Anda di halaman 1dari 24

INTEGRASI TATA RUANG DAN TATA AIR UNTUK MENGURANGI

BANJIR DI KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada rentang waktu tahun 2021 sampai 2022 Sebanyak 25 kelurahan di

empat kecamatan, yaitu Banjarmasin Timur, Banjarmasin Selatan, Banjarmasin

Utara, Banjarmasin Tengah terdampak banjir dan yang terbanyak di Banjarmasin

Timur, yaitu sebanyak sembilan kelurahan yang terdampak banjir.

Di Banjarmasin Timur, jumlah warga terdampak banjir sekitar 45.000 jiwa

atau sekitar 15.000 KK. Bahkan sebanyak 1.585 KK atau 3.701 jiwa harus

mengungsi ke tempat yang lebih aman, di mana ketinggian genangan banjir di

wilayah ini berkisar antara 50 cm hingga 1,2 meter.

Di Banjarmasin Selatan, terdapat tujuh kelurahan yang terdampak banjir,

di mana warga yang terdampak sebanyak 18.089 jiwa atau 7.123 KK, di mana 862

jiwa atau 346 KK harus mengungsi.

Di Banjarmasin Utara, yaitu di Kelurahan Sungai Andai dan Sungai Jingah

dengan total warga terdampak sebanyak 33.760 jiwa atau hampir 10 ribu KK. Di

mana 66 KK atau 136 jiwa harus mengungsi.

Sementara itu, di Banjarmasin Tengah dengan tujuh kelurahan yang ada

terdampak jumlah warga yang terdampak banjir totalnya sebanyak 940 KK atau

3.219 jiwa, di mana 23 KK atau 65 jiwa harus mengungsi.

1
Kota Banjarmasin menetapkan status tanggap darurat bencana banjir sejak

15 Januari, posko dan dapur umum dipusatkan di kecamatan yang wilayahnya

terendam banjir.

Banjir diduga disebabkan oleh intensitas curah hujan yang tinggi sehingga

memicu luapan air sungai sejak 9 Januari 2021,

Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah-

masalah umum tata ruang dan tata air di Kecamatan Banjarmasin Timur dalam

menghadapi bencana banjir.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Saran Integrasi Tata Ruang dan Tata Air untuk Mengurangi Banjir di

Kecamatan Banjarmasin Timur antara lain :

a. Perencanaan Tata Ruang Komprehensif yang Berbasis Ekologis.

b. Integrated Water Resource Management (IWRM) dan Low Impact

Development (LID).

2
B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu :

1. Mengevaluasi Tata Ruang dan Tata Air untuk Mengurangi masalah Banjir di

Kecamatan Banjarmasin Timur.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi ilmu Pengetahuan Secara teoritis, dapat bermanfaat untuk menambah

khasanah ilmu pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesiapsiagaan

dalam menghadapi bencana banjir.

2. Bagi Pemerintah, untuk memecahkan masalah-masalah umum tata ruang dan

tata air di Kecamatan Banjarmasin Timur.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Banjir

Banjir adalah suatu kondisi dimana debit air sungai yang besar melebihi

tinggi muka air normal sehingga meluap ke sungai dan menyebabkan banjir di

daratan lebih rendah dari bantaran sungai (Astuti, 2011).

Sedangkan menurut Setiawan (2018) banjir adalah suatu kondisi dimana

tanah terendam akibat peningkatan debit air. Banjir dapat menimbulkan kerugian

dan korban fisik maupun non fisik, seperti penutupan sekolah dan kenaikan

harga bahan pokok

(Rosyidie, 2013). Berdasarkan mekanisme kejadian, banjir dibagi menjadi

banjir normal (biasa) yang disebabkan oleh limpasan besar yang melebihi

kapasitas drainase dan banjir abnormal (tidak teratur) yang disebabkan oleh

tsunami, gelombang pasang, meluap atau runtuhnya sungai. Berdasarkan letak

sumbernya, daerah yang terendam banjir dapat dibagi menjadi:

1. Banjir lokal Banjir akibat curah hujan lokal berkepanjangan

2. Banjir bandang Banjir akibat hujan deras dan air sungai

mengalir cepat ke permukaan. Banjir bandang terjadi ketika air

dengan cepat menjenuhkan tanah di suatu daerah sehingga

tidak terserap kembali.

4
Menurut Siahaa dkk (2011, biasanya ada 3 (tiga) jenis banjir, yaitu:

1. Banjir bandang

Banjir bandang adalah banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba

dan terus berlanjut dengan cepat. Banjir ini biasanya terjadi akibat

hujan deras yang berlangsung singkat yang menyebabkan debit

sungai naik dengan cepat.

Sebagian besar banjir ini mendahului tanah longsor di hulu dan

membuat bendungan alami. Banjir bandang penyebabnya menurut

curah hujan, kondisi geologi, morfologi dan tutupan lahan.

2. Banjir sungai

Banjir sungai biasanya disebabkan oleh hujan yang meluas dan

berlangsung lama di Daerah Aliran Sungai (DAS) . Banjir sungai

biasanya disebabkan oleh kondisi sungai yang meluap dan

menutupi sekitarnya.

3. Banjir pesisir

Banjir pesisir dikaitkan dengan badai tropis dan kenaikan

permukaan laut. Dalam banjir ini, air laut membanjiri daratan

karena satu atau pasang surut atau kombinasi badai.

5
2. Kawasan Rawan Banjir

Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang memiliki peluang

tinggi untuk mengalami banjir sesuai dengan karakteristik penyebab banjir

(Pratomo, 2008)

Mahfuz, 2016)). Banjir menyebabkan kerusakan material dan ringan,

Kerugian material meliputi kerusakan sarana dan prasarana serta kerugian

harta benda. Sedangkan kerugian materil seperti menimbulkan korban jiwa

dan kekacauan ekonomi (Nurul Mentari Duwila, Sonny Tilaar, 2021).

Daerah dengan kerawanan tinggi merupakan daerah yang sangat rawan

terhadap banjir. Mengenai karakteristik daerah yang sangat sensitif, memiliki

jenis tanah yang rawan erosi seperti Regosol, Litosol, Organosol dan

Rensina. Kemiringannya berkisar antara 0-8 dan budidayanya adalah

pemukiman/lahan bangunan dan curah hujannya > 3 ,8 mm/hari.

Menurut kajian Anwar dan Makruf (2019), daerah potensi banjir atau

potensi banjir tinggi adalah daerah yang relatif datar dengan kemiringan 0- %

dan sebagian besar budidaya adalah lahan pemukiman, curah hujan , ketinggian

8- ,5 m, membanjiri tanah hidromorfik dan hampir jaringan sungai.

3. Penyebab Banjir

Menurut Darmawan, Hani'ah dan Suprayogi (2017) penyebab

banjir adalah curah hujan dimana curah hujan yang tinggi dapat

menyebabkan. Namun menurut penelitian (Jannah dan Itratip, 2017),

penyebab banjir adalah luapan sungai, dimana daya tampung sungai .

6
menurun akibat sedimentasi dan pemanfaatan bantaran sungai yang tidak

tepat. Sementara itu, Sulistyo dan Pranoto (2021) dalam penelitiannya

menemukan bahwa banjir disebabkan oleh topografi daerah yang

merupakan daerah rendah berbentuk cekungan, adanya sedimen di dasar

banjir. . limbah dan jumlah limbah di saluran pembuangan yang mencegah

air mengalir. Selain itu, Setiawa dkk. Menurut penelitian (2021), bahwa

penyebab banjir di kota Banjarmasin ialah akibat berlebihnya limpasan

permukaan dan tidak ada yang menampung limpasan tersebut dalam badan

sungai sehingga air meluap. Untuk lebih detailnya, penyebab banjir di

Kota Banjarmasin disebabkan oleh 2 faktor yaitu:

1. Faktor alam

Faktor alam seperti curah hujan yang tinggi, topografi

wilayah, pasang surut air Sungai Martapura.

2. Faktor manusia

Faktor manusia seperti pertumbuhan penduduk , kebutuhan

infrastruktur, kebutuhan lahan , yang mengurangi kemungkinan

penyerapan ke dalam tanah. Selain itu, semakin terbukanya lahan,

semakin mudah air hujan keluar dari lapisan tanah dan

menyebabkan sedimentasi, yang mempengaruhi kapasitas air

sungai.

