Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN AKHIR

TAHUN

PROGRAM Hi – Link

PENINGKATAN TEKNOLOGI DALAM MANAJEMEN


PRODUKSI DAN PEMASARAN BATU BATAGAJAH
PADA INDUSTRI MILIK MASYARAKAT GAMPONG
MIRUK LAMREUDEUP KECAMATAN BAITUSSALAM
KABUPATEN ACEH BESAR

Tahun ke-1 dari rencana 3 Tahun

Oleh:

DR. YULIA HAYATI., ST., M.Eng(NIDN:000908765)


NURUL MALAHAYATI., ST., M.Sc (NIDN:0030116903)
CUT NURSANIAH., ST., MT (NIDN: 0013106801)
TEUKU FIRSA., ST., M.Eng. Sc (NIDN:0002057304)

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

OKTOBER 2017
ii
RINGKASAN

Kegiatan pengabdian Hi-Link ini dilaksanakan di industri mitra produksi batu bata gajah
Gampong Mireuk Lamreudeup Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Jarak lokasi
mitra dengan Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala ± 6 Km. Industri ini merupakan
industri milik masyarakat dan dibentuk pada tahun 2008 pasca bencana gempa dan tsunami.
Batu bata gajah diperkenalkan pertama kali ke masyarakat di gampong ini oleh lembaga Center
for Vocational Building Techplogy (CVBT) yang berasal dari Negara Thailand. Tujuan
transfer teknologi oleh CVBT adalah untuk membantu mempercepat penyediaan material
pasangan dinding yang ramah lingkungan pada masa tahap rehabilitasi dan rekonstruksi di
Provinsi Aceh. Namun, sejak tahun 2011 industri ini hanya beroperasi apa bila mendapat
pesanan dari konsumen sehingga sampai sekarang industri ini tidak mengalami kemajuan
produksinya yang disebabkan oleh ketidakberdayaan dalam mengembangkan inovasi
manajemen produksi dan pemasaran. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah
mengembangkan IPTEK yang diperlukan oleh industri agar industri ini dapat berkembang
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Metode pelaksanaan yang diterapkan
adalah melatih masyarakat industri dalam manajemen produksi dan pemasaran serta aplikasi
teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan mutu dan hasil produksi. Inovasi terhadap alat,
material pembentuk batu bata gajah, metode pelaksanaan dan desain rumah yang aplikatif
telah diterapkan pada industri ini. Koloborasi IPTEK dari mitra, perguruan tinggi dan Dinas
Badan Pemberdayaan Masyarakat sangat berperan dalam mengembangkan industri ini.
Industri ini akan dijadikan sebagai industri binaan Universitas Syiah Kuala dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat Gampong Provinsi Aceh.

Kata Kunci: batu bata gajah, mutu, inovasi alat, material, metode pelaksanaan dan desain
rumah

iii
PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya
maka pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dapat terlaksana dan dapat diselesaikan dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan Salam disampaikan ke junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah menuntun manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Pengabdian ini dilaksanakan dengan meningkatkan pengetahuan dan teknologi dalam
memproduksi batu bata gajah sehingga industri kecil ini dapat bertahan kelangsungan
hidupnya dengan meningkatnya mutu produksi dan teknologi peralatan serta pemasaran.
Kegiatan ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerja sama antara mitra industri, Pemda Provinsi
Aceh, mahasiswa Unsyiah dan Tim Pengabdi serta Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Syiah Kuala.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga hasil pengabdian ini
banyak memberi manfaat bagi kita semua. Mudah-mudahan semua bantuan dan sokongan
yang diberikan menjadi amal shaleh di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’aala.
Demikianlah, Subhanaka Allahumma Wabihamdika Asyadu’Allah Illa Anta
Astagfiruka wa Atuubu Illaika.
Banda Aceh, 27 Oktober 2017
Tim Pelaksana

iv
DAFTARISI
Halaman

HALAMANPENGESAHAN............................................................................. ii
RINGKASAN…………………………………………..................................... iii
PRAKATA.......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Profil Industri Mitra.................................................................... 1
1.2 Profil Mitra Pemerintah Daerah................................................. 3
1.3 Profil Perguruan Tinggi………………………………………… 4
1.4 Permasalahan Mitra Industri dan Pemerintah Daerah…………
PPPPermasa………………………………………………… 5
1.5 Solusi Penyelesaian Permasalahan…………………………… 6
1.6 Manfaat Program Hi-Link Untuk Pembangunan Daerah…….. 6
BAB 2 TARGET DAN LUARAN 8
BAB 3 METODE PELAKSANAAN 10
3.1 Penerapan Teknologi Pada Industri Mitra dan Masyarakat 10
3.2 Penelitian Untuk Penyempurnaan Teknologi yang 16
Diterapkan……………………………………………………….
3.3 Penguatan Kelembagaan ……………………………………….. 20
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 22
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 23
5.1 Sosialisasi Kegiatan....................................................................... 23
5.2 Penguatan Manajemen Pengelola Industri................................. 24
5.3 Pengaturan Lay Out Industri..................................................... 26
5.4 Perawatan Alat Pencetak............................................................. 27
5.5 Modifikasi/Peningkatan Teknologi Peralatan............................ 28
5.6 Pelatihan Pencampuran Material Pembentuk Batu Bata Gajah 30
5.7 Pengujian Hasil Produk Batu Bata Gajah................................... 32
5.8 Pelatihan Manajemen Produksi & Pemasaran ............................ 34
5.9 Pelatihan Desain Rumah Minimalis 40
............................................
5.10 Pelatihan Terhadap Tukang Bangunan 40
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA............................................... 43
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 46
7.1 Kesimpulan............................................................................... 46
7.2 Saran.......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 47
LAMPIRAN.......................................................................................................... 48

5
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Rencana Target Capaian Tahunan……......................................... 8

Tabel 2 Kualifikasi Tim……………………………………………........... 20

Tabel 3 Proyeksi Rugi dan Untung Memproduksi Batu Bata Gajah......... 35

Tabel 4 Jenis Batu Bata Gajah dan Fungsinya........................................... 41

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 (a) Konstruksi Rumah Menggunakan Batu Bata GajahYang 2


Terletak di Lokasi Industri (b) Material Batu Bata Gajah........

Gambar 2 (a) Penumpukan material Batu Bata Gajah Siap Untuk Dijual 3
(b) Cetakan Batu Bata Gajah di Lokasi Industri (c) dan (d)
Situasi Industri............................................................................
Gambar 3 Pasak Jantan dan Betina.............................................................. 13
Gambar 4 Road Map Penelitian.................................................................. 17

Gambar 5 Sosialisasi Kegiatan................................................................... 24

Gambar 6 Struktur Organisasi................................................................... 25

Gambar 7 Struktur Organisasi Posyantek.................................................... 26

Gambar 8 Lay Out Industri....................................................................... 27

Gambar 9 Perawatan Peralatan Pencetak batu Bata Bata Gajah............... 28

Gambar 10 Peningkatan Teknologi Peralatan................................................ 30

Gambar 11 Pelatihan Pencampuran Material Pembentuk Bata Bata Gajah.. 32

Gambar 12 Pengujian Produk Batu Bata Gajah di Laboratorium................ 34

Gambar 13 Pelatihan Manajemen Produksi & Pemasaran......................... 35

Gambar 14 Promosi Produk........................................................................ 39

Gambar 15 Pelatihan Desain Rumah Minimalis Dengan Batu Bata Gajah 40

Gambar 16 Pelatihan Tukang Bangunan..................................................... 42

Gambar 17 Teknologi Alat Pencetak Batu Bata Gajah.............................. 44

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN1 Prociding yang sudah dipresentasikan dan Sertifikat... 48


LAMPIRAN 2 Expo dan Sertifikat Penghargaan Peserta EXPO ........ 56
LAMPIRAN3 Lokasi Pelaksanaan Program …………………………..... 57

LAMPIRAN4 Absen Peserta Pelatihan ....................................


58

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Profil Industri Mitra


Pasca bencana tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang menimpa Provinsi
Aceh telah banyak diterapkan teknologi tentang konstruksi yang aman terhadap gempa.
Salah satunya adalah penggunaan bata interlocking atau disebut juga Interlocking
Compressed Earth Block (ICEB) sebagai material pasangan dinding. Material ini
termasuk batu bata yang ramah terhadap lingkungan karena proses pembuatannya tidak
melalui pembakaran dan berbasis Teknologi Tepat Guna (TTG). Merupakan material
yang hemat energi dimana pembuatannya menghabiskan 1/5 sampai 1/15 dibandingkan
dengan pembuatan batu bata yang dibakar (Herskedal, 2012).
Bata interlocking mulai diperkenalkan pada tahun 2008 oleh Center for
Vocational Building Technology (CVBT) kepada masyarakat di Kabupaten Aceh Besar
Kecamatan Baitusalam Gampong Miruk Lamreudeup. CVBT merupakan suatu lembaga
berasal dari negara Thailand yang dipimpin ole Geoffery Wheeler. Nama bata
interlocking di kalangan masyarakat Gampong Miruk Lamreudeup dikenal dengan nama
batu bata gajah karena diperkenalkan pertama kali oleh Negara Thailand yang terkenal
dengan sebutan Negeri Gajah Putih. Produksi batu ini kemudian dijadikan usaha milik
bersama warga di kawasan Aceh Besar di bawah perkumpulan masyarakat Gampong
Mirek Lamreudeup.
Pelaksanaan kegiatan Hi-Link akan direncanakan di industri milik masyarakatdi
Gampong Miruk Lamreudeup Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar.Jarak
Universitas Syiah Kuala dengan lokasi pengabdian adalah ± 6 Km. Koperasi masyarakat
ini bekerja sama dengan pemerintah dan CVBTdibentuk pada tahun 2008 pasca bencana
gempa dan tsunami. Batu bata ini digunakan sebagai pasangan dinding dan juga bisa
digunakan untuk pekerjaan struktural yang dapat menggantikan peran kolom dan balok
pada sebuah konstruksi gedung. Bahan yang digunakan terdiridari tanah liat, pasir, semen
dan air dengan sistem pembuatannya dipadatkan.
Wheeler (2005) menyebutkan batu bata interlocking memiliki kuat tekan 2,6 Mpa
atau setara dengan 7800 kg/blok dan sistem saling kunci (interlocking) sehingga dapat
difungsikan sebagai bagian struktural bangunan. Penggunaan batu bata interlocking

1
sebagai struktural dapat menghilangkan biaya untuk pekerjaan beton bertulang seperti
kolom, sloof dan ring balk. Sehingga tidak perlu adanya pengeluaran biaya untuk material
beton bertulang serta bekisting.
Wheeler (2005) menyatakan bahwa metode pemasangannya tidak menggunakan
mortar (campuran semen, air dan pasir) karena adanya pasak jantan pada sisi atas dan
pasak betina di sisi bawahnya yang akan saling mengunci ketika ditindih atau dipasang.
Sistem kunci ini menghemat tenaga kerja dan waktu yang dihabiskan untuk mengaduk
dan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu semen kering. Selain itu, penampilan luar
batu bata gajah yang menarik menyebabkan tidak perlu dilakukannya plesteran dan
pengecatan. Gambar 1 dan 2 dibawah ini menjelaskan konstruksi rumah menggunakan
material batu bata gajah sebagai dinding dan struktural yang berlokasi di industri mitra.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Konstruksi Rumah Menggunakan Batu Bata GajahYang Terletak di Lokasi Industri
(b) Material Batu Bata Gajah

Sejak didirikan tahun 2008, CVBT sudah melatih masyarakat di desa ini dan telah
memproduksi batu bata gajah yang digunakan untuk membangun rumah bantuan bencana
gempa dan tsunami di Provinsi Aceh. Namun, sejak tahun 2011 industri ini hanya
beroperasi apabila mendapat pesanan dari konsumen saja sehingga sampai sekarang
industri ini tidak mengalami kemajuan produksinya.Organisasi masyarakat yang dibentuk
tidak berjalan lagi dan sampai sekarang hanya ketua pengelola saja yang menjalankan
produksi.
Survey awal yang telah dilakukan oleh tim pengabdi dengan mengamati secara
langsung dilokasi industri, banyak peralatan yang telah diberikan oleh CVBT seperti alat
pencetak batu bata gajah dengan sistem pengerjaannya masih secara manual. Menurut
ketua pengelola yaitu Bapak Maimun Safrizal banyak faktor-faktor yang menyebabkan
industri ini tidak beroperasi seperti yang direncanakan. Faktor internal pada industri
tersebut disebabkan tidak adanya inovasi teknologi yang dapat mempercepat hasil
produksi dan promosi. Sedangkan faktor external disebabkan oleh kebanyakan dari
masyarakat tidak mengetahui keunggulan dari batu bata ini serta banyak tukang bangunan
yang tidak paham tentang bagaimana memasang dinding dengan menggunakan batu bata
2
ini.Untuk itu perlunya pemerintah ikut mendukung usaha kecil dan menengah untuk dapat
memproduksi, memasarkan dan mempopulerkan produk bata interlocking.Bila bata
interlocking ini sudah popular diharapkan mampu mengurangi kerusakan lingkungan
akibat produksi batu bata merah dan masyarakat dapat membuat rumah tahan gempa
dengan harga yang terjangkau. Gambar 2 di bawah ini menjelaskan tempat industri kecil
batu bata gajah.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. (a) Penumpukan material Batu Bata Gajah Siap Untuk Dijual
(b) Cetakan Batu Bata Gajah di Lokasi Industri (c) dan (d) Situasi Industri

1.2 Profil Mitra Pemerintah Daerah


Badan Pemberdayaan Masyarakat Gampong (BPMG) Provinsi Aceh merupakan
salah satu instansi pemerintah daerah yang ada di Provinsi Aceh yang mempunyai tugas
pokok adalah pemberdayaan masyarakat. Salah satu fungsi BPMG Aceh adalah
pelaksanaan, pembinaan pengawasan dan pengendalian terhadap penyelenggaraan tugas
di bidang pemberdayaan masyarakat.
Visi BPM Aceh adalah terwujudnya keberdayaan masyarakat Aceh serta pemantapan
penyelenggaraan pemerintahan mukim dan gampong. Salah satu misi yang berkenaan
dengan program Hi-Link adalah pengembangan usaha ekonomi masyarakat gampong dan
pemanfaatan sumber daya alam melalui desiminasi informasi sesuai kebutuhan melalui
gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) yang berwawasan lingkungan.
Banyak kegiatan yang telah dilaksanakan oleh BPM dalam pemberdayaan
masyarakat seperti membangun badan usaha milik gampong sebagai basis pemberdayaan
masyarakat dalam rangka pengembangan usaha ekonomi di perdesaan yang telah
dilaksanakan pada tahun 2015. Setiap tahunnya menggelar inovasi TTG secara lokal dan
tingkat nasional dimana TTG tersebut merupakan hasil yang dilakukan oleh masyarakat

3
atas binaan BPM. Salah satu pelatihan teknis yang pernah dilakukan oleh balai tersebut
adalah pelatihan pembuatan bahan bangunan seperti batu bata, genteng dan lain-
lain.Pelatihan manajemen industri dan promosi hasil produk juga pernah dilaksanakan
karena balai ini memiliki narasumber/tenaga instruktur yang terlatih dan berpengalaman.
Peran BPM dalam kegiatan adalah sebagai mitra pendamping dengan
menyediakan tenaga instruktur dalam pelatihan manajemen produksi dan pemasaran serta
penyediaan inovasi alat TTQ pada industri masyarakat untuk mencetak batu bata gajah.
Kesediaan dana pendamping untuk mendukung kegiatan ini adalah sebesar Rp
390.000.000,- yang disediakan pada tahun ke II sebesar Rp195.000.000,- dan tahun ke III
sebesar Rp195.000.000,- untuk mengembangkan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam
mencetak batu bata gajah.

