Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perancangan Produk


1
Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis,
menilai memperbaiki dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non
fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan
informasi yang ada. Perancangan suatu alat termasuk dalam metode teknik,
dengan demikian langkah-langkah pembuatan perancangan akan mengikuti
metode teknik. Merris Asimov menerangkan bahwa perancangan teknik adalah
suatu aktivitas dengan maksud tertentu menuju kearah tujuan dari pemenuhan
kebutuhan manusia, terutama yang dapat diterima oleh faktor teknologi peradaban
kita. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam
perancangan yaitu :
1. Aktifitas dengan maksud tertentu,
2. Sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia dan
3. Berdasarkan pada pertimbangan teknologi.

2.2. Fase - fase dalam Proses Perancangan Produk2


Perancangan produk itu sendiri terdiri dari serangkaian kegiatan yang
berurutan, karena itu perancangan kemudian disebut sebagai proses perancangan
yang mencakup seluruh kegiatan yang terdapat dalam perancangan tersebut.
Kegiatan-kegiatan dalam proses perancangan dinamakan fase. Fase-fase dalam
proses perancangan berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap fase terdiri dari
beberapa kegiatan yang dinamakan langkah-langkah dalam fase.
Langkah pada pra perancangan produk adalah sebagai berikut:
1. Penetapan asumsi perancangan.
2. Orientasi produk yang meliputi:
1
Eko Nurmianto, 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi ke-2. Surabaya: Guna
Widya
2
Ginting, Rosnani. 2009. Perancangan Produk. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu hlm.
19- 21
a. Analisis kelayakan produk
b. Uraian kegiatan perancangan produk
c. Jaringan kerja perancangan produk
d. Perhitungan maju dan mundur waktu kegiatan
e. Penentuan jalur kritis
f. Perhitungan waktu penyelesaian proyek
Langkah-langkah pada proses perancangan produk adalah sebagai berikut:
1. Fase Informasi
Fase ini bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan
produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan informasi-
informasi yang dibutuhkan secara akurat. Informasi-informasi yang
dibutuhkan anatara lain:
a. Gambar produk awal dan spesifikasi
b. Kreteria keinginan konsumen terhadap produk
c. Kreteria kepentingan relatif konsumen
d. Kreteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan dan
struktur fungsi
e. Kreteria buying
f. Kreteria finance produk awal
2. Fase Kreatif
Fase ini bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi fungsi
yang dibutuhkan. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Penentuan kreteria atribut produk dengan menggunakan diagram pohon
b. Penentuan prioritas perancangan dengan menggunakan matriks Quality
Function Deployment (QFD)
c. Pembuatan alternatif model produk
d. Perhitungan biaya alternatif model

3. Fase analisa
Fase ini bertujuan untuk menganalisa alternatif-alternatif yang dihasilan pada
fase kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif-alternatif
terbaik. Analisa yang dilakukan antara lain:
a. Analisa kreteria atribut yang akan dikembangkan.
b. Penilaian kreteria atribut antar model dengan matrix zero one
c. Pembobotan kreteria atribut produk
d. Matrix combinex
e. Value analysis
4. Fase pengembangan
Fase ini bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa
alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output
dari fase analisa. Data-data tentang alternatif yang terpilih:
a. Alternatif terpilih
b. Gambar produk terpilih dan spesifikasinya
5. Fase presentasi
Fase ini bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik
terhadap hasil pengembangan produk.

2.3. Proses Desain3


2.3.1. Model Deskriptif
Model deskriptif dari proses desain biasanya mengidentifikasi signifikansi
menghasilkan konsep solusi di awal proses, sehingga mencerminkan pemikiran
terfokus solusi dari pemikiran desain. Ini dugaan solusi awal kemudian dianalisis,
dievaluasi, penyempurnaan dan pengembangan. Tentu saja, analisis dan evaluasi
menunjukkan kelemahan mendasar dalam dugaan awal dan harus ditinggalkan,
konsep baru yanh dihasilkan kemudian dimulai lagi konsepnya. Proses heuristik
merupakan pengalaman, pedoman umum dan aturan praktis yang mengarah pada
apa yang dibuat pada perancangan, kemudian diharapkan bisa menjadi arahan
yang tepat, namun tanpa mutlak jaminan kesuksesan.

3
Nigel Cross. 1942. Engineering Design Methods Strategies for Product Design. Hal 29
Eksplorasi

Generasi

Evaluasi

Komunikasi

Sumber: Nigel Cross. 1942. Engineering Design Methods Strategies for Product Design
Gambar 2.1. Empat Tahap Sederhana Model Disain Proses

Model empat tahap sederhana ini ditampilkan secara diagram di pada


Gambar 2.1 dengan asumsi bahwa tahap evaluasi tidak selalu mengarah langsung
ke komunikasi desain akhir, tapi kadang kala Konsep baru dan lebih memuaskan
harus dipilih, sebuah umpan iteratif loop berulang yang ditunjukkan dari tahap
evaluasi ke tahap generasi.
Model proses desain sering kali ditarik dalam bentuk flow diagram ini,
dengan pengembangan proses perancangan dari satu tahap ke tahap berikutnya,
namun dengan loop umpan balik menunjukkan iteratif kembali ke tahap awal
yang sering diperlukan.
Need

Analisis
Masalah

Pernyataan
Masalah

Desain
Konseptual

Rencana
Terpilih

Perwujudan
Rencana

Perincian

Pengerjaan,
gambar, dll

Sumber: Nigel Cross. 1942. Engineering Design Methods Strategies for Product Design
Gambar 2.2. Model Prancis dari Proses Desain

Analisis masalahnya adalah bagian kecil tapi penting dari keseluruhan


Proses. Outputnya adalah pernyataan dari masalah, dan ini bisa memiliki tiga
unsur:
1. Sebuah pernyataan masalah desain yang tepat
2. Batasan yang ditempatkan pada solusi, mis. Kode praktik, persyaratan
undang-undang, standar pelanggan, tanggal penyelesaian, dll.
3. Kriteria keunggulan untuk dikerjakan.
2.3.2. Metode Kreatif4
Metode perancangan ini bertujuan untuk membantu menstimulasi
pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi gagasan, menyisihkan
hambatan mental terhadap kreativitas atau dengan cara memperluas area
pencarian solusi. Metode kreatif ini terdiri dari brainstorming dan sinektik.

2.3.2.1. Brainstorming
Brainstorming bertujuan untuk menstimulasikan sekelompok orang
untuk menghasilkan sejumlah besar gagasan dengan cepat. Orang yang terlibat
sebaiknya tidak homogen dan mengenal persoalan. Aturan dalam brainstorming :
1. Kelompok harus bersifat non-hirarkial.
2. Pemimpin kelompok berperan sebagai fasilitator.
3. Kelompok diharapkan menghasilkan sebanyak-banyaknya jumlah gagasan.
4. Tidak dibenarkan memberikan kritik terhadap gagasan.
5. Gagasan kelihatan ‘aneh’ tetap diterima.
6. Usahakan semua gagasan dinyatakan secara singkat dan jelas.
7. Suasana selama brainstorming berlangsung relaks dan bebas.
8. Kegiatan brainstorming sebaiknya dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 20-
30 menit.
Aktivitas dalam brainstorming, yaitu:
1. Membentuk kelompok dan menetapkan pimpinan.
2. Menginformasikan aturan-aturan dalam brainstorming.
3. Pemimpin kelompok melontarkan pernyataan permasalahan awal.
4. Masing-masing anggota diberi waktu tenang beberapa menit untuk menggali
gagasan.
5. Setiap anggota diminta untuk menuliskan gagasannya pada kartu sendiri.
6. Antar anggota kelompok saling bertukar kartu satu sama lain.

4
Ibid, hal 28
7. Berikan waktu istirahat sejenak agar masing-masing anggota memiliki
kesempatan untuk berefleksi dan mencari gagasan-gagasan baru mengacu pada
gagasan rekannya kemudian dituliskan dalam bentuk kartu yang baru.
8. Kumpulkan kartu-kartu dan setelah periode tertentu dilakukan evaluasi.

2.3.2.2. Sinektik
Sinektik bertujuan untuk mengarahkan aktivitas spontan pemikiran ke
arah eksplorasi dan tranformasi masalah-masalah perancangan. Sinektik adalah
suatu aktivitas kelompok yang mencoba membangun, mengkomunikasikan, dan
mengembangkan gagasan untuk memberikan solusi kreatif terhadap permasalahan
perancangan. Pelaksanaan sinektik tidak diperkenankan adanya kritik dan
dihasilkan satu solusi tunggal. Ciri utama dari sinektik adalah membangkitkan
analogi, yang terdiri dari:
1. Analogi langsung
2. Analogi personal
3. Analogi simbolik
4. Analogi fantasi
Metode pelaksanaan sinektik :
1. Membentuk kelompok yang terdiri dari para anggota yang selektif
2. Melatih para anggota kelompok dalam menggunakan analogi untuk
membangkitkan aktivitas spontan otak/pikiran terhadap persoalan
3. Memaparkan masalah perancangan kepada kelompok sama seperti yang
dinyatakan oleh klien atau manajemen perusahaan
4. Menggunakan analogi-analogi untuk mencari solusi

2.3.3. Metode Rasional 5


Metode rasional menekankan pada pendekatan sistematik pada
perancangan. Metode ini memiliki kesamaan tujuan dengan metode kreatif,
misalnya dalam memperluas ruang pencarian untuk memperoleh solusi-solusi

