Anda di halaman 1dari 46

PEMBUATAN POROS BERTINGKAT

MENGGUNAKAN MESIN BUBUT DAE JUNG TYPE C6140

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

CANDRA ARI PUJIYANTO


NPM: 13620014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
1

2016

PEMBUATAN POROS BERTINGKAT


MENGGUNAKAN MESIN BUBUT DAE JUNG TYPE C6140

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Ahli Madya

CANDRA ARI PUJIYANTO


NPM: 13620014

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2

2016

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PEMBUATAN POROS BERTINGKAT
MENGGUNAKAN MESIN BUBUT DAE JUNG TYPE C6140

Disusun Oleh :
CANDRA ARI PUJIYANTO
NPM: 13620014

Telah diperiksa dan memenuhi syarat pada


Tanggal .........Bulan .........Tahun .........

Pembimbing Perusahaan

Pembimbing Program Studi

Aan Dedi Anggoro


NIP/NPP:

Drs. Carsoni, S.T M.T


NIP. 195712061983031002

Dekan Fakultas Teknik,

Ketua Program Studi Teknik Mesin

Drs. Bambang Supriyadi, MP.


NIP. 195410151982031003

Drs. Carsoni, S.T. M.T.


NIP. 195712061983031002

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan karunia yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
PKL/magang beserta penyusunan laporan PKL. Laporan PKL ini merupakan
tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk mendapatkan gelar Ahli Madya program studi teknik mesin Universitas
PGRI Semarang dan sebagai salah satu tanggung jawab atas pelaksanaan PKL
yang bertempat di PT Tjokro Bersaudara Semarang selama 2 bulan (1 Februari 31 Maret 2016).
Dalam menyelesaikan penulisan ilmiah ini, penulis banyak dibantu oleh
orang-orang di sekitar penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
ilmiah ini dengan baik. Dengan penuh rasa hormat penulis menghaturkan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, diantaranya :
1. Drs. Bambang Supriyadi M.P. Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
PGRI Semarang.
2. Drs. Carsoni S.T .MT., Selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas PGRI Semarang.
3. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik
secara moril, materil maupun doa.
4. Bapak

Sugianto,selaku

pimpinan

PT.

TJOKRO

BERSAUDARA

Semarang.
5. Bapak Aan Dedi Anggoro, selaku pembimbing lapangan kerja praktek di
PT. TJOKRO BERSAUDARA Semarang.
6. Rekan rekan mahasiswaProgram Studi Teknik Mesin angkatan 2013, yang
telah memberikan semangat untuk terus menyelesaikan Penulisan Laporan
Kerja Praktek Lapangan ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu hingga terselesaikannya Laporan Kerja Praktek ini.

Pada akhirnya penulis menyadari, bahwa dalam menyusun penulisan


ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, karena segala
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa sedangkan kekurangan
adalah milik kita sebagai makhluk-Nya. Untuk itu, kekurangan yang ada akan
menjadi sebuah pelajaran bagi penulis, dan penulis mengharapkan koreksi, berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, terutama pengoreksi,
untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan penulisan ilmiah yang telah penulis sajikan ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca
serta mahasiswa program studi Teknik Mesin. Sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, 24 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................... i
Halaman Persetujuan /Pengesahan................................................................. iii
Kata Pengantar.............................................................................................. iv
DaftarIsi......................................................................................................... vi
Daftar Lampiran ........................................................................................... vii
Daftar Gambar.................................................................................................. viii
BABI PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.

Identitas Perusahaan ..........................................................


Sejarah Perusahaan.............................................................
Visi dan Misi Perusahaan ......................................................
Hasil Produk dan Pemasaran..................................................
Lay out/ denah perusahaan.....................................................

1
1
3
4
4

BAB II PROSES PRODUKSI


2.1 Pengertian Proses Produksi............................................................. 8
2.2 Gambaran Kegiatan di Depo Lokomotif Semarang Poncol........... 8
2.3 Proses Produksi di Dipo Lokomotif Sema...................................... 9
BAB III PEMBAHASAN
3.1.....................................................Sejarah Governor
............................................................................12
3.2................................................Pengertian Governor
............................................................................13
3.3............................................Prinsip Kerja Governor
............................................................................16
3.4...............................................Komponen Governor
............................................................................18
3.5.....................................Proses Perawatan Governor
............................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1.............................................................................Kesimpulan
.........................................................................................38
4.2........................................................................................Saran
.........................................................................................38
Daftar Pustaka .................................................................................................. 39
LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat permohonan PKL dari Program Studi
2. Surat jawaban dari perusahaan
3. Surat keterangan dari perusahaan yang menyatakan bahwa telah
menyelesaikan PKL
4. Laporan kegiatan harian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lay out Lantai 1............................................................................

Gambar 1.2 Lay out Lantai 2............................................................................

Gambar 2.1 Bagan Proses Produksi..................................................................

10

Gambar 3.1 Mesin Bubut..................................................................................

12

Gambar 3.2 Plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama.............................................

15

Gambar 3.3 Tuas-Tuas Pengatur Sumbu Utama...............................................

15

Gambar 3.4 Macam-macam Pahat....................................................................

16

Gambar 3.5 Membubut Muka...........................................................................

20

Gambar 3.6 Membubut Rata.............................................................................

20

Gambar 3.7 Membubut Dalam ........................................................................

22

Gambar 3.8 Mengebor Benda Kerja.................................................................

23

Gambar 3.9 Sketsa Poros Bertingkat................................................................

24

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Identitas Perusahaaan
Nama Perusahaan
: PT. Tjokro Bersaudara Semarang
Jenis Badan Hukum
: Perseroan Terbatas
Alamat Perusahaan
: Jl. Pengapon no. 17 Semarang, Jawa Tengah
Nomor Telepon

: (024) 3518017, 3518317, 3549017

Fax.

: (024) 3518017

Status Permodalan

: Swasta

Bidang Usaha/kegiatan : Pabrik mesin, Pengerjaan logam dan Reparasi


mesin
Penanggung Jawab

: Sugianto (Pimpinan)

1.2. Sejarah Perusahaan


Sejarah PT. TJOKRO GROUP
TAHUN
1948
1968
1971
1978

1980-1990

PERISTIWA
Surabaya
Awal mendirikan bisnis bengkel
Jakarta
Membuka cabang pertama di cideng timur
Jakarta pulogadung
Membuka cabang kedua di pulogadung jakarta
Semarang
Memperluas dan Membuka cabang ketiga di
semarang
Gresik, Solo, Tangerang, Cilegon, Lampung ,
Batam
Berkomitmen

membuka

dan

memperluas

beberapa cabang untuk semakin dekat dengan


1990-1997

konsumen
Kami terus memperbaiki beberapa sektor antara
lain memperbarui mesin-mesin kerja kami dan
mesin perkakas dan SDM

2000

Setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi, ini


juga momentum bagi kami untuk mengutamakan
konsumen agar tetap kuat kami kerja secara
efisien dan fleksibel jadi kami dapat melewati
krisis yang melanda di indonesia kami sudah
menerapkan

sistem

manajemen

mutu

ISO

9001:2008 dan telah mendapat sertifikat ISO


2001-2007

9001:2008 dan secara berkesinambungan.


