TAHUN
PROGRAM Hi – Link
Oleh:
OKTOBER 2017
ii
RINGKASAN
Kegiatan pengabdian Hi-Link ini dilaksanakan di industri mitra produksi batu bata gajah
Gampong Mireuk Lamreudeup Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Jarak lokasi
mitra dengan Perguruan Tinggi Universitas Syiah Kuala ± 6 Km. Industri ini merupakan
industri milik masyarakat dan dibentuk pada tahun 2008 pasca bencana gempa dan tsunami.
Batu bata gajah diperkenalkan pertama kali ke masyarakat di gampong ini oleh lembaga Center
for Vocational Building Techplogy (CVBT) yang berasal dari Negara Thailand. Tujuan
transfer teknologi oleh CVBT adalah untuk membantu mempercepat penyediaan material
pasangan dinding yang ramah lingkungan pada masa tahap rehabilitasi dan rekonstruksi di
Provinsi Aceh. Namun, sejak tahun 2011 industri ini hanya beroperasi apa bila mendapat
pesanan dari konsumen sehingga sampai sekarang industri ini tidak mengalami kemajuan
produksinya yang disebabkan oleh ketidakberdayaan dalam mengembangkan inovasi
manajemen produksi dan pemasaran. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah
mengembangkan IPTEK yang diperlukan oleh industri agar industri ini dapat berkembang
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Metode pelaksanaan yang diterapkan
adalah melatih masyarakat industri dalam manajemen produksi dan pemasaran serta aplikasi
teknologi tepat guna yang dapat meningkatkan mutu dan hasil produksi. Inovasi terhadap alat,
material pembentuk batu bata gajah, metode pelaksanaan dan desain rumah yang aplikatif
telah diterapkan pada industri ini. Koloborasi IPTEK dari mitra, perguruan tinggi dan Dinas
Badan Pemberdayaan Masyarakat sangat berperan dalam mengembangkan industri ini.
Industri ini akan dijadikan sebagai industri binaan Universitas Syiah Kuala dan Badan
Pemberdayaan Masyarakat Gampong Provinsi Aceh.
Kata Kunci: batu bata gajah, mutu, inovasi alat, material, metode pelaksanaan dan desain
rumah
iii
PRAKATA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya
maka pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dapat terlaksana dan dapat diselesaikan dengan baik
sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan Salam disampaikan ke junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah menuntun manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu
pengetahuan.
Pengabdian ini dilaksanakan dengan meningkatkan pengetahuan dan teknologi dalam
memproduksi batu bata gajah sehingga industri kecil ini dapat bertahan kelangsungan
hidupnya dengan meningkatnya mutu produksi dan teknologi peralatan serta pemasaran.
Kegiatan ini tidak akan berhasil tanpa adanya kerja sama antara mitra industri, Pemda Provinsi
Aceh, mahasiswa Unsyiah dan Tim Pengabdi serta Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Syiah Kuala.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita berserah diri, semoga hasil pengabdian ini
banyak memberi manfaat bagi kita semua. Mudah-mudahan semua bantuan dan sokongan
yang diberikan menjadi amal shaleh di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’aala.
Demikianlah, Subhanaka Allahumma Wabihamdika Asyadu’Allah Illa Anta
Astagfiruka wa Atuubu Illaika.
Banda Aceh, 27 Oktober 2017
Tim Pelaksana
iv
DAFTARISI
Halaman
HALAMANPENGESAHAN............................................................................. ii
RINGKASAN…………………………………………..................................... iii
PRAKATA.......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Profil Industri Mitra.................................................................... 1
1.2 Profil Mitra Pemerintah Daerah................................................. 3
1.3 Profil Perguruan Tinggi………………………………………… 4
1.4 Permasalahan Mitra Industri dan Pemerintah Daerah…………
PPPPermasa………………………………………………… 5
1.5 Solusi Penyelesaian Permasalahan…………………………… 6
1.6 Manfaat Program Hi-Link Untuk Pembangunan Daerah…….. 6
BAB 2 TARGET DAN LUARAN 8
BAB 3 METODE PELAKSANAAN 10
3.1 Penerapan Teknologi Pada Industri Mitra dan Masyarakat 10
3.2 Penelitian Untuk Penyempurnaan Teknologi yang 16
Diterapkan……………………………………………………….
3.3 Penguatan Kelembagaan ……………………………………….. 20
BAB 4 KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI 22
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 23
5.1 Sosialisasi Kegiatan....................................................................... 23
5.2 Penguatan Manajemen Pengelola Industri................................. 24
5.3 Pengaturan Lay Out Industri..................................................... 26
5.4 Perawatan Alat Pencetak............................................................. 27
5.5 Modifikasi/Peningkatan Teknologi Peralatan............................ 28
5.6 Pelatihan Pencampuran Material Pembentuk Batu Bata Gajah 30
5.7 Pengujian Hasil Produk Batu Bata Gajah................................... 32
5.8 Pelatihan Manajemen Produksi & Pemasaran ............................ 34
5.9 Pelatihan Desain Rumah Minimalis 40
............................................
5.10 Pelatihan Terhadap Tukang Bangunan 40
BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA............................................... 43
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 46
7.1 Kesimpulan............................................................................... 46
7.2 Saran.......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 47
LAMPIRAN.......................................................................................................... 48
5
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2 (a) Penumpukan material Batu Bata Gajah Siap Untuk Dijual 3
(b) Cetakan Batu Bata Gajah di Lokasi Industri (c) dan (d)
Situasi Industri............................................................................
Gambar 3 Pasak Jantan dan Betina.............................................................. 13
Gambar 4 Road Map Penelitian.................................................................. 17
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sebagai struktural dapat menghilangkan biaya untuk pekerjaan beton bertulang seperti
kolom, sloof dan ring balk. Sehingga tidak perlu adanya pengeluaran biaya untuk material
beton bertulang serta bekisting.
Wheeler (2005) menyatakan bahwa metode pemasangannya tidak menggunakan
mortar (campuran semen, air dan pasir) karena adanya pasak jantan pada sisi atas dan
pasak betina di sisi bawahnya yang akan saling mengunci ketika ditindih atau dipasang.
Sistem kunci ini menghemat tenaga kerja dan waktu yang dihabiskan untuk mengaduk
dan waktu yang dibutuhkan untuk menunggu semen kering. Selain itu, penampilan luar
batu bata gajah yang menarik menyebabkan tidak perlu dilakukannya plesteran dan
pengecatan. Gambar 1 dan 2 dibawah ini menjelaskan konstruksi rumah menggunakan
material batu bata gajah sebagai dinding dan struktural yang berlokasi di industri mitra.
