Anda di halaman 1dari 5

SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA

Yogyakarta, 23 September 2021

Penentuan Jumlah Mesin Pabrik Tas Menggunakan


Routing Sheet dan Multi Product Process Chart
1st Alvin Noor Fitrian 2nd Siti Nurul Qamariyah
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Yogyakarta, Indonesia Yogyakarta, Indonesia
alvinnoorf@gmail.com sitinurulqamariyah98@gmail.com

Abstrak— Proses pembangunan pabrik harus didesain secara Tata letak pada pabrik juga dibutuhkan pengaturan sedemikian
rasional dengan mempertimbangkan wilayah yang digunakan rupa sehingga dapat memberikan beberapa kemudahan dan
pada lantai produksi, penyimpanan, dan area pergerakan. keuntungan, antara lain (1) mengurangi jarak transportasi bahan
Efisiensi luas lahan merupakan salah satu upaya untuk baku dan produksi, (2) memberikan ruang gerak untuk proses
meminimalkan total biaya produksi perusahaan, karena selain perbaikan mesin dan peralatan, (3) mengurangi biaya produksi,
membutuhkan biaya investasi yang relatif rendah juga dapat (4) meningkatkan tingkat keselamatan kerja, (5) mengurangi
meminimumkan jarak antar fasilitas produksi. Untuk delay atau waktu tunggu yang berlebihan yang menyebabkan
meningkatkan produktivitas pabrik, perancangan tata letak proses perpindahan terhambat, (6) meningkatkan pengawasan
fasilitas harus disusun secara efisien sehingga mampu
operasi dan proses agar lebih baik [3]. Tujuan utama
meminimalkan luas tanah yang digunakan untuk pembangunan
pabrik baru. Penelitian ini bertujuan untuk membantu PT JP
perancangan tata letak pabrik adalah untuk meminimalkan total
dalam mengembangkan perusahaan yang ditempuh dengan biaya yang terdiri dari biaya konstruksi, instalasi mesin dan
pembangunan unit produksi tambahan dengan produk berupa tas peralatan, material handling cost, biaya produksi, maintenance,
ransel inovasi. Penelitian ini akan terfokus untuk menentukan safety, biaya penyimpanan, dan biaya lain yang terkait dalam
jumlah mesin yang digunakan dalam proses produksi tas ransel perancangan tata letak pabrik [4].
mulai dari tahap fabrikasi, assembly, dan packing. Tahapan yang Sumber daya utama yang dibutuhkan pada suatu perusahaan
ditempuh dalam melakukan perancangan tata letak fasilitas
atau pabrik dalam proses produksi yaitu manusia (tenaga kerja),
pabrik dimulai dari penentuan produk dan spesifikasinya yang
digambarkan dalam Bill of Material, penyusunan langkah-
bahan baku, dan sumber daya lain seperti bangunan, mesin, dan
langkah proses produksi yang digambarkan dalam Operasional peralatan. Mesin dan peralatan merupakan sumber daya yang
Process Chart, dan penyusunan peta rakitan yang digambarkan dominan atau paling penting di dalam pabrik, sehingga perlu
dalam Assembly Chart. Metode yang digunakan dalam adanya pemilihan dalam pembelian mesin dan peralatan
menentukan jumlah mesin yang dibutuhkan yaitu dengan Routing diantaranya yaitu kapasitas mesin, kecocokan, keamanan,
Sheet dan Multi Product Process Chart. Hasil yang diperoleh dari kelengkapan peralatan yang diperlukan, handal dan purna jual,
penelitian ini, untuk memproduksi 600 unit tas ransel per hari dan sebagainya. Oleh karena itu, sumber daya dalam hal ini
membutuhkan 12 stasiun kerja yang terdiri dari meja pola karton, mesin yang akan digunakan untuk memproduksi produk perlu
meja potong karton, meja pola kain, meja potong kain, meja ukur, ditentukan jumlahnya secara baik berdasarkan analisis
meja potong tali, meja rakit 1, meja inspeksi, single needle, mesin kegunaannya dalam proses produksi. Hal ini dimaksudkan
drill, meja rakit 2, dan meja packing. untuk menghindari adanya pemborosan yang dikeluarkan oleh
Kata Kunci—Perancangan Tata Letak Fasilitas, Penentuan
perusahaan akibat melakukan pengadaan mesin yang tidak
Jumlah Mesin, Routing Sheet, Multi Product Process Chart. diperlukan.

