Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRODUK INDONESIA YANG MENCAPAI KESUKSESAN

DAN MENGALAMI KEGAGALAN DI PASARAN


(untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan dan Perancangan Produk)

Disusun oleh:

1. Nindia Septiani (D41170623)


2. Anjani Mardiningsih (D41170768)
3. Weni Suparini (D41170783)
4. Leony Erina Ventyani (D41171073)

Golongan B

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGROINDUSTRI


JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain produk
yang baik akan dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat
meningkatkan keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan
produk tidak terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya dibidang desain
saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya. Desain produk yang baik, harus memenuhi 3
(tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya
rendah, dan jadwal yang tepat. Selanjutnya segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi
suatu persyaratan dalam desain, yaitu desain harus dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi,
diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang tepat. Untuk itu dalam
mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-fungsi dari produk
yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi produk, dapat dilakukan dengan
beberapa metode pendekatan mikro (MC, MR, Equilibrium), Linier Programming/Dualitas, dan
Manajemen Keuangan (BEP).

Ukuran utama keberhasilan satu produk adalah laba yang dapat diperoleh perusahaan dari
penjualan produk tersebut. Walaupun begitu, variabel-variabel berikut sangat berpengaruh pada
kemampu-labaan dari satu produk. Mutu produk. Seberapa bagus produk hasil pengembangan
itu? Apakah dapat memenuhi kebutuhan konsumen? Apakah produknya kokoh dan dapat
diandalkan (reliable)? Apakah mutu produk ini tergambarkan dalam tingginya pangsa pasar, dan
atau tingginya harga yang mau dibayar oleh konsumen? Biaya produk. Berapa biaya manufaktur
dari produk yang dipilih untuk diproduksi? Dalam biaya ini termasuk biaya yang dikeluarkan
untuk mesin-mesin dan peralatan serta biaya inkremental untuk memproduksi setiap unit produk.
Biaya produk akan menentukan berapa laba yang dapat diperoleh perusahaan, berdasarkan
volume penjualan tertentu, dan berdasarkan harga jualnya. Waktu yang diperlukan untuk
pengembangan. Seberapa cepat tim pengembangan produk dapat menyelesaikan tugasnya.
Durasi waktu pengembangan akan menentukan seberapa cepat perusahaan dapat merespon
situasi persaingan dan perubahan teknologi. Dari segi finansial, ini juga berarti memberi
gambaran seberapa cepat perusahaan dapat menutup biaya pengembangan.
Biaya yang diperlukan untuk pengembangan. Berapa biaya yang harus dibayar oleh perusahaan
untuk pengembangan produk? Biasanya biaya pengembangan merupakan fraksi yang cukup
signifikan dalam investasi.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi dari perencanaan dan perancangan produk
b. Mengetahui produk yang mencapai kesuksesan di Indonesia
c. Mengetahui produk yang mengalami kegagalan di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Produk


Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai
produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila
produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan,
distribusi, perubahan harga dan promosi. Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur
tergantung kepada kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara
cepat menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah.
Hal ini bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian
desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di
perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan
serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup baik, karena dengan berbasis
keinginan customer maka kemungkinan produk tersebut tidak diterima oleh customer menjadi
lebih kecil. Dari sudut pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha
pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan
menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung.
Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada
merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada. Kegiatan ini
didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep
produk, perancangan produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan
pembuatan dan pendistribusian produk tersebut. Di dalam suatu produk yang akan
dikembangkan, tiap - tiap elemen suatu produk mempunyai fungsi - fungsi sendiri. Diantara
fungsi - fungsi satu dengan yang lain terkadang ada saling terkait, sehingga suatu fungsi
komponen akan menentukan fungsi komponen lainnya.
Secara umum penentuan fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah, yaitu :
• Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
• Pengelompokan fungsi produk.
.
Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk
menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan
kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar dan
menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya
manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh
perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi,
menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan
menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang
dilakukan tim pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi
yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.

2.2 Perancangan Produk


Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan produk yang
dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Untuk membuat sebuah
produk biasanya kita akan melewati tahap-tahap sebagai berikut:
1. Market Research dan Feasibility Study Market Research
Dilakukan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market research ini bisa
didapatkan produk seperti apa yang konsumen butuhkan atau inginkan.
2. Brainstorming
Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai curah pendapat, adalah
proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan keluar dari masalah yang
didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini akan didapatkan garis besar barang yang akan dibuat,
cara kerja, komponen yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Misalnya dalam pembuatan
mesin penghisap debu, akan terbayang untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah,
filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya.
3. Menentukan Tujuan dan Batasan Produk
Tujuan dan batasan diperlukan agar tidak berlebihan dalam merancang produk tersebut yang
akan berakibat mahalnya harga jual ke konsumen. Konsumen tentu saja menginginkan nilai
tambah yang ditawarkan dalam produk tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkannya
(reasonable price). Tentu saja market research diperlukan untuk mengetahui selera pasar. Dari
menentukan tujuan dan batasan ini memperoleh spesifikasi komponen-komponen dan material
apa saja yang akan dipakai.
4. Menggambar Produk
Dengan menggambarkan produk berdasarkan hubungan dimensi komponen-komponen yang
sudah ditentukan dalam tahap-2 di atas, kita akan mendapatkan ilustrasi produk jadi. Produk
bisa digambar dalam 2 dimensi atau 3 dimensi, biasanya gambar 3 dimensi lebih mudah
dimengerti oleh sebagian besar orang. Merancang produk dalam 3 dimensi bisa dilakukan
dengan menggunakan software SolidWorks, Inventor, Catia dll.
5. Review Produk
Produk review dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan pada rancangan yang
sudah dibuat desainnya sampai tahap gambar ini. Diskusi dengan melihat gambar produk
biasanya lebih mudah berkembang daripada hanya membayangkannya saja. Pada tahap ini
kembali dilakukan brainstorming untuk mendapatkan hasil yang optimal dan meminimalisir
masalah yang akan timbul ketika produksi masal nanti. Pada tahap ini pula biasanya produk
yang sedang dirancang perlu dibenahi disana-sini.
6. Membuat Prototype/Sample
Sample barang yang akan diproduksi masal bisa dibuat dengan berbagai cara. Untuk produk-
produk dari resin bisa dimodelkan dengan mesin rapid prototyping, desain body mobil yang
stylish bisa dimodelkan dengan tanah liat khusus, kardus pembungkus produk bisa dibuat
dengan tangan. Untuk produk-produk yang sudah umum tidak perlu sampai membuat sample
barangnya (produk-produk dari besi), namun memerlukan ketelitian dalam menggambar dan
tidak boleh ada kesalahan gambar yang bisa berakibat fatal: barang reject.
7. Uji Coba
Sebelum dipasarkan tentu perlu menguji apakah barang yang dibuat ini benar-benar handal
atau tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan waktu, ditekan, dijatuhkan, dan lain-lain.
Produsen telepon seluler seperti nokia memiliki mesin khusus untuk menguji ponsel-ponsel
buatan mereka supaya tahan terhadap bantingan. Jika ditemukan hal-hal yang tidak
memuaskan tentu saja produk tersebut perlu didesain ulang (kembali ke tahap 3). Hal-hal
yang memuaskan tentu saja harus dilihat dari sudut pandang konsumen, bukan produsen.
Begitulah produsen-produsen besar saat ini mengkaji terus menerus produk mereka agar nama
produk yang mereka buat tetap terjaga.
8. Poduksi Masal
Dalam produksi masal perlu adanya kontrol kualitas agar konsumen tidak sampai menerima
barang yang rusak.
9. Garansi
Garansi adalah layanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang membuat produk
tersebut agar konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada barang tersebut.
Banyak konsumen yang lebih memilih membayar agak lebih mahal untuk mendapatkan
garansi dan ketenangan dalam pemakaian produk.

2.3 Salah Satu Produk Sukses di Indonesia


Lea Jeans
Lea adalah satu brand fashion asli Indonesia yang produksinya bertempat di
Tangerang, Banten bernama PT Lea Sanent. Merek Lea pertama kali diluncurkan pada tahun
1976 yang menyediakan berbagai pakaian bergaya casual berbahan jenas atau kain yang lainnya.
Satu dari banyak hal yang membuat merek ini terlihat seperti brand luar negeri adalah desain
pakaiannya memang berkiblat pada Amerika Latin. Tak hanya itu, pemilihan logo Lea sendiri
juga terkesan menyerupai bendera di negeri Paman Sam. Meski asli produk Indonesia, kualitas
produk Lea mampu bersain di pasar luar negeri. Bahkan produk asli Indonesia ini mampu
menembus beberapa negara di luar negeri di antaranya Dubai, Korea hingga Hong Kong.
Kualitas bahan yang terjamin serta berbagai desain yang selalu up to date membuat produk Lea
tetap digandrungi oleh pecinta fashion. Keberhasilan produk Lea mampu menembus pasar
Internasional bukan hanya karena seuah keberuntungan. Brand ini selalu berupaya menjaga
kualitas dan siap untuk bersaing di pasar global. Lea sempat dinyatakan sebagai celana jeans
terbaik buatan Amerika.Hal itu berarti, produk ini telah berhasil mengalahkan produk kualitas
impor dan mampu bertahan hingga tiga dasawarsa. Berkat kulitas yang terus terjaga, penjualan
produk buatan Lea mampu menembus satu juta potong per bulan. Produk Lea selalu banyak
dicari oleh para pencinta fashion, namun hal itu membuat adanya produsen palsu yang mencari
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan lebih dengan memanfaatkan brand ini.
Produk Lea bisa bertahan dan bersaing dengan produk sejenis kuncinya adalah good
product dan rational pricing. Good product utamanya. Rational pricing karena kita punya pabrik
dan laundry sendiri sehingga kita bisa menekan cost. Good product kita coba kontrol dari bahan.
Bahan selalu kita buat konstruksi spesial. Bahan dipesan khusus. Aksesoris, memakai bahan dari
impor. Washing dipunyai dengan fasilitas sendiri. Kalau masalah pricing, perusahaan coba
memberikan yang terbaik customer bayarkan. Kalau yang manual, tidak bisa menekan cost-nya.
Yang penting perusahaan ingin memberikan kesan kalau pelanggan tidak akan ditipu. Kemudian
perusahaan juga konsisten dengan image yang sedari awal dibangun, yakni image Amerika
karena paradigma orang, best denim is Amerika. Perusahaan menggunakan momentum tersebut
dan konsistensi pada hal tersebut yang coba terus kita jaga dan jangan sampai kehilangan jati
diri.
Salah satu tantangan yang paling besar karena perusahaan sudah membangun puluhan
tahun dan kita konsisten. Tentunya tidak bisa memungkiri cost promosi menjadi besar, tetapi
tetap perusahaan lakukan karena kita percaya image itu mahal. Coba cari model casting yang
memenuhi kriteria brand value-nya Lea. perusahaan rutin dua kali setahun buat katalog di luar.
Kita juga berencana membuat TVC tetapi masih dalam pembicaraan. Jadi memang sulit
sebenarnya jaga image. Tetapi karena kita sudah mengerti brand ini sendiri, mungkin kita sudah
paham. Segmen pasar ditujukan kepada konsumen dari umur, 25-35 tahun. Meskipun banyak
juga customer yang di atas 35 tahun karena sudah cukup berumur. Tetapi core-nya 25-35 tahun.
Paling banyak customer-nya laki-laki.
Perkembangannya Lea awalnya jual lewat jaringan sendiri, department store atau lewat
toko jeans lokal. Tetapi kita melihat tidak bisa selamanya seperti ini karena kalau di department
store kita akan terkena aturan department store, promosi tidak boleh begini, margin juga kecil,
ditekan terus. Begitu juga dengan toko jeans lokal. Akhirnya perusahaan coba buat toko sendiri,
meskipun tidak terlalu besar tetapi kita bebas melakukan apapun. Itu toko pertama waktu ketika
krisis. Pertama tahun 1990-an. Tetapi selama krisis perusahaan berkembang, tiap bulan
bertambah toko. Selama krisis justru berkembang karena timing sebenarnya. Ketika itu orang
banyak jual propertinya dengan harga miring. Perusahaan membeli semua aset dan dijadikan
toko.
Lea ada 34 tersebar di seluruh Indonesia, sudah ada di semua provinsi.
Kemudian counter di department store ada 200. Toko putus yang jadi partner kerja, toko jeans
lokal ada sekitar 100. Kalau dari growth masih positif, tetapi kita melihat
pergeseran sizing, ukuran. Dulu jarang orang pakai 34, sekarang sudah banyak. Di beberapa
daerah sekarang ada yang sampai pakai 42. Kalau dari growth dari pieces cukup konsisten,
dengan kondisi seperti ini di bawah 15 persen. Untuk harga kita start dari Rp 299 ribu sampai Rp
600 ribu. Masih di bawah Rp 700 ribu. Tiap bulan, jumlah pieces yang laku sekitar lima ratus
hingga enam ratus ribu. Manufaktur di Tangerang. Kalau bahan dari lokal, tetapi untuk aksesoris
kita impor, seperti kancing, resleting, label masih impor. Kalau cutting standar. Kalau denim
kuncinya di washing. Kita punya laundry dan pabrik sendiri, punya lab sendiri jadi bisa trial and
error. Bisa dilakukan tes dengan chemical sesuai keinginan. Kalau hasilnya biasanya tiap tiga
bulan sekali ada cucian baru. Jadi, tiap enam bulan sekali ada satu koleksi misal koleksi untuk di
semester pertama dan semester kedua. Di antara semester pertama dan kedua pasti ada satu
dua pieces cucian baru. Sekarang sekitar 1 juta pieces per bulan. Lea masih fokus pasar
domestik. Produk Lea punya regular buyer dari Dubai, Korea, Hong Kong.

2.4. Salah Satu Produk Gagal di Indonesia


Tara Nasiku (Unilever)
Sudah kita ketahui bahwa mayoritas penduduk Indonesia makanan pokoknya adalah nasi,
bahkan lebih dari 150 juta penduduk kalau belum makan nasi rasanya belum makan meskipun
sudah makan roti tiga bungkus. Dan rata-rata penduduk Indonesia sehari makan tiga kali
sehingga kebutuhan akan nasi menjadi sangat tinggi. Melihat potensi pasar yang sangat besar
tersebut mendorong unilever untuk membuat nasi instant yang diharapkan bisa memenui
kebutuhan masyarakat indonesia yang mayotas makanan pokoknya adalah nasi, sehingga lahirlah
produk unilever yang dinamakan TARA NASIKU . Tara nasiku diawal peluncurannya
menggunakan media untuk promosi yang besar-besaran bahkan bintang iklanya pun tidak
tanggung-tanggung memakai rudi khoirudin(pakas masak tingkat nasional),dan pihak
manajemen unilever membackup besar-besaran untuk mensuksesan produk ini.
Diawal peluncurannya masayarakat cukup dibuat penasaran untuk mencoba produk baru
dari unilever ini tetapi mereka rata-rata membeli hanya sekali dawal saja selanjutnya tidak
berulang lagi pembeliannya. Setelah dilakukan evaluasi ternyata kondisi ini terjadi disemua
tempat sehingga memaksa pihak unilever untuk melihat ulang akan keberadaan produk ini.
Hal yang menyebabkan kegagalan penjualan tara nasiku ini adalah Kelemahan Tara Nasiku yang
mencolok adalah untuk menghasilkan nasi instan yang optimal, maka mesti dimasak dengan
Teflon, hal inilah yang cukup menyulitkan konsumennya. Selain itu, rasa Tara Nasiku kurang
berkenan di lidah orang Indonesia. Hal tersebut adalah :
1. Rasanya gak gitu enak
2. Nasinya masih keras (kayak makan nasi yg baru di aron)
Kegagalan taranasiku ini disebabkan oleh :
Tara Nasiku dari Unilever ini merupakan contoh merek yang gagal untuk menghadirkan inovasi
baru di pasar Indonesia. Mulanya produk-produk ini dibuat untuk menggebrak pasar makanan
instan, Namun ternyata mengubah budaya itu tidak mudah. Mie instan berhasil merubah budaya
makan Indonesia, tapi tidak demikian halnya dengan nasi goreng instan. Nasi adalah makanan
utama sedangkan mie instan adalah makanan sampingan. Tidak mudah bagi orang Indonesia
makan nasi dengan mengolahnya secara instan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai
produk diperkenalkan ke pasar. Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau
yang sudah ada merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada.
Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan
suatu konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan
diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk tersebut. Di dalam suatu produk yang
akan dikembangkan, tiap - tiap elemen suatu produk mempunyai fungsi - fungsi sendiri. Salah
satu produk Indonesia yang mencapi kesuksesan yaitu Lea Jeans. Dan salah satu produk
Indonesia yang mengalami kegagalan yaitu Tara Nasiku.

Anda mungkin juga menyukai