Kami terus berinovasi dan terus membuka cabang
di pulau kalimantan dan memulai menggunakan

2008-sekarang

mesin-mesin otomatis dan robotik


Sampai sekarang kami terus memperbaiki segala
sektor kami dengan pembaharuan-pembaharuan
seiring perkembangan zaman dan memperluas lagi
cabang-cabang kami di Indonesia

Tjokro bersaudara adalah salah satu perusahaan dari Tjokro Group


yang bergerak di bidang servis otomotif, pembuatan suku cadang mesin
,reparasi mesin dan sebagai pioneer bagi jenis-jenis usaha tjokro group
lainnya. Didirikan pada tahun 1948 di surabaya, kami memulai bisnis
dengan tradisional mesin WW II dan pekerja yang didedikasikan untuk
melakukan pelayanan untuk sektor industri di Indonesia yang baru merdeka
kami terus meningkatkan diri untuk berusaha menjadi penyuplai paling
penting dalam bisnis ini.
Banyak inovasi dan perbaikan yang kami lakukan pada perusahaan
sehingga kami dapat memberikan produk yang efisien, handal, berkualitas
baik dan layanan terbaik kepada pelanggan kami. Seperti kita berkomitmen
untuk memberikan layanan yang paling efisien, kita berevolusi dari satu ke
lebih dari lima puluh cabang salah satunya Tjokro Bersaudara Semarang,
untuk menempatkan layanan kami lebih dekat kepada pelanggan juga ada
Tjokro bersaudara Solo dan banyak lagi di beberapa cabang dari Tjokro
Group di provinsi seluruh Indonesia. Kami melakukan jasa untuk berbagai
2

jenis industri seperti pertambangan, minyak dan gas, baja, pulp dan kertas,
semen, pembangkit listrik, petrokimia, kelautan, dan lebih banyak industri.
Tjokro Group juga menempatkan usaha pada manufakturing, seperti
memproduksi banyak bagian untuk otomotif, pertanian, dan alat berat untuk
merk global. Tjokro Group telahterintegrasi pabrik di pulogadung Jakarta
yang berfungsi sebagai daerah manufaktur one stop. Lebih dari setengah
abad berlalu perusahaan kami masih terus meningkatkan diri kita sendiri
untuk pelanggan. Kami menjaga dengan teknologi baru untuk mesin,
perkakas dan sistem database dan mendidik sesama karyawan untuk
pengetahuan yang lebih tinggi dari teknologi terbaru untuk membuat diri
kita menjadi lebih efisien, handal, dan berkualitas baik untuk melakukan
layanan bagi pelanggan kami. Untuk menjamin mutu dan kepuasan
pelanggan,kami sudah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008
dan telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 dan secara berkesinambungan.
Kami bangga kita memiliki loyalitas pelanggan kami dan kepercayaan
sehingga kami bisa bertahan hidup bisnis ini dan tumbuh dengan itu selama
bertahun-tahun. Kami bangga bahwa kami melakukan jasa untuk industri
besar di Indonesia dan banyak yang mengunakan produk kami dari seluruh
dunia.
1.3. VISI dan MISI
VISI:
Menjadikan bengkel Tjokro Bersaudara sebagai yang terbaik dan terbesar
dalam inovasi, produksi, mutu, dan servis dalam bidang perbengkelan di
Indonesia.
MISI:

Komitmen untuk kualitas tinggi dan dukungan layanan terbaik untuk


memenuhi kebutuhan pelanggan dan memperkuat Tjokro Group
adalah prinsip utama perusahaan kami.

Meningkatkan kualitas produk dan jasa yang dihasulkan secara terus

menerus.
Menempatkan diri sebagai patner kerja yang baik dan terpercaya bagi

industri di Indonesia.
Meningkatkan produktivitas kerja.

1.4. Hasil produk dan pemasaran


PT Tjokro Bersaudara semarang adalah bengkel perkakas yang bergerak di
bidang kontruksi mesin atau reparasi mesin. Tjokro bersaudara melayani
konsumen dari kalangan industri dan masyarakat umum, kegiatan jasa yang
dilakukan oleh Tjokro Bersaudara adalah pembuatan komponen sesuai
pemesanan dan reparasi komponen yang mengalami kerusakan. Jadi hasil
produksi di PT. Tjokro Bersaudara Semarang bermacam-macam hasil produk
produksi sesuai dengan apa yang di pesan oleh konsumen, misalnya
pembuatan macam-macam roda gigi, poros AS, komponen mesin,pembuatan
part, dll.
1.5. Lay out / denah perusahaan
Tata letak pabrik dapat didenifisikan sebagai tata cara pengaturan
fasilitas-fasilitas pabrik dan job shop dengan memanfaatkan luas seoptimal
mungkin guna menunjang kelancaran proses layout dimana segala jenis
mesin /fasilitas produksilainya yang memiliki tipe atau jenis yang sama di
tempatkan dalam satu tempat. Pada mesin bubut kecil diletakkan satu
tempat dengan mesin bubut kecil lainya , mesin bubut besar dikelompokan
dengan mesin bubut besar lainya ,mesin las dikelompakkan mesin las ,mesin
milling

horizontal

dikelompokan

sendiri

,mesin

milling

vertical

dikelompokan sendiri ,mesin skrap dikelompokan di tempat sendiri,mesin


grinding dikelompokan sendiri,mesin hobbing dikelompokan sendiri dan
juga mesin lainya ditempatkan sesuai tipe dan jenisnya. Dengan layout
seperti itu perusahaan memperoleh keuntungan berupa fleksibelitas dalam
memproduksi produk yang memiliki tingkat variasi yang tinggi.

Gambar 1.1 Lay out pabrik lantai 1

Gambar 1.2 Lay out pabrik lantai 2


Keterangan :
1. Tempat Parkir
2. Toilet
3. Ruang pimpinan
4. Ruang kasir dan personalia
5. Ruang sales dan marketing
6. Pos satpam
7. Ruang tunggu tamu
8. Ruang maintenance
9. Gudang material
10. Pos satpam
11. Mess karyawan
12. Tempat mesin bubut
13. Ruang mandor dan checking
14. Tempat mesin hobbing

15. Tempat mesin kolter


16. Tempat mesin grinding
17. Tempat mesin sepuh dan blender
18. Tempat kerja bangku
19. Tempat mesin milling
20. Tempat mesin las
21. Toilet
22. Tempat mesin skrap
23. Ruang alat-alat
24. Ruang kantor 1
25. Ruang kantor 2
26. Mushola

BAB II
PROSES PRODUKSI
2.1. Pengertian Proses Produksi
Proses produksi adalah ilmu yang mempelajari pembuatan suatu
produk dari bahan mentah ataupun barang setengah jadi sehingga menjadi
barang jadi atau setengah jadi. Proses proses produksi ini berguna untuk
membuat suatu produk yang bermanfaat dan untuk memenuhi kebutuhan
dari konsumen, bahkan proses lanjutan kerja juga bisa dijadikan konsumen.

