Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir, tidak
terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun. Masalah tersebut mulai
muncul sejak manusia bermukim dan melakukan berbagai kegiatan di
kawasan yang berupa dataran banjir (flood plain) suatu sungai. Kondisi lahan
di kawasan ini pada umumnya subur serta menyimpan berbagai potensi dan
kemudahan sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi untuk dibudidayakan.
Oleh karena itu, kota-kota besar serta pusat-pusat perdagangan dan kegiatan-
kegiatan penting lainnya seperti kawasan industri, pariwisata, prasarana
perhubungan dan sebagainya sebagian besar tumbuh dan berkembang di
kawasan ini. Sebagai contoh, di Jepang sebanyak 49% jumlah penduduk dan
75% properti terletak di dataran banjir yang luasnya 10% luas daratan;
sedangkan sisanya 51% jumlah penduduk dan hanya 25% properti yang
berada di luar dataran banjir yang luasnya 90% luas daratan. Hampir seluruh
kota-kota besar di Indonesia juga berada di dataran banjir.
Selain memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, dataran banjir
juga mengandung potensi yang merugikan sehubungan dengan terdapatnya
ancaman berupa genangan banjir yang dapat menimbulkan kerusakan dan
bencana. Seiring dengan laju pertumbuhan pembangunan di dataran banjir
maka potensi terjadinya kerusakan dan bencana tersebut mengalami
peningkatan pula dari waktu ke waktu. Indikasi terjadinya peningkatan
masalah yang disebabkan oleh banjir di Indonesia dapat diketahui dari
peningkatan luas kawasan yang mengalami masalah banjir sejak Pelita I
sampai sekarang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan banjir?

1
2. Apa saja jenis-jenis banjir?
3. Apa penyebab terjadinya banjir?
4. Apa saja dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh banjir?
5. Bagaimana cara mencegah terjadinya banjir?
6. Bagaimana cara penanggulangan bencana banjir?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian banjir.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis banjir.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir.
4. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh
banjir.
5. Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya banjir.
6. Untuk mengetahui cara penanggulangan bencana banjir.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.
Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang
laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air
seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air
keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan
curah hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak
besar kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti
desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas
saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan
kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari
sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air
untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan
perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah
rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada
biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan
oleh Tuhan untuk menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan
agung dan sering muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di dunia.
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004)
dijelaskan bahwa Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung
oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air

3
yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai
atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya.
Kondisi inilah yang disebut banjir.

B. Jenis-jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis
banjir dibedakan menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir
laut pasang.
1. Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir suangai
Citarum Karawang, Jawa Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh
banjir sungai.
Banjir Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3),
merendam 10 kecamatan dengan 15.510 rumah di Kabupaten Karawang,
Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan kecamatan dengan 9.561 rumah
terendam air setinggi rata-rata tiga meter.
Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu
tanggapan Bupati Karawang Dadang S Muchtar yang menyayangkan
upaya pengendalian banjir yang dinilai terlambat itu.
Menurut Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku
pengelola Waduk Ir Juanda Jatiluhur seharusnya sejak awal
mengoptimalkan pelepasan/penggelontoran air waduk untuk mencegah
banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan di
Bekasi.
Dadang berharap instansi terkait segera menempuh langkah
antisipasi untuk mencegah meluasnya banjir.
PJT II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung
Curug dan Bendung Walahar ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat,
Tarum Utara, dan Tarum Timur, untuk mengurangi debit air yang
mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di
sepanjang aliran sungai yang meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh

4
kecamatan tersebut adalah Karawang Barat (dengan 7.389 rumah
terendam), Karawang Timur (412 rumah), Teluk Jambe Timur (3.576
rumah), Teluk Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81 rumah), Batujaya
(250 rumah), Pakisjaya (1.533 rumah), Rengasdengklok (486 rumah), dan
Klari (97 rumah). Kecamatan terakhir yang ikut terendam banjir, sejak
Rabu dini hari, adalah Kecamatan Jayakerta (1.192 rumah).
Adapun luas sawah terendam banjir di Karawang, per Selasa,
mencapai 817 hektar dan tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe
Timur (180 ha), Karawang Barat (9 ha), Klari (5 ha), Ciampel (67 ha),
Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya (342 ha).
Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad
Nur, luas sawah yang terendam pada Rabu siang bertambah menjadi 842
ha seiring meluasnya genangan. Penambahan terjadi di tujuh kecamatan
tersebut.
Kepala Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh
menjelaskan, debit yang dialirkan ke tiga saluran dioptimalkan hingga
kapasitas maksimal, yakni 27 meter kubik per detik ke Tarum Barat, 52,5
meter kubik per detik ke Tarum Timur, dan 80 meter kubik per detik ke
Tarum Utara. Pemecahan air menuju Tarum Barat dan Tarum Timur
dilakukan di Bendung Curug. Adapun untuk Tarum Utara dilakukan di
Bendung Walahar.
Dilaporkan pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur
membuat tinggi muka air (TMA) bendungan utama Waduk Jatiluhur
menurun. TMA pada Rabu siang 108,27 meter di atas permukaan laut
(dpl), menurun dibandingkan dengan pada Minggu malam yang mencapai
108,41 meter dpl atau Selasa pagi yang setinggi 108,39 meter dpl.
Meski pelepasan air tiga bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga
saluran induk telah dioptimalkan, debit air yang mengalir ke hilir Citarum
tetap tinggi.
Debit air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi,
mencapai 1.600 meter kubik per detik dan merupakan yang tertinggi

5
dalam sebulan ini. Hujan di hulu dan sejumlah anak sungai membuat debit
tetap tinggi.
Naiknya muka air Citarum memperluas genangan banjir di
Karawang. Persawahan di kanan dan kiri sungai yang sebelumnya kering,
seperti Desa Curug, Kecamatan Klari; Desa Mulyasejati, Mulyasari, dan
Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, mulai tergenang air pada Rabu pagi.
Petani pun mempercepat panen untuk menyelamatkan padi.
Sejumlah jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yang
sebelumnya kering, seperti Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung
Mekar, dan Rawagempol (Kecamatan Karawang Barat), Jalan Kertabumi,
serta jalanan di beberapa kawasan perumahan, seperti Perum Karaba
Indah, Galuh Mas, Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe
Timur) juga mulai tergenang. Banjir juga memicu kemacetan, terutama di
akses menuju dan dari Pintu Tol Karawang Barat.
2. Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
Contoh banjir danau adalah banjir ketika situ gintung pada tahun 2009.
Berita banjir bandang di Jakarta Jumat pagi (27/3/09) sangat
mengejutkan. Dengan korban lebih dari 50 orang meninggal tentusaja ini
sebuah bencana yang cukup serius terjadi di dekat Ibu Kota lagi.
Melihat sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan
sementara yang ada adalah “keringkan saja danau ini, dan jangan
dibendung lagi“.
Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena disitu ada sebuah
taman wisata yg sangat bagus. Namun alasan sederhana dibawah
barangkali perlu dipikirkan secara seksama.
3. Banjir Laut Pasang
Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi. Dibawah
ini adalah beberapa daerah yang terkena banjir laut pasang.