7
B. Kerangka Pemikiran

Mengatasi Masalah Banjir


Di Kota Banjarmasin

Menerapkan Perencanaan Tata Ruang


Komprehensif yang Berbasis Menerapkan Integrated Water
Ekologis untuk Revitalisasi Kota Resource Management (IWRM)
Banjarmasin yang memperhatikan dan Low Impact Development
Tata Air (Master Plan Drainase) yang (LID)
menyeluruh

Proses perencanaan tata ruang IWRM dapat dijelaskan dengan metodologi


komprehensif yang mempertimbangkan untuk mempersiapkan manajemen sumber daya
faktor sosial, hukum, ekonomi, air secara holistik yang dapat digambarkan dalam
kebutuhan, keinginan dan persepsi tahapan – tahapan sebagai berikut:
penghuni perumahan di masa depan. 1. Initiation atau Inisiasi.
2. Vision / Policy atau Visi/ Kebijakan.
3. Situation Analysis atau Analisa Situasi.
4. Strategy Choice atau Pemilihan Strategi.
5. IWRM Plan atau Penyusunan Rencana Kerja
IWRM.
6. Implementation atau Pelaksanaan.
7. Evaluation atau Evaluasi.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

8
C. Keaslian Penelitian

Persamaan dan Perbedaannya :


a. Persamaannya adalah penelitian ini sama sama mengatasi masalah baniir

melalui penataan ruang.

b. Perbedaan penelitian ini adalah terletak dari metode yang digunakan.

Keaslian penelitian yang terdahulu dengan yang dikerjakan dapat di uraikan pada

Tabel 1.

9
Tabel 1 Penelitian terdahulu dan yang sedang dikerjakan
No Judul Tujuan Hasil Metode Penulis
1. Analisis Faktor Untuk menganalisis Faktor faktor utama masyarakat memutuskan tetap tinggal di kawasan rawan Pengumpulan Arif Rahman
Masyarakat Tetap Masyarakat Tetap Bertempat banjir sempadan sungai Riam Kiwa, Desa Mangkauk, Kecamatan data kuantitatif Nugroho, 2020
Bertempat Tinggal Tinggal di Kawasan Rawan Pengaron, Kabupaten Banjar adalah faktor kedekatan dengan dilakukan
di Kawasan Bencana Banjir Kabupaten Banjar keluarga atau kerabat (turuntemurun), diikuti dengan sangat sulit melalui metode
Rawan Bencana mencari lokasi tinggal yang cocok untuk kehidupannya, tidak mampu survei.
Banjir Kabupaten membeli tanah atau rumah yang layak, takut kehilangan mata
Banjar pencaharian, mudah mendapatkan sumber air dan harga tanah lebih
murah. Masyarakat juga merasa tidak nyaman untuk tetap tinggal
karena sadar bahwa lokasi tersebut rawan akan bencana banjir serta
rentan menjadi korban penggusuran karena status sertifikat lahan
tidak resmi atau ilegal, lahan yang ditempati tidak sesuai dengan
peruntukan rencana tata ruang Kabupaten Banjar.
2. EVALUASI Tujuan dari penelitian ini adalah Berdasarkan pembahasan dan tujuan dari penelitian pada bagian Deskriptif Michael
KEBIJAKAN mengidentifikasi tingkat risiko sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : Kuantitatif Rachmatullah,
POLA RUANG bencana banjir di kota Palu dan 2016
DAN Mengevaluasi kebijakan pola ruang - Zona risiko di Kota Palu terbagi atas 4 kelas,dengan kelas risiko sangat
STRUKTUR dan struktur ruang di kota Palu rendah meliputi :
RUANG dengan mempertimbangkan aspek -
BERBASIS bencana banjir khususnya pada - kelurahan, kelas risiko rendah meliputi 7
MITIGASI tingkat risikonya - kelurahan, kelas risiko sedang meliputi 16
BENCANA - kelurahan, kelas risiko tinggi meliputi 8
BANJIR - kelurahan dan kelas risiko sangat tinggi
(Studi Kasus :
Kota Palu) meliputi 9 kelurahan seperti Kebijakan rencana pola ruang dan
rencana struktur ruang di Kota Palu sudah cukup tanggap terhadap
tingkat risiko yang ada. Hal ini ditunjukkan melalui perbandingan
persentase luas rencana Kawasan keseluruhan pada bidang pola ruang
serta perbandingan persentase jumlah system perkotaan, panjang
jalan keseluruhan dan jumlah unit jaringan transportasi pada bidang
struktur ruang terhadap bagian dari perencanaan masing – masing
yang masuk dalam kelurahan berisiko banjir tinggi dan sangat tinggi

