan aliran biaya (flow of costs) (Plosssl

1994).Informasi dibutuhkan mulai dari tahap awal yaiu informasi pasar hingga

informasi tentang jadwal pengiriman peroduk kepada pelanggan. Informasi harus

dikumpulkan secara cermat agar dapat tersedia tepat waktu pada tingkat akurasi

yang tinggi (Sukaria Sinulingga, 2017).

Perencanaan dan pengendalian aliran bahan mencakp penentuan bahan apa

dibutuhkan, dimana dibutuhkan, kapaan dibutuhkan dan berapa banyak

dibuhkan.kelancarn aliran bahan sangat menentukan keberhasilan pengiriman


produk kepada pelanggan tepat waktu. Perencanaan dan pengendalian aliran biaya

harus menjamin agar biaya-biaya yang dibutuhkan tersedia tepat waktu dan

besarannya dapat ditelusuri untuk mengetahui kewajarannya (Sukaria Sinulingga,

2017).

Pengendalian proses konversi yang baik dicirikan oleh proses unpan balik

yang berjalan lancar dan setiap penyimpanan yang terindikasi oleh proses unpan

balik yang terkoreksi seara lancar pula. Namun demikian, suatu hal yang perlu

dipahami ialah bahwa seberapa baik dan lancarpun kegiatan pengendalian proses

dapat dilakukan, kegiatan tersebut tetap berwujud pemborosan karena proses

pengendalian tidak akan pernah menigkatkan nilai tambah dari kegiatan yang

dikendalikan sehingga harus selalu meminimumkan. Perencanaan yang baik

dicirikan oleh kegiatan pengendalian yang minimum (Sukaria Sinulingga, 2017).

2.2.2. Fungsi Perencanaan Produksi

Untuk memudahkan pemahaman tentng fungsi perencanaan produksi

maka perlu terlebih dahulu dijelaskan definisi atau pengendalian perencanaan dan

pengendalian produksi (Sukaria Sinulingga, 2017).

2.2.2.1. Defenisi

The American production and infentory control society (APICS)

mendefenisikan perencanaan produksi dan pengendalian produksi sebagai berikut:

Perencanaan produksi ialah suatu kegiatan yang berkenan dengan

penentuan apa yang harus diproduksi dan sumberdaya yang dibutuhkan untuk

mendapatkan produk yang telah ditetapkan (Sukaria Sinulingga, 2017).


Pengendalian produksi ialah fungsi yang mengarahkan atau mengatur

pergerakan material (bahan, part / komponen / subbassembly dan produk) melalui

seluruh situs manufac-turing mulai dari permintaan bahan baku sampai pada

pengiriman produk akhir kepada pelanggan (Sukaria Sinulingga, 2017).

Ada tiga sasaran pokok yang sekaligus menjadi barometer keberhasilan

perencanaan dan pengendalian produksi yaitu:

a. Tercapaianya kepuasan pelanggan yang diukur dari terpenuhinya semua order

terhadap produk tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu.

b. Tercapaianya tingkat utilisasi sumberdaya produksi dan maksimum melalui

minimisasi waktu dan setup, kegiatan tranfortasi, waktu menunggu dan waktu

kegiatan pengerjaan ulang (Rework).

c. Terhindarnya cara pengadaan yang bersifat rush oerder dan persediaan yang

berlebihan (over stocking).

2.2.2.2. Fungsi Perencanaan Dan Pengendalian Produksi

Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi (production planing and

control) yang disingkat sebagai pengendalian produksi control (production

control) mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan

produksi, perencanaan pesediaan, perencanaan persediaan, perencanaan kualitas,

otoritasi produksi dan pengadaan, pengendalian bahan dan penyimpanan bahan.

(wordmant, J.C.at AL,1999) (Sukaria Sinulingga, 2017).


a. Perencanaan Produksi Meliputi:

1) Mempersiapkan rencana produksi mulai dari tingkat agregat untuk separuh

pabrik yang meliputi praliraan permintaan pasar, dan proyeksi penjualan.

2) Pembuatan jadwal penyelesaian setiap produk

3) Merencanakan produksi dan pengadaan komponen yang dibutuhkan dari luar

(bought-out items) dan bahan baku

4) Menjadwalkan proses operasi setiap order pada stasiun kerja terkait

5) Menyampaiakan jadwal penyelesaian setiap order kepada para pemesan.

b. Perencanaan Persedian Meliputi:

1) Mempersiapkan rencana persediaan bahan pada tingkat agregat yang meliputi

bahan baku, work-in-progres dan produk akhir

2) Merencanakan persediaan untuk masing-masing bahan / intem / komponen

dengan memperhatikan faktor skala ekonomis, waktu ancang-ancang

pengadaan (procurement let thim), ketidakpastian dari permintaan dan tingkat

pelayanan kepada pelanggan.

c. Perencanaan Kapasitas Meliputi:

1) Menyusun rencana kapasitas jangka panjang, menengah dan pendek untuk

mendapatkan rencana jadwal produksi termasuk rencana jadwal kebutuhan

fasilitas produksi.

d. Otoritasi Produksi dan Pengadaan Meliputi:

1) Otoritasi produksi melalui pengeluaran perintah kerja


2) Otoritasi pengadaan bahan-bahan yanh dibutuhkan dari luar pabrik.

e. Pengendalian Produksi Meliputi:


1) Memantau, mencatat dan membuat laporan secara teus menerus tentang

kemajuan dalam pengerjaan order-order pelanggan, tingkat persediaan dan

kapasitas produksi

2) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang direncanakan meliputi

ketepatan waktu pengiriman utilitasi stasiun kerja, tingkat persediaan dan lain-

lain

3) Mengoreksi penyimpangan terhadap renana, memecahkan masalah yang

dihadapi.

f. Penyimpanan dan Pemindahan Bahan Meliputi

1) Menerima bahan dari vendor, menguji kesesuaian (spesifikas, jumlah, harga)

dengan order yang disampaikan

2) Meletakkan bahan yang diterima dalam store room

3) Memelihara (updating) catatan persediaan (stock recordrs)

4) Mengeluarkan bahan dari store roomdanlantai pabrik atau pengguna lainnya

5) Pengiriman produk akhir kepada pelanggan

6) Mengendalikan aliran bahan dilantai pabrik

Dari uraian diatas terlihat bahwa peranan dari fungsi perencanaan dan

pengendalian produksi dalam perusahaan yang berbasis manufacturing merupakan

sentral kegiatan karena menjadi penghubung antara fungsi marketing dan fungsi

manufacturing. Dalam uraian berikut akan dijelaskan lebih rinci hubungan antara

fungsi-fungsi dalam perusahaan manufacturing untuk memberikan pemahaman

yang lebih mendalam tentang peran dan kedudukan fungsi perencanaan dan

pengendalian produksi sebagai fungsi sentral (Kanworthy, J., (1997).