C. Penyebab Terjadinya Banjir

6
Faktor pertama kerusakan lingkungan, ditandai peningkatan suhu rata-
rata atmosfer, laut, dan daratan bumi (pemanasan global). Kondisi bumi yang
memanas menyebabkan perubahan iklim semakin tidak  stabil. Dampak
perubahan iklim bagi Indonesia dapat dirasakan dengan semakin keringnya
musim kemarau dan intensitas air hujan yang semakin tinggi di musim
penghujan. Naiknya permukaan air laut disebabkan dataran es di kutub
mencair serta merta membuat abrasi pantai semakin cepat. Kedua fenomena
alam tersebut membuat terbenamnya daratan yang biasanya kering dan dapat
ditinggali olehmanusia atau biasa kita kenal dengan istilah banjir.
Faktor kedua adalah sistem pengelolaan lingkungan. Pengelolaan
lingkungan semakin berpengaruh terhadap kehadiran bencana banjir, seiring
dengan kecenderungan semakin meningkatnya wilayah perkotaan. Semakin
padatnya jumlah penduduk terutama di wilayah perkotaan, berdampak pada
peningkatan kebutuhan. Meluasnya wilayah pemukiman memiliki pengaruh
langsung terhadap berkurangnya daerah resapan air, karena hampir seluruh
permukaan tanah berganti dengan aspal atau beton. Kondisi tersebut
diperparah dengan penataan bangunan dan wilayah yang kurang
memperhatikan sistem pembuangan air. Kekurang ketersediaan pepohonan
yang dapat berfungsisebagai peresapan air merupakan kombinasi yang
semakin sempurna untuk mendatangkan bencana banjir.
Faktor ketiga yang lebih penting dari kedua faktor diatas adalah
manusia.Perbedaan antara desa dengan kota selain dilihat dari tingkat
kepadatannya adalah pola hidup. Orang di desa lebih mampu bersahabat
dengan alam sekitarnya sedangkan di kota seringkali tidak menghiraukan
aspek lingkungan. Buktinya adalah di kota-kota besar, gedung bertingkat dan
jalanan beton menggusur tanah- tanah resapan air, memperbanyak mall
daripada membangun sungai-sungai.
Sebagai proses alam, banjir terjadi karena debit air sungai yang sangat
tinggi hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap ke daerah
sekitarnya. Debit air sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang tinggi.
Banjir juga dapat terjadi karena kesalahan manusia dengan membuang sampah
disungai-sungai dan saluran-saluran air lainnya,pengelolaan daerah hulu

7
sungai yang buruk, dan pengelolaan drainase yang buruk. Dalam siklus
hidrologi, daerah hulu sebenarnya adalah daerah resapan air. Pengelolaan
daerah hulu yang buruk menyebabkan air banyak mengalir sebagai air
permukaan yang dapat menyebabkan banjir. Pengelolaan drainase yang buruk
terjadi berkaitan dengan pengembangan daerah pemukiman atau aktivitas
lainnya. Akibat buruknya drainase, air permukaan tidak dapat mengalir
dengan baik sehingga menggenang menjadi banjir. , sungai-sungai menjadi
tempat pembuangan sampah sehingga terhambatnya aliran air tersebut. Banjir
tidak dapat dihindari dan pasti terjadi.
Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana
bagi manusia bila proses itu mengenai manusia dan menyebabkan kerugian
jiwa maupun materi.bukan banjir yang datang, justru manusia yang
mendatangi banjir.
Selain hal di atas  Banjir bisa terjadi juga karena beberapa faktor
berikut:
1. Penyumbatan Aliran Sungai ataupun Selokan
Penyumbatan ini terjadi karena masyarakat terbiasa membuang
sampah di sungai. Mereka beranggapan bahwa apabila sampah dibakar,
maka akan menimbulkan polusi udara dan bau tidak sedap. Sehingga
mereka mengambil jalan pintas tanpa memikirkan sebab dan akibatnya.
Penyumbatan ini juga terjadi karena sedimentasi atau
pengendapan yang terjadi di hilir sungai. Pengendapan ini mengurangi
kemampuan sungai untuk menampung air.
2. Penggundulan Hutan
Sikap manusia yang tidak berfikir jauh sebelum bertindak,
menyebabkan manusia bertindak secara sewenang-wenang terhadap
lingkungan. Tindakan ini dapat berupa penebangan hutan yang tidak
menggunakan sistem tebang pilih. Akibat yang ditimbulkan adalah tidak
adanya pohon untuk menyerap air sehingga air mengalir tanpa terkendali
3. Curah Hujan Tinggi
Curah hujan yang relatif tinggi, menyebabkan sungai-sungai tidak
mampu menampung volume air yang melampaui kapasitas.