5
Ibid.., hal 30
yang potensial, dan mengupayakan kerja tim dan dalam hal pengambilan
keputusan secara kelompok. Banyak perancang beranggapan bahwa metode
rasional ini merupakan hambatan terhadap kreativitas. Hal ini merupakan
pandangan yang keliru terhadap tujuan perancangan yang sistematik, yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perancangan dan produk akhir.
Salah satu metode yang paling sederhana dari metode rasional adalah
“checklist” (daftar periksa). Checklist dapat mengeksternalisasikan apa yang harus
dilakukan sehingga tidak perlu menyimpan semua hal dalam kepala namun tidak
kehilangan sesuatu. Checklist juga dapat mengoptimalisasikan proses dan
memungkinkan adanya team work dan partisipasi dari kelompok yang lebih luas
serta memungkinkan adanya pembagian tugas. Konsep perancangan, checklist
dapat berupa suatu daftar pertanyaan yang akan dipertanyakan pada tahap awal
perancangan, ataupun suatu daftar kriteria dan standar yang harus dipenuhi oleh
rancangan akhir.
Metode kreatif dan metode rasional adalah aspek yang saling melengkapi
satu sama lain dalam melakukan perancangan yang sistematik. Salah satu contoh
kecil dari penggunaan metode rasional adalah daftar periksa ( check list), setiap
orang menggunakan metode ini pada kehidupan sehari-hari contohnya daftar
belanja atau daftar dari hal-hal yang ingin diingat. Selain metode check list juga
terdapat beberapa metode perancangan rasional lainnya yang mencakup
keseluruhan aspek perancangan proses yang dimulai dari klasifikasi masalah
sampai rincian perancangan
Selain Checklist juga terdapat beberapa metode perancangan rasional
lainnya, yang mencakup seluruh aspek perancangan proses yang dimulai dari
pengklarifikasian masalah sampai kepada rincian perancangan. Menurut Nigel
Cross, langkah-langkah metode perancangan rasional ini terdiri atas tujuh tahap.
Model perancangan diatas mengintegrasikan aspek-aspek prosedur
perancangan dengan aspek-aspek struktural perancangan. Aspek-aspek prosedur
perancangan diimplementasikan oleh ketujuh metode perancangan tersebut
sedangkan aspek-aspek struktural direpresentasikan oleh anak panah yang
menunjukkan hubungan komutatif (timbal balik) antar masalah dengan solusinya
serta hubungan hirarkial antara problem/sub problem dan antara solusi/sub solusi.
Atribut-atribut produk baru yang disusun oleh desainer disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial,
kebutuhan psikologis, dan kebutuhan teknis.
Tahapan-tahapan dalam proses perancangan dengan Nigel Cross dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tahap-tahap dalam Proses Perancangan dengan Nigel Cross
Tahap dalam Proses Metode yang
No Tujuan
Perancangan Relevan
Klasifikasi Tujuan Mengklarifikasi tujuan-tujuan dari sub
1 Objectives Trees
(Clarifying Object) perancangan, serta hubungan satu sama lain
Penetapan Fungsi Function Analysis Menetapkan fungsi-fungsi yang diperlukan
2 (Establishing (Analisis dan batas-batas sistem rancangan produk
Function) Fungsional) yang baru
Menyusun Kebutuhan Performance Membuat spesifikasi kinerja yang akurat dari
3
(Seting Requirement) Specification suatu solusi rancangan yang diperlukan
Penentuan Menetapkan target yang akan dicapai oleh
Karakteristik Quality Function karakteristik teknis produk sehingga dapat
4
(Determining Development mewujudkan kebutuhan konsumen
Characteristics)
Menetapkan serangkaian alternatif solusi
Penentuan Alternatif
Morphological perancangan yang lengkap untuk suatu
5 (Generating
Chart produk dan memperluas pencarian solusi baru
Alternatives)
yang potensial
Evaluasi Alternatif Weighted Membandingkan nilai untilitas dari proposal
6 (Evaluating Objectives (Beban alternatif rancangan berdasarkan performansi
Alternatif) Objektif) dan pembobotan yang berbeda
Meningkatkan atau mempertahankan nilai
Komunikasi Value Engineering
7 dari suatu produk kepada pembeli dan di sisi
(Improving Details) (Rekayasa Nilai)
lain mengurangi biaya bagi produsen
Sumber: Rosnani Ginting, Perancangan Produk, hlm.32
2.3.3.1. Klasifikasi Tujuan6
Langkah penting yang pertama dilakukan dalam perancangan adalah
mencoba untuk mengklarifikasi tujuan. Pada kenyataannya, langkah ini sangat
menbantu pada setiap tahap perancangan untuk mengetahui tujuan meskipun
tujuan ini mungkin berubah sewaktu proses perancangan Klasifikasi tujuan
(clarifying objectives) ini dilakukan untuk menentukan tujuan perancangan.
Metode yang digunakan adalah pohon tujuan (objectives Trees). Dengan pohon
tujuan, kita akan dapat mengidentifikasikan tujuan dan sub tujuan dari
perancangan suatu produk beserta hubungan antara keduanya yaitu dalam bentuk
diagram yang menunjukkan hubungan yang hierarki antara tujuan dengan sub
tujuannya. Percabangan pada pohon tujuan merupakan hubungan yang
menunjukkan cara untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pohon tujuan memberikan format yang jelas dan bermanfaat
bagi beberapa tujuan. Ini memperlihatkan tujuan dan cara umum untuk
mencapainya yang masih terus dipertimbangkan. Ini akan memperlihatkan bentuk
diagramatik dimana tujuan yang berbeda akan saling berhubungan satu sama lain,
dan pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Prosedur untuk pencapaian pohon tujuan
ini akan membantu memperjelas tujuan dan mencapai kesepakatan di antara klien,
manajer, dan anggota tim desain.
Tujuan dari pembuatan pohon tujuan adalah untuk mengklarifikasi
tujuan desain dan sub-tujuan serta hubungan antar keduanya. Langkah-langkah
pembuatan pohon tujuan yaitu Membuat daftar tujuan perancangan.
1. Susun daftar dalam urutan tujuan dari higher-level kepada lower-level
2. Gambarkan sebuah diagram pohon tujuan, untuk menunjukkan hubungan-
hubungan yang hierarki.

6
Ibid., hlm 97-100
2.3.3.2. Penetapan Fungsi7
Metode pohon tujuan digunakan untuk melihat maksud permasalahan
yang mempunyai banyak tingkatan perbedaan yang umum maupun secara rinci.
Dengan nyata tingkat permasalahan member arti yang sangat penting bagi
perancang. Ada perbedaan besar antara mempertanyakan merancang sebuah
telepon genggam dan merancang sebuah telepon genggam dan merancang sebuah
sistem telekomunikasi.
Penetapan fungsi tujuannya adalah untuk menetapkan fungsi-fungsi yang
diperlukan dan batas-batas sistem rancangan produki yang baru. Untuk itu,
digunakan metode analisis fungsi (Analysis Function Method. Adapun metode
analisa fungsional menawarkan sejumlah pertimbangan fungsi pokok dan
tingkatan dimana sebuah masalah ditemukan. Fungsi pokok adalah perlengkapan,
produk atau sistem yang didesain harus memuaskan dan menjadi komponen fisik
dari produk yang akan digunakan. tingkatan masalah ditentukan dengan
menetapkan sub-fungsi yang secara logis. Metode ini memusatkan pada apa yang
diperoleh dari perubahan pemasukan terhadap rancangan baru dan tidak
mementingkan bagaimana diperolehnya.

