Arsitektur
“Kritik Normatif Studi Kasus Banjir”
• Administratif
• Geografis
Gambaran Umum
Kota Jakarta
Provinsi DKI Jakarta mempunyai luas daratan
661,52 km2 dan lautan seluas 6.977,5 km2 serta tercatat
±110 pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu.
sumber: Wikipedia
Geografis
Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah
hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari
sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya
sumber: Wikipedia
Permasalahan Banjir
Kota Jakarta
• Sejarah Banjir Jakarta
• Titik Banjir Jakarta
• Penyebab Banjir Jakarta
• Dampak Banjir Jakarta
• Upaya Penanggulangan
Banjir rob di Muara Baru
• Secara garis besar, prasasti tersebut berisikan pesan jika Raja Purnawarman pernah
menggali Kali Chandrabhaga di daerah sekitar Bekasi dan Kali Gomati atau yang
sekarang dikenal sebagai Kali Mati di Tangerang.
• Penggalian tersebut merupakan upaya mengatasi banjir. Sungai yang digali tersebut
diharapkan bisa mengalirkan debit air, sehingga banjir di Jakarta kala itu bisa segera
surut. Selain itu, penggalian kali ini juga ditujukan untuk kepentingan irigasi sawah
warga
• Kemudian pada 1918 menjadi banjir terparah selama sembilan tahun terakhir. Selama berhari-hari hujan
terus mengguyur Batavia. Akibatnya hampir seluruh rumah di Batavia terendam banjir. Gubernur Jenderal
JP Graaf van Limburg Stirum dan pejabat Belanda lagi-lagi tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan
banjir ini. Kanal tetap tidak berfungsi baik karena selalu tersumbat sampah, lumpur dan tanah.
• Permasalahan banjir di Batavia pertama kali ditangani secara sistematik pada pertengahan tahun 1920.
Saat itu, di Bogor banyak hutan yang dibuka untuk dijadikan lahan perkebunan teh. Sehingga hal ini
dikhawatirkan akan menambah dampak banjir di Batavia kala itu. Oleh karena itu, untuk meminimalisir hal
tersebut dibuatlah rencana van Breen atau perbaikan tata-air-ibukota Batavia. Rencana ini merupakan
strategi untuk mengendalikan air di Batavia. Secara garis besar, rencana ini lebih diarahkan pada tata
lingkungan kota di daerah terbangun. Rencana ini juga dikatkan dengan wacana pembuangan air dan
kotoran dari wilayah permukiman yang saat itu sedang dibangun, yakni daerah Menteng. Inti dari rencana
van Breen ialah membuat terusan baru yang posisinya melintang ke arah alur sungai di wilayah Batavia,
yaitu timur barat di penempatan alur. Hal ini lebih dikenal dengan istilah transversal channel.
• Pada 1922, juga disusun rencana perbaikan kampung atau Kamppongverbeetering. Namun, rencana ini
tidak berjalan lancar karena minimnya alokasi dana.
• Banjir terparah kedua setelah 1918 terjadi pada 1932, tepatnya pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal B.C. de
Jonge. Selain menjadi banjir terparah kedua, banjir kali ini juga banyak disorot oleh media cetak. Salah satunya surat
kabar The Orient yang memberitakan banjir di Jalan Sabang. Karena merupakan pusat pertokoan dan lokasi nongkrong
anak muda Batavia.
• Sungai Ciliwung yang berkelok-kelok dialihkan dan digantikan sebuah terusan lurus yang membelah Kota Batavia
menjadi dua bagian. Namun demikian, sistem kanal yang telah dibangun ternyata tidak mampu mengatasi banjir besar
yang melanda Batavia pada tahun 1932 dan 1933. Contoh bangunan kanal dan pintu air peninggalan jaman Belanda yang
dahulu dibangun untuk mengatasi permasalahan banjir di wilayah Jakarta dan masih ada hingga kini antara lain Kanal
Banjir Kalimalang, Pintu Air Matraman, dan Pintu Air Kare.
• Pada 8 Januari malam hingga 9 Januari 1932 dini hari, hujan deras mengguyur Batavia. Saat itu curah hujan mencapai
150 mm.
• Akibatnya, air meluap sehingga terjadi banjir, seperti di kawasan selatan Koningsplein (sekarang Monas), tepatnya di
Gang Holle (kini Jalan Sabang), terlihat mobil mogok di tengah genangan air
1996
• Dalam “Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta”, (alm) Sutopo
Purwo Nugroho, yang pernah menjabat Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menuliskan pada tahun 1996 Kali Ciliwung debit airnya mencapai puncak
yaitu 743 meter kubik per detik.