I. PENDAHULUAN PT JP merupakan perusahaan manufaktur yang


memproduksi tas ransel. PT JP beroperasi menggunakan sistem
Industri manufaktur merupakan salah satu sektor paling flowshop, dimana proses produksinya dilakukan secara
penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara [1]. Industri berurutan dan tetap. Dalam merespon tingginya permintaan
manufaktur menempati urutan kedua sebagai kontributor akan variasi produknya, PT JP merencanakan untuk
tertinggi penyumbang kekayaan negara dengan nilai $23.835 membangun satu unit produksi tambahan yang memproduksi
miliar atau menyumbang sekitar 30 persen dari total pendapatan tas ransel dengan tiga inovasi dari produk sebelumnya. Inovasi
domestik bruto dunia [2]. Oleh karena itu, penting bagi yang diberikan antara meliputi inovasi model, inovasi fungsi,
perusahaan untuk memenuhi permintaan dan kepuasan dan inovasi bahan. Pembangunan unit produksi baru dimulai
konsumen. Salah satu kepuasan konsumen yakni apabila dengan melakukan perancangan tata letak fasilitas pabrik.
perusahaan memberikan beragam pilihan dalam bentuk inovasi Perancangan tata letak fasilitas pabrik dilakukan berdasarkan
produk yang sudah ada. Langkah yang perlu ditempuh adalah produk yang akan di produksi mulai dari tahapan fabrikasi,
membangun unit produksi tambahan yang memproduksi varian assembly, dan packing. Tahap assembly merupakan tahap
produk perusahaan. perakitan antara komponen satu dengan komponen yang
lainnya hingga menjadi satu unit produk yang utuh. Sedangkan
Proses pembangunan pabrik harus didesain secara rasional
tahap packing merupakan tahap akhir sebelum produk disimpan
dengan memasukkan unsur bagian proses produksi, persediaan
di warehouse dan diteruskan ke konsumen.
(storage), dan lahan alternatif (area handling) secara efisien [3].

M 13
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 23 September 2021

Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan mesin apa saja 6. Menyusun Multi Product Process Chart (MPPC). MPPC
yang digunakan dalam proses produksi dengan analisis proses digunakan untuk menentukan jumlah mesin aktual
yang digambarkan dalam Operasional Process Chart (OPC) berdasarkan data jumlah mesin teoritis yang telah diketahui
dan ditentukan jumlah mesin aktual yang dibutuhkan dalam pada langkah sebelumnya.
proses produksi. Penentuan jumlah mesin aktual dilakukan
dengan menggunakan Routing Sheet dan Multi Product Process III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Chart (MPPC). a. Bill of Material
II. METODE PENELITIAN Produk tas ransel yang akan diproduksi pada unit pabrik
Penelitian ini hanya akan difokuskan pada penentuan yang baru merupakan inovasi dari tas ransel yang telah
jumlah mesin yang digunakan dalam proses produksi. Teknik diproduksi sebelumnya. Inovasi yang dilakukan meliputi
pengumpulan data dilakukan dengan observasi kepada kepala inovasi model, inovasi fungsi, dan inovasi bahan. Pada inovasi
produksi unit yang sudah ada. Observasi dilakukan untuk model, selain tas dapat dikenakan dengan cara digendong (di
menggali informasi yang dibutuhkan dalam rangka melakukan punggung) tas juga dapat difungsikan sebagai tas selempang
perancangan unit pabrik baru. atau dikenakan di salah satu pundak. Pada inovasi fungsi, selain
tas digunakan sebagai media penyimpanan buku dan tablet,
Langkah-langkah penyelesaian yang digunakan pada ditambahkan fitur kompartemen yang spesifik digunakan untuk
penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yang tersaji pada menyimpan alat tulis dan kalkulator. Sedangkan inovasi bahan
Gambar 1. dilakukan dengan menggunakan tiga bahan sekaligus dalam
Mulai satu unit tas, diantaranya kain kanvas, kain parasit, dan jaring
jala besar. Tas ransel inovasi terdiri dari 46 komponen utama
1. Desain tas inovasi beserta material dan
komponennya
dan 6 komponen penunjang produk. Desain tas ransel inovasi
2. Mesin yang digunakan dalam proses tersaji pada Gambar 2.
produksi
3. Waktu proses dan persentase scrap tiap
operasi
4. Setup time, down time, jam kerja pabrik,
dan persentase reliabilitas tiap mesin
5. Target produksi per hari