2.2. Gambaran kegiatan PT. Tjokro Bersaudara Semarang


Kegiatan utama yang dilakukan oleh PT. Tjokro Bersaudara Semarang
adalah memproduksi berbagai macam hasil produksi sesuai dengan pesanan
konsumen.Pada saat ini kegiatan tersebut sudah beroperasi meliputi
penggunaan tenaga kerja, pengangkutan bahan baku, dan hasil produksi,
serta kegiatan operasi industri.
(1) Pengangkutan bahan material, hasil produksi dan karyawan
Pengangkutan bahan material PT. Tjokro Bersaudara Semarang
diangkut melalui jalur darat menggunakan truk dan pick up. Ritasi
pengangkutan bahan material rata-rata 2 kali per bulan atau stok bahan
material sudah menipis, sedangkan ritasi hasil produksi segera
langsung dikirim. Sedangkan pengangkutan karyawan setiap hari
dilakukan dengan menggunakan sepeda motor sendiri atau kendaraan
umum yang melewati jalur jalan pengapon,bagi karyawan luar
semarang disediakan mess untuk tidur.
(2) Jenis dan kapasitas produksi
Produk PT. Tjokro Bersaudara Semarang adalah berbagai
macam hasil produksi sesuai dengan pesanan konsumen dengan
kapasitas produksi sebesar juga sesuai dengan pesanan juga.
(3) Jenis peralatan produksi yang digunakan
Jenis-jenis peralatan produksi yang digunakan PT. Tjokro
Bersaudara Semarang antara lainmesin bubut, mesin milling, mesin
las, mesin gerinda, mesin kolter, mesin skrap, mesin hobbing,dll.
2.3. Proses Produksi di PT. Tjokro Bersaudara Semarang
PT Tjokro Bersaudara semarang adalah bengkel perkakas yang
bergerak di bidang kontruksi mesin atau reparasi mesin. Tjokro bersaudara
melayani konsumen dari kalangan industri dan masyarakat umum, kegiatan
jasa yang dilakukan oleh Tjokro Bersaudara adalah pembuatan komponen
sesuai pemesanan dan reparasi komponen yang mengalami kerusakan.
Dalam menyelesaikan pesanan yang diterima ,Tjokro Bersaudara melakukan
kegiatan manufaktur yang berupa pemesinan dan perakitan. Kegiatann ini
dilakukan dengan menggunakan peralatan yang multiguna dan melibatkan
8

tenaga kerja yang fleksibel. Pendaftaran order pada Tjokro Bersaudara


dilakukan oleh bagian marketing dengan melakukan estimasi harga dan
tenggang waktu pengerjaan. Tenggang waktu merupakan salah satu
informasi penting yang dibutuhkan konsumen karena memberikan petunjuk
waktu pengambilan.
Metode yang dilakukan saat ini adalah pengamatan langsung dan
perhitungan secara manual yang dilakukan bagian marketing terhadap order
yang ada dan perkiraan lama pengerjaan order yang akan masuk. Tjokro
Bersaudara juga membutuhkan sistem informasi yang bisa membantubagian
marketing untuk melakukan perhitungan (gambar kerja /job shet) yang lebih
tepat dan menyajikan data historis waktu proses untuk komponenkomponen yang pernah di produksi sehingga tenggang waktu produksi bisa
dihitung lebih cepat dan akurat.

Secara lengkap proses produksinya disajikan dalam diagram berikut :


marketing

mandor

packing

pekerja

checking
Gambar 2.1 proses produksi

Marketing
Tugas dari marketing yaitu menerima pesanan atau mengecek ke
pabrik-pabrik yang mesinnya ada masalah atau rusak ,jadi marketing
bisa menyetahui komponen apa saja yang rusak dan harus di ganti.

Marketing juga yang menghitung berapa lama bahan harus dikerjakan


dan menulis data job dan terus dilanjutkan ke bagian mandor.

Mandor/ kepala bengkel


Mandor bertugas menerima job dari marketing ,mandor dapat
membuat gambar kerja/job shet sesuai dengan benda kerja yang
dipesan , terus tugas dari mandor memberikan pekerjaan kepada
pekerja sesuai dengan skill dan bagian-bagian pekerja,misalnya
pekerjaan mesin bubut diberikan ke pekerja bubut,pekerjaan mesin las
diberikan ke pekerja las ,dll. Dan misalkan pesanan roda gigi dan di
sepuh maka pertama mandor memberikan pekerjaan ke pekerja bubut
agar membuat bakalan roda gigi,setelah bakalan roda gigi jadi maka
mandor meneruskan memberikan pekerjaan itu ke pekerja mesin
milling atau hobbing, setelah roda gigi itu jadi maka benda tersebut
diberikan ke pekerja di bagian penyepuhan terakhir kebagian
checking/quality control.

Pekerja
Tugas dari pekerja yaitu mengerjakan pekerjaan sesuai job shet
yang diberikan mandor ,dan tiap-tiap pekerja mengerjakan benda kerja
yang berbeda-beda dan tiap hari berbeda karena sesuia dengan job
shet.

Checking/quality control
Yaitu pekerja yang pekerjaannya mengecek benda kerja apakah
sudah sesuai dengan yang diinginkan apa belum.

Packing
Packing yaitu proses mengemas benda kerja yang sudah lolos
checking agar siap dikirim ke konsumen atau di ambil konsumen.

10

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Pengertian Mesin Bubut


Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar
benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara
translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari
benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat
disebut gerak umpan. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi
benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai
macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan
dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros
spindel dengan poros ulir.

11

Gambar 3.1 mesin bubut


Jenis mesin bubut secara umum dapat diklasifikasikan dalam :
a. Mesin bubut ringan
Mesin ini dimaskudkan untuk latihan dan pekerjaan ringan. Bentuk
peralatannya kecil dan sederhana. Dapat diergunakan untuk mengerjakan
benda yang berukuran kecil.
b. Mesin bubut sedang
Mesin ini lebih cermat

konstruksinya

dan

dilengkapi

dengan

penggabungan peralatan khusus. Oleh karena itu, mesin ini digunakan


untuk pekerjaan yang lebih banyak variasinya dan lebih teliti. Fungsi
utama adalah menghasilkan atau memperbaiki perkakas secara produksi.
c. Mesin bubut standar
Mesin ini dibuat lebih berat, daya kudanya lebih besar daripada yang
dikerjakan mesin bubut ringan dan mesin ini merupakan standar dalam
pembuatan mesin-mesin bubut pada umumnya.
d. Mesin bubut meja panjang
Termasuk mesin indutsri yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaanpekerjaan panjang dan besar, bahan roda gigi dan lainnya.