1.3 Profil Perguruan Tinggi


Universitas Syiah Kuala merupakan universitas yang tertua di Aceh dan berdiri
pada tahun 1961. Fakultas Teknik merupakan salah satu fakultas yang mempunyai
Program Studi (Prodi) yang terbanyak yaitu 9 Prodi, diantaranya Prodi Teknik Sipil,
Mesin dan Arsitektur.
Prodi Teknik Sipil merupakan prodi pertama di Fakultas Teknik yang berdiri pada
tahun 1963 dan memiliki 5 bidang konsentrasi yaitu bidang Struktur, Geoteknik,
Hidroteknik, Transportasi, dan Manajemen Rekayasa Konstruksi (MRK). Salah satu
konsentrasi di bidang penelitian dan pengembangan teknologi bahan bangunan yang
ramah terhadap lingkungan adalah beton busayang telah dikembangkan dan mendapat
HKI. Keberhasilan ini didapat karena didukung oleh tersedianya 5 laboratorium
diantaranya Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan. Laboratorium ini didukung
oleh peralatan dan laboran yang berkualitas sehingga pengujian terhadap struktur dan
bahan bangunan bata gajah dapat dilaksanakan dengan baik. Program Hi-Link ini juga
didukung oleh Laboratorium MRK yang akan mengkaji metode pelaksanaan pekerjaan
dalam pemasangan material batu bata gajah serta pengembangan aplikasi manajemen
pemasaran yang akan dihasilkan dengan menerapkan konsep sistem informasi manajemen
dan mengoptimalisasi media.
Prodi Teknik Mesin berdiri pada tahun 1977 dan berkosentrasi dalam hal
perancangan (design), perawatan, perbaikan dan produksi mesin berteknologi tepat guna.
Prodi ini terdiri dari 4 kelompok keahlian salah satunya adalah Teknik Konstruksi dan
4
Perancangan serta didukung oleh keberadaan 8 Laboratorium diantaranya adalah
Laboratorium Desain dan Manufaktur sehingga modifikasi dan penerapan tekonologi
tepat guna dalam memproduksi bata gajah dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Prodi Arsitektur berdiri pada tahun 1996, salah satu konsentrasinya adalah pada
bidang perancangan/desain konstruksi.Prodi ini didukung oleh 8 laboratorium, salah satu
laboratoriumnya adalah Studio Perancangan Arsitektur yang banyak memproduksi
konsep-konsep desain konstruksi rumah dan gedung.
Banyak penelitian dan pengabdian yang telah dilakukan oleh ketiga prodi ini yang
bertujuan untuk meningkatkan hasil produk dan meningkatkan perekonomian masyarakat
industri kecil. Sudah selayaknya industri ini mendapatkan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari Universitas Syiah Kuala dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian
masyarakat.

1.4 Permasalahan Mitra Industri dan Mitra Pemerintah Daerah


Berdasarkan analisis situasi maka dapat ditarik kesimpulan beberapa
permasalahan yang terjadi oleh mitra industri dalam menjalankan industri batu bata gajah
tersebut diantaranya adalah:
1. Kurangnya inovasi teknologi alat dan material dalam mengelola produk batu bata
2. Pengelola industri belum sepenuhnya menerapkan manajemen produksi sehingga
banyak material dan peralatan yang tidak dimanfaatkan.
3. Lay out atau penataan bahan, alat cetak dan penumpukan batu bata gajah yang telah
selesai dicetak pada industri tersebut belum memenuhi standar manajemen sehingga
pekerjaan yang dilakukan tidak efektif dan efisien.
4. Pengelola industri belum sepenuhnya menerapkan manajemen pemasaran sehingga
proses produksi terhenti karena tidak adanya konsumen yang membeli.
5. Masyarakat sebagai konsumen tidak mengetahui keberadaan industri ini dan tidak
mengetahui kelebihan dari produk batu bata gajah.
6. Belum banyaknya tukang bangunan yang mengetahui cara pemasangan dinding
menggunakan batu bata gajah.
Permasalahan yang sangat spesifik adalah ketidakberdayanya pengelola industri
untuk mengaktifkan secara kontinyu karena sangat kurangnya dana dan inovasi teknologi
dalam memproduksi dan memasarkan sehingga industri ini dibiarkan berjalan seadanya
5
saja dan akan berproduksi bila ada permintaan dari konsumen.
Permasalahan pemerintah daerah dalam mengembangkan industri ini adalah
kurangnya sumberdaya manusia dalam mengembangkan teknologi bahan dan peralatan
untuk memajukan industri ini. Sehingga imej masyarakat terhadap pemerintah adalah
kurangnya perhatian pemerintah setempat tentang keberlangsungan industri ini. Dengan
adanya kerjasama antara pihak industri, pemerintah dan universitas maka diharapakan
segala permasalahan masyarakat dan pemerintah akan dapat diatasi dan tujuan
pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian dapat
tercapai.

1.5 Solusi Penyelesaian Permasalahan


Setelah berdiskusi antara tim pengabdi, pengelola industri, masyarakat setempat
serta pemda, maka solusi untuk memecahkan permasalahan adalah:
1. Melatih masyarakat dalam metode pelaksanaan pencampuran dan pencetakan batu
bata gajah yang benar berdasarkan SNI sehingga tercapai mutu yang diinginkan
2. Menguji mutu hasil produksi batu bata gajah sebelum dan sesudah pelatihan di
Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Syiah Kuala.
3. Rancang bangun mal/cetakan batu bata gajah dan inovasi Teknologi Tepat Guna
(TTG) alat pencetak batu bata gajah sehingga meningkatkan mutu dan hasil produk
batu bata.
4. Melatih mitra dalam manajemen produksi dan pemasaran sehingga mitra mengetahui
bagaimana meningkatkan produksi dan omset.
5. Sosialisasi kepada masyarakat keberadaan industri dan kelebihan dari batu bata gajah
melalui promosi dengan menggunakan brosur, spanduk, dan media internet.
6. Pengembangan desain rumah menggunakan batu bata gajah
7. Melatih tukang bangunan dalam metode pelaksanaan memasang dinding dengan
menggunakan batu bata gajah.

1.6 Manfaat Program Hi-Link Untuk Pembangunan Daerah


Sudah selayaknya industri dan permasalahan masyarakat ini harus segera
ditindaklanjuti oleh Universitas Syiah Kuala dengan mentransfer Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) kepada masyarakat agar industri ini dapat bertahan kelangsungan
6
hidupnya. Solusi penanganan masalah ini akan dipecahkan bersama antara tim pengabdi,
mahasiswa, pengelola industri, masyarakat setempat, dan dukungan pemerintah setempat.
Manfaat program ini untuk pembangunan daerah adalah terciptanya masyarakat yang
mandiri secara ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dalam jangka waktu
panjang dan berkelanjutan, penggunaan sumber daya alam yang efektif dan efisien,
terciptanya alternatif bahan bangunan yang ramah lingkungan, dan mengurangi angka
pengangguran

7
BAB 2
TARGETLUARAN

Target luaran program ini secara umum adalah mentransfer IPTEK kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.
Kontribusi masyarakat Gampong Lamreudeup sangat diharapkan pada kegiatan ini
karena mereka adalah sasaran utama dalam program ini.
Badan Pemberdayaan Masyarakat Gampong (BPMG) Provinsi Aceh besar
peranannya dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat industri karena tugas pokok
dan visinya adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa.Universitas Syiah
Kuala merupakan salah satu lembaga yang mempunyai pakar dalam mengembangkan
inovasi dalam memajukan teknologi industri masyarakat yang dibantu oleh keterlibatan
mahasiswa Universitas Syiah Kuala untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
didapat dibangku kuliah dalam memperdayakan kembali masyarakat dalam
mengoperasikan industri batu bata gajah.
Target ini tercapai karena adanya kerjasama antara tim pengabdi yaitu dosen
Universitas Syiah Kuala, mahasiswa Universitas Syiah Kuala, pengelola industri dan
masyarakat Gampong Mireuk Lamreudeup, serta pemda Aceh.
Luaran Program Hi-Link diantaranya seperti di uraikan di bawah ini dan dalam
Tabel 1, yaitu:
 Program ini dapat menjembatani penerapan teknologi untuk memproduksi batu bata
gajah yang lebih bermutu dan dikenal luas oleh masyarakat di Provinsi Aceh karena
merupakan salah satu alternatif bahan bangunan yang tahan gempa serta ramah
lingkungan.
 Transfer teknologi produksi batu bata gajah dalam kapasitas besar dari teknologi
sederhana yaitu secara pencetakan manual menjadi teknologi tepat guna dengan
pencetakan secara otomatis. Dengan demikian hasil produksi dan mutu menjadi
meningkat sehingga dapat memperluas wilayah pemasaran.
 Dengan bekerja sama antara industri, universitas dan pemerintah daerah maka
diharapkan program pemberdayaan dan alih teknologi dapat terealisasi sehingga
produk yang dihasilkan dapat terjamin mutunya dan konsumen akan semakin
meningkat.

8
 Mahasiswa yang terlibat dalam program ini akan meningkat pengetahuan dan
keterampilannya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
industri dan direncanakan setiap tahunnya berjumlah 3 orang yang menghasilkan
skripsinya.
 Mahasiswa yang terlibat diharapkan dapat menjadikan pengalamannya untuk
menciptakan lapangan kerja baru dibidang produksi batu bata gajah.
Tabel 1.Rencana Target Capaian Tahunan
Indikator Capaian
No Jenis Luaran
TS TS+1 TS+2
1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional/prosiding Published Published Published
2 Publikasi pada media masa (cetak/elektronik) Published Published Published
3 Publikasi pada jurnal internasional Draf Draf Published
4 Model kerja sama penerapan teknologi berbasis penelitian Ada Ada Ada
dan pengembangan antara Perguruan Tinggi, Industri dan Penerapan Peningkata Peningkatan
Pemda n
5 Terlaksananya penerapan teknologi hasil penelitian dan Ada Ada Ada
pengembangan yang dibutuhkan oleh industri dan Penerapan Peningkata Peningkatan
masyarakat n
6 Peningkatan capacity building Perguruan Tinggi Ada Ada Ada
Penerapan Peningkata Peningkatan
n
7 Peningkatan daya saing industry Ada Ada Ada
Penerapan Peningkata Peningkatan
n
8 Peningkatan kesejahteraan masyarakat Ada Ada Ada
Peningkatan Peningkata Peningkatan
n
9 Jasa; rekayasa sosial, metode atau sistem; produk/barang produk produk produk
10 Hak kekayaan intelektual (paten, paten sederhana, hak cipa, Draf Terdaftar Terdaftar
merek dagang, rahasia dagang, desain produk industri,
indikasi geografis, perlindungan varietas tanaman,
perlindungan topografi
11 Buku ajar Draf Draf Proses editing

9
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

Dalam menentukan metode pelaksanaan kegiatan m a k a t i m p e n g a b d i


b e r s a m a m a s y a r a k a t b a n y a k menggunakan metode partisipasi sehingga
dapatmemecahkanpermasalahanyangdihadapiolehmasyarakat. Sehingga semua metode
yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan telah disepakati terlebih dahulu antara
tim pengabdi dan masyarakat sebagai penerima program. Pada bab ini akan dipaparkan
kegiatan program secara rinci dalam tiga tahun seperti pada sub bab di bawah ini.

3.1 Penerapan Teknologi Pada Industri Mitra dan Masyarakat


Dalam menerapkan teknologi pada industri mitra maka koloborasi IPTEK antara
mitra industri, universitas dan pemda setiap tahun dilakukan agar menghasilkan mutu
produk yang lebih baik dan wilayah pemasaran yang semakin luas.Di bawah ini akan
diuraikan kegiatan program secara rinci dan penerapan teknologi setiap tahunnya dengan
menggunakan beberapa metode pelaksanaan dan penelitian serta peran mitra industri,
tim pengusul serta mitra pemda.
Tahun I
1. Sosialisasi kegiatan yang akan dilaksanakan kepada masyarakat di Gampong Mireuk
Lamreudeup .
Sebelum dilakukan kegiatan ini maka sosialisasi perlu dilaksanakan untuk menjelaskan
tujuan dari program ini. Dalam sosialisasi ini melibatkan semua peserta yaitu
masyarakat yang terlibat dalam pengurusan dalam memproduksi batu bata gajah untuk
meningkatkan mutu dan hasil produksi serta pemasaran. Tim pengusul, mahasiswa
dan pemda ikut terlibat dalam kegiatan ini.Sosialisasi dilakukan secara formal melalui
rapat dengan aparat desa dan masyarakat maupun secara non formal yaitu datang ke
rumah-rumah masyarakat.Tujuannya memperkenalkan diri dengan tokoh masyarakat,
pemberitahuan kepada masyarakat, mengetahui situasi desa, memudahkan berinteraksi
dengan masyarakat.
2. Penguatan manajemen pengelola industri
Struktur organisasi pengelola industri akan dibentuk kembali berdasarkan hasil
muasyawarah dengan masyarakat dan aparat gampong yang selama ini struktur
10
organisasi yang telah dibentuk tidak berjalan sesuai dengan tanggungjawabnya dan
hanya dilaksanakan oleh 1 orang saja. Diharapkan apabila struktur organisasi sudah
dibentuk kembali maka segalapermasalahantentangindustri inidapatdiatasi bersama
dengan anggota pengelola. Anggota pengelola yang dilibatkan sebanyak 6 orang,
tenaga kerja pencetakan sebanyak 4 orang dan tenaga kerja yang terlibat sebagai
tukang bangunan untuk melaksanakan pembangunan rumah sebanyak 10 orang yang
berasal dari gampong tersebut. Kegiatan ini melibatkan mitra pemda, tim pengusul
dan mahasiswa.
3. Tata letak/ lay out industri
Penempatan alat, material, gudang penyimpan material dan peralatan, dan batu bata
gajah hasil produksi pada industri mitra tidak efektif efisienseperti jarak antara barak
kerja dengan penempatan material sangat berjauhan sehingga menyita waktu
pelaksanaan kerja, begitu juga dengan penempatan hasil produk yang telah siap untuk
dijual.Sehingga diperlukan desain tata letak kembali agar pelaksanaan pekerjaan
menjadi efektif dan efisien.
4. Perawatan dan modifikasi/peningkatan teknologi alat pencetak batu bata gajah
- Perawatan alat pencetak
Alat cetak batu bata gajah pada industri tersebut banyak yang telah rusak
diakibatkan oleh tidak adanya perawatan. Masyarakat akan dilatih bagaimana
perawatan terhadap alat pencetak dengan menerapkan metode pelatihan
langsung dilokasi indutri mitra. Alat cetak tersebut akanrawat agar dapt
berfungsi kembali serta diperbaiki ukurannya karena sebahagian alat cetak tidak
dapat digunakan karena ukurannya yang tidak presisi.
- Modifikasi alat pencetak
Alat cetak yang sekarang digunakan oleh industri tersebut masih bersifat sangat
manual yang artinya bahwa pemadatan yang dilakukan masih dengan
memadatkan dengan sistem dongkrak hidrolis secara manual.Pengadukan beton
masih dilakukan dengan menggunakan pengadukan secara manual yaitu
mencampur material seperti semen, tanah liat, pasir beton dan air dengan
menggunakan skop dan cangkul yang diaduk diatas tanah. Sehingga perlu
dilakukan modikasi alat untuk peningkatan teknologi dan produksi, teknologi
peralatan yang akan di rancang bangun adalah seperti di bawah ini:
1. Rancang bangun alat crusher yang berfungsi menghancurkan tanah
11
yang dirancang semi otomatis sebanyak 2 buah.
2. Rancang bangun alat pengaduk/mixer untuk mencampur material beton
yang terdiri dari semen, tanah liat, pasir beton dan air sebanyak 1buah
yang bekerja secara semi otomatis
3. Rancang bangun untuk modifikasi alat pencetak dari sistem dongkrak
hidrolis secara manual menjadi sistem donkrak semi otomatis sebanyak
1 buah dan cetakannya sebanyak 9 macam karena berdasarkan jumlah
jenis batu bata gajah tersebut.
4. Merancang alat conveyor dan akan dibangun pada tahun ke II dan III
5. Pelatihan pengolahan beton
- Masyarakat akan dilatih memilih bahan bangunan untuk kebutuhan campuran
beton. Pemilihan tersebut berdasarkan Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
Indonesia (PUBI-1982). Beton adalah bahan bangunan yang diperoleh dengan
mencampurkan agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dan semen
portland atau bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa
bantuan tambahan lain. Wheeler (2005) menyatakan bahwa komposisi bahan
batu bata gajah terdiri dari 74,3% tanah, 10,0% pasir, 6,2% semen dan 9,5% air.
Masyarakat akan dilatih dalam memilih bahan pasir dan tanah yang sesuai seperti
dipersyaratkan oleh Wheeler (2005). Pengolahan terhadap material-material
bangunan tersebut akan dilaksanakan di workshop industri tersebut dengan
berpedoman pada pegolahan beton untuk bahan pengisi dinding yang
dipersyaratkan pada SNI.Peserta yang terlibat adalah masyarakat sebanyak 10
orang.
- Cetakan Slump
Cetakan slump digunakan dilapangan dan pada laboratorium yang berfungsi untuk
menguji kelecakan adukan beton.
- Tongkat pemadat
Berdiamater 16 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat yang digunakan untuk
memadatkan hasil campuran beton dalam alat pencetak.
- Alat pelapis (capping) dan balok kayu sesuai dengan ukuran cetakan.
Digunakan sebagai alas pada saat batu bata gajah selesai dicetak
- Goni digunakan untuk perawatan beton sesudah dicetak dan setiap hari harus
disiram dengan menggunakan air sampai umur beton 7 hari dan 21 hari.
12
- Peralatan tambahan (ember, sekop, sendok semen) digunakan untuk mengaduk
campuran semen, pasir dan air.
- Rusuk-rusuknya siku satu terhadap yang lain, dan sudut rusuknya tidak mudah
dirapihkan dengan kekuatan jari tangan.
- Ukuran batu bata gajah100 x 150 x 300 mm (4”x6”x12”) dalam 9 jenis batu bata
gajah yang berbeda dengan cara menambahkan atau mengurangi bagian dari
cetakan.

Gambar 3 Pasak jantan dan betina pada batu bata gajah (Wheeler, 2005)

6. Pengujian hasil produk batu bata gajah


Hasil produk batu bata gajah akan diuji mutunya sebelum dan sesudah dilakukan
pelatihan, gunanya untuk melihat perbedaan mutu produk yang dihasilkan. Menurut
wheeler (2005)batu bata gajah mampu menghasilkan kekuatan 7800 kg/blok atau 2,6
Mpa.Cole (2009) juga melakukan analisis stuktur terhadap pasangan batu bata
gajah.Hasil analisis isi memenuhi hampir seluruh ketentuan ACI 530-08. Hasil yang
tidak memenuhi merupakan pemasangan tulangan horizontal setiap 8 blok pasanggan
ICED, sedangkan hasil yang memenuhi syarat adalah setiap 4 blok.
Untuk mengetahui baik dan buruk mutu produk harus dilakukan pengujian uji syarat
fisis batu bata gajahterhadap ukurannya dan kuat tekannya berdasarkan Anonim 1989
(a) dan Anonim 1989 (b).

Pengukuran benda uji


Alat pengukur dipakai caliper/mistar sorong yang dapat mengukur teliti sampai 1
mm, setiap pengukuran panjang, lebar, tebal batu bata gajah atau tebal dinding
berlubang dilakukan paling sedikit 3 kali pada tempat yang berbeda-beda. Kemudian
dihitung rata-rata dari ketiga pengukuran tersebut.

13
- Pengukuran luas lubang. Pengukuran penampang lubangdilakukan dengan
menggunakan alat ukur mistar sorong sampai ketelitian 1 mm. Jumlah luas dari
seluruh lubang dihitung dalam persen terhadap luas bruto dari bidang bata yang
berlubang itu.
- Uji kuat tekan. Arah tekanan bidang tekan batu bata gajah disesuaikan dengan
arah tekan beban didalam pemakaian, dalam hal ini batu bata gajah digunkan
hanya untuk dinding rumah. Kecepatan penekanan dari mulai pemberian batu
bata gajah sampai hancur diatur sehingga tidak kurang dari 1 menit dan tidak lebih
dari 2 menit.
- Uji penyerapan air. Timbangan yang digunakan yang dapat menimbang teliti
sampai 0,5% dari berat batu bata gajah. Batu bata gajah direndam dalam air
bersih yang bersuhu ruangan selama 24 jam, kemudain diangkat dan
permukaannya diseka dengan kain lembab agar air yang berlebihan yang masih
melekat dipermukaan terserap kain lembab itu. Kemudian ditimbang dan
dikeringkan dalam dapur pada suhu 1050 C sampai beratnya pada 2 kali
penimbangan tidak berbeda lebih dari 0,2 % dari penimbangnya terdahulu.
Selisih penimbangan dalam keadaan basah dan kering adalah jumlah penyerapan
air dan harus dihitung berdasarkan persen berat benda uji kering.
Peralatan yang digunakan dalam pengujian mutu batu bata gajah adalah timbangan
dengan ketelitian 0,1 gram, compression machine untuk pengujian kuat tekan beton,
spidol kedap air yang berfungsi untuk memberi nama, nomor dan tanggal, kereta
dorong yang berfungsi untuk mengangkat benda uji.
7. Pelatihan manajemen produksi dan pemasaran
Pelatihan ini menggunakan metode ceramah dan praktek langsung dilapangan
bagaimana manajemen produksi dan pemasaran yang akan diterapkan untuk
menghasilkan produksi yang efektif dan efisien. Diharapkan pengelola pabrik batu
bata gajah dapat menerapkan dan mengetahui berapa modal, biaya operasi,
keuntungan serta target produksinya setiap bulan. Diharapkan juga pengelola
mengetahu trik pemasaranbatu bata gajah sehingga mempunyai langganan tetap
dan menambah langganan baru salah satunya dengan membuat promosi berupa
spanduk di bahagian depan industri serta pembuatan jaringan usaha. Tata letak
hasil produksi juga akan ditata sehingga menjadi daya tarik konsumen untuk datang
membeli produk yang ditawarkan.
14
8. Pelatihan metode pelaksanaan pekerjaan pemasangan dinding bangunan
Pada pelatihan ini melebatkan 10 orang tukang bangunan yang merupakan
masyarakat setempat. Langkah-langkah pelatihan adalah:
- Pelatihan dimulai dengan mengenalkan terlebih dahulu nama-nama komponen
bangunan rumah dan fungsinya dengan menggunakn metode pemaparan gambar-
gambar bangunan mengggunakan infokus dan diskusi yang dilaksanakan di
posko.
- Menjelaskan cara pemasangan dinding batu bata gajah berdasarkan Wheeler
(2005) menggunakan media gambar bestek.
Wheeler (2005) menyatakan bahwa metode pemasangan batu bata gajah yang
tidakmenggunakan mortar (campuran semen, air dan pasir) dimungkinkan karena
adanya pasak jantan pada sisi atas dan pasak betina di sisi bawahnya yang akan
saling mengunci ketika ditindih atau dipasang. Sistem kunci ini menghemat
tenaga kerja dan waktu yang dihabiskan untuk mengaduk, menggunakan dan
waktu yang dibutuhkan untuk menunggu semen kering.Selain itu, penampilan
luar batu bata gajah yang menarik menyebabkan tidak perlu dilakukannya
plesteran dan pengecatan. Batu bata gajah dapat digunakan sebagai struktural
yang dapat menggantikan peran kolom dan balok dalam suatu konstruksi.
Penggunaan batu bata gajah memberikan perbedaan pada pekerjaan dinding yang
menghilangkan sloof, kolom dan ring balok pada bangunan sederhana,
sedangkan pengerjaan komponen bangunan lainnya masih tetap sama. Wheeler
(2005) menyarankan pondasi batu kali dengan komposisi 1:3:5 (semen : pasir :
batu) untuk rumah sederhana dengan kedalaman pondasi disesuai-kan dengan
kondisi tanah. Posisi sloof diatas pondasi digantikan oleh pasangan batu bata
gajah blok saluran dengan cor semen didalam saluran dan penempatan tulangan
vertikal pada sudut, sisi-sisi bukaan untuk pintu dan jendela serta pada
simpangan. Tulangan vertikal ini dapat ditambahkan di beberapa bagian, yaitu
pada setiap sudut, sisi-sisi pintu dan jendela serta pada bagian yang memiliki
luas yang cukup besar.
Pemasangan dilanjutkan seperti halnya pekerjaan pasangan batu bata biasa akan
tetapi tidak menggunakan mortar dan adanya penambahan tulangan horizontal
pada sisi pintu dan jendela serta setiap 4 blok. Pada blok yang memiliki tulangan
horizontal maka akan di pasangan blok saluran. Karena tidak adanya kolom,
15
maka pada persimpangan memiliki pola khusus.Jika diinginkan kolom juga dapat
dibentuk dengan memasang blokganda dengan meletakkan tulangan didalam
lubang batu bata gajah dan mengecornya.
Dalam pelatihan ini diperlukan modul pelatihan dan alat-alat peraga dan hasilnya
adalah contoh konstruksi dinding yang dipraktekan di lokasi industri .material
dan peralatan pertukangan yang diperlukan dalam pelatihan adalah : semen,
pasir, besi, kayu bekesting/mal, paku, pipa air, palu, gergaji, cangkul, sekop,
ember, sendok semen, waterpass, unting-unting, kereta dorong dan selang air
9. Pelatihan desain rumah minimalis menggunakan material batu bata gajah
Desain rumah minimalis akan dirancang oleh tim pengusul dan dibantu oleh
mahasiswa dari Prodi Teknik Arsitek. Desain rumah yang akan diproduksi
disesuaikan dengan minat keinginan calon pembeli batu bata gajah. Beberapa
alternatif desain rumah akan dibuat terlebih dahulu dan akan dipromosikan kepada
calon pembeli atau konsumen. Pelatihan Rencana Anggaran Biaya (RAB) akan
diberikan kepada pengelola industri sehingga diketahui berapa kebutuhan biaya
untuk membangun rumah. Hasil desain tersebut akan diberikan kepada tukang yang
sudah dilatih untuk mengerjakan konstruksi rumah dengan menggunakan material
batu bata gajah. Tenaga kerja atau tukang bangunan akan dilatih bagaimana
membaca gambar dari denah sampai dengan gambar detail bangunan.
10. Pelatihan promosi hasil produk
Selama ini hasil produk tidak diketahui oleh masyarakat luas karena industri ini
tidak mempunyai jaringan pemasaran yang luas dan tidak mempunyai jaringan
media sosial seperti website untuk mempromosikan hasil produk. Sehingga
pengelola akan diberikan:
- Pelatihan mendesain website dengan mengenalkan terlebih dahulu teknologi
komputer dan internet.
- Mendesain dan membuat papan nama industri dan spanduk yang berisikan
petunjuk keberadaan industri dan hasil produksi.

3.2 Penelitian Untuk Penyempurnaan Teknologi Yang Diterapkan


Batu bata gajah nama lainnya adalah bata bertautan (interlocked brick) bermula
pada awal 1900 yang terinspirasi dari mainan anak-anak McKusick (1997) yaitu mirip
mainan bongkar pasang (LEGO). Batu bata gajah merupakan sebuah bata yang dibuat
16
dari tanah yang dicampur, kemudian dicetak lalu di-curing. Bata ini merupakan
alternatiflain dari dinding karena bata ini menonjolkan sisi ramah lingkungan,
mengurangi waktu konstruksi daripada batu bata tradisional dan mengurangi biaya
pembangunan karena tidak diperlukan tenaga professional untuk memasanganya.
Sudah banyak penelitian yang telah dilakukan terhadap berbagai macam jenis
bata ini terhadap perbandingan campuran bahan baku bata berdasarkan kekuatan tekan
(Webb and Lockwood (1987). Berdasarkan literatur berdasarkan beberapa eksperimen
yang telah dilakukan bahwa material-material pembentuk bata ini terdiri dari 3 jenis
agregat campuran yaitu agregat halus, agregat semi halus (tanah merah, batu kapur,
tanah putih, tanah liat, lumpur atau fly ash) serta agregat kasar. Analisis sifat kimia
bahan baku bata gajah juga telah dilakukan (Anonim, 2010). Bahan baku yang
digunakan adalah bahan baku yang tersedia dilokasi industri.
Batu Bata Hemat Semen (BBHS)/Interlocked Brick adalah batu bata yang
pemasangannya dengan menunpuk bersilang sehingga bisa saling berkait, design bata
yang berbagai macam bentuk seperti HH Model, W Model, MR Model, S Model, T
Model, H Brick, Durablock, Hollow Term, Interlocking Hollow Block, Thai Interlocked
Bricks, Solbric System From South Africa, Hydraform System From South Africa,
Bamba System from South Africa, Auram System From India, dan Tanzanian
Interlocked Brick System (Insaeni dkk, 2014). Design bata tersebut masing-masing
mempunyai fungsi tersendiri, misalnya ada yang sebagai begesting, sebagai penahan
struktur dan nonstruktur.
Penelitian terhadap kelebihan dan kelemahan dari berbagai macam material
untuk pekerjaan dinding konstruksi rumah telah dilakukan oleh Rizki (2015) dengan
menggunakan metode value management.Penelitian dilakukan pada Industri Batu Bata
Gajah di Gampong Miruek Lamreudeup.Hasilnya didapat bahwa penggunaan batu bata
gajah lebih hemat dan cepat dibandingkan dnegan menggunakan batu bata merah serta
sangat ramah lingkungan.
Alat produksi batu bata gajah berbagai macam teknologinyayaitu dari teknologi
yang sangat sederhana yaitu pencetakan secara manual, semi otomatis sampai dengan
serba otomatis. Semua alat ini direkayasa agar tercipta mutu produk yang lebih baik.
Gambar di bawah ini menjelaskan roadmap penelitian yang telah dilaksanakan oleh
beberapa peneliti dan juga menjelaskan penelitian yang akan dilaksanakan untuk
penyempurnaan teknologi yang akan diterapkan.
17
Roadmap penelitian yang akan dilaksanakan untuk kegiatan Hi-Link ini adalah:
1. Pada tahun 2015 telah dilakukan kajian terhadap batu bata gajah pada industri mitra.
Menggunakan metode value management dengan hasil penelitian bahwa
penggunaan batu bata gajah pada konstruksi rumah sangat efektif dan efisien (Rizki,
2015) dan akan dikaji lagi pada Tahun I.
2. Penelitian terhadap faktor-faktor penyebab industri ini tidak berkembang juga telah
dilakukan oleh Rizki (2015) dan akan dikaji lebih mendalam pada Tahun I.
3. Analisis terhadap perbandingan campuran bahan baku batu bata gajah atau mix
design, sifat fisis serta kimia yang akan dilakukan di Laboratorium Konstruksi dan
Bahan Bangunan dan akan dilakukan pada Tahun 1 dan Tahun II.
4. Kajian terhadap value management pekerjaan pasangan dinding menggunakan batu
bata gajah dan dengan menggunakan pasangan dinding lainnya seperti bata ringan,
batako dan lain sebagainya dan akan dilakukan pada Tahun II
5. Kajian terhadap metode pelaksanaan dan produktivitas pasangan dinding
menggunakan batu bata gajah akan dilakukan pada Tahun I, II dan III
6. Kajian terhadap alternatif design rumah yang diminati oleh masyarakat di Kota
Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan batu bata gajah yang
secara tidak langsung mensosialisasikan keberadaan produk batu bata gajah ini
yang akan dilaksanakan pada Tahun I, II dan III.
7. Analisis prosedur administrasi dalam mempersiapkan izin industri dan merk dagang
pada Tahun I dan II. Pada Tahun III dilaksakan design kemasan produk sehingga
meningkatkan daya tarik konsumen.
8. Mengkaji manajemen produksi dan pemasaran yang dapat meningkatkan penjualan
yang dimulai dilakukan penelitian pada Tahun I dan II. Pada Tahun III memperluas
pemasaran dengan menyiapkan sistem marketing dalam bentuk e-business dan
melakukan branding produk dengan melibatkan konsultan marketing.

9. Menghasilkan teknologi alat yang dapat meningkatkan mutu dan hasil produksi dari
alat cetak secara sederhana menjadi alat cetak secara otomatis yang terdiri dari:
- Alat crusher yang akan dirancang bangun sebanyak 1 buah yang bekerja secara
semi otomatis yang berfungsi untuk menghancurkan tanah liat yang akan
dilaksanakan pada Tahun I.
- Alat crusher tersebut akan disempurnakan kembali dengan bekerja secara

18
otomatis pada Tahun II.
- Mixer sebagai alat pengaduk bahan baku pembentuk batu bata gajah sebanyak 1
buah yang bekerja secara semi otomatis dan akan dilaksanakan pada Tahun I
- Mixer tersebut akan disempurnakan dan akan bekerja secara otomatis pada
Tahun II.
- Alat pencetak batu bata gajah secara semi otomatis sebanyak 1 buah dan
cetakannya sebanyak 9 buah karena batu bata gajah mempunyai 9 macam bata
yang akan dilaksanakan pada Tahun I.
- Alat pencetak tersebut akan disempurnakan dan akan bekerja secara otomatis
pada Tahun II.
- Alat conveyor yang akan dirancang bangunyang berfungsi untuk mengambil
bahan baku ditempat penumpukan bahan dan akan dibawa ke alat crusher dan
setelah itu ke alat mixer dan kemudian dituangkan ke alat pencetak batu bata

Peralatan
Metode
Material pelaksanaan

Webb & lockwood (1987) & Insaeni dkk (2014) Yakubu & Umar (2015)
Sornchomkeaw (2013) menganalisis mengembangkan metode Rekayasa terhadap alat
perbandingan campuran bahan pelaksanaan konstruksi pencetak bata interlocking
pembentuk bata interlocking menggunakan bata
interlocking
Carrasco dkk (2013) dan
Mohammed (2012) mengujii
kekuatan bata interlocking

Meningkatnya
produksi dan
mutu batu bata
gajah

Adedeji & Ga (2012) meneliti


Fristanto (2014) metode efektifnya waktu tukang
membuat website sebagai media bangunan dalam membangun
promosi dan pemesanan produk rumah dengan bata interlocking
Rizki (2015) meneliti batu bata
gajah ramah terhadp lingkungan
dibandingkan dengan batu bata
Purnomo (2014) meneliti merah
pengaruh produk dan promosi
terhadap volume penjualan

Sumber
Promosi Lingkungan
daya
manusia
Gambar 4. Roadmap penelitian

gajah. Setelah dicetak maka hasil cetakan akan dibawa ke tempat proses curing.
Alat ini akan dirancang bangun dan dioperasikan pada Tahun II. Pada Tahun III

19
akan disempurnakan dan dirangkai sedemikian rupa sehingga alat crusher, mixer,
dan alat pencetak dapat bekerja secara otomatis.
- Pada Tahun III melakukan modifikasi dan peningkatan teknologi pencetakan
yang dapat mencetak dilokasi proyek pembangunan rumah. Alat ini dapat
dibongkar pasang dan ditempatkan pada lokasi pembangunan.

3.3 Penguatan Kelembagaan (capacity building) dan sumber daya, pengembangan


Staff, dan Keterlibatan Mahasiswa
Penguatan kapasistas kelembagaan merupakan suatu pendekatan pembangunan
dimana semua orang (pihak) memiliki hak yang sama terhadap sumberdaya, dan
menjadi perencana pembangunan bagi diri mereka. Penguatan kapasistas kelembagaan
dengan cara koloborasi tugas dan tanggung jawab yang tertuang dalam struktur
organisasi antara masyarakat industri, perguruan tinggi serta pemerintah daerah adalah
terfokus pada membantu mitra industri untuk menjadi lebih mandiri dalam hubungan
jangka panjang. Penguatan manajemen organisasi pengelola industri akan dilaksanakan
dengan membentuk kembali struktur organisasi pengelola yang dipilih oleh masyarakat
pada tingkat kecamatan dan desa. Setelah dibentuk struktur organisasi maka semua
orang yang terlibat dalam struktur tersebut mengetahui tugas dan tangung jawabnya
masing-masing.
Peran perguruan tingggi adalah sebagai pendamping dalam meningkatkan
teknologi bahan, peralatan serta pemasaran sehingga terjamin mutu produk yang
dihasilkan oleh industri. Pemerintah daerah mengemban fungsi mengarahkan
masyarakat industri dengan mengambil kebijakan strategis di daerah tersebut agar
masyarakat mampu mengemban kapasitasnya sendiri. Semua tugas dan tanggung jawab
masing-masing pihak termuat dalam suatu sruktur organisasi yang berbadan hukum.
Sumberdaya alam yang dibutuhkan dalam industri ini diperoleh dari daerah
setempat sehingga dalam operasionalnya tidak terdapat kendala.Sumberdaya alam
seperti tanah liat dan pasir beton sebagai material pokok untuk bahan bangunan
pembentuk batu bata gajah.Peningkatan sumberdaya manusia dilakukan dengan
memberi pelatihan dan pengarahan dalam memproduksi dan memasarkan produk batu
bata gajah.
Mahasiswa yang terlibat dalam program ini direncanakan 6 orang setiap
tahunnya yang terdiri dari Program Studi:
- Teknik Sipil sebanyak 4 orang mahasiswa dengan topik skripsinya adalah analisis
20
mutu batu bata gajah yang dihasilkan oleh mitra industri serta mix desain, kajian
value management material batu bata gajah dibandingkan dengan material
pasangan dinding lainnya seperti batu bata merah, batako dan lain sebagainya
serta kajian metode pelaksanaan bangunan menggunakan batu bata gajah.
- Teknik Arsitektur sebanyak 2 orang mahasiswa dengan topik skripsinya adalah
rancangan/desain rumah minimalis dan tahan gempa.

21
BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI

Lembaga Pennelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unsyiah telah


banyak melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi, salah satunya adalah pelaksanaan
pengabdian kepada masyarakat yang pada umumnya untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat. Kepakaran yang dimiliki oleh tim pengabdi berbagai macam bidang ilmu
dan disesuaikan dengan kebutuhan dari tema pengabdian yang diusung.
Dalam melaksanakan kegiatan pengabdian initim pengabdi terdiri dari berbagai
bidang disiplin ilmu. Koloborasi disiplin ilmu tersebut terdiri dari Jurusan Teknik Sipil,
Arsitektur, Mesin dan dari Fakultas Ekonomi.Kualifikasi Tim Pelaksana, Relevansi Skill
Tim, Sinergisme Tim dan Pengalaman Kemasyarakatan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2. Kualifikasi Tim
No Nama Pengalaman pengabdian yang Instansi/Bidang Tugas dan Tanggung Jawab
relevan dengan program yang Kepakaran
diusulkan
1. Dr. Yulia Meningkatkan teknologi alat dan Jurusan Teknik  Sosialisasi program
Hayati., bahan dalam pencetakan batako Sipil/Teknologi bahan  Pelatihan pengolahan beton dan
ST., M.Eng pada industri rumah tanggadi Kota bangunan dan mutu memastikan tercapainya mutu produk
Banda Aceh sehingga mutu produk produk  Merencanakan mix design beton
meningkat dan sesuai dengan SNI  Memastikan tercapainya output dan
pada tahun 2015. outcome yang diharapkan Pengurusan
industri berbadan hukum
 Pelatihan dan aplikasi manajemen
pemasaran
 Pelatihan dan aplikasi manajemen
produksi
2. Nurul Meningkatkan teknologi alat dan Jurusan Teknik  Sosialisasi program
Malahayati. bahan dalam pencetakan batu bata Sipil/Metode  Rancang bangun lay out industri
, ST., M.Sc sehingga mutu produk meningkat Pelaksanaan konstruksi  Pelatihan metode pelaksanaan
dan sesuai dengan SNI pada tahun dan analisis mutu pemasangan konstruksi dinding untuk
2015, mendesain pasar tradisional produk pekerja bangunan
Rukoh Barona pada tahun 2011dan  Rencana anggaran biaya dan jadwal
membentuk pengelola sampah di pelaksanaan pembangunan rumah
pasar tersebut pada tahun 2013. menggunakan batu bata gajah
 Pengkajian batu bata gajah dengan metode
value management
3. Cut Mendesain pasar tradisional rukoh Jurusan  Sosialisasi program
Nursaniah., barona pada tahun 2011, melatih Arsitektur/Desain  Rancang bangun rumah menggunakan
ST., MT industri rumah tangga dalam rumah dan analisis batu bata gajah
mendesain kain berbagai motif struktur  Pengembangan alternative design rumah
tahun 2015, meneliti rumah menggunakan batu bata gajah
tradisional tahan bencana pada  Rancang bangun merk dagang
tahun 2015.  Analisis struktur rumah menggunakan
batu bata gajah
 Rancang bangun website promosi
4. Teuku Rancang bangun alat pencacah Jurusan Teknik Mesin/  Sosialisasi program
Firsa., ST., sampah tahun 2013, alat. Pelatihan Rancang bangun alat  Rancang bangun mesin pencetak dan
M.Sc Pembuatan Dan Modifikasi Perahu pencetak batu bata instalasi alat pelengkapnya secara
Pengangkat Lumpur Tambak Udang gajah bertahap dari manual sampai dengan
Dari Bahan Komposit otomatis
Fiberglasspada tahun 2012.  Pelatihan perawatan alat pencetak batu
bata gajah
22
BAB 5
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

Hasil yang dicapai pada tahun ke-1 adalah penguatan struktur organisasi pengelola
industri batu bata gajah. Meningkatnya pengetahuan dan teknologi masyarakat dalam
memproduksi batu bata gajah, produk batu bata gajah meningkat, adanya desain
alternatif rumah & meningkatnya keterampilan pekerja bangunan dalam membangun
rumah menggunakan batu bata gajah, masyarakat sudah mengetahui kelebihan dari batu
bata gajah melalui website promosi .
Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan langkah-langkah pendekatan yaitu
sosialisasi kepada mitra dan pelatihan serta implemantasi kegiatan sehingga tercapai
tujuan pengabdian. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada uraian sub bab di bawah
ini.