10
Lanjutan Tabel 1
No Judul Tujuan Hasil Metode Penulis
3 PROGNOSIS Tujuannya adalah menganalisis Sebagai langkah awal untuk menangani masalah banjir dilakukan Deskriptif Alexander
BANJIR SUB-SUB hidrograf banjir untuk membantu penelitian terhadap seberapa besar volume limpasan dengan Kuantitatif Tunggul Sutan
DAS KEYANG pengkajian dampak lingkungan melakukan analisis hidrograf banjir melalui SIMODAS. Tujuan dari dan analisis Haji, 2012
MENGGUNAKAN akibat alih fungsi lahan melalui analisis hidrograf banjir adalah untuk membantu pengkajian dampak spasial
SIMODAS UNTUK Kajian Lingkungan Hidup Strategis lingkungan akibat alih fungsi lahan melalui Kajian Lingkungan
KAJIAN sebagai pertimbangan dalam Hidup Strategis sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
LINGKUNGAN pengambilan keputusan atau atau Kebijakan, Rencana dan Program yang tepat dalam menyusun
HIDUP Kebijakan, Rencana dan Program Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ponorogo.
STRATEGIS yang tepat dalam menyusun
TERHADAP Rencana Tata Ruang Wilayah Hidrograf adalah suatu ekspresi integral dari karakteristik fisiografik
RENCANA TATA Kabupaten Ponorogo. dan iklim yang mengatur hubungan antara curah hujan dan limpasan
RUANG permukaan DAS tertentu (Montarcih, 2009).
WILAYAH
KABUPATEN
PONOROGO
4 Bencana Banjir: Tujuan dari penelitian ini adalah Upaya struktural dan nonstruktural dilakukan. Pengurangan risiko Deskriptif Sri Nurhayati
Pengawasan dan untuk mewujudkan ruang wilayah besaran banjir dilakukan melalui pembangunan prasarana pengendali kuantitatif dan Qodriyatun,
Pengendalian nasional yang aman, nyaman, banjir (peningkatan kapasitas sungai, tanggul, pompa air, bendungan, kepustakaan 2020
Pemanfaatan Ruang produktif, dan berkelanjutan perbaikan drainase kota) dan prasarana pengendali aliran permukaan (library
Berdasarkan UU dengan: (1) Terwujudnya (resapan air dan penampung banjir). Sementara itu, upaya
Penataan Ruang dan keharmonisan antara lingkungan pengurangan risiko kerentanan banjir dilakukan dengan penetapan
research)
RUU Cipta Kerja alam dan lingkungan buatan; batas dataran banjir, penetapan zona peruntukan lahan sesuai risiko
banjir, pengawasan peruntukan lahan di dataran banjir, persiapan
menghadapi banjir, penanggulangan banjir dan pemulihan setelah