8
4. Sedikitnya Daerah Serap
Di zaman modern kali ini, daerah serapan sangat jarang
ditemukan. Terutama di daerah perkotaan yang pada dasarnya sangat
rentan terhadap banjir, mengingat kondisi kota berada di dataran rendah.
Daerah serap justru banyak tertutup dengan aspal ataupun pembetonan
sehingga air tidak dapat meresap ke dalam lapisan tanah.
5. Pendirian Rumah di Sepanjang Sungai
Masyarakat yang mendirikan rumah di pinggir sungai, cenderung
mengurangi lebar sungai. Dengan berkurangnya lebar sungai,
menyebabkan air tidak mengalir secara optimal.

D. Dampak Positif dan Negatif dari Banjir


Menurut Setiawan (tanpa tahun) setiap bencana alam memiliki
dampak positif dan dampak negatif yang dapat dilihat sebagai berikut :
1. Dampak positif bencana banjir biasanya bersifat jangkah panjang sesudah
banjir anatara lain :
a. Banjir bisa menyeret bahan bahan yang menyubat di saluran air karena
arus banjir memiliki kekuatan lebih kuat dari pada arus biasa.
b. Pengembalikan lahan tandus / kering menjadi lahan yang subur dengan
bertambahnya air.
c. Dapat menambah cadangan air didalam tanah.
d. Dapat menjaga ekosistem di sungai.
e. Lumpur yang mengendap lama dapat meningkatkan kesuburan tanah.
f. Membuat manusia saling peduli karena dalam terkena dampak banjir
mausia akan saling membatu antara satu dengan yang lain.
g. Mencari keuntungan akibat banjir seperti membuat jasa transportasi
air.
2. Dampak negatif bencana banjir biasanya bersifat pada saat kejadian dan
sesudah kejadian antara lain :
a. Sarana dan prasarana mengalami kerusakan terhantam oleh arus banjir
yang kuat.
b. Erosi dan tanah longsor akibat terkikisnya lapisan tanah akibat air.

9
c. Tercemarnya air bersih karena air banjir membawa kotoran dan
menutupi sumber sumber air seperti sumur sumur.
d. Menggagu perekonomian karena lahan mata pencaharian tergenangair
banjir.
e. Terjadi wabah penyakit karena air bersih sudah tercemar.

E. Cara Mencegah Banjir


1. Mencegah Banjir di Musim Banjir
Hujan turun banjirpun datang, begitulah fenomena yang kini
terjadi di beberapa daerah di negri kita ini.  Setiap musim hujan tiba,
banyak orang selalu khawatir akan datangnya banjir. Banjir di musim
hujan dan kekeringan air di musim kemarau menjadi masalah yang serius
dari tahun ke tahun.
Banjir menjadi agenda tahunan bagi warga yang tinggal didaerah
pinggiran sungai. Namun jangan heran, dataran yang jauh dari sungai pun
kini sudah tidak luput dari banjir. Akhir-akhir ini, banjir tidak lagi terjadi
di daerah pinggiran sungai saja, namun banjir terjadi juga di daerah
dataran tinggi. Hal ini terjadi karena tanah sudah kehilangan fungsinya
dalam menyerap air, akibat dari maraknya penebangan hutan dan
pembangungan gedung dan perumahan yang tidak ramah lingkungan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan agar dapat
mengurangi banjir tahunan, yaitu dengan menanam banyak pepohonan
agar air hujan tidak langsung mengalir ke sungai, tetapi tertahan pada akar
pepohonan. Kandungan air pada akar pepohonan akan berfungsi sebagai
reservoir di musim kemarau.
Mengolah sampah dengan benar, tidak membuang sampah ke
sungai atau ke jalanan, juga dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah
dibuang sembarangan, sampah dapat menyumbat saluran-saluran air yang
ada dan mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara
yang terbaik untuk daerah perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan
kewajiban bagi warganya untuk membuat sumur resapan melalui SK