5.1 Sosialisasi Kegiatan


Sosialisasi kegiatan dilaksanakan pada awal kegiatan akan dilakukan, masyarakat
yang dituju adalah masyarakat pada Gampong Miereuk Lamreudeup yang terlibat dalam
pengelolaan produk batu bata gajah, tim pengusul, mahasiswa dan Pemda. Tujuan
sosialisasi kegiatan adalah agar masyarakat mengetahui program apa saja yang akan
dilaksanakan oleh tim pengabdi, Badan Pemberdayaan Masyarakat Gampung (BPMG)
Provinsi Aceh dan mahasiswa di Gampong Miureuk Lamreudeup. Sosialisasi ini
dilaksanakan tahap demi tahap, yang pertama dilaksanakan langsung oleh tim pengabdi
kepada pengelola yang terlibat pada industri batu bata gajah, kemudian kepada para
pekerja yang mencetak batu bata gajah, sosialisasi dengan mahasiswa yang akan
melaksanakan Tugas Akhir (Skripsi), sosialisasi dengan tim BPMG Provinsi Aceh dan
kemudian baru diadakan pertemuan dengan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini.
Pada kegiatan sosialisasi ini banyak terjadi diskusi untuk menyatukan pendapat
terutama masalah teknis pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan agar pelaksanaan
pengabdian ini dapat berjalan sesuai dengan keputusan bersama. Foto Kegiatan
sosialisasi dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

23
Gambar 5 . Sosialisasi kegiatan kepada masyarakat, mitra, Pemda dan mahasiswa

5.2 Penguatan Manajemen Pengelola Industri

Struktur organisasi pengelola industri sudah dibentuk pada tahun 2008, tetapi
pada tahun 2011 sampai sekarang industri ini hanya dikelola oleh satu orang saja yang
disebabkan oleh menurunnya penjualan sehingga batu bata gajah hanya diproduksi
apabila ada pesanan konsumen saja. Pada kegiatan pengabdian ini, struktur organisasi
dikuatkan kembali dengan menyusun kembali orang-orang yang terlibat dalam tim
pengelola industri. Banyak hal-hal yang telah disampaikan saat berdiskusi antara tim
pengabdi dan pengelola industri. Hasil musyawarah tersebut memutuskan bahwa orang-
orang yang terlibat dalam pengelola industri dan tercantum dalam struktur organisasi
diaktifkan kembali tetapi operasionalnya melibatkan mahasiswa yang mengambil Tugas
Akhir baik dari Strata 1 dan Diploma 3 Universitas Syiah Kuala. Struktur organisasi
pengelola industri dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

24
Gambar 6 . Struktur Organisasi Pengelola Industri

Pembentukan struktur organisasi yang berbadan hukum dan merupakan salah satu
syarat untuk dapat dimasukan dalam pendanaan ABPD Provinsi Aceh Tahun Anggaran
2017 pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Provinsi Aceh maka
harus dibentuk struktur organisasi Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek)
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Struktur organisasi ini terdiri dari
masyarakat yang terlibat dalam industri ini dan pemerhati Teknologi Tepat Guna.
Sehingga orang-orang yang terlibat adalah masyarakat setempat dan 2 orang anggota
pengabdian ini. Pembentukan struktur organisasi ini akan disahkan oleh Bupati
Kabupaten Aceh Besar . Sampai saat ini masih dalam pengurusan di tingkat DPMG
Kabupaten Aceh Besar.

Posyantek merupakan suatu organisasi yang dibina langsung oleh DPMG Provinsi
Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Organisasi ini bisa bergerak dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) sehingga bukan
saja untuk kegiatan TTG dalam produksi batu bata gajah. Bila Posyantek ini sudah
terbentuk maka kegiatan produksi batu bata gajah merupakan salah satu program yang
akan dilaksanakan di Kecamatan Baitussalam ini. Struktur organisai yang direncanakan
adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

25
Ketua
Maimun Safrizal

Bendahara Sekretaris
Saifuddin Yulia hayati

Seksi Pelayanan Seksi Kemitraan Seksi Pemgembangan


Maulana Rizki Iqbal Riza Nurul Malahayati

Anggota Anggota Anggota


Zahara Maulidar Zulkifli Adiannur

Gambar 7 . Struktur Organisasi Posyantek dan Gambar Kegiatan Diskusi


Pembentukan Struktur Organisasi dengan DPMG Provinsi Aceh

5.3 Pengaturan Lay Out Industri


Lay out industri di desain kembali agar produksi batu bata gajah dapat berjalan
efektif dan efisien. Sebelum dilakukan kegiatan ini peralatan yang dimiliki oleh mitra
hanya alat pencetak batu bata gajah yang operasionalnya bekerja secara manual. Pada
saat kegiatan ini berlangsung maka peralatan yang akan ditempatkan di industri mitra
terdiri dari alat cruser, mixer, dan pencatak batu bata gajah yang opersionalnya sistem
semi automatis. Penempatan material pembentukan batu bata gajah, hasil produk dan
gudang penyimpanan juga ditata kembali. Gambar di bawah ini menjelaskan denah lay
out industri sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan lay out industri.

26
Gambar 8. Lay Out Industri

5.4 Perawatan Alat Pencetak Manual Batu Bata Gajah dan Alat Semi Automatik
Alat-alat milik mitra diperbaiki kembali dan dirawat kembali dengan membongkar
elemen-elemen yang sudah rusak dan menyiramnya dengan minyak pelumas dan oli.
Para pekerja yang bekerja sebagai pencetak dilatih dalam merawat alat tersebut. Gambar
di bawah ini menjelaskan kegiatan perawatan alat pencetak yang telah dilakukan.

27
Gambar 9. Perawatan Peralatan Pencetak Batu Bata Gajah

Gambar diatas menjelaskan pelatihan dan perawatan alat semi automatik untuk
mencetak batu bata gajah yang terdiri dari alat pencetak batu bata gajah, cruser dan mixer.

5.5 Modifikasi/Peningkatan Teknologi Peralatan


Sebelum dilakukan kegiatan pengabdian ini maka proses pencetakan batu bata
gajah masih dilakukan secara manual. Proses pencetakannya dapat diuraikan seperti di
bawah ini:

(1) Penyaringan material pasir dan tanah liat menggunakan alat saringan manual
dengan diameter saringan 0.5 inchi.

(2) kemudian material semen, pasir dan tanah liat ditimbang dengan perbandingan
semen 1: tanah 2: pasir 4, setelah ditimbang dengan menggunakan alat timbangan
maka material tersebut dicampur dengan air dan diaduk dengan menggunakan skop
dan cangkul.
28
(3) Setelah teraduk rata maka material siap untuk dimasukan dalam cetakan dan proses
pencetakan selesai.

(4) Material yang sudah dicetak akan dipindahkan ketempat pengeringan sementara,
setalah satu hari ditempat pengeringan maka hasil produk dapat dipindahkan
ketempat perawatan beton.

Pada kegiatan pengabdian ini proses pencetakan batu bata gajah akan dilakukan seperti
uraian di bawah ini:

(1) Penyaringan material pasir dan tanah liat menggunakan alat saringan mesin cruser
dengan diameter saringan 0.5 inchi.

(2) kemudian material semen, pasir dan tanah liat ditimbang dengan perbandingan
semen 1: tanah 2: pasir 4, setelah ditimbang dengan menggunakan alat timbangan
maka material tersebut dicampur dengan air dan diaduk dengan alat mixer.

(3) Setelah teraduk rata maka material siap untuk dimasukan dalam cetakan semi
automatis dan proses pencetakan selesai.

(4) Material yang sudah dicetak akan dipindahkan ketempat pengeringan sementara,
setalah satu hari ditempat pengeringan maka hasil produk dapat dipindahkan
ketempat perawatan beton.

Gambar di bawah ini menjelaskan peralatan yang digunakan sebelum dan


sesudah dilakukan peningkatan teknologi dalam mencetak batu bata gajah. Alat-alat
tersebut sedang di uji coba operasionalnya di tempat perakitan dan di industri mitra.

29
Gambar 10. Peningkatan Teknologi Peralatan

5.6 Pelatihan Pencampuran Material Pembentuk Batu Bata Gajah


Pelatihan pencampuran material pembentuk batu bata gajah dilakukan di industri
mitra dan dihadiri oleh mahasiswa, pengelola industri dan para pekerja. Pelatihan ini
masih dilakukan secara manual atau tidak menggunakaan mesin pengaduk. Absen
kehadiran dapat dilihat pada Lampiran.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat material batu bata gajah adalah
semen, pasir, tanah liat, dan air. Sedangkan peralatan yang diperlukan adalah ayakan
pasir, kotak adukan, sendok semen, sekop, cangkul, ember dan ember penyiran dan
plastik (untuk menjaga kelembaban).
Persiapan :

Siapkan perkakas, peralatan dan bahan. Ayak pasir pertama dengan ayakan pasir dan
ayak juga tanah liat dengan diameter yang sama untuk mendapatkan ukuran yang sama.
Pasir dan tanah liat harus bersih dari kotoran, sampah dan lumpur.
30
Mengaduk beton untuk material batu bata gajah

Perbandingan adukan untuk 1 zak semen dicampur dengan 80 kg tanah liat dan 160 kg
pasir yang dapat menghasilkan 40 batu bata gajah. Langkah-langkah mengaduk beton
secara manual adalah sebagai berikut :

 Taburkan sejumlah pasir dan tanah liat yang telah diukur yang telah diukur setebal
10 cm di kotak adukan
 Tuang semen di atas pasir dan tanah liat dan aduk semuanya secara bersama-sama
sampai warna keduanya tercampur;
 Bentuk adukan menjadi gundukan, dan buat lubang seperti cekungan di tengah;
 Siram dengan sedikit air secara perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta yang
merata;
 Periksa adukan: ambil segenggam penuh adukan dan bentuk seperti bola kecil.
Jika bola tersebut tidak retak, dan tangan sedikit basah, adukan siap untuk dicetak.
Dibawah ini adalah gambar saat pelatihan sedang berlangsung. Dapat dijelaskan
bahwa setelah proses pelatihan pencampuran seperti yang telah dijelaskan diatas maka
beton di masukan kedalam alat cetak batu bata gajah dengan menggunakan wadah dan
sebelumnya ditimbang terlebih dahulu. Untuk satu cetakan sebanyak 8 kg campuran
beton yang digunakan. Setelah dicetak kemudian diangkat dan disusun ditempat
pengeringan sementara selama 1 hari, setelah itu diangkat ke tempat perawatan beton
selama umur 28 hari. Proses perawatan batu bata gajah juga diberikan kepada mitra
yaitu dengan menyiram air setiap harinya agar kekuatan beton tercapai. Penjualan dapat
dilakukan setelah beton cukup umur yaitu 28 hari.

31
Gambar 11. Pelatihan Pencampuran Material Pembentuk Batu Bata Gajah

5.7 Pengujian Hasil Produk Batu Bata Gajah


Sampel yang diambil dari industri mitra dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
pengujian, sampel yang diuji adalah batu bata gajah berumur 14 hari, 21 hari, dan 28 hari.
Pertama-tama sampel yang diuji adalah sampel yang masih diproduksi dengan
menggunakan cara manual yaitu pencetakan dengan gaya tekan hidrolis dengan tenaga
manusia. Sampel yang digunakan ini adalah sampel yang komposisi/takaran bahannya
dan cara pengadukan betonnya sebelum dan sesudah pelatihan yang diberikan kepada
mitra. Berikut ini merupakan langkah kerja dan analisis kuat tekan dan penyerapan air
dari sampel mitra yang dilakukan pengujian di laboratrium.
Sampel dari industri masing-masing diambil sebanyak 10 buah yang berumur 14,
21 dan 28 hari dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Pengambilan sampel
dilakukan secara acak, kemudian sampel dilihat permukaannya yang rata dan tidak
terdapat retak-retak serta bagian sudut dan rusuknya tidak mudah dirapihkan. Setelah
sampel sampai di laboratorium selanjutnya dilakukan pemberian nama/kode tiap sampel
dan pengukuran diameter penekanan dengan menggunakan jangka sorong. Selanjutnya
sampel-sampel tersebut di rendam di dalam bak perendam selama 24 jam. Hari
berikutnya sampel di angkat dari bak perendam, didiamkan sekitar 10 menit dan
dibersihkan dengan menggunakan kain pengering lalu dilakukan penimbangan berat
basah dengan menggunakan timbangan. Setelah sampel mendapatkan berat basah, sampel
langsung di masukkan ke dalam oven untuk di keringkan selama kurang lebih 24 jam
pada suhu 1050C. Hari berikutnya sampel dikeluarkan dari oven dan dilakukan

32
penimbangan berat kering, setelah data berat kering yang pertama di dapat, sampel di
masukkan kembali ke dalam oven untuk dikeringkan kembali selama 24 jam pada suhu
1050C. Hari berikutnya sampel di keluarkan dari oven dan di timbang kembali berat
kering yang kedua, ternyata berat keringnya sama dengan berat kering yang pertama.
Selanjutnya sampel langsung di bawa ke tempat mesin Compression Testing Machine
(CTM), lalu tiap-tiap sampel secara bergiliran di taruh pada mesin CTM dengan arah
penekanan sampel disesuaikan dengan arah tekanan beban di dalam pemakaiannya.
Setelah didapat kuat tekan dari tiap sampel, sampel yang telah hancur kemudian dibuang
pada tempat pembuangan yang berada di dekat laboratorium. Pengujian di laboratorium
dilakukan selama 4 hari. Tiap sampel dari kedua industri mendapatkan data berat basah,
berat kering, ukuran dan beban tekan. Selanjutnya data-data tersebut di analisis dengan
rumus penyerapan air dan kuat tekan. Data kuat tekan yang semula dalam satuan kg/cm2
diubah kedalam satuan Mpa dengan dikalikan 0,0981. Foto-foto kegiatan pengujian di
Laboratorium dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

33
Gambar 12. Pengujian sebelum dan Setelah Pelatihan Pengadukan Menggunakan
Alat Cetak Manual

5.8 Pelatihan Manajemen Produksi dan Pemasaran


Pelatihan manajemen produksi diberikan dengan menggunakan metode ceramah
dan diskusi. Mitra dilatih dengan membuat perencanaan kebutuhan bahan dan upah
pekerja perhari, perminggu dan perbulan. Kemudian mitra juga dilatih bagaimana
memprediksi permintaan batu bata gajah perminggu dan perbulan serta merekapitulasi
hasil penjualan perbulan dan pertahun. Perencanaan kebutuhan produksi didapat dari
hasil pengalaman 2 tahun yang lalu, tetapi sangat sulit karena data produksi dan penjualan
tahun yang lalu tidak dibukukan. Sehingga perencanaan kebutuhan produksi
direncanakan berdasarkan hasil diskusi antara tim pengabdi dan mitra. Mitra tidak
kontinyu dalam memproduksi, diproduksi apabila ada pesanan dari konsumen. Hal ini
dikarenakan kurangnya perencanaan dalam memproduksi dan tidak banyaknya
konsumen.
Manajemen pemasaran diberikan kepada mitra dengan memberikan pengetahuan
tentang strategi pemasaran seperti memberikan konsultasi gratis kepada konsumen
tentang desain rumah dengan menggunakan material batu bata gajah. Sehingga
harapannya bukan hanya menjual material batu bata gajah saja tapi juga memberikan
konsultasi gratis kepada konsumen tentang desain yang diinginkan dalam membangun
rumah. Pengetahuan tentang pembukuan uang keluar dan uang masuk diberikan kepada
mitra untuk mengetahui keuntungan yang didapat. Gambar di bawah ini menjelaskan
34
kegiatan yang telah dilaksanakan.

