Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA & MANUFAKTUR TEKNOLOGI

New Product Development (NPD)


Donie Ardianto June 15, 2023 0 Comments Pengembangan Produk

Pengembangan Produk Baru


Pengembangan produk merupakan proses inovatif untuk menciptakan sebuah produk yang bernilai tambah atau berdaya guna bagi
penggunanya.Produk merupakan barang, jasa atau pengetahuan yang dijual ke konsumen. Proses pengembangan produk merupakan
aktifitas yang dibutuhkan untuk mewujudkan konsep menjadi sebuah produk yang siap dipasarkan. Aktivitas teknis dalam pengembangan
produk untuk memenuhi bussiness case dan visi pemasaran disebut juga sebagai proses desain.

Tahapan pengembangan produk meliputi perancangan, menentukan konsep desain, melakukan detailing desain hingga pra produksi.
Tahapan ini sangat krusial karena 70% biaya produk akhir ditentukan dalam tahap ini.
Gambar 1. Daur-hidup produk

Evolusi Pengembangan Produk


Produk Mengembangkan produk biasanya dimulai dari sebuah konsep atau rancangan oleh designer. Selain melakukan perancangan,
designer juga dapat bertindak sebagai pembuat produk. Metode ini sering disebut sebagai craftmanship. Kelebihan jika suatu produk
dirancang dan sekaligus dibuat oleh designernya lansung adalah produk yang dihasilkan menjadi sangat unik. Crafmanship hanya cocok jika
kita membuat produk yang terbatas dan bukan produksi massal karena membutuhkan skill yang tinggi, waktu pengerjaan yang lama dan
tentu saja produktivitasnya rendah.

Gambar 2 “Evolusi” Pengembangan Produk

Jika ingin memproduksi produk secara massal maka perlu dilakukan pendekatan yang berbeda. Rancangan yang dibuat oleh designer harus
diserahkan ke manufaktur untuk diproduksi massal. Terkadang desainer mengembangkan produk baru tanpa masukan dari manufaktur,
dan kemudian menyerahkan desain yang belum tentu dapat dipabrikasi ke manufaktur. Hal ini tentu saja mengharuskan manufaktur untuk
mengembangkan proses untuk membuat produk baru. Pendekatan “over-the-wall” ini menciptakan tantangan luar biasa untuk manufaktur,
menghasilkan banyak konflik dan sangat meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk berhasil mengembangkan dan memproduksi produk
baru.

Gambar 3 Pendekatan over-the-wall dalam pengembangan produk

Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat pendekatan “over-the-wall”, manufacture dan stackeholder terkait dengan
pengembangan produk perlu dilibatkan mulai dari tahap perencanaan. Pendekatan pada pengembangan produk dimana cross- functional
team bekerja bersama-sama sejak tahap requirement hingga produksi disebut juga sebagai concurrent engineering. Dengan melibatkan
manufactur dari awal maka aspek kemudahan manufactur dan perakitan dapat dipertimbangan sejak fase desain.

Gambar 4. Concurrent Engineering

Kesuksesan Pengembangan Produk


Kesuksekan dari pengembangan produk sangat ditentukan oleh tiga hal yaitu: (1) kualitas dari produk yang dihasilkan; (2) biaya, baik biaya
yang dibutuhkan dalam pengembangan produk dan harga dari produk; dan (3) time-to-market atau seberapa cepat produk bisa dipasarkan.
Kecepatan produk sampai ke pasar sangat dipengaruhi oleh seberapa mampu team mengembangkan produk dan seberapa cepat
pengembangan produk bisa diselesaikan. Efektifitas dalam pengembangan produk akan mempengaruhi besar kecilnya biaya pengembangan
yang harus ditanggung perusahan dan pada akhirnya akan mempengaruhi harga akhir dari sebuah produk. Kualitas dari produk sangat
dipengaruhi oleh kemampuan team dalam mengembangkan produk yang efektif, ekonomis dan mampu memenuhi/memuaskan kebutuhan
dari pengguna produk.

Gambar 5. Kualitas, waktu dan biaya mempengaruhi kesuksesan dalam pengembangan produk

Dimensi Kualitas Produk


Produk dikatakan berkualitas jika dapat memenuhi/memuaskan kebutuhan dari penggunanya. Agar dapat memenuhi harapan pengguna,
sebuah produk harus: (1) memiliki kinerja yang baik sesuai dengan karakteristik utama produk; (2) Memiliki fitur yang cukup sesuai dengan
kebutuhan pengguna; (3) handal, mampu bekerja secara memuaskan pada waktu dan kondisi yang ditetapkan; (4) Kesesuaian dengan
standard (conformance); (5) Memiliki ketahanan yang baik; (6) kemudahan pelayanan purna jual; (7) Memiliki tampilan yang baik; serta (8)
memiliki kesan kualitas yang dapat dirasakan oleh pengguna sehingga dapat mempengaruhi keputusan pengguna untuk
membeli/mengunakan produk.
Gambar 6. Dimensi Kualitas Produk

Keekonomian Produk
Nilai keekonomian sebuah produk ditentukan oleh keseimbangan antara biaya produk dan harga atau value/nilai dari produk. Biaya produk
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk. Biaya tersebut meliputi biaya pengembangan produk (NRE, Non-Recurring
Engineering Cost), biaya material, biaya tenaga kerja (direct dan indirect), Manufacture overhead dan profit. Porsi biaya pengembangan
produk adalah 4 sampai dengan 5 % dari total biaya produk. Sedangkan biaya tenaga kerja, overhead dan material secara beruturut
berkontribusi terhadap biaya produk sebesar 15% , 30% dan 50 %.

Gambar 7. Nilai keekonomian sebuat produk ditentukan oleh keseimbangan antara biaya dan harga produk

Meskipun biaya pengembangan hanya 5 % namun akan sangat mempengaruhi biaya produk secara keselurhan (sekitar 70%). Kenapa
demikian? karena pada tahap pengembanganlah jenis material yang digunakan dan proses yang menyertainya ditentukan. Desain yang
efektif akan menghasilkan produk yang berkualitas dan proses pembuatan yang efisien.

Tahapan Pengembangan Produk


Inovasi merupakan hal yang mutlak jika ingin produk kita diterima di pasar. Inovasi produk merupakan proses yang berkelanjutan untuk
menghasilkan produk yang unggul dan mampu bersaing dipasaran. Selain itu inovasi produk harus mampu menyelesaikan permasalahan
yang ada sehingga produk yang dibuat dapat terus diterima pelanggan. Pengembangan produk biasanya dilakukan dalam enam tahapan
dimana review dilakukan untuk setiap tahapan/fase.
Gambar 8. Tahapan pengembangan produk

Konsep Desain
Fase awal adalam pembuatan produk adalah mencari ide-ide dan konsep baru mengenai sebuah produk, sehingga fase ini disebut juga
sebagai fase pembuatan ide. Konsep desain pada umumnya dibuat dengan terlebih dulu mengetahui kebutuhan pengguna terhadap produk
yang akan dikembangan. Pada fase ini dilakukan studi kelayakan dengan melakukan riset pasar maupun riset produk. kebutuhan target
pasar atau pengguna terhadap produk yang akan dikembangkan diidentifikasi. Benchmark terhadap produk serupa yang sudah ada di
pasaran juga perlu dilakukan, sehingga diperoleh konsep produk alternatif yang nantinya akan dipilih untuk pengembangan dan pengujian
lebih lanjut. Selain itu juga dilakukan perencanaan awal proyek pengembangan sebuah produk sehingga nilai keekonomian sebuah proyek
dapat dijustifikasi. Fase konsep desain menjadi sangat penting karena meletakkan dasar untuk semua fase berikutnya. Ide-ide dan konsep
yang dihasilkan akan memandu proses pengembangan produk secara keseluruhan.

Perencanaan Desain
Keluaran dari fase pertama adalah spesifikasi awal dari produk yang dikembangkan sebagai masukan desain. Spesifikasi awal ini kemudian
didetailkan dengan membuat beberapa alternatif konsep desain yang akan dikembangkan. Alternatif-alternatif desain tersebut kemudian
direview dan dipilih satu konsep desain yang akan dikembangkan menjadi produk. Persyaratan pengguna (user requirement) harus menjadi
acuan pada tahap perencanaan deseain. Designer harus memastikan bahwa konsep yang ada dapat dibuat dan dikembangkan lebih lanjut.

Pada tahap ini dilakukan desain tingkat sistem yang meliputi arstitektur produk, sistem utama , subsistem dan komponen-komponen
produk. Keluaran dari fase perancangan produk adalah layout produk, spesifikasi fungsional dari masing-masing subsistem dan diagram alir
produk. Selain itu juga dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi biaya, pendapatan, dan keuntungan yang timbul dari produk. Analisis
SWOT biasanya digunakan mengidentifikasi kekuatan, peluang kelemahan dan ancaman yang ada di pasar. Perusahaan juga menetapkan
strategi pasar untuk mengidentifikasi kelompok sasaran produk untuk mengetahui segmentasi pasar. Hal ini sangat penting karena dengan
mengetahui segmentasi pasar memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi ceruk pasarnya.
Pengembangan Desain
Konsep yang sudah dipilih kemudian dikembangkan lebih lanjut pada fase ke ketiga, pengembangan desain. Pada fase ini konsep desain
didetailkan kembali menjadi desain produk dan terkadang dilakukan pembuatan mockup. Pada tahap inilah perlu diperhatikan bagaimana
produk akan di manufacture dan di assembly. Keluaran dari fase ke-tiga adalah desain drawing atau gambar kerja yang akan digunakan pada
tahapan selanjutnya.

Verifikasi Desain
Fase keempat ini disebut juga fase verifikasi desain. Pada fase ini tim pengembangan produk melakukan konfirmasi dengan memeriksa dan
memberikan bukti bahwa keluaran desain memenuhi spesifikasi masukan desain. Hal ini untuk memastikan produk yang dirancang sama
dengan penggunaan yang dimaksudkan. Pada tahap ini dilakukan pembuatan prototype dari desain yang sudah ada. Prototipe adalah model
produk yang memiliki sebagaian besar fungsi yang nantinya ada pada sebuah produk, Prototipe digunakan sebagai bukti konsep yang akan
di evaluasi untuk mengetahui bagaimana produk bekerja, berinteraksi dengan pengguna serta mengetahui potensi risiko yang mungkin
muncul.

Hal pertama yang harus dilakukan dalam verifikasi desain adalah mengidentifikasi pendekatan terbaik untuk melakukan verifikasi. Tim
pengembang menentukan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukurnya dengan mempertimbangkan sumber daya, tenaga kerja,
dan alat yang diperlukan agar verifikasi berhasil. Kegiatan verifikasi desain harus direncanakan dan diperiksa secara rutin dan hasilnya harus
didokumentasikan.

Validasi Desain
Setelah produk diverifikasi maka tahap selanjutnya adalah validasi desain. Validasi desain dilakukan melalui pemeriksaan dan bukti objektif.
Tim pengambang harus mengkonfirmasi bahwa keluaran desain akhir secara konsisten memenuhi penggunaan yang dimaksud. Karena
verifikasi desain dilakukan ketika pekerjaan desain sedang dilakukan, validasi desain mengkonfirmasi bahwa perangkat memenuhi tujuan
penggunaannya.

Transfer Desain
Transfer desain dilakukan setelah kelima tahap pengembangan produk selesai. Keluaran dari pengembangan produk yang harus diserahkan
ke produksi umumnya meliputi prototipe produk, buku panduan, gambar teknik, spesifikasi produk dan hasil pengujian. Proses tranfer
desain memastikan desain produk yang dibuat dapat diterjemahkan dengan benar ke dalam spesifikasi produksi sehingga dapat dilakukan
proses produksi yang benar. Jika ada perubahan desain setelah transfer desain maka perubahan tersebut harus diidentifikasi,
didokumentasikan, divalidasi, diverifikasi, ditinjau dan disetujui sebelum implementasikan ke produksi.

Optimasi Pengembangan Produk


Pengembangan produk baru adalah proses yang kompleks dan membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan biaya. Oleh karena itu, penting
untuk mengoptimalkan proses ini agar dapat menghasilkan produk yang sukses. Optimasi dalam konteks pengembangan produk baru
mencakup berbagai aspek yang dirancang untuk memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan dampak positif produk terhadap keberlanjutan
bisnis. Berikut adalah alasan mengapa optimasi dalam pengembangan produk baru sangat penting:

Efisiensi Biaya: Optimasi memungkinkan perusahaan mengidentifikasi area-area di mana pengeluaran dapat ditekan.
Ini mencakup pengurangan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya pengembangan, biaya produksi dan biaya
operasional terkait produk.
Time to Market yang Lebih Cepat: Dengan mengoptimalkan proses pengembangan produk, perusahaan dapat
mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk membawa produk ke pasar. Ini penting karena dapat meningkatkan daya
saing di pasar yang berubah dengan cepat.
Kualitas Produk yang Lebih Baik: Optimasi melibatkan pengujian dan perbaikan berkelanjutan terhadap produk. Hal
ini dapat meningkatkan kualitas produk, memperbaiki performa, dan mengurangi cacat.
Dukungan Keberlanjutan: Dalam usaha untuk mencapai tujuan keberlanjutan, optimasi memungkinkan perusahaan
untuk merancang produk dengan dampak lingkungan yang lebih rendah, menggunakan bahan yang lebih ramah
lingkungan, dan mengurangi limbah.
Pertumbuhan Bisnis: Dengan memaksimalkan efisiensi dan kualitas, perusahaan dapat meningkatkan pangsa pasar
dan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Ini membantu dalam pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas produk adalah Design for Manufacturability and Assembly (DFMA).

Apa itu DFMA?


DFMA meriupakan suatu metode yang sistematis digunakan dalam proses desain produk untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan
dapat diproduksi dan dirakit secara efisien. Prinsip-prinsip DFMA fokus pada pengurangan kompleksitas desain, biaya produksi, waktu
produksi, dan peningkatan keandalan produk. Salah satu tujuan utama dari DFMA adalah mengintegrasikan perspektif manufaktur dan
perakitan ke dalam tahap awal pengembangan produk. Berikut adalah keterkaitan antara pengembangan produk baru dengan DFMA:

Efisiensi Produksi: Sebagian besar biaya akhir produk ditentukan selama tahap pengembangan. DFMA membantu
mengidentifikasi dan mengeliminasi potensi masalah manufaktur dan perakitan yang dapat meningkatkan biaya
produksi. Dengan menerapkan prinsip DFMA sejak awal dalam proses pengembangan produk, perusahaan dapat
menghemat waktu dan biaya produksi.
Perbaikan Desain Produk: DFMA mendorong perancangan produk dengan komponen yang lebih sederhana dan
mudah diproduksi serta dirakit. Ini membantu mengurangi kompleksitas desain dan meningkatkan keandalan produk.
Dalam hal ini desain yang efisien dan mudah diproduksi adalah kunci.
Peningkatan Kolaborasi Tim: DFMA melibatkan kolaborasi antara tim desain, manufaktur, dan perakitan. Ini
meningkatkan komunikasi dan pemahaman antara departemen yang berbeda. Dalam pengembangan produk baru,
tim yang berkolaborasi dengan baik sangat penting. Melibatkan tim yang beragam sejak awal, termasuk desain,
manufaktur, dan perakitan, dapat membantu memastikan keberhasilan proyek.
Pengendalian Biaya: DFMA membantu mengidentifikasi komponen atau proses yang mungkin mahal dalam produksi
dan merancang ulang mereka untuk mengurangi biaya. Dalam pengembangan produk baru, pengendalian biaya
sangat penting. Dengan mempertimbangkan aspek DFMA, perusahaan dapat merancang produk yang lebih terjangkau
untuk diproduksi dan dijual.
Peningkatan Kualitas: DFMA membantu mengidentifikasi potensi masalah kualitas yang dapat terjadi selama produksi.
Dengan merancang produk dengan pertimbangan manufaktur dan perakitan, perusahaan dapat meningkatkan
kualitas produk dan mengurangi risiko cacat.

Silahkan baca artikel Design for Manufacturabilty and Assembly untuk mempelajari lebih lanjut tentang konsep DFMA dan manfaatnya pada
pengembangan produk baru.

Kesimpulan
Pengembangan produk adalah proses inovatif yang bertujuan menciptakan produk bernilai tambah bagi pengguna. Proses ini melibatkan
sejumlah tahapan, mulai dari konsep desain hingga transfer desain ke produksi. Kesuksesan dalam pengembangan produk dipengaruhi oleh
kualitas , biaya dan waktu yang diperlukan untuk menghadirkannya di pasar. Pentingnya melibatkan manufaktur dan stakeholder sejak awal
dalam proses pengembangan produk untuk menghindari masalah dan meningkatkan efisiensi.

Dimensi kualitas produk yang harus dipertimbangkan mencakup kinerja, fitur, kehandalan, kesesuaian dengan standar, ketahanan,
kemudahan pelayanan purna jual, tampilan, dan kesan kualitas. Selain itu, keekonomian produk juga penting, dengan biaya pengembangan
produk berperan besar dalam menentukan biaya produk akhir. Inovasi adalah kunci untuk mendapatkan daya saing di pasar, dan
pengembangan produk harus dilakukan secara berkelanjutan. Tahapan pengembangan produk yang terstruktur melibatkan konsep desain,
perencanaan desain, pengembangan desain, verifikasi desain, validasi desain, dan transfer desain. Setiap tahapan memiliki peran penting
dalam memastikan produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan standar yang telah ditetapkan.

Rangkuman artikel pengambangan produk baru bisa dilihat di slide berikut:


1/39      

Referensi
Ulrich, K, “Product Design And Development”,
Boothroyd, G., Dewhurst, P., Knight, W., “Product Design for Manufacture and Assembly, 3nd Edition”, CRC Press, New
York, 2011
Chang, Guanghsu A., Peterson, William R., “ Using Design For Assembly Methodology To Improve Product Development
and Design Learning at MSU”, American Society for Engineering Education, 2012
Kurowski, Paul M., Knopf, George K., “Educating Engineers about Product Design Methodology”,
https://www.researchgate.net/publication/252218737_Educating_Engineers_about_Product_Design_Methodology
Charles Anson et al, “Desain dan pembuatan alat penggiling daging dengan quality function deployment”, Jurnal Teknik
Industri Vol. 8, No. 2, Desember 2006: 106-113, http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=IND
Rosnani Ginting, Amir Yazid Ali, “ TRIZ or DFMA Combined With QFD as Product Design Methodology: A Review “,
Pertanika J. Sci. & Technol. 24 (1): 1 – 25 (2016)
Jahangir Yadollhi Farsi, Noraddin Hakiminezhad, “The integration of QFD Technique, Value Engineering and Design for
Manufacture and Assembly (DFMA) during the Product Design Stage”, Advances in Environmental Biology, 6(7): 2096-
2104, 2012, ISSN 1995-0756

Design For Manufacturability and Assembly (DFMA)

 You May Also Like


Design For Manufacturability and Assembly (DFMA)
June 23, 2023 0

Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment *

Name *

Email *

Website
Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

Post Comment

Copyright © 2023 donie.id. All rights reserved.


Theme: ColorMag by ThemeGrill. Powered by WordPress.

Anda mungkin juga menyukai