10
Gubernur DKI nomor 17 Tahun 1992, yang telah dijadikan Perda no.
17/1996, isinya mewajibkan warga Jakarta mebuat sumur resapan.  Namun
karena biaya pembuatan yang cukup mahal, maka kebanyakan warga DKI
tidak melaksanakan aturan perda tersebut. Itu salah satu sebab mengapa
banjir selalu terjadi dan semakin parah saja setiap tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi
banjir sangat memegang peranan penting. Kurangnya kepedulian warga
dan lemahnya peran pemerintahan menjalankan peraturan yang ada,
memicu masalah banjir semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta
diharapkan akan mengurangi terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun
pembangunan kanal tersebut tidak menjamin bahwa banjir tidak akan
terjadi. Kepedulian warga tetap memegang peranan penting dalam
mencegah banjir. Tanpa ada partisipasi masyarakat secara luas, banjir
sudah dipastikan akan datang kembali.
Salah satu cara terbaru, dengan biaya cukup murah, untuk
mengatasi banjir ini adalah dengan mebuat lubang resapan Biopori di
dalam tanah.  Biopori sendiri merupakan pori-pori berbentuk lubang
(terowongan) yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan
pengakaran tanaman.  Aktivitas merekalah yang akan menciptakan rongga-
rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana rongga-rongga tersebut
akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak,
maka kemampuan dari sebidang tanah untuk meresapkan air akan
meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresapkan air akan
memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah.  Dengan
kata lain akan mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi.  Karena air
dapat diserap langsung ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan
membuat lubang vertikal kedalam tanah. Lubang-lubang tersebut
selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah
tangga, potongan rumput dan vegetasi lainnya.

11
Bahan organik ini, melalui proses pengomposan, menjadi sumber
energi bagi organisme di dalam tanah.  Dengan adanya bahan organik yang
cukup, aktifitas mereka didalam tanah akan meningkat. Dengan
meningkatnya aktifitas organisme dalam tanah maka akan semakin banyak
rongga-rongga biopori yang terbentuk.
Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan
dengan membuat sumur resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya
bahan yang cukup besar. Lubang Biopori bisa dibuat dimana saja; gedung
perkantoran, taman dan kebun, pelataran parkir, halaman rumah terutama
di sekitar rumah yang berlahan sempit sekalipun, dan juga bisa dibuat di
dasar parit.  Dengan alat yang sederhana, pembuatan lubang biopori ini
dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc,
peneliti dan dosen Department Limu Tanah dan Sumber Daya Alam IPB
tahun 1976.  Sebelum disosialisasikan ke masyarakat, ia sudah
memakainya selama 20 tahun lebih di lingkungan rumahnya.
2. Cara Membuat Lubang Resapan Biopori
Buat lubang berbentuk silinder secara vertikal ke dalam tanah
dengan diameter 10 cm, dengan kedalaman lubang 80-100cm. Lubang
resapan ini bisa dibuat halam rumah, didasar saluran air (got), batas antara
tanam dan teras, atau pada tanah lapang berumput, dimana ada genangan
dan aliran air hujan. Alat pembuat lubang biopori dapat di beli di kampu
IPB dan juga di Toko Trubus terdekat, seharga Rp. 175.000,-.
Agar pinggiran lubang tidak cepat rusak, bibir lubang diperkuat
dengan adonan semen selebar 2-3 cm dengan tinggi 10 cm, disekeliling
mulut lubang agar tak cepat rusak terkikis. Atau memasang pipa paralon
diamerter 12cm di bagian atasnya.
Masukan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa-
sisa tanaman, daun yang terjatuh mengering, potongan rumput dan sampah
vegatasi lainnya kedalam lubang tersebut. Sampah organik ini memancing
binatang-binatang kecil seperti cacing atau rayap masuk kedalam lubang
dan membuat rongga biopori sebagai saluran-saluran kecil.

