Anda di halaman 1dari 22

A.

Mengevaluasi Kesesuaian Hasil Produk Dengan Rancangan

Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan


menindaklanjuti sampai produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus
memiliki strategi cadangan apabila produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk
diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi, perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan
produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini
bukan merupakan tanggung jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian
desain saja, melainkan merupakan tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang
ada di perusahaan. Metode pengembangan produk berdasarkan kepada permintaan
atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah metode yang cukup
baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk tersebut
tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.

Dari sudut pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha
pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan
menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung.
Terdapat  5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk
menilai kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1.  Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan
kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar 
dan menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
2.  Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut
biaya manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang
dihasilkan oleh perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi,
menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada
akhirnya akan menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian
ekonomis dari usaha yang dilakukan tim pengembangan.
4.  Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari
investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5.  Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan
untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan
datang.

Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada
merupakan bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada.
Kegiatan ini didapat dari persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh
penciptaan suatu konsep produk, perancangan produk, pengembangan dan
penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan dan pendistribusian produk
tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap - tiap elemen suatu produk
mempunyai fungsi - fungsi sendiri. Diantara fungsi - fungsi satu dengan yang lain
terkadang ada saling terkait, sehingga suatu fungsi komponen akan menentukan fungsi
komponen lainnya.
Secara umum penentuan fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah, yaitu :
1. Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
2. Pengelompokan fungsi produk.
Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input
menjadi sekumpulan output. Proses Pengembangan produk adalah langkah-langkah
atau kegiatan-kegiatan di mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun,
merancang, dan mengkomersialkan suatu produk.

PERANCANGAN PRODUK
Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan
produk yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Untuk
membuat sebuah produk biasanya kita akan melewati tahap-tahap sebagai berikut:
1. Market Research dan Feasibility Study. Market Research dilakukan untuk
mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market research ini bisa didapatkan
produk seperti apa yang konsumen butuhkan atau inginkan.
2. Brainstorming. Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai
curah pendapat, adalah proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan keluar
dari masalah yang didiskusikan. Dari proses berdiskusi ini akan didapatkan garis besar
barang yang akan dibuat, cara kerja, komponen yang akan dipakai, dan lain sebagainya.
Misalnya kita ingin membuat mesin penghisap debu, akan terbayang untuk
membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan, hose/pipa, mulut pipa
dan sebagainya.
3. Menentukan Tujuan dan Batasan Produk. Tujuan dan batasan diperlukan agar
kita tidak berlebihan dalam merancang produk tersebut yang akan berakibat mahalnya
harga jual ke konsumen. Konsumen tentu saja menginginkan nilai tambah yang
ditawarkan dalam produk tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkannya
(reasonable price). Tentu saja market research diperlukan untuk mengetahui selera
pasar. Dari menentukan tujuan dan batasan ini kita memperoleh spesifikasi komponen-
komponen dan material apa saja yang akan dipakai.
4. Menggambar Produk. Dengan menggambarkan produk berdasarkan hubungan
dimensi komponen-komponen yang sudah ditentukan dalam tahap-2 di atas, kita akan
mendapatkan ilustrasi produk jadi. Produk bisa digambar dalam 2 dimensi atau 3
dimensi, biasanya gambar 3 dimensi lebih mudah dimengerti oleh sebagian besar orang.
Merancang produk dalam 3 dimensi bisa dilakukan dengan menggunakan software
SolidWorks, Inventor, Catia dll.
5. Review Produk. Produk review dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada
kekurangan pada rancangan yang sudah dibuat desainnya sampai tahap gambar ini.
Diskusi dengan melihat gambar produk biasanya lebih mudah berkembang daripada
hanya membayangkannya saja. Pada tahap ini kembali dilakukan brainstorming untuk
mendapatkan hasil yang optimal dan meminimalisir masalah yang akan timbul ketika
produksi masal nanti. Pada tahap ini pula biasanya produk yang sedang dirancang perlu
dibenahi disana-sini.
6. Membuat Prototype/Sample. Sample barang yang akan diproduksi masal bisa
dibuat dengan berbagai cara. Untuk produk-produk dari resin bisa dimodelkan dengan
mesin rapid prototyping, desain body mobil yang stylish bisa dimodelkan dengan tanah
liat khusus, kardus pembungkus produk bisa dibuat dengan tangan. Untuk produk-
produk yang sudah umum tidak perlu sampai membuat sample barangnya (produk-
produk dari besi), namun memerlukan ketelitian dalam menggambar dan tidak boleh
ada kesalahan gambar yang bisa berakibat fatal: barang reject.
7. Uji Coba. Sebelum dipasarkan tentu kita perlu menguji apakah barang yg kita
buat ini benar-benar handal atau tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan waktu,
ditekan, dijatuhkan, dan lain-lain. Produsen telepon seluler seperti nokia memiliki mesin
khusus untuk menguji ponsel-ponsel buatan mereka supaya tahan terhadap bantingan.
Jika ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan tentu saja produk tersebut perlu didesain
ulang (kembali ke tahap 3). Hal-hal yang memuaskan tentu saja harus dilihat dari sudut
pandang konsumen, bukan produsen. Begitulah produsen-produsen besar saat ini
mengkaji terus menerus produk mereka agar nama produk yang mereka buat tetap
terjaga.
8. Poduksi Masal. Dalam produksi masal perlu adanya kontrol kualitas agar
konsumen tidak sampai menerima barang yang rusak.
9. Garansi. Garansi adalah layanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang
membuat produk tersebut agar konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan
pada barang tersebut. Banyak konsumen yang lebih memilih membayar agak lebih
mahal untuk mendapatkan garansi dan ketenangan dalam pemakaian produk.

JUMLAH PRODUK YANG AKAN DI PRODUKSI

1.      Pendekatan Mikro

Biaya marjinal (MC) adalah satu faktor pada perubahan biaya variable rata rata(AVC) dan
otomaits biaya total rata rata (AC) ikut berubah, contoh bila nilai MC lebih kecil dari AC,
maka nilai AC juga akan turun, sebaliknya bila nilai MC lebih besar dari nilai AC, maka
nilai AC juga ikut naik.

Bila kondisi perusahaan MR = MC (pendapatan  marjinal  =  biaya marjinal), ini


merupakan satu faktor perusahaan memperoleh keuntungan maksimal.

Penerimaan Marginal (Marginal Revenue)


Marginal Revenue merupakan Tambahan penerimaan yang diperoleh sebagai hasil dari
penjualan satu unit produk lagi.

Analisi Keseimbangan Umum (general equilibrium analysis)


Analisis Keseimbangan Umum, membahas hubungan antara pasar yang satu dengan
pasar yang lainnya,khususnya antara pasar barang dan pasar faktor sebagai satu
keseluruhan(general). karena kenyataannya harga dipasar yang satu ikut mempengaruhi
harga di pasar-pasar yang lain, baik dalam jangka panjang maupun pendek. setiap
perubahan permintaan atau penawaran di pasar yag satu berkaitan dengan dan ikut
mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar yang lain.

2.      Linear programming (LP)


atau pemrograman linear (PL) adalah suatu pendekatan matematis untuk
menyelesaikan suatu permasalahan agar didapatkan hasil yang optimal.Permasalahan
yang sering diselesaikan dengan Linear Programming adalah dalam pengalokasian
factor-faktor produksi yang terbatas jumlahnya terhadap berbagai kemungkinan
produksi sehingga didapatkan manfaat yang optimal (maksimal dan minimal).Sasaran
maksimal, misalnya secara efisien sehingga manfaat yang ingin dicapai (jumlah
produksi/nilai penjualan/laba, dan lain-lain) menjadi maksimal. Sasaran minimal
misalnya, bagaimana mencari kombinasi produksi agar penggunaan faktor-faktor
produksi minimal tetapi manfaat yang dicapai (dari kombinasi produksi) tidak lebih
rendah dari angka yang diinginkan ( Tarigan, 2005).
3.      Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point merupakan suatu
analisa yang ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh
suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian (keuntungan=0).
Melalui analisa BEP dapat dibuat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat
produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian.

Analisis break even point digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi
minimum yang harus dibuat.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah
direncanakan atau dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk
memperoleh laba tersebut.
3. Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil
dari BEP.

4. Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau
tingkat produksi.

5. Siklus hidup produk (bahasa Inggris: Product life cycle) adalah siklus hidup suatu
produk/organisasi dengan tahapan-tahapan proses perjalanan hidupnya mulai dari
peluncuran awal (soft launching), peluncuran resmi (grand launching), perubahan dari
target awal, lalu mulai berjuang dan berkompetisi dengan produk-produk yang sejenis,
hingga melewati persaingan dan kompetisi produk memiliki tingkat penerimaan/
penjualan/ distribusi yang luas dan tersebar.

Sepanjang umur suatu produk, perusahaan biasanya memformulasikan kembali strategi


pemasarannya beberapa kali. Tidak hanya kondisi ekonomi berubah, dan pesaing
melancarkan serangan baru namun, tambahan lagi produk itu melewati tahap baru dari
minat dan persyaratan pembeli. Kosekuensinya, perusahaan harus merencanakan
strategi pengganti yang tepat untuk tiap tahap dalam siklus hidup produk tersebut.
Perusahaan berharap memperpanjang umur dan profitabilitas produk walaupun tahu
bahwa produk tersebut tidak akan bertahan selamanya. PLC (Product life Cycle) atau
siklus hidup produk merupakan konsep penting dalam pemasaran yang memberikan
pemahaman tentang dinamika suatu produk yang kompetitif. Dalam konteks organisasi
siklus hidup suatu organisasi menjadi organisasi yang dihargai dan memiliki kredibilitas
yang tinggi. Siklus hidup produk menggambarkan tahap-tahap yang berbeda dalam
sejarah penjualan suatu produk. Tahap-tahap ini berhubungan dengan kesempatan dan
masalah yang berbeda mengenai strategi pemasaran dan laba potensial.

Dengan mengidentifikasi tahap-tahap yang berbeda dengan tantangan yang berbeda


tahap suatu produk berada, atau tahap yang akan dicapai , perusahaan dapat
memformulasikan encana pemasaran dengan lebih baik. Mengatakan suatu produk
memiliki siklus hidup adalah menegaskan empat hal :

1. Produk memiliki umur terbatas


2. Penjualan produk melewati tahap-tahap yang berbeda, dengan tantangan yang
berbeda bagi penjual.
3. Laba naik turun pada tahap yang berbeda dalam siklus hidup produk
4. Produk membutuhkan strategi pemasaran, keuangan, produksi, pembelian dan
personel yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup mereka.

Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk itu di bagi menjadi empat
tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (introduction).
  Pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume
penjualannya belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru)
Karena masih berada pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi
terutama biaya periklanan. Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan
menitikberatkan pada merek penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih
terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth).
  Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat.
Karena permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang
bersangkutan, maka usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif
tahap sebelumnya. Di sini pesaing sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan
menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memperluas dan
meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)
  Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan
pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer
mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu
memperkenalkan produknya dengan model yang baru. Pada tahap kedewasaan ini,
usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline)
  Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami
kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini,
barang baru harus sudah dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno.
Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat
penting karena permintaan sudah jauh menurun.Apabila barang yang lama tidak segera
ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat
beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas' Altematif-alternatif yang dapat
dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain:
a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksinya
agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang
yang sudah ada.
e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.
Untuk memperpanjang siklus hidup produk dapat dilakukan upaya-upaya seperti:
mendidik pasar, beriklan, menjaganya dengan penjualan dsb. Ada juga istilah daur ulang
siklus produk yang diterapkan untuk menarik proyek dari penurunan dengan
memperbaiki atau dengan perubahan lainnya, seperti pengemasan ulang dan
pemotongan harga.

6. Strategi Pengenalan Dan Pengembangan Produk Baru


Hampir tidak ada perusahaan yang dapat luput dari pengaruh kemajuan teknologi dan
munculnya produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada
sekarang akan hilang dari pasar dan digantikan dengan produk-produk lain sehingga
pertumbuhan dan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung dari
kebijaksanaan produk yang didefinisikannya. Dalam kondisi saat ini, dimana
perkembangan pasar sangat dinamis dan penuh persaingan, perusahaan akan sulit
mempertahankan eksistensinya jika hanya bertahan pada produknya yang sekarang.
Oleh karena itu, pengembangan produk baru merupakan suatu hal yang penting bagi
perusahaan. Pengembangan tersebut meliputi pembuatan produk yang baru atau
penyempurnaan dari produk yang sudah ada.
Proses pengembangan produk baru juga disertai dengan berbagai resiko kegagalan.
Untuk memperkecil resiko kegagalan, produk baru perlu dibuat berdasarkan konsep
produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen serta dapat
menciptakan kepuasan bagi konsumen. Dalam tulisan ini akan dijelaskan konsep-konsep
dan tahapan yang diperlukan dalam pengembangan produk jasa baru pada operator
telekomunikasi masa kini. Konsep - konsep yang dijelaskan disini bukan hanya bisa
diterapkan bagi operator telekomunikasi saja, tapi juga dapat berlaku bagi perusahaan
secara umum.
Transformasi dari Invention menuju Innovation
Pengembangan produk atau jasa akan melalui suatu tahap yang dikenal dengan
Invention. Inventionadalah proses menemukan suatu teknologi dari tidak ada menjadi
ada. Sedangkan Innovation adalah proses pembaharuan dari invention. Innovation
melibatkan peluang yang ada di pasar dengan penemuan teknologi dan pengetahuan
tentang teknologi baru. Sebagai contoh, temuan teknologibluetooth, yang
memungkinkan pertukaran data melalui koneksi wireless dengan daerah jangkauan
sekitar 150 meter, saat ini telah diintegrasikan
dalam media telepon selular (handphone), sehingga para pengguna handphone dapat
lebih mudah saling bertukar data.
Contoh lain adalah inovasi pada perusahaan minuman ringan Coca-cola dimana inovasi
adalah salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin
besar dan dikenal luas. Melalui riset dan pengembangan (Research  &  Development),
Coca-Cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran,
serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri
khas tersendiri. Pada tahun 2002, Coca-Cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam
kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Pada tahun 2003, Fanta
menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut "Fanta
Oranggo", setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Dengan
inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu
memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia. Pada proses inovasi ini, khususnya pada tahap
inisiasi perlu dipertimbangkan bahwa inovasi yang dihasilkan dapat diterima oleh
perusahaan maupun masyarakat. Jelas bahwa inovasi sangat diperlukan dalam
pengembangan produk baru untuk memunculkan ide dan kreatifitas munculnya produk
atau jasa baru yang dapat dimanfaatkan oleh para konsumennya.

Peran Unit R&D


Hasil inovasi yang lahir dari suatu perusahaan akan ditindaklanjuti dengan proses
pengembangan produk atau jasa baru. Untuk itu perlu unit khusus yang menangani
proses ini yaitu Unit R&D,Research&Development. Unit ini akan melakukan riset
penelitian dari hasil inovasi untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk atau
jasa baru yang akan dilempar ke pasaran. Perusahaan yang sudah mapan biasanya
mengalokasikan resourcesnya sekitar 5-10 % dari sales pada aktivitas
R&D.Basic  Research menuju kepada terciptanya invention,
sedangkan Product  Development danengineering menuju kepada terciptanya
Innovation.

Ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan bagi unit R&D dalam usahanya menerapkan
formulasi strategi, yaitu :
      a) Kompetensi Teknis
      b) Kebutuhan Pasar
      c) Corporate Interest
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kompetensi teknis dari researcher diperlukan
untuk melahirkan produk jasa yang berkualitas. Di lain pihak produk jasa yang
dikembangkan juga harus memperhatikan kebutuhan pasar (memiliki commertial  value)
maupun kepentingan perusahaan, keduanya harus sejalan. Untuk itu diperlukan upaya
untuk mencari apa yang dibutuhkan oleh pasar dan mencari invent-to-order bagi produk
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Fungsi Riset Bisnis perlu ditambahkan sebagai suatu sub unit dalam Unit R&D untuk
menunjang keberhasilan suatu produk atau jasa baru agar sukses di pasaran. Sebagai
contoh, TELKOM R&D Center telah melakukan restrukturisasi organisasi pada akhir
tahun 2006 dan melahirkan satu bidang baru yaitu Bidang Research of Business. Bidang
RoB tersebut meliputi 4 laboratorium dengan masing-masing fungsinya sebagai berikut :
1. Business Strategy, melaksanakan riset dan pengembangan bisnis
2. Business Performance, melakukan evaluasi dan identifikasi performansi bisnis
3. Business  Competitiveness,  menyediakan data pasar, pelanggan dan kompetitor yang
kompetitif
4. Industrial  Partnership,  melakukan pengembangan hubungan kemitraan yang
strategis dengan institusi yang relevan.

Inovasi Technology Push VS Need Pull


Pada tahap eksplorasi ada 3 pola proses pengenalan dan pengembangan produk/jasa
baru yaitu :
1.      Menarik Pasar (Need)
Menurut pandangan ini, Anda harus membuat apa yang dapat dijual. Produk baru
ditentukan oleh pasar berdasarkan kebutuhan pelanggan. Jenis produk baru ditentukan
melalui penelitian pasar & umpan balik pelanggan, dgn sedikit perhatian terhadap
teknologi. Need Pull akan menuju pada terbentuknya incremental innovation.
2.      Mendorong Teknologi (Technology Push)
Pandangan ini menyarankan Anda harus menjual apa yang dapat anda buat. Produk
baru diperoleh dari teknologi produksi, penggunaan teknologi yang canggih dan
kemudahan operasi, dengan sedikit perhatian terhadap pasar. Dengan kata lain suatu
produk atau teknologi baru didorong atau dijual ke pasar (potential customer) yang
tidak meminta atau mengetahui perihal produk atau teknologi baru tersebut. Technolgy
Push akan menuju kepada radical innovation.
3.      Antar fungsional (Interfunctional)
Produk baru memerlukan kerjasama diantara pemasaran, operasi, keterampilan teknik,
dan fungsi lainnya sehingga menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan
dengan penggunaan teknologi yang memberikan manfaat terbaik. Untuk kesuksesan
inovasi produk atau jasa baru diperlukan kombinasi dari kedua model pertama yaitu
proses technical-linking dan need-linking. Selain itu ada tiga elemen yang menjadi
konsideran dalam menciptakan peluang bisnis baru yaitu : relevant problem, technology
sources dan market demand.

Lead User Research


Lead User research adalah salah satu metodologi yang diyakini dapat memberikan kunci
sukses bagi terobosan produk/jasa baru. Dasar pemikiran metodologi ini adalah adanya
Lead User yaitu spesifik konsumen/individual yang memiliki pengalaman kebutuhan
lebih dahulu/mendahului dari konsumen/individual yang lain. Dengan melibatkan team
khusus yang terdiri dari para expert pada kelompok lead user ini, maka akan didapatkan
suatu temuan inovasi yang sangat berharga.

Beberapa contoh peran serta lead user dalam suatu terobosan inovasi baru antara lain :
- Protein untuk hair  conditioner ditemukan oleh seorang wanita di tahun 1950 yang
mempunyai ramuan tradisional yang terdiri dari bir atau telur untuk tubuh agar lebih
bersinar.
Melalui metodologi Lead user ini akan didapatkan beberapa manfaat sebagai berikut :
1. Memperoleh akses informasi yang lebih kaya dan reliable melalui kebutuhan
customer yang dapat diperoleh melalui traditional  market  research. Metode Lead  User
melengkapi kebutuhan untuk traditional market research bukan menggantikan.
Pengembangan konsep produk/jasa yang lebih baik karena berasal dari data konsumen
yang lebih baik.

Tahapan Metodologi Lead User Research


Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam Lead User Research, yaitu :

Stage 1: Project Planning (4-6 minggu)


      Membuat master plan
      Mempelajari current market place
      Merumuskan fokus projek

Stage 2: Trends/Needs Identification (5-6 minggu)


      Melakukan studi literatur
      Melakukan Interview kepada top expert.
      Analisa data, dan menentukan kebutuhan yang lebih mengerucut

Stage 3: Preliminary Concept Generation (5-6 minggu)


      Interview lead user dan expert
      Pengumpulan data untuk bisnis case
      Mendefinisikan kebutuhan produk/jasa baru (buat draft konsep)

Stage 4: Final Concept Development (5-6 minggu)


      Perencanaan Workshop Lead user
      Mengundang partisipan
      Pelaksanaan workshop > perbaikan konsep dengan melibatkan lead user/expert
      Finalisasi konsep

Contoh Kasus dengan menggunakan Break Event Point:


Fixed Cost suatu Toko Sepatu MDA: Rp. 500.000,- Variable Cost Rp. 10.000,-/unit. Harga
jual Rp. 20.000,-/unit.

Maka BEP per unitnya adalah

            BEP      =       Fixed Cost
                                  Harga Jual – Variabel Cost

            BEP     =     Rp.500.000
                               20.000 – 10.000 = 50 unit

Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even
point. Pada pejualan unit ke 51, maka took itu mulai memperoleh keuntungan

B. Melakukan Pemeriksaan Produk Sesuai Dengan Kriteria Kelayakan

Produk/Standar Operasional

1. Pengertian Standar Operasional Prosedur (SOP)

Menurut Laksmi (2008), SOP merupakan dokumen yang berkaitan dengan prosedur
yang dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan
untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif dari para pekerja dengan biaya yang
serendahrendahnya. SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan dibuat atau direvisi,
metode penulisan prosedur, serta dilengkapi oleh bagan flowchart di bagian akhir.
Setiap perusahaan bagaimanapun bentuk dan apapun jenisnya, membutuhkan sebuah
panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap elemen atau unit perusahaan.
Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah sistem yang disusun untuk memudahkan,
merapihkan dan menertibkan pekerjaan. Sistem ini berisi urutan proses melakukan
pekerjaan dari awal sampai akhir. Berikut beberapa pengertian SOP dari beberapa
sumber buku: Menurut Sailendra (2015) Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan
panduan yang digunakan untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau
perusahaan berjalan dengan lancar.

Menurut Moekijat (2008), Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah urutan langkah-
langkah (atau pelaksanaan-pelaksanaan pekerjaan), di mana pekerjaan tersebut
dilakukan, berhubungan dengan apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya,
bilamana melakukannya, di mana melakukannya, dan siapa yang melakukannya.

Menurut Tjipto Atmoko (2011), Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat
penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit
kerja yang bersangkutan.
Mernurut Insani (2010), SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen yang
berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu
pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan aktor yang berperan dalam kegiatan.

2. Tujuan dan Fungsi SOP

Tujuan pembuatan SOP adalah untuk menjelaskan perincian atau standar yang tetap
mengenai aktivitas pekerjaan yang berulang-ulang yang diselenggarakan dalam suatu
organisasi. SOP yang baik adalah SOP yang mampu menjadikan arus kerja yang lebih
baik, menjadi panduan untuk karyawan baru, penghematan biaya, memudahkan
pengawasan, serta mengakibatkan koordinasi yang baik antara bagian-bagian yang
berlainan dalam perusahaan.
Menurut Indah Puji (2014), Tujuan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai
berikut:

a. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan
kemana petugas dan lingkungan dalam melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan
tertentu.

b. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan
supervisor.

c. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian menghindari


dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses
pelaksanaan kegiatan.

d. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan.

e. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan
efektif.
f. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas
yang terkait.

g. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja
bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan kesalahan
administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas.

h. Sebagai dokumen yang digunakan untuk pelatihan.

i. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru.

Menurut Indah Puji (2014), sedangkan fungsi SOP adalah sebagai berikut:

a. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.


b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
d. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

3. Manfaat SOP

Menurut Permenpan No.PER/21/M-PAN/11/2008, SOP atau yang sering disebut sebagai


prosedur tetap (protap) adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan,
kapan, dimana dan oleh siapa dan dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam
proses pelaksanaan kegiatan oleh pegawai yang akan mengganggu kinerja organisasi
(instansi pemerintah) secara keseluruhan. SOP memiliki manfaat bagi organisasi antara
lain :
a. Sebagai standarisasi cara yang dilakukan pegawai dalam menyelesaikan
pekerjaan khusus, mengurangi kesalahan dan kelalaian.
b. SOP membantu staf menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi
manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam
pelaksanaan proses sehari-hari.
c. Meningkatkan akuntabilitas dengan mendokumentasikan tanggung jawab
khusus dalam melaksanakan tugas.
d. Menciptakan ukuran standar kinerja yang akan memberikan pegawai. cara
konkret untuk memperbaiki kinerja serta membantu mengevaluasi usaha yang
telah dilakukan.
e. Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk
cepat melakukan tugasnya.
f. Menunjukkan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikelola dengan baik.
g. Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam
melaksanakan pemberian pelayanan sehari-hari.
h. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
i. Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan prosedural dalam
memberikan pelayanan. Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam
berbagai situasi.

4. Prinsip-prinsip SOP

Dalam PERMENPAN PER/21/M-PAN/11/2008 disebutkan bahwa penyusunan SOP harus


memenuhi prinsip-prinsip antara lain: kemudahan dan kejelasan, efisiensi dan
efektivitas, keselarasan, keterukuran, dimanis, berorientasi pada pengguna, kepatuhan
hukum, dan kepastian hukum.

a. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu,


oleh siapapun, dan dalam kondisi apapun oleh seluruh jajaran organisasi
pemerintahan.
b. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh
jajaran organisasi, dari level yang paling rendah dan tertinggi
c. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap
penyempurnaanpenyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-
benar efisien dan efektif.
d. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan.
e. Seluruh unsur memiliki peran penting. Seluruh pegawai peran-peran
tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu
tidak melaksanakan perannya dengan baik, maka akan mengganggu
keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses
penyelenggaraan pemerintahan.
f. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan
harus didokumentasikan dengan baik, sehingga dapat selalu dijadikan
referensi bagi setiap mereka yang memerlukan.

SOP sangat diperlukan oleh perusahaan yang berkualitas dan mendunia. SOP itu sendiri
menjadi sebuah hal yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan untuk sebagai salah satu
bentuk kontrol kualitas terhadap segala proses pekerjaan. SOP juga bisa membantu
sebuah perusahaan untuk lebih tertata dan menjadi lebih profesional dalam segala
bidang, untuk kemajuan perusahaan itu sendiri.Perusahaan sudah harus menggunakan
SOP demi kelancaran operasional perusahaan itu sendiri.
Karena sebuah perusahaan terdiri dari berbagai struktur dan lingkup pekerjaan, maka
SOP dari perusahaan tersebut juga hendaknya dibuat menjadi beberapa bagian, yang
meliputi masing-masing lingkup pekerjaan. Setiap bidang pekerjaan atau bisa dikatakan
sebuah departemen memiliki SOP masing-masing.

Dalam menyusun SOP sebuah perusahaan, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh,
yaitu:

a. Melakukan identifikasi terhadap jenis-jenis SOP yang dibutuhkan dalam


perusahaan tersebut, serta mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang
terkait dalam setiap SOP
b. Membuat SOP yang dibutuhkan. Banyak panduan SOP yang bisa
dipergunakan yang pada intinya mencakup penjelasan mengenai jenis
pekerjaan serta prosedur
pekerjaan yang harus diikuti
c. Memberikan SOP kepada pimpinan serta kepada semua pihak yang terkait
d. Menyimpan SOP dari masing-masing pekerjaan dalam file tersendiri
e. Melakukan revisi secara teratur untuk menyesuaikan dengan berbaga
perubahan yang ada di perusahaan tersebut atau disesuaikan dengan
perkembangan tekhnologi atau sistem yang ada

Ada beberapa jenis SOP perusahaan yang bisa dibuat, misalnya saja SOP pemeliharaan
fasilitas kantor, SOP pembelian barang, SOP di bidang sumber daya manusia, SOP di
bidang transportasi perusahaan, SOP di bidang informasi tekhnologi serta SOP di bidang
akunting. Masing-masing SOP tentunya akan memuat prosedural kerja yang berbeda
tergantung dari tanggung jawab masing-masing bidang.

Berikut ini adalah contoh SOP perusahaan untuk bidang pembelian, khususnya untuk
bidang produksi barang yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut Standard Operating
Procedure, karena ruang lingkup Produksi, bagaimana di Departemen Produksi.

a. Tujuan
Memastikan bahwa setiap bahan baku yang dibutuhkan untuk bisa
memproduksi produk sesuai dengan standar mutu yang ditentukan dan melalui
proses produksi yang benar sehingga kualitas produk dapat terus terjaga.
b. Ruang Lingkup
Meliputi penjelasan mulai dari tahap permintaan bahan baku dari bagian
produksi, proses pemesanan, proses seleksi dan proses pengiriman ke bagian
produksi, proses produksi dan proses kualitas kontrol, proses pengepakan dan
pengiriman ke bagian pemasaran.
c. Dokumen
1) Form kebutuhan bahan baku
2) Daftar supplier bahan baku
3) Form pemesanan
4) Form uji kualitas produk

d. Rincian Prosedur
1) Pihak bagian produksi menuliskan keterangan mengenai kebutuhan bahan
baku yang dibutuhkan untuk proses produksi. Form kebutuhan bahan baku
ini meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang rencananya dibutuhkan untuk
proses produksi selama jangka waktu tertentu.
2) Form diserahkan kebagian pembelian untuk dilakukan pengecekan dan
pemesanan kepada supplier yang sudah bekerja sama dengan perusahaan.
3) Bahan baku diterima oleh bagian pembelian dan diantarkan ke bagian
produksi.
4) Bahan baku yang masuk harus dicek terlebih dahulu apakah sudah sesuai
dengan
permintaan yang diberikan.
5) Dilakukan uji kontrol terhadap beberapa contoh dari bahan baku yang ada
untuk
memastikan bahwa kualitas bahan tersebut sesuai dengan kebutuhan
produksi.
6) Bila bahan tersebut lolos uji kontrol, maka bahan tersebut bisa dimasukkan
ke ruang produksi untuk bisa diproduksi secara massal dengan mesin yang
telah ada
e. Proses produksi berlangsung

1) Produk akhir yang keluar dari bidang produksi harus diperiksa terlebih dahulu
untuk memastikan bahwa kualitasnya sesuai dengan standar yang ada.
Kualitas ini diilihat dari segi kemasan, bentuk dan rasa.
2) Bila kualitasnya sudah sesuai dengan standar, maka bisa dilanjutkan ke
proses pengepakan.
3) Bila kualitasnya belum sesuai standar, maka perlu dilakukan pemeriksaan
lebih detail dan produk yang tidak sesuai standar harus dibuang atau diolah
Kembali

f. Proses pengepakan untuk produk yang sesuai standar dilakukan:

1) Produk tersebut disimpan dan siap untuk diserahkan kepada pihak


pemasaran yang akan memasarkan produk ke tempat-tempat yang ditunjuk
2) Pendokumentasian dari setiap hasil proses produksi yang meliputi tanggal
dan waktu proses produksi, jumlah dan jenis bahan baku yang masuk, total
hasil produksi yang didapatkan, cacat produksi yang terjadi, serta berbagai
keterangan lain yang perlu ditambahkan.
3) Penyerahan hasil dokumentasi kepada pihak atasan.
4) Penyimpanan hasil dokumentasi untuk bisa dijadikan bahan rujukan dan
evaluasi ke depannya.
Contoh SOP tersebut bisa dimodifikasi sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilakukan dalam setiap perusahaan. Jangan lupa untuk mereview SOP
tersebut dari waktu ke waktu untuk bisa melakukan perubahan yang
dirasakan perlu sehingga proses kerja dimasa yang akan datang bisa
berlangsung dengan lebih efektif dan efisien untuk kemajuan perusahaan itu
sendiri.

5. Pengujian produk sesuai dengan kriteria kelayakan produk / standar oprasional.

Mengevaluasi kesesuaian hasil produk dengan rancangan perlu dilakukan. Hal tersebut
perlu dilakukan sebagai langkah kroscek antara rencana yang dibuat dengan hasil yang
didapatkan.

Dengan adanya evaluasi tersebut seorang wirausaha dapat memutuskan apakah


rencana yang sudah dibuat berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Apabila produk
yang dihasilkan tidak sesuai dengan rancangan maka perlu diambil langkah lebih lanjut
untuk mengatasinya.

a.      Pengertian Kesesuaian Produk

Mutu merupakan hal yang sangat penting bagi suatu organisasi, baik itu organisasi non
pendidikan maupun organisasi pendidikan.Mutu sendiri mempunyai berbagai macam
pengertian, seperti yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

1)Menurut Juran dalam Nasution (2001), mutu suatu produk adalah: Kecocokkan
penggunaan produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan.

2)Crosby dalam Nasution (2001) menyatakan bahwa mutu adalah conformance to


requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk
memiliki mutu apabila sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan. Standar mutu
meliputi bahan baku, proses produksi dan produk jadi.

3)Menurut Sutrisno (2010:8) mutu adalah: Kesesuaian antara produk atau jasa yang
dihasilkan organisasi dengan persyaratan atau kriteria yang ditetapkan oleh pelanggan.

4)Sedangkan Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2008) mengartikan mutu sebagai


derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan.

5)Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu merupakan


kesesuaian antara produk yang dihasilkan dengan persyaratan yang diinginkan
pelanggan sehingga kepuasan pelanggan bisa terwujud.

Dimensi Mutu, Mutu bisa diukur dengan beberapa dimensi, sehingga dengan dimensi ini
bias dianalisis apakah suatu produk itu bermutu ataukah tidak. Gaspersz (2008, p.119)
menjelaskan bahwa dimensi dari kualitas produk ini meliputi 8 (delapan) dimensi, yang
terdiri dari :

1)      Performance, Kinerja (performance) yaitu karakteristik operasi pokok dari produk


inti dan dapat didefinisikan sebagai tampilan dari sebuah produk seseungguhnya.
Performance sebuah produk merupakan pencerminan bagaimana sebuah produk itu
disajikan atau ditampilkan kepada pelanggan (Irawan dan Japarianto, 2013).

2)      Reliability, keandalan (reliability) yaitu tingkat kendalan suatu produk atau


konsistensi keandalan sebuah produk didalam proses operasionalnya dimata konsumen.

3)      Features, keistimewaan tambahan (features) yaitu karakteristik sekunder atau


pelengkap dan dapat didefinisikan sebagai tingkat kelengkapan atributatribut yang ada
pada sebuah produk. 
4)      Conformance, kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications) yaitu
sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah
ditetapkan sebelumnya dan dapat didefinisikan sebagai tingkat dimana semua unit yang
diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan.

5)      Durability, daya tahan (durability) berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat terus digunakan dan dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran usia
operasi  produk yang diharapkan dalam kondisi normal dan/atau berat. Definisi diatas
bilamana diterapkan pada pengukuran sebuah makanan dan minuman sebuah restoran,
maka pengertian Durability diatas adalah tingkat usia sebuah makanan masih dapat
dikonsumsi oleh konsumen. 

6)       Serviceability, (service ability) meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan,


mudah direparasi, serta penanganan keluhan yang memuaskan dan  dapat didefinisikan
sebagai suatu ukuran kemudahan memperbaiki suatu produk yang rusak atau gagal.
Disini artinya bilamana sebuah produk rusak atau gagal maka kesiapan perbaikan produk
tersebut dapat dihandalkan, sehingga konsumen tidak merasa dirugikan.

7)      Aesthethics yaitu keindahan produk terhadap panca indera dan dapat didefinisikan
sebagai atribut-atribut yang melekat pada sebuah produk, seperti warna, model atau
desain, bentuk, rasa, aroma dan lain-lain.

8)      Customer perceived quality, kualitas yang dipersepsikan (perceived quality) yaitu


kualitas yang dirasakan. Bilamana diterapkan pada pengukuran kualitas makanan dan
minuman, maka Perceived Quality merupakan kualitas dasar yang dimiliki sebuah
makanan dan minuman.

6. Pengertian Analisis Kelayakan usaha

Kelayakan usaha Adalah Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk
menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan
usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha.

Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang
akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial
benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam
memasarkan produk dapat dihindari.

a.Tujuan Studi Kelayakan Usaha

Adapun Pokok Tujuan Kelayakan Usaha adalah :

1) Mengetahui tingkat keuntungan terhadap alternatif investasi.


2) Mengadakan penilaian terhadap alternatif investasi.
3) Menentukan prioritas investasi, sehingga dapat dihindari investasi yang hanya
memboroskan sumber daya.

Ada lima tujuan lainnya pentingnya melakukan studi kelayakan usaha, yaitu:

1)      Menghindari risiko kerugian

Dalam hal ini fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak
diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan.

2)     Memudahkan perencanaan

Ramalan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang, dapat mempermudah
dalam melakukan perencanaan. Perencanaan tersebut, meliputi:

a) Berapa jumlah dana yang diperlukan


b) Kapan usaha akan dijalankan
c) Di mana lokasi usaha akan dibangun
d) Siapa yang akan melaksanakan
e) Bagaimana cara melaksanakannya
f) Berapa besar keuntungan yang akan diperoleh
g) Bagaimana cara mengawasinya jika terjadi penyimpangan

3)      Memudahkan pelaksanaan pekerjaan

Rencana yang sudah disusun akan dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap
usaha, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis dan dapat tepat
sasaran serta sesuai rencana.

4)     Memudahkan pengawasan

Pengawasan ini perlu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan dari rencana yang telah
disusun.

5)      Memudahkan pengendalian

Tujuan dari pengendalian ini adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan yang
melenceng, sehingga tujuan perusahaan akan tercapai.
Sumber
https://agburaskamapur.blogspot.com/2019/08/perencanaan-produk-adalah-
proses.html

http://meiresa125.blogspot.com/2019/09/mengevaluasi-kesesuaian-hasil-produk.html

https://gopedia17.blogspot.com/2019/07/pengujian-produk-sesuai-dengan-
kriteria.html

Anda mungkin juga menyukai