(a) (b)
Gambar 1. (a) Konstruksi Rumah Menggunakan Batu Bata GajahYang Terletak di Lokasi Industri
(b) Material Batu Bata Gajah
Sejak didirikan tahun 2008, CVBT sudah melatih masyarakat di desa ini dan telah
memproduksi batu bata gajah yang digunakan untuk membangun rumah bantuan bencana
gempa dan tsunami di Provinsi Aceh. Namun, sejak tahun 2011 industri ini hanya
beroperasi apabila mendapat pesanan dari konsumen saja sehingga sampai sekarang
industri ini tidak mengalami kemajuan produksinya.Organisasi masyarakat yang dibentuk
tidak berjalan lagi dan sampai sekarang hanya ketua pengelola saja yang menjalankan
produksi.
Survey awal yang telah dilakukan oleh tim pengabdi dengan mengamati secara
langsung dilokasi industri, banyak peralatan yang telah diberikan oleh CVBT seperti alat
pencetak batu bata gajah dengan sistem pengerjaannya masih secara manual. Menurut
ketua pengelola yaitu Bapak Maimun Safrizal banyak faktor-faktor yang menyebabkan
industri ini tidak beroperasi seperti yang direncanakan. Faktor internal pada industri
tersebut disebabkan tidak adanya inovasi teknologi yang dapat mempercepat hasil
produksi dan promosi. Sedangkan faktor external disebabkan oleh kebanyakan dari
masyarakat tidak mengetahui keunggulan dari batu bata ini serta banyak tukang bangunan
yang tidak paham tentang bagaimana memasang dinding dengan menggunakan batu bata
2
ini.Untuk itu perlunya pemerintah ikut mendukung usaha kecil dan menengah untuk dapat
memproduksi, memasarkan dan mempopulerkan produk bata interlocking.Bila bata
interlocking ini sudah popular diharapkan mampu mengurangi kerusakan lingkungan
akibat produksi batu bata merah dan masyarakat dapat membuat rumah tahan gempa
dengan harga yang terjangkau. Gambar 2 di bawah ini menjelaskan tempat industri kecil
batu bata gajah.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2. (a) Penumpukan material Batu Bata Gajah Siap Untuk Dijual
(b) Cetakan Batu Bata Gajah di Lokasi Industri (c) dan (d) Situasi Industri
3
atas binaan BPM. Salah satu pelatihan teknis yang pernah dilakukan oleh balai tersebut
adalah pelatihan pembuatan bahan bangunan seperti batu bata, genteng dan lain-
lain.Pelatihan manajemen industri dan promosi hasil produk juga pernah dilaksanakan
karena balai ini memiliki narasumber/tenaga instruktur yang terlatih dan berpengalaman.
Peran BPM dalam kegiatan adalah sebagai mitra pendamping dengan
menyediakan tenaga instruktur dalam pelatihan manajemen produksi dan pemasaran serta
penyediaan inovasi alat TTQ pada industri masyarakat untuk mencetak batu bata gajah.
Kesediaan dana pendamping untuk mendukung kegiatan ini adalah sebesar Rp
390.000.000,- yang disediakan pada tahun ke II sebesar Rp195.000.000,- dan tahun ke III
sebesar Rp195.000.000,- untuk mengembangkan Teknologi Tepat Guna (TTG) dalam
mencetak batu bata gajah.
7
BAB 2
TARGETLUARAN
Target luaran program ini secara umum adalah mentransfer IPTEK kepada
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat.
Kontribusi masyarakat Gampong Lamreudeup sangat diharapkan pada kegiatan ini
karena mereka adalah sasaran utama dalam program ini.
Badan Pemberdayaan Masyarakat Gampong (BPMG) Provinsi Aceh besar
peranannya dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat industri karena tugas pokok
dan visinya adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat desa.Universitas Syiah
Kuala merupakan salah satu lembaga yang mempunyai pakar dalam mengembangkan
inovasi dalam memajukan teknologi industri masyarakat yang dibantu oleh keterlibatan
mahasiswa Universitas Syiah Kuala untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
didapat dibangku kuliah dalam memperdayakan kembali masyarakat dalam
mengoperasikan industri batu bata gajah.
Target ini tercapai karena adanya kerjasama antara tim pengabdi yaitu dosen
Universitas Syiah Kuala, mahasiswa Universitas Syiah Kuala, pengelola industri dan
masyarakat Gampong Mireuk Lamreudeup, serta pemda Aceh.
Luaran Program Hi-Link diantaranya seperti di uraikan di bawah ini dan dalam
Tabel 1, yaitu:
Program ini dapat menjembatani penerapan teknologi untuk memproduksi batu bata
gajah yang lebih bermutu dan dikenal luas oleh masyarakat di Provinsi Aceh karena
merupakan salah satu alternatif bahan bangunan yang tahan gempa serta ramah
lingkungan.
Transfer teknologi produksi batu bata gajah dalam kapasitas besar dari teknologi
sederhana yaitu secara pencetakan manual menjadi teknologi tepat guna dengan
pencetakan secara otomatis. Dengan demikian hasil produksi dan mutu menjadi
meningkat sehingga dapat memperluas wilayah pemasaran.
Dengan bekerja sama antara industri, universitas dan pemerintah daerah maka
diharapkan program pemberdayaan dan alih teknologi dapat terealisasi sehingga
produk yang dihasilkan dapat terjamin mutunya dan konsumen akan semakin
meningkat.
8
Mahasiswa yang terlibat dalam program ini akan meningkat pengetahuan dan
keterampilannya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
industri dan direncanakan setiap tahunnya berjumlah 3 orang yang menghasilkan
skripsinya.
Mahasiswa yang terlibat diharapkan dapat menjadikan pengalamannya untuk
menciptakan lapangan kerja baru dibidang produksi batu bata gajah.
Tabel 1.Rencana Target Capaian Tahunan
Indikator Capaian
No Jenis Luaran
TS TS+1 TS+2
1 Publikasi ilmiah di jurnal nasional/prosiding Published Published Published
2 Publikasi pada media masa (cetak/elektronik) Published Published Published
3 Publikasi pada jurnal internasional Draf Draf Published
4 Model kerja sama penerapan teknologi berbasis penelitian Ada Ada Ada
dan pengembangan antara Perguruan Tinggi, Industri dan Penerapan Peningkata Peningkatan
Pemda n
5 Terlaksananya penerapan teknologi hasil penelitian dan Ada Ada Ada
pengembangan yang dibutuhkan oleh industri dan Penerapan Peningkata Peningkatan
masyarakat n
6 Peningkatan capacity building Perguruan Tinggi Ada Ada Ada
Penerapan Peningkata Peningkatan
n
7 Peningkatan daya saing industry Ada Ada Ada
Penerapan Peningkata Peningkatan
n
8 Peningkatan kesejahteraan masyarakat Ada Ada Ada
Peningkatan Peningkata Peningkatan
n
9 Jasa; rekayasa sosial, metode atau sistem; produk/barang produk produk produk
10 Hak kekayaan intelektual (paten, paten sederhana, hak cipa, Draf Terdaftar Terdaftar
merek dagang, rahasia dagang, desain produk industri,
indikasi geografis, perlindungan varietas tanaman,
perlindungan topografi
11 Buku ajar Draf Draf Proses editing
9
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
Gambar 3 Pasak jantan dan betina pada batu bata gajah (Wheeler, 2005)
13
- Pengukuran luas lubang. Pengukuran penampang lubangdilakukan dengan
menggunakan alat ukur mistar sorong sampai ketelitian 1 mm. Jumlah luas dari
seluruh lubang dihitung dalam persen terhadap luas bruto dari bidang bata yang
berlubang itu.
- Uji kuat tekan. Arah tekanan bidang tekan batu bata gajah disesuaikan dengan
arah tekan beban didalam pemakaian, dalam hal ini batu bata gajah digunkan
hanya untuk dinding rumah. Kecepatan penekanan dari mulai pemberian batu
bata gajah sampai hancur diatur sehingga tidak kurang dari 1 menit dan tidak lebih
dari 2 menit.
- Uji penyerapan air. Timbangan yang digunakan yang dapat menimbang teliti
sampai 0,5% dari berat batu bata gajah. Batu bata gajah direndam dalam air
bersih yang bersuhu ruangan selama 24 jam, kemudain diangkat dan
permukaannya diseka dengan kain lembab agar air yang berlebihan yang masih
melekat dipermukaan terserap kain lembab itu. Kemudian ditimbang dan
dikeringkan dalam dapur pada suhu 1050 C sampai beratnya pada 2 kali
penimbangan tidak berbeda lebih dari 0,2 % dari penimbangnya terdahulu.
Selisih penimbangan dalam keadaan basah dan kering adalah jumlah penyerapan
air dan harus dihitung berdasarkan persen berat benda uji kering.
Peralatan yang digunakan dalam pengujian mutu batu bata gajah adalah timbangan
dengan ketelitian 0,1 gram, compression machine untuk pengujian kuat tekan beton,
spidol kedap air yang berfungsi untuk memberi nama, nomor dan tanggal, kereta
dorong yang berfungsi untuk mengangkat benda uji.
7. Pelatihan manajemen produksi dan pemasaran
Pelatihan ini menggunakan metode ceramah dan praktek langsung dilapangan
bagaimana manajemen produksi dan pemasaran yang akan diterapkan untuk
menghasilkan produksi yang efektif dan efisien. Diharapkan pengelola pabrik batu
bata gajah dapat menerapkan dan mengetahui berapa modal, biaya operasi,
keuntungan serta target produksinya setiap bulan. Diharapkan juga pengelola
mengetahu trik pemasaranbatu bata gajah sehingga mempunyai langganan tetap
dan menambah langganan baru salah satunya dengan membuat promosi berupa
spanduk di bahagian depan industri serta pembuatan jaringan usaha. Tata letak
hasil produksi juga akan ditata sehingga menjadi daya tarik konsumen untuk datang
membeli produk yang ditawarkan.
14
8. Pelatihan metode pelaksanaan pekerjaan pemasangan dinding bangunan
Pada pelatihan ini melebatkan 10 orang tukang bangunan yang merupakan
masyarakat setempat. Langkah-langkah pelatihan adalah:
- Pelatihan dimulai dengan mengenalkan terlebih dahulu nama-nama komponen
bangunan rumah dan fungsinya dengan menggunakn metode pemaparan gambar-
gambar bangunan mengggunakan infokus dan diskusi yang dilaksanakan di
posko.
- Menjelaskan cara pemasangan dinding batu bata gajah berdasarkan Wheeler
(2005) menggunakan media gambar bestek.
Wheeler (2005) menyatakan bahwa metode pemasangan batu bata gajah yang
tidakmenggunakan mortar (campuran semen, air dan pasir) dimungkinkan karena
adanya pasak jantan pada sisi atas dan pasak betina di sisi bawahnya yang akan
saling mengunci ketika ditindih atau dipasang. Sistem kunci ini menghemat
tenaga kerja dan waktu yang dihabiskan untuk mengaduk, menggunakan dan
waktu yang dibutuhkan untuk menunggu semen kering.Selain itu, penampilan
luar batu bata gajah yang menarik menyebabkan tidak perlu dilakukannya
plesteran dan pengecatan. Batu bata gajah dapat digunakan sebagai struktural
yang dapat menggantikan peran kolom dan balok dalam suatu konstruksi.
Penggunaan batu bata gajah memberikan perbedaan pada pekerjaan dinding yang
menghilangkan sloof, kolom dan ring balok pada bangunan sederhana,
sedangkan pengerjaan komponen bangunan lainnya masih tetap sama. Wheeler
(2005) menyarankan pondasi batu kali dengan komposisi 1:3:5 (semen : pasir :
batu) untuk rumah sederhana dengan kedalaman pondasi disesuai-kan dengan
kondisi tanah. Posisi sloof diatas pondasi digantikan oleh pasangan batu bata
gajah blok saluran dengan cor semen didalam saluran dan penempatan tulangan
vertikal pada sudut, sisi-sisi bukaan untuk pintu dan jendela serta pada
simpangan. Tulangan vertikal ini dapat ditambahkan di beberapa bagian, yaitu
pada setiap sudut, sisi-sisi pintu dan jendela serta pada bagian yang memiliki
luas yang cukup besar.
Pemasangan dilanjutkan seperti halnya pekerjaan pasangan batu bata biasa akan
tetapi tidak menggunakan mortar dan adanya penambahan tulangan horizontal
pada sisi pintu dan jendela serta setiap 4 blok. Pada blok yang memiliki tulangan
horizontal maka akan di pasangan blok saluran. Karena tidak adanya kolom,
15
maka pada persimpangan memiliki pola khusus.Jika diinginkan kolom juga dapat
dibentuk dengan memasang blokganda dengan meletakkan tulangan didalam
lubang batu bata gajah dan mengecornya.
Dalam pelatihan ini diperlukan modul pelatihan dan alat-alat peraga dan hasilnya
adalah contoh konstruksi dinding yang dipraktekan di lokasi industri .material
dan peralatan pertukangan yang diperlukan dalam pelatihan adalah : semen,
pasir, besi, kayu bekesting/mal, paku, pipa air, palu, gergaji, cangkul, sekop,
ember, sendok semen, waterpass, unting-unting, kereta dorong dan selang air
9. Pelatihan desain rumah minimalis menggunakan material batu bata gajah
Desain rumah minimalis akan dirancang oleh tim pengusul dan dibantu oleh
mahasiswa dari Prodi Teknik Arsitek. Desain rumah yang akan diproduksi
disesuaikan dengan minat keinginan calon pembeli batu bata gajah. Beberapa
alternatif desain rumah akan dibuat terlebih dahulu dan akan dipromosikan kepada
calon pembeli atau konsumen. Pelatihan Rencana Anggaran Biaya (RAB) akan
diberikan kepada pengelola industri sehingga diketahui berapa kebutuhan biaya
untuk membangun rumah. Hasil desain tersebut akan diberikan kepada tukang yang
sudah dilatih untuk mengerjakan konstruksi rumah dengan menggunakan material
batu bata gajah. Tenaga kerja atau tukang bangunan akan dilatih bagaimana
membaca gambar dari denah sampai dengan gambar detail bangunan.
10. Pelatihan promosi hasil produk
Selama ini hasil produk tidak diketahui oleh masyarakat luas karena industri ini
tidak mempunyai jaringan pemasaran yang luas dan tidak mempunyai jaringan
media sosial seperti website untuk mempromosikan hasil produk. Sehingga
pengelola akan diberikan:
- Pelatihan mendesain website dengan mengenalkan terlebih dahulu teknologi
komputer dan internet.
- Mendesain dan membuat papan nama industri dan spanduk yang berisikan
petunjuk keberadaan industri dan hasil produksi.
9. Menghasilkan teknologi alat yang dapat meningkatkan mutu dan hasil produksi dari
alat cetak secara sederhana menjadi alat cetak secara otomatis yang terdiri dari:
- Alat crusher yang akan dirancang bangun sebanyak 1 buah yang bekerja secara
semi otomatis yang berfungsi untuk menghancurkan tanah liat yang akan
dilaksanakan pada Tahun I.
- Alat crusher tersebut akan disempurnakan kembali dengan bekerja secara
18
otomatis pada Tahun II.
- Mixer sebagai alat pengaduk bahan baku pembentuk batu bata gajah sebanyak 1
buah yang bekerja secara semi otomatis dan akan dilaksanakan pada Tahun I
- Mixer tersebut akan disempurnakan dan akan bekerja secara otomatis pada
Tahun II.
- Alat pencetak batu bata gajah secara semi otomatis sebanyak 1 buah dan
cetakannya sebanyak 9 buah karena batu bata gajah mempunyai 9 macam bata
yang akan dilaksanakan pada Tahun I.
- Alat pencetak tersebut akan disempurnakan dan akan bekerja secara otomatis
pada Tahun II.
- Alat conveyor yang akan dirancang bangunyang berfungsi untuk mengambil
bahan baku ditempat penumpukan bahan dan akan dibawa ke alat crusher dan
setelah itu ke alat mixer dan kemudian dituangkan ke alat pencetak batu bata
Peralatan
Metode
Material pelaksanaan
Webb & lockwood (1987) & Insaeni dkk (2014) Yakubu & Umar (2015)
Sornchomkeaw (2013) menganalisis mengembangkan metode Rekayasa terhadap alat
perbandingan campuran bahan pelaksanaan konstruksi pencetak bata interlocking
pembentuk bata interlocking menggunakan bata
interlocking
Carrasco dkk (2013) dan
Mohammed (2012) mengujii
kekuatan bata interlocking
Meningkatnya
produksi dan
mutu batu bata
gajah
Sumber
Promosi Lingkungan
daya
manusia
Gambar 4. Roadmap penelitian
gajah. Setelah dicetak maka hasil cetakan akan dibawa ke tempat proses curing.
Alat ini akan dirancang bangun dan dioperasikan pada Tahun II. Pada Tahun III
19
akan disempurnakan dan dirangkai sedemikian rupa sehingga alat crusher, mixer,
dan alat pencetak dapat bekerja secara otomatis.
- Pada Tahun III melakukan modifikasi dan peningkatan teknologi pencetakan
yang dapat mencetak dilokasi proyek pembangunan rumah. Alat ini dapat
dibongkar pasang dan ditempatkan pada lokasi pembangunan.
21
BAB 4
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Hasil yang dicapai pada tahun ke-1 adalah penguatan struktur organisasi pengelola
industri batu bata gajah. Meningkatnya pengetahuan dan teknologi masyarakat dalam
memproduksi batu bata gajah, produk batu bata gajah meningkat, adanya desain
alternatif rumah & meningkatnya keterampilan pekerja bangunan dalam membangun
rumah menggunakan batu bata gajah, masyarakat sudah mengetahui kelebihan dari batu
bata gajah melalui website promosi .
Untuk mencapai hasil tersebut diperlukan langkah-langkah pendekatan yaitu
sosialisasi kepada mitra dan pelatihan serta implemantasi kegiatan sehingga tercapai
tujuan pengabdian. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada uraian sub bab di bawah
ini.
23
Gambar 5 . Sosialisasi kegiatan kepada masyarakat, mitra, Pemda dan mahasiswa
Struktur organisasi pengelola industri sudah dibentuk pada tahun 2008, tetapi
pada tahun 2011 sampai sekarang industri ini hanya dikelola oleh satu orang saja yang
disebabkan oleh menurunnya penjualan sehingga batu bata gajah hanya diproduksi
apabila ada pesanan konsumen saja. Pada kegiatan pengabdian ini, struktur organisasi
dikuatkan kembali dengan menyusun kembali orang-orang yang terlibat dalam tim
pengelola industri. Banyak hal-hal yang telah disampaikan saat berdiskusi antara tim
pengabdi dan pengelola industri. Hasil musyawarah tersebut memutuskan bahwa orang-
orang yang terlibat dalam pengelola industri dan tercantum dalam struktur organisasi
diaktifkan kembali tetapi operasionalnya melibatkan mahasiswa yang mengambil Tugas
Akhir baik dari Strata 1 dan Diploma 3 Universitas Syiah Kuala. Struktur organisasi
pengelola industri dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
24
Gambar 6 . Struktur Organisasi Pengelola Industri
Pembentukan struktur organisasi yang berbadan hukum dan merupakan salah satu
syarat untuk dapat dimasukan dalam pendanaan ABPD Provinsi Aceh Tahun Anggaran
2017 pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Gampong (DPMG) Provinsi Aceh maka
harus dibentuk struktur organisasi Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna (Posyantek)
Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Struktur organisasi ini terdiri dari
masyarakat yang terlibat dalam industri ini dan pemerhati Teknologi Tepat Guna.
Sehingga orang-orang yang terlibat adalah masyarakat setempat dan 2 orang anggota
pengabdian ini. Pembentukan struktur organisasi ini akan disahkan oleh Bupati
Kabupaten Aceh Besar . Sampai saat ini masih dalam pengurusan di tingkat DPMG
Kabupaten Aceh Besar.
Posyantek merupakan suatu organisasi yang dibina langsung oleh DPMG Provinsi
Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. Organisasi ini bisa bergerak dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang Teknologi Tepat Guna (TTG) sehingga bukan
saja untuk kegiatan TTG dalam produksi batu bata gajah. Bila Posyantek ini sudah
terbentuk maka kegiatan produksi batu bata gajah merupakan salah satu program yang
akan dilaksanakan di Kecamatan Baitussalam ini. Struktur organisai yang direncanakan
adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
25
Ketua
Maimun Safrizal
Bendahara Sekretaris
Saifuddin Yulia hayati
26
Gambar 8. Lay Out Industri
5.4 Perawatan Alat Pencetak Manual Batu Bata Gajah dan Alat Semi Automatik
Alat-alat milik mitra diperbaiki kembali dan dirawat kembali dengan membongkar
elemen-elemen yang sudah rusak dan menyiramnya dengan minyak pelumas dan oli.