12
Sampah dalam lubang akan menjadi sumber energi bagi
organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses
pengomposan. Sampah yang telah terurai oleh microba ini dikenal sebagai
kompos yang dapat dipergunakan sebagai pupuk organik. Melalui proses
seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang
peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai alat pembuat kompos.
Tambahkan sampah organik kedalam lubang, karena sampah
lambat laun akan menyusut.  Setelah lubang dirasakan sudah penuh,
kompos bisa diambil untuk dijadikan pupuk tanaman. Kompos dapat
dipanen pada setiap periode tertentu dan dimanfaatkan sebagai pupuk
organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, buah-
buahan dan jenis tanaman lainnya.

F. Cara Penanggulangan Banjir


Ketika banjir datang, selalu terjadi saling menuding tentang siapa
yang salah. Di lain pihak, para ahli cendekia lalu sibuk mengeluarkan
pendapat tentang apa dan mengapa terjadi banjir. Ketika banjir surut,
perhatian akan banjir ikut surut pula. Kemudian ribut-ribut lagi ketika musim
berganti dan banjir datang berulang.
Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir. Pertama,
memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan
belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam
banjir. Kedua, memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal,
tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai,
mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih
terus akrab melanda permukiman warga. Ketiga, hidup akrab bersama banjir.
Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi aman walau
banjir datang, yaitu dengan membangun rumah-rumah panggung setinggi di
atas muka air banjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir. Pertama,
metode struktur, yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun
waduk di hulu, kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang

13
tepi sungai, sodetan, pengerukan dan pelebaran alur sungai, sistem polder,
serta pemangkasan penghalang aliran.
Anggaran tak seimbang Dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku
kepentingan (stakeholder) tentang penanggulangan banjir, telah ada political
will dari pemerintah, yaitu akan melaksanakan penanggulangan banjir secara
hibrida, dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan non-struktur
secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang. Namun, dalam implementasinya,
penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih sangat sektoral,
alokasi anggaran antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan
banjir metode struktur alias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan
dengan anggaran metode nonstruktur yang lebih berbasis masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis
masyarakat tidak kalah pentingnya.
1. Berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan
peta banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi
sistem evakuasi banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi
rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat
dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
2. Berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian
erosi, pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah
dan limbah ke sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan
lindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
konservasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi diberbagai
daerah di negri kita, misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang
tidak kalah besar dan banyak memakan korban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari
perbuatan manusia sendiri, misalnya saja adanya penebangan pohon secara
liar dihutan, maka terjadilah banjir, kemudian adanya pembuangan sampah
sembarangan sehingga mengakibatkan aliran air tersumbat, maka jadilah
banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya
sikap atau prilaku menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang
efektif untuk menganggulangi ketika terjadinya banjir adalah membuat rumah
akrab banjir.

B. Saran
Saran dari penyusun adalah “Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini
Agar Tidak Terjadi Hal-hal yang Tidak Diinginkan Semisal Banjir”. Jaga
kebersihan lingkungan merupakan kewajiban bagi kita agar terhindar dari
bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti kematian
yang diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, Mario Dwi. 2017. Makalah tentang Banjir. Diakses dari


http://mariodwi unej.blogspot.com/2017/04/makalah-tentang-banjir.html
pada tanggal 19 Oktober 2022 pukul 21.25 WIB.
Anonim. 2017. Makalah tentang Banjir. Diakses dari https://cari-carimakalah.
blogspot.com/2017/03/makalah-tentang-banjir.html pada tanggal 19
Oktober 2022 pukul 21.25 WIB.
Eko. 2014. Makalah tentang Banjir dan Cara Penanggulangan Banjir. Diakses
dari http://ekookdamezs.blogspot.com/2014/02/Makalah-Tentang-Banjir-
dan-cara-Penanggulangan-banjir.html pada tanggal 19 Oktober 2022 pukul
21.25 WIB.
Ghelegar Net. 2018. Makalah Bencana Alam Banjir. Diakses dari https://warnet
ghelegar.blogspot.com/2018/12/makalah-bencana-alam-banjir.html pada
tanggal 19 Oktober 2022 pukul 21.25 WIB.

16

Anda mungkin juga menyukai