3.2. Bagian-Bagian Mesin Bubut


1. Sumbu Utama (Main Spindle)
Sumbu utama atau dikenal dengan main spindle merupakan
suatu sumbu utama mesin bubut yang berfungsi sebagai dudukan chuck
(cekam), plat pembawa, kolet, senter tetap dan lain-lain.

12

2. Meja Mesin (bed)


Meja mesin bubutberfungsi sebagai tempat dudukan kepala
lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan tumpuan
gaya pemakanan waktu pembubutan. Bentuk alas ini bermacammacam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya
mempunyai ketinggian tertentu.
3. Eretan (carriage)
Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage)
yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross carriage)
yang bergerak melintang alas mesin dan eretan atas (top carriage), yang
bergerak

sesuai

dengan

posisi

penyetelan

atas

eretan

melintang.Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan


yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat
terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya.
4. Kepala Lepas (tail stock)
Kepala lepas sebagaimana digunakan untuk dudukan senter putar
sebagai pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor
tangkai tirus dan cekam bor sebagai menjepit bor.Kepala lepas ini
terdiri dari terdapat dua bagian yaitu alas dan badan.
5. Chuck (Cekam)
Cekam adalah sebuah alat yang digunakan untuk menjepit benda
kerja. Jenisnya ada yang berahang tiga sepusat (Self centering Chuck)
dan ada juga yang berahang tiga dan empat tidak sepusat (Independenc
Chuck).
a. Cekam rahang tiga sepusat, digunakan untuk benda-benda silindris,
dimana gerakan rahang bersama-sama pada saat dikencangkan atau
dibuka.
b. Rahang tiga dan empat tidak sepusat, setiap rahang dapat bergerak
sendiri tanpa diikuti oleh rahang yang lain, maka jenis ini biasanya
untuk mencekam benda-benda yang tidak silindris atau digunakan
pada saat pembubutan eksentrik.

13

6. Penyangga
Penyangga ada dua macam yaitu penyangga tetap (steady rest),
dan penyang jalan (follower rest). Penyangga ini digunakan untuk
membubut benda-benda yang panjang, karena benda kerja yang panjang
apabila tidak dibantu penyangga maka hasil pembubutan akan menjadi
berpenampang elip/oval, tidak silindris dan tidak rata.
7. Senter
Senter terbuat dari baja yang dikeraskan dan digunakan untuk
mendukung benda kerja yang akan dibubut. Ada dua jenis senter yaitu
senter mati (tetap) dan senter putar. Pada umumnya senter putar
pemasangannya

pada

ujung

kepala

lepas

dan

senter

tetap

pemasangannyapada sumbu utama mesin (main spindl


8. Plat tabel kecepatan sumbu utama
Plat tabel kecepatan sumbu utama menunjukkan angka-angka
besaran kecepatan sumbu utama yang dapat dipilih sesuai dengan
pekerjaan pembubutan.

Gambar 3.2. Plat Tabel Kecepatan Sumbu Utama


9. Tuas-Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama
Tuas pengatur kecepatan sumbu utama berfungsi untuk mengatur
kecepatan putaran mesin sesuai hasil dari perhitungan atau pembacaan
dari tabel putaran.

14

Gambar 3.3. Tuas-Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama

3.3. Alat Potong pada Mesin Bubut


Yang dimaksud dengan alat potong adalah alat/pisau yang digunakan
untuk menyayat produk/benda kerja. Dalam pekerjaan pembubutan salah
satu alat potong yang sering digunakan adalah pahat bubut. Jenis bahan
pahat bubut yang banyak digunakan di industri-industri dan bengkelbengkel antara lain baja karbon, HSS, karbida, diamond dan ceramik.

Gambar 3.4 macam-macam pahat


1. Pahat Bubut Rata Kanan
Pahat bubut rata kanan memilki sudut baji 80 dan sudut-sudut
bebas lainnya

sebagaimana, pada umumnya

digunakan untuk
15

pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kanan


ke arah kiri mendekati posisi cekam.
2. Pahat Bubut Rata Kiri
Pahat bubut rata kiri memilki sudut baji 55 dan sudut-sudut
bebas

lainnya

sebagaimana

pada

umumnya

digunakan

untuk

pembubutan rata memanjang yang pemakanannya dimulai dari kiri ke


arah kanan mendekati posisi kepala lepas.
3. Pahat Bubut Muka
Pahat bubut muka memilki sudut baji 55 dan sudut-sudut bebas
lainnya sebagaimana pada umumnya digunakan untuk pembubutan rata
permukaan benda kerja (facing) yang pemakanannya dapat dimulai dari
luar benda kerja ke arah mendekati titik senter dan juga dapat dimulai
dari titik senter ke arah luar benda kerja tergantung arah putaran
mesinnya.
4. Pahat Bubut Ulir
Pahat bubut ulir memilki sudut puncak tergantung dari jenis ulir
yang akan dibuat, sudut puncak 55 adalah untuk membuat ulir jenis
whitwhort. Sedangkan untuk pembuatan ulir jenis metrik sudut puncak
pahat ulirnya dibuat 60 menunjukkan besarnya sudut potong pahat ulir
metrik.
5. Pahat Bubut Dalam
Tangkai pahat pada proses pembubutan juga sering menggunakan
pahat bubut dalam. Pahat jenis ini digunakan untuk membubut bagian
dalam atau memperbesar lubang yang sebelumnya telah dikerjakan
dengan mata bor. Bentuknya juga bermacam-macam dapat berupa pahat
potong, pahat alur ataupun pahat ulir, ada yang diikat pada tangkai
pahat.Bentuknya ada yang khusus sehingga tidak diperlukan tangkai
pahat. Contoh pemakaian pahat bubut dalam ketika memperbesar
lubang dan membubut rata bagian dalam Pahat.
6. Pahat Potong

