Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PROSES PERANCANGAN

Merancang produk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia


merupakan suatu bentuk problem yang memerlukan adanya pemecahan. Pemecahan
problem perancangan adalah solusi. Solusi desain yang baik dan optimal hanya dapat
dipastikan dengan mengikuti dan menaati proses desain formal. Tujuan merekomendasikan
pemakaian suatu proses perancangan formal adalah untuk mendukung perancang di dalam
menyediakan suatu kerangka kerja atau metodologi.

Suatu pendekatan yang sistematis memungkinkan dokumentasi yang jelas dan


logis atas perkembangan desain. Suatu proses perancangan yang terdefinisi dengan baik
akan sangat berguna dengan berbagai alasan berikut ini (Ulrich, KT., & Eppinger, SD.,
dalam Product Design and Development) :
a. Jaminan kualitas.
b. Koordinasi.
c. Perencanaan.
d. Manajemen.
e. Perbaikan.

Pada saat ini terdapat banyak metode merancang yang dikembangkan oleh para
perancang yang berpengalaman atau pakar desain. Pada prinsipnya, metode perancangan
yang banyak tersebut adalah sama, perbedaannya terletak pada nama dan detail kegiatan
dalam setiap fase atau tahapan perancangan.

Pada umumnya, tahapan perancangan meliputi :

a. Fase analisis masalah dan penyusunan spesifikasi.


b. Fase perancangan konsep produk.
c. Fase perancangan produk.
d. Fase penyusunan dokumen.

Tahapan-tahapan perancangan di atas bersifat iteratif (iterative), artinya hasil


setiap fase dijadikan umpan balik (feedback) bagi fase yang mendahuluinya.

Berikut ini beberapa contoh metode perancangan yang telah dibuat oleh para pakar
perancangan.
2.1 Proses Perancangan Model Shigley-Mitchell

ITERATION

Gambar 2.1. Proses Perancangan Shigley-Mitchell

Tahapan pada proses perancangan Model Shigley-Mitchell di atas dapat dijelaskan


seperti berikut ini (Shigley, JE., & Mitchell, LD., dalam Mechanical Engineering Design) :

 Identifikasi kebutuhan (Recognition of need)


Proses perancangan dimulai dengan diidentifikasikannya suatu kebutuhan akan suatu
produk oleh seseorang, yang menyadari adanya suatu problem yang akan terpecahkan
jika diciptakan produk baru atau modifikasi produk yang telah ada.
 Perumusan masalah (Definition of problem)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merumuskan masalah tentang produk
yang dibutuhkan, yang akan menghasilkan arahan perancangan. Sekaligus menentukan
spesifikasi produk yang akan dirancang, seperti prestasi kerja yang harus dicapai,
fungsi, dan lain-lain.

 Sintesis (Synthesis)
Tahap sintesis merupakan tahap pencarian macam atau bentuk produk yang dapat
memenuhi kebutuhan seperti yang telah didefinisikan di atas. Pada langkah ini dicoba
ditemukan sebanyak mungkin alternatif tentang konsep produk.
 Analisis (Analysis)
Beberapa alternatif konsep produk pada tahap sintesis kemudian dipilih untuk dianalisis
lebih lanjut. Analisis ini meliputi analisis gaya, tegangan, deformasi, getaran, dan lain-
lain.
 Evaluasi (Evaluation)
Hasil dari langkah analisis dan sintesis dievaluasi atau diukur terhadap spesifikasi yang
telah ditentukan. Pada langkah ini dapat timbul keperluan dibuatnya model atau
prototipe untuk maksud pengukuran kualitas, keandalan, dan beberapa kriteria lainnya.
 Presentasi (Presentation)
Langkah akhir dari proses perancangan adalah langkah presentasi, yakni kegiatan
menyusun dokumen hasil perancangan dalam bentuk gambar lengkap atau gambar
kerja (working drawing), daftar komponen, spesifikasi bahan, dan informasi lainnya untuk
keperluan proses pembuatan.

2.2 Proses Perancangan Model Archer


Proses perancangan yang dikembangkan oleh LB. Archer (Cross, N., dalam
Engineering Design Methods), dibagi ke dalam 3 tahapan atau fase perancangan, yakni :
a. Fase analisis (analytical phase).
b. Fase kreatif (creative phase).
c. Fase pelaksanaan (executive phase).
Dalam 3 fase perancangan tersebut, Archer mengidentifikasikan 6 jenis kegiatan,
seperti pada Gambar 2.2., yakni :
 Programming : menetapkan isu-isu penting, menyusun rencana kerja perancangan.
 Data Collection : mengumpulkan, mengklasifikasi, dan menyimpan data.
 Analysis : mengidentifikasi sub-problem, menyiapkan spesifikasi perancangan atau
kinerja (performance), mengkaji ulang program yang diajukan dan estimasi.
 Synthesis : menyiapkan garis besar proposal rancangan, pembuatan konsep rancangan.
 Development : mengembangkan prototipe rancangan, menyiapkan dan melaksanakan
studi validitas.
 Communication : mempersiapkan dokumentasi fabrikasi atau manufaktur.
PROGRAMMING

ANALYTICAL
PHASE
OBSERVATION DATA COLLECTION

ANALYSIS

CREATIVE
PHASE
SYNTHESIS
E EVALUATION

DEVELOPMENT
EXECUTIVE
PHASE
DESCRIPTION
COMMUNICATION

Gambar 2.2. Proses Perancangan Archer

2.3 Proses Perancangan Model French


Diagram pada proses perancangan yang dikembangkan oleh MJ. French (Cross, N.,
dalam Engineering Design Methods), ditunjukkan adanya gambar berbentuk persegi dan
berbentuk lingkaran. Bentuk persegi merepresentasikan kegiatan atau kemajuan kerja, dan
bentuk lingkaran merepresentasikan tingkat pencapaian atau hasil (output).
Proses perancangan dimulai dengan adanya kebutuhan (need) dan selanjutnya
kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah :
 Analysis of problem.
 Conceptual design.
 Embodiment of schemes.
 Detailing.
NEED

ANALYSIS OF PROBLEM

Statemen
t of
problem

CONCEPTUAL DESIGN FEEDBACK

Selecte
d
scheme

EMBODIMENT OF SCHEMES

DETAILING

Working
drawing
, etc.

Gambar 2.3. Proses Perancangan French


2.4 Proses Perancangan Model Pahl-Beitz

Gambar 2.4. Proses Perancangan Pahl-Beitz


Cara merancang model Pahl-Beitz membagi proses perancangan menjadi 4 fase
perancangan, seperti nampak pada Gambar 2.4., yakni (Pahl, G. & Beitz, W., dalam
Engineering Design : A Systematic Approach) :
 Planning and task clarification (Perencanaan dan penjelasan tugas)
Pada fase ini dikumpulkan semua informasi tentang keinginan pengguna dan
persyaratan lain yang harus dipenuhi dan kendala-kendala yang merupakan batas-
batas produk. Fase ini menghasilkan spesifikasi teknis produk yang dituangkan dalam
suatu daftar persyaratan teknis.
 Conceptual design (Perancangan konsep)
Pada fase ini dibuat beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-
persyaratan dalam spesifikasi produk yang telah ditentukan pada fase sebelumnya.
Konsep-konsep produk tersebut selanjutnya dievaluasi berdasarkan beberapa kriteria,
seperti kriteria teknis, kriteria ekonomi, dan lain-lain.
 Embodiment design (Perancangan bentuk)
Fase perancangan bentuk mempunyai langkah lebih banyak dibandingkan dengan fase
sebelumnya. Pada fase ini, konsep produk diberi bentuk sedemikian rupa sehingga
memberikan gambaran produk yang hendak dibuat menjadi lebih jelas dan hasilnya
digunakan sebagai bentuk rancangan awal (preliminary layout). Preliminary layout ini
masih dikembangkan lagi menjadi rancangan yang lebih baik, dengan meniadakan
kekurangan dan kelemahan yang ada, berdasarkan kriteria yang lebih ketat. Hasil dari
perbaikan tersebut adalah bentuk rancangan yang definitif (definitive layout).
 Detail design (Perancangan detail)
Pada fase perancangan detail, berdasarkan bentuk rancangan yang telah ditetapkan
(definitive layout) dipersiapkan dokumen-dokumen untuk pembuatan produk, yakni
berupa gambar rancangan lengkap, spesifikasi produk untuk pembuatan dan daftar
material (bill of material).