Para pekerja yang bekerja sebagai pencetak dilatih dalam merawat alat tersebut. Gambar
di bawah ini menjelaskan kegiatan perawatan alat pencetak yang telah dilakukan.
27
Gambar 9. Perawatan Peralatan Pencetak Batu Bata Gajah
Gambar diatas menjelaskan pelatihan dan perawatan alat semi automatik untuk
mencetak batu bata gajah yang terdiri dari alat pencetak batu bata gajah, cruser dan mixer.
(1) Penyaringan material pasir dan tanah liat menggunakan alat saringan manual
dengan diameter saringan 0.5 inchi.
(2) kemudian material semen, pasir dan tanah liat ditimbang dengan perbandingan
semen 1: tanah 2: pasir 4, setelah ditimbang dengan menggunakan alat timbangan
maka material tersebut dicampur dengan air dan diaduk dengan menggunakan skop
dan cangkul.
28
(3) Setelah teraduk rata maka material siap untuk dimasukan dalam cetakan dan proses
pencetakan selesai.
(4) Material yang sudah dicetak akan dipindahkan ketempat pengeringan sementara,
setalah satu hari ditempat pengeringan maka hasil produk dapat dipindahkan
ketempat perawatan beton.
Pada kegiatan pengabdian ini proses pencetakan batu bata gajah akan dilakukan seperti
uraian di bawah ini:
(1) Penyaringan material pasir dan tanah liat menggunakan alat saringan mesin cruser
dengan diameter saringan 0.5 inchi.
(2) kemudian material semen, pasir dan tanah liat ditimbang dengan perbandingan
semen 1: tanah 2: pasir 4, setelah ditimbang dengan menggunakan alat timbangan
maka material tersebut dicampur dengan air dan diaduk dengan alat mixer.
(3) Setelah teraduk rata maka material siap untuk dimasukan dalam cetakan semi
automatis dan proses pencetakan selesai.
(4) Material yang sudah dicetak akan dipindahkan ketempat pengeringan sementara,
setalah satu hari ditempat pengeringan maka hasil produk dapat dipindahkan
ketempat perawatan beton.
29
Gambar 10. Peningkatan Teknologi Peralatan
Siapkan perkakas, peralatan dan bahan. Ayak pasir pertama dengan ayakan pasir dan
ayak juga tanah liat dengan diameter yang sama untuk mendapatkan ukuran yang sama.
Pasir dan tanah liat harus bersih dari kotoran, sampah dan lumpur.
30
Mengaduk beton untuk material batu bata gajah
Perbandingan adukan untuk 1 zak semen dicampur dengan 80 kg tanah liat dan 160 kg
pasir yang dapat menghasilkan 40 batu bata gajah. Langkah-langkah mengaduk beton
secara manual adalah sebagai berikut :
Taburkan sejumlah pasir dan tanah liat yang telah diukur yang telah diukur setebal
10 cm di kotak adukan
Tuang semen di atas pasir dan tanah liat dan aduk semuanya secara bersama-sama
sampai warna keduanya tercampur;
Bentuk adukan menjadi gundukan, dan buat lubang seperti cekungan di tengah;
Siram dengan sedikit air secara perlahan dan aduk sampai terbentuk pasta yang
merata;
Periksa adukan: ambil segenggam penuh adukan dan bentuk seperti bola kecil.
Jika bola tersebut tidak retak, dan tangan sedikit basah, adukan siap untuk dicetak.
Dibawah ini adalah gambar saat pelatihan sedang berlangsung. Dapat dijelaskan
bahwa setelah proses pelatihan pencampuran seperti yang telah dijelaskan diatas maka
beton di masukan kedalam alat cetak batu bata gajah dengan menggunakan wadah dan
sebelumnya ditimbang terlebih dahulu. Untuk satu cetakan sebanyak 8 kg campuran
beton yang digunakan. Setelah dicetak kemudian diangkat dan disusun ditempat
pengeringan sementara selama 1 hari, setelah itu diangkat ke tempat perawatan beton
selama umur 28 hari. Proses perawatan batu bata gajah juga diberikan kepada mitra
yaitu dengan menyiram air setiap harinya agar kekuatan beton tercapai. Penjualan dapat
dilakukan setelah beton cukup umur yaitu 28 hari.
31
Gambar 11. Pelatihan Pencampuran Material Pembentuk Batu Bata Gajah
32
penimbangan berat kering, setelah data berat kering yang pertama di dapat, sampel di
masukkan kembali ke dalam oven untuk dikeringkan kembali selama 24 jam pada suhu
1050C. Hari berikutnya sampel di keluarkan dari oven dan di timbang kembali berat
kering yang kedua, ternyata berat keringnya sama dengan berat kering yang pertama.
Selanjutnya sampel langsung di bawa ke tempat mesin Compression Testing Machine
(CTM), lalu tiap-tiap sampel secara bergiliran di taruh pada mesin CTM dengan arah
penekanan sampel disesuaikan dengan arah tekanan beban di dalam pemakaiannya.
Setelah didapat kuat tekan dari tiap sampel, sampel yang telah hancur kemudian dibuang
pada tempat pembuangan yang berada di dekat laboratorium. Pengujian di laboratorium
dilakukan selama 4 hari. Tiap sampel dari kedua industri mendapatkan data berat basah,
berat kering, ukuran dan beban tekan. Selanjutnya data-data tersebut di analisis dengan
rumus penyerapan air dan kuat tekan. Data kuat tekan yang semula dalam satuan kg/cm2
diubah kedalam satuan Mpa dengan dikalikan 0,0981. Foto-foto kegiatan pengujian di
Laboratorium dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
33
Gambar 12. Pengujian sebelum dan Setelah Pelatihan Pengadukan Menggunakan
Alat Cetak Manual
I Harga Jual:
II Biaya Produksi
35
5.464 bh Rp. 10.888.500,00
979.200
Rata - Rata EAT 195.840
5
Investasi 500.000
Rata - Rata Investasi 100.000
5 5
195.840
ARR x100% 1,96%
100.000
37
Analisis 4 yaitu Net Present Value (NPV) yaitu:
NPV = totalPV kas bersih – PV investasi
NPV = Rp. 720.673.000- RP. 500.000.000
NPV = Rp. 220.673.000, NPV positif maka proyek layak diterima
Aspek keuangan analisis 5 tentang Profitability Index (PI) yaitu seperti dijelaskan
dibawah ini:
500.447 - 500.000
IRR 35% x (36% - 35%) 35,04%
500.447 - 489.536
Kesimpulan: berdasarkan nilai IRR yang diperoleh maka proyek diterima karena IRR >
bunga pinjaman atau 35,04 >20%.