Dalam literator asing, istilah productoin planing and control (PPC) sering

disingkat menjadi production control tanpa maksud menghilangkan kegiatan

planning. Sehubungan dengan itu untuk selanjutnya istilah perencanaan dan

pengendalian produksi ditulis pengendalian produksi untuk mempersingkat istilah

tetapi maksudnya ialah perencanaan dan pengendalian produksi (Sukaria

Sinulingga, 2017).

2.2.3. Sistem Pengendalian Produksi

Produksi dalam pengertian sederhana adalah keseluruhan proses operasi

yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Produk yang dihasilkan

sebagai outputdari proses atau jasa. Produk yang dihasilkan sebagai outputdari

proses dapat berupa produk akhir (finished products) yang sering juga disebut

produk jadi, produk setengah jadi (work-in-process) atau bahan baku

(rawmaterials) yang semuanya bersifat tangible(berwujud fisik). Jasa (services)

adalah output yang bersifat intangible (berwujud non fisik). Perbedaan yang

paling mendasar antara kedua tipe output tersebut ialah pada produk fisik, waktu

untuk proses pembuatan dan pengiriman (delivery) kepada pelanggan bersifat

terppisah atau dapat dipisahkan sedangkan pada jasa waktu proses dan pengiriman

deliverykepada pelanggan adalah simultan (Sukaria Sinulingga, 2017).

Meubel misalnya adalah suatu produk berwujud fisik yang proses

pembuatan dan pengirimannya terpisah. Produk tersebut dibuat dipabrik dan

setelah selesai maka dikirimkan kepeda pelanggan yang memesannya. Karna

proses produksi dan pengiriman produk terpisah maka tersedia waktu untuk

pengendalian mutu produk sebelum pengiriman dilakukan. Sebaiknya, jasa dokter


yang sedang memeriksa seorang pasien, proses pemeriksaan berjalan secara

simultan dengan penyampaian jasa tersebut kepada pasien. Tidak ada waktu

khusus yang tersedia bagi dokter untuk mengendalikan kualitas pemeriksaan

terlebih dahulu. Karna pada produk non fisik waktu proses dan pengiriman jasa

kepada pelanggan bersifat simultan maka masalah pengendalian mutu menjadi

sangat kritikal. Jika dokter melakukan keliruan maka pasien secara langsung

menerima dampak negatif dari keliruan tersebut (Sukaria Sinulingga, 2017).

Berdasarkan motifnya, kegiatan produksi dapat dibedakan atas tiga

kelompok yaitu motif produksi (production motive), motif laba (profit motive) dan

motif pelanggan (customer motive). Motif produksi ialah suatu keadaan dimana

kegiatan produksi dimotivasi terutama karena ketersediaan sumberdaya produksi

baik berupa bahan baku maupun tenaga terampil dan kapital. Misalnya, jika

seorang memiliki atau menguasai sumber bahan baku dia akan berupaya

melakukan aktivitas ekonomi terhadap sumber daya tersebut misalnya pengolah

atau penjualnya untuk mendapatkan penghasilan. Pada umumnya, kegiatan

ekonomi yang demikian dilakukan hanya sebatas ketersediaan sumber daya

tersebut dan pasar masih menginginkan. Jika bahan sudah habis atau pasar tidak

membutuhkan lagi maka kegiatan ekonomipun berhenti. Upaya untuk mengganti

sumber bahan atau beralih kegiatan ekonomi sangat jarang dilakukan (Sukaria

Sinulingga, 2017).

Kegiatan produksi dengan motif laba sedikit lebih maju dari motif

produksi. Kegiatan produksi dengan motif laba lebih ditentukan oleh adanya

kesempatan untuk memperoleh laba dan kegiatan produksi dipandang sebagai


batas jasa atau resiko atas kapital yang digunakan untuk melakukan kegiatan

produksi. Besarnya ekspektasi laba menjadi dasar penentuan besarnya aktifitas

produksi. Kapital yang digunakan tidak selalu harus dimiliki sendiri tetapi dapat

berupa milik pihak lain. Bila peluang laba tidak atau belum terlihat maka upaya

untuk melakukan kegiatan produksi sangat lemah (Sukaria Sinulingga, 2017).

Masalah yang terkait dengan kedua pandangan diatas adalah faktor laba

dianggap akan selalu terjamin (takenforgrented) tingkat persaingan dalam

kegiatan ekonomi masih cukup rendah pendekatan-pendekatan diatas mungkin

masi berjalan. Tetapi dalam sistem ekonomi modren terlebih dalam era globalisasi

yang sekarang berjalan semakin cepat yang ditandai dari suasana persaingan yang

makin tajam, kedua pendekatan diatas jelas telah usang. Persaingan antara pelaku

bisnis mau tak mau harus semakin mengarah kepada pemenangan konsumen

(consumers’favour competition). Yang akan memenangkan persaingan (Sukaria

Sinulingga, 2017).

Customer motive productionditandai dari penetapan tujuan utama

produksi yaitu memeberikan kepuasan kepada pelanggan (customer’satisfaction).

Tigapilar mendukung terciptanya tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi ialah:

1) Ketepan waktu pengiriman produk kepada pelanggan (timeniles of delivery)

2) Kesesuaian mutu produk dengan multi yang diharapkan pelanggan (acceptable

products quality)

3) Harga jual produk yang bersaing (reasonable products’prices)

Para pelanggan yang dapat dipuaskan pada umumnya akan meningkatkan

permintaan terhadap produk-produk ataupun jasa yang dihasilkan. Hal ini terjadi
karena pelanggan yang puas secara tidak langsung sering berperan sebagai

informal agen off promotionbagi produk yang memuaskan mereka. Apabila dalam

suasana permintaan yang meningkat, kegiatan produksi dilakukan secara efesien

pada produktivitas yang tinggi maka laba yang wajar akan diperoleh (Sukaria

Sinulingga, 2017).

Terlihat dengan jelas bahwa kegiatan produksi dengan motif konsumen

meningkatkan perolehan laba sepenuhnya berdasarkan kinerja atau prestasi kerja

yang tinggi ntuk memberikan kepuasan kepada pelanggan. Hal ini

mengindikasikan bahwa keterlibatan konsumen dalam perencanaan produksi dan

keterindiksi setelah sistem perubahan keharusan (Sukaria Sinulingga, 2017).

Seperti ditunjuk gambar 2.3 dalam sistem produksi, aktivis berawal dari

pemahaman terhadap kegiatan dan harapan pelanggan berdasarkan temuan-

temuan dari kegiatan pemasaran termasuk permintaan langsung dari para

pelanggan terhadap produk-produk tertentu. Data dan informasi tentang keinginan

pelanggan dan kemudian menterjemahkan dalam bentuk rancangan produk atau

jasa (product / service / design) untuk mengetahui part, komponen dan sub-

assembly apa yang dibutuhkan termasuk dimensi (ukuran dan spesifikasi dan jenis

bahan), bentuk dan sub dimensi masing-masing intem yang dibutuhkan untuk

setiap menit produk yang diinginkan. Berdasarkan hasil rancangan ini, ditentukan

proses pembuatannya(manufakturing proces and operation) dilantai pabrik yang

meliputi tahapan proses, etimasi waktu sedup (setup time), watu operasi (renung

time) dan waktu pindah antara proses(move time) dan lain lain (Sukaria

Sinulingga, 2017).
Data dan informasi yang telah tersedia kemudian disampaikan pada bagian

cost accuinting untuk menilai kelayakan pembiayaan dan penerimaan. Bila dinilai

layak maka diteruskan kpada pimpinan untuk diserahkan. Setelah mendapatkan

pengesahan kemudian diusun rencana dan program pengolahan dilantai pabrik

yang meliputi jadwal tanetif proses operasi, jadwal dan jumlah kebutuhan bahan

baku(raw material) dan bahan tambahan dari luar (bought-out items) dan jadwal

operasi dan kapasitas fasilitas produksi yang akan digunakan dan lain-

lain.berdasarkan jadwal-jadwal tersebut, rencana pengadaan bahan, kapasitas

stasiun kerja, tenaga operator tersusun dan kemudian diimplementasikan (Sukaria

Sinulingga, 2017).
Konsumen Konsumen Perancangan Perancangan
Produk Proses

Perencanaan/
Penjualan & Pengendalian Penyimpanan
Pengiriman produksi Bahan

Penyimpanan Proses Pembelian/


Produk Manufacturing pengadaan
Lantai Pabro Bahan

Vedor
Pengendalian Bahan
Mutu

Peneriman
Bahan
Akutansi Biaya /
Keuangan
Keterangan Aliran Informasi
Aliran Bahan (Produk dan bahan Baku)
Aliran Uang

Gambar 2.3. Sistem Produksi


Sumber Sukaria Sinulingga, (2017)
Monitoring dan pengendalian operasi di lantai pabrik dilakukan secara

rutin untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan termasuk penyimpangan mutu

(spesifikasi) dari setiap item yang dikerjakan. Apabila penyimpangan tidak dapat

terhindarkan maka tindakan perbaikan yang meliputi penjadwalan ulang sisa

operasi di lantai pabrik segera dilakukan, pengadaan tambahan bahan bila

diperlukan dan sebagainya. Beberapa sumber dari penyimpangan yang umum

terjadi ialah kesalahan dalam pembuatan rancangan part dan komponen, dalam

penentuan waktu setup, ketidaksesuaian mutu dan bahan, kerusakan pada fasilitas

produksi dan lain-lain(Sukaria Sinulingga, 2017).

Produk yang telah selesi diangkut kegudang penyimpsnsn untuk dikemas,

didokumentasikan dan disimpan pada lokasi yang telah ditetapkan dalam store

room. Dalam store room, setiap produk memiliki stork record. Produk tersebut

dikirimkan kepada para pelanggan sesuai dengan jadwal pengiriman yang

disepakati. Pada setiap proses transaksi di store room, stork record di update. Up

dating stock record sangat mempengaruhi mutu dari rencana produksi yang

disusun karena stock recordmerupakan salah satu sumber data utama dalam

penyusunan rencana produksi. Oleh karena itu, diera persaingan bebas,

updatingdari stock record dilakukan secara real time (Sukaria Sinulingga, 2017).

2.2.4. Organ Kelengkapan Perusahaan Manufakturing

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan, operasi dan pemeliharaan

seperti dijelaskan di atas, perusahaan manufakturing sebagaimana juga halnya

dengan perusahaan non-manufakturing, harus memiliki organ pelakasana.

Misaknya, fungsi-fungsi keuangan, personalia, pembelian, dan


pemasaran(marketing) yang merupakan fungsi-fungsi spesifik yang masing-maing

dilakukan oleh bagian keuangan, bagian personalia, bagian pembelian dan

seterusnya. Karena kegiatan produksi adalah sebuah jaringan (network) yang

operasi paling hilir (pengiriman produk kepada pelanggan) makahubungan fungsi-

onal dari seluruh organ yang ada harus jelas, bersinergi dan tumpang tindih

(Sukaria Sinulingga, 2017).

Beberapa organ yang tipikal pada perusahaan manufakturing ialah unit

rancangan produk ( design & engineering), unit penentuan dan penyusunan proses

dan tata urutan operasi(production engineering), unit penentuan jenis bahan yang

dibutuhkan (quality engineering), unit perencanaan program dan pengendalian

produksi di lantai pabrik (production planning and control disingkat production

control) dan unit pengolahan (manufacturing) hubungan sinergis antara organ-

organ tersebut dapat digambarkan seperti terlihat dalam gambar 2.4 (Sukaria

Sinulingga, 2017).

Cakupan fungsi dari masing-masing organ sangat tergantung kepada

ukuran perusahaan manufakture dan tingkat kopleksitas kegiatan. Pada persahaan

yang besar, fungsi peracangan, pengujian bahan dan pengujian proses mungkin

harus dilakukan oleh bagian yang terpisah, masing-masing adalah design

enginering,kuality engineringdan production engginering. Tetapi pada perusahaan

sangat kecil dan menengah, ketiga fungsi tersebut dapat disatukan dalam satu

bagian yang diberi nama Bagian Design & Enginering (Sukaria Sinulingga,

2017).
M Marketing Design And Quality Production
A
Engineering Engineering Engineering
R
K
E
T

&
Sales And Warehousing Manufacturin Productiion
C Shipping g Control
O
S
T
U
M
E Accounting Vendors Purchasing Store Room
R And Finance
S

Keterangan Aliran Informasi


Aliran Bahan (Produk dan bahan Baku)
Aliran Uang

Gambar 2.4. Hubungan Fungsi-Fungsi Pada Perusahaan Industri Manufaktur


Sumber: Sukaria Sinulingga, (2017).

Fungsi perencanaan dan pengendalian produksi jarang digabung dengan

fungsi-fungsi lain karena ruang lingkupnya demikian besar. Fngsi ini

dilaksanakan oleh Bagian Production Control. Ruang lingkup tugas dan kegiatan

pengendalian produksi secara garis besar adalah ditunjukan dalam gambar 2.5.

Ada dua fungsi utama yang terkait yaitu manufacturing function dan production

functiondisertai dengan dua unsur penunjang yaitu design enginering dan

distribusi para pelanggan (Sukaria Sinulingga, 2017).

Disamping itu, Quality Control merupakan suatu bagian suatu bagian yang

secara tradisional dalam organisasi berdiri sendiri dengan tugas melakukan

perencanaan dan pengendalian mutu baik di lantai pabrik maupun di lokasi

penerimaan bahan. Dalam sistem produksi modern, fungsi quality control dilebur

ke dalam setiap unit pelaksana kegiatan, dalam arti setiap pelaksanaan kegiatan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pengendalian mutu pada setiap unit lebih

menjamin terciptanya pekerjaan bermutu daripada dilakukan oleh suatu unit

tersendiri. Misalnya, operator yang sedang mengerjakan suatu benda kerja pada

sebuah mesin bubut lebih tahu mutu output yang dihasilkannya (Sukaria

Sinulingga, 2017).

Market & Deman And Production Purchasing


Costumers order Entry Engineering

Demand Long Range Medium Range Short Range


Capacity Capacity Planing Capacity Planing
forecasting Planing

Production
Control Iventory Control Shop Scheduling,
Manufacturing monitoring and Control

Manufacturin
g Function Testing Assembling Machinng

Costumers Shipping Warehouse Storage Receiving

Gambar-2.5:Hubungan Antara Production Control function dan Manufacturing


function dalam sistem Manufacturing.
Sumber: Bedworth, DD, (1987)

2.2.5. Lingkungan Manufakturing

Berikut ini diberikan uraian yang lebih detail yang meliputi klasifikasi

operasi dan posisi produksi (production position) (Sukaria Sinulingga, 2017).


2.2.5.1. Klasifikasi Operasi Manufakturing

Tipe proses atau operasi manufacturing secara umum dapat diklasifikasi

dan diidentifikasi sebagai proyek, job, batch, repetitive dan operasi kontinu.

Nicholas, J.M., (1998) menggambarkan kedudukan relative proyek, job, repetitive

dan kontinu dalam hubungannya dengan kebutuhan sumberdaya per unit dan

volume produksi dalam diagram seperti ditunjukkan dalam gambar 2.6. Pemilihan

terhadap proses/ operasi yang sesuai untuk digunakan tergantung kepada jumlah

produk akhir atau part/ komponen yang akan diproduksi dan semberdaya yang

dibutuhkan untuk menghasilkan produk tersebut (Sukaria Sinulingga, 2017).

Operasi manufacturing disebut proyek apabila pekerjaan yang dilakukan

bersifat unik, relative berskala besar yang ditujukan untuk pembuatan satu atau

beberapa produk akhir yang harus diselesaikan dalam waktu yang ditentukan.

Masing-masing produk akhir yang diproduksi dikerjakan secara khusus untuk

memenuhi permintaan tertentu. Berbagai tipe produk yang secara umum

dikerjakan sebagai proyek ialah bangunan, dam. Jalan raya, kapal laut, pesawat

udara dan lain-lain yang pada umumnya berbiaya tinggi dan memakan waktu

relative lama . Pekerjaan yang dilakukan sangat beragam dan sering berupa

kegiatan multifungsi. Order pelanggan pada dasarnya bersifat kontraktual dimana

penyerahan produk merupakan akhir dari proyek (Sukaria Sinulingga, 2017).


Tinggi

Volume Produksi Kontini

Repetitif

Job
Proyek

Rendah

Rendah Medium Tinggi

Sumberdaya Per Unit

Gambar 2.6 Posisi Relatif Operasi Manufacturing Proyek, Job, Repetitif dan
Kontinu
Sumber: Sukaria Sinulingga, (2017).

Berbeda dengan proyek, operasi manufacturing disebut job apabila

manufacturing disebut job apabila order membutuhkan kegiatan berskala kecil

dengan output yang terdiri dari satu atau beberapa item yang identik , bersifat

custom-made (dibuat untuk memenuhi keinginan khusus pemesan). Beberapa

contoh dari job ialah operasi manufacturing untuk pembuatan barang-barang cor

khusus (special-purpose casting), operasi pemesinan khusus (specific operation

machining) dan lain-lain. Job dapat dikatakan sebagai sebuah proyek kecil dimana

pekerjaan dilakukan dalam sebuah pabrik berskala kecil yang disebut job

shopoleh para profesional atau orang-orang berjiwa dagang yang memiliki

keterampilan (Sukaria Sinulingga, 2017).

Apabila job mencakup pembuatan sejumlah produk akhir yang identik,

produk-produk itu akan diproduksi secara batch. Berproduksi secara batch


dilaukukan dengan mengelompokkan produk-produk yang sejenis atau memiliki

kesamaan tertentu dan order terhadap produk tersebut kemudian dibagi kedalam

beberapa batch . Proses operasi dilakukan batch per batch dan setiap batch yang

selesai langsung dikirim kepada pemesan. Terdapat kecenderungan bahwa setiap

batch adalah produk-produk standar agar proses manufacturing dari satu batch ke

batch yang lain membutuhkan waktu sutup yang minimum, dan pengadaan bahan

yang memungkinkan pemotongan harga akibat pembelian dalam skalar besar

(Sukaria Sinulingga, 2017).

Operasi manufacturing yang bersifat repetitif ataupun continu di tandai

dari operasi produksi yang identik dalam volume besar. Karena volume nya besar

maka operasi dilakukan berulang-ulang sampai seluruh order selesai dikerjakan.

Operasi manufacturing yang repetitif dan continu sering juga disebut flow shops

karena material bergerak secara mulus dengan hanya sedikit atau tidak ada

interupsi .produk-produk yang sering dibuat secara repetitif adalah produk-produk

yang bersifat diskrit misalnya mobil, computer, televisi dan lain-lain. Peralatan

yang digunakan dalam operasi manufacturing yang repetitif dirancang dengan

maksud tunggal untuk menghasilkan efesiensi yang tinggi. Para operator dilatih

dalam keterampilan yang sempit untuk melakukan pekerjaan yang tidak terlalu

bervariasi (Sukaria Sinulingga, 2017).

Produk yang dihasilkan dalam operasi manufacturing continu mengalir

melalui tahapan proses tanpa interupsi antar proses. Produk-produk yang tepikal

untuk operasi manufacturing yang continu ialah produk-produk berbentuk fluida

seperti minyak bumi dalam proses penyulingan, berbentuk butiran (bulk)seperti


pupuk urea, batu bara, berbentuk bubur seperti pulp dan lain-lain. Operasi

manufacturing cara hibrida juga tidak jarang ditemukan misalnya produksi secara

batch melalui proses operasi repetitif atau continu. Pada awal operasi dilakukan

operasi secara batch dan kemudian pada tahap berikutnya proses dimodifikasi

untuk memproduksi batch untuk produk yang berbeda (Sukaria Sinulingga, 2017).

2.2.5.2 Klasifikasi Posisi Produk

Pada dasarnya, perencanaan dan pengendalian produksi membedakan

empat tipe posisi produk dalam lingkungan manufacturing yang masing-masing

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap proses perencanaan dan

pengendalian. Ke empat tipe yang dimaksud adalah:

a. Engineering To Order (ETO)

Pelanggan menyediakan atau menetapkan spesifikasi dari produk yang

diinginkannya dan berdasarkan spesifikasi tersebut perusahaan membuat desain,

menyediakan bahan, membuat part/komponen,megambarrakit,menguji kinerja

produk dan kemudian mngirimkan produk kepada pelanggan. Kegiatan produksi

dilakukan apabila pelanggan telah datang mengaju kan order. Berdasarkan

spesifikasi dibawa oleh pelanggan maka bills of materials, gambar-gambar teknik

(engineering drawings)dan perintah kerja (job orders) dipersiapkan perusahaan

secara terpisah untuk setiap order (Sukaria Sinulingga, 2017).

Isi-isi kunci pengendalian produksi dalam lingkungan operasi ini ialah

mengenai estimasi waktu ancang-ancang untuk penentuan jadwal pengiriman

kepada masing-masing pe-langgan. Karena engineering adalah bagian dari


setupmaka pengendalian produksi harus mencakup engineering. Disamping itu

,karena sifatnya memenuhi order satu persatu maka peramalan permintaan jangka

pendek tidak diperlukan tetapi peramalan jangka panjang masih relevan untuk

penyedian kapasitas (Sukaria Sinulingga, 2017).

b. Make To Order (MTO)

Pelanggan menyediakan atau menetapkan spesifikasi dan desain peoduk.

Berdasarkan spesifikasi desain tersebut perusahaan menyediakan bahan-bahan,

melakukan pembuatan part dan komponen, merakit dan mengirimkan produk

tersebut kepada pelanggan. Sama seperti engeneering to order kegiatan produksi

pada make to order dilakukan apabila pelanggan telah mengajukan permintaan.

Karena engeneering desain disediakan oleh pelanggan maka perencanaan maka

perencanaan dna pengendalian produksi tidak mencakup aspek dan kegiatan

engeneering (Sukaria Sinulingga, 2017).

Tipe make-to-order banyak dijumpai pada perusahaan industri

mesin-mesin dimana original equipmentmanufacturer sering mensubkontrakkan

pembuatan sebagian komponen mesin yang diproduksinya. Perusahaan yang

menerima oorder melalui subkontrak ini disebut beroperasi berdasarkan tipe

make-too-order (Sukaria Sinulingga, 2017).

c. Assembly To Order (ATO)

Perusahan menyediakan sejumlah model dasar dari produk tetapi

dilengkapi dengan berbagai alternative dan variasi yang diperkirakan akan

memperkaya pilihan bagipelanggan. Pelanggan melakukan pemilihan terhadap

model yang tersedia, variasi dan tipe produk yang diinginkannya dari alternatif
yang ada. Kegiatan produksi dilakukan untuk membuat komponen-komponen

standar dengan dengan semua variasinya dan perakitan produk akhir dilakukan

setelah pelanggan mengajukan permintaan (Sukaria Sinulingga, 2017).

Rencana produksi disusun berdasarkan peramalan permintaan terhadap

dasar, pilihan-pilihan dan variasi produk. Aspek kritis dalam pengendalian

produksi ini ialah peramalan permintaan untuk pilihan-pilihan dan variasinya.

Karena kata peramalan adalah identik dengan perkiraan yang mengandung makna

ketidakpastian maka bagaimanapun faktor akurasi peramalan selalu menjadi salah

satu faktor kritis yang perlu mendapat perhatian serius dari manajemen setiap kali

kebijakan operasi assembly to order diimplementasikan (Sukaria Sinulingga,

2017).

d. Make To Stock (MTS)

Pelanggan tidak mempunyai kesempatan untuk memilih sesuai dengan

seleranya tetapi membeli langsung produk yang sudah jadi dari persediaan.

Kegiatan produksi dilakukan untuk mengisi persedian yang jumlahnya dinyatakan

dalam jadwal induk produksi (master production schedule). Jadwal ini induk

produksi disusun berdasarkan peramalan terhadap potensi permintaan pelanggan

untuk setiap produk akhir. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan khusus

nya akibat fluktuasi permintaan yang sering diluar batas antisipasi normal maka

persediaan pengaman (safety stoks) yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan

pertimbangan tingginya fluktuasi jumlah permintaan. Isu utama dalam tipe make-

to-order ialah peramalan dan permintaan safety stock (Sukaria Sinulingga, 2017).
Ke empat tipe posisi produk dalam lingkungan manufacturing diatas

menunjukkan bahwa dalam dua tipe lingkungan yang pertama, para pelanggan

terlibat secara tidak langsung dalam proses perencanaan karena mereka

menyediakan sendiri spesifikasi atau desain produk yang akan dibuat dilantai

pabrik. Dengan demikian, kegiatan produksi hanya dilakukan setelah pelanggan

mengajukan order kepada perusahaan (Sukaria Sinulingga, 2017).

Pada tipe lingkungan yang ke tiga yaitu assembly to order, pelanggan

diberi kesempatan untuk memilih secara terbatas terhadap model dan variasi yang

sudah disediakan. Juga telah dijelaskan bahwa perusahaan melakukan peramalan

tentang potensi permintaan terhadap setiap model dan variasi. Berdasarkan hasil

peramalan, kegiatan produksi dilakukan untuk membentuk persediaan. Order

pelanggan dipenuhi dengan merakit part dan komponen-komponen yang dari

persediaan sesuai demgan konfigurasi yamg diinginkan pelanggan (Sukaria

Sinulingga, 2017).

Pada tipe lingkungan keempat, pelanggan tidak dapat memilih alternatif

tetapi memesan secara langsung produk yang sudah jadi. Perusahaan meramalkan

potensi permintaan pelanggan dan kemudian memproduksi untuk disimpan dalam

persedian. Kebebasan pelanggan hanya dalam penentuan besar order dan jadwal

pengiriman. Order pelanggan dipenuhi secara langsung dari persediaan (Sukaria

Sinulingga, 2017).

