Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LATAR BELAKANG WADUK KARANGKATES

DAN WADUK LAHOR

11.1. Umum

Sungai Brantas terletak di propinsi Jawa Timur, meru-

pakan salah satu sungai terbesar di Pulau Ja’wa, mempunyai


2
daerah aliran seluas 12.000 km dan panjang 320 km.

Sungai ini bermata air di Gunung Anjasmoro, salah satu

gunung yang terletak di sebelah Barat Laut kota Malang,

mengalir melingkar melalui kota Malang, Blitar, Tulung-

agung, Kediri dan sampai di Maj'akerto bercabang menjadi dua

anak sungai, yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang kedu-

anya bermuara di Selat Madura.

Sejarah dari pengembangan Sung ai Brantas dimulai pada

akhir abad ke 19 ketika Dam Lengkong (kira-kira 4 km dari

kota Mojokerto) dibangun pada tahun 1857.

Sejak Perang Dunia II terdapat banyak sawah yang sudah

dikembangkan untuk menambah produksi padi. Tetapi pada

musim hujan terdapat jumlah air yang sangat besar, sehingga

menimbulkan bencana banjir, sedangkan pada musim kemarau

sering terjadi kekurangan air, sehingga diperlukan pengem­

bangan daerah aliran Sungai Brantas agar dapat memberikan

air untuk keperluan irigasi secara tetap dan mencegah ban­

jir pada musim hujan, juga menyediakan kebutuhan air untuk

industri serta kebutuhan lainnya.

Gunung Kelud, salah satu gunung berapi yang masih

aktif di Pulau Jawa meletus dalam periode waktu tertentu


4

(15 - 30 tahun sekali). Kalau meletus, di samping banyak

mengeluarkan lahar dan batu yang merusak daerah sekitarnya,

juga menghasi1kan abu vulcanic dalam jumlah banyak, yang

selanjutnya terbawa anak-anak sungai masuk ke aliran Sungai

Bran tas .

Menurut dat/ yang tercatat, volume material yang telah

diletuskan diperkirakan kurang lebih 323 juta m3 pada le­

tusan tahun 1919, 192 juta m3 pada letusan tahun 1951 dan
3 ,
90 juta m pada 1etusan tahun 1966. Sedangkan jumlah yang

masuk ke Bran tas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

TOTAL YANG MASUK KE BRANTAS


LETUSAN
(x 10 m 3 ) 5 TAHUN 10 TAHUN TOTAL
SETELAH BERIKUTNYA
LETUSAN

LETUSAN 1951 192 30,8 24,9 55,7


(167.) (137.) (29, 17.)

LETUSAN 1966 90 20,8


(237.)

Dari tabel diatas terlihat bahwa 16 - 237. dari jumlah mate-

1 letusan terbawa ke Bran tas selama 5 tahun sete 1ah

letusan dan 1371 selama 10 tahun kemudian,


«
Jika berdasarkan data yang tercatat masih tertinggal mate­

rial letusan sebanyak 136,3 x 10 m untuk letusan tahun

1951 dan 69,2 x 106 m3 untuk letusan tahun 1*966 di lereng


5

Gunung Kelud. Untuk mengatasi sisa material letusan ini

dibangunlah sand packet dan sabo dam agar material letusan

tidak langsung masuk ke aliran Sungai Brantas

Menurut data yang ada, telah dibangun 13 buah sand pocket

dan 14 buah sabo dam.

Ciri yang khusus dari Sungai Brantas adalah banyaknya

anak-anak sungai dengan kemiringan yang tajam dan mengalir—

•kan endapan-endapan abu vulcanic dan pasir masuk ke aliran

utama Sungai Brantas. Akibatnya terjadi banyak pengendapan

yang menyebabkan kenaikan elevasi dasar sungai dan akhirnya

mengakibatkan banjir pada waktu musim hujan.

Berdasarkan pada keadaan-keadaan di atas, pemerintah

pada tahun 1961 membuat rencana yang positif untuk mengen-

dalikan dan memanfaatkan Sungai Brantas sehingga semua

potensi— potensi sumber daya air dapat dikembangkan secara

nyata dan sedapat mungkin mencegah berbagai macam pengaruh

yang menrusak hampir secara berulang pada setiap musim

hu jan .

Adapun yang telah terealisasi dari rencana tahun 1961

tersebut adalah Waduk Selorejo, Waduk Karangkates, Waduk

Lahor dan perbaikan Kali Porong. Antara tahun 1972 dan 1973

rencana pengembangan secara keseluruhan diperbaharui seka—

ligus direncanakan proyek-proyek baru, yaitu Waduk Wlingi,

rehabi1i tasi irigasi Delta Brantas, Waduk Lodoyo dan pusat

listriknya, perbaikan Kali Surabaya, Waduk Bening serta

pengembangan irigasi.
a
11 .2 . Tujuan Dan Hanfaat Waduk

I 1.2.1. Waduk Karangkates.

Waduk ini terletak di desa Karangkates pada aliran

utama Sungai Brantas, sekitar 35 km di sebelah Selatan kota

Malang pada ketinggian 272 m di atas permukaan laut.

Adapun tujuan dan manfaat Waduk Karangkates adalah untuk:

- pengendalian banjir

- penambahan air irigasi selama musim kemarau di daerah

hilir, sehingga dapat mengairi sawah seluas kurang lebih

34.000 ha

- pembangkit tenaga listrik dengan daya terpasang sebesar 3

x 535 Mw

— perikanan darat

— obyek pariwisata.

I I.2.2. Waduk Lahor.

Waduk ini terletak di Kali Lahor (anak Sungai Brantas)

yang letaknya kira-kira 1,5 km di sebelah Utara Waduk Ka­

rangkates pada elevasi 27S m di atas permukaan laut.

Adapun tujuan dan manfaat waduk ini adalah:

— pen gen da 1iaih banjir

- penambahan debit Waduk Karangkates sehingga dapat menam—

bah produksi listrik sebesar 7.220.000 KWH per tahun

— menambah areal penanaman padi seluas 1.100 ha pada musim

kemarau dan daerah penanaman polowijo seluas 1.000 ha.


7

Dengan demikian akan menaikkan produksi padi dan polowijo

masing-masing sebesar 9.800 ton per tahun

— perikanan dan pariwisata.

I I .3 . Sedimentasi

I I .3 .1. U m u m „

Erosi, transportasi dan sedimentasi adalah proses yang

biasa terjadi di alam ini. Banyaknya sedimen yang berpindah

sebagai akibat banyaknya erosi bergantung dari kondisi

geologi, iklim, bentuk, tumbuh-tumbuhan yang ada dan kondi—

si-kondisi lain.

Sedimentasi yang terjadi di waduk sebagai akibat dibangun—

nya dam pada suatu aliran sungai tidak dapat dihindari.

Sedimentasi ini mengakibatkan kapasitas/daya tampung berku—

rang, sehingga fungsi waduk tidak lagi seperti yang diha—

rapkan. Masalah utama dari sedimentasi ini adalah kecepatan

sedimentasi dan waktu yang dibutuhkan sebelum waduk tidak

berfungsi pada akhirnya.

Biaya akibat kehilangan kapasitas/daya tampung dengan ber

tambahnya sedimentasi pada waduk-waduk di Amerika mencapai

jutaan dollar per tahun.

Dam pada aliran sungai mengubah karakteristik aliran.

Dalam proses mengatur supaya terjadi keseimbangan dari

keadaan yang baru ini akan timbul masa1ah—masa1ah lain,

baik di hu1u maupun di hilir seperti penimbunan dan pengi—


8

kL5dn vanq dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sehingga dalam merencanakan sebuah dam p a ra ahli diharapkan

tanggap terhadap m a s a 1 a h — m a s a 1ah di atas.

I 1.3.2. Pengaruh sedimentasi pada fungsi waduk.

Penurunan fungsi waduk dan waduk-waduk yang dibangun

dihitung da ri banyaknya ai r yang

terbuang melewati spillway yanq seharusnya dapat tertampung

dan d.igunakan untuk keperluan l r ig as i .

Terdapat 2 macam tipe p a da suatu w ad u k y a ng hanya

dipakai sebagai pencegah b a nj i r. yaitu:

1. R e tard ing (pengeluaran air tidak diatur).

2. 'Detention basin (pengeluaran air d i a t u r ) .

Keun t u n g a n dari waduk y a ng pertama ya it u:

a. Tidak diperlukan t en a g a manusia u n t uk eksploitasi.

b. T i d ak diperlukan alat penutup (gate).

Keruqiannya adalah air ya ng keluar kemungkinan bersamaan

dengan banjir y a ng terjadi di hilir.


Keuntungan dari waduk yang ke dua yaitu tidak akan timbul

sesuatu yang tidak diinginkan karena dapat diatur.

Kerugiannya adalah:

a. Kemungkinan kesalahan dalam eksploitasi.

b. Alat penutup (gate) yang mahal harganya.

c. Ongkos eksploitasi.

Pengurangan kapasitas pada waduk-waduk ini sebanding dengan

banyaknya kerusakan akibat banj ir di daerah hi 1i r .

Kapasitas yang cukup harus dipertahankan pada waduk-

waduk yang digunakan untuk keperluan domestik (air minum,

industri dan lain-lain). Hal ini untuk menjamin kelang-

sungan suplai selama periode kering dan memenuhi kebutuhan

air pada masa—masa yang akan datang akibat bertambahnya

penduduk dan berkembangnya industri .

Pada waduk—waduk yang digunakan untuk rekreasi, sedi­

men ini menyebabkan kondisi yang tidak sesuai untuk kehi-

dupan ikan—ikan ; berkurangnya kenyamanan dalam berenang,

berperahu dan sebagainya ; menyebabkan terjadinya rawa-rawa

sehingga mengurangi keindahan yang seringkali merupakan

nilai yang paling penting. Untuk beberapa daerah dapat

merupakan sarang penyakit malaria.

II.3.3. Keadaan sedimen saat ini.

Berdasarkan hasil penyelidikan/pengukuran yang dilaku-

kan oleh Nippon Koei, endapan yang tertahan di Waduk Ka—


3
rangkates setahunnya kira-kira 1,61 juta m .

Untuk perkiraan umur waduk di kemudian hari , banyaknya

volume sedimen per tahun yang dapat diterapkan untuk maksud


^ 3 3 2
tersebut adalah 1,6 x 10 m /th atau 780 m /km /th.

Sejak Waduk Lahor selesai dibangun pada tahun 1977,

penyelidikan sedimen di Waduk Lahor sejauh ini belum pernah

d i 1ak sanakan . Mengingat kapasitas Waduk Laho.r adalah kecil

bila dibandingkan dengan Waduk Katangkates, yaitu hanya

7,87. dari catchment area Waduk Karangkates, maka dapat

dianggap bahwa efek dari sedimen di Waduk Lahor kecil seka-

li pengaruhnya pada Waduk Karangkates. Sehingga untuk Waduk

Lahor diambil anggapan bahwa spesifik sedimen di waduk ini

sama dengan spesifik sedimen untuk Waduk Karangkates, yaitu


3 2
sebesar 780 m /km /th.

Berdasarkan anggapan ini, maka sedimen yang tertahan di

Lahor dapat diambil sebesar 125.000 m^/th berdasarkan per—

bandingan catchment area, dimana catchment area Waduk Lahor


2 2
sebesar 160 km dan Waduk Karangkates sebesar 2.050 km

serta volume sedimen yang tertahan di Waduk Karangkates

sebesar 1,6 x 106 m^/th. Anggapan inilah yang merupakan

patokan untuk perhitungan perkiraan umur ke 2 waduk terse­

but di atas dengan menggunakan beberapa teori.

Anda mungkin juga menyukai