Anda di halaman 1dari 22

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Perancangan Produk1


Salah satu karakteristik manusia adalah mereka selalu berusaha
menciptakan sesuatu, baik alat atau benda lainnya untuk membantu kehidupan
mereka. Untuk mewujudkan benda tersebut diperlukan suatu rancangan dan
desain. Hal itu tidak dilakukan oleh masyarakat tradisional, pada masa lalu, dapat
dikatakan tidak ada kegiatan penggambaran ataupun pemodelan sebelum kegiatan
suatu benda dilakukan. Pada saat sekarang, pada masyarakat industri khususnya,
kegiatan merancang dan pembuatan benda merupakan kegiatan yang terpisah.
Proses pembuatan tidak akan berjalan baik sebelum kegiatan perancangan
diselesaikan. Dari hasil perancangan akan diketahui deskripsi dari benda yang
akan dibuat. Hal ini akan sangat memudahkan proses pembuatannya, maka dari
itu, kegiatan perancangan adalah hal yang penting dan mutlak dilakukan sebelum
proses produksi suatu benda.
Menghasilkan produk sesuai dengan yang dibutuhkan manusia adalah
hal yang ingin dicapai dari proses perancangan. Salah satu caranya adalah dengan
merancang dengan berorientasi terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Keinginan setiap manusia tersebut dibuat dalam perancangan produk melalui
pengembangan secara komputer dan analisa teknik, yang dapat diproses secara
teratur, penentuan waktu untuk mengonsumsikannya dan termasuk dalam
memasarkannya. Perancangan produk berarti sudah termasuk didalamnya setiap
aspek teknikal dari produk, mulai dari pertukaran atau penggantian komponen
dalam pembuatan, perakitan, pelayanan sampai pada kekurangannya. Sebuah
produk seharusnya dikerjakan lebih dari operasi biasa untuk meningkatkan market
place-nya, yaitu mempertimbangkan seluruh harga-harga, seluruh kelengkapan
dan target segmen pasar yang terdiri dari dua elemen yaitu visualisasi dan
fungsionalnya.

1
Rosnani Ginting, Sistem Produksi. (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2012) h. 103-104.
2.2. Metode Perancangan Produk2
Metode perancangan produk adalah tiap-tiap prosedur, teknik dan alat
bantu tertentu yang mempresentasikan sejumlah aktivitas tertentu yang digunakan
oleh perancang dalam proses total perancangan. Terdapat dua metode perancangan
produk yaitu metode kreatif dan metode rasional.

2.2.1. Metode Kreatif


Metode perancangan ini bertujuan untuk membantu menstimulasi
pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi gagasan, menyisihkan
hambatan mental terhadap kreativitas atau dengan cara memperluas area
pencarian solusi. Metode kreatif ini terdiri dari : brainstorming dan sinektik.

2.2.1.1. Brainstorming
Brainstorming bertujuan untuk menstimulasikan sekelompok orang
untuk menghasilkan sejumlah besar gagasan dengan cepat. Orang yang terlibat
sebaiknya tidak homogen dan mengenal persoalan. Aturan dalam brainstorming :
1. Kelompok harus bersifat non-hirarkial.
2. Pemimpin kelompok berperan sebagai fasilitator.
3. Kelompok diharapkan menghasilkan sebanyak-banyaknya jumlah gagasan.
4. Tidak dibenarkan memberikan kritik terhadap gagasan.
5. Gagasan kelihatan ‘aneh’ tetap diterima.
6. Usahakan semua gagasan dinyatakan secara singkat dan jelas.
7. Suasana selama brainstorming berlangsung relaks dan bebas.
8. Kegiatan brainstorming sebaiknya dilakukan dalam waktu tidak lebih dari 20-
30 menit.
Aktivitas dalam brainstorming, yaitu:
1. Membentuk kelompok dan menetapkan pimpinan.
2. Menginformasikan aturan-aturan dalam brainstorming.
3. Pemimpin kelompok melontarkan pernyataan permasalahan awal.