2.5 Proses Perancangan Model Hatamura


Proses perancangan yang dikembangkan oleh orang Jepang bernama Yotaro
Hatamura, mempunyai 2 fase perancangan, seperti pada Gambar 2.5.(a), yakni (Hatamura,
Y., dalam The Practice of Machine Design) :
 Creative task, yang termasuk dalam fase ini adalah kegiatan-kegiatan Design planning,
Sketch drawing, dan Scheme drawing.
 Simple task, yang termasuk pada fase ini adalah kegiatan-kegiatan Part drawing dan
Assembly drawing.
(a)

(b)

Gambar 2.5. Proses Perancangan Hatamura


Tahapan-tahapan pada proses perancangan Hatamura, seperti terlihat pada
Gambar 2.5.(b), adalah :
 Design planning
Pada tahap ini, ditetapkan spesifikasi dasar (basic specification), jadwal penyelesaian
(time schedule), tenaga kerja yang dilibatkan (division of labour), dan anggaran yang
harus disediakan (budget).
 Sketch drawing
Pada tahap sketch drawing dilakukan pembuatan beberapa macam gambar sket yang
berbeda (different kinds of sketch drawing) sebagai alternatif konsep produk yang akan
dibuat. Gambar sket dibuat atas dasar pertimbangan-pertimbangan perancangan
seperti function, mechanism, driving method, power transmission, static strength,
dynamic characteristics, structural balance, dan sensing and control systems.
 Scheme drawing
Pada tahap ini banyak dilakukan investigasi dan diskusi tentang kemajuan dan
perbaikan-perbaikan rancangan. Keputusan yang diambil merupakan keputusan akhir
(final decision), yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan perancangan seperti
installation and operation of machine, available utilities, influence of the environment,
influence upon the environment, standard, law, rule. and regulation, manufacturer, part
to be purchased, dan available stock and idle units.
 Part drawing and assembly drawing
Pada tahap ini, disusun gambar kerja dan dokumen lainnya, yang digunakan sebagai
pedoman untuk pembuatan mesin atau produk.. Gambar kerja yang dibuat meliputi
gambar detail (part drawing) dan gambar rakitan (assembly drawing).

2.6. Proses Perancangan Model Pugh


Proses perancangan yang diperkenalkan oleh Stuart Pugh mempunyai tahapan
seperti terlihat pada Gambar 2.6., yakni (Hurst, KS., dalam Engineering Design Principles) :
 Specification : proses perancangan dimulai dengan adanya kebutuhan (market pull)
yang harus dipenuhi. Spesifikasi produk (Product Design Specification - PDS) disusun
secara lengkap dan detail, setelah dilakukan survei, eksplorasi masalah, dan
mendefisikan problem yang dihadapi.
 Conceptual design : pada tahap ini dirumuskan alternatif konsep-konsep dengan
merujuk spesifikasi dan standar yang ada. Konsep yang terpilih diharapkan mampu
memberikan solusi yang optimum dalam memenuhi spesifikasi, termasuk ketentuan-
ketentuan dari pelanggan.
Gambar 2.6. Proses Perancangan Pugh
 Detail design : investigasi lanjut dilakukan dengan menggunakan berbagai ilmu teknik
dan ilmu-ilmu lain yang relevan. Hasil final analisis ini kemudian dituangkan ke dalam
gambar kerja dan dokumen lain yang diperlukan untuk pembuatan produk.
 Fabrication : pada tahap ini, pembuatan produk bisa dimulai. Pada tahap ini juga bisa
dilakukan pembuatan prototipe terlebih dulu sebelum pembuatan produk secara massal
dilakukan. Produk yang sudah jadi siap untuk dipasarkan atau dijual.

2.7 Proses Perancangan Model Zeid

Diagram model Zeid mempunyai 2 proses utama, seperti ditunjukkan Gambar 2.7.
di bawah ini, yakni (Zeid, I., dalam CAD/CAM : Theory and Practice) :
 The design process : adalah proses perancangan yang mempunyai 2 fase
perancangan yaitu :
Synthesis
Analysis
 The manufacturing process : adalah proses pembuatan, yang dimulai dari
perencanaan proses (process planning) sampai ke pemasaran (marketing).
Dari diagram juga diperlihatkan proses-proses berbasiskan komputer, yakni The
CAD Process (Computer Aided Design) untuk proses perancangan dan The CAM Process
(Computer Aided Manufacturing) untuk proses pembuatan.

Gambar 2.7. Proses Perancangan Zeid


BAB III
PEMILIHAN KONSEP

Tahap pencarian bentuk produk yang dapat memenuhi kebutuhan dilakukan


setelah menganalisis masalah dan menyusun spesifikasi produk yang akan dibuat.
Spesifikasi produk dibuat dengan maksud untuk menjelaskan tentang hal-hal yang harus
dilakukan oleh sebuah produk dan menjadikannya sebagai referensi bagi langkah-langkah
perancangan berikutnya.
Target spesifikasi dapat diperbaharui setelah konsep produk dipilih, mengingat
pembuatan spesifikasi ini dilakukan sebelum tim perancang mengetahui batasan teknologi
produk. Spesifikasi produk terdiri atas metrik (pernyataan spesifikasi) dan nilai metrik
(satuan spesifikasi yang sesuai).
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,
prinsip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat tentang
bagaimana suatu produk dapat memenuhi penggunanya. Konsep produk biasanya
diekspresikan dengan sketsa gambar tiga dimensi (3D) dan uraian atau keterangan gambar.
Pengumpulan sebanyak mungkin informasi suatu produk dari berbagai sumber dapat
menuntun tim perancang dalam menggali banyak konsep produk alternatif. Penyusunan
konsep produk yang baik akan memberikan keyakinan pada tim bahwa seluruh
kemungkinan telah digali.
Langkah-langkah penyusunan konsep produk (Ulrich, KT., & Eppinger, SD., dalam
Product Design and Development) :
a. Memperjelas masalah.
b. Pencarian secara eksternal.
c. Pencarian secara internal.
d. Menggali secara sistematis.
e. Merefleksikan pada hasil dan proses.

Pemilihan konsep produk yang dilakukan merupakan sebuah proses untuk menilai
konsep dengan memperhatikan kebutuhan pengguna dan kriteria lainnya, membandingkan
kekuatan (kelebihan) dan kelemahan (kekurangan) relatif antar konsep, dan memilih satu
konsep yang dianggap terbaik untuk penyelidikan, pengujian, dan pengembangan
selanjutnya.
Pada sebagian besar metode pemilihan konsep produk, langkah awal adalah
pemeringkatan kriteria dari urutan tingkat (prioritas) kepentingan relatifnya dan menentukan
bobot kriteria. Kriteria seleksi dipilih berdasarkan kebutuhan pengguna dan kebutuhan
perusahaan.

Sifat kriteria desain produk (design objectives) dapat dibedakan menjadi (Ira Wilson
& Marthann Wilson dalam From Idea to Working Mode’ yang dikutip oleh Dieter, GE., dalam
Engineering Design : A Materials and Processing Approach) :.
a. Musts : the set of requirements that must be met.
b. Wants : the requirements that are worth stating but are not hard and fast.

Seleksi konsep dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Stuart


Pugh, yang dinamakan decision-matrix method atau Pugh’s method (Cross, N., dalam
Engineering Design Methods, hal. 123-125; Hurst, KS, dalam Engineering Design Principles,
hal. 54-56; dan Ullman. DG., dalam The Mechanical Design Process, hal. 185-188).

3.1 Metode Binary Dominance Matrix


 Metode ini diawali dengan menyusun matriks untuk mengatur peringkat kriteria dari
urutan tingkat kepentingan relatifnya (binary dominance matrix) dan menentukan
peringkat bobot relatif setiap kriteria.
 Menyusun kembali urutan kriteria untuk menjamin bahwa kriteria yang memiliki bobot
lebih besar akan lebih dahulu dipertimbangkan. Hal ini penting dilakukan jika banyak
kriteria yang terlibat dan banyak keputusan yang harus diambil.
 Setiap konsep diberi nilai untuk mengetahui seberapa baik konsep-konsep tersebut
memenuhi setiap kriteria. Kemudian nilai ini dikalikan dengan faktor bobot (weight
factor) dan dijumlahkan, sehingga menghasilkan nilai total untuk setiap konsep
produk. Konsep produk yang mendapatkan nilai tertinggi merupakan konsep terpilih.

Tabel 3.1. Matriks Peringkat dan Bobot Kriteria, Cara 1


No Kriteria A B C D E Jumlah Bobot
A Fungsi - 1 1 0.5 0.5 3.0 0.30
B Pengoperasian 0 - 1 1 0 2.0 0.20
C Pengerjaan 0 0 - 1 0.5 1.5 0.15
D Konstruksi 0.5 0 0 - 1 1.5 0.15
E Biaya 0.5 1 0.5 0 - 2.0 0.20
Jumlah 10.0 1.00
Matriks peringkat dan bobot kriteria dapat ditampilkan seperti berikut ini:

Tabel 3.2. Matriks Peringkat dan Bobot Kriteria, Cara 2

No Kriteria Nilai Pembandingan Jumlah Bobot


A Fungsi 1 1 0.5 0.5 3.0 0.30
B Pengoperasian 0 1 1 0 2.0 0.20
C Pengerjaan 0 0 1 0.5 1.5 0.15
D Konstruksi 0.5 0 0 1 1.5 0.15
E Biaya 0.5 1 0.5 0 2.0 0.20
Jumlah 10.0 1.00

Tabel 3.3. Matriks Penilaian Konsep


Konsep 1 Konsep 2 Konsep 3
No Kriteria Bobot
Score Value Score Value Score Value

A Fungsi 0.30 8 2.40 9 2.70 8 2.40


B Pengoperasian 0.20 7 1.40 9 1.80 8 1.60
C Pengerjaan 0.15 6 0.90 7 1.05 7 1.05
D Konstruksi 0.15 7 1.05 9 1.35 6 0.90
E Biaya 0.20 7 1.40 9 1.80 6 1.20
Jumlah 7.15 8.70 7.15

Keterangan :
 Pemeringkatan kriteria dilakukan dengan membandingkan antar kriteria:
Nilai 1 : Kriteria satu lebih prioritas dibandingkan kriteria lainnya.
Nilai 0 : Kriteria satu kurang prioritas dibandingkan kriteria lainnya.
Nilai 0.5 : Kriteria satu sama prioritasnya dengan kriteria lainnya.
 Jumlah = n(n-1)/2, di mana n = banyaknya kriteria.
 Value = Bobot x Score
 Angka pada Score dipilih salah satu dari ketentuan : 11 Point Scale dan 5 Point Scale
Tabel 3.4. Skala 11 Batasan dan Skala 5 Batasan
11 Point 5 Point
Description Description
Scale Scale
0 totally useless solution
0 inadequate
1 very inadequate solution
2 weak solution
1 weak
3 poor solution
4 tolerable solution
5 satisfactory solution 2 satisfactory
6 good solution with a few drawbacks
7 good solution
3 good
8 very good solution
9 excellent solution
4 excellent
10 ideal solution

3.2 Metode Datum


 Menyusun sejumlah kriteria dan konsep yang akan diperbandingkan.
 Memilih sebuah konsep sebagai konsep datum atau konsep referensi atau konsep
patokan (benchmark), yang akan digunakan untuk membandingkan konsep-konsep
lain terhadap konsep datum ini.
 Konsep datum dapat berupa salah satu dari konsep yang sedang dipertimbangkan,
atau produk generasi sebelumnya, atau sebuah produk komersial yang tersedia.
 Besarnya bobot diperoleh dari hasil kompromi antara semua anggota tim
perancangan.

Keterangan :
Nilai + : Konsep yang dinilai lebih baik dibandingkan konsep datum.
Nilai S : Konsep yang dinilai sama dengan konsep datum.
Nilai - : Konsep yang dinilai lebih buruk dibandingkan konsep datum.
Nilai Akhir = ∑ (Bobot x Nilai) à Nilai + dan Nilai –
Tabel 3.5. Pemilihan Konsep Model Datum
Konsep
No Kriteria Bobot
A B C D
1 Fungsi 10 + S -
2 Pengoperasian 8 + - S D
3 Pengerjaan 7 S + S A
4 Konstruksi 7 + S + T
5 Biaya 5 S S + U
6 Ergonomi 6 - - S M
Jumlah + 3 1 2
Jumlah S 2 3 3
Jumlah - 1 2 1
Jumlah Total 2 -1 1
Nilai Akhir 19 -7 2

TUGAS :
Mencari dan menyusun contoh studi kasus seleksi konsep desain (alternatif desain)
dengan metode :
Metode Binary Dominance Matrix (untuk absen ganjil)

Metode Datum (untuk absen genap)

Anda mungkin juga menyukai