16

Pahat potong adalah jenis pahat potong yang menggunakan


tangkai digunakan untuk memotong benda kerja.
7. Pahat Bentuk
Pahat bentuk digunakan untuk membentuk permukaan benda
kerja, bentuknya sangat banyak dan dapat diasah sesuai bentuk yang
dikehendaki operatornya.
8. Bor Senter
Bor senter digunakan untuk membuat lubang senter diujung benda
kerja sebagai tempat kedudukan senter putar atau tetap yang
kedalamannnya disesuaikan dengan kebutuhan yaitu sekitar 1/3 2/3
dari panjang bagian yang tirus pada bor senter tersebut. Pembuatan
lubang senter pada benda kerja diperlukan apabila memilki ukuran yang
relatif panjang atau untuk mengawali pekerjaan pengeboran.
9. Bor
Bor adalah alat untuk membuat lubang. Bentuknya bulat
mempunyai alur dan ukurannya berbeda-beda . Alurnya pun bermacam
macam, alur lurus dan alur spiral. Bor alur lurus biasa digunakan untuk
membuat lubang pada logan yang lunak seperti kuningan, tembaga dan
sebagainya. Bor alur spiral biasa digunakan untuk keras seperti besi,
baja dll.
3.4. Kecepatan Potong Pada Mesin Bubut
Kecepatan putar benda kerja ditunjukkan pada suatu titik yang berputar
dalam satuan waktu. Jika benda kerja dengan garis tengah d 1 membuat 1
putaran tiap menit, maka panjang tatal (beram) yang terpotong dalam 1
menit adalahd x p = keliling. Jika benda kerja berputar lebih dari 1 putaran
dalam 1 menit, misalnya n putaran, maka panjang tatal yang terpotong
dalam 1 menit adalah =d x p x n. Panjang tatal ini diukur dalam satuan
meter tiap menit dan disebut dengan kecepatan potong. Makin besar garis
tengah benda kerja, maka makin panjang perbandingan tatal yang dibentuk.
Kita liha, bahwa kecepatan potong itu dipengaruhi langsung oleh besarnya

17

garis tengah benda kerja dan banyaknya putaran tiap menit. Banyaknya
putaran tiap menit = r.p.m (rotasi per menit).
Perhitungan Element dasar Pemesinan :
1. Kecepatan Potong (Vc)

Vc =

dn
1000

2. Kecepatan makan (Vf)


V

= f

3. Waktu teoritis Pemotongan (tc)


lt
Vf

tc tot

= tc

banyak proses

4. Kecepatan Menghasilkan Geram (Z)



Z
= f a Vc

5. Rumus untuk mengukur jumlah pemakanan adalah :


Jumlah Pemakanan

Pemakanan= Kemampuan Pemakanan Mesin


Setelah diketahui jumlah pemakanan, dilakukan perhitungan terhadap
waktu pemakanan dengan rumus untuk mengukur waktu pemakanan adalah:

Pemakanan x Panjang
Waktu Pemakanan ( menit )=
Putaran mesin x Kecepatan feeding
Perlu diingat :
Untuk mengerjakan benda kerja di mesin bubut, tidak hanya kecepatan
potong saja yang mempengaruhi, tetapi harus diperhatikan kecepatan

18

pemakanan dan sudut-sudut pahatnya harus tepat untuk bahan yang


dikerjakan serta proses pendinginannya (air pendingin).
Kecepatan potong dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Ukuran bahan yang dikerjakan
2. Ukuran bagian tatal yang terpotong (dalamnya pemotongan x kecepatan
pemakanan)
3. Tingkat kehalusan yang diinginkan
4. Bahan pahat yang digunakan
5. Bentuk pahat
6. Pencekaman/penjepitan benda kerja
7. Macam dan keadaan mesin bubut

3.5. Proses Pengerjaan Pada Mesin Bubut


1. Membubut Muka
Membubut permukaan hendaklah diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a.
b.
c.

Jangan terlalu panjang keluar benda kerja terikat pada cekam


Pahat harus setinggi senter
Gerakan pahat maju mulai dari sumbu benda kerja dengan putaran
benda
Kerja searah
jarum jam atau
gerakan
maju
sumbu
kerja
putaran
Gambar 3.5 membubut muka

pahat
menuju
benda
dengan
benda

kerja berlawanan

19

arah jarum jam (putaran mesin harus berlawanan dengan arah mata
sayat alat potong).
2. Membubut Rata
Pekerjaan membubut rata untuk jenis pekerjaan yang panjangnya
relatif pendek, dapat dilakukan dengan pencekaman langsung .

Gambar 3.6 membubut rata

3. Membubut Tirus
Membubut tirus serupa dengan membubut rata hanya bedanya
gerakan pahat disetel mengikuti sudut tirus yang dikehendaki pada
eretan atas, atau penggeseran kepala lepas atau dengan alat bantu taper
attachment (perlengakapan tirus). Jenis pahatnyapun serupa yang
digunakan dalam membubut rata. Penyetelan peralatan eretan atas, atau
penggeseran kepala lepas atau dengan alat bantu taperattachment pada
saat membubut tirus tergantung pada sudut ketirusan benda kerja yang
akan dikerjakan. Cara membuat tirus dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Pembubutan Tirus Dengan Menggeser Eretan Atas
Cara ini digunakan apabila variasi sudut ketirusannya besar
yakni antara 0-90 derajat dengan ketirusannya pendek, maksimum
sepanjang gerakan eretan atas. Pembubutan dengan cara ini tidak

20

dapat dilakukan secara otomatis, tetapi dengan cara memutar


spindel eretan atas, sehingga pahat bergerak maju. Pemutaran
eretan atas, sebesar sudut ketirusan. Artinya jika sudut ketirusan
90 , maka eretan atas diputar sebesar 45 .
b. Pembubutan Tirus Dengan Menggeser Kepala Lepas
Cara ini dilakukan apabila variasi sudut ketirusan berkisar
antara 0-30 derajat dengan ketirusan yang melebihi panjang atau
lebih pendek dari pergerakan eretan atas. Pembubutan ini dapat
dilakukan secara manual maupun secara otomatis. Dalam
operasinya, benda kerja dijepit diantara dua senter. Dengan
demikian, cekam diganti dengan pelat pembawa yang berfungsi
untuk memutar benda kerja dengan bantuan lathdog. Untuk
menghasilkan ketirusan yang sesuai, maka besar pergeseran kepala
lepas dapat dihitung dengan persamaan:

Untuk sebagian panjang benda yang ditirus


Untuk seluruh panjang benda yang ditirus

( Ll ) ( Dd
2 )

x=

Dimana:x = Pergesaran kepala lepas (mm)


D = Diameter besar bagian tirus (mm)
d = Diameter kecil bagian tirus (mm)
L = Panjang seluruh benda kerja (mm)
l = Panjang bagian tirus (mm)
Besar kemiringan/pendakian dapat dihitung dengan rumus:
tg

)
( 2 )= ( Dd
2l

Dimana: D = diameter besar bagian tirus (mm)


d = diameter kecil bagian tirus (mm)
l = Panjang bagian tirus (mm)
(/2)= Sudut pergeseran(derajat)
21

4. Membubut Dalam
Pekerjaan membubut dalam dilakukan biasanya setelah dilakukan
pengeboran atau sudah ada lubang terlebih dahulu, jadi pembubutan
dalam hanya bersifat perluasan lubang atau membentuk bagian dalam
benda. Untuk mengetahui kedalaman yang dicapai maka pada saat awal
mata pahat hendaknya disetel pada posisi 0 dial ukur kepala lepas
sehingga tidak setiap saat harus mengukur kedalaman atau jarak tempuh
pahatnya.

Gambar 3.7 membubut dalam


5. Membubut Ulir
Mesin bubut dapat dipergunakan untuk membubut ulir luar/baut dan
ulir dalam/mur dan dari sisi bentuk juga dapat membuat ulir segitiga, segi
empat, trapesium dan lain-lain. Dalam membuat ulir menggukan kecepatan
rendah dan dalam pengerjaakan sebaiknya benda dan pahat di kasih oli
agar pahat tidak mudah tumpul dan hasil kerja lebih halus.
6. Mengebor
Sebelum dilakukan pengeboran benda kerja dibor senter terlebih
dahulu. Pada saat pengeboran besarnya putaran mengikuti besar kecilnya
diameter mata bor yang digunakan dan harus diberi pendinginan untuk
menjaga mata bor tetap awet dan hasilnya pengeboran bisa maksimal.

22

Gambar 3.8 mengebor benda kerja


7. Membubut Alur (Memotong)
Pada pekerjaan memotong benda kerja, harus diperhatikan tinggi
mata pahat pemotongnya harus setinggi senter, bagian yang keluar dari
penjepit pahat harus pendek, kecepatan putaran mesin harus perlahanlahan (kerja ganda), bagian yang akan dipotong harus sedikit lebih lebar
dibandingkan dengan lebar mata pahatnya agar pahat tidak terjepit.
8. Mengkartel
Yaitu proses pembubutan luar (pembubutan slindris) yang
bertujuan untuk membuat profil pada permukaan benda kerja. Pahat
yang digunakan adalah pahat khusus (kartel).
3.6

Langkah Pengerjaan poros bertingkat

Gambar 3.9 Poros bertingkat


Adapun langkah-langkah pengerjaan poros bertingkat adalah sebagai
berikut :
1. Mempersiapkan alat, bahan dan penyangga.
23

2. Pasangkan benda kerja pada chuck dan pada penyangga kemudian


tanggem dikunci dengan kunci T , pastikan bahan agar benda tidak
oleng.
3. Memasang pahat yang sesuai dengan proses yang akan dilakukan ke
rumah pahat (tool post).
4. Melakukan centering dengan memposisikan ujung pahat bertemu
dengan ujung quill. Untuk mengatur posisi vertikal dari pahat
digunakan kunci L.
5. Menghidupkan mesin bubut dengan memutar saklar switch utama.
6. Menyetting kecepatan putar spindle menjadi 380 rpm.
7. Mengatur sudut antara ujung pahat dengan permukaan benda kerja
sebesar 30O sebelum dilakukan face milling.
8. Menarik tuas spindle ke bawah agar spindle berputar searah jarum
jam.
9. Melakukan face milling ke benda kerja untuk menghaluskan
permukaan benda kerja dengan cara menempatkan pahat ke bagian
terluar benda kerja dan kemudian melakukan pemakanan ke arah
dalam hingga mencapai tengah benda kerja.
10. Lakukan proses tersebut hingga permukaan benda kerja menjadi halus
sesuai keinginan 1mm .
11. Mengganti kepala quill dengan kepala bor.
12. Memposisikan kepala bor ke ujung benda kerja dan membuat lubang
center dengan memutar tailstock handwheel pada saat spindle diputar
berlawanan arah dengan jarum jam.
13. Matikan mesin.
14. Mengganti kembali kepala bor dengan kepala quill.
15. Merapatkan kepala quill dengan lubang yang telah dibuat pada proses
sebelumnya.
16. Menarik tuas spindle ke bawah agar spindle berputar searah jarum
jam.
17. Mengukur benda kerja sepanjang 238 mm dari ujung benda kerja
dengan menggunakan jangka sorong dan memposisikan pahat di titik
tersebut dengan sudut antara pahat dengan benda kerja menjadi 90O.
18. Menarik tuas spindle ke bawah agar spindle berputar berlawanan arah
jarum jam dan mulai menandai bagian benda kerja di posisi pada
langkah 11 dengan mengiriskan pahat dengan benda kerja pada posisi
tersebut.
24

19. Memposisikan kembali pahat ke bagian terluar benda kerja dan


memulai proses pembubutan memanjang dengan pemakanan sekitar
0.5 mm.
20. Melakukan proses tersebut hingga diameter benda kerja menjadi
diameter

66

mm.

Pengukuran

diameter

dilakukan

dengan

menggunakan jangka sorong.


21. Melakukan kembali proses pada langkah 17 19 untuk mengurangi
diameter menjadi 55 mm sepanjang 163 mm dari ujung benda kerja.
22. Melakukan kembali proses pada langkah 17 - 19 untuk mengurangi
diameter menjadi 50 mm sepanjang 50 mm dari ujung benda kerja.
23. Melepas benda kerja dari chuck dan membuka penyangga agar benda
dapat dilepas.
24. Mengukur panjang benda kerja sekarang.
25. Memasang kembali benda kerja di chuck dan pada penyangga dengan
posisi sebaliknya. Bagian benda kerja yang dicengkram adalah bagian
tengah saja karena bagian tengah tidak di pakai ,kalau yang di
cengkram bagian yang telah dibubut akan merusah hasil pembubutan
sebelumnya.
26. Mengatur sudut antara ujung pahat dengan permukaan benda kerja
sebesar 30 sebelum dilakukan face milling.
27. Melakukan face milling seperti pada langkah 8 - 10 hingga benda
kerja memiliki panjang 1150 mm dengan pemakanan 0,5 mm.
28. Mengganti kepala quill dengan kepala bor.
29. Memposisikan kepala bor ke ujung benda kerja dan membuat lubang
center dengan memutar tailstock handwheel pada saat spindle diputar
berlawanan arah dengan jarum jam.
30. Matikan mesin.
31. Mengganti kembali kepala bor dengan kepala quill.
32. Merapatkan kepala quill dengan lubang yang telah dibuat pada proses
sebelumnya.
33. Menarik tuas spindle ke bawah agar spindle berputar searah jarum
jam.
34. Memposisikan kembali sudut antara pahat dengan benda kerja
menjadi 90O.

25

35. Melakukan proses pembubutan memanjang seperti pada langkah 18


19 pada bagian yang belum terbubut hingga diameternya menjadi 66
mm sepanjang 238 mm.
36. Melakukan kembali proses pada langkah 17 19 untuk mengurangi
diameter menjadi 55 mm sepanjang 163 mm.
37. Melakukan kembali proses pada langkah 17 19 untuk mengurangi
diameter menjadi 50 mm sepanjang 50 mm.
38. Matikan mesin dan melepaskan benda kerja.
3.7. Analisis teoritis dan manufacturing time produksi poros bertingkat
dengan mesin bubut
a. Analisis teoristis
Spesifikasi data benda kerja dan alat kerja antara lain:
Diameter benda kerja
Panjang benda kerja
Putaran mesin
Kecepatan feeding
Kemampuan pemakanan mesin
1.