11
banjir. Penetapan zona peruntukan lahan sesuai risiko banjir ini
dituangkan dalam peta zonasi peruntukan lahan dataran banjir, yang
ditetapkan oleh bupati/walikota. Bupati/walikota mempunyai
kewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap zona peruntukan
lahan sesuai risiko banjir yang sudah ditetapkan. Bahkan
pemanfaatan bantaran dan sempadan sungai, perlu mendapatkan izin
dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya. Semua ketentuan ini sudah diatur dalam Pasal 34
s.d. Pasal 48 dan Pasal 57 dan Pasal 58 PP Sungai. Dalam praktiknya,
berbagai ketentuan dalam regulasi tersebut banyak yang dilanggar.
Meskipun penetapan batas banjir dan zona peruntukan lahan sesuai
risiko banjir sudah dilakukan. Kelemahannya adalah pada
pengawasan pemanfaatan lahan sesuai peruntukannya seperti yang
diatur dalam UU Penataan Ruang.
5 KAJIAN Tujuan utama dari penelitian ini Tinjauan Kebijakan Daerah Sempadan Sungai Penetapan garis Analisa curah Aninda
PEMODELAN adalah untuk mendapatkan daerah sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar kegiatan hujan Deviana, 2011
SPASIAL BANJIR rawan banjir di Kecamatan perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas rancangan
UNTUK Baleendah, Kecamatan sumber daya yang ada pada sungai termsuk danau dan waduk dapat dengan
MENDUKUNG Dayeuhkolot, dan Kecamatan dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Adapun tujuan dari penetapan metode log
KEBIJAKAN Bojongsoang (DAS Citarum Hulu), garis sempadan sungai adalah sebagai berikut :’ Pearson III,
SEMPADAN untuk mengevaluasi sempadan Gumbel dan
SUNGAI DAN yang ada dalam kasus daerah a. Agar fungsi sungai termasuk danau dan waduk tidak terganggu Log Normal 2)
TATA RUANG dataran banjir yang terjadi dan oleh aktifitas yang berkembang di Analisa debit
WILAYAH untuk mengembangkan trategi sekitarnya; banjir
(STUDI KASUS implementasi kebijakan itu b. Agar kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai manfaat rancangan
WILAYAH sempadan sungai dan perencanaan sumber daya yang ada di sungai dengan
PENGEMBANGA tata ruang berdasarkan daerah dapat memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga fungsi metode
N BALEENDAH) dataran banjir dalam rangka sungai; hidrograf
meningkatkan perlindungan dan c. Agar daya rusak air terhadap sungai dan lingkungannya dapat sintetik
pelestarian sungai. dibatasi. Snyder

12
D. Hipotesis

Hipotesis sementara Berkaitan dengan masalah banjir di atas, kami

memandang diperlukannya beberapa solusi integrasi tata ruang dan tata air

untuk mengurangi masalah banjir yang di antaranya ialah;

• Menerapkan Perencanaan Tata Ruang Komprehensif yang Berbasis

Ekologis untuk Revitalisasi Surabaya yang memperhatikan Tata

Air (Master Plan Drainase) yang menyeluruh.

• Menerapkan Integrated Water Resource Management (IWRM) dan Low

Impact Development (LID) pada Daerah Aliran Sungai yang

mempengaruhi Surabaya yang akan mendukung keberhasilan

SDMP 2018.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pemilihan daerah penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarmasin Timur, dengan

pertimbangan sebagai berikut :

1. Kecamatan Banjarmasin Timur merupakan salah satu daerah yang terkena

banjir, setiap tahunnya banjir semakin meluas dan kedalamannya yang semakin

bertambah.

2. Kecamatan Banjarmasin Timur termasuk daerah yang mempunyai risiko

bencana banjir yang tinggi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi untuk penelitian ini yaitu menggunakan populasi seluruh kepala

keluarga di Kecamatan Banjarmasin Timur. Pemilihan populasi adalah seluruh

orang yang berada di Kecamatan Banjarmasin Timur. Jumlah populasi di

Kecamatan Banjarmasin Timur adalah 119,141 jiwa.

14
Tabel 2 Kebutuhan dan Sumber Penelitian

no Tujuan jenis data dan kebutuhan data sumber data unit analisis cara analisis
    primer Sekunder Skala Tahun keterangan    
1 Menerapkan Perencanaan Tata a. Survei Data sekunder   2022 1. Survai dan Kecamatan Interpretasi dan
Ruang Komprehensif yang lapangan diperoleh dari Pengumpulan Deskriptif
Berbasis Ekologis untuk b. Wawancara Pemerintah tata Sekunder.
Revitalisasi Banjarmasin Timur   Daerah
yang memperhatikan Tata Air   Provinsi 2. Integrasi Tata
(Master Plan Drainase) yang Kalimantan ruang dan
menyeluruh. Selatan, Kota Infrastruktur
Banjarmasin, lainnya.
Kecamatan
Banjarmasin 3. Revisi Konsep
Timur berupa Tata Ruang
data jumlah Terintegrasi
penduduk,
luas wilayah,
data banjir
             

15
Lanjutan Tabel 2
no Tujuan jenis data dan kebutuhan data sumber data unit analisis cara analisis
    primer Sekunder Skala Tahun keterangan  
      Peta dasar 02:00.0 2022 Kecamatan
Data sekunder
diperoleh dari
Pemerintah
Daerah
Menerapkan Integrated Water Provinsi
Survei langsung  Survai dan
Resource Management (IWRM) Kalimantan
dan analisa Pengumpulan Data
dan Low Impact Development a. Survei Selatan, Kota
kelayakan lahan Sekunder
2 (LID) pada Daerah Aliran lapangan Banjarmasin,   2022 Kecamatan
multidisiplin di
Sungai yang mempengaruhi b. Wawancara Kecamatan
Kecamatan
Surabaya yang akan mendukung Banjarmasin
Banjarmasin Timur
keberhasilan SDMP 2018. Timur berupa
data jumlah
penduduk,
luas wilayah,
data banjir

16
Kami menemukan bahwa perkembangan Kecamatan Banjarmasin

Timur saat ini memiliki masalah di wilayah juga karena perencanaan

wilayah. Oleh karena itu, kami mengusulkan untuk menerapkan rencana

tata ruang komprehensif ekologis untuk menyelesaikan masalah umum

tata ruang di Kecamatan Banjarmasin Timur .

Definisi asli perencanaan ekologis (perencanaan ekologis) menurut

Ian McHarg adalah proses perencanaan tata ruang komprehensif yang

mempertimbangkan sosial, hukum, faktor ekonomi, kebutuhan, keinginan

dan persepsi penghuni terhadap tempat tinggal masa depan.

Selain itu, kami menguraikan definisi di atas sebagai perencanaan

tata ruang komprehensif berbasis ekologis yaitu:

“Perencanaan yang memperhatikan kondisi keanekaragaman

hayati (kondisi ekologi), daya dukung atau daya dukung lingkungan fisik

lainnya, sebagai kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi wilayah.

Kemudian infrastruktur lain seperti penyediaan air, transportasi umum ,

pengelolaan sampah dan limbah, penghematan energi dll harus

diintegrasikan dalam proses perencanaan . Dan termasuk partisipasi .

pemangku kepentingan (interest group) dalam penetapan rencana tata

ruang.”

17
Tabel 3 populasi dan sampel
Keterangan Jumlah Populasi Jumlah Sampel
Masyarakat 119,141 jiwa 100 jiwa
Pemerintah 9 kelurahan 1 kelurahan

C. Variabel Penelitian

Menurut Sumanto, “variabel penelitian adalah karakteristik yang dapat

diamati dari suatu objek dan mampu memberikan nilai atau kategori yang

berbeda”. Pada saat yang sama, menurut Black and Champion (2009, p. 30),

"variabel dapat didefinisikan sebagai unit analisis yang masuk akal yang dapat

berisi salah satu nilai yang dinyatakan". Berdasarkan pengertian tersebut maka

ada 2 (dua) variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu. variabel bebas dan

variabel terikat.

1. Variabel bebas

Variabel yang menunjukkan adanya gejala atau kejadian yang

intensitas atau pengaruhnya terhadap variabel terikat diketahui.

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau dihasilkan

dari variabel bebas.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dampak banjir

Cileuncang dan respon masyarakat terhadap banjir Cileuncang. Informasi lebih

lanjut mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4,

sebagai berikut:

18
Tabel 4 Variabel Penelitian

No Variabel Bebas Variabel Terikat


1 penerapan Integrated Water 1. Initiation atau Inisiasi
Resource Management
(IWRM) dan Low Impact 2. Vision / Policy atau Visi / Kebijakan
Development (LID) 3. Situation Analysis atau Analisa Situasi
4. Strategy Choice atau Pemilihan Strategi
5. IWRM Plan atau Rencana IWRM
6. Implementation atau Pelaksanaan
7. Evaluation atau Evaluasi
8. LID (Low Impact Development)

D. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah

dengan mengumpulkan semua pihak yang berkepentingan dan berwenang

dalam IWRM. Dalam langkah ini komitmen bersama harus disusun oleh

seluruh pihak terkait (Pemerintah, Swasta dan Masyarakat). Sementara itu

bentuk organisasi pengelola mulai dipikirkan dan dipersiapkan. Setelah

IWRM Plan disusun organisasi ini akan menjalankan setiap fungsinya.

Karena itu tahapan ini menjadi sangat penting untuk IWRM yang berhasil.

19
1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama atau sumber

sumber dasar yang mengadakan pencatatan langsung berdasarkan kejadian atau

pristiwa yang terjadi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada

penelitian ini adalah :

a. Observasi atau pengamatan

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini di atur terlebih dahulu

Survai dan Pengumpulan Data Sekunder untuk memahami sifat sifat umum,

aspek aspek penting yang ada pada masyarakat dan pemerintah di Kecamatan

Banjarmasin Timur dan disesuaikan dengan tujuan. Tujuan observasi yang

dilakukan sebagai berikut :

1. Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats)

2. Persiapan Konsep Infrastruktur (Terutama Master Plan Drainase)

20
Gambar 2. Keadaan sungai dan batas banjir di Kecamatan Banjarmasin Timur

(Foto : Banjarmasin,TribunNews, 2021)

b. Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini adalah sejumlah pertanyaan terbuka

mengenai banjir dan program pemerintah yang sudah di implementasikan di

Kecamatan Banjarmasin Timur, yang dijawab oleh masyarakat, tokoh masyarakat,

kader dan kepala Kecamatan Banjarmasin Timur.

c. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk

pedoman wawancara yang ditujukan kepada masyarakat dan pemerintah di

Kecamatan Banjarmasin Timur.

Tabel 5 Data Primer


No Jenis Data Sumber Data
1. Data 1. Analisa Kelayakan  Observasi
Primer Lahan  Wawancara
2. Analisa  Kuesioner
Perencanaan tata
ruang dan
Infrastuktur yang
ada
3. Menentukan Visi
Perencanaan Tata
Ruang

2. Data Sekunder

a. Studi Dokumen

Studi dokumen yaitu mempelajari dokmen atau data data sekunder yang

ada di perpustakaan, kantor Kecamatan Barabai, BPS (Badan Pusat statistik),

21
BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah). Studi dokumen terdiri dari data

tentang jumlah penduduk, peta administrasi, serta gambaran umum mengenai

penduduk Kecamatan Banjarmasin Timur yang diteliti dalam penelitian ini.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dari perpustakaan yang

digunakan untuk mendapatkan teori teori yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan. Metode ini di perlukan untuk menambah dan memperluas wawasan

tentang masalah, konsep konsep penelitian, teori teori penelitia, dan lain lain.

Tabel 6 data sekunder


No Jenis Data Sumber Data
1. Data 1. Peta Administrasi  Badan Pusat Statistik (BPS)
Sekunder 2. Jumlah Penduduk  Bencana Daerah (BPBD)
3. Luas wilayah  Badan Penanggulangan
4. Keadaan penduduk

E. Teknik Pengolahan Data

1. Editing: Sebelum menganalisis data, data diedit. Informasi yang

terkumpul dibaca kembali dan kemudian dikoreksi jika masih ada hal-hal

yang kurang tepat atau meragukan. Catatan observasi harus lengkap yaitu

semua kolom atau pertanyaan harus dilengkapi atau dilengkapi.

2. Tabel : disusun dari data yang terkumpul, dalam proses pembuatan tabel,

peneliti memasukkan data ke dalam tabel dan menyusun angka sehingga

jumlah kasus dalam kategori yang berbeda dihitung dan ditampilkan

dalam bentuk tabel .

22
3. Entry : data dilakukan setelah data diberi kode dengan memasukkan data

ke dalam kolom-kolom yang terdapat pada Microsoft Excel 2007

F. Diagram Alir

Bencana
Banjir

Kecamatan Banjarmasin
Timur

Survai dan
Pengumpulan
Data Sekunder

Pemerintah Masyarakat

1. Data Primer : Data Sekunder :


1. Analisa Kelayakan Lahan
2. Analisa Perencanaan tata 1. Peta Administrasi
ruang dan Infrastuktur yang ada 2. Jumlah Penduduk
3. Menentukan Visi
3. Luas wilayