LANDASAN TEORI
3. Fase analisa
Fase ini bertujuan untuk menganalisa alternatif-alternatif yang dihasilan pada
fase kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif-alternatif
terbaik. Analisa yang dilakukan antara lain:
a. Analisa kreteria atribut yang akan dikembangkan.
b. Penilaian kreteria atribut antar model dengan matrix zero one
c. Pembobotan kreteria atribut produk
d. Matrix combinex
e. Value analysis
4. Fase pengembangan
Fase ini bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa
alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output
dari fase analisa. Data-data tentang alternatif yang terpilih:
a. Alternatif terpilih
b. Gambar produk terpilih dan spesifikasinya
5. Fase presentasi
Fase ini bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik
terhadap hasil pengembangan produk.
3
Nigel Cross. 1942. Engineering Design Methods Strategies for Product Design. Hal 29
Eksplorasi
Generasi
Evaluasi
Komunikasi
Sumber: Nigel Cross. 1942. Engineering Design Methods Strategies for Product Design
Gambar 2.1. Empat Tahap Sederhana Model Disain Proses
Analisis
Masalah
Pernyataan
Masalah
Desain
Konseptual
Rencana
Terpilih
Perwujudan
Rencana
Perincian
Pengerjaan,
gambar, dll
Sumber: Nigel Cross. 1942. Engineering Design Methods Strategies for Product Design
Gambar 2.2. Model Prancis dari Proses Desain
2.3.2.1. Brainstorming
Brainstorming bertujuan untuk menstimulasikan sekelompok orang
untuk menghasilkan sejumlah besar gagasan dengan cepat. Orang yang terlibat
sebaiknya tidak homogen dan mengenal persoalan. Aturan dalam brainstorming :
1. Kelompok harus bersifat non-hirarkial.
2. Pemimpin kelompok berperan sebagai fasilitator.
3. Kelompok diharapkan menghasilkan sebanyak-banyaknya jumlah gagasan.
4. Tidak dibenarkan memberikan kritik terhadap gagasan.
5. Gagasan kelihatan ‘aneh’ tetap diterima.
6. Usahakan semua gagasan dinyatakan secara singkat dan jelas.
7. Suasana selama brainstorming berlangsung relaks dan bebas.
8. Kegiatan brainstorming sebaiknya dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 20-
30 menit.
Aktivitas dalam brainstorming, yaitu:
1. Membentuk kelompok dan menetapkan pimpinan.
2. Menginformasikan aturan-aturan dalam brainstorming.
3. Pemimpin kelompok melontarkan pernyataan permasalahan awal.
4. Masing-masing anggota diberi waktu tenang beberapa menit untuk menggali
gagasan.
5. Setiap anggota diminta untuk menuliskan gagasannya pada kartu sendiri.
6. Antar anggota kelompok saling bertukar kartu satu sama lain.
4
Ibid, hal 28
7. Berikan waktu istirahat sejenak agar masing-masing anggota memiliki
kesempatan untuk berefleksi dan mencari gagasan-gagasan baru mengacu pada
gagasan rekannya kemudian dituliskan dalam bentuk kartu yang baru.
8. Kumpulkan kartu-kartu dan setelah periode tertentu dilakukan evaluasi.
2.3.2.2. Sinektik
Sinektik bertujuan untuk mengarahkan aktivitas spontan pemikiran ke
arah eksplorasi dan tranformasi masalah-masalah perancangan. Sinektik adalah
suatu aktivitas kelompok yang mencoba membangun, mengkomunikasikan, dan
mengembangkan gagasan untuk memberikan solusi kreatif terhadap permasalahan
perancangan. Pelaksanaan sinektik tidak diperkenankan adanya kritik dan
dihasilkan satu solusi tunggal. Ciri utama dari sinektik adalah membangkitkan
analogi, yang terdiri dari:
1. Analogi langsung
2. Analogi personal
3. Analogi simbolik
4. Analogi fantasi
Metode pelaksanaan sinektik :
1. Membentuk kelompok yang terdiri dari para anggota yang selektif
2. Melatih para anggota kelompok dalam menggunakan analogi untuk
membangkitkan aktivitas spontan otak/pikiran terhadap persoalan
3. Memaparkan masalah perancangan kepada kelompok sama seperti yang
dinyatakan oleh klien atau manajemen perusahaan
4. Menggunakan analogi-analogi untuk mencari solusi
5
Ibid.., hal 30
yang potensial, dan mengupayakan kerja tim dan dalam hal pengambilan
keputusan secara kelompok. Banyak perancang beranggapan bahwa metode
rasional ini merupakan hambatan terhadap kreativitas. Hal ini merupakan
pandangan yang keliru terhadap tujuan perancangan yang sistematik, yang
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas perancangan dan produk akhir.
