Anda di halaman 1dari 19

Tekologi Tepat Guna

Inovasi Teknologi Baru


Bahan Bangunan Untuk
Pembangunan

Julian Achmad
P3b1 18 071
Gambar 1

1
Inovasi Teknologi Baru Bahan Bangunan Untuk Pembangunan
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi terkait material bangunan mengalami
kemajuan yang signifikan. Banyak ditemukan inovasi terbaru mengenai material bangunan yang unik.
Banyak para peneliti maupun ilmuan mengeksplorasi pengetahuan di bidang material bangunan. Salah
satu yang aktif memberikan sumbangsih dalam perkembangan teknologi bidang material bangunan ini
yaitu PUSKIM ( Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman ).
Konsep bahan bangunan yang dikembangkan oleh Puskim menggunakan bahan-bahan yang tidak biasa,
yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang sudah dianggap tidak penting. Contohnya, limbah hingga
lumpur. Melalui inovasi tersebut, bahan bangunan yang diciptakan mampu mengurangi pemakaian sumber
daya alam yang berlebih. Beberapa konsep yang akan dipaparkan, yaitu:
1)   Bata Beton Ringan dari Residual Cracking Catalist(RCC);
2)   Limbah  Batu  Bara  (Fly-Ash)  untuk  KomponenBangunan;
3)   Pemanfaatan   Lumpur   Sidoarjo   (Lusi)   untukBahan Bangunan;
4)   Semen Pozolan Kapur (SPK);
5)   Bambu Laminasi;
6)   Bambu Sarang Tawon (BUSARON);
7)   Bambu Zephyr;
8)   Sirap Inovasi dari Bambu;
9)   Bebak Laminasi dari Gewang.
Bata Beton Ringan dari Residual Cracking Catalyst
(RCC)

Residual cracking catalyst (RCC) merupakan limbah dari pemprosesan minyak mentah di dalam reaktor.
Penggunaan limbah menjadi bahan bangunan merupakan suatu langkah untuk mengurangi pencemaran
limbah. RCC Ini dikembangkan untuk dinding bangunan bertingkat dan teknologi ini sudah diuji coba. Jenis
produk bata beton ringan memiliki proporsi campuran 75% RCC, 25% pasir silika, dan 1,6% foam agent. Bata
beton ringan ini memiliki kuTat tekan sebesar n35 Kgf/cm2  dengan teknik pembuatan pengembangan
dengan substitusi foam agent. Gambaran jenis bata beton ini dapat dilihat pada gambar 1.1.
Limbah    Batu    Bara    (Fly-Ash)    untuk Komponen Bangunan

Fly-Ash merupakan sisa pembakaran limbah batu bara yang dihasilkan dari pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU). Pengolahan limbah batu bara bertujuan untuk mengatasi
masalah lingkungan akibat berkembangnya industri yang menggunakan batu bara
sebagai energi. Pengolahan ini telah diterapkan di berbagai daerah. Jenis produk yang
dihasilkan memiliki proporsi campuran agregat (60% fly ash + 405 pasir). Jenis produk
yang dihasilkan, yaitu bata beton berlubang dengan proporsi campuran 1 semen = 8
Agregat; interlock blok dengan proporsi campuran 1 semen = 6 agregat; genteng beton
dengan proporsi campuran 1 semen = 3 agregat; paving block dengan proporsi
campuran 1 semen = 4 agregat; bata beton pejal dengan proporsi campuran 1 semen =
10 agregat. Gambaran jenis komponen bangunan ini dapat dilihat pada gambar 1.2.
Semen Pozolan Kapur (SPK)
Semen ini dikembangkan sebagai alternatif dari semen pozolan untuk bangunan sederhana, terutama di
daerah yang sulit transportasi, tetapi memiliki potensi kapur dan tras. Teknologi ini sudah dirintis untuk
diterapkan di Wamena, Nagrek, dan Sukabumi. Bahan ini dipilih karena memiliki keunggulan, yaitu:
1. Dapat menyubstitusi pemakaian pc pada bagian nonstruktural bangunan  (merupakan  75% bagian
konstruksi);
2. Mudah dalam pengerjaannya (workability);
3. Mengurangi terjadinya pemisahan agregat/adukan;
4. Menurunkan panas hidrasi;
5. Mengurangi terjadinya retak-retak;
6. Meningkatkan kerapatan adukan;
7. Tahan terhadap pengaruh lingkungan.

Produk semen ini berasal dari bahan baku berupa pozolan dan kapur padam dengan proporsi campuran 1

kapur = 2 pozolan. Wujud dari semen pozolan kapur ada pada gambar 1.6.
Bambu Laminasi

Pengembangan bambu laminasi ini dilakukan dalam rangka memberikan alternatif bahan bangunan
pengganti kayu yang semakin sulit didapat di pasaran terutama untuk kayu kelas kuat I.
Pemakaian bambu sebagai alternatif pengganti kayu dengan tekniklaminasi ini dapat digunakan sebagai
balok, kolom, atau papan seperti kayu. Bambu laminasi ini dapat diaplikasikan pada hampir seluruh
komponen bangunan, kecuali penutup atap. Contohnya, ada pada Gambar 1.7.
Manfaat penggunaan bambu laminasi ini adalah sebagai alternatif pengganti kayu konstruksi (balok, kolom,

papan, parquet) dan furnitur. Selain itu, berikut ini adalah paparan lanjutan mengenai bahan bambu laminasi ini.