• Pada tanggal 9-11 Februari 1996, banjir lebih besar terjadi di Jakarta, hal ini dikarenakan buruknya seluruh
sistem drainase yang ada. Bahkan ketinggian banjir yang merendam Jakarta kala itu mencapai 7 meter, dan
menyebabkan jatuhnya korban hingga 20 orang.
Sumber: boombastis.com
2002
• Banjir yang menyerang Jakarta sejak 27 Januari hingga 1 Februari 2002 ini telah menyebabkan 42 kecamatan
serta 168 kelurahan harus terendam air. Kejadian ini membuat 24.25% dari luas kota Jakarta digenangi air
bah.
• Sutopo Purwo Nugroho, dalam “Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir
Jakarta” mengungkapkan ketinggian air yang menggenangi Ibu Kota kita ini mencapai ketinggian 5 meter.
Akibat kejadian ini, 21 nyawa tercatat menjadi korban.
• Sumber:https://www.boombastis.com/
2007
• Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain
sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga
keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari
Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir
dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
• Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (saat itu masih bernama
Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai
rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang
mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.
• Curah hujan pada 1 Januari 2020 di sekitar Jakarta, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG),
termasuk yang paling ekstrem dan tertinggi sejak 154 tahun lalu. Banjir yang dipicu hujan besar menenggelamkan sebagian
ibukota negara dan kota-kota penyangga sekitarnya.
• Sampai hari ini, lebih dari 50 orang tewas dan lebih dari 170 ribu orang menjadi pengungsi dadakan karena rumah mereka
tersapu air bah.
• Sudah banyak penelitian dan kajian untuk menanggulangi banjir Jabodetabek. Baik pemerintah pusat dan daerah telah
memproduksi dokumen perencanaan, tata ruang, master plan dan program.
• Namun hanya sedikit dari rencana-rencana tersebut sedikit yang sudah benar-benar terlaksana. Implementasi rencana
penanggulangan banjir masih parsial, jangka pendek, dan belum terintegrasi.
sumber:daerahkita.com
Jumlah Pompa 487
+ 175
+67
pompa = 729
pompa pompa
mobile/ber Pompa
stasioner underpass
gerak
Faktor Penyebab Banjir Jakarta
Penurunan tahan
Sumber Berita
Masalah Problem Infrastruktur Drainage
sumber: cnnindonesia.com
Sumber Berita
Fenomena La Nina
sumber: kompas.com
Sumber Berita
Sampah
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Fraksi NasDem DPRD DKI Jakarta
Wibi Andrino mengkritik penanganan sampah di hulu oleh pemerintah DKI
Jakarta. Menurut dia, masih banyaknya pembuangan sampah di sungai
mengakibatkan saluran air tersumbat dan banjir.
Drainase juga hanya mampu menampung curah hujan maksimal
100 mm per hari. Sedangkan tingkat hujan deras di Jakarta belakangan ini
bisa mencapai 150 mm per hari. “Buruknya daya tampung drainase otomatis
menyebabkan banjir Jakarta," kata dia dalam diskusi virtual, Senin, 22
Februari 2021. Apalagi ditambah dengan pola perilaku hidup masyarakat yang
masih membuang sampah di saluran air.
sumber: tempo.co
Sumber Berita
Penurunan Tanah
Jakarta - BMKG mengingatkan wilayah DKI Jakarta berpotensi mengalami banjir selama
beberapa hari ke depan. Pasalnya, terjadi penurunan tanah seluas 40 persen di wilayah
Jakarta yang mengakibatkan kawasan ini mudah tergenang air.
"Genangan juga mudah terjadi di Jakarta terutama Jakarta Utara, karena 40 persen
wilayahnya memang sudah lebih rendah karena fenomena penurunan tanah. Terlebih
banjir akan lebih meluas apabila terjadi rob pasang naik air laut, sebagaimana terjadi di
Semarang," ujar Subkoordinator Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas
Udara BMKG, Siswanto, melalui keterangan tertulis, Minggu (7/2/2021).
sumber: new.detik.com
Kondisi Pesisir Jakarta
• Permukiman di sejumlah wilayah di kawasan Jakarta Utara terendam air laut. Hal ini disebabkan permukaan
tanah di kawasan itu yang mengalami penurunan. Di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, sebuah
masjid bernama Wall Adhuna terendam air laut secara permanen.
• Masjid tersebut sudah hampir satu dekade tak dapat difungsikan. Padahal, dahulu masjid ini menjadi tempat
ibadah para nelayan yang tengah bersandar. Jalanan di sekitar Masjid Wall Adhuna juga sudah terendam air
laut secara permanen. Lumut dan ikan-ikan kecil pun bermunculan di lokasi tersebut
• Tak berfungsinya jalanan menyebabkan kawasan tersebut nyaris tak memiliki akses. Alhasil, warga
memanfaatkan ruang sempit di tembok tanggul untuk melintas. Pada Februari 2018, Direktur Pengairan dan
Irigasi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Abdul Malik Sadat Idris mengatakan, terjadi
penurunan permukaan tanah di Jakarta sekitar 3 hingga 18 sentimer (cm). Penurunan permukaan tanah itu
disebabkan beban bangunan gedung, serta pengambilan air tanah yang tidak terkontrol. Abdul mengatakan,
tren penurunan permukaan tanah berbeda-beda di setiap lokasi.
sumber : Kompas.com
Permukaan laut di Muara Baru, Jakarta Utara, lebih tinggi dari
Mushola Waladuna, Muara baru, Jakarta Utara permukaan tanah, tanggul semakin amblas turun
Sumber: Kumparan
1, Di akses Jalan Kemang Timur dan Kemang Utara, Mampang, Jakarta Selatan,
terputus, akibat banjir. Banjir setinggi kurang lebih satu 1 meter akibat hujan deras dan
luapan air Kali Krukut. banjir sudah merendam Perumahan Kemang Timur, Kelurahan
Bangka, dan sekolah yang berada di wilayah itu.
2. JL. Kapten Tendean terputus akses lalu lintasnya akibat curah hujan yang tinggi
sumber: kompas tv
Sumber Berita
Kerusakan Bangunan dan properti
sumber: kompas tv
Upaya Penanggulangan
• Normalisasi Sungai
• Revitalisasi Pompa Air
• Perbaikan Drainage (kapasitas)
• Optimalisasi RTH
• Penanggulangan Sampah
• Pengetatan regulasi terkait pemanfaatan air tanah
Kajian Teori
1.Green planning and design : Perencanaan dan perancangan kota yang beradaptasi pada kondisi
biofisik kawasan.
2.Green open space : Mewujudkan jejaring ruang terbuka hijau.
3.Green waste : Usaha menerapkan 3 R (reduce, reuse, recycle).
4.Green transportation : Pengembangan transportasi yang berkelanjutan/transportasi massal.
5.Green water : Efisiensi pemanfaatan sumber daya air.
6.Green energy : Pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan
7.Green building : Pengembangan bangunan hemat energi.
8.Green community : Kepekaan, kepedulian, dan peran aktif masyarakat dalam
pengembangan atribut kota hijau. Konstruksi bangunan yang ramah
lingkungan menjadi sebuah elemen vital dalam perwujudan kota hijau.
Regulasi PEMDA
Regulasi yang mendukung konsep “Kota Hijau” terkait kasus Banjir Jakarta
a.PERDA 01 TAHUN 2012 TENTANG RTRW 2030 (Rencana Detail Tata Ruang)
b.PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH
c.Pedoman Pemberian Saran Teknis Izin Pemboran dan atau Pegambilan/Pemanfatan Air Bawah Tanah
(PERGUB No.21 Tahun 2006)
d. Permen PUPR No. 05 Tahun 2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung
PERDA 01 TAHUN 2012 TENTANG RTRW 2030 (Rencana Detail Tata Ruang)
Pasal 6
Tentang Kebijakan Penataan Ruang
(5) Untuk mewujudkan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf e, ditetapkan kebijakan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan konservasi kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, kawasan lindung,
sumber daya air, dan pengembangan RTH untuk keseimbangan ekologi kota Jakarta;
b. Pengembangan RTH untuk mencapai 30% (tiga puluh persen) dari luas daratan Provinsi DKI
Jakarta terdiri dari RTH Publik dan RTH Privat yang didedikasikan sebagai RTH bersifat publik
seluas 20% (dua puluh persen) dan RTH Privat seluas 10% (sepuluh persen) sebagai upaya
peningkatan kualitas kehidupan kota;
c. Penurunan emisi gas rumah kaca sebagai upaya mengantisipasi pemanasan global dan
perubahan iklim; dan
d. Penetapan dan pemeliharaan kawasan yang memiliki nilai strategis yang berpengaruh
terhadap aspek lingkungan.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH
Pasal 40
(1) Untuk menjaga daya dukung dan fungsi daerah imbuhan air tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 39 ayat (3) huruf a dilakukan dengan cara:
a. mempertahankan kemampuan imbuhan air tanah;
b. melarang melakukan kegiatan pengeboran, penggalian atau kegiatan lain dalam radius 200
(dua ratus) meter dari lokasi pemunculan mata air; dan
c. membatasi penggunaan air tanah, kecuali untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
(2) Untuk menjaga daya dukung akuifer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (3) huruf
b dilakukan dengan mengendalikan kegiatan yang dapat mengganggu sistem akuifer. (3)
Untuk memulihkan kondisi dan lingkungan air tanah pada zona kritis dan zona rusak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (3) huruf c dilakukan dengan cara:
a. melarang pengambilan air tanah baru dan mengurangi secara bertahap pengambilan air
tanah baru pada zona kritis air tanah;
b. melarang pengambilan air tanah pada zona rusak air tanah; dan
c. menciptakan imbuhan buatan.
Pedoman Pemberian Saran Teknis Izin Pemboran dan atau Pegambilan/Pemanfatan
Air Bawah Tanah (PERGUB No.21 Tahun 2006)
Pasal 4
1. Zona akuifer 1 yang dimaksud mempunyai penyebaran muka air tanah dengan kedalaman rata-
rata 40m yang terbagi menjadi 3 zona yaitu :
a. daerah dengan debit/volume pengambilan paling tinggi 18 m3/km/jam
b. daerah dengan debit/volume pengambilan paling tinggi 21,6 m3/km/jam
c. daerah dengan debit/volume pengambilan paling tinggi 25,2 m3/km/jam
2. Zona akuifer 2 yang dimaksud mempunyai penyebaran muka air tanah dengan kedalaman rata-
rata diatas 40 m yang terbagi menjadi 3 zona yaitu :
a. daerah dengan debit/volume pengambilan paling tinggi 12,6 m3/km/jam
a. daerah dengan debit/volume pengambilan paling tinggi 36 m3/km/jam
a. daerah dengan debit/volume pengambilan paling tinggi 90 m3/km/jam
Permen PUPR No. 05 Tahun 2016 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Gedung
Pasal 26
(1) Penetapan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf
a melalui mekanisme: a. pemilik bangunan gedung mengusulkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
dalam permohonan IMB; dan b. pemerintah daerah menetapkan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
Pasal 29
Proses prapermohonan IMB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a meliputi: a. permohonan KRK
oleh pemohon kepada pemerintah daerah; dan b. penyampaian informasi persyaratan permohonan
penerbitan IMB oleh pemerintah daerah kepada pemohon
Pasal 30
(4) KRK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi ketentuan meliputi: a. fungsi bangunan gedung yang
dapat dibangun pada lokasi bersangkutan; b. ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan; c.
jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan KTB yang diizinkan; d. garis sempadan
dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan; e. KDB maksimum yang diizinkan; f. KLB
maksimum yang diizinkan; g. KDH minimum yang diwajibkan; h. KTB maksimum yang diizinkan; i. jaringan
utilitas kota; dan j. keterangan lainnya yang terkait.
Pasal 32
(1) Pemohon harus mengurus perizinan dan/atau rekomendasi teknis lain dari instansi berwenang untuk
permohonan IMB bangunan gedung tidak sederhana untuk kepentingan umum dan bangunan khusus sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Perizinan dan/atau rekomendasi teknis lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara lain: a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); b. Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL); c. Ketentuan Keselamatan Operasi
Penerbangan (KKOP); dan d. Surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (SIPPT).
Kritik Normatif
Banjir Jakarta
Struktur Penulisan
Kritik
Evaluasi
Berisi pernyataan umum mengenai suatu yang akan disampaikan.
Deskripsi teks
Berisi tentang informasi tentang data-data dan pendapat-pendapat yang mendukung
pernyataan atau bahkan melemahkan tanggapan yang disampaikan. Pendapat-pendapat
tersebut mulai muncul pada paragraf kedua dan ketiga.
Penegasan ulang
Berisi tentang penegasan ulang terhadap apa yang telah dilakukan atau yang telah
diputuskan. Penegasan ulang muncul pada paragraf terakhir.
Kritik Normatif Tipikal
• Problematika banjir Jakarta sudah tidak asing lagi didengar. Musim hujan tiba maka bencana rutin ini kembali trjadi.