Salah satu metode yang paling sederhana dari metode rasional adalah
“checklist” (daftar periksa). Checklist dapat mengeksternalisasikan apa yang harus
dilakukan sehingga tidak perlu menyimpan semua hal dalam kepala namun tidak
kehilangan sesuatu. Checklist juga dapat mengoptimalisasikan proses dan
memungkinkan adanya team work dan partisipasi dari kelompok yang lebih luas
serta memungkinkan adanya pembagian tugas. Konsep perancangan, checklist
dapat berupa suatu daftar pertanyaan yang akan dipertanyakan pada tahap awal
perancangan, ataupun suatu daftar kriteria dan standar yang harus dipenuhi oleh
rancangan akhir.
Metode kreatif dan metode rasional adalah aspek yang saling melengkapi
satu sama lain dalam melakukan perancangan yang sistematik. Salah satu contoh
kecil dari penggunaan metode rasional adalah daftar periksa ( check list), setiap
orang menggunakan metode ini pada kehidupan sehari-hari contohnya daftar
belanja atau daftar dari hal-hal yang ingin diingat. Selain metode check list juga
terdapat beberapa metode perancangan rasional lainnya yang mencakup
keseluruhan aspek perancangan proses yang dimulai dari klasifikasi masalah
sampai rincian perancangan
Selain Checklist juga terdapat beberapa metode perancangan rasional
lainnya, yang mencakup seluruh aspek perancangan proses yang dimulai dari
pengklarifikasian masalah sampai kepada rincian perancangan. Menurut Nigel
Cross, langkah-langkah metode perancangan rasional ini terdiri atas tujuh tahap.
Model perancangan diatas mengintegrasikan aspek-aspek prosedur
perancangan dengan aspek-aspek struktural perancangan. Aspek-aspek prosedur
perancangan diimplementasikan oleh ketujuh metode perancangan tersebut
sedangkan aspek-aspek struktural direpresentasikan oleh anak panah yang
menunjukkan hubungan komutatif (timbal balik) antar masalah dengan solusinya
serta hubungan hirarkial antara problem/sub problem dan antara solusi/sub solusi.
Atribut-atribut produk baru yang disusun oleh desainer disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial,
kebutuhan psikologis, dan kebutuhan teknis.
Tahapan-tahapan dalam proses perancangan dengan Nigel Cross dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tahap-tahap dalam Proses Perancangan dengan Nigel Cross
Tahap dalam Proses Metode yang
No Tujuan
Perancangan Relevan
Klasifikasi Tujuan Mengklarifikasi tujuan-tujuan dari sub
1 Objectives Trees
(Clarifying Object) perancangan, serta hubungan satu sama lain
Penetapan Fungsi Function Analysis Menetapkan fungsi-fungsi yang diperlukan
2 (Establishing (Analisis dan batas-batas sistem rancangan produk
Function) Fungsional) yang baru
Menyusun Kebutuhan Performance Membuat spesifikasi kinerja yang akurat dari
3
(Seting Requirement) Specification suatu solusi rancangan yang diperlukan
Penentuan Menetapkan target yang akan dicapai oleh
Karakteristik Quality Function karakteristik teknis produk sehingga dapat
4
(Determining Development mewujudkan kebutuhan konsumen
Characteristics)
Menetapkan serangkaian alternatif solusi
Penentuan Alternatif
Morphological perancangan yang lengkap untuk suatu
5 (Generating
Chart produk dan memperluas pencarian solusi baru
Alternatives)
yang potensial
Evaluasi Alternatif Weighted Membandingkan nilai untilitas dari proposal
6 (Evaluating Objectives (Beban alternatif rancangan berdasarkan performansi
Alternatif) Objektif) dan pembobotan yang berbeda
Meningkatkan atau mempertahankan nilai
Komunikasi Value Engineering
7 dari suatu produk kepada pembeli dan di sisi
(Improving Details) (Rekayasa Nilai)
lain mengurangi biaya bagi produsen
Sumber: Rosnani Ginting, Perancangan Produk, hlm.32
2.3.3.1. Klasifikasi Tujuan6
Langkah penting yang pertama dilakukan dalam perancangan adalah
mencoba untuk mengklarifikasi tujuan. Pada kenyataannya, langkah ini sangat
menbantu pada setiap tahap perancangan untuk mengetahui tujuan meskipun
tujuan ini mungkin berubah sewaktu proses perancangan Klasifikasi tujuan
(clarifying objectives) ini dilakukan untuk menentukan tujuan perancangan.