Keempat tipe lingkungan produksi tersebut dapat digambarkan seperti

terlihat dalam gambar 2.7. dari gambar -2.7 terlihat bahwa produksi dalam

lingkungan engineering to order mempunyai waktu ancang-ancang yang paling


panjang karena kegiatannya meliputi semua elemen dalam perancanaan produksi

(Sukaria Sinulingga, 2017).

Engineering to Order

Make to Order

Assebly To Order

Make to Stok
Desing and
Engineering Manufacturing Assembly Deliveri

Gambar 2.7. Empat Tipe Posisi Produksi


Sumber: Sukaria Sinulingga, (2017)

Seperti telah diuraikan dimuka, tujuan utama dari perencanaan dan

pengendalian pruduksi ialah untuk menyakinkan semua pihak terkait bahwa

produk yamg diinginkan dapat di produksi pada waktu yang tepat, dalam jumlah

yang tepat dan memenuhi spesifikasi mutu yang ditetapkan dan biaya operasi

yang minimum. Juga telah dijelaskan bahwa perencanaan dan pengendalian

produksi pada perusahaan manufacturing mencakup berbagai kegiatan yang

terintegrasi mulai dari proses mendapatkan permintaan produk dari pelanggan,

menerjemahkan permintaan dalam rencana manufacturing yang

feasible,menyusun rencana detail kebutuhan dan aliran bahan (bill of material),

menyusun rencana kebutuhan kapasitas dan terakhir ialah menyusun jadwa

eksekusi (shopfloor manufacturing execution scheduling)dan rencana pengadaan

bahan dari vendor (Sukaria Sinulingga, 2017).

Manfaat yang diharapkan dengan pengintegrasian kegiatan-kegiatan di

atas adalah untuk mendapatkan waktu ancang-ancang manufacturing lebih

pendek, persedeiaan yang minimum, penggunaan kapasitas produksi yang efisien


dan jam lembur operator yang minimum. Semua faktor di atas merupakan

indicator keberhasilan dari system perencanaan dan pengendalian produksi baik

dalam aspek manajerial maupun finansial (Sukaria Sinulingga, 2017).

Perbandingan antara masing-masing lingkungan manufacturing diatas

ditinjau dari berbagai aspek dapat dilihat pada tabel-2.1. Lingkugan engineering

to order dan make to order pada dasarnya tidak berbeda kecuali dalam hal

pembuatan engineering design. Oleh karena itu kedua tipe lingkungan itu sering

dilakukan. perlu dipahami bahwa manufacturing dalam lingkungan make to order

dan engineering to order hanya efektif dalam skala produksi kecil. Produk-produk

yang dihasilkan pada umunya mempunyai proses yang cukup rumit dan

mempunyai waktu ancang-ancang yang relative panjang, kadang-kadang sampai

bertahun. Persedian baik dalam hal bahan baku, maupun part atau komponen

relatif kecil atau pun mungkin tidak ada karena jenis dan tipe produk yang

diproduksi sangat bervariasi dengan keinginan pelanggan (Sukaria Sinulingga,

2017).

Pada lingkungan assembly to order tersedia modul-modul standar part atau

komponen yang memberi kesempatan kepada pelanggan untuk memilih variasi

part atau komponen yang diinginkan dalam produk yang dipesan. Seperti pada

engineering to order, pelanggan menentukan produk yang dipilihnya, walaupun

dengan pilihan yang terbatas sesuai dengan modul standar (Sukaria Sinulingga,

2017).

Pada lingkungan make to stocks, peramalan permintaan dan pengendalian

persedian merupakan ciri utama dan merupakan faktor yang krtitis. Proses
produksi, kapasitas dan kebutuhan sumber daya lainnya pasa umumnya mudah

dikendalikan karena bersifat pengulangan (repetitive). Ketidakmampuan

mengakomodasi kemungkinan perubahan keinginan pelanggan karena permintaan

di penuhi dari stocks digudang dalam rentan waktu relatif panjang,lingkungan ini

memberi resiko kegagalan yang tinggi jika dioperasikan dalam lingkungan

ekonomi yang sangat dinamis. Lingkungan ekonomi dinamis ditandai dari

perubahan-perubahan pada pasar seperti perkembangan sosial demografi dan

budaya masyarakat termasuk pendapatan masyarakat, perubahan (Perkembangan

teknologi ), perubahan kebijakan public dan lain-lain. Semua perubahan tersebut

berdampak positif /negative trhadap gaya Tarik produk-produk perusahan(Sukaria

Sinulingga, 2017).

Tabel 2.2. Perbandingan lingkungan manufacturing berdasarkan Make To Stock,


Assembly To Order dan Make To Order /Engineering To Order.
Lingkungan
Make To Make To Make To Order &
Aspek
Stok Order Enggineering To
Order
Interface Rendah dan jauh Terutama pada Berada pada tingkat
antara tingkat penjualan engginering dan
manufakturi penjualan
ng dan
pelanggan
Jadwal Pendek Medium Panjang
pengiriman
Volme Tinggi Medium Rendah
produksi tiap
unit
penjualan
Kisaran Rendah Medium-Tinggi Tinggi
Produksi
Basis dalam Ramalan Peramalan terhadap Backiog, costomer
perencanaan penjualan opsi produksi untuk intelegence formans
& produk akhir jadwal induk dan
pengendalia backlok utk jadwal
n produksi perakitan akhir
Basis Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan
pelayanan produk dalam modul-modul kapasitas
persediaan standar dan engginering dan
komponen umum manufakturing
Cara Persediaan Perencanaan Faktor ketidak
menangani keamanan modul-modul pastian bahan sangat
ketidak produk yang standar dan kesil, rencana
pastian akan dijual komponen umum kapasitas sedikit
berlebih
Satuan Produk akhir Modul-modul Order-order
jadwal induk standard,variant, pelanggan, bahan
produksi komponen baku/komponen
komponen umum standar
Intem dalam Produk akhir Modul- Rancangan produk,
persediaan modulnutama,suba bahan bahan standar
s
semimbles,kompon
en umum
Jadwal Sangat dekat Ditentukan oleh Mencakup semua
perakitan jadwal induk pelanggan jadwalmperakitan
akhir
Sturuktor of Bill of material Perencanaan Biil of material yang
material standard bollnof material kusus
Faktor kritis Distrubusion Konfugurasi Jadwal penarikan
resource produk, jadwal
planning induksi
Sumber: Sukaria Sinulingga, (2017).

Disamping kerugian karena tidak akomodatif terhadap perubahan

keinginan pelanggan,sifat proses operasi yang repetitif juga memiliki

keuntungna,salah satu diantaranya ialah permasalahan lebih mudah diatasi

walaupun kegiatan produksi dilakukan yang berkapasitas besar (Sukaria

Sinulingga, 2017).