2.3.3.3. Penetapan Kebutuhan8


Setelah fungsi ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan
keperluan. Langkah ketiga ini bertujuan untuk membuat spesifikasi pembuatan
yang akurat yang perlu bagi desain/rancangan. Metode yang digunakan pada
langkah ini adalah perfomance specifiacation model, yang prosedur
pelaksanaannya adalah
1. Mempertimbangkan tingkatan-tingkatan solusi yang berbeda yang dapat
diaplikasikan.
2. Menentukan tingkatan untuk beroperasi
3. Identifikasi atribut-atribut perfomansi yang diinginkan dengan 5W, yaitu:

7
Ibid, hlm 109-120.
8
Ibid, hlm 125.
a. What (apa)
Produk apa yang akan dirancang?
b. Who (siapa)
Kepada siapa produk ini akan dipasarkan?
c. Why (mengapa)
Mengapa produk ini dibuat?
d. Where (dimana)
Dimana produk ini digunakan?
e. When (kapan)
Kapan produk ini digunakan?
4. Menentukan kebutuhan perfomansi untuk setiap atribut

2.3.3.4. Penentuan Karakteristik dengan QFD9


QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa
dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungannya dengan
ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap
pembuatan barang dan jasa yang dihasilkan. Penyebaran fungsi mutu (Quality
Function Deployment) adalah alat perencanaan yang dibutuhkan untuk membantu
bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika
menyusun spesifikasi desain dan fabrikasi.
Manfaat-manfaat utama QFD sebagai berikut:
1. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan.
Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain
didorong oleh kebutuhan pelanggan yang objektif dan teknologi.
2. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain. Hal ini memastikan bahwa proses
desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.
3. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi
kebutuhan para pelanggan utama.
4. Dengan berfokus pada upaya perancangan, hal tersebut akan mengurangi
lamanya waktu yang diperlukan untuk daur ulang rancangan secara

9
Ibid, hlm 135-157.
keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-
produk baru. Perkiraan- perkiraan baru memperlihatkan adanya penghematan
antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebeum dilakukan QFD.
5. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan
memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal yang
penting ini mengurangi biaya mengenalkan desain baru.
6. Mendorong terselengganya tim kerja dan menghancurkan rintangan antar
bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan pabrikasi sejak
awal proyek. Masing-masing tim anggota kerja sama pentingnya dan
memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.
7. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan
menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan.
Hal ini sangat membantu menjaga proyek terhadap perubahan-perubahan
personalia yang tidak dapat diperkirakan terlebih dulu.
Penentuan karakteristik bertujuan untuk mengetahui selera konsumen
terhadap produk. Hal ini dapat dilakukan dengan metode (Quality Function
Deployment), yaitu menterjemahkan selera konsumen dalam bentuk atribut-atribut
produk yang sesuai dengan karakteristik teknis. QFD adalah suatu matriks yang
sistematis, menggambarkan pendekatan yang dilakukan untuk merancang produk
yang berkualitas.Dasar dari QFD adalah filosofi TQM (Total Quality
Management). Dalam QFD menggunakan suatu matriks yang disebut sebagai
House of Quality, dimana matriks ini dapat menterjemahkan keinginan konsumen
ke dalam karakteriatik desain. Contoh QFD dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Sumber : https://www.google.com/