Metode yang digunakan adalah pohon tujuan (objectives Trees). Dengan pohon
tujuan, kita akan dapat mengidentifikasikan tujuan dan sub tujuan dari
perancangan suatu produk beserta hubungan antara keduanya yaitu dalam bentuk
diagram yang menunjukkan hubungan yang hierarki antara tujuan dengan sub
tujuannya. Percabangan pada pohon tujuan merupakan hubungan yang
menunjukkan cara untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pohon tujuan memberikan format yang jelas dan bermanfaat
bagi beberapa tujuan. Ini memperlihatkan tujuan dan cara umum untuk
mencapainya yang masih terus dipertimbangkan. Ini akan memperlihatkan bentuk
diagramatik dimana tujuan yang berbeda akan saling berhubungan satu sama lain,
dan pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Prosedur untuk pencapaian pohon tujuan
ini akan membantu memperjelas tujuan dan mencapai kesepakatan di antara klien,
manajer, dan anggota tim desain.
Tujuan dari pembuatan pohon tujuan adalah untuk mengklarifikasi
tujuan desain dan sub-tujuan serta hubungan antar keduanya. Langkah-langkah
pembuatan pohon tujuan yaitu Membuat daftar tujuan perancangan.
1. Susun daftar dalam urutan tujuan dari higher-level kepada lower-level
2. Gambarkan sebuah diagram pohon tujuan, untuk menunjukkan hubungan-
hubungan yang hierarki.
6
Ibid., hlm 97-100
2.3.3.2. Penetapan Fungsi7
Metode pohon tujuan digunakan untuk melihat maksud permasalahan
yang mempunyai banyak tingkatan perbedaan yang umum maupun secara rinci.
Dengan nyata tingkat permasalahan member arti yang sangat penting bagi
perancang. Ada perbedaan besar antara mempertanyakan merancang sebuah
telepon genggam dan merancang sebuah telepon genggam dan merancang sebuah
sistem telekomunikasi.
Penetapan fungsi tujuannya adalah untuk menetapkan fungsi-fungsi yang
diperlukan dan batas-batas sistem rancangan produki yang baru. Untuk itu,
digunakan metode analisis fungsi (Analysis Function Method. Adapun metode
analisa fungsional menawarkan sejumlah pertimbangan fungsi pokok dan
tingkatan dimana sebuah masalah ditemukan. Fungsi pokok adalah perlengkapan,
produk atau sistem yang didesain harus memuaskan dan menjadi komponen fisik
dari produk yang akan digunakan. tingkatan masalah ditentukan dengan
menetapkan sub-fungsi yang secara logis. Metode ini memusatkan pada apa yang
diperoleh dari perubahan pemasukan terhadap rancangan baru dan tidak
mementingkan bagaimana diperolehnya.
7
Ibid, hlm 109-120.
8
Ibid, hlm 125.
a. What (apa)
Produk apa yang akan dirancang?
b. Who (siapa)
Kepada siapa produk ini akan dipasarkan?
c. Why (mengapa)
Mengapa produk ini dibuat?
d. Where (dimana)
Dimana produk ini digunakan?
e. When (kapan)
Kapan produk ini digunakan?
4. Menentukan kebutuhan perfomansi untuk setiap atribut
9
Ibid, hlm 135-157.
keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-
produk baru. Perkiraan- perkiraan baru memperlihatkan adanya penghematan
antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebeum dilakukan QFD.
5. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan
memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal yang
penting ini mengurangi biaya mengenalkan desain baru.
6. Mendorong terselengganya tim kerja dan menghancurkan rintangan antar
bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan pabrikasi sejak
awal proyek. Masing-masing tim anggota kerja sama pentingnya dan
memiliki sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.
7. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan
menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan.
Hal ini sangat membantu menjaga proyek terhadap perubahan-perubahan
personalia yang tidak dapat diperkirakan terlebih dulu.
Penentuan karakteristik bertujuan untuk mengetahui selera konsumen
terhadap produk. Hal ini dapat dilakukan dengan metode (Quality Function
Deployment), yaitu menterjemahkan selera konsumen dalam bentuk atribut-atribut
produk yang sesuai dengan karakteristik teknis. QFD adalah suatu matriks yang
sistematis, menggambarkan pendekatan yang dilakukan untuk merancang produk
yang berkualitas.Dasar dari QFD adalah filosofi TQM (Total Quality
Management). Dalam QFD menggunakan suatu matriks yang disebut sebagai
House of Quality, dimana matriks ini dapat menterjemahkan keinginan konsumen
ke dalam karakteriatik desain. Contoh QFD dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Sumber : https://www.google.com/
10
QFD, seperti yang telah didefinisikan, merupakan alat yang mampu
mengorientasikan desain produk menuju urgensi nyata untuk pengguna akhir.
Dalam hal ini telah mewakili sebuah alat yang jelas dan ampuh untuk menelurkan
rencana proyek secara terstruktur dan selesai cara. Biasanya, ini digunakan
sebelum memulai kegiatan pembangunan, rekayasa, dan produksi produk atau
layanan baru .
Peran QFD diilustrasikan dalam lingkaran komunikasi perusahaan yang
ditunjukkan pada Gambar 2.5. Persyaratan pelanggan mengikuti lingkaran
komunikasi perusahaan dan kembali ke pelanggan dalam bentuk produk baru.
10
Franceschini, Fiorenzo., 2002, Advanced Quality Function Deployment, London: ST. Lucie
Press hlm. 24-29
Terlalu sering, namun, dalam proses komunikasi kata-kata semacam ini di dalam
perusahaan ditemukan bahwa persyaratan pelanggan tidak cukup diterjemahkan
dalam bentuk passing dari satu fungsi ke fungsi lainnya. QFD adalah instrumen
yang mencegah kelemahan tersebut dengan memiliki produk baru melalui
berbagai fungsi perusahaan, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan
organisasi horizontal perusahaan.
Sumber : Franceschini, Fiorenzo., 2002, Advanced quality function deployment, London: ST.
Lucie Press hlm. 24
Gambar 2.4. Lingkaran Komunikasi Perusahaan Mendistorsi Informasi
Pelanggan
Pentingnya QFD sebagai alat berasal dari kenyataan bahwa kedua pelanggan
dan perusahaan terpaksa membuat usaha untuk mengatur proyek sesuai
dengan petunjuk yang tercantum dalam formulir yang disodorkan. Akibatnya
dokumennya. Dengan demikian, diperoleh titik acuan umum untuk revisi desain
dan analisis detail secara berturut-turut.
Formulir 1 (matriks perencanaan produk) ini membandingkan persyaratan
utama pelanggan (persyaratan pengguna) dengan karakteristik produk (atribut
produk), yang merupakan syarat teknis yang diperlukan untuk membuat
spesifikasi produk sesuai dengan harapan pelanggan. Matriks yang diperoleh
mendefinisikan hubungan yang terjadi antara kedua elemen dan prioritas timbal
baliknya. Selanjutnya, memungkinkan pengguna untuk mengembangkan
perbandingan antara karakteristik produk dan kinerja pesaing terbaik yang ada di
pasar (benchmarking).
Formulir 2 (matriks penyebaran bagian) ini membandingkan karakteristik
produk dengan persyaratan komponen yang lebih penting (subsistem) dimana
produk dapat dipecah (karakteristik bagian kritis).
Formulir 3 (matriks perencanaan proses) ini menghubungkan karakteristik
subsistem tunggal dengan proses produksi masing-masing (langkah proses kritis).
Formulir 4 (matriks kontrol kualitas dan proses) ini mendefinisikan parameter
dan metode pemeriksaan inspeksi dan kualitas yang akan digunakan dalam proses
produksi setiap langkah proses (langkah proses pengendalian mutu). Dalam
bentuk ini, khususnya, masing-masing langkah proses kritis ditetapkan, serta
parameter kontrol proses relatif, titik kontrol, metode kontrol, ukuran sampel,
frekuensi, dan metode cek.
Struktur yang digambarkan pada gambar diatas adalah urutan logis dari
bentuk yang digunakan. Selain bentuk yang dijelaskan sebelumnya [Crow, 1992],
yang lain dapat digunakan untuk aplikasi tertentu, misalnya, ketika entitas proyek
sedemikian rupa sehingga harus selalu dipecah menjadi serangkaian subproyek
yang kurang kompleks.
11
Op.Cit, hlm. 161-167.
baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Morphological chart berisi elemen-
elemen, komponen, atau sub-sub solusi yang lengkap yang dapat dikombinasikan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Mendaftar/membuat daftar yang penting bagi sebuah produk. Daftar tersebut
haruslah meliputi seluruh fungsi pada tingkat generalisasi yang tepat.
2. Daftar setiap fungsi yang dapat dicapai yang menentukan komponen apa saja
untuk mencapai fungsi. Daftar tersebut meliputi gagasan baru sebagaimana
komponen-komponen yang ada dari bagian solusi.
3. Menggambar dan membuat sebuah chart untuk mencantumkan semua
kemungkinan-kemungkinan hubungan solusi.
4. Identifikasi kelayakan gabungan/kombinasi sub-sub solusi. Jumlah total dari
kombinasi tersebut mungkin sangat banyak sehingga pencarian strategis
mungkin harus berpedoman ada konstrain atau kriteria.
Langkah-langkah metode morfological chart:
1. Buat dalam daftar/tabel ciri atau fungsi yang perlu dari suatu produk.
Maksud dari pembuatan daftar/tabel ini adalah untuk mencoba membangun
aspek-aspek yang perlu yang harus digabungkan ke dalam suatu produk
dimana hal tersebut mungkin untuk dilakukan.
2. Membuat daftar dari ciri-ciri atau fungsi yang mungkin akan dicapai.
Daftar yang kedua merupakan sub solusi yang dilakukan secara individual
yang mana saat menggabungkan satu dari daftar/tabel maka ciri tersebut akan
membentuk suatu solusi rancangan secara menyeluruh.
3. Menggambar grafik yang memuat semua sub fungsi yang mungkin
Grafik morfologi ini disusun dari daftar sebelumnya. Pertama adalah jaringan
dalam bentuk bujur sangkar kosong yang sederhana. Ke sebelah sisi kiri
adalah daftar ciri-ciri fungsi yang perlu dimana daftarnya sudah dibuat
terlebih dahulu. Kemudian di seberang tiap baris grafik dimasukan daftar
kedua yang sesuai dengan sub solusi dengan maksud untuk mencapai fungsi
kedua, dan tujuan yang dapat dicapai pada fungsi ketiga dan seterusnya.
4. Mengidentifikasi kelayakan kombinasi suatu sub solusi
Untuk setiap produk, jelasnya setiap tingkatan yang tepat dari kombinasi yang
mungkin terbentuk dapat berupa angka yang sangat besar. Beberapa di antara
kombinasi ini mungkin juga angka kecil yang dapat dipakai dan beberapa di
antaranya juga kemungkinan terdapat angka yang cukup bagus namun
merupakan solusi yang tidak mungkin untuk alasan atau karena pasangan sub
solusinya bertentang.
12
Ibid, hlm 177-178.
13
Ibid, hlm 207-216.
Merancang sesungguhnya berkaitan dengan penambahan nilai. Sewaktu
bahan mentah menjadi suatu produk, nilainya ditambah sampai melewatyi biaya
pokok bahan-bahan dan prosesnya. Berapa banyak nilai yang ditambahkan
tergantung kepada seberapa berharganya suatu produk bagi pembeli dan persepsi
itu sebenarnya ditentukan oleh atribut produk yang disediakan oleh perancang.
14
Iftikar Z., Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja, (Bandung: Penerbit ITB) hlm. 15-19
Dalam tahun 1947, ASME (American Society of Mechanical Engineer)
membuat lambang-lambang yang terdiri dari 5 macam lambanhg. Lambanh-
lambang poeta kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Lambang-lambang Peta Kerja
No. Simbol Nama Simbol Keterangan
Kegiatan operasi terjadi apabila benda
kerja mengalami perubahan sifat, baik
fisik maupun kimiawi, mengambil
1. Operasi
informasi maupun memberikan informasi
pada suatu kejadian juga temasuk
operasi.
Kegiatan transportasi terjadi apabila
benda kerja, pekerja atau perlengkapan
2. Transportasi mengalami perpindahan tempat yang
bukan merupakan bagian dari suatu
operasi.
Kegiatan pemeriksaan terjadi apabila
benda kerja atau peralatan mengalami
3. Pemeriksaan
pemeriksaan baik untuk segi kualitas
maupun kuantitas.
Proses menunggu terjadi apabila benda
kerja, pekerja atau peralatan tidak
4. Menunggu
mengalami kegiatan apa-apa selain
menunggu (biaanya sebentar).
15
Ibid. hlm. 28