2.2.6. Struktur Organisasi

Kedudukan Departemen Perencanaan dan Pengendalian Produksi

(disingkat Departemen Pengendalian Produksi) dalam struktur organisasi


perusahaan manufacturing pada umumnya berbeda antara satu perusahaan dengan

perusahaan lain dan sangat ditentukan oleh besarnyaperusahaan serta jumlah

jumlah pabrik yang dikelola. Pada perusahaan yang mengelola banyak pabrik dan

produk-produknya tidak memiliki keterkaitan, masing-masing pabrik memiliki

sendiri departemen tersebut. Tetapi apabila memiliki keterkaitan misalnya part

atau komponen yang dibuat pada satu pabrik diangkut ke pabrik lain untuk dirakit

dengan part atau komponen yang dibuat di pabrik lain maka departemen

pengendalian produksi sering disentralisasi (Sukaria Sinulingga, 2017).

Salah satu contoh struktur organisasi perusahaan industry manufatur yang

berukuran besar ialah seperti ditunjukan dalam gambar -2.7. ada lima direktur

yang dibawahi Direktur Utama , dua diantaranya ialah Direktur Marketing dan

Direktur Manufakturing (Sukaria Sinulingga, 2017).

Direktur
Utama

Bendahara Sekretaris

Dir. Dir. Dir. Dir. Produt Dir.


Marketing Keuangan Manufacturing Engineering Hubungan
Akunting Industri

Manajer Manajer Manajer Manajer


Engineering Pembelian Perencanaan Pabrik
Produksi dan
persediaan

Penjadwalan Pengendalian Pengendalian


Engineering persediaan produksi
Gambar 2.8. Pengendalian Produksi Dalam Struktur Organisasi Tradisional
Sumber: Sukaria Sinulingga, (2017)

Direktur Marketing pada umunya membawahi bebeerapa manajer antara

lain ialah Manajer Riset Pasar, Manajer Hubungan Pelanggan,(Customer Relation

Manager) dan Manajer Produksi.Direktur Manufaturing sering juga disebut

Direktur Produksi membawahi beberapa manajer antara lain yang utama ialah

Manajer Engineering (Design and Engineering Manager), Manager sering juga

disebut Manager Pengadaan (Procurement Manager), Manager Perencanaan &

Pengendalian Produksi (Production Planning and Control) dan Manager Pabrik

(Factory Manager) (Sukaria Sinulingga, 2017).

Manager Perencanaan dan Pengendalian Produksi membawahi tiga

seksi yang merupakan inti dari bagian tersebut yaitu Seksi Perencanaan dan

Penjadwalan Produksi (Production Planning and Schedulling),Seksi Pengendalian

Persediaan Produk (Stock Control) yang sering juga disebut store room controller

dan Seksi Pengendalian Produksi (Production Control) Sukaria Sinulingga,

(2017).
BAB III
STUDI KASUS

3.1. Gambaran Umum

Berdasarkan hasil analisis Top Executive Team seperti tertera dalam

Business Plan, perusahaan memutuskan untuk membuat produk-produk yang

tergabung dalam dua kelompok yaitu Product Group-I dan Product Group-II.

Product Group –I terdiri dari dua jenis produk yaitu Produk A dan Produk B,

sedangkan Product Group-II terdiri dari Produk C dan Produk D.

Produk A

Produk Group I

Produk B

Produk C

Produk Group II

Produk D

Gambar 3,1. Produk Group I dan Produk Group 2


Perkiraan permintaan terhadap Product Group-I dan Product-Group-II

dalam 5 tahun ke depan masing-masing adalah 12.000 unit dan 16.000 unit. Hasil

analisis terhadap potensi permintaan mengindikasikan bahwa jumlah permintaan

dari tahun ke tahun untuk kedua product group tersebut terus meningkat rata-rata

sebesar 4 % per tahun untuk Product Group-I dan 5 % per tahun untuk Product-

Group-I.

3.2. Resource Planing

Product-Group-I terdiri dari Produk A dan B sedangkan Product Group-II

terdiri dari Produk C dan D. Product structure tree masing-masing produk dalam

kedua Product Group tersebut adalah terlampir.

Data sumberdaya yang digunakan dalam penyusunan rencana agregat ialah

sumberdaya yang paling kritis. Sumberdaya produksi yang paling kritikal dalam

pembuatan produk-produk dari kedua product group tersebut ialah Stasiun Kerja

Perakitan Akhir (Final Assembly Work Center). Produk-produk dalam Product

Group-I membutuhkan kapasitas stasiun kerja ini masing-masing sebesar 0.55 jam

dan 0.90 jam per unit. Komposisi rata-rata kedua produk dalam Product Group-I

ialah 60 % dan 40 %. Produk-produk dalam Product Group-II membutuhkan

kapasitas stasiun kerja kritis tersebut secara rata-rata masing-masing sebesar 0.53

jam dan 0,65 jam per unit. Komposisi rata-rata kedua produk dalam Product

Group-II ialah 45 % dan 55 %.


3.3. Rough-Cut Capacity Planing

Data sumberdaya yang digunakan sebagai basis perhitungan kebutuhan

sumberdaya dalam proses menterjemahkan rencana agregat ke dalam jadwal

induk produksi ialah besarnya kebutuhan kapasitas dalam 3 tahun terakhir seperti

terlihat dalam tabel dibawah ini. Data waktu setup dalam satuan jam dan waktu

operasi dalam jam per unit.

Tabel 3.1. Data waktu setup dalam satuan jam dan waktu operasi dalam jam per
unit
No PRODUCT GROUP-1 PRODUCT GROUP-II
WC Produk A Produk B Produk C Produk D
Wakt Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
u Operasi Setup Operasi Setup Operasi Setup Opera
Setup si
101 1.40 60.00 - - 2.50 75.00 1.80 42.40
102 0.80 35.00 - - 1.60 34.50 - -
201 0.60 30.00 1.50 56.40 - - 1.60 57.50
202 0.60 45.00 2.40 82.00 - - 1.80 48.20
401 - - - - 2.10 45.00 1.50 32.50
501 1.00 55.00 2.00 80.00 - - -

Dengan menggunakan data-data empiris tersebut disusun rencana

kebutuhan kapasitas jangka menengah (RCCP) yang kompatibel dengan jadwal

induk produksiyang diturunkan dari rencana agregat.


3.4. Inventory Record

Status persediaan pada awal periode rencana adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Resume Jurnal Penelitian


No Produk / Item On-Hand (unit)
1 A 60
2 B 40
3 C 50
4 D 40
5 P-1 60
6 P-2 50
7 P-3 30
8 P-4 30
9 P-5 20

3.5. Product Structure Tree

A B

w/c 501 W/C 501

P-4 P-2
P-1 P-2 P-3
W/C 202
w/c 102 w/c 201
w/c 202 W/C 202
w/c 101 w/c 101 W/C 201

M-1 M-2 M-3 M-4 M-2

Gambar 3.2. Product Group I : Produk A dan B

C D

W/C 401 W/C 401

BO-1 P-5 P-1 P-4 P-2

W/C 102 W/C 202 W/C 201


W/C 101
W/C 101 W/C 201 W/C 101
M-5 M-1
M-4 M-2

Gambar 3.3. Produk Group II : Produk C dan Produk D


3.6. Data Rute Operasi

a. Produk A

Tabel 3.3. Data Rute Produk A


DATA RUTE PRODUK A
Kode Produk :
Nama Produk :
Kode No. No. Setup Waktu Waktu Ukuran Lot
Item Operasi W/C (Jam) Operasi Pindah Optimum
Jam/Unit (Jam) (unit)
A 1 501 0.50 0.50 4.0 50
P-1 2 102 0.40 0.30 4.0 40
1 101 0.40 0.35 4.0 40
P-2 1 202 0.30 0.40 4.0 50
P-3 2 201 0.30 0.25 4.0 30
1 101 0.30 0.20 4.0 30

b. Produk B

Tabel 3.4. Data Rute Produk B


DATA RUTE PRODUK B
Kode Produk :
Nama Produk :
Kode No. No. Setup Waktu Waktu Ukuran
Item Operasi W/C (Jam) Operasi Pindah Lot
Jam/Unit (Jam) Optimu
m
(unit)
A 1 501 0.80 0.75 4.0 50
P-4 2 202 0.50 0.40 4.0 40
1 201 0.50 0.35 4.0 40
P-2 1 202 0.30 0.40 4.0 50
c. Produk C

Tabel 3.4. Data Rute Produk B


DATA RUTE PRODUK C
Kode Produk :
Nama Produk :
Kode No. No. Setup Waktu Waktu Ukuran
Item Operasi W/C (Jam) Operasi Pindah Lot
Jam/Unit (Jam) Optimum
(unit)
C 1 401 0.70 0.40 4.0 60
P-1 2 102 0.40 0.30 4.0 40
1 101 0.40 0.35 4.0 40
P-5 1 101 0.50 0.20 4.0 40
BO-1 - - - - - -

d. Produk D

Tabel 3.4. Data Rute Produk B


DATA RUTE PRODUK D
Kode Produk :
Nama Produk :
Kode No. No. Setup Waktu Waktu Ukuran
Item Operasi W/C (Jam) Operasi Pindah Lot
Jam/Unit (Jam) Optimum
(unit)
D 1 401 0.70 0.50 4.0 50
P-4 2 202 0.50 0.40 4.0 40
1 201 0.50 0.35 4.0 40
P-3 2 201 0.30 0.25 4.0 30
1 101 0.30 0.30 4.0 30
4.7. Kalender Perusahaan

Perusahaan beroperasi dalam 5 hari per minggu dan 8 jam per hari.

Dengan demikian, jumlah jam kerja per minggu ialah 40 jam. Kalender

perusahaan disusun untuk tahun 201x dengan memperhatikan hari libur umum

sebagai hari libur perusahaan. Sebagai contoh, kalender bulan Januari 201x

menunjukkan, bahwa bulan Januari terdiri dari 5 minggu.

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu


1 2
3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
31
Kelender januari tahun 201x
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Kelender Perusahaan

Keberhasilan perusahaan dalam Perencanaan dan Pengendalian Produksi

sangat berpengaruh terhadap penjadwalan produksi, untuk itu perusahaan

tentunya harus membuat kelender untuk mempermudah menentukan perencanaan

produksi kedepannya.

Untuk lebih mempermudah dalam pembuatannya kelender perusahaan di

buat berdasarkan kuartal, dimana dalam 1 tahun dibagi menjadi 4 kuartal. Adapun

kender perusahaan tahun 2018 adalah sebagai berikut:

a. Kuartal 1

Jan-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 5 6 Januari
26 Hari
7 8 9 10 11 12 13
Kerja
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31

1: Tahun Baru 2018 Masehi


Feb-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 Februari
4 5 6 7 8 9 10 23 Hari Kerja
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28
16: Tahun Bari Imlek 2569 Kongzili

Mar-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3
25 Hari
4 5 6 7 8 9 10
Kerja
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 31
17: Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1940
30: Wafat Isa Al Masih

Total hari kerja pada kuartal 1 = 74 Hari Kerja

b. Kuartal 2

Apr-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 5 6 7 April
24 Hari
8 9 10 11 12 13 14
Kerja
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30
14: Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW
Mei-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 5 Mei
24 Hari
6 7 8 9 10 11 12
Kerja
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31
1: Hari Lahir Pancasila 10: Kenaikan Isa Almasih
29: Hari Raya Waisak 2562

Jun-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 Juni
23 Hari
3 4 5 6 7 8 9
Kerja
10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20 21 22 23
24 25 26 27 28 29 30
1: Hari Lahir Pancasila
15-16: Hari raya Idul Fitri 1439 Hijriyah

Total hari kerja pada kuartal 2 = 71 Hari Kerja

c. Kuartal 3

Jul-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 5 6 7 Juli
26 Hari
8 9 10 11 12 13 14
Kerja
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
Agu-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 Agustus
25 Hari
5 6 7 8 9 10 11
Kerja
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31
17: Hari Kemerdekaan Indonesia
22: Hari Raya Idul Adha 1439 Hijriyah

Sep-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 September
24 Hari
2 3 4 5 6 7 8
Kerja
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30
11: Tahun Baru Islam 1440 Hijriyah
Total hari kerja pada kuartal 3 = 75 Hari Kerja

d. Kuartal 4

Okt-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 4 5 6 Oktober
27 Hari
7 8 9 10 11 12 13
Kerja
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
28 29 30 31
Nov-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 2 3 November
25 Hari
4 5 6 7 8 9 10
Kerja
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30
20: Maulid Nabi Muhammad SAW

Des-18
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
1 Desember
25 Hari
2 3 4 5 6 7 8
Kerja
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31

Total hari kerja pada kuartal 4 = 77 Hari Kerja

Berdasarkan kelender perusahaan di atas, total hari kerja kuartal 1 = 74

hari kerja, kuartal 2 = 71 hari kerja, kuartal 3 = 75 hari kerja dan kuartal 4 = 77

hari kerja. Dapat kita simpulkan bahwa total hari kerja 2018 adalah 297 hari kerja.

4.2. Rencana persediaan yang dikaitkan dengan perkiraan permintaan

produksi secara agregat dan perkiraan jumlah hari kerja

Anda mungkin juga menyukai