70 mm
1155mm
380 RPM
0,5 mm/putaran
0,5 mm/makan

Facing, membubut benda kerja dengan diameter

(D)=70 mm , dalam

facing dilakukan pemakanan 1 mm dengan panjang pemakanan


70 mm
=35 mm
.
2

Pemakanan=

1 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=2 Kalimakan

Waktu Pemakanan ( t )=

2 x 35
menit
380 x 0,5

Waktu Pemakanan ( t )=0,368 menit

26

2.

( D)=70 mm

Membubut benda kerja dengan

menjadi berdiameter

( D)=66 mm , sehingga dilakukan pemakanan sebanyak 4 mm


sepanjang (L)=238 mm .

Pemakanan=

4 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=8 Kalimakan

Waktu Pemakanan ( t )=

8 x 238
menit
380 x 0,5

Waktu Pemakanan ( t )=10,021 menit

3.

(D)=66 mm

Membubut benda kerja dengan diameter


berdiameter

(D)=55 mm ,

sehingga

dilakukan

menjadi

pemakanan

sebanyak 11 mm sepanjang ( L)=163 mm .

Pemakanan=

11 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=22 Kali makan


Waktu Pemakanan ( t )=

22 x 163
menit
380 x 0,5

Wa ktu Pemakanan ( t )=18,873 menit

27

4.

Membubut benda kerja dengan diameter


(D)=50 mm ,

berdiameter

sehingga

(D)=55 mm
dilakukan

menjadi

pemakanan

sebanyak 5 mm sepanjang (L)=50 mm .

Pemakanan=

5 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=10 Kalimakan
Waktu Pemakanan ( t )=

10 x 50
menit
380 x 0,5

Waktu Pemakanan ( t )=2,631 menit


5.
6.

Membalik benda kerja ke posisi sebaliknya.


Melakukan facing pada sisi lainnya, dari panjang (L) = 1154 mm
(karena sudah difacing sepanjang 1 mm) menjadi sepanjang (L) =
1150 mm, sehingga dilakukan pemakanan sebanyak 4 mm sepanjang
(L) = 35 mm..

Pemakanan=

4 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=8 Kalimakan

28

Waktu Pem akanan ( t )=

8 x 35
menit
380 x 0,5

Waktu Pemakanan ( t )=1,473 menit

7.

Membubut benda kerja dengan (D) = 70 mm menjadi berdiameter


(D) = 66 mm, sehingga dilakukan pemakanan sebanyak 4 mm
sepanjang (L) = 238 mm.

Pemakanan=

4 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=8 Kalimakan

Waktu Pemakanan ( t )=

8 x 238
menit
380 x 0,5

Waktu Pemakanan ( t )=10,021 menit

8.

Membubut benda kerja dengan diameter (D) = 66 mm menjadi


berdiameter (D) = 55 mm, sehingga dilakukan pemakanan sebanyak
11 mm sepanjang (L) = 163 mm.

29

Pemakanan=

11 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=22 Kali makan

Waktu Pemakanan ( t )=

22 x 163
menit
380 x 0,5

Waktu Pemakanan ( t )=18,873 menit

9.

Membubut benda kerja dengan diameter (D) = 55 mm menjadi


berdiameter (D) = 50 mm, sehingga dilakukan pemakanan sebanyak
5 mm sepanjang (L) = 50 mm .

Pemakanan=

5 mm
mm
0,5
makan

Pemakanan=10 Kalimakan

Waktu Pemakanan ( t )=

10 x 50
menit
380 x 0,5

Waktu Pemakanan ( t )=2,631 menit

Waktu Pembubutan
0,368+10,021+18,873+2,631+1,473+10,021+18,873+2,631=65,161

menit (1 jam 5 menit).

30

Jadi, waktu total untuk memproduksi poros bertingkat secara


teoritis yaitu 65,161 menit (1 jam 5 menit).

b. Perhitungan Manufacturing Time menggunakan mesin bubut


manual
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Langkah Kerja
Persiapan

Waktu (s)

6.

Menyiapkan mesin
Mengukur benda kerja
Memasang benda kerja pada chuck
Memasang pahat
Centering
Facing 1
Mengatur pahat agar membentuk sudut 30 dengan

120
65
100
39
52

7.

benda kerja
Mengatur pahat agar tepat berada di ujung benda (facing

18

8.
9.
10.
11.

dari ujung ke tengah benda)


Membubut permukaan benda kerja 1 mm
Mengecek kehalusan permukaan benda kerja
Mengganti kepala quill dengan kepala bor (center drill).
Memposisikan kepala bor ke ujung benda kerja dan

23
5
27
45

57

membuat lubang center dengan memutar tailstock


handwheel pada saat spindle diputar berlawanan arah
12.
13.

dengan jarum jam.


Mengganti kembali kepala bor dengan kepala quill.
Merapatkan kepala quill dengan lubang yang telah dibuat

14.
15.

pada proses sebelumnya.


Memperkecil diameter menjadi 66 mm sepanjang 238 mm
Mengatur pahat agar tegak lurus dengan benda kerja
66
Mengukur panjang benda kerja sepanjang 238 mm untuk
27

16.

dibubut
Memposisikan mata pahat pada posisi 238 mm dari

17.
18.

ujung (untuk menandai)


Menggoreskan mata pahat untuk menandai
Membubut benda kerja untuk memperkecil diameter dari

19.

70 mm menjadi 66 mm sepanjang 238 mm


Mengembalikan eretan ke ujung benda

8
10

3
2
602
5

31

20.
21.
22.
23.
24.

Mengukur diameter benda kerja


Memposisikan mata pahat
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Mengukur diameter benda kerja
Memperkecil diameter menjadi 55 mm sepanjang 163 mm
Mengukur panjang benda kerja sepanjang 163 mm untuk

25.

dibubut
Memposisikan mata pahat pada posisi 163 mm dari

26.
27.
28.
29.

ujung (untuk menandai)


Menggoreskan mata pahat untuk menandai
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Memposisikan mata pahat
Membubut benda kerja untuk memperkecil diameter dari

92
12
5
10
12
5

6
3
15
1133

32.

66 mm menjadi 55 mm sepanjang 163 mm


Mengembalikan eretan ke ujung benda
3
Mengukur diameter benda kerja
6
Memperkecil diameter menjadi 50 mm sepanjang 50 mm
Mengukur panjang benda kerja sepanjang 50 mm untuk
19

33.

dibubut
Memposisikan mata pahat pada posisi 50 mm dari ujung

13

34.
35.
36.
37.

(untuk menandai)
Menggoreskan mata pahat untuk menandai
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Memposisikan mata pahat
Membubut benda kerja untuk memperkecil diameter dari

12
3
15
158

30.
31.

44.
45.

55 mm menjadi 50 mm sepanjang 50 mm
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Mengukur diameter benda kerja
Sisi sebaliknya
Mengendurkan chuck
Melepas benda kerja
Membalik sisi benda kerja
Mengencangkan chuck dan penyangga
Memotong dan Facing
Mengukur panjang benda
Memposisikan mata pahat agar panjang menjadi 1150

46.
47.
48.

mm
Menggoreskan pahat untuk menandai
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Membubut permukaan benda kerja untuk mengurangi

38.
39.
40.
41.
42.
43.

2
11
13
32
57
72
28
32
7
3
90

panjang hingga 1151 mm

32

49.
50.

Mengembalikan eretan ke ujung benda


Mengatur pahat agar membentuk sudut 30 dengan

13
21

51.

benda kerja
Mengatur pahat agar tepat berada di ujung benda (facing

52.
53.
54.
55.
56.

dari ujung ke tengah benda)


Membubut permukaan benda kerja 1mm
Mengecek kehalusan
Memasang kepala bor ke tailstock
Mengebor benda kerja dengan center drill
Memasang kepala bentuk kerucut untuk menahan benda

30
2
24
40
23

57.
58.

kerja agar tidak oleng


Memperkecil diameter menjadi 66 mm sepanjang 238 mm
Mengatur pahat agar tegak lurus dengan benda kerja
66
Mengukur panjang benda kerja sepanjang 238 mm untuk
27

59.

dibubut
Memposisikan mata pahat pada posisi 238 mm dari

60.
61.

ujung (untuk menandai)


Menggoreskan mata pahat untuk menandai
Membubut benda kerja untuk memperkecil diameter dari

3
2
602

67.

70 mm menjadi 66 mm sepanjang 238 mm


Mengembalikan eretan ke ujung benda
Mengukur diameter benda kerja
Memposisikan mata pahat
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Mengukur diameter benda kerja
Memperkecil diameter menjadi 55 mm sepanjang 163 mm
Mengukur panjang benda kerja sepanjang 163 mm untuk

68.

dibubut
Memposisikan mata pahat pada posisi 163 mm dari

69.
70.
71.
72.

ujung (untuk menandai)


Menggoreskan mata pahat untuk menandai
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Memposisikan mata pahat
Membubut benda kerja untuk memperkecil diameter dari

62.
63.
64.
65.
66.

73.
74.
75.

5
92
12
5
10
12
5

6
3
15
1133

66 mm menjadi 55 mm sepanjang 163 mm


Mengembalikan eretan ke ujung benda
3
Mengukur diameter benda kerja
6
Memperkecil diameter menjadi 50 mm sepanjang 50 mm
Mengukur panjang benda kerja sepanjang 50 mm untuk
19
dibubut

33

76.

Memposisikan mata pahat pada posisi 50 mm dari ujung

13

77.
78.
79.
80.

(untuk menandai)
Menggoreskan mata pahat untuk menandai
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Memposisikan mata pahat
Membubut benda kerja untuk memperkecil diameter dari

12
3
15
158

81.
82.
83.

55 mm menjadi 50 mm sepanjang 50 mm
Mengembalikan eretan ke ujung benda
Mengukur diameter benda kerja
Membuka chuck, penyangga dan kepala berbentuk

2
11
120

kerucul(quill)
Melepas benda kerja
Membersihkan mesin dengan kuas
Total

43
300
5984

84.
85.

Jadi, manufacturing time proses membutuhkan waktu 5984 detik


(99,733 menit ) sedangkan dengan teoristis membutuhkan waktu 65,161
menit.
3.8. Menghitug Biaya Produksi
1. Ongkos Material
Besi SCM440, berdiameter 70 mm,panjang 1155 mm= Rp459.000 ,00
Biaya pahat widia YG6 type C125 Rp17.000,Biaya mesin bubut Rp500,00 /menit
Biaya kerusakan Rp450,00 /menit
2. Ongkos listrik Mesin Bubut
Diketahui:
Ampere terpasang : 10 A
Tegangan : 380 volt
Harga listrik per Kwh : Rp1.342,98
Perhitungan :
P=V I

P=380 10
P=3.800 Watt=3.8 Kwh
34

Biaya=

Biaya=

P hargalistrik per Kwh


60

3.8 x 1342.98
60

Biaya=85,05
Jadi ongkos biaya listrik adalah

Rp85,05 /menit

3. Ongkos Operator
Diketahui:
Gaji bulanan operator: Rp1.909.000,00
Jam kerja operator dalam 1 bulan : 6 hari kerja selama 7 jam per
hari 4 6 7 60=10080 menit
Perhitungan :
Gaji per min

1909000
=189,38
10080

Jadi gaji operator adalah Rp189,38 /menit

4. Jika analisis A memerlukan waktu 65,161 menit dan analisis B


memerlukan waktu 99,733 menit, maka :
a. Material SCM440 Rp459.000,00
Biaya Mesin Rp500,00/menit @65,161 x 500 = Rp32.580,00
Biaya Kerusakan Rp450,00/menit @65,161 x 450 = Rp29.322,00
Biaya ListrikRp85,05/menit @65,161 x 85,05=Rp5.542,00
Biaya Operator Rp189,39/menit @65,161 x 189,39= Rp12.340,00
Biaya pahat widia YG6 type C125 Rp17.000,00
Total biaya analisis A : 459.000 + 32.580 +29.322 + 5.542 + 12.340
+ 17.000 = 555.784

35

Jadi total biaya analisis A adalah Rp555.784,00


b. Material SCM440 Rp. 459.000,Biaya Mesin Rp500,00/menit @ 99,733 x 500 = Rp49.867,00
Biaya Kerusakan Rp450,00/menit @ 99,733 x 450 = Rp44.880,00
Biaya Listrik Rp85,05/menit @ 99,733 x 85,05 =Rp8.483,00
Biaya Operator Rp189,39/menit @ 99,733 x 189,39 = Rp18.888.00
Biaya pahat widia YG6 type C125 Rp17.000,00
Total biaya analisis A : 459.000 + 49.867 + 44.888 + 8.483 +18.888
+ 17.000 = 598.118
Jadi total biaya analisis A adalah Rp598.118,00

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Kecepatan dan ketebalan sayatan sangat mempengaruhi halus kasarnya
hasil pembubutan.
2. Ketepatan memilih bagian mana dahulu yang hendak dikerjakan akan
sangat menentukan untuk memyelesaikan benda kerja tepat waktu.
3. Analisis teoristis dianggap kurang efektif dalam menghitung biaya
produksi ,dan di pabrik lebih sering menggunakan teori manucfacturing
karena dianggap lebih efektif.
4.2. Saran
1. Dalam membubut untuk awalan sebaiknya proses membubut dilakukan
secara manual,walaupun hasilnya kasar tidaklah masalah untuk
36

menghemat waktu dan hendak finishing barulah menggunakan


pembubutan otomatis untuk hasil permukaan lebih halus.
2. Dalam pekerjaan mesin bubut hendaknya gunakan SOP dan APD
dengan benar.

37

Anda mungkin juga menyukai