2
Rosnani Ginting, Perancangan Produk (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), h. 28-30
4. Masing-masing anggota diberi waktu tenang beberapa menit untuk menggali
gagasan.
5. Setiap anggota diminta untuk menuliskan gagasannya pada kartu sendiri.
6. Antar anggota kelompok saling bertukar kartu satu sama lain.
7. Berikan waktu istirahat sejenak agar masing-masing anggota memiliki
kesempatan untuk berefleksi dan mencari gagasan-gagasan baru mengacu pada
gagasan rekannya kemudian dituliskan dalam bentuk kartu yang baru.
8. Kumpulkan kartu-kartu dan setelah periode tertentu dilakukan evaluasi.

2.2.1.2. Sinektik
Sinektik bertujuan untuk mengarahkan aktivitas spontan pemikiran ke
arah eksplorasi dan tranformasi masalah-masalah perancangan. Sinektik adalah
suatu aktivitas kelompok yang mencoba membangun, mengkomunikasikan, dan
mengembangkan gagasan untuk memberikan solusi kreatif terhadap permasalahan
perancangan. Pelaksanaan sinektik tidak diperkenankan adanya kritik dan
dihasilkan satu solusi tunggal. Ciri utama dari sinektik adalah membangkitkan
analogi, yang terdiri dari:
1. Analogi langsung
2. Analogi personal
3. Analogi simbolik
4. Analogi fantasi
Metode pelaksanaan sinektik :
1. Membentuk kelompok yang terdiri dari para anggota yang selektif
2. Melatih para anggota kelompok dalam menggunakan analogi untuk
membangkitkan aktivitas spontan otak/pikiran terhadap persoalan
3. Memaparkan masalah perancangan kepada kelompok sama seperti yang
dinyatakan oleh klien atau manajemen perusahaan
4. Menggunakan analogi-analogi untuk mencari solusi
2.2.2. Metode Rasional3
Metode yang lebih umum dianggap sebagai metode perancangan daripada
teknik kreativitas adalah metode rasional yang mendorong pendekatan sistematis
untuk merancang. Meskipun demikian, metode rasional ini seringkali memiliki
tujuan yang sama dengan metode kreatif, seperti memperluas ruang pencarian
untuk solusi potensial, atau memfasilitasi kerja tim dan kelompok pengambilan
keputusan Jadi, tidak selalu benar bahwa metode rasional entah bagaimana
merupakan kebalikan dari metode kreatif.
Banyak perancang yang mencurigai metode rasional, karena khawatir
mereka adalah jaket pengaman, atau kreativitas mereka akan melumpuhkannya.
Ini adalah kesalahpahaman tentang maksud desain sistematis, yang dimaksudkan
untuk memperbaiki kualitas keputusan desain, dan karenanya produk akhir.
Metode kreatif dan metode rasional adalah aspek komplementer dari pendekatan
sistematis untuk merancang. Alih-alih jaket pengaman, mereka harus dilihat
sebagai jaket pengaman, membantu perancang - terutama perancang mahasiswa -
untuk tetap mengapung.
4
Tahapan-tahapan dalam proses perancangan dengan Nigel Cross dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tahap-tahap dalam Proses Perancangan dengan Nigel Cross
Tahap dalam Proses Metode yang
No Tujuan
Perancangan Relevan
Klasifikasi Tujuan Mengklarifikasi tujuan-tujuan dari sub
1 Objectives Trees
(Clarifying Object) perancangan, serta hubungan satu sama lain
Penetapan Fungsi Function Analysis Menetapkan fungsi-fungsi yang diperlukan
2 (Establishing (Analisis dan batas-batas sistem rancangan produk
Function) Fungsional) yang baru
Menyusun Membuat spesifikasi kinerja yang akurat dari
Performance
3 Kebutuhan suatu solusi rancangan yang diperlukan
Specification
(Seting Requirement)
Penentuan Menetapkan target yang akan dicapai oleh
Karakteristik Quality Function karakteristik teknis produk sehingga dapat
4
(Determining Development mewujudkan kebutuhan konsumen
Characteristics)
Tabel 2.1. Tahap-tahap dalam Proses Perancangan dengan Nigel Cross