1. Bahan baku: bambu.

2. Bahan pengawet: borac-boric/boron, peng

3. Bahan perekat: urea formaldehyde (interior).


Bambu Sarang Tawon (Busaron)

Bambu sarang tawon (busaron) adalah sejenis lembaran  panel  yang  terbuat dari gabungan antara bambu
glondongan dengan bilik rakyat (Gigantochia apus) yang proses pembuatannya menggunakan mesin tekan
panas (hot press machine). Teknologi ini masih dalam   tahap   pengkajian   untuk   dapat   diterapkan. Salah
satu contohnya ada pada gambar 1.8.
Adapun keunggulan dari bahan busaron ini, yaitu

1. Berat panel ringan;

2. Ukurannya standar (120 cm x 240 cm) dengan tebal antara 2−3 cm dan dapat dibuat sesuai dengan

peruntukannya;

3. Mudah dipotong sehingga   memudahkan perencana dalam mendesain;

4. Produk tidak menimbulkan bahan sisa (zero waste);

5. Harga lebih murah dibandingkan dengan bahan sejenisnya


Bambu Zephyr

Bambu jenis ini merupakan hasil dari bambu yang dipipihkan dan direkatkan satu sama lain dengan

menggunakan perekat organik. Teknologi ini telah memiliki satu aplikator dan produk telah diuji coba pada

bantaran sungai di Belanda. Berikut ini adalah penjelasan dari bambu Zephyr ini. Jenis bahan yang digunakan,

yaitu batang bambu, belah bambu, serat/ pelupuh, sayatan, dan Zephyr. Bahan perekatnya berupa UF, PF, MF,

dan Isocyanate, dll. Selanjutnya, produk yang dihasilkan berupa panel bambu, balok bambu, dan struktur dan

dinding bangunan dan pintu air ( lihat gambar 1.9. )


Sirap Inovasi dari Bambu
Inovasi pengembangan sirap bambu ini dilakukan dalam rangka melestarikan kearifan lokal masyarakat serta
untuk mengembangkan bahan bangunan lokal yang ramah lingkungan. Bambu yang merupakan tumbuhan  
yang   cepat   tumbuh   dan   tersebar   di seluruh  wilayah  Indonesia  sangat  potensial  untuk dikembangkan.
Untuk itu, inovasi ini dimaksudkan untuk  meningkatkan  performance,  efisiensi,  serta daya tahan sirap bambu
dalam penggunaan di masyarakat.
Desain    sirap    inovasi    bambu    memiliki    bentuk yang  sama  dengan  sirap  konvensional  pada
umumnya.   Namun,   jika   dilihat   dari   segi   jumlah dan   pemasangan   kebutuhan,   sirap   inovasi   lebih
efisien sebesar 60% dibandingkan dengan sirap konvensional. Secara tersirat, hal ini menunjukkan adanya
perbandingan jumlah sirap yang dibutuhkan untuk  menutupi  konstruksi  atap  seluas  1 m2 antara sirap inovasi
berbanding sirap konvensional adalah 5:12. Kemudian, Berdasarkan uji kelayakan rembes menunjukkan bahwa
air lebih cepat mengalir pada sirap inovasi dengan sudut ≤ 400, yaitu selisih 0.01 liter/detik. Penggunaan
teknologi ini telah diuji coba pada lapangan di Desa Panglipuran Kabupaten Bangli, Desa Angseri Kabupaten
Tabanan, serta di Komplek Anjungan Cerdas Rambut Siwi di Kabupaten Jembrana Bali.
Bebak Laminasi dari Gewang

 Aplikasi bebak laminasi ini dilakukan dalam rangka peningkatan   kualitas   komponen   partisi   dinding pada
rumah tinggal yang berada di Pulau Timor Provinsi NTT, dilakukan melalui teknologi laminasi dan  
pengempaan   gewang.    Teknologi  laminasi  dapat  meningkatkan  kekuatan dan penampilan lebih menarik
dibandingkan dengan gawang utuh. Papan Gewang laminasi terbuat dari pelepah pohon gewang yang
diproses melalui teknik laminasi  menjadi  lembaran  papan  berukuran  60 x 120 cm. Ciri-ciri pelepah yang
dapat digunakan adalah:
1. diambil dari pohon dengan ketinggian > 5 meter;
2.  warna pelepah kekuningan atau kecokelatan;
3. kondisi pelepah tidak lapuk;
4. ukuran  pelepah  =  lebar  5–11  cm  dan  panjang minimal 1,5 meter.
Bahan lain yang digunakan adalah jenis perekat : polyurethane + crosslinker. Hasil pemanfaatan teknologi ini
terlihat pada gambar1.11.
19

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai