Anda di halaman 1dari 4

METODA DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

Diyah Rusmaharani
NIM: 21020120420029
Universitas Diponegoro

A. PENGERTIAN

Dalam konteks ilmu arsitektur, metoda dapat diartikan sebagai cara mendekati, mengamati dan menjelaskan suatu
gejala (dalam arsitektur, perancangan dan seterusnya) dengan menggunakan landasan teori.

Sedangkan Pengertian Perancangan atau desain berasal dari kata Bahasa Latin, yaitu Designose (berasal dari kata
dasar Sec) yang artinya memotong dengan gergaji atau bisa diartikan sebagai tindakan menakik guna memberi
tanda. Maksud memberi tanda tersebut bisa dijabarkan sebagai penambahan citra pada suatu obyek tertentu.
Perancangan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata “rancang” yang kemudian berkembang menjadi
“merancang” yang dapat diartikan sebagai kegiatan mencocokkan sesuatu ke dalam tanah (Bahar & Syoufa,
2009).

B. JENIS METODA PERANCANGAN

Fase Evolusi Perancangan

Terdapat tiga fase evolusi dalam desain, yang meliputi fase : Craftmanship,Draughtmanship dan Design Method
(yang sekarang digunakan). Ketiga fase tersebut secara garis besar, berturut turut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fase Craftmanship atau Craft Evolution

Dalam Fase ini suatu perencanaan dilakukan dengan mengutamakan kreativitas atau kerajinan (seni) semata
oleh sang perancang. Ciri-ciri perencanaannya adalah:
a. Kreativitas tersebut akan menghasilan suatu bentuk karya seni yang bagus dan indah.
b. Pelaku perencanaan merupakan perancang dengan skill atau kemampuan yang terlatih
c. Hasil akhir sebagai penyempurnaan atas kesalahan perancangan yang dibuat sebelumnya.

2. Fase Draughtmanship Atau fase perencanaan berdasarkan gambar


Perencanaan dalam fase ini dilakukan dengan menghitung ukuran atau dimensi dengan suatu ukuran tertentu,
mempunyai bentuk yang jelas, dan dapat dibuat dengan jumlah yang banyak atau dibuat kembali. Ciri-ciri
perencanaan tersebut adalah:
a. Memisahkan produksi menjadikan beberapa bagian.
b. Ada kemungkinan merubah bagian-bagian produksi.
c. Waktu yang digunakan untuk merealisasikan rancangannya lebih efisien.
d. Melibatkan banyak pelaksana untuk merealisasikannya.
e. Melaksanakan rencana-rencana yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
.
3. Fase Design Method
Pada fase ini terbagi kembali menjadi dua tipe metode perancangan, yakni tipe Tradisional dan Rasional.

a.Metoda Lama (Tradisional, Blackbox).


Dalam metode lama menempatkan Arsitektur sebagai produk empu pencipta, ahli sulap, atau manusia
setengah dewa. Metode perancangan blackbox ini, dilakukan secara spontanitas oleh perancang suatu karya
tersebut. Ide datang bisa dari mana saja dan kapan saja untuk membuat suatu karya sebuah bangunan hasil
ciptaannya hanya untuk dipuji atau dicela dan tidak untuk didiskusikan. Karakteristik dari metoda ini
adalah sebagai berikut:
• Hasil proses kreatif tak terlihat, kotak gelap, tanpa kritik.
• Hasil perancangan dikendalikan oleh masukan yang diterima.
• terdahulu, dominan berdasarkan pengalaman, ilham, wangsit, atau mimpi, atau trial & error.
• Kapasitas produksi bergantung kepada ketersediaan waktu, mood, imajinasi.
• Seringkali ada lompatan pemahaman, karena persoalan rumit. ditransformasikan menjadi hal yang
terlalu sederhana
b. Metoda Baru (Rasional, Glassbox)
Dalam metode baru, arsitektur sebagai produk dari proses yang rasional, empirik. Metode ini
merupakan kebalikan dari metode tradisional. Metode perancangan glassbox ini, dilakukan secara
rasional dan logis oleh sang perancang terhadap karya yang dibuatnya.Konsep perancangan yang dibuat
tidak datang secara spontan namun melalui beberapa tahap-tahap yang dilakukan dengan
mempertimbangkan hal-hal tertentu.Adapun karakteristik dari metoda ini adalah:
a. Tujuan, variabel, dan kriteria ditentukan dengan matang
b. Analisis cukup lengkap, kalau perlu melalui pengujian sebelum kesimpulan ditemukan
c. Evaluasi bermakna dan logis, bukan cobacoba
d. Strategi ditentukan dengan matang, biasanya sekuensial; lintas paralel; kondisional; siklus ulang
Analisis Informasi
Dalam metode perancangan rasional, sang perencana tidak selalu melakukan pembangunan terhadap
karya mereka. Karya yang mereka buat bisa dibangun oleh orang lain. Berbeda dengan metode
perancangan metode tradisional bahwasanya perencana adalah pelaku pembangunannya (Jones, 1970).

C. PROSES PERANCANGAN

Proses perencanaan merupakan gambaran dari sebuah proses suatu keadaan awal hingga keadaan masa
depan yang dibayangkan dengan menjelaskan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara sistematis di
dalamnya.

a. Proses Perancangan Lima-Langkah

Dalam proses perancangan lima lingkah memuat sejumlah uratan Langkah-langkah sebagai berikut :

Permulaan Pengenalan, pembatasan masalah

Persiapan Pengumpulan data dan Analisis informasi (Pemograman)

Pengajuan Mempertimbangkan: Sosial, ekonomi, fisik, program, tapak, klien, teknologi, estetika,
Usul nilai-nilai perancangan. Dibutuhkan gambar permulaan untuk memudahkan pemecahan

Evaluasi perbandingan pemecahan pemecahan usulan rancangan dengan tujuan-tujuan


Evaluasi
dan kriteria yang dikembangkan dalam tahap premrogaman

Tindakan Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan persiapan dan pelaksanaan suatu proyek
seperti: menyiapkan dokumen konstruksi (gambar kerja dan spesifikasi tertulis untuk
bangunan) serta pemilihan kontraktor

Gambar 1. Skema Proses Perancangan Lima Langkah dalam Arsitektur (Snyder & Catanese, 2019)
b. Proses Perancangan Pada Praktek Arsitektural

Pada praktek arsitektural, umumnya melibatkan langkah- langkah berikut: Program, Schematic
Design, Preliminary Design, Design Development, Contract Documents, Shop Drawings,
Construction. Dalam masing-masing langkah, permasalahan desain harus diselesaikan, desainer
memerlukan proses pemecahan masalah yang efektif. Ada berbagai macam motode dan proses
yang baik. Berikut ini adalah lima langkah proses pemecahan masalah yang dipaparkan oleh Paul
Laseau, (2000):

1) Problem Definition
Mengidentifikasi batas tertentu dari masalah yang harus diselesaikan. Kemudian beberapa
bagian dianalisa untuk menentukan kebutuhan, kendala, dan sumber. Pada akhirnya desainer
menentukan tujuan desain yang spesifik.
2) Developing Alternatives
Desainer mempertimbangkan existing, solusi baru dan beberapa alternative yang layak.
3) Evaluation
Kriteria evaluasi desain yang diadopsi dari dasar tujuan desain. Kemudian solusi dari
alternative dinilai menggunakan kriteria desain.
4) Selection
Berdasarkan hasil dari evaluasi, satu alternatif akan dipilih. Jika tidak ada satu desain yang jauh
lebih unggul, maka dua solusi atau lebih akan dikombinasikan. Dalam kedua kasus, alternatif
terpilih biasanya telah dimodifikasi lebih lanjut dengan beberapa bagian yang lebih sukses dari
solusi lainnya.
5) Communication:
Solusi akhir dari permasalahan desain harus dideskripsikan sedemikian rupa dan sebaik
mungkin agar dapat digunakan secara optimal untuk tahap desain selanjutnya. (Laseau, 2000)

Program Schematic Preliminary Design Contract Shop Construction


design Design Development Document Drawings
s
Problem Definition

Developing Alternatives

Evaluation

Selection

Communication

Gambar 2. Skema Perancangan Arsitektur (Laseau,Paul 2000).


DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Y. N., & Syoufa, A. (2009). Pengantar Arsitektur Teori dan Filosofi. Jakarta: Penerbit Gunadarma.

Jones, J. (1970). Developments in Design Methodology. New York: Wiley-Interscience.

Laseau, P. (2000). Graphic Thinking for Architects and Designers. Lois Nur.

Snyder, J. C., & Catanese, A. J. (2019). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai