Anda di halaman 1dari 6

Nama : Daniza Febrilia R

No : 11

Kelas : XI MIPA 7

Judul Penelitian : Banjir di Kalimantan Selatan

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banjir merupakan bencana yang sering terjadi pada saat musim penghujan. Banjir adalah air yang
melebihi kapasitas tampung di dalam tanah, saluran air, sungai, danau, atau laut karena kelebihan
kapasitas air yang meluap dan mengalir cukup deras menggenangi dataran atau daerah yang lebih
rendah di sekitarnya. Hal itu sesuai dengan sifat air yang selalu mengalir dan mencari tempat-tempat
yang lebih rendah. Banjir dapat terjadi dikarenakan curah hujan yang tinggi, tidak adanya irigasi
pengairan, serta saluran irigasi yang tidak bekerja dengan baik. Aktivitas manusia yang tidak terkendali
dalam mengeksploitasi alam juga bisa menjadi faktor utama yang menyebabkan banjir terjadi.

Banjir yang terjadi di sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan merupakan banjir yang belum diketahui
pasti asal mulanya. Kalimantan Selatan sendiri adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di
pulau Kalimantan. Kabupaten/Kota yang terkena banjir yaitu Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota
Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan,
Kabupaten Tabalong, Kabupataen Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola.

2. Rumusan Masalah

 Apa penyebab atau pemicu terjadinya banjir di Kalimantan Selatan?


 Apa saja dampak yang diakibatkan banjir tersebut?
 Penanganan/bantuan apa saja yang dapat diberikan dari banjir tersebut?

3. Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui penyebab atau pemicu banjir yang ada di Kalimantan Selatan.
 Untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh bencana banjir berdasarkan dari informasi
yang diperoleh.
 Untuk mengetahui apa saja penanganan/bantuan dari banjir tersebut.
4. Manfaat Penelitian

 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memberikan sumbangan ilmu tentang apa saja penyebab dan
dampak yang diakibatkan oleh banjir di Kalimantan Selatan
 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada beberapa pihak, diantaranya :
1. Pemerintah
-Agar pemerintah dapat mengetahui penyebab banjir tersebut dan mengantisipasi/
mencegah agar bencana tersebut tidak terjadi lagi.
-Agar Pemerintah dapat memberikan bantuan yang tepat dari dampak yang diberikan oleh
banjir tersebut.
2. Peneliti
Dapat menambah wawasan dalam penanganan bencana banjir.
3. Masyarakat
-Agar masyarakat mengetahui informasi tentang banjir tersebut.
-Agar masyarakat dapat memberikan bantuan yang pas bagi korban bencana banjir
tersebut.

KAJIAN TEORI

1. BANJIR

A. Pengertian Banjir

Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah yang
begitu besar (Ramli. 2010:98). Biasanya banjir terjadi karena adanya peningkatan volume air
di suatu badan air seperti sungai dan danau, sehingga menjebol bendungan atau air keluar
dari batasan alaminya sehingga merendam daratan.

B. Jenis Jenis Banjir

Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan menjadi lima tipe
sebagai berikut:
1. Banjir Bandang
Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa mengangkut apa saja. Banjir ini cukup
memberikan dampak kerusakan cukup parah. Banjir bandang biasanya terjadi akibat
gundulnya hutan dan rentan terjadi di daerah pegunungan.
2. Banjir Air
Banjir air merupakan jenis banjir yang sangat umum terjadi, biasanya banjir in terjadi akibat
meluapnya air sungai, danau atau selokan. Karena intensitas banyak sehingga air tidak
tertamoung dan meluap itulah banjir air.
3. Banjir Lumpur
Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip dengan banjir bandang tapi banjir lumpur yaitu
banjir yang keluar dari dalam bumi yang sampai ke daratan.banjir lumpur mengandung
bahan yang berbahaya dan bahan gas yang mempengaruhi kesehatan makhul hidup lainnya.
4.Banjir Rob (Banjir Laut Air Pasang)
Banjir rob adalah banjir yang terjadi akibat air laut. Biasanya banjir ini menerjang kawasan di
wilayah sekitar pesisir pantai.
4. Banjir Cileunang
Banjir cileunang mempunyai kemiripan dengn banjir air , tapi banjir cileunang terjadi akibat
deras hujan sehingga tidak tertampung.

C. Faktor Penyebab Banjir

Menurut Ramli (2010: 99) terdapat faktor-faktor yang dapat menyebabkan banjir,
diantaranya:

1) Curah hujan tinggi yang menyebabkan debit air sungai lebih besar dari biasanya bahkan
bisa melebihi kapasitas sungai.
2) Pengaruh fisiografi/geofisik sungai seperti bentuk sungai, fungsi daerah kemiringan
sungai, geometrik hidrolik (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan
memanjang, material dasar sungai), lokasi sungai dan hal-hal yang mempengaruhi
terjadinya banjir.
3) Topografi dapat mengalirkan air dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah.
Daerah-daerah dataran rendah atau cekungan, merupakan salah satu karakteristik
wilayah banjir atau genangan.
4) Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan permukaan air laut karena diakibatkan
konsolidasi lahan, beban bangunan terlalu berat, pengambilan air tanah yang berlebihan
dan pengerukan di sekitar pantai.
5) Banyak pemukiman yang di bangun pada dataran sepanjang sungai yang seharusnya
dataran banjir dibebaskan dari pembangunan.
6) Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir sungai
sehingga alir menghambat aliran air dan memperdangkal permukaan sungai.
7) Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai dan di daerah aliran sungai (DAS),
karena banyaknya alih fungsi lahan sehingga kurangnya vegetasi menyebabkan terjadi
erosi yang berlebihan dan terjadinya sedimentasi yang berlebihan sehingga mengurangi
kapasitas sungai.
8) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, sistem pengendalian yang tidak
tepat bahkan dapat menambah kerusakan saat banjir

D. Dampak Banjir

1) Merusak Sarana dan prasarana (rumah, mobil, gedung, harta benda, dll) dan untuk
mengganti atau memperbaikinya memerlukan biaya
2) Melumpuhkan jalur transportasi dan komunikasi, banjir dapat melumpuhkan
transportasi karena menggenang jalur yang dipakai, dan banjir dapat melumpuhkan
komunikasi karena saat ini masyarakat sangat bergantung pada internet dan listrik,
sedangkan jika terjadi banjir, sarana dan prasarana yang mendukung komunikasi akan
rusak.
3) Membuat terhentinya aktivitas manusia karena manusia akan kesulitan untuk
beraktifitas dalam keadaan banjir.
4) Mencemari lingkungan seperti lingkungan menjadi kotor dan dapat menyisakann
banyak lumpur.
5) Banjir dapat menyebabkan erosi dan memicu timbulnya bencana lain.

E. Upaya Penanggulangan Banjir

1) Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
2) Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering
menimbulkan banjir
3) Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah banjir
sehingga air sungai tidak meluap ke pemukiman.
4) Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan selokan yang menjadi penyebab utama
pendangkalan dan tersumbatnya aliran sungai.
5) Mengadakan Program Pengukuran sungai.
6) Pemasangan Pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
7) Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu di laksanakan serta mengurangi
aktifitas dibagian sungai rawan banjir.

2. BANJIR KALIMANTAN SELATAN

Banjir Menurut Suripin (2003) adalah suatu kondisi di mana tidak


tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau terhambatnya
aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah
(dataran banjir) sekitarnya. Banjir menurut Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah (2002) adalah aliran yang relatif tinggi dan tidak tertampung
lagi oleh alur sungai atau saluran.

Menurut ahli Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan


KLHK, RM Karliansyah menyebutkan bahwa hujan bercurah tinggi dan anomali cuaca
sebagai penyebab utama. RM Karliansyah mengatakan bahwa curah hujan mencapai
hingga sembilan kali lipat dari sebelumnya. Dengan demikian, volume air yang masuk
juga luar biasa. Ia menambahkan bahwa topografi wilayah juga mempengaruhi
timbulnya banjir. Lokasi banjir merupakan daerah datar dan elevasi rendah dan
bermuara di laut sehingga merupakan daerah akumulasi air dengan tingkat drainase
rendah.
Curah hujan yang tinggi hingga sembilan kali lipat menyebabkan debit air lebih besar
dari biasanya bahkan bisa melebihi kapasitas bisa saja mengakibatkan banjir. Apalagi
lokasi yang terkena banjir merupakan daerah datar dan elevasi rendah dan bermuara
dilaut menyebabkan air mengalir dari daerah yang tinggi ke daerah yang lebih rendah.

Lalu menurut ahli Kepala Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh di LAPAN, Rokhis
Khomarudin menjelaskan antara tahun 2010 hingga 2020 terjadi penurunan luas hutan
primer sebesar 13.000 hektare, hutan sekunder 116.000 hektare, sawah dan semak
belukar masing-masing 146.000 hektare dan 47.000 hektare, area perkebunan meluas
"cukup signifikan" 219.000 hektare. Rokhis Khomarudin juga menjelaskan bahwa
berkurangnya tutupan hutan di Kalimantan dikuatkan kajian yang dilakukan peneliti
Pusat Riset Kehutanan Internasional (CIFOR) pada 2017 dengan menggunakan data citra
satelit Landsat antara 1973-2015. Kajian itu menyebutkan tutupan hutan di Kalimantan
jauh berkurang akibat deforestasi. Kondisi tersebut, menurut Rokhis, "memungkinkan
terjadinya banjir" di Kalimantan Selatan, apalagi curah hujan pada 12 hingga 13 Januari
2020 sangat lebat berdasarkan pantauan satelit Himawari 8 yang diterima stasiun di
Jakarta.
Jadi untuk saat ini penyebab banjir belum diketahui dengan pasti namun diperkirakan
banjir tersebut terjadi karena curah hujan yang tinggi.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti memperoleh
sumber data berdasarkan 2 (dua) jenis sumber, yaitu:
A. Data Primer
1. Obeservasi lapangan, dilakukan dengan mengamati kondisi yang diakibatkan
banjir.
2. Wawancara, dilakukan terhadap responden yang dinilai tahu mengenai materi
penelitian yaitu bencana banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan.
3. Penyebaran Kuisoner, dibuat untuk memperoleh informasi yang berkaitan
dengan banjir tersebut kepada masyarakat yang merasakan langsung kejadian
dari bencana banjir yang terjadi, dimana tujuan dari penyebaran kuisioner ini
yaitu agar mengetahui dampak bencana banjir.
B. Data Sekunder
Data yang diperoleh bukan dari objek secara langsung melainkan melalui suatu
perantara tertentu. Pada penelitian ini data sekunder yang digunakan berasal dari
buku-buku, hasil penelitian, dokumen, dan sumber-sumber yang relevan dengan
judul penelitian ini.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di salah satu daerah yang terkena banjir
yaitu di Kabupaten Banjar khususnya di Kota Banjar Baru. Dikarenakan waktu dan
biaya yang terbatas maka tidak bisa ke semua tempat yang terkena banjir.
2) Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu 5 hari, dimulai pada tanggal 3
Februari sampai 8 Februari
3. Instrumen Penelitian

1) Pedoman Observasi
Pedoman observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung maupun tidak langsung tentang masalah yang akan diteliti serta mencatat hal-
hal yang berkaitan dengan permaslahan.
Pedoman observasi dalam instrumen penelitian ini berkaitan dengan deskripsi tempat
penelitian yakni di Kota Banjar Baru.
2) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara
tanya jawab atau dialog secara langsung bertatap muka maupun melalui saluran media
tertentu antara penanya dan responden. Wawancara ini dilakukan kepada masyarakat
yang terkena banjir.
3) Pedoman Kuesioner
Pedoman Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan atau pernyataan untuk mendapatkan keterangan tentang fakta
yang diketahui oleh responden yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
Kuisioner ini digunakan untuk mendapatkan data informasi.

4. Analisis Data

Data–data yang tidak direncanakan dalam penelitian, disimpan dan digunakan dalam
analisis hasil penelitian. Data–data tersebut berasal dari observasi, wawancara serta
dokumentasi. Data– data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan metode
diskriptif kualitatif yaitu dengan cara menggambarkan dan menjelaskan permasalahan
secara terperinci. Pada data yang diperoleh kemudian disusun dengan aturan–aturan
dan analisa sedemikian sehingga memperindah bahasan (Surhasimi Arikunto. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Pratek, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, Hlm,68). Di dalam
menetapkan suatu analisa dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap yaitu:
display data (pengambilan data), reduksi data (pengolaan data) dan conclusion data
(kesimpulan) sehingga didapatkan data yang valid.

Anda mungkin juga menyukai