Oleh
DIYAH RUSMAHARANI
21020120420029
Abstrak
Behavior Mapping merupakan sebuah metode yang dalam
menganalisa datanya digambarkan dalam bentuk sketsa atau
diagram mengenai suatu area dimana manusia melakukan
berbagai kegiatan dengan tujuan untuk menggambarkan perilaku
dalam peta, mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta
menunjukkan kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud
perancangan yang spesifik. Behaviour mapping dibedakan menjadi
Place Centered Mapping dan person Centered Mapping. Dalam
penelitian ini digunakan Teknik place centered mapping untuk
mengetahui bagaimana suatu kelompok manusia memanfaatkan
suatu ruang dalam situasi waktu dan tempat tertentu. Data yang
dikumpulkan berupa data primer, dengan pengamatan langsung
dilapangan. Waktu pengamatan dilakukan pada pagi, siang dan
sore. Subjek dibedakan berdasarkan perempuan dan laki-laki yang
ditandai menurut warna biru untuk subjek laki-laki dan merah muda
untuk subjek perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui presepsi atribut pengunjung yang ditinjau pola
pemilihan tempat duduk pengunjung Food Court Rita Supermall.
Kata kunci: Perilaku, Atribut, tempat duduk
A. Pendahuluan
Atribut menurut Weisman terdiri dari kesesakan, sosiabilitas,
aksesibilitas, visibilitas, keamanan, dan kenyamanan (Weisman
1981). Pendapat lain mengenai atribut baik atribut yang muncul dari
lingkungan atau manusia, yakni kesesakan, sosiabilitas,
aksesibilitas, sensor inderawi, visibilitas, keaman an,
kenyamanan, adaptabilitas, aktivitas, privasi, legabilitas, dan makna
(Windley and Scheidt 1980).
Pemilihan atribut itu sendiri harus dilihat relevansinya dengan
setting fisik dan perilaku manusia di sekitarnya. Setting adalah
wadah ruang fisik dimana tertuang kebiasaan sehari-hari
seseorang (Haryadi ,2010). Arti lain dari setting menurut Rapoport
(1978), juga diartikan juga sebagai tempat manusia berkegiatan.
Untuk memahami dan menguraikan hubungan perilaku dengan
lingkungan serta menemukan atribut sebagai pengalaman yang
dihasilkan, digunakanlah metode behaviour mapping. Didalam
behaviour mapping dibedakan menjadi person centered mapping
dan place centered mapping.
Behavior Mapping menurut setiawan, (2014) merupakan
sebuah metode yang dalam menganalisa datanya digambarkan
dalam bentuk sketsa atau diagram mengenai suatu area dimana
manusia melakukan berbagai kegiatan. Tujuan dari behavioral
mapping ini adalah untuk menggambarkan perilaku dalam peta,
mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta
menunjukkan kaitan antara perilaku tersebut dengan wujud
perancangan yang spesifik. Person center mapping ini berkaitan
dengan tidak hanya satu tempat atau lokasi akan tetapi dengan
beberapa tempat atau lokasI namun dengan subjek yang khusus
untuk diamati.Place-centered mapping peneliti berhadapan dengan
banyak manusia, pada person centered mapping peneliti
berhadapan dengan seseorang yang khusus diamati.
Penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana manusia
mengatur dirinya dalam suatu lokasi tertentu. Teknik survei ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana manusia atau sekelompok
manusia memanfaatkan, menggunakan atau mengakomodasikan
perilakunya dalam suatu situasi waktu dan tempat tertentu. Dalam
teknik ini, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat
sketsa suatu tempat atau setting, meliputi suatu unsur fisik yang
diperkirakan mempengaruhi perikalu pengguna ruang tersebut.
Peneliti dapat meng-gunakan peta dasar yang telah dibuat
sebelumnya. Akan tetapi, yang perlu diingat adalah bahwa peneliti
harus akrab dengan situasi tem-pat atau area yang akan diamati
serta me-nentukan simbol atau tanda sketsa atas setiap perilaku.
Kemudian dalam satu kurun waktu tertentu, peneliti mencatat
berbagai peri-laku yang terjadi dalam tempat tersebut dengan
menggambarkan simbol -simbol pada peta dasar yang telah
disiapkan (Sommer dalam Makaley dan Waani, 2015). Pada
intinya, Teknik survei person centered mapping ini menekankan
pada pergerakan manusia pada suatu periode waktu tertentu.
Teknik ini akan berkaitan tidak hanya satu tempat atau lokasi akan
tetapi dengan beberapa tempat atau lokasi dan hanya berhadapan
dengan seseorang yang khusus diamati.
Setiawan menambahkan, penelitian dengan place centered
mapping digunakan untuk mengetahui bagaimana suatu kelompok
manusia memanfaatkan suatu ruang dakam situasi waktu dan
tempat tertentu. Teknik survei ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana manusia atau sekelompok manusia memanfaatkan,
menggunakan atau mengakomodasikan perilakunya dalam suatu
situasi waktu dan tempat tertentu. Pengamatan dilakukan pada
setiap subjek pada satu periode yang dicatat dan dilakukan
berulang-ulang sampai relative tetap. Penelitian dilakukan mulai
pada saat kondisi 1/3 terisi, ½ terisi dan 2/3 terisi. Saat
pengamatan peneliti tidak berada diruang pengamatan dan datang
ketempat pengamatan pada saat kondisi ruang kosong untuk
mengetahui kondisi eksisting. Pengumpulan data primer berupa
data kondisi eksisting Foodcourt Rita Supermall, dengan langkah-
langkah penelitian meliputi:
1. Penyiapan metode yang akan digunakan
2. survei kondisi eksisting tempat, pembuatan denah ataupun
sketsa tempat,
3. survei menggunakan metode yang dipilih,
4. Langkah terakhir adalah analisis, ditarik kesimpulan
berdasarkan hasil analisis tersebut.
30
25 15
20
15 7
10 13 9
5
0
N,O,L,P,Q,R,V,Y,Z I,H,G,E,F
40
10
20 30 20
34 3
0 N,O,L,P,Q,R,V,W,X,Y I,H,G,E,F A,B,C,D J,K
,Z
Gambar 7. Grafik Pemilihan Tempat Duduk pada pukul 13.00 WIB
N,L,O,P,Q,
R,V,Y,Z
69%
100%
80% 94 40 7
60% 5
40% 41 5
63
20%
0%
N,L,O,P,Q,R, I,H,G,E,F A,B,C,D J,K
V,Y,Z
Column1 PEREMPUAN
Berikut merupakan grafik pemilihan tempat duduk dari keseluruhan
waktu pengamatan pada pukul 10.00, 13.00 dan 16.30 WIB pada Food
Court Supermall:
Gambar 9. Grafik Pemilihan Tempat Duduk
pada pukul 10.00, 13.00 dan 16.30 WIB.
Saran
Dari Kesimpulan tersebut didapatkan saran bahwa diperlukannya
perubahan layout penataan kursi dengan meletakkan kursi di area yang
tidak berdekatan dengan escalator dan akses masuk agar tidak terjadi
kesesakan. Kursi tidak disusun memusat pada satu segmen stand saja
namun disesuaikan dengan keadaan stand. Letak kursi sebaiknya disusun
tidak berhadapan dan tidak saling memunggungi, sehingga pengunjung
merasa nyaman (dalam hal privasi dan sekuritas). Diperlukan juga lebih
banyak pengunjung, terutama pada tempat duduk di stand yang memiliki
banyak pengunjung sehingga dapat mengurasi kesesakan di stand
tersebut yang dapat mengganggu aksesibilitas pengunjung lain.
E. Daftar Pustaka