PENDAHULUAN
Desain adalah suatu kegiatan manusia untuk menciptakan lingkungan dan khasanah
perbendaan buatan yang diolah dari alam. Di dalam perkembangannya pengertian desain
ditafsirkan oleh berbagai kelompok dan beberapa pengertian yang perlu dicatat adalah :
a. Desain adalah keterampilan, pengetahuan dan medan pengalaman manusia yang tercermin
dalam apresiasi serta penyesuaian hidup terhadap kebutuhan spritualnya (Analoguas with
humanitis, science).
b. Desain adalah kegiatan kreatif yang membawa pembaruan (Reswick,1965)
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa desain adalah bidang keterampilan, pengetahuan dan
pengalaman manusia yang mencerminkan keterikatannya dengan apresiasi dan adaptasi
lingkungannya ditinjau dari kebutuhan-kebutuhan kerohanian dan kebendaannya. Secara
khusus desain dikaitkan dengan konfigurasi, komposisi, arti, nilai dan tujuan dari fenomena
buatan manusia, sedangkan menurut Imam Buchari Zainuddin seorang desainer Indonesia,
berpendapat bahwa :
“Desain adalah mencari mutu yang lebih baik, mutu material, teknis, performansi,
bentuk dan semuanya baik secara bagian maupun keseluruhan”
Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada suatu pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan. Produk dapat berupa barang atau jasa. Setiap barang dan jasa yang
masuk dalam fase perkenalan, dapat didefinisikan, yaitu berdasarkan fungsinya, untuk apa
produk dan jasa itu digunakan. Perusahaan mendesain produk dengan tujuan
bagaimana meningkatkan fungsi-fungsinya. Selanjutnya definisi suatu produk dilihat dari
aspek desain seperti warna, bentuk, dan ukurannya yang dapat diterima oleh pasar.
Desain Produk adalah sebagai alat manajemen untuk menterjemahkan hasil kegiatan
penelitian dan pengembangan yang dilakukan sebelum menjadi rangcangan yang nyata yang
akan diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.
Salah satu fungsi manajemen terpenting dalam semua organisasi adalah menjamin
bahwa masukan-masukan berbagai sumber daya organisasi menghasilkan produk-produk atau
jasa yang dirancang secara tepat atau menghasilkan keluaran- keluaran yang dapat
memuaskan keinginan para pelanggan. Untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang tepat
guna dan sesuai dengan keinginan pelanggan maka perlu adanya desain produk. Ada pun
beberapa pengertian tentang desain produk menurut para ahli.
Sebelum menerangkan tentang pengertian desain produk, maka produk pun memiliki
pengertian sendiri sebagaimana dikemukakan oleh W.J. Stanton (1981;192 ), dimana :
“ A product is a set of tangible and intangible attributes, including, packaging, color,
price, manufakture prestige, retailer prestige, and manufacture and retailer service, which
the buyer may accept as offering want – satisfaction ”
Yang telah diterjemahkan oleh DR. Buchori Alma dalam bukunya Manajemen Pemasaran dan
pemasaran jasa, yaitu :
“ Yang dikatakan produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud,
termasuk didalamnya masalah warna, harga nama baik perusahaan, nama baik toko yang
menjual, dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima pembeli guna
memuaskan keinginannya.”
Berdasarkan beberapa pengertian Desain Produk tersebut diatas ternyata bahwa Produk
Desain mempunyai maksud dan tujuan untuk membantu perusahaan dalam menciptakan dan
mengembangkan produk baru atau untuk menjamin hasil produki yang sesuai dengan
keinginan pelanggan disatu pihak serta dipihak lain untuk menyesuaikan dengan kemampuan
perusahaan.
Maksud dari Desain Produk, antara lain :
Untuk menghindari kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi dalam pembuatan
suatu produk.
Untuk memilih metode yang paling baik dan ekonomis dalam pembuatan
produk
Untuk menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan mempunyai nilai jual yang
tinggi
Untuk menghasilkan produk yang trend pada masanya
Untuk membuat produk seekonomis mungkin dalam penggunaan bahan baku dan
biaya-biaya dengan tanpa mengurangi nilai jual produk tersebut
Seorang product designer harus melalui tahapan – tahapan dalam merencanakan suatu
produk, tahapan tersebut yaitu :
1. Memformulasikan hasil marketing research
Adapun yang menjadi titik tolak dalam tahapan kegiatan Desain Produk adalah riset
pemasaran. Untuk mengetahui produk yang diinginkan pelanggan, product designer dapat
memperoleh data dari riset pemasaran yang langsung berhubungan dengan pelanggan. Riset
ini dilakukan baik untuk produk yang betul-betul baru maupun untuk produk yang sudah ada.
Pengembangan suatu riset dalam perusahaan akan menghasilkan sebuah gagasan atau
ide untuk membuat suatu produk, dimana ide tersebut diperoleh dari data yang didapatkan
saat riset itu sendiri dilakukan. Dalam riset pembuatan produk baru atau pengembangan
produk yang sudah ada, perusahaan harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
Keinginan pelanggan dalam hal kegunaan, kualitas, modal dan warna dari
produknya denga tidak mengabaikan penentuan harga
Biaya dari pembuatan produk baru atau pengembangan dari produk yang sudah
ada apakah perusahaan mampu untuk membayarnya.
Untuk hal-hal tersebut diatas, maka riset ini perlu ditunjang dengan faktor-faktor yang berupa
waktu untuk menjalankan penelitian, mencari informasi atau keterangan berdasarkan
pengalaman.
2. Mempertimbangkan kemampuan fasilitas perusahaan
Dalam membuat sketsa, bentuk dari produk yang akan dibuat akan terlihat jelas satu dengan
yang lainnya. Sketsa tersebut dibuat untuk mempermudah dalam pembuatan gambar kerja (
blue Print ), sketsa dari masing-masing produk walaupun sketsa ini tidak menunjukan ukuran-
ukuran yang sebenarnya, tapi dapat terlihat dal skala perbandingan.
4. Membuat gambar kerja
Pembuatan gambar kerja ini adalah merupakan tahap akhir dalam kegiatan Desain Produk,
dimana dalam gambar kerja ini dapat digambarkan bentuk dan ukuran yang sebenarnya
dengan skala yang diperkecil. Selain itu, dalam gambar kerja juga diperlihatkan bahan-bahan
yang akan dipergunakan dalam pembuatan produk tersebut. Setelah gambar kerja tersebut
selesai dirancang, kemudian diserahkan kepada pelaksana kegiatan untuk segera dipelajari
dan dikerjakan lebih lanjut cara proses produksinya.
Desain produk sebagai alat bantu dalam manajemen produksi bertitik tolak penelitian dan
pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Pentingnya desain produk terletak pada
penetapan secara rinci disain produk atau jasa yang akan dibuat, serta klasifikasi agar sesuai
dengan tujuan yang dikendaki. Sedangkan faktor – faktor yang mempengaruhi desain produk
adalah sebagai berikut :
a. Fungsi produk
Keempat faktor tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :
Product
Desaign
Prototype
1. Fungsi Produk
Setiap produk yang akan dihasilkan mempunyai fungsi atau kegunaan yang berbeda, hal
ini tergantung untuk keperluan apa produk itu dibuat. Dengan demikian bahwa desain produk
itu berhubungan bentuk dan fungsi dari suatu produk. Keduanya memegang peranan penting
dalam menentukan suatu desain produk yang pada dasarnya untuk memberikan kepuasan
yang maksimal bagi konsumen atau pelanggan baik segi kualitan maupun segi kuantitas.
2. Standar dan Spesifikasi Desain
Dalam hal spesifikasi dan standar desain suatu produk akan terlihat dari :
a. Sambungan - sambungan
Bagian ini berfungsi untuk menyesuaikan ukuran keserasian desain disambung dengan
bagian lainnya, sehingga apabila disatukan menjadi satu kesatuan yang kuat
c. Bentuk
Yaitu merencanakan ukuran yang seimbang dari bagian – bagian produk secara
keseluruhan.
e. Mutu
Mutu suatu produk harus disesuaikan menurut fungsi produk tersebut, apabila akan
digunakan dalam jangka waktu lama, maka mutu produk tersebut harus tinggi bila
dibandingkan dengan produk yang akan digunakan dalam jangka waktu yang pendek.
f. Bahan
Apabila produk yang akan digunakan ingin mempunyai mutu yang baik, maka bahan yang
dipergunakan pun harus dapat menunjang agar semua yang diharapkan dapat terwujud dan
pelanggan merasakan kepuasan tersendiri.
g. Warna
Warna mempunyai arti tersendiri bagi konsumen, karena tiap orang mempunyai ciri dan
kesukaan yang khas terhadap warna tertentu. Dan hal inilah yang harus dicermati oleh
perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.
3. Tanggung jawab Produk
Ini adalah merupakan salah satu tanggung jawab dari produsen sebagai pembuat produk
kepada konsumen akan keselamatan dan kenyamanan pemakai produk tersebut. Oleh karena
itu faktor ini menjadi sangat penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan pada waktu
mendesain produk tersebut.
4. Harga dan Volume
Harga dihubungkan dengan jumlah produk yang akan dibuat, untuk produk yang akan
dibuat berdasarkan pesanan biasanya harga jualnya akan berbeda dengan produk yang dibuat
untuk dipasakan kepada konsumen luas yang harganya relatif lebih murah sehingga desain
produknya akan berbeda pula.
5. Prototype
Prototype merupakan model produk yang pertama yang akan dibuat, prototype ini
memperlihatkan bentuk serta fungsi yang sebenarnya, sehingga sebelum perusahaan
memproduksi maka prototype diusahakan untuk dibuat terlebih dahulu.
Dari pengujian prototype tersebut, apabila lulus uji coba mungkin memberikan
gambaran mengenai perubahan-perubahan yang perlu dilakukan serta sebagai informasi
dalam penyusunan terakhir desain produk.
2.3 Proses Industri
Seperti dikatakan pada bab 1 pendahuluan bahwa proses industri harus dipandang
sebagai suatu siklus yang berupaya secara terus-menerus atau berkesinambungan (continous
improvement) untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Proses produksi secara sederhana dapat dijelaskan pada gambar di bawah ini yang
menggambarkan siklus produksi.
Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi
modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional. Sistem produksi memiliki
beberapa karakteristik sbb:
1. Mempunyai komponen yang saling berkaitan satu sama lainnya dan membentuk satu
kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun
sistem produksi.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya yaitu menghasilkan produk baik
barang atau jasa yang berkualitas yang dapat dijual dengan harga bersaing.
3. Mempunyai aktivitas berupa proses tansformasi nilai tambah input menjadi output
secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya berupa optimalisasi
pengalokasian sumber daya yang ada.
Komponen struktural terdiri dari : bahan baku, mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal,
energi, informasi tanah dan lain sebagainya. Sedangkan komponen fungsional terdiri dari :
supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang semuanya berkaitan
dengan manajemen dan organisasi. Di samping komponen struktural dan fungsional dalam
sistem produksi perlu memperhatikan aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial
ekonomi, regulasi dan kebijakan pemerintah serta adat yang berlaku dalam lingkungan akan
sangat mempengaruhi sistem produksi itu.
Untuk memenangkan kompetisi yang sangat berat dalam era perdagangan bebas
dewasa ini diperlukan desain proses strategik bagi manajemen industri. Dalam proses desain
strategik ada tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu : Strategi respon terhadap
konsumen, Strategi desain proses dan Strategi sistem perencanaan dan pengendalian
produksi.
Strategi ini mendefinisikan tentang bagaimana cara perusahaan atau industri dalam
memberikan respon atau reaksi terhadap permintaan konsumen. Dalam hal ini industri dapat
dikelompokkan menjadi :
1. Design to order
Pada sistem produksi jenis ini perusahaan tidak memproduksi barang sebelum ada
permintaan produk yang model, spesifikasi, dimensi dan jumlahnya ditentukan oleh
konsumen. Perusahaan harus mampu mewujudkan keinginan konsumen sesuai dengan
permintaan dalam waktu yang telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan tenaga kerja yang
handal dalam melakukan desain produk, desain proses sampai kepada proses produksinya.
Keuntungan sistem produksi jenis ini yaitu perusahaan tidak mempunyai resiko terhadap
biaya penyimpanan bahan baku dan produk jadi. Perusahaan dengan sistem produksi
design to order akan cocok untuk pemenuhan produk-produk baru yang mempunyai sifat
unik secara total. Contoh industri yang menerapkan sistem produksi design to order
diantaranya adalah: Industri desain web, Konsultan bangunan, Industri kapal dan pesawat,
Industri senjata untuk keperluan militer, Kontruksi jembatan, gedung, dan produk-produk
sejenisnya.
2. Make to order
Sistem produksi make to order berbeda dengan design to order, kalau design to order
produk yang diproduksi bersifat baru dan unik, sedangkan make to order produknya
tidak selalu baru dan biasanya tidak unik. Produk yang dibuat berdasarkan pesanan dari
konsumen dengan spesifikasi yang ditentukan oleh konsumen dan biasanya telah dibuat
sebelumnya. Pada sistem produksi seperti ini persediaan bahan baku standar dapat
dilakukan karena produk yang akan diproduksi selalu menggunakan bahan baku standar
ditambah bahan baku lainnya. Produsen memiliki katalog produk yang dapat dipesan oleh
konsumen.Contoh industri yang menerapkan strategi make to order diantaranya adalah:
Industri komputer, industri otomotif, industri elektronik, industri pakaian (tertentu), dan
lain sebagainya.
3. Assemble to order
Sistem produksi assemble to order lebih menekankan pada perakitan produk akhir
berdasarkan permintaan konsumen yang spesifikasinya telah ditentukan dan biasanya
merupakan produk yang repetitive (pengulangan) sehingga perusahaan dapat menyimpan
bahan-bahan sub asembli dalam jumlah yang disesuaikan dengan tingkat permintaan
konsumen. Perusahaan jenis ini mempunyai resiko yang lebih kecil dalam hal
penyimpanan bahan sub asembli. Contoh industri yang menerapkan sistem produksi jenis
ini diantaranya adalah: perusahaan otomotif, industri komputer, restoran, dll.
4. Make to stock
Sistem produksi jenis make to stock memproduksi produknya tidak berdasarkan
pesanan seperti pada ke-3 sistem yang dijelaskan di atas melainkan dengan melakukan
peramalan terhadap penjualan produk. Dengan demikian sistem ini akan mempunyai
sistem penyimpanan (inventory) bahan baku, bahan setengah jadi maupun produk akhir
yang baik. Pengiriman produk akhir dilakukan jika ada permintaan dari konsumen, untuk
itu perusahaan harus mempunyai stok barang untuk mengantisipasi jika ada permintaan
yang mendadak. Perusahaan jenis ini tentu akan memiliki resiko yang cukup besar dalam
hal inventori. Inventori memakan biaya yang cukup besar untuk tempat, asuransi, tenaga
pengamanan, resiko bencana, rusak, transportasi dan biaya lainnya. Contoh perusahaan
yang menggunakan sistem ini adalah : Perusahaan air minum, industri pakaian yang
dijual di toko, makanan yang tahan lama, Mie Instan, barang elektronik, buku, majalah,
koran, dan lain sebagainya.
5. Make to demand
Strategi produksi ini merupakan strategi yang baru yang dikembangkan dalam
industri. Pada umumnya konsumen meninginkan produk yang dapat dikustomisasi sesuai
dengan kebutuhannya tetapi tidak mau menunggu terlalu lama. Oleh karena itu
perusahaan dituntut untuk menjalankan strategi make to demand. Penyerahan produk akhir
dalam sistem produksi ini dari perusahaan berkaitan dengan kualitas dan waktu pengiriman
secara tepat berdasarkan permintaan konsumen. Strategi ini bersifat responsif terhadap
pesanan konsumen (sesuai spesifikasi) tapi dapat dilakukan dengan cepat seperti pada make to
stock.
Contoh industri yang menerapkan strategi ini adalah: industri pakaian yang
menyiapkan bahan baku dalam jumlah banyak sehingga kalau ada permintaan mendadak dapat
dipenuhi dengan segera. Contoh lain rumah makan yang harus menyiapkan makanan
sesuai dengan keinginan konsumen dalam waktu yang cepat. Rumah makan biasanya sudah
memasak terlebih dahulu dan jika ada konsumen tinggal menghangatkan saja.
Desain produk merupakan salah satu strategi perusahaan untuk dapat melakukan
persaingan dalam dunia bisnis, selain itu untuk dapat menciptakan merk dalam benak konsumen
yang bertujuan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya sehingga konsumen melakukan
keputusan pembelian terhadap produk tersebut. Hal yang menjadi kelebihan desain kemasan
yang memang sangat diperhatikan oleh konsumen sebagai bahan pertimbangan mereka dalam
melakukan keputusan pembelian, adalah sebagai berikut: ukuran dan bentuk dari produk, bahan
dari produk, warna dari kemasan suatu produk, merk dan label yang terdapat pada kemasan.
Unsur-unsur tersebut dianggap begitu penting bagi konsumen, dengan demikian konsumen pun
dapat merasa terangsang untuk melakukan keputusan pembelian terhadap produk tersebut.
Sedangkan perusahaan menginginkan agar konsumen merasa puas terhadap desain produk yang
telah diberikan oleh perusahaan kepada produk mereka, maka mereka pun terus berusaha untuk
dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Desain produk dan keputusan pembelian
merupakan focus dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sejumlah 100
orang responden sebagai sampel. Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, dan menginterprestasikan data secara menyeluruh antara desain
kemasan Teh Botol Sosro kemasan pouch dengan keputusan pembelian pada PT.Sinar Sosro.
Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh desain kemasan dengan tingkat keputusan pembelian,
maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan korelasi rank spearman dan diperoleh nilai
sebesar 0,874 yang menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat, jadi terdapat
pengaruh yang sangat kuat antara desain kemasan The Botol Sosro kemasan pouch terhadap
keputusan pembelian, sedangkan hasil analisis koefisien determinasi (Kd) sebesar 76,39 % yang
menunjukan bahwa 76,39% tingkat keputusan pembelian dipengaruhi oleh desain produk dan
sisanya sebesar 23,61% dipengaruhi oleh factor lainnya yang tidak diteliti. Desain produk
mempunyai korelasi positif terhadap tingkat keputusan pembelian. Sehubungan dengan hasil
penelitian pembahasan yang dilakukan, hipotesis yang semula yaitu desain kemasan
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian dapat diterima artinya teori yang dijadikan
acuan dalam kerangka pemikiran masih relevan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Untuk dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen, maka perlu
dilakukan survei pada konsumen bagaimana produk barang yang sesuai dengan
kebutuhan mereka saat ini. Selain itu diperlukan juga desain produk yang pas yang dapat
menarik konsumen untuk menggunakan produk barang atau jasa, tetapi harus juga
mendukung dalam hal kualitas sehingga tidak mengecewakan atau menurunkan minat
konsumen dalam menggunakan produk barang atau jasa. Jika produk itu berupa barang,
diperlukan juga tenaga kerja yang handal yang dapat membantu proses industri dalam
pembuatan produk barang sehingga stok barang di pasar tidak akan berkurang, begitupun
juga dengan jasa, diperlukan tenaga kerja yang handal yang dapat membantu masyarakat
dalam pengadaan jasa, baik itu dalam pemenrintahan, akademik, kesehatan, dll
Contoh Kasus
Perusahaan ini mempunyai peran strategis, karena ia merupakan bagian dari suatu
grup perusahaan yang cukup besar dan mempunyai reputasi dunia. Grup perusahaan ini
bergerak di bidang kertas, agroindustri, oleochemical, specialty chemicals, general
chemicals dan property. Divisi terbesar dari grup ini adalah Divisi Pulp and Paper yang
merupakan produsen pulp and paper nomor 3 di dunia. Hal ini menguntungkan bagi PT.
SSK karena Divisi Pulp and Paper tersebut membutuhkan bahan kimia yang begitu besar
untuk proses produksinya. Dalam perkembangannya PT. SSK berhasil memberikan kinerja
yang positif lewat strategi pengembangan produk yang berkesinambungan dengan
memperhatikan kebutuhan market, core bisnis perusahaan, serta sumber daya yang dimiliki
dan setidaknya ada beberapa produk yang dikembangkan secara strategis (Tabel 1).
Dengan semakin terbuka dan bebasnya persaingan bisnis di segala jenis industri, maka
setiap organisasi perusahaan berusaha memformulasi strategi untuk mempertahankan
eksistensi perusahaannya. PT. SSK telah menetapkan untuk menjadi paper chemical centre
sebagai core bisnisnya mengingat salah satu divisi dalam grup perusahaannya yaitu Divisi
Pulp and Paper mengkonsumsi bahan kimia yang begitu besar dan semakin tumbuh seiring
dengan pertumbuhan kebutuhan kertas itu sendiri. Keputusan formulasi strategi mengikat
organisasi terhadap produk, pasar, sumber daya, dan teknologi yang spesifik untuk periode
waktu yang panjang. Strategi menentukan keunggulan kompetitif jangka panjang. Untuk
kondisi baik dan buruk, keputusan strategis memiliki konsekuensi di berbagai bagian
fungsional dan efek jangka panjang terhadap organisasi (David, 2011). Berdasarkan latar
belakang tersebut di atas, penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan strategi desain
produk dan jasa dengan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan posisi strategis PT. SSK
dalam hubungannya dengan pesaing utama menggunakan Competitive Profile Matrix.
Hasil dan Pembahasan Hasil identifikasi pesaing utama PT. SSK menunjukkan bahwa PT.
SSK memiliki 2 (dua) pesaing utama yaitu PT. CIBA dan PT. Kemira. Hasil identifikasi
faktor penentu keberhasilan menunjukkan bahwa PT. SSK memiliki 10 (sepuluh) faktor
penentu keberhasilan yaitu: 1) penguasaan pasar 2) harga 3) kekuatan financial 4) kualitas
produk 5) kemitraan dengan pelanggan 6) promosi/ iklan 7) manajemen 8) ekspansi global
9) inovasi, dan 10) pengembangan web Adapun bobot faktor penentu keberhasilan, rating
PT. SSK dan pesaing utamanya untuk setiap faktor penentu keberhasilan, score PT. SSK
dan pesaing utamanya untuk setiap faktor penentu keberhasilan, dan score total PT. SSK
dan pesaing utamanya ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Hasil dan Pembahasan Hasil identifikasi pesaing utama PT. SSK menunjukkan bahwa PT.
SSK memiliki 2 (dua) pesaing utama yaitu PT. CIBA dan PT. Kemira. Hasil identifikasi
faktor penentu keberhasilan menunjukkan bahwa PT. SSK memiliki 10 (sepuluh) faktor
penentu keberhasilan yaitu:
1) penguasaan pasar
2) harga
3) kekuatan financial
4) kualitas produk
6) promosi/ iklan
7) manajemen
8) ekspansi global
9) inovasi, dan
Adapun bobot faktor penentu keberhasilan, rating PT. SSK dan pesaing utamanya
untuk setiap faktor penentu keberhasilan, score PT. SSK dan pesaing utamanya untuk
setiap faktor penentu keberhasilan, dan score total PT. SSK dan pesaing utamanya
ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut:
SSK Sumber:
Data yang diolah tahun 2012 Competitive Profile Matrix PT. SSK memberikan
gambaran posisi daya saing yang lebih rendah bila dibandingkan dengan perusahaan
sejenis dengan jumlah total score daya saing 2.99. Dari keseluruhan faktor daya saing dapat
dilihat bahwa PT. SSK memiliki keunggulan pada, kualitas produk dan kekuatan finansial.
Kekuatan pada kualitas produk merupakan hal yang penting, mengingat produsen kertas
terbesar dalam negeri adalah grup perusahaan sendiri yang juga merupakan produsen kertas
tiga besar di dunia, maka artinya pelanggan yang dituju memiliki reputasi dunia yang
sangat baik dan produk-produk kimia yang mereka pakai harus menunjang kestabilan
kualitas produk akhir mereka. Selain itu, PT. SSK memiliki kekuatan finansial dikarenakan
ia merupakan bagian dari suatu grup perusahaan yang cukup besar dan mempunyai reputasi
dunia dan lokasi pabrik yang berada di Indonesia yang memungkinkan biaya overhead
produksi lebih murah dibanding dengan perusahaan pesaing, ditambah lagi dengan lokasi
pabrik yang dekat dengan pelanggan meyakinkan pelanggan akan terjaminnya supply dan
meminimalkan inventory cost pelanggan. Namun, bila dilihat dari faktor penentu
keberhasilan lainnya, PT. SSK mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
2) tidak terlalu dikenal di komunitas kertas dunia dikarenakan tidak terlalu aktif berperan
pada eksibisi kertas internasional dan seminar-seminar, dan
3) produknya belum tersertifikasi sebagai produk yang aman dalam hal food contact oleh
asosiasi internasional.
Oleh karena itu, beberapa strategi yang perlu dievaluasi dalam mendesain
produk/jasa PT. SSK adalah sebagai berikut: Pertama, mendesain produk/jasa yang dapat
langsung memenuhi kebutuhan dasar pelanggan di industry kertas. Kedua, tersedianya after
sales sevice yang memadai pada area teknikal karena dalam penggunaan produk kimia di
industri kertas selalu dibutuhkan layanan teknis yang memadai mengingat rumitnya proses
pembuatan kertas itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan training tentang
aplikasi produk yang meliputi skema ataupun SOP ujicoba, tindakan perbaikan dan
pencegahan akan masalah-masalah yang muncul selama uji coba, dan juga keuntungan
yang diperoleh perusahaan pelanggan dengan melakukan uji coba produk yang ditawarkan.
Selain itu, menyediakan teknisi berpengalaman dan handal untuk mengorganisir uji coba
yang mampu bekerjasama dengan pihak produksi di perusahaan pelanggan untuk
mendapatkan keberhasilan proses uji coba produk. Jika ingin memenangkan persaingan
maka PT. SSK perlu meningkatkan pelayanan teknisnya juga termasuk layanan purna jual
yang mencakup penjaminan garansi kualitas produk serta edukasi pelanggan dalam
mengoptimalkan kualitas produk selama penggunaannya. Ketiga, produk harus dapat
disiapkan dan dioperasikan secara sederhana dalam pengoperasian dan tidak menimbulkan
bahaya selama pengoperasian. Kriteria ini meliputi bentuk fisik produk (cair, padat atau
gas), SOP pengoperasian yang diberikan yang disesuaikan dengan bentuk produk, dan
kemasan produk. Untuk itu, sebaiknya melengkapi petunjuk keselamatan selama
penggunaan produk. Kelima, desain produk dipersiapkan untuk pangsa pasar yang besar
khususnya untuk produk Dyestuff. Keenam, menghasilkan produk-produk yang
bersertifikasi food contact karena perusahaan pelanggan lebih memprioritaskan produk-
produk yang telah disertifikasi oleh badan-badan sertifikasi yang menguji keamanan
produk yang ditawarkan terhadap kontak makanan dan kulit.
Kesimpulan
Keunggulan PT. SSK dibanding pesaingnya terletak pada harga, kekuatan financial,
dan kualitas produk namun memiliki kelemahan dalam hal penguasaan pasar, kemitraan
dengan pelanggan, dan ekspansi global. Oleh karena itu, beberapa strategi yang perlu
dievaluasi dalam mendesain produk/jasa agar PT. SSK dapat meningkatkan daya saingnya
adalah sebagai berikut:
e) Desain produk dipersiapkan untuk pangsa pasar yang besar khususnya untuk produk
Dyestuff.
Berber, Aykut dan Ibrahim Aksel. (2007). Strategic Approach To Product Design and
Development Process, and Effectiveness of Industrial Design Practices. Isletme Fakultesi
Dergisi. Cilt 8, Sayi 1, 43-67.
Cheng-Wen Lee. (2009). The effects of consumer preferences and perceptions of Chinese
Tea beverages on brand positioning strategies. British Food Journals. Vol. 111, No 1, pp.
80-96.
Garelli, S. (2006). Menjadi No. 1 di Abad ke 21: Kiat Bangsa, Perusahaan, dan Individu
Memenangi Persaingan di Era Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Grant, Robert M. (1999). Analisis strategi: kontemporer. konsep, teknik, aplikasi. Jakarta:
Erlangga.
Heizer, Jay dan Barry Render. (2006). Operation Management. New Jersey: Pearson
Prentice Hall.
Irianto, Adi. 2012. Model Integrasi Manajemen Strategi dengan Balanced Scorecard.
Jakarta : Pascasarjana Universitas Trisakti.