Gambar 2.3. Contoh QFD

10
QFD, seperti yang telah didefinisikan, merupakan alat yang mampu
mengorientasikan desain produk menuju urgensi nyata untuk pengguna akhir.
Dalam hal ini telah mewakili sebuah alat yang jelas dan ampuh untuk menelurkan
rencana proyek secara terstruktur dan selesai cara. Biasanya, ini digunakan
sebelum memulai kegiatan pembangunan, rekayasa, dan produksi produk atau
layanan baru .
Peran QFD diilustrasikan dalam lingkaran komunikasi perusahaan yang
ditunjukkan pada Gambar 2.5. Persyaratan pelanggan mengikuti lingkaran
komunikasi perusahaan dan kembali ke pelanggan dalam bentuk produk baru.
10
Franceschini, Fiorenzo., 2002, Advanced Quality Function Deployment, London: ST. Lucie
Press hlm. 24-29
Terlalu sering, namun, dalam proses komunikasi kata-kata semacam ini di dalam
perusahaan ditemukan bahwa persyaratan pelanggan tidak cukup diterjemahkan
dalam bentuk passing dari satu fungsi ke fungsi lainnya. QFD adalah instrumen
yang mencegah kelemahan tersebut dengan memiliki produk baru melalui
berbagai fungsi perusahaan, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan
organisasi horizontal perusahaan.

Sumber : Franceschini, Fiorenzo., 2002, Advanced quality function deployment, London: ST.
Lucie Press hlm. 24
Gambar 2.4. Lingkaran Komunikasi Perusahaan Mendistorsi Informasi
Pelanggan

Pentingnya QFD sebagai alat berasal dari kenyataan bahwa kedua pelanggan
dan perusahaan terpaksa membuat usaha untuk mengatur proyek sesuai
dengan petunjuk yang tercantum dalam formulir yang disodorkan. Akibatnya
dokumennya. Dengan demikian, diperoleh titik acuan umum untuk revisi desain
dan analisis detail secara berturut-turut.
Formulir 1 (matriks perencanaan produk) ini membandingkan persyaratan
utama pelanggan (persyaratan pengguna) dengan karakteristik produk (atribut
produk), yang merupakan syarat teknis yang diperlukan untuk membuat
spesifikasi produk sesuai dengan harapan pelanggan. Matriks yang diperoleh
mendefinisikan hubungan yang terjadi antara kedua elemen dan prioritas timbal
baliknya. Selanjutnya, memungkinkan pengguna untuk mengembangkan
perbandingan antara karakteristik produk dan kinerja pesaing terbaik yang ada di
pasar (benchmarking).
Formulir 2 (matriks penyebaran bagian) ini membandingkan karakteristik
produk dengan persyaratan komponen yang lebih penting (subsistem) dimana
produk dapat dipecah (karakteristik bagian kritis).
Formulir 3 (matriks perencanaan proses) ini menghubungkan karakteristik
subsistem tunggal dengan proses produksi masing-masing (langkah proses kritis).
Formulir 4 (matriks kontrol kualitas dan proses) ini mendefinisikan parameter
dan metode pemeriksaan inspeksi dan kualitas yang akan digunakan dalam proses
produksi setiap langkah proses (langkah proses pengendalian mutu). Dalam
bentuk ini, khususnya, masing-masing langkah proses kritis ditetapkan, serta
parameter kontrol proses relatif, titik kontrol, metode kontrol, ukuran sampel,
frekuensi, dan metode cek.
Struktur yang digambarkan pada gambar diatas adalah urutan logis dari
bentuk yang digunakan. Selain bentuk yang dijelaskan sebelumnya [Crow, 1992],
yang lain dapat digunakan untuk aplikasi tertentu, misalnya, ketika entitas proyek
sedemikian rupa sehingga harus selalu dipecah menjadi serangkaian subproyek
yang kurang kompleks.

2.3.3.5. Pembangkit Alternatif11


Pembangkitan alternatif merupakan suatu proses perancangan yang
berguna untuk membangkitkan alternatif-alternatif yang dapat mencapai solusi
terhadap permasalahan perancangan. Metode yang dipakai adalah Morphological
Chart.
Morphological chart adalah suatu daftar atau ringkasan dari analisis
perubahan bentuk secara sistematis untuk mengetahui bagaimana bentuk suatu
produk dibuat. Di dalam chart ini dibuat kombinasi dari berbagai kemungkinan
solusi untuk membentuk produk-produk yang berbeda atau bervariasi. Kombinasi
yang berbeda dari sub solusi dapat dipilih dari chart mungkin dapat menuju solusi

11
Op.Cit, hlm. 161-167.
baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Morphological chart berisi elemen-
elemen, komponen, atau sub-sub solusi yang lengkap yang dapat dikombinasikan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mendaftar/membuat daftar yang penting bagi sebuah produk. Daftar tersebut
haruslah meliputi seluruh fungsi pada tingkat generalisasi yang tepat.
2. Daftar setiap fungsi yang dapat dicapai yang menentukan komponen apa saja
untuk mencapai fungsi. Daftar tersebut meliputi gagasan baru sebagaimana
komponen-komponen yang ada dari bagian solusi.
3. Menggambar dan membuat sebuah chart untuk mencantumkan semua
kemungkinan-kemungkinan hubungan solusi.
4. Identifikasi kelayakan gabungan/kombinasi sub-sub solusi. Jumlah total dari
kombinasi tersebut mungkin sangat banyak sehingga pencarian strategis
mungkin harus berpedoman ada konstrain atau kriteria.
Langkah-langkah metode morfological chart:
1. Buat dalam daftar/tabel ciri atau fungsi yang perlu dari suatu produk.
Maksud dari pembuatan daftar/tabel ini adalah untuk mencoba membangun
aspek-aspek yang perlu yang harus digabungkan ke dalam suatu produk
dimana hal tersebut mungkin untuk dilakukan.
2. Membuat daftar dari ciri-ciri atau fungsi yang mungkin akan dicapai.
Daftar yang kedua merupakan sub solusi yang dilakukan secara individual
yang mana saat menggabungkan satu dari daftar/tabel maka ciri tersebut akan
membentuk suatu solusi rancangan secara menyeluruh.
3. Menggambar grafik yang memuat semua sub fungsi yang mungkin
Grafik morfologi ini disusun dari daftar sebelumnya. Pertama adalah jaringan
dalam bentuk bujur sangkar kosong yang sederhana. Ke sebelah sisi kiri
adalah daftar ciri-ciri fungsi yang perlu dimana daftarnya sudah dibuat
terlebih dahulu. Kemudian di seberang tiap baris grafik dimasukan daftar
kedua yang sesuai dengan sub solusi dengan maksud untuk mencapai fungsi
kedua, dan tujuan yang dapat dicapai pada fungsi ketiga dan seterusnya.
4. Mengidentifikasi kelayakan kombinasi suatu sub solusi
Untuk setiap produk, jelasnya setiap tingkatan yang tepat dari kombinasi yang
mungkin terbentuk dapat berupa angka yang sangat besar. Beberapa di antara
kombinasi ini mungkin juga angka kecil yang dapat dipakai dan beberapa di
antaranya juga kemungkinan terdapat angka yang cukup bagus namun
merupakan solusi yang tidak mungkin untuk alasan atau karena pasangan sub
solusinya bertentang.

2.3.3.6. Evaluasi Alternatif12


Evaluasi alternatif merupakan suatu proses penentuan alternatif terbaik
dari berbagai macam alternatif yang muncul, sehingga diperoleh suatu rancangan
yang baik dan dapat memenuhi keinginan konsumen.
Langkah-langkah evaluasi alternatif adalah:
1. Membuat suatu daftar tujuan perancangan. Daftar ini merupakan modifikasi
dari daftar awal. Pohon tujuan juga dapat digunakan untuk maksud ini.
2. Menyusun sebuah daftar tujuan dan sub tujuan dari tingkatan yang tinggi ke
tingkatan yang rendah. Metode yang digunakan adalah weighted objectives.
3. Membuat bobot relatif dari setiap tujuan. Pemberian bobot juga bisa
menggunakan perbedaan nilai dari setiap pohon tujuan sehingga jumlah total
bobot bernilai 1.
4. Menciptakan parameter pelaksanaan/nilai kegunaan untuk masing-masing
tujuan. Baik tujuan kualitatif maupun kuantitatif sebaiknya dibuat dalam
skala yang lebih sederhana.
5. Menghitung dan membandingkan nilai relatif dari setiap alternatif
perancangan. Perkalian setiap skor parameter dengan bobot nilainya.
Alternatif terbaik memiliki jumlah nilai terbesar. Perbandingan dan analisis
profil nilai mungkin akan lebih baik dalam perancangan dari pada hanya
sekedar memilih nilai terbesar.

2.3.3.7. Komunikasi (Improving Details)13

12
Ibid, hlm 177-178.
13
Ibid, hlm 207-216.
Merancang sesungguhnya berkaitan dengan penambahan nilai. Sewaktu
bahan mentah menjadi suatu produk, nilainya ditambah sampai melewatyi biaya
pokok bahan-bahan dan prosesnya. Berapa banyak nilai yang ditambahkan
tergantung kepada seberapa berharganya suatu produk bagi pembeli dan persepsi
itu sebenarnya ditentukan oleh atribut produk yang disediakan oleh perancang.

2.4. Peta Kerja


2.4.1. Definisi Peta Kerja14
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa
melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari
mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan baku) kemudian menggambarkan semua
langkah yang dialaminya, seperti: transportasi, operasi mesin, pemeriksaan, dan
perakitan; sampai akhirnya menjadi produk jadi; baik produk lengkap atau
merupakan bagian dari suatu produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu
produk lengkap. Gambaran tentang keadaan umum dari proses yang terjadi seperti
yang diperlihatkan dalam peta proses operasi, langkah berikutnya adalah
menganalisa setiap komponen pembentukan suatu produk lengkap dengan lebih
terperinci.
Informasi-informasi yang diperlukan untuk setiap komponen tersebut dapat
diperoleh melalui peta aliran proses. Peta aliran proses adalah suatu diagram yang
menunjukkan urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu
dan menyimpan.

Peta aliran proses ada dua macam, yaitu:


1. Peta aliran proses tipe bahan.
2. Peta aliran proses tipe orang.

2.4.2. Lambang-lambang Yang Digunakan

14
Iftikar Z., Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja, (Bandung: Penerbit ITB) hlm. 15-19
Dalam tahun 1947, ASME (American Society of Mechanical Engineer)
membuat lambang-lambang yang terdiri dari 5 macam lambanhg. Lambanh-
lambang poeta kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Lambang-lambang Peta Kerja
No. Simbol Nama Simbol Keterangan
Kegiatan operasi terjadi apabila benda
kerja mengalami perubahan sifat, baik
fisik maupun kimiawi, mengambil
1. Operasi
informasi maupun memberikan informasi
pada suatu kejadian juga temasuk
operasi.
Kegiatan transportasi terjadi apabila
benda kerja, pekerja atau perlengkapan
2. Transportasi mengalami perpindahan tempat yang
bukan merupakan bagian dari suatu
operasi.
Kegiatan pemeriksaan terjadi apabila
benda kerja atau peralatan mengalami
3. Pemeriksaan
pemeriksaan baik untuk segi kualitas
maupun kuantitas.
Proses menunggu terjadi apabila benda
kerja, pekerja atau peralatan tidak
4. Menunggu
mengalami kegiatan apa-apa selain
menunggu (biaanya sebentar).

Tabel 2.2. Lambang-lambang Peta Kerja (Lanjutan)


No. Simbol Nama Simbol Keterangan

Kegiatan ini terjadi apabila antara


Aktivitas aktivitas operasi dan pemeriksaan
5.
Ganda dilakukan bersamaan atau dilakukan
pada suatu tempat kerja.

Sumber: Iftikar Z. Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja, hlm.15

2.4.3. Jenis-Jenis Peta Kerja


Pada dasarnya peta-peta dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar
berdasarkan kegiatannya, yaitu:
1. Peta-peta kerja untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan, terdiri atas:
a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
b. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
c. Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart)
d. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart)
e. Diagram Aliran (Flow Diagram)
2. Peta-peta kerja untuk menganalisa kegiatan kerja setempat, terdiri atas:
a. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

2.4.3.1.Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)15


Peta aliran proses adalah suatu diagram yang menunjukkan urutan-urutan
operasi dari pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan penyimpanan yang terjadi
selama satu proses atau prosedur berlangsung, serta didalamnya memuat pula
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang dibutuhkan
dan jarak perpindahan. Waktu biasanya dinyatakan dalam jam dan jarak
perpindahan biasanya dinyatakan dalam meter.

15
Ibid. hlm. 28

Anda mungkin juga menyukai