Menyusun Bill of Material

Menyusun Operation Process Chart

Menyusun Assembly Chart Gambar 2. Desain tas ransel inovasi

Menyusun Routing Sheet


Komponen utama dan komponen penunjang produk secara
berturut-turut tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Menyusun Multi Product Process Chart
TABEL I. KOMPONEN UTAMA PRODUK
Jumlah Mesin Aktual
Kode Nama Komponen Kode Nama Komponen
103 Tali serut 318 Cincin belakang
Selesai
104 Pengunci tali serut 319 Centelan
207 Dalam badan 320 Penyambung tali
Gambar 1. Diagram alir penelitian
209 Tempat pulpen 322 Strap lurus
1. Merancang desain tas inovasi dengan inovasi model, inovasi 211 Perekat 323 Isian atas
212 Tali gesper 324 Sisi atas luar
fungsi, dan inovasi bahan. 213 Pengait 325 Sisi atas dalam
2. Menyusun Bill of Material (BOM). Dalam menyusun BOM, 214 Adjuster 326 Luar penyimpanan
301 Dalam bawah 327 Dalam penyimpanan
ditentukan kode, nama, dimensi (panjang, lebar, dan 302 Luar bawah 328 Dalam laptop
diameter bila ada), jumlah untuk setiap komponen yang 304 Luaran depan 329 Luar laptop
dibuat, serta material yang digunakan dalam membuat 305 Cincin depan 401 Dalam kantung
produk. 306 Pengunci tutup 402 Pengunci kantung
307 Pasangan pengait kanan 403 Lembar kantung depan
3. Menyusun Operasional Process Chart (OPC). OPC dibuat 308 Luaran kanan 404 Lembar kantung sisi
berdasarkan analisa proses yang telah dirumuskan 309 Kantung minum kanan 406 Tali strap panjang
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang harus dilalui oleh 310 Tali penyambung kanan 407 Tali strap pendek
311 Cincin kanan 409 Ring pengunci
material dalam proses fabrikasi.
312 Pasangan pengait kiri 409 Ring jalan
4. Menyusun Assembly Chart (AC). AC digunakan sebagai 313 Kantung minum kiri 410 Luaran belakang
314 Luaran kiri 411 Dalaman belakang
panduan dalam melakukan proses assembly atau perakitan.
315 Tali penyambung kiri 501 Lembar kantung tutup luar
5. Menyusun Routing Sheet. Routing Sheet digunakan untuk 316 Cincin kiri 502 Lembar kantung tutup dalam
menentukan jumlah mesin teoritis yang diperlukan untuk
memproduksi produk sesuai target produksi.

M 14
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 23 September 2021

TABEL II. KOMPONEN PENUNJANG PRODUK ukur, meja potong tali, meja rakit 1, meja rakit 2, meja inspeksi,
Kode Nama Komponen Kode Nama Komponen single needle, mesin drill, dan meja packing. Untuk
901 Benang nilon warna hitam 904 Karton menentukan jumlah dari setiap stasiun kerja, diperlukan
902 Benang nilon warna navy 905 Lakban hitam perhitungan routing sheet.
903 Kardus 906 Tali bisban d. Routing Sheet
b. Operasional Process Chart Routing sheet (pengurutan produksi) merupakan suatu
Proses produksi tas merupakan proses produksi yang tabulasi langkah-langkah yang meliputi proses produksi
sifatnya diskrit (terputus/intermittent), sehingga dalam proses komponen tertentu secara rinci berkaitan dengan hal-hal yang
produksinya perlu dibuat OPC yang menjadi panduan dalam perlu dilakukan. Pengurutan produksi menjadi tulang punggung
proses produksi setiap unitnya. OPC adalah peta kerja yang kegiatan produksi yang merupakan pengumpulan kembali
menggambarkan langkah-langkah proses pengerjaan material, semua data yang dikembangkan oleh rekayasa proses dan alat
mulai dari bahan baku hingga menjadi komponen atau produk dalam produksi. Routing sheet ini sering juga disebut sebagai
jadi. Informasi yang terdapat dalam OPC meliputi kode lembar proses atau lembar operasi [6]. Routing sheet berguna
komponen, nama komponen, jenis material yang digunakan, dalam menghitung jumlah mesin yang dibutuhkan dan untuk
dimensi material, proses yang dilalui, mesin atau peralatan yang menghitung jumlah part yang harus disiapkan dalam usaha
diperlukan, waktu proses, dan persentase scrap yang dihasilkan memperoleh sejumlah produk yang diinginkan. Data yang
dari hasil operasi. Waktu proses merupakan waktu yang diperlukan dalam perhitungan routing sheet ini adalah urutan
dihabiskan oleh material selama mengalami suatu proses proses operasi dari setiap komponen, nama atau jenis peralatan
tertentu pada suatu mesin. Waktu proses bervariasi tergantung yang digunakan, persentase scrap yang dihasilkan, efisiensi dan
pada proses yang dialami oleh material. Sedangkan scrap reliabilitas mesin yang digunakan. Informasi-informasi tersebut
merupakan sisa material yang telah melalui suatu proses. Scrap digunakan dalam mengetahui kapasitas alat teoritis, jumlah unit
yang dihasilkan juga bervariasi bergantung pada material dan yang harus disiapkan, produk dengan efisiensi serta jumlah
proses yang dialami material tersebut. mesin teoritis. Efisiensi mesin merupakan perbandingan antara
waktu berjalan dengan waktu tersedia. Sedangkan nilai
OPC merupakan peta kerja yang menggambarkan urutan reliabilitas merupakan nilai keandalan suatu mesin atau stasiun
kerja dengan jalan membagi pekerjaan menjadi elemen-elemen kerja. Hal ini dilihat dari apakah stasiun kerja dapat berjalan