Penerapan konsep Green City atau kota hijau terlihat belum optimal. Hal ini telihat dari penyebab terjadinya banjir ,
diantaranya penurunan tanah,kurangnya area resapan atau RTH dan masih banyaknya bangunan liar di sepanjang sungai
Ciliwung yang tidak sesuai peruntukan/ tata kelola yang merupakan akibat dari pembangunan kota.
• Ada 8 atribut yang menjadi poin dalam konsep tersebut menurut Kementrian PUPR. 3 diantaranya adalah Green planning
& design, Green open space , dan Green community . Ketiga atribut ini bisa dikatakan menjadi poin penting dalam
pencagahan banjir. Tidak hanya untuk di Jakarta namun di kota-kota lainnya. Karena konsep ini juga merupakan gagasan
dari Kementrian PUPR untuk diterapkan di kota-kota di Indonesia.
• Berbeda dengan kota Semarang yang juga mengalami banjir, regulasi planning design dikatakan cukup lebih baik dari
Jakarta jika dilihat tata Kelola lahannya dengan area resapan masih cukup memadai yaitu 52% dari keseluruhan wilayah
tersebut. Sedangkan area resapan di Jakarta hanya 9,9% dari yang distandarkan yaitu 20-30%. Menurut Yayat Supriyatna,
pengamat tata kota, pusat wilayah Jakarta Selatan, khususnya Kemang seharusnya dijadikan daerah resapan karena
daerah tersebut berada pada daerah yang rawan banjir dan memiliki curah hujan yang tinggi, namun sekarang dijadikan
pusat bisnis dan tempat berdirinya bangunan elit yang minim resapan dan system drainase yang buruk. Namun untuk
perihal sampah Jakarta sama halnya dengan Semarang. Menurut Pak Hendi selaku walikota Semarang, masyarakat
masih belum memiliki kesadaran yang baik untuk membuang sampah pada tempatnya, hal ini sama dengan kondisi
Jakarta. Di Jakarta banyak drainase, pintu-pintu air dan sungai-sungai yang masih tertutup oleh sampah, sehingga
memicu terjadinya banjir. Namun, dalam hal waktu pulih pasca banjir Semarang terhitung lebih cepat disbanding Jakarta,
karena penerapan 3 atribut kota hijau jauh lebih baik dari Jakarta yang juga memiliki kompleksitas penyebab dan efek
banjir yang lebih banyak.
• Dengan Konsep Green City/Kota Hijau, diharapkan dapat mengatasi problematika lingkungan hidup dan juga lingkungan
binaan salah satunya adalah banjir. Kerjasama nyata dari PEMKOT dan masyarkat sangatlah penting dalam mewujudkan
konsep Kota Hijau tersebut.
Kritik Normatif Terukur
• Banjir Jakarta hingga kini masih menjadi permasalahan turun temurun dari sejak awal pendirian kota ini oleh Pemerintah Hindia
Belanda . Tepatnya pada Februari tahun 2021, banjir terjadi kembali di kota ini. Wilayah yang terendam banjir lebih dari 200 RT. Sebanyak
1380 korban jiwa diungsikan ke posko-posko pengungsian.
• Penyebab banjir terjadi dikarenakan 2 hal yaitu alam dan manusia. “Fenomena iklim global La Nina menyebabkan
meningkatnya curah hujan hingga 40 persen” dilansir dari kompas.com merupakan faktor alam yang terjadi menurut deputi BMKG.
Sedangkan untuk faktor manusia yaitu terletak pada pembangunan yang dilakukan. Banyaknya pembangunan menyebabkan RTH (Ruang
Terbuka Hijau) menipis dan juga drainase menjadi terganggu dari segi kapasitas yang hanya memiliki daya tamping berkisar antara 50-100
mm. Bila terjadi hujan di atas 100 mm (130-160 mm per hari) maka terjadi genangan banjir di Jakarta. Pembangunan gedung-gedung
tinggi di Jakarta juga banyak yang memanfaatkan air tanah secara illegal yaitu mengambil air tanah lebih dari 100 meter, sehingga
menyebabkan penurunan tanah sebesar 10-12 cm setiap tahunnya, hal ini dibarengi dengan kenaikan muka air laut yang mengalami
kenaikan 25-50 cm akibat globalisasi sebesar.
• Sejauh ini upaya PEMDA DKI Jakarta dalam mengantisipasi pembangunan yang terjadi tertuang dalam rencana detail
tata ruang (RTRW) dalam PERDA 1 tahun 2012. Dimana adanya syarat dan ketentuan terkait RTH (Ruang Terbuka Hijau) /area
resapan 20-30% tergantung dari zona peruntukan. Dalam jurnal Supriyanto yang berjudul menuju kota Hijau (Green City), pembangunan
kota yang tidak mempertimbangkan pengelolaan lingkungan secara komprehensif telah terbukti mengancam kelangsungan hidup kota dan
warga kota. Fenomena hubungan antar manfaat RTH kota terhadap pengendalian banjir merupakan salah satu upaya pengendalian
kerusakan dan pencemaran dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup kota. Sangat disayangkan dikarenakan upaya ini dalam prakteknya
belum sepenuhnya terlaksana. Pada 2019, Dinas Kehutanan DKI Jakarta mengungkap luas RTH hanya mencakup 9,9 persen dari
keseluruhan wilayah DKI Jakarta. Bisa dikatakan angka tersebut masih jauh dari apa yang diharapkan.
• PERDA tersebut sangat penting dalam pencegahan banjir Jakarta. Optimalisasi RTH sebesar 20-30% bisa dilakukan dengan cara
normalisasi sungai, perancangan dan perencanaan pembangunan yang sesuai regulasi serta konsep Kota Hijau dengan pembangunan yang
berkelanjutan.Diharapkan PEMDA akan lebih tegas sebagai regulator dalam penanganan banjir Jakarta.
Kritik Normatif Sistematik
DKI Jakarta sejauh ini mencoba untuk menerapkan konsep “Green City” atau Kota Hijau sebagai solusi
dari permasalahan yang dihadapi terkait problematika lingkungaan hidup maupun lingkungan binaan. Menurut Dinas
Cipta Karya konsep Green City tebagi menjadi 8 atribut yang terdiri dari Green planning and design, Green open space,
Green waste, Green transportation, Green water, Green energy, Green building,dan Green community. Dari 8 atribut
tersebut tentunya dalam penerapannya perlu adanya kerjasama kongkrit antara PEMDA Dki dan masyarakat.
Banjir Jakarta menjadi issue hangat yang selalu menjadi permasalahan turun temurun kota ini.Pada
Februari tahun 2021 ini bisa dikatakan merupakan masih belum optimalnya penerapan konsep Green City diKota
Jakarta. Dari 8 atribut yang ada, permasalahan banjir jakarta mengarah pada 3 atribut yang merupakan solusi
permasalahan tersebut, yaitu Green planning & design, Green open space , dan Green community. Upaya PEMDA dari
atribut Green planning & design dari segi regulasinya.
Pengaturan pada koefisien dasar bangunan, koefisien dasar hijau yang dicanangkan PEMDA sering kali hanya dipenuhi
saat pengurusan perizinan saja, ketika bangunan jadi sangatlah berbeda,dimana koefisien dasar hijau tidak sesuai
dengan regulasi yang dicanangkan yaitu 20-30% sesuai zonasi peruntukan. Hal ini tentunya berdampak pada atribut
Green open space sehingga menjadi berkurang. Green community menurut pengertiannya yaitu kepekaan, kepedulian,
dan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan konsep kota hijau. Masih bisa kita rasakan peran masyarakat masih
terbilang kurang.Bisa kita lihat dari masih banyaknya sampah yang dibuang sembarangan dan membuat rumah di
bantaran sungai yang mana sudah ada regulasi terkait.
Kerjasama yang baik antara PEMDA DKI dan masyrakat merupakan unsur utama dari terpenuhinya atribut
“Green City”. Dengan demikian permsalahan banjir Jakarta dapat segera diatasi. Tak hanya banjir malainkan
permasalahan lingkungan hidup mapun lingkungan binaan lainnya.
Daftar Pustaka
• Supriyanto.(2012).Konsep Pembangunan Menuju Kota
Hijau.Batam.FT UNRIKA
• Harsoyo,Budi.(2013).Mengulas Penyebab Banjir di Wilayah
DKI Jakarta dari Sudut Pandang Geologi,Geomorfologi,dan
Morfometri Sungai.Jurnal Sains & Teknologi.14,1
• PERDA 01 TAHUN 2012 TENTANG RTRW 2030 (Rencana
Detail Tata Ruang)
• https://www.ruangguru.com/struktur-dan-contoh-teks-
tanggapan-berisi-kritik-dan-pujian
• http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/knowledge/detail/progra
m-pengembangan-kota-hijau