3
Nigel Cross, Engineering Design Methods: Strategies for Product Design, ( New York:
John Wiley & Sons, 1989), h. 56
4
Rosnani Ginting, Op. cit. h. 32
Tahap dalam Proses Metode yang
No Tujuan
Perancangan Relevan
Menetapkan serangkaian alternatif solusi
Penentuan Alternatif
Morphological perancangan yang lengkap untuk suatu
5 (Generating
Chart produk dan memperluas pencarian solusi
Alternatives)
baru yang potensial
Evaluasi Alternatif Weighted Membandingkan nilai untilitas dari proposal
6 (Evaluating Objectives (Beban alternatif rancangan berdasarkan performansi
Alternatif) Objektif) dan pembobotan yang berbeda
Meningkatkan atau mempertahankan nilai
Komunikasi Value Engineering
7 dari suatu produk kepada pembeli dan di sisi
(Improving Details) (Rekayasa Nilai)
lain mengurangi biaya bagi produsen
Sumber: Rosnani Ginting, Perancangan Produk, h.32

Perancangan produk menurut Nigel Cross terbagi atas tujuh langkah yang
mempunyai yang masing-masing mempunyai metode tersendiri. Ketujuh langkah
tersebut diuraikan pada Gambar 2.1.

Sumber: Nigel Cross, Engineering Design Methods: Strategies for Product Design h. 58
Gambar 2.1. Langkah-langkah Perancangan Produk Nigel Cross

2.2.2.1. Klarifikasi Tujuan5

5
Rosnani Ginting. Op. cit. h. 97-113
Klasifikasi tujuan (clarifying objectives) ini dilakukan untuk menentukan
tujuan perancangan. Metode yang digunakan adalah pohon tujuan (objectives
Trees). Dengan pohon tujuan, kita akan dapat mengidentifikasikan tujuan dan sub
tujuan dari perancangan suatu produk beserta hubungan antara keduanya yaitu
dalam bentuk diagram yang menunjukkan hubungan yang hierarki antara tujuan
dengan sub tujuannya. Percabangan pada pohon tujuan merupakan hubungan yang
menunjukkan cara untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode pohon tujuan memberikan format yang jelas dan bermanfaat
bagi beberapa tujuan. Ini memperlihatkan tujuan dan cara umum untuk
mencapainya yang masih terus dipertimbangkan. Ini akan memperlihatkan bentuk
diagramatik dimana tujuan yang berbeda akan saling berhubungan satu sama lain,
dan pola hirarki tujuan dan sub tujuan. Prosedur untuk pencapaian pohon tujuan
ini akan membantu memperjelas tujuan dan mencapai kesepakatan di antara klien,
manajer, dan anggota tim desain.
Prosedur pembuatan pohon tujuan adalah:
a. Membuat daftar tujuan perancangan.
b. Susun daftar dalam urutan tujuan dari higher-level kepada lower-level
c. Gambarkan sebuah diagram pohon tujuan, untuk menunjukkan hubungan-
hubungan yang hierarki.
Contoh dari pohon tujuan dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Sumber: Kelompok VIII Gelombang III
Gambar 2.2. Diagram Pohon Tujuan Pembuatan Tong Sampah
2.2.2.2. Penetapan Fungsi6
Dari metode pohon tujuan kita melihat maksud permasalahan yang
mempunyai banyak tingkatan perbedaan yang umun maupun secara rinci. Dengan
nyata tingkat permasalahan memberi arti penting bagi perancang. Ada perbedaan
besar antara mempertanyakan merancang sebuah telepon genggam dan merancang
sebuah sistem telekomunikasi.
Tujuan dari metode analisis fungsi adalah untuk menetapkan fungsi-fungsi
yang diperlukan dan batas-batas sistem rancangan produk yang baru. Untuk itu
digunakan Metode Analisis Fungsi (Analysis Function Method) yang
menggambarkan sistem input-output dari proses pembuatan produk dengan
prinsip blackbox. Berikut adalah prosedur analisis fungsional.
1. Menyusun fungsi sitem secara keseluruhan dalam bentuk transformasi input/
output.
2. Mengelompokkan sub-sub fungsi.
3. Menggambar blok diagram.
4. Menggambar pembatasan sistem.
5. Mencari komponen yang sesuai untuk menghasilkan sub fungsi dan interaksi
diantara sub-sub fungsi tersebut.
Titik pangkal untuk metode ini adalah untuk rancangan masa proses
memusatkan pada apa yang diperoleh perubahan dari pemasukan kepada
rancangan baru dan tidak mementingkan bagaimana diperolehnya yang paling
sederhana dan cara yang sangat mendasar dari perancangan produk, yang
digambarkan secara sederhana dalam kotak hitam.

BLACK BOX
INPUT OUTPUT

Sumber: Rosnani Ginting, Perancangan Produk, h. 111.

Gambar 2.3. Black Box

2.2.2.3. Penetapan Kebutuhan7

6
ibid., h. 109
7
Ibid., h. 125
Setelah fungsi deitetapkan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan
keperluan. Langkah ketiga ini bertujuan untuk membuat spesifikasi pembuatan
yang akurat yang perlu bagi desain/rancangan. Metode yang digunakan pada
langkah ini adalah perfomance specifiacation model, yang prosedur
pelaksanaannya adalah
1. Mempertimbangkan tingkatan-tingkatan solusi yang berbeda yang dapat
diaplikasikan.
2. Menentukan tingkatan untuk beroperasi
3. Identifikasi atribut-atribut perfomansi yang diinginkan dengan 5W, yaitu:
a. What (apa)
Produk apa yang akan dirancang?
b. Who (siapa)
Kepada siapa produk ini akan dipasarkan?
c. Why (mengapa)
Mengapa produk ini dibuat?
d. Where (dimana)
Dimana produk ini digunakan?
e. When (kapan)
Kapan produk ini digunakan?
4. Menentukan kebutuhan perfomansi untuk setiap atribut

2.2.2.4. Penentuan Karakteristik8


QFD adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa
dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungannya dengan
ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap
pembuatan barang dan jasa yang dihasilkan. Penyebaran fungsi mutu (Quality
Function Deployment) adalah alat perencanaan yang dibutuhkan untuk membantu
bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika
menyusun spesifikasi desain dan fabrikasi.
Manfaat-manfaat utama QFD sebagai berikut:
1. Memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan.
Memastikan bahwa kebutuhan pelanggan dipahami dan proses desain
didorong oleh kebutuhan pelanggan yang objektif dan teknologi.
2. Mengutamakan kegiatan-kegiatan desain. Hal ini memastikan bahwa proses
desain dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti.

8
Ibid, h. 135-157.
3. Menganalisis kinerja produk perusahaan yang utama untuk memenuhi
kebutuhan para pelanggan utama.
4. Dengan berfokus pada upaya perancangan, hal tersebut akan mengurangi
lamanya waktu yang diperlukan untuk daur ulang rancangan secara
keseluruhan sehingga dapat mengurangi waktu untuk memasarkan produk-
produk baru. Perkiraan- perkiraan baru memperlihatkan adanya penghematan
antara sepertiga sampai setengah dibandingkan sebeum dilakukan QFD.
5. Mengurangi banyaknya perubahan desain setelah dikeluarkan dengan
memastikan upaya yang difokuskan pada tahap perencanaan. Hal yang penting
ini mengurangi biaya mengenalkan desain baru.
6. Mendorong terselengganya tim kerja dan menghancurkan rintangan antar
bagian dengan melibatkan pemasaran, rekayasa teknik, dan pabrikasi sejak
awal proyek. Masing-masing tim anggota kerja sama pentingnya dan memiliki
sesuatu untuk disumbangkan kepada proses.
7. Menyediakan suatu cara untuk membuat dokumentasi proses dan
menyediakan suatu dasar yang kukuh untuk mengambil keputusan rancangan.
Hal ini sangat membantu menjaga proyek terhadap perubahan-perubahan
personalia yang tidak dapat diperkirakan terlebih dulu.
Penentuan karakteristik bertujuan untuk mengetahui selera konsumen
terhadap produk. Hal ini dapat dilakukan dengan metode (Quality Function
Deployment), yaitu menterjemahkan selera konsumen dalam bentuk atribut-atribut
produk yang sesuai dengan karakteristik teknis. QFD adalah suatu matriks yang
sistematis, menggambarkan pendekatan yang dilakukan untuk merancang produk
yang berkualitas.Dasar dari QFD adalah filosofi TQM (Total Quality
Management). Dalam QFD menggunakan suatu matriks yang disebut sebagai
House of Quality, dimana matriks ini dapat menterjemahkan keinginan konsumen
ke dalam karakteriatik desain. Contoh QFD dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Sumber: Rosnani Ginting, Perancangan Produk, h.157
Gambar 2.4. Contoh QFD

2.2.2.4.1. Quality Function Deployment Approach 9

9
Fiorenzo Franceschini, Advanced Quality Function Deployment, (London: ST. Lucie Press,
2002), h. 24-27
Proses QFD dimulai ketika berusaha untuk menentukan kebutuhan,
yang biasanya dinyatakan dalam karakteristik kualitatif, secara luas didefinisikan
sebagai, misalnya, menyenangkan untuk dilihat, mudah digunakan, bekerja
dengan benar, aman, tahan lama, bergaya, nyaman, dll. Selama proses
pengembangan produk, persyaratan pelanggan secara berturut-turut diubah
menjadi persyaratan internal perusahaan, yang disebut spesifikasi desain
Peran QFD diilustrasikan dalam lingkaran komunikasi perusahaan yang
ditunjukkan pada Gambar 3.1. Persyaratan pelanggan mengikuti lingkaran
komunikasi perusahaan dan kembali ke pelanggan dalam bentuk produk baru.
Terlalu sering, namun, dalam proses komunikasi kata-kata semacam ini di dalam
perusahaan ditemukan bahwa persyaratan pelanggan tidak cukup diterjemahkan
dalam bentuk passing dari satu fungsi ke fungsi lainnya. QFD adalah instrumen
yang mencegah kelemahan tersebut dengan memiliki produk baru melalui
berbagai fungsi perusahaan, sehingga berkontribusi terhadap peningkatan
organisasi horizontal perusahaan.

Sumber : Franceschini, Fiorenzo., 2002, Advanced Quality Function Deployment, London: ST.
Lucie Press hlm. 24
Gambar 2.5. Lingkaran Komunikasi Perusahaan Mendistorsi Informasi
Pelanggan

Pentingnya QFD sebagai alat berasal dari kenyataan bahwa kedua


pelanggan dan perusahaan terpaksa membuat usaha untuk mengatur proyek sesuai
dengan petunjuk yang tercantum dalam formulir yang disodorkan. Akibatnya
dokumennya. Dengan demikian, diperoleh titik acuan umum untuk revisi desain
dan analisis detail secara berturut-turut.
1. Formulir 1 (matriks perencanaan produk)
Ini membandingkan persyaratan utama pelanggan (persyaratan pengguna)
dengan karakteristik produk (atribut produk), yang merupakan syarat teknis
yang diperlukan untuk membuat spesifikasi produk sesuai dengan harapan
pelanggan. Matriks yang diperoleh mendefinisikan hubungan yang terjadi
antara kedua elemen dan prioritas timbal baliknya. Selanjutnya,
memungkinkan pengguna untuk mengembangkan perbandingan antara
karakteristik produk dan kinerja pesaing terbaik yang ada di pasar
(benchmarking).
2. Formulir 2 (matriks penyebaran bagian)
Ini membandingkan karakteristik produk dengan persyaratan komponen yang
lebih penting (subsistem) dimana produk dapat dipecah (karakteristik bagian
kritis).

Sumber : Franceschini, Fiorenzo., 2002, Advanced quality function deployment, London: ST.
Lucie Press hlm. 27
Gambar 2.6. Urutan Logis Bentuk QFD
3. Formulir 3 (matriks perencanaan proses)
Ini menghubungkan karakteristik subsistem tunggal dengan proses produksi
masing-masing (langkah proses kritis).
4. Formulir 4 (matriks kontrol kualitas dan proses)
Ini mendefinisikan parameter dan metode pemeriksaan inspeksi dan kualitas
yang akan digunakan dalam proses produksi setiap langkah proses (langkah
proses pengendalian mutu). Dalam bentuk ini, khususnya, masing-masing
langkah proses kritis ditetapkan, serta parameter kontrol proses relatif, titik
kontrol, metode kontrol, ukuran sampel, frekuensi, dan metode cek.
Struktur yang digambarkan pada gambar diatas adalah urutan logis dari
bentuk yang digunakan. Selain bentuk yang dijelaskan sebelumnya [Crow, 1992],
yang lain dapat digunakan untuk aplikasi tertentu, misalnya, ketika entitas proyek
sedemikian rupa sehingga harus selalu dipecah menjadi serangkaian subproyek
yang kurang kompleks.

2.2.2.5. Membangkitkan Alternatif10


Pembangkitan alternatif merupakan suatu proses perancangan yang
berguna untuk membangkitkan alternatif-alternatif yang dapat mencapai solusi
terhadap permasalahan perancangan. Metode yang dipakai adalah Morphological
Chart.
Morphological chart adalah suatu daftar atau ringkasan dari analisis
perubahan bentuk secara sistematis untuk mengetahui bagaimana bentuk suatu
produk dibuat. Di dalam chart ini dibuat kombinasi dari berbagai kemungkinan
solusi untuk membentuk produk-produk yang berbeda atau bervariasi. Kombinasi
yang berbeda dari sub solusi dapat dipilih dari chart mungkin dapat menuju solusi
baru yang belum teridentifikasi sebelumnya. Morphological chart berisi elemen-
elemen, komponen, atau sub-sub solusi yang lengkap yang dapat dikombinasikan.
Langkah-langkah metode morfological chart:
a. Buat dalam daftar/tabel ciri atau fungsi yang perlu dari suatu produk.
Maksud dari pembuatan daftar/tabel ini adalah untuk mencoba membangun
aspek-aspek yang perlu yang harus digabungkan ke dalam suatu produk
dimana hal tersebut mungkin untuk dilakukan.
b. Membuat daftar dari ciri-ciri atau fungsi yang mungkin akan dicapai.

10
Rosnani Ginting, Op.Cit, h. 161-167.
Daftar yang kedua merupakan sub solusi yang dilakukan secara individual
yang mana saat menggabungkan satu dari daftar/tabel maka ciri tersebut akan
membentuk suatu solusi rancangan secara menyeluruh.
c. Menggambar grafik yang memuat semua sub fungsi yang mungkin
Grafik morfologi ini disusun dari daftar sebelumnya. Pertama adalah jaringan
dalam bentuk bujur sangkar kosong yang sederhana. Ke sebelah sisi kiri
adalah daftar ciri-ciri fungsi yang perlu dimana daftarnya sudah dibuat
terlebih dahulu. Kemudian di seberang tiap baris grafik dimasukan daftar
kedua yang sesuai dengan sub solusi dengan maksud untuk mencapai fungsi
kedua, dan tujuan yang dapat dicapai pada fungsi ketiga dan seterusnya.
d. Mengidentifikasi kelayakan kombinasi suatu sub solusi
Untuk setiap produk, jelasnya setiap tingkatan yang tepat dari kombinasi yang
mungkin terbentuk dapat berupa angka yang sangat besar. Beberapa di antara
kombinasi ini mungkin juga angka kecil yang dapat dipakai dan beberapa di
antaranya juga kemungkinan terdapat angka yang cukup bagus namun
merupakan solusi yang tidak mungkin untuk alasan atau karena pasangan sub
solusinya bertentang.
Contoh Morphological Chart untuk produk sepeda mini dapat dilihat pada
Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Morphological Chart


Cara Mencapai Fungsi
Fungsi
1 2 3
Bentuk Angka 7 Busur panah Kuping cangkir
Warna Putih metal Kuning Coklat kayu
Hiasan Bunga garis Bidak catur
Keergonomisan ada tempat peletakan jari Sesuai antropometri tangan ada pembagian tekanan jari
Ukuran 20x10x6 23x8x6 25x8x8
Fungsi tambahan Menggantung pesan Tempat kunci Tempat bel
Bahan tambahan Plastik Kayu Timah putih
Harga Rp. 75.000 Rp. 100.000 Rp. 120.000
Daya tahan 12 tahun 15 tahun 10 tahun

Sumber: Rosnani Ginting. Perancangan Produk

2.2.2.6.Evaluasi Alternatif11
Evaluasi alternatif merupakan suatu proses penentuan alternatif terbaik
dari berbagai macam alternatif yang muncul, sehingga diperoleh suatu rancangan
yang baik dan dapat memenuhi keinginan konsumen.
Langkah-langkah evaluasi alternatif adalah:
1. Membuat daftar tujuan perancangan. Daftar ini merupakan modifikasi dari
daftar awal. Pohon tujuan juga dapat digunakan untuk maksud ini.
2. Menyusun sebuah daftar tujuan dan sub tujuan dari tingkatan yang tinggi ke
tingkatan yang rendah. Metode yang digunakan adalah weighted objectives.
3. Membuat bobot relatif
Alternatif 1 dari setiap tujuan. Pemberian
Alternatif 2 bobot juga bisa
Alternatif 3
menggunakan perbedaan nilai dari setiap pohon tujuan sehingga jumlah total
bobot bernilai 1.
4. Menciptakan parameter pelaksanaan/nilai kegunaan untuk masing-masing
tujuan. Baik tujuan kualitatif maupun kuantitatif sebaiknya dibuat dalam skala
yang lebih sederhana.
5. Menghitung dan membandingkan nilai relatif dari setiap alternatif
perancangan. Perkalian setiap skor parameter dengan bobot nilainya.
Alternatif terbaik memiliki jumlah nilai terbesar. Perbandingan dan analisis
profil nilai mungkin akan lebih baik dalam perancangan dari pada hanya
sekedar memilih nilai terbesar.

2.2.2.7.Improving Details12
Banyak pekerjaan perancangan dalam praktek tidak dikaitkan dengan
kreasi atas konsep perancangan baru yang radikal, tetapi pembuatan modifikasi
untuk mewujudkan rancangan produk. Modifikasi ini berusaha mengembangkan

11
Ibid., h.177-178.
12
Ibid., h.207-216.
suatu produk, meningkatkan penampilannya, mengurangi berat, menurunkan
biaya, dan mempertinggi daya tariknya. Semua bentuk modifikasi biasanya dapat
dibagi ke dalam dua tipe, yaitu modifikasi yang bertujuan meningkatkan nilai
produk untuk pembeli dan mengurangi biaya bagi produsen dan nilainya untuk
pembeli.
Kerja dari suatu perancangan yang baik dalam prakteknya tidalk
berhubungan dengan kreasi dari konsep perancangan yang baru, tetapi dengan
membuat suatu modifikasi untuk mewujudkan suatu rancangan produk.
Modifikasi ini mencoba menemukan memperbaiki produk, memperbaiki
pekerjaan, mengurangi bobotnya, menurunkan biaya, memperbaiki penampilan
dan sebagainya.
Prosedur pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:
1. Urutkan atau pisahkan komponen dan identifkasi fungsi-fungsi setiap
komponen.
2. Menentukan identitas berdasarkan fungsi.
3. Menentukan biaya tetap komponen.
4. Mencari cara mengurangi biaya tanpa menurunkan nilai, atau menambah nilai
tanpa memperbesar biaya.
5. Mengevaluasi alternatif dan pilih yang terbaik.

2.3. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)13


Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menunujukkan urutan-
urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu dan penyimpanan yang
terjadi selama satu proses atau prosedure berlangsung, serta didalamnya memuat
pula informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa seperti waktu yang
dibutuhkan dan jarak perpindahan.
Dari sedikit uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua
hal utama yang membedakan antara Peta Proses Operasi dengan Peta Aliran
Proses, yaitu:

13
Iftikar Sutalaksana, dkk, Teknik Tata Cara Kerja, (Bandung: ITB, 1979), h. 28
1. Peta Aliran Proses memperlihatkan semua aktivitas-aktivitas dasar, termasuk
transportasi, menunggu dan menyimpan. Sedangkan pada Peta Proses Operasi,
terbatas pada operasi dan pemeriksaan saja.
2. Pada Aliran Proses menganalisa setiap komponen yang diproses secara lebih
lengkap dibanding Peta Proses Operasi, dan memungkinkan untuk digunakan
disetiap proses atau prosedure, baik di pabrik atau kantor. Sebagai
konsekwensinya, Peta Aliran Proses tidak bisa digunakan untuk
menggambarkan proses perakitan secara keseluruhan. Biasanya suatu Peta
Aliran Proses hanyalah menggambarkan dan digunakan untuk menganalisa
salah satu komponen dari produk yang dirakit.
Peta Aliran Proses pada umumnya terbagi menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Peta Aliran Proses tipe bahan
2. Peta Aliran Proses tipe orang
Peta Aliran Proses tipe bahan, ialah suatu peta yang menggambarkan
kejadian yang dialami bahan (bisa merupakan salah satu bagian dari produk jadi)
dalam suatu proses atau prosedur operasi. Untuk Peta Aliran Proses tipe bahan,
lebih disukai peta yang menggambarkan tiap komponen satu persatu, disamping
lebih sederhana, proses penganalisaannya akan lebih mudah. Contoh penggunaan
peta ini dalam praktek, misalnya untuk menggambarkan aliran yang dialami bahan
saat penerimaan, pengepakan, dan pengiriman.
Peta Aliran proses tipe orang pada dasarnya bisa dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
1. Peta Aliran Proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang operator.
2. Peta Aliran Proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja sekelompok
manusia, sering disebut Peta Proses Kelompok kerja.
Peta aliran tipe orang adalah suatu jenis peta yang menggambarkan suatu
proses dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusianya. Peta ini merupakan gambar
simbolis dan sistematis dari suatu metode kerja yang dijalani oleh seseorang atau
oleh sekelompok pekerja ketika pekerjaannya membutuhkan untuk bergerak dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Dalam prakteknya peta ini bisa digunakan untuk
menggambarkan aktivitas-aktivitas yang terjadi di suatu restoran, dimana seorang
juru masak bekerja untuk mempersiapkan santapan didapur restoran tersebut.
Kegunaan umum dari suatu Peta Aliran Proses, sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai dari
awal masuk dalam suatu proses atau prosedur sampai aktivitas terakhir.
2. Peta ini bisa memberikan informasi mengenai waktu penyelesaian suatu
proses atau prosedur.
3. Bisa digunakan untuk mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau
dilakukan oleh orang selama proses atau prosedur berlangsung.
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.
5. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan proses atau metode kerja.
6. Khusus untuk peta yang hanya menggambarkan aliran yang di alami oleh
suatu komponen atau satu orang, secara lebih lengkap, maka peta ini
merupakan suatu alat yang akan mempermudah proses analisa untuk
mengetahui tempat-tempat dimana terjadi ketidakefisienan atau terjadi
ketidaksempurnaan pekerjaan, sehingga dengan sendirinya dapat digunakan
untuk menghilangkan ongkos-ongkos yang tersembunyi.
Ada beberapa prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu Peta
Aliran Proses yang lengkap, sebagai berikut:
1. Seperti pada Peta Proses Operasi, suatu Peta Aliran Proses pun mempunyai
judul, dimana pada bagian paling atas dari kertas ditulis kepalanya “PETA
ALIRAN PROSES”, yang kemudian diikuti dengan pencatatan beberapa
identifikasi seperti nomor/ nama komponen yang dipetakan, nomor gambar,
peta orang atau peta bahan, cara sekarang atau yang diusulkan, tanggal
pembuatan, dan nama pembuat peta. Semua informasi ini dicatat disebelah
kanan atas kertas.
2. Di sebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi yang dicatat pada
poin 1 di atas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat, jumlah total dan
waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi dan juga mengenai total jarak
perpindahan yang dialami bahan atau orang selama proses atau prosedur
berlangsung.
3. Setelah bagian “kepala” selesai dengan lengkap, kemudian dibagian “badan”
diuraikan proses yang terjadi lengkap beserta lambang-lambang dan
informasi-informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani, waktu
yang dibutuhkan dan kecepatan produksi (jika mungkin) juga ditambahkan
dengan kolom analisa, catatan dan tindakan yang diambil berdasarkan analisa
tersebut.
4. Ada suatu cara yang sederhana tetapi cukup efektif untuk menganalisa Peta
Aliran Proses, yaitu dengan mengajukan enam buah pernyataan pada setiap
kejadian dari suatu Peta Aliran Proses. Cara tersebut disebut “Dot and Check
Technique”.
5. Adapun contoh peta aliran proses dapat dilihat pada Gambar 2.7.
Sumber: Microsoft Visio
Gambar 2.7. Peta Aliran Proses

Anda mungkin juga menyukai