operasi secara detail dan terperinci [5]. Tahapan proses kerja dengan baik dan memuaskan, apakah stasiun kerja sering
harus dilakukan secara logis dan sistematis. Hal ini mengalami ketidakmampuan produksi, dan lain sebagainya.
dimaksudkan agar analisa terhadap perbaikan setiap operasi Nilai efisiensi dan reliabilitas setiap mesin berbeda-beda. Nilai
baik secara terpisah atau terintegrasi dapat dilakukan secara efisiensi dipengaruhi oleh waktu setup mesin dan juga waktu
baik dan benar. down mesin. Jam kerja atau operasi pabrik yakni 1 shift per hari,
Berdasarkan OPC yang telah dibuat, diketahui bahwa pada dengan total waktu produksi 8 jam/shift. Data setup time dan
tahap fabrikasi, waktu yang diperlukan untuk membuat 27 down time diperoleh berdasarkan rekaman jam kerja dan
komponen yakni 21,58 menit. Pada proses assembly, perawatan mesin yang dilakukan oleh divisi maintenance. Data
membutuhkan waktu selama 26,73 menit. Sedangkan pada setup time, down time, dan running time tersaji pada Tabel 3.
tahap packing, waktu yang dibutuhkan yakni 1,78 menit. TABEL III. DATA SETUP TIME, DOWN TIME, DAN RUNNING TIME (MENIT)
Sehingga total waktu yang dibutuhkan pada tahap fabrikasi,
No Stasiun Kerja Setup time Down time Running time
assembly, dan packing atau dari bahan baku menjadi produk
1 Meja pola karton 8 13 459
jadi yaitu selama 50,09 menit. Scrap yang dihasilkan untuk
2 Meja potong karton 8 13 459
setiap operasinya beragam dan berkisar antara 0% hingga 0,6%
3 Meja pola kain 9 14 457
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh PT JP.
4 Meja potong kain 9 14 457
c. Assembly Chart 5 Meja ukur 8 12 460
Proses produksi diskrit yang terdiri dari beberapa komponen 6 Meja potong tali 8 12 460
juga perlu disusun AC. AC (peta) rakitan merupakan sebuah 7 Meja rakit 1 10 15 455
peta yang menggambarkan hubungan keterkaitan antara 8 Meja inspeksi 10 18 452
komponen-komponen penyusun suatu produk. AC digunakan 9 Single needle 20 22 438
sebagai panduan atau standar operasional prosedur (SOP) 10 Mesin drill 15 18 447
dalam merakit komponen-komponen menjadi suatu produk 11 Meja rakit 2 10 15 455
jadi. AC menunjukkan langkah-langkah penyusunan 12 Meja packing 10 18 452
komponen- komponen menjadi sub assembly, dan sub
assembly-sub assembly menjadi assembly. Nilai efisiensi diperoleh berdasarkan perbandingan antara
running time dengan waktu yang tersedia, sedangkan
Berdasarkan OPC yang telah dibuat, diketahui terdapat 12 reliabilitas mesin didasarkan pada analisis dan kalkulasi yang
stasiun kerja yang diperlukan dalam proses produksi tas ransel telah ditetapkan oleh divisi maintenance. Nilai efisiensi dan
inovasi. Stasiun kerja tersebut antara lain meja pola karton, reliabilitas setiap stasiun kerja tersaji pada Tabel 4.
meja potong karton, meja pola kain, meja potong kain, meja

M 15
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 23 September 2021

TABEL IV. EFISIENSI DAN RELIABILITAS STASIUN KERJA Data yang digunakan dalam pembuatan MPPC antara lain
No Stasiun Kerja Efisiensi (%) Reliabilitas (%) nama departemen (stasiun kerja), urutan proses, nama mesin,
1 Meja pola karton 95,63 95 kode komponen, nama komponen, serta nilai JMT. Contoh
2 Meja potong karton 95,63 95 perhitungan jumlah mesin teoritis pada meja pola karton
3 Meja pola kain 95,21 95
4 Meja potong kain 95,21 95
sebagai berikut:
5 Meja ukur 95,83 95
6 Meja potong tali 95,83 95 JMT meja ukur = JMTtali penyambung kanan(1) + JMTtali penyambung kiri(1)
7 Meja rakit 1 94,79 95 + JMTtali strap pendek(1) + JMTtali strap panjang(1) +
8 Meja inspeksi 94,17 95 JMTcentelan(1) + JMTtali strap lurus(1) + JMTtali
9 Single needle 91,25 90
gesper(1)
10 Mesin drill 93,13 92
11 Meja rakit 2 94,79 95
12 Meja packing 94,17 95 JMT meja ukur = 0,1409 + 0,1402 + 0,0700 + 0,0837 + 0,0696
+ 0,0695 + 0,1103
Target yang ditetapkan oleh PT JP yakni sejumlah 100
kardus per hari. Jumlah ini didasarkan pada analisis data
JMT meja ukur = 0,6842
permintaan produk yang dilakukan oleh divisi sales dan
marketing. Untuk menentukan jumlah mesin aktual (JMA)
Jumlah mesin aktual (JMA) merupakan pembulatan keatas
terlebih dahulu perlu dihitung jumlah mesin teoritis (JMT)
(roundup) dari JMT. Hal ini dikarenakan jumlah mesin
menggunakan routing sheet. JMT dihitung dengan persamaan
merupakan bilangan diskrit dan apabila dilakukan pembulatan
(1).
ke bawah maka mesin yang dibutuhkan tidak akan cukup untuk
𝑆.𝑄 memenuhi kebutuhan yang tersedia. Data JMA yang
JMT = (1) dibutuhkan untuk memproduksi tas ransel inovasi dengan target
𝐻.𝐸.𝑅
produksi 100 kardus, 6 unit per kardus, dan beroperasi selama
dengan, 8 jam untuk setiap harinya tersaji pada Tabel 5.
S: waktu proses (menit)
TABEL V. JUMLAH MESIN AKTUAL
Q: jumlah produk yang harus disiapkan atau JYHD (unit/menit)
H: faktor konversi No Stasiun Kerja JMA
1 Meja pola karton 1
E: nilai efisiensi mesin
2 Meja potong karton 1
R: nilai reliabilitas mesin 3 Meja pola kain 4
Sedangkan untuk nilai Q atau JYHD diperoleh dengan 4 Meja potong kain 10
persamaan (2). 5 Meja ukur 1
6 Meja potong tali 1
𝐽𝑌𝐷 7 Meja rakit 1 2
JYHD = (2) 8 Meja inspeksi 4
1−%𝑠𝑐𝑟𝑎𝑝
9 Single needle 40
10 Mesin drill 5
JYD merupakan jumlah produk yang diharapkan, yang 11 Meja rakit 2 3
diperoleh dari target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan. 12 Meja packing 2
Target produksinya yakni 100 kardus. Peneliti mendesain satu Total 74
kardus berisi 6 unit tas ransel. Sehingga, target produksi pabrik
yakni 600 unit tas ransel per hari. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
e. Multi Product Process Chart Salah satu tahapan perancangan tata letak fasilitas pabrik
MPPC merupakan suatu diagram alir yang menunjukkan baru yaitu dengan melakukan identifikasi terhadap produk yang
urutan untuk masing-masing komponen yang akan diproduksi. akan di produksi serta menentukan prosedur yang harus dilalui
MPPC juga berguna sebagai gambaran umum yang berkaitan setiap material mulai dari proses fabrikasi, assembly, dan
dengan langkah-langkah pengerjaan dari setiap produk yang packing. Identifikasi produk dilakukan dengan menyusun
ada pada waktu proses tertentu, sehingga diperoleh informasi BOM, hasilnya terdapat 46 komponen utama dan 6 komponen
tentang kesamaan proses dari setiap produk. Berdasarkan penunjang. Penentuan alur proses produksi dilakukan dengan
MPPC juga dapat diketahui aliran balik (backtracking) dan pola menyusun OPC, hasilnya waktu yang dibutuhkan pada tahap
aliran yang tidak sesuai dengan urutan proses [7]. Informasi fabrikasi sebesar 21,58 menit, tahap assembly sebesar 26,73
yang dapat diperoleh dari MPPC yaitu jumlah mesin aktual menit, dan tahap packing sebesar 1,78 menit. Sehingga total
yang dibutuhkan dalam suatu pabrik. Fungsi lain yang diperoleh yang dibutuhkan untuk satu unit tas ransel sebesar 50,09 menit.
dari pembuatan MPPC yakni untuk menentukan jumlah mesin Penentuan jumlah dan urutan mesin dilakukan dengan
aktual atau jumlah mesin yang benar-benar dibutuhkan dalam menyusun routing sheet dan MPPC. Hasil yang diperoleh pada
memproduksi suatu produk. Hal ini juga berkaitan dengan penelitian ini, terdapat 12 stasiun kerja atau jenis mesin yang
penentuan jumlah mesin setiap unit dan jumlah operator yang digunakan dalam proses produksi. Urutan peletakan mesin di
dibutuhkan [8]. lantai produksi beserta jumlah dari setiap mesinnya sebagai
berikut. Meja pola karton 1 unit, meja potong karton 1 unit,

M 16
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA
Yogyakarta, 23 September 2021

meja pola kain 4 unit, meja potong kain 10 unit, meja ukur 1 DAFTAR PUSTAKA
unit, meja potong tali 1 unit, meja rakit 1 sebanyak 12 unit, meja [1] Winardi, D. S. Priyarsono, H. Siregar, and H. Kustanto, “Kinerja Sektor
inspeksi 4 unit, single needle 40 unit, mesin drill 5 unit, meja Industri Manufaktur Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Lokasi di Dalam dan
rakit 2 sebanyak 3 unit, dan meja packing 2 unit. di Luar Kawasan Industri,” J. Manaj. Teknol., vol. 16, no. 3, pp. 241–257,
2017.
Penelitian ini masih belum selesai. Akhir dari penelitian ini
[2] N. Indrianti, “Pemulihan Industri PascaCovid-19: Perspektif
yakni rancangan pabrik baru yang akan memproduksi tas ransel Sustainability,” Pros. Ind. Eng. Conf. 2020, vol. 1, no. 1, pp. 1–14, 2020.
inovasi berupa template lengkap. Template akan memberikan
gambaran penempatan departemen satu dengan departemen [3] K. D. Timmerhaus and M. S. Peters, Plant Design and Economics for
Chemical Engineers, 5th ed. New York: Mc Graw Hill Co, Inc., 2004.
lainnya yang ada di pabrik serta menunjukkan berapa luas tanah
yang dibutuhkan dalam membangun pabrik baru tersebut. Oleh [4] I. Pratiwi, E. Muslimah, and A. W. Aqil, “Perancangan Tata Letak Fasilitas
di Industri Tahu Menggunakan Blocplan,” J. Ilm. Tek. Ind., vol. 11, no. 2,
karena itu, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menyusun pp. 102–112, 2012, doi: 10.20961/performa.17.2.29664.
luas lantai produksi dan non produksi, ongkos material
handling, area allocation diagram, ongkos material handling [5] S. Wignjosoebroto, Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu. Teknik Analisis
Untuk Peningkatan Produktivitas kerja, 1st ed. Jakarta: PT Guna Widya,
revisi, activity relationship chart, activity relationship diagram, 1995.
dan area allocation diagram gabungan, dan penyusunan
[6] J. M. Apple, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Barang, Ketiga. Bandung:
template.
Institut Teknologi Bandung, 1990.
UCAPAN TERIMA KASIH [7] I. J. Asmara, N. G. Berliana, L. Ariana, and R. Rahmaida, “Potensi Inovasi
Industri Kecil dalam Paradigma Pembangunan Inklusif di Indonesia,” STI
Kami ucapkan terima kasih kepada sdri. Sinta, ibu Yuli, dan Policy Manag. J., vol. 11, no. 2, pp. 157–168, 2016.
ibu Intan yang telah membimbing penelitian ini. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat [8] H. Sorimuda, Perencanaan Pabrik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006
dalam proses penyusunan penelitian ini, baik secara langsung
atau memberikan dukungan dalam bentuk lain.

M 17

Anda mungkin juga menyukai