Promosi hasil produk juga dilakukan dengan mencetak spanduk dan baju untuk
para pekerja, pegawai dan mahasiswa yang terlibat agar industri ini dikenal oleh
masyarkat. Perencanaan dan aplikasi website untuk promosi telah dibuat sehingga
harapannya produk batu bata gajah ini dapat dikenal oleh masyarakat. Dibawah ini
menjelaskan kegiatan promosi produk yang telah dilakukan.
38
Gambar 14. Kegiatan Promosi Produk Batu Bata Gajah
39
5.9 Pelatihan Desain Rumah Minimalis Menggunakan material Batu Bata Gajah
Beberapa alternatif rumah telah didesain dengan menggunakan material batu bata
gajah dan akan dipromosikan kepada calon pembeli. Pelatihan ini dihadiri oleh mitra
industri, tim pengabdi dan mahasiswa. Rumah type 36 dengan model minimalis didesain
oleh mahasiswa. Hasil desainnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Absen peserta
dapat dilihat pada lampiran.
Tukang bangunan yang dilatih adalah masyarakat setempat yang profesi sebagai
40
tukang bangunan. Sebanyak 10 orang tukang dilatih dalam membangun rumah
menggunakan material batu bata gajah. Pelatihan metode pelaksanaan menggunakan
metode ceramah dan diskusi dengan medianya adalah gambar bestek rencana
pembangunan rumah tipe 36. Para peserta dilatih terlebih dahulu bagaimana membaca
gambar bestek, menjelaskan fungsi masing-masing material tersebut dan penempatannya
pada konstruksi rumah tipe 36. Pembesian horizontal dan vertikal dijelaskan secara
detail.
Tabel 4. Jenis Batu Bata Gajah, Fungsi dan Kebutuhan Untuk Rumah Type 36
Kebutuhan
Jenis Interlocking Gambar Harga untuk
No. Fungsi
Brick (Rp) rumah type
36 (Buah)
Blok
3 3.400
BangunanSaluran PembesianMendatarDalamDinding 724
Blok
7 1.700
SaluranSetengah PembesianMendatarDalamDinding 68
41
8 Blok SudutSetengah 1.700 DindingSudut 82
Blok
9 1700
SudutSaluranSetengah PembesianMendatarDalamDinding 68
42
BAB 6
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Setelah didapat hasil pada tahun pertama maka rencana tahapan berikunya seperti
diuraikan di bawah ini:
Tahun II
Setiap tahun akan dilakukan peningkatan sumber daya manusia terutama bagi
pengelola industri terhadap manajemen produksi dan pemasaran. Untuk itu maka
direncanakan pengelola bahagian produksi dan pemasaran akan dikirim ke lembaga
pelatihan industri untuk meningkatkan keterampilan dalam manajemen produksi dan
pemasaran.
Direncanakan bahwa bila mutu beton hasil tahun 1 tidak memenuhi yaitu mencapai
mutu beton K175 maka akan dilakukan mix design campuran beton di Laboratorium
Struktur dan Bahan Bangunan. Uji coba dilakukan terhadap campuran semen, tanah
liat, pasir beton dan air dan di uji coba kuat tekan beton tersebut seperti pada tahun 1
pada langkah no 6 yaitu Pengujian hasil produk batu bata gajah.
4. Pelatihan pengolahan material hasil mix desain yang telah memenuhi kuat tekan
Hasil mix desain campuran beton yang telah memenuhi standar kuat tekan akan
dipraktekan di industri sehingga diharapkan pengelola mendapatkan hasil produk
yang memenuhi kuat tekan yang memenuhi standar SNI dan akan diuji kembali
seperti pada langkah no 6 pada tahun I.
Alat-alat yang sudah dirancang bangun pada tahun I akan dimodifikasi menjadi alat
43
yang dapat bekerja secara otomatis seperti alat crusher, mixer, sehingga alat tersebut
dapat bekerja secara otomatis dari pengambilan material, pencampuran material,
pencetakan sampai dengan berada dilokasi penyimpanan untuk siap di jual.
Kapasitas hasil produk juga ditingkatkan dengan menambah alat pencetak.Gambar di
bawah ini menjelaskan desain alat pencetak batu bata gajah yang terdiri dari 1 alat
crusher yang menghancurkan tanah liat dan kemudian alat mixer yang berfungsi
untuk mengaduk material semen, tanah liat, pasir beton serta air dan secara otomatis
hasil pengadukannya akan dituangkan kedalam alat cetakan yang dapat mencetak
sebanyak 4 buah bata, kemudian secara otomatis hasil produk akan berjalan menuju
tempat penumpukan hasil produk yang dibantu dengan alat conveyor dan pekerja
akan mengangkut bata tersebut ketempat akan dilakukan proses curing.
Alat pencetak
Crusher
Mixer
Website industri batu bata gajah yang merupakan hasil desain pada tahun I akan
disempurnakan lagi sehingga tampilannya semakin baik. Produser dan konsumen
dapat berinteraksi langsung melalui laman promosi pada website industri tersebut.
44
Besar.
Pada tahun I sudah dilakukan pelatihan dengan menggunakan alat peraga maka pada
tahun ke II akan dilakukan pelatihan sekaligus praktek langsung di lapangan pada
lokasi rumah konsumen I. Para tukang bangunan yang telah dilatih akan dibimbing
secara langsung oleh tim pengabdi dan tenaga terampil yaitu bapak Maimun yang
secara langsung pernah dilatih oleh yayasan CVBT dalam membangun rumah
menggunakan batu bata gajah.
9. Membentuk kelompok industri masyarakat pada desa lain yang berminat dalam
memproduksi batu bata gajah.
Sesuai dengan tugas pokoknya maka Badan Pemberdayaan Masyarakat Aceh akan
memberikan inovasi Teknologi Tepat Guna ini kepada sekelompok masyarakat yang
berminat untuk membuka usaha pencetakan batu bata gajah. Sehingga inovasi TTG
batu bata gajah ini dikenal luas oleh masyarakat dan sehingga masyarakat yang
kurang mampu dapat memproduksi dan membangun sendiri rumahnya dibawah
pengawasan Pemda dan Universitas.
45
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 KESIMPULAN
Hasil kegiatan pengabdian ini dapat ditarik kesimpulan seperti diuraikan di bawah
ini:
2. Meningkatnya mutu produksi batu bata gajah karena dilakukan pengujian material
di Laboratorium sehingga mutunya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dari hasil penelitian.
7.2 SARAN
Hasil kegiatan banyak kelemahan dan kelebihan, sehingga dapat disaran untuk
penyempurnaan kegiatan ini seperti diuraikan dibawah ini:
2. Harus ada inovasi lainnya dalam memproduksi batu bata gajah agar dapat bekerja
secara efektif dan efisien.
46
DAFTAR PUSTAKA
47
LAMPIRAN 1 (1/2) PROSIDING
Prosiding ini telah dipresentasikan pada kegiatan The 7th AIC-ICMR on Sciences &
Engineering ‘Annual International Conference 2017 Syiah Kuala” October 8-20 tahun
2017 Di Banda Aceh Indonesia
Abstract. Red brick and interlocking brick arethe building materials that are often used for
wall installation work on houses construction. In thedevelopment of building materials
technology and cost savings, interlocking brick can be alternative to replace red bricks. In
Aceh Province, the use of interlocking bricks is less popular compared to other big cities in
Indonesia. Interlocking brick is made from a mixture of clay, concrete sand and compacted
cement and one of the environmentally friendly materials because it does not burn the process
like red brick material. It is named interlocking brick because the installation method is
locked together and it serves as a structural and partition wall of residential buildings. The
aimsof this study are to compare the cost of building a housein Banda Aceh City using red
brick and interlock brick building materials. The data were obtained from interviews and
questionnaires distributed to respondents who had built houses in Banda Aceh City. The
results concluded that the house construction cost using interlock brick offer lower
construction cost at comparable quality rather than using red brick.
Introduction
After the tsunami disaster in 2004, Aceh Province had been introduced to several building
material replacements such asred brick that serves as a wall in house construction projects. One of
which is called the interlocking brick. Interlocking brick was introduced to the community in
Baitussalam Sub-district, Aceh Besar District, Aceh Province of Indonesia by Center for
Vocational Building Technology (CVBT), an institution from Thailand. This interlocking brick is
known as elephant brick among the Aceh people because it was first introduced by the Thailand, a
country which is famous for its elephant symbol. CVBT introduced the interlocking brick
production tool calledthe Soeng Thai Model BP6 compactor. This tool is capable of producing
elephant bricks with the size of 300 x 150 x 100 mm (12"x6" x4") in 9 differenttypes of the
elephant bricks by adding or reducing parts of the mold. The mixture of elephant brick material
used in this industry is cement, clay, and sand with a ratio of 1: 1: 2. However, production is not
1
To whom any correspondences should be addressed: malahayatijj@unsyiah.ac.id
48
continuous and only produced when there is demand from consumers. These caused due to lack of
promotion and knowledge-sharingtoquantify and verify the benefits for the community about the
use and adoption of this model. The cost aspect, which is the main consideration of user [1], is
still not a detailed study.
Interlocking brick is made from a mixture of cement, clay, sand, and water compacted and is
one of the environmentally friendly materials because it does not burn the process like red brick
material. Interlocking brick or also called Interlocking Compressed Earth Block (ICEB) is a
mixture of cement and compacted soil [2]. It is said interlocking brick because the material that
serves as awallin this system has an interlock or locked arrangement between one brick with
another.
Method of installation of elephant bricks that do not use mortar( amixture of cement, water,
and sand) are possible because the bricks are shaped with projecting parts, which fit exactly into
depressions in the bricks placed above and are automatically aligned horizontally and vertically.
This locked system reduces labor and waiting time consumes for mortar mixing and cement
drying. In addition, the outward attractive appearance of interlock brick causing unnecessary
plastering and painting works to be done. The positionof the sloofon the foundation was replaced
with interlocking brick and placing vertical reinforcement at an angle, sides opening for thedoor,
windows, on the deviation and on a part, that has a large enough area. The Installation continues
just like regular brickwork but does not use mortar with the addition of horizontal reinforcement
on the side of the doors, windows and on every 4-block layer [3].
Interlocking brick has a compressive strength of 2.6 MPa or equivalent to 7800 kg/beam with a
mutual lock system (interlock), so it can function as part of building structure [3]. The use of
interlocking brick as structural can eliminate the cost for reinforced concrete work such as sloof,
column and ring balk. Therefore, there is no cost needed for reinforced concrete material and
formwork. Interlocking brick masonry has the propensity to provide affordable, sustainable
construction around the world and relatively low cost [4,5,6,7].
Red brick definition according to Indonesian National Standard with number SK-SNI S-04-
1989-F is a solid red brick made from clay with or without a mixture of other ingredients, which
are burned at a sufficiently hot temperature until it has water resistance when soaking and has a
cross-sectional area of less than 15% of pieces cutting flat areas[8]. Red bricks are usually traded
with thick or 5 cm high, 10 cm wide, 20-24 cm long and weight less than 3 kg/pcs. The raw
material requires for red brick wall works are sand and cement.
Several studies have been conducted to get the cost of labor wage per unit of public house
construction, type 36 house in Banda Aceh City from preparatory work until finishing by the
method of wage per house. A wall work using red brick building material in 2012 is
IDR19.500.000 with durations of 65 days to completethe work [9].
This research will find out whether the use of interlocking brick as structural and filler wall
can offer lower cost when compared with red brick wall work.The study also tries to obtain a cost
comparison in public houses construction in the City of Banda Aceh using red brick and
interlocking brick building materials.Further research for such comparisons is still required by
weighting each of the aspects of the review[10].
Methods
The research was conducted in Aceh Besardistrictbecause respondents, who are the producer of
interlocking brick,is located. The data sampling from the city of Banda Aceh were selected
because it was assumed that most of the public houses construction type-36 are built in this
location.The subject of the research is the cost of building public house construction type-36 from
preparatory work to finishing. While the object of the research is the cost of reinforced concrete
work and walls using red brick and elephant brick building materials.
The data used in this study consists of primary and secondary data. Primary data are
respondent's characteristic, requirement, material cost, labor cost, duration, workforce
composition per house, and implementation method of both for red brick and interlocking brick.
These primary data was obtained by visiting workshop, interviewing the producer and head of
worker for both red brick and interlocking brick. The head of worker are who had experienced
49
onbuilding public house construction using interlocking brick and red brick building material.
Data about the interlocking brick is compulsory to gather because it is not included in the list of
material units and wages in the Regulation of Governor of Aceh No 72 of 2016[11]. Methods of
theguided interview areselected in collecting primary data. Guided interviews are interviews
conducted by the interviewer by making complete and detailed inquiries [12]. The collection of
primary datais conducted for a duration of 1-2 months by guiding and explain directly to
respondents.
Secondary data in the form of DED (Detail Engineering Design) of public house construction
(type-36) is used as amodel for quantity of work. The data for material unit price and wage per
unit was refer to the Aceh Governor Regulation Year 2016(in section of Banda Aceh area)[11],
The standard unit price in guidance of the Unit Price of Public Building Construction [13].
Data analysis was conducted by steps: (1) calculating the cost of each buildingsof public house
construction (type-36)that using red brick. The method of cost calculation uses Unit Price
Analysis. The unit price analysis refers to the Regulation of the Minister of Public Works and
Public Housing. 28/ PRT/M/2016[14]; (2) Analyzing the actual price of materials and labor wages
for wall installation work and reinforced concrete that using interlocking brick; (3) calculating the
cost of each buildingsof public house construction (type-36)that using interlocking brick. The
method of cost calculation is similar to red brickin the point one. The differences of both building
type are on the material of wall and material of the reinforced concrete workswhich are using the
analysis at point (1) and (3).
Painting Work X
50
for interlocking brick material of building type 36 houses is obtained from the analysis of quantity
that refer to DED drawing. The data can be seen in table 2 below.
Table 2. The unit price of interlocking brick material
Requirement
Brick Interlocking Price
No. Picture Function for type-36
Type (IDR)
house (piece)
Building Block
2 3.400 Corner Wall 553
corner
51
Table 3. Material requirements of interlocking brick
No. Jobs Description material Unit Coefficient
1. 1 m2 interlocking brickworks Interlockingbrick piece 33,333
Portland cement kg 3,130
Sand m3 0,008
2. 1 m Vertical iron reinforced works Plain iron kg 0,888
Portland cement kg 0,250
Sand m3 0,0011
3. 1 m horizontal iron reinforced works Plain Iron kg 0,888
Portland cement kg 0,630
Sand m3 0,0027
The quality of the initial design in the form of thereinforced concrete frame structure and red
brick works as a filler is certainly safe if it is implemented in accordance with the existing
Indonesian National Standard code requirements. For interlocking brick material as structural as
well as filler, thewallis having noIndonesian National Standard code that could determine the
criteria for safe implementation. Buildings that have been built in Aceh Province from 2007 to
2010 still use designs with horizontal reinforcement every 8-layers.
The wages for works in alternative 1 is calculated based on the List ofprice per unit provided by
the Aceh Governor Regulation Year 2016 for the city of Banda Aceh, while for alternative 2, in
particular,the interlocking brickworkis fro, interview results with the respondents. The
comparison of wages per day can be seen in table 5 below.
Table 5. Comparison of labor wages per day
Wages per day (IDR)
No. Type
Foreman Head of Workers Workers
1 Alternative 1 130.000, - 98.000,- 87.000,-
2 Alternative 2 200.000,- 125.000, - 100.000,-
52
The difference in wages for both alternative are caused by the difference in actual wage. It is
possible because the alternative 2 (two) is having additional skill on interlock brick and the
number of worker are limited in availability that area. This constraint will affect the wages per
day of workers which is higher compared to alternative 1 (one).
In alternative 1 (one) the budget plan is IDR 169.280.000,- while in alternative 2 have a budget
of IDR. 130.8 million, with the cost difference ofIDR 38.480.000,- or there is a cost saving of
23% when using alternative 2. In alternative 1 the largest cost occurred in the reinforced concrete
workin form of the formwork, iron and casting, while reinforced concrete work on alternative 2 is
replaced with interlocking brick, where there is a hole that will be filled with plain iron with a
diameter of 10 or D10, and in addition the horizontal and vertical direction is filled with a mixture
of cement and sand.
The problems in this research have been answered, where building the public-house
construction type-36 using interlocking brick is cheaper than using red brick. This outcome can be
given to consumer, society, and public for consideration in selecting a substitute for red brick
building material in for walls works used in Aceh Province.
Conclusion
Result of cost comparison for public houses (type-36) that are assumed to be built in Banda Aceh
City using interlocking brick(elephant brick material) is cheaper than using thered brick material.
Buildings that usinginterlocking brick(elephant bricks) in Banda Aceh from 2007 to 2010 have
not collapsed and cracked despite being shaken by earthquakes several times. Research on the
structural strength of elephant brick wall is underway at the Syiah Kuala University Building
53
Materials and Structures Laboratory. Knowledge of elephant bricks to consumers will be provided
by promoting the products through the event held in Aceh Province.
ACKNOWLEDGEMENT
The research reported in this paper was supported in part by Institute for Research and
Community Service (LPPM) Syiah Kuala Universityunder the Contract No.
24/UN11.2/PM/SP3/2017. The authors wish to acknowledge the sponsor. Any opinions, findings,
conclusions, and recommendations presented in this paper are those of the authors and do not
necessarily reflect the views of the sponsors.
References
Fachrurrazi, Husin, S., Munirwansyah, & Husaini. (2017). THE SUBCONTRACTOR
SELECTION PRACTICE USING ANN-MULTILAYER. INTERNATIONAL JOURNAL
OF TECHNOLOGY, 8(4), 761-772.
Qu, B., Stirling, B. J., Laursen, P. T., Jansen, D. C., & Bland, D. W. (2012). Interlocking
compressed earth block walls: in-plane structural response of flexure-dominated walls.
In 15th world conference on earthquake engineering, IIAE, Lisbon.
Wheeler, G. (2005). Interlocking Compressed Earth Blocks Volume II. Manual of Construction.
Center for Vocational Building Technology, Thailand, 110.
Adedeji, Y. M. D. (2008). Interlocking masonry: Panacea for sustainable low-cost housing in
Nigeria. Pakistan Journal of Social Sciences, 5(8), 744-750.
Calkins, M. (2008). Materials for sustainable sites: a complete guide to the evaluation, selection,
and use of sustainable construction materials.
Raheem, A. A., Bello, O. A., & Makinde, O. A. (2010). A comparative study of cement and lime
stabilized lateritic interlocking blocks. The Pacific Journal of Science and Technology,
11(2), 27-34.
Assiamah, S., Abeka, H., & Agyeman, S. (2016). Comparative Study of Interlocking and
Sandcrete Blocks for Building Walling Systems.International Journal of Research in
Engineering and Technology, vol.05(1),
Departemen, P. U. (1989). Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).
Malahayati, N. (2013). Durasi Proyek dan Upah Tenaga Kerja Berdasarkan Pengalaman Kepala
Tukang Pada Konstruksi Rumah di Kota Banda Aceh. Jurnal Teknik Sipil, 2(2),173-180.
Fachrurrazi, F., Away, Y., & Husin, S. (2017). The Weights Detection of Multi-criteria by using
Solver. International Journal of Electrical and Computer Engineering (IJECE), 7(2), 858-
868.
Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh (2017). Penetapan Standar Satuan Harga Barang Bahan
Bangunan/Jasa Pemerintah, Nomor: 028 /782 /2016, Banda Aceh, Indonesia.
Nazir, M. Phd.(2013). Metode penelitian. Edisi. 8, Jakarta. Ghalia Indonesia.
Fachrurrazi, Husin, S., Tripoli, Mubarak, (2017). Neural Network for the Standard Unit
Price of the Building Area. Procedia Engineering, Volume 171, pp. 282–293
Kementerian Pekerjaan Umum (2016). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat No: 28/PRT/M/2016 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang
Pekerjaan Umum, Jakarta, Indonesia.
54
LAMPIRAN 1 (2/2) SERTIFIKAT PEMAKALAH
55
LAMPIRAN 2. PAMERAN HASIL PRODUKSI BATU BATA GAJAH
Mengikuti Unsyiah Inovation EXPO 2017 pada acara The 7th AIC-ICMR on Sciences &
Engineering ‘Annual International Conference 2017 Syiah Kuala” October 8-20 tahun
2017 Di Banda Aceh Indonesia
56
LAMPIRAN 3. P E T A L O K A S I P E L A K S A N A A N
Lokasi Kegiatan
57
LAMPIRAN 4 ABSEN PESERTA
58
59
60
61
62
63