Gambar 13. Pelatihan Manajemen Produksi dan Pemasaran


Proyeksi terhadap rugi dan untung dalam memproduksi batu bata gajah juga
diberikan pada pelatihan produksi ini kepada pengelola industri dan mahasiswa yang
terlibat dalam kegiatan ini.
Tavbel 3. Proyeksi Rugi dan Untung
Harga
No. Uraian Barang Kuantitas Satuan Total Harga

Kebutuhan Batu Bata Gajah Unit 1 Unit Rumah


Type-36

I Harga Jual:

1 Blok Bangunan 3.454 bh 3.400,00 Rp. 11.743.600,00

2 Blok Bangunan Sudut 557 bh 3.400,00 1.893.800,00

3 Blok Bangunan Saluran 724 bh 3.400,00 2.461.600,00

4 Blok Pilar bh 3.400,00 0,00

5 Blok Sudut Saluran 171 bh 3.400,00 581.400,00

6 Blok Bangunan Setengah 340 bh 1.700,00 578.000,00

7 Blok Saluran Setengah 68 bh 1.700,00 115.600,00

8 Blok Sudut Setengah 82 bh 1.700,00 139.400,00

9 Blok Sudut Saluran setengah 68 bh 1.700,00 115.600,00

5.464 bh Rp. 17.629.000,00

II Biaya Produksi

1 Blok Bangunan 3.454 bh 2.100,00 7.253.400,00

2 Blok Bangunan Sudut 557 bh 2.100,00 1.169.700,00

3 Blok Bangunan Saluran 724 bh 2.100,00 1.520.400,00

4 Blok Pilar bh 2.100,00 0,00

5 Blok Sudut Saluran 171 bh 2.100,00 359.100,00

6 Blok Bangunan Setengah 340 bh 1.050,00 357.000,00

7 Blok Saluran Setengah 68 bh 1.050,00 71.400,00

8 Blok Sudut Setengah 82 bh 1.050,00 86.100,00

9 Blok Sudut Saluran setengah 68 bh 1.050,00 71.400,00

35
5.464 bh Rp. 10.888.500,00

III Keuntungan Kotor Rp. 6.740.500,00

(-) Biaya Operational

- Sewa Lahan Usaha 1 bulan 1.500.000,00

- Listrik 1 bulan 1.000.000,00

- Air 1 bulan 175.000,00

- Gaji (2 orang) 1 bulan 2.500.000,00

- Telepon 1 bulan 200.000,00 Rp. 5.375.000,00

IV Keuntungan Sebelum Pajak Rp. 1.365.500,00

(-) Pajak PPN dan PPh (11.5%) 1 bulan 157.032,50

V. Keuntungan Bersih Setelah Pajak 1 bulan/unit Rp. 1.208.467,50

Dibulatkan Rp. 1.200.000,00

VI Kapasitas Produksi (1 bulan = 24 hari)

1 Mesin Manual (1 unit) 650 buah/hari 15.600 bh/bulan

2 Mesin Semi Otomatis (1 Unit) 1.500 buah/hari 34.500,00 bh/bulan


Total Jumlah Produksi (1 Unit Mesin Manual + 1
VII Mesin Oto) 1 bulan 50.100,00 bh/bulan

Kebutuhan Batu Bata Gajah Rumah Type-36 1 Unit 5.464,00 bh

VIII Total Jumlah Rumah yang DiProduksi 1 Bulan 9,17 Unit

Dibulatkan 9,00 Unit

IX Keuntungan Bersih setelah Pajak 9 Unit 1.208.467,50 Rp. 10.876.207,50

Tahun Proyeksi Keuntungan Jumlah Keuntungan/U JUMLAH/ TAHUN


Unit/Tahun nit

Penjualan Batu Bata Gajah Untuk Type-36


I ( 9 Unit x 12 bulan) 36 Unit 1.200.000,00 Rp 43.200.000,00
Penjualan Batu Bata Gajah Untuk Type-36
II ( 9 Unit x 12 bulan) 108 Unit 1.200.000,00 Rp 129.600.000,00
Penjualan Batu Bata Gajah Untuk Type-36
III (15 Unit x 12 bulan) 180 Unit 1.200.000,00 Rp 216.000.000,00
Penjualan Batu Bata Gajah Untuk Type-36
IV (20 Unit x 12 bulan) 240 Unit 1.200.000,00 Rp 288.000.000,00
Penjualan Batu Bata Gajah Untuk Type-36
V (21 Unit x 12 bulan) 252 Unit 1.200.000,00 Rp 302.400.000,00

Tahun EAT Penyusutan Proceed DF 20% PV kas bersih


2016 43.200,00 70.000,00 113.200 0,833 94.296
2005 129.600,00 70.000,00 199.600 0,694 138.522
2006 216.000,00 70.000,00 286.000 0,579 165.594
2007 288.000,00 70.000,00 358.000 0,482 172.556
2008 302.400,00 70.000,00 372.400 0,402 149.705

Jumlah PV kas bersih


720.673

Aspek keuangan (kriteria penilaian investasi) dengan analisis 1 PV Kas Bersih


36
dijelaskan sebagai berikut:
- Tahun 2016, Posyantek Kecamatan Baitusssalam Kabupaten Aceh Besar dengan
Usaha Batu Bata Gajah berinvestasi dengan modal sendiri Rp.500.000.000,
modal kerja Rp.150.000.000. Umur ekonomis 5 tahun dan disusutkan tanpa nilai
sisa. Pengembalian tingkat bunga yang diinginkan 20%. Perkiraan laba setelah
pajak selama 5 tahun adalah 43,2 juta, 129,6 juta, 216 juta, 288 juta dan 302,4
juta.
- Penyusutan = (investasi – modal kerja)/umur ekonomis
- Penyusutan= (500.000.000 – 150.000.000)/5 tahun = Rp. 70.000.000/tahun
- Jika tiap tahun beda = Investasi = Rp. 500.000.000
- . Proceed th 1 = Rp. 113,200,000–
- . = Rp. 386,800,000
- . Proceed th 2 = Rp. 199,600,000 –
- . = Rp. 187.200,000
- PP = (187.200.000 / 286.000.000) x 12 bln = 7,85 bln atau 8 bln. (2 tahun 8
bulan)
- Berdasarkan perhitungan diperoleh PP < umur investasi, maka proyek tersebut
layak untuk dijalankan.
Aspek keuangan dengan analisis 3 Average Rate of Return (ARR)/ rata
rata pengembalian bunga dijelaskan seperti di bawah ini.
Rata - Rata EAT
ARR  X 100% Total EAT
Rata - Rata Investasi Rata - Rata EAT 
Umur Ekonomis

979.200
Rata - Rata EAT   195.840
5

Investasi 500.000
Rata - Rata Investasi    100.000
5 5

195.840
ARR  x100%  1,96%
100.000

ARR x Investasi = … (Jika > Modal Kerja, maka Proyek Layak)

ARR x Inv.  1,96% x 500.000.000

37
Analisis 4 yaitu Net Present Value (NPV) yaitu:
NPV = totalPV kas bersih – PV investasi
NPV = Rp. 720.673.000- RP. 500.000.000
NPV = Rp. 220.673.000, NPV positif maka proyek layak diterima
Aspek keuangan analisis 5 tentang Profitability Index (PI) yaitu seperti dijelaskan
dibawah ini:

Total PV kas bersih 720.673.000


PI  PI   1,4 kali
PV investasi 500.000.000

Jika PI > 1, maka proyek diterima


Jika PI < 1, maka proyek ditolak
Berdasarkan nilai PI yang > 1, maka proyek diterima
Aspek keuangan ditinjau dari Internal Rate Return (IRR) adalah sebagai berikut:
Total PV positif - Investasi
IRR  i1  x (i 2 - i1 )
Total PV Positif - Total PV Negatif

500.447 - 500.000
IRR  35%  x (36% - 35%)  35,04%
500.447 - 489.536

Jika IRR> dari buanga pinjaman, maka proyek diterima


Jika IRR< dari bunga pinjaman, maka proyek ditolak

Kesimpulan: berdasarkan nilai IRR yang diperoleh maka proyek diterima karena IRR >
bunga pinjaman atau 35,04 >20%.

Promosi hasil produk juga dilakukan dengan mencetak spanduk dan baju untuk
para pekerja, pegawai dan mahasiswa yang terlibat agar industri ini dikenal oleh
masyarkat. Perencanaan dan aplikasi website untuk promosi telah dibuat sehingga
harapannya produk batu bata gajah ini dapat dikenal oleh masyarakat. Dibawah ini
menjelaskan kegiatan promosi produk yang telah dilakukan.

38
Gambar 14. Kegiatan Promosi Produk Batu Bata Gajah

39
5.9 Pelatihan Desain Rumah Minimalis Menggunakan material Batu Bata Gajah

Beberapa alternatif rumah telah didesain dengan menggunakan material batu bata
gajah dan akan dipromosikan kepada calon pembeli. Pelatihan ini dihadiri oleh mitra
industri, tim pengabdi dan mahasiswa. Rumah type 36 dengan model minimalis didesain
oleh mahasiswa. Hasil desainnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Absen peserta
dapat dilihat pada lampiran.

Gambar15. Pelatihan Desain Rumah Minimalis Menggunakan Material Batu Bata


Gajah

5.10 Pelatihan Terhadap Tukang Bangunan dengan Menggunakan Material Batu


Bata Gajah

Tukang bangunan yang dilatih adalah masyarakat setempat yang profesi sebagai
40
tukang bangunan. Sebanyak 10 orang tukang dilatih dalam membangun rumah
menggunakan material batu bata gajah. Pelatihan metode pelaksanaan menggunakan
metode ceramah dan diskusi dengan medianya adalah gambar bestek rencana
pembangunan rumah tipe 36. Para peserta dilatih terlebih dahulu bagaimana membaca
gambar bestek, menjelaskan fungsi masing-masing material tersebut dan penempatannya
pada konstruksi rumah tipe 36. Pembesian horizontal dan vertikal dijelaskan secara
detail.

Setelah pelatihan maka direncanakan akan diaplikasikan pada pembangunan


rumah masyarakat yang dibimbing langsung oleh pemilik industri yang telah
mendapatkan pelatihan pertukangan dalam membangun rumah menggunakan material
batu bata gajah. Di bawah ini menjelaskan kebutuhan material dan fungsi masing-masing
material serta gambar material dinding yang telah terpasang.

Tabel 4. Jenis Batu Bata Gajah, Fungsi dan Kebutuhan Untuk Rumah Type 36

Kebutuhan
Jenis Interlocking Gambar Harga untuk
No. Fungsi
Brick (Rp) rumah type
36 (Buah)

1 Blok Bangunan 3.400 DindingUmum 3.454

2 Blok Bangunansudut 3.400 DindingSudut 557

Blok
3 3.400
BangunanSaluran PembesianMendatarDalamDinding 724

4 Blok Pilar 3.400 Pilar/Kolom 0

5 Blok SudutSaluran 3.400 PembesianMendatarDalamDinding di


171
Sudut

6 Blok Bangunan 1.700


SimpangKusenSupayaTidakPerluPotong 340
Setengah

Blok
7 1.700
SaluranSetengah PembesianMendatarDalamDinding 68

41
8 Blok SudutSetengah 1.700 DindingSudut 82

Blok
9 1700
SudutSaluranSetengah PembesianMendatarDalamDinding 68

Gambar 16. Pelatihan Tukang Bangunan dan Hasil Pelatihan Berupa


Konstruksi Dinding

42
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Setelah didapat hasil pada tahun pertama maka rencana tahapan berikunya seperti
diuraikan di bawah ini:

Tahun II

1. Pengurusan industri yang berbadan hukum Indonesia

Menjadikan industri sebagai industri kelas menengah dan mendapatkan izin


operasionalnya.Koloborasi organisasi pengelola yang terlibat adalah masyarakat
industri batu bata gajah, dinas Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Universitas
Syiah Kuala. Semua tugas dan tanggung jawabnya sudah jelas tersirat dalam suatu
perjanjian yang berbadan hukum.

2. Pelatihan manajemen produksi dan pemasaran

Setiap tahun akan dilakukan peningkatan sumber daya manusia terutama bagi
pengelola industri terhadap manajemen produksi dan pemasaran. Untuk itu maka
direncanakan pengelola bahagian produksi dan pemasaran akan dikirim ke lembaga
pelatihan industri untuk meningkatkan keterampilan dalam manajemen produksi dan
pemasaran.

3. Mix desain campuran beton

Direncanakan bahwa bila mutu beton hasil tahun 1 tidak memenuhi yaitu mencapai
mutu beton K175 maka akan dilakukan mix design campuran beton di Laboratorium
Struktur dan Bahan Bangunan. Uji coba dilakukan terhadap campuran semen, tanah
liat, pasir beton dan air dan di uji coba kuat tekan beton tersebut seperti pada tahun 1
pada langkah no 6 yaitu Pengujian hasil produk batu bata gajah.

4. Pelatihan pengolahan material hasil mix desain yang telah memenuhi kuat tekan

Hasil mix desain campuran beton yang telah memenuhi standar kuat tekan akan
dipraktekan di industri sehingga diharapkan pengelola mendapatkan hasil produk
yang memenuhi kuat tekan yang memenuhi standar SNI dan akan diuji kembali
seperti pada langkah no 6 pada tahun I.

5. Peningkatan teknologi alat secara otomatik dan peningkatan hasil produk

Alat-alat yang sudah dirancang bangun pada tahun I akan dimodifikasi menjadi alat

43
yang dapat bekerja secara otomatis seperti alat crusher, mixer, sehingga alat tersebut
dapat bekerja secara otomatis dari pengambilan material, pencampuran material,
pencetakan sampai dengan berada dilokasi penyimpanan untuk siap di jual.
Kapasitas hasil produk juga ditingkatkan dengan menambah alat pencetak.Gambar di
bawah ini menjelaskan desain alat pencetak batu bata gajah yang terdiri dari 1 alat
crusher yang menghancurkan tanah liat dan kemudian alat mixer yang berfungsi
untuk mengaduk material semen, tanah liat, pasir beton serta air dan secara otomatis
hasil pengadukannya akan dituangkan kedalam alat cetakan yang dapat mencetak
sebanyak 4 buah bata, kemudian secara otomatis hasil produk akan berjalan menuju
tempat penumpukan hasil produk yang dibantu dengan alat conveyor dan pekerja
akan mengangkut bata tersebut ketempat akan dilakukan proses curing.

Alat pencetak
Crusher
Mixer

Gambar 17. Teknologi Alat Pencetak Batu Bata Gajah

6. Aplikasi promosi pada website

Website industri batu bata gajah yang merupakan hasil desain pada tahun I akan
disempurnakan lagi sehingga tampilannya semakin baik. Produser dan konsumen
dapat berinteraksi langsung melalui laman promosi pada website industri tersebut.

7. Peningkatan pemasaran hasil produk dan alternatif desain rumah

Pemasaran dengan menggunakan website ditingkatkan dengan menampilkan


berbagai macam desain dan promosi terhadap harga perunit bangunan. Pihak industri
akan memberikan pelayanan secara langsung dengan datang kerumah calon pembeli
untuk menjelaskan konstruksi rumah menggunakan batu bata gajah. Negosiasi
terhadap biaya dan waktu pelaksanaan dapat dilakukan berdasarkan permintaan
calon konsumen. Pemasaran akan melayani wilayah Kota Banda Aceh dan Aceh

44
Besar.

8. Peningkatan metode pelaksanaan bagi tukang bangunan

Pada tahun I sudah dilakukan pelatihan dengan menggunakan alat peraga maka pada
tahun ke II akan dilakukan pelatihan sekaligus praktek langsung di lapangan pada
lokasi rumah konsumen I. Para tukang bangunan yang telah dilatih akan dibimbing
secara langsung oleh tim pengabdi dan tenaga terampil yaitu bapak Maimun yang
secara langsung pernah dilatih oleh yayasan CVBT dalam membangun rumah
menggunakan batu bata gajah.

9. Membentuk kelompok industri masyarakat pada desa lain yang berminat dalam
memproduksi batu bata gajah.

Sesuai dengan tugas pokoknya maka Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh akan
memberikan inovasi Teknologi Tepat Guna ini kepada sekelompok masyarakat yang
berminat untuk membuka usaha pencetakan batu bata gajah. Sehingga inovasi TTG
batu bata gajah ini dikenal luas oleh masyarakat dan sehingga masyarakat yang
kurang mampu dapat memproduksi dan membangun sendiri rumahnya dibawah
pengawasan Pemda dan Universitas.

45
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN
Hasil kegiatan pengabdian ini dapat ditarik kesimpulan seperti diuraikan di bawah
ini:

1. Peningkatan pengetahuan terhadap teknologi material dan alat dapat membantu


mitra dalam mengembangkan usahanya sehingga terbukanya wawasan mitra dalam
upaya meningkatkan produksi dan pemasaran.

2. Meningkatnya mutu produksi batu bata gajah karena dilakukan pengujian material
di Laboratorium sehingga mutunya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dari hasil penelitian.

3. Promosi hasil produk telah dilakukan sehingga masyarakat telah mengetahui


keberadaan produk batu bata gajah.

7.2 SARAN
Hasil kegiatan banyak kelemahan dan kelebihan, sehingga dapat disaran untuk
penyempurnaan kegiatan ini seperti diuraikan dibawah ini:

1. Harus ditingkatkan kembali motivasi masyarakat industri dalam meningkatkan


mutu produksi karena masyarkat industri masih belum mengerti benar perlunya
menjaga mutu hasil produk agar dapat industri ini dapat bertahan ditengah-tenganh
persaingan industri bahan bangunan yang ada di Kota Banda Aceh.

2. Harus ada inovasi lainnya dalam memproduksi batu bata gajah agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien.

3. Perlunya peran pemerintah setempat dalam upaya meningkatkan promosi dan


pemasaran batu bata gajah hasil industri masyarakat.

46
DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 1982., Persyaratan Umum Bahan Bangunan (PUBI) Di Indonesia, Penerbit


Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.
Anonim., 1989 (a)., Bata Beton Untuk Pasangan Dinding SNI 03-0349-1989 ., BSN.,
Jakarta.
Anonim., 1989 (b)., Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, SKSNI S04-1989-F.,
Departemen PU., Bandung.
Carrasco, E.V.M., Mantila, J. N.R., Esposito, t., Moreira, L.E., 2013., Cmpression
Performance of Walls of Interlocking Bricks made of Iron Ore By-Products and
Cement., International Journals of Civil & Environmental Engineering IJCEE-
IJENS., Vol:13 No:03. Pp:56-62., Brazil.
Cole, Bales, dkk., 2009, Interlocking Compressed Earth Block, From Soil To Structures,
EWB Cal Poly, Amerika Serikat.
Fristanto, H.T., 2014., Pembuatan Website Promosi dan Pemesanan Produk pada Hoe
Industri Agro Santoso Jamur Punung Pacitan., Indonesian Journal on Networking
and Security., Vol. 3 No. 3., Indonesia ., http://ijns.org.
Wheeler, Geoffrey, 2005, Interlocking Compressed Earth Block/Volume I : Manual of
Production, Center for Vocational Building Technology, Thailand.
Wheeler, Geoffrey, 2005, Interlocking Compressed Earth Block/Volume II : Manual of
Construction, Center for Vocational Building Technology, Thailand.
McKusick., 1997., Discavaring Late Erector 1963-1988., Ashton Press., Lowa City.
Mohammed, A. H., 2012., Assessment the Mechanical Properties of Soil Cement
Interlocking (SCI) Bricks: A case Study in Malaysia., International Journal of
Advances in Applied Sciences (IJAAS)., Vol. 1, No.2, pp. 77-84., Malaysia.
Purnomo, E., 2014., Pengaruh Desain Produk dan Promosi Terhadap Volume Penjualan
Pada Perusahaan Batik., Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis., Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rizki, M., 2015.,Optimalisasi Biaya Pekrjaan Rangka Struktural dan Dinding Pengisi
Menggunakan Metode Rekayasa Nilai., Skripsi Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Unsyiah., Banda Aceh
Sornchomkeaw, P., dan Duangkeaw, S., 2013., The Study og Compressive Strength of
Interlocking Brick by Using Bottom Ash Instead of Cement., Journal of Applied
Sciences Research., Vol.9(12), pp: 6072-6078., America.
Webb, T.T.J., Lockwood, A.J., 1987.,BREPAK Operators Manual” Overseas
development Administration”., Building Research Establishment Client Report.,
Department of the Environment., Garston, England.
Yakubu, S,O., & Umar, M.B., 2015., Design, Construction and testing of a Multipurpose
Brick/Block Moulding Machine., American Journal of Engineering Research
(AJER)., Vol.04 pp: 33-43., America

47
LAMPIRAN 1 (1/2) PROSIDING

Prosiding ini telah dipresentasikan pada kegiatan The 7th AIC-ICMR on Sciences &
Engineering ‘Annual International Conference 2017 Syiah Kuala” October 8-20 tahun
2017 Di Banda Aceh Indonesia

Comparative Study on the Cost ofBuilding Public House


Construction Using Red Brick and Interlock Brick
Building Material in the City of Banda Aceh
Nurul Malahayati1, Yulia Hayati1, Cut Nursaniah2, T. Firsa3, Fachrurrazi1,
&Aris Munandar1
1
Department of Civil Engineering Syiah Kuala University,Jln. Syech Abdurrauf No 7
Kopelma Darussalam, Banda Aceh
2
Department of Architecture Engineering, Syiah Kuala University, Jln. Syech
Abdurrauf No 7 Kopelma Darussalam, Banda Aceh
3
Department of Mechanical Engineering, Syiah Kuala University, Jln. Syech
Abdurrauf No 7 Kopelma Darussalam, Banda Aceh
*
E-mail: malahayatijj@unsyiah.ac.id

Abstract. Red brick and interlocking brick arethe building materials that are often used for
wall installation work on houses construction. In thedevelopment of building materials
technology and cost savings, interlocking brick can be alternative to replace red bricks. In
Aceh Province, the use of interlocking bricks is less popular compared to other big cities in
Indonesia. Interlocking brick is made from a mixture of clay, concrete sand and compacted
cement and one of the environmentally friendly materials because it does not burn the process
like red brick material. It is named interlocking brick because the installation method is
locked together and it serves as a structural and partition wall of residential buildings. The
aimsof this study are to compare the cost of building a housein Banda Aceh City using red
brick and interlock brick building materials. The data were obtained from interviews and
questionnaires distributed to respondents who had built houses in Banda Aceh City. The
results concluded that the house construction cost using interlock brick offer lower
construction cost at comparable quality rather than using red brick.

Introduction
After the tsunami disaster in 2004, Aceh Province had been introduced to several building
material replacements such asred brick that serves as a wall in house construction projects. One of
which is called the interlocking brick. Interlocking brick was introduced to the community in
Baitussalam Sub-district, Aceh Besar District, Aceh Province of Indonesia by Center for
Vocational Building Technology (CVBT), an institution from Thailand. This interlocking brick is
known as elephant brick among the Aceh people because it was first introduced by the Thailand, a
country which is famous for its elephant symbol. CVBT introduced the interlocking brick
production tool calledthe Soeng Thai Model BP6 compactor. This tool is capable of producing
elephant bricks with the size of 300 x 150 x 100 mm (12"x6" x4") in 9 differenttypes of the
elephant bricks by adding or reducing parts of the mold. The mixture of elephant brick material
used in this industry is cement, clay, and sand with a ratio of 1: 1: 2. However, production is not

1
To whom any correspondences should be addressed: malahayatijj@unsyiah.ac.id
48
continuous and only produced when there is demand from consumers. These caused due to lack of
promotion and knowledge-sharingtoquantify and verify the benefits for the community about the
use and adoption of this model. The cost aspect, which is the main consideration of user [1], is
still not a detailed study.
Interlocking brick is made from a mixture of cement, clay, sand, and water compacted and is
one of the environmentally friendly materials because it does not burn the process like red brick
material. Interlocking brick or also called Interlocking Compressed Earth Block (ICEB) is a
mixture of cement and compacted soil [2]. It is said interlocking brick because the material that
serves as awallin this system has an interlock or locked arrangement between one brick with
another.
Method of installation of elephant bricks that do not use mortar( amixture of cement, water,
and sand) are possible because the bricks are shaped with projecting parts, which fit exactly into
depressions in the bricks placed above and are automatically aligned horizontally and vertically.
This locked system reduces labor and waiting time consumes for mortar mixing and cement
drying. In addition, the outward attractive appearance of interlock brick causing unnecessary
plastering and painting works to be done. The positionof the sloofon the foundation was replaced
with interlocking brick and placing vertical reinforcement at an angle, sides opening for thedoor,
windows, on the deviation and on a part, that has a large enough area. The Installation continues
just like regular brickwork but does not use mortar with the addition of horizontal reinforcement
on the side of the doors, windows and on every 4-block layer [3].
Interlocking brick has a compressive strength of 2.6 MPa or equivalent to 7800 kg/beam with a
mutual lock system (interlock), so it can function as part of building structure [3]. The use of
interlocking brick as structural can eliminate the cost for reinforced concrete work such as sloof,
column and ring balk. Therefore, there is no cost needed for reinforced concrete material and
formwork. Interlocking brick masonry has the propensity to provide affordable, sustainable
construction around the world and relatively low cost [4,5,6,7].
Red brick definition according to Indonesian National Standard with number SK-SNI S-04-
1989-F is a solid red brick made from clay with or without a mixture of other ingredients, which
are burned at a sufficiently hot temperature until it has water resistance when soaking and has a
cross-sectional area of less than 15% of pieces cutting flat areas[8]. Red bricks are usually traded
with thick or 5 cm high, 10 cm wide, 20-24 cm long and weight less than 3 kg/pcs. The raw
material requires for red brick wall works are sand and cement.
Several studies have been conducted to get the cost of labor wage per unit of public house
construction, type 36 house in Banda Aceh City from preparatory work until finishing by the
method of wage per house. A wall work using red brick building material in 2012 is
IDR19.500.000 with durations of 65 days to completethe work [9].
This research will find out whether the use of interlocking brick as structural and filler wall
can offer lower cost when compared with red brick wall work.The study also tries to obtain a cost
comparison in public houses construction in the City of Banda Aceh using red brick and
interlocking brick building materials.Further research for such comparisons is still required by
weighting each of the aspects of the review[10].

Methods
The research was conducted in Aceh Besardistrictbecause respondents, who are the producer of
interlocking brick,is located. The data sampling from the city of Banda Aceh were selected
because it was assumed that most of the public houses construction type-36 are built in this
location.The subject of the research is the cost of building public house construction type-36 from
preparatory work to finishing. While the object of the research is the cost of reinforced concrete
work and walls using red brick and elephant brick building materials.
The data used in this study consists of primary and secondary data. Primary data are
respondent's characteristic, requirement, material cost, labor cost, duration, workforce
composition per house, and implementation method of both for red brick and interlocking brick.
These primary data was obtained by visiting workshop, interviewing the producer and head of
worker for both red brick and interlocking brick. The head of worker are who had experienced
49
onbuilding public house construction using interlocking brick and red brick building material.
Data about the interlocking brick is compulsory to gather because it is not included in the list of
material units and wages in the Regulation of Governor of Aceh No 72 of 2016[11]. Methods of
theguided interview areselected in collecting primary data. Guided interviews are interviews
conducted by the interviewer by making complete and detailed inquiries [12]. The collection of
primary datais conducted for a duration of 1-2 months by guiding and explain directly to
respondents.
Secondary data in the form of DED (Detail Engineering Design) of public house construction
(type-36) is used as amodel for quantity of work. The data for material unit price and wage per
unit was refer to the Aceh Governor Regulation Year 2016(in section of Banda Aceh area)[11],
The standard unit price in guidance of the Unit Price of Public Building Construction [13].
Data analysis was conducted by steps: (1) calculating the cost of each buildingsof public house
construction (type-36)that using red brick. The method of cost calculation uses Unit Price
Analysis. The unit price analysis refers to the Regulation of the Minister of Public Works and
Public Housing. 28/ PRT/M/2016[14]; (2) Analyzing the actual price of materials and labor wages
for wall installation work and reinforced concrete that using interlocking brick; (3) calculating the
cost of each buildingsof public house construction (type-36)that using interlocking brick. The
method of cost calculation is similar to red brickin the point one. The differences of both building
type are on the material of wall and material of the reinforced concrete workswhich are using the
analysis at point (1) and (3).

Result and Discussion


Analysis of the Project Situation
This research assumed public housing construction project will be developed in the city of Banda
Aceh for wall work using red brick building material as alternative 1 (one) and using interlocking
brick as alternative 2 (two). Type of the Public housing is Type-36that consists of 1 living room, 2
bedrooms, 1 bathroom and 1 kitchen. The specification of building uses a continuous foundation,
tiled floors, wooden frame and zinc tile for roofing. The descriptions of works for both
alternatives are same, theexception for concrete work, walls works, plastering and painting works.
Table 1 describes the differences of thejob description for both alternatives. The alternative 1
(one) is using reinforced concrete for sloof, column, ring balk, withadditional plastering and
painting works. While alternative 2 (two) for sloof, column, and ring balk just need placing a
plain steel in horizontal and vertical directions. The attractive outer appearance on interlocking
brick allows without plastering works and painting works.
Table 1. Differences of job description between alternatives 1 and 2
Job description Alternative 1 Alternative 2
Concrete Reinforced Works Uses interlocking brick, sloof,
1. Sloof column and ring balk are
2. Column replaced by placing plain steel in
3, Ring Beam vertical and horizontal direction
Wall Works
1. Brick Work 1: 2 Using Interlocking Brick
2. Brick Work 1: 4 Using Interlocking Brick
3. Plastering Work 1: 2 X
4. Plastering Work 1: 4 X

Painting Work X

Unit Price of Interlocking Brick Building Material


The price per unit of material, the type, and the interlocking brick function are obtained from the
literature and the results of the interviews with the respondents. The requirement of unit quantity

50
for interlocking brick material of building type 36 houses is obtained from the analysis of quantity
that refer to DED drawing. The data can be seen in table 2 below.
Table 2. The unit price of interlocking brick material
Requirement
Brick Interlocking Price
No. Picture Function for type-36
Type (IDR)
house (piece)

1 Building Block 3.400 General Wall 3.297

Building Block
2 3.400 Corner Wall 553
corner

3 Building Block 3.400 Horizontal Wall


744
Channels edification

4 Block Pillar 3.400 Pillars / Columns 0

Block Channel Horizontal


5 3.400
Angle Enlargement in Wall 74
in Angle

6 1.800 Junction Frame Not to


Half Building Block 340
Cut

7 1.800 Horizontal Wall


Half Channel Block 72
edification

8 Half-Angle Block 1.800 Corner Wall 82

9 Half Channel Corner 1.800 Horizontal Wall


82
Block edification

The requirement of 1 m2 wall worksis33,333-pieces of interlocking brick, 3.13 kg of Portland


cement and 0,008 m3of sand. Each holes in the interlocking brick will be poured with sand. These
worksdo not require mortar that serves as specie.Requirement for 1 m vertical iron reinforced
works are 0.888 kg of plain iron, 0.25 kg of Portland cement and 0.011 m3 of sand. Iron
reinforced work on vertical direction serves as column and placed on the sides of the door and
windows frames. Every column will be stick in hole of the interlocking brick with 4 pieces of iron
and the other sides inserted 2 pieces of iron. For 1 m horizontal iron reinforced work requires
0.888 kg plain iron, 0.630 kg Portland cement and 0.0027 m3 of sand. Iron reinforced work on
horizontal direction function as sloof and ring balk, in addition toward this direction iron
reinforced works are placed on every 4-layer block of interlocking brick with 1 piece of iron steel
with dia.10. The requirement coefficient of interlocking brick material can be seen in table 3
below.

51
Table 3. Material requirements of interlocking brick
No. Jobs Description material Unit Coefficient
1. 1 m2 interlocking brickworks Interlockingbrick piece 33,333
Portland cement kg 3,130
Sand m3 0,008
2. 1 m Vertical iron reinforced works Plain iron kg 0,888
Portland cement kg 0,250
Sand m3 0,0011
3. 1 m horizontal iron reinforced works Plain Iron kg 0,888
Portland cement kg 0,630
Sand m3 0,0027

The quality of the initial design in the form of thereinforced concrete frame structure and red
brick works as a filler is certainly safe if it is implemented in accordance with the existing
Indonesian National Standard code requirements. For interlocking brick material as structural as
well as filler, thewallis having noIndonesian National Standard code that could determine the
criteria for safe implementation. Buildings that have been built in Aceh Province from 2007 to
2010 still use designs with horizontal reinforcement every 8-layers.

Composition and wages of labor


According to the respondents to build public house construction such as the model in this study
for the red brick and interlocking brick wall work requires Foreman, head of workers and worker
in 1 day with aratio of:
• Alternative 1 composition 1 Foremen: 3 Head of Workers: 5 workers
• Alternative 2 compositions 1 Foreman: 2 Head of Workers: 3 workers
So, for 1 m2area the required labor is: 1/36 X 6 = 0,167. This value is converted into the
foreman andworker indexes by dividing it. The Head of workers has a larger contribution
compared to workers. The ratio 60:40 then is used to generate the index needs between the head
of worker and worker.the worker then the 60:40 ratio is compared to the worker and the builder in
their index needs. The result of requirement index analysis for interlocking brickwork for every 1
m2horizontal/vertical works is shown in table 4. In this analysis, the head of workers requirement
index isassumed 5% of the foreman requirement index.

Table 4. Labor requirements of interlocking brick


No. Job description Labor Unit Coefficient
1. 1 m2 interlocking brickworks Workers P / day 0,100
Head of Workers P / day 0,067
Foreman P / day 0,005
2. 1 m vertical / horizontal iron reinforced Workers P / day 0,100
works Head of Workers P / day 0,067
Foreman P / day 0,005

The wages for works in alternative 1 is calculated based on the List ofprice per unit provided by
the Aceh Governor Regulation Year 2016 for the city of Banda Aceh, while for alternative 2, in
particular,the interlocking brickworkis fro, interview results with the respondents. The
comparison of wages per day can be seen in table 5 below.
Table 5. Comparison of labor wages per day
Wages per day (IDR)
No. Type
Foreman Head of Workers Workers
1 Alternative 1 130.000, - 98.000,- 87.000,-
2 Alternative 2 200.000,- 125.000, - 100.000,-
52
The difference in wages for both alternative are caused by the difference in actual wage. It is
possible because the alternative 2 (two) is having additional skill on interlock brick and the
number of worker are limited in availability that area. This constraint will affect the wages per
day of workers which is higher compared to alternative 1 (one).

Comparison of Alternative Costs 1(one) and 2 (two)


This comparison utilized the Minister of Public Works and Public Housing No. 28 / PRT / M /
2016 regulation for calculation in of the unit price analysis of, except for interlocking brickworks,
which used the result of coefficient need analysis based on the table below. In alternative 1 for red
brick wall works the volume is 160,58 m2, the waged is IDR. 7,179,850, -, and the cost of
materials is IDR.25.737.600, - While the wall works using interlocking brick the volume is
163,93 m2, wages is IDR. 3,652,524, - and the cost of material is IDR. 24.673,596.Table 6 below
explains the cost comparison between alternatives 1(one) and 2 (two).
Table 6. Comparison of alternative costs 1 and 2
No Job description Alternative Alternative
Cost 1 (IDR) Cost 2 (IDR)
1 Preparatory work 500.000,00 500.000,00
2 Land Works 3.467.642,66 3.467.642,66
3 Foundation work continuously 12.690.198,77 12.690.198,77
4 Reinforced concrete work (Sloof, Column, Ring Beam) 29.329.071,79
5 Horizontal & Vertical Iron Works 23.898.161,87
6 Pair Brick Works 32.917.455
7 Plastering Work 18.681.380,71
8 Pair Interlocking Brick Work 28.326.120
9 Wall Painting work 9.771.134,16
10 Frame Door/Window/Ventilation Painting Works 1.500.000,00 1.500.000,00
11 Frame and Door/Window/Ventilation Works 16.444.592,76 16.444.592,76
12 Floor and Ceramic Work 3.366.475,99 3.366.475,99
13 Roof and Ceiling Work 29.548.479,33 29.548.479,33
14 Sanitation Work 4.160.000,00 4.160.000,00
15 Mechanical and Electrical Work 2.685.000,00 2.685.000,00
16 Other Miscellaneous Works 4.222.115,39 4.222.115,39
Total Cost (IDR) 169.280.000,00 130.800.000,00

In alternative 1 (one) the budget plan is IDR 169.280.000,- while in alternative 2 have a budget
of IDR. 130.8 million, with the cost difference ofIDR 38.480.000,- or there is a cost saving of
23% when using alternative 2. In alternative 1 the largest cost occurred in the reinforced concrete
workin form of the formwork, iron and casting, while reinforced concrete work on alternative 2 is
replaced with interlocking brick, where there is a hole that will be filled with plain iron with a
diameter of 10 or D10, and in addition the horizontal and vertical direction is filled with a mixture
of cement and sand.
The problems in this research have been answered, where building the public-house
construction type-36 using interlocking brick is cheaper than using red brick. This outcome can be
given to consumer, society, and public for consideration in selecting a substitute for red brick
building material in for walls works used in Aceh Province.

Conclusion
Result of cost comparison for public houses (type-36) that are assumed to be built in Banda Aceh
City using interlocking brick(elephant brick material) is cheaper than using thered brick material.
Buildings that usinginterlocking brick(elephant bricks) in Banda Aceh from 2007 to 2010 have
not collapsed and cracked despite being shaken by earthquakes several times. Research on the
structural strength of elephant brick wall is underway at the Syiah Kuala University Building
53
Materials and Structures Laboratory. Knowledge of elephant bricks to consumers will be provided
by promoting the products through the event held in Aceh Province.

ACKNOWLEDGEMENT
The research reported in this paper was supported in part by Institute for Research and
Community Service (LPPM) Syiah Kuala Universityunder the Contract No.
24/UN11.2/PM/SP3/2017. The authors wish to acknowledge the sponsor. Any opinions, findings,
conclusions, and recommendations presented in this paper are those of the authors and do not
necessarily reflect the views of the sponsors.

References
Fachrurrazi, Husin, S., Munirwansyah, & Husaini. (2017). THE SUBCONTRACTOR
SELECTION PRACTICE USING ANN-MULTILAYER. INTERNATIONAL JOURNAL
OF TECHNOLOGY, 8(4), 761-772.
Qu, B., Stirling, B. J., Laursen, P. T., Jansen, D. C., & Bland, D. W. (2012). Interlocking
compressed earth block walls: in-plane structural response of flexure-dominated walls.
In 15th world conference on earthquake engineering, IIAE, Lisbon.
Wheeler, G. (2005). Interlocking Compressed Earth Blocks Volume II. Manual of Construction.
Center for Vocational Building Technology, Thailand, 110.
Adedeji, Y. M. D. (2008). Interlocking masonry: Panacea for sustainable low-cost housing in
Nigeria. Pakistan Journal of Social Sciences, 5(8), 744-750.
Calkins, M. (2008). Materials for sustainable sites: a complete guide to the evaluation, selection,
and use of sustainable construction materials.
Raheem, A. A., Bello, O. A., & Makinde, O. A. (2010). A comparative study of cement and lime
stabilized lateritic interlocking blocks. The Pacific Journal of Science and Technology,
11(2), 27-34.
Assiamah, S., Abeka, H., & Agyeman, S. (2016). Comparative Study of Interlocking and
Sandcrete Blocks for Building Walling Systems.International Journal of Research in
Engineering and Technology, vol.05(1),
Departemen, P. U. (1989). Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
Malahayati, N. (2013). Durasi Proyek dan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Pengalaman Kepala
Tukang Pada Konstruksi Rumah di Kota Banda Aceh. Jurnal Teknik Sipil, 2(2),173-180.
Fachrurrazi, F., Away, Y., & Husin, S. (2017). The Weights Detection of Multi-criteria by using
Solver. International Journal of Electrical and Computer Engineering (IJECE), 7(2), 858-
868.
Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh (2017). Penetapan Standar Satuan Harga Barang Bahan
Bangunan/Jasa Pemerintah, Nomor: 028 /782 /2016, Banda Aceh, Indonesia.
Nazir, M. Phd.(2013). Metode penelitian. Edisi. 8, Jakarta. Ghalia Indonesia.
Fachrurrazi, Husin, S., Tripoli, Mubarak, (2017). Neural Network for the Standard Unit
Price of the Building Area. Procedia Engineering, Volume 171, pp. 282–293
Kementerian Pekerjaan Umum (2016). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No: 28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia.

54
LAMPIRAN 1 (2/2) SERTIFIKAT PEMAKALAH

55
LAMPIRAN 2. PAMERAN HASIL PRODUKSI BATU BATA GAJAH

Mengikuti Unsyiah Inovation EXPO 2017 pada acara The 7th AIC-ICMR on Sciences &
Engineering ‘Annual International Conference 2017 Syiah Kuala” October 8-20 tahun
2017 Di Banda Aceh Indonesia

56
LAMPIRAN 3. P E T A L O K A S I P E L A K S A N A A N

Lokasi Kegiatan

Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Aceh Besar

57
LAMPIRAN 4 ABSEN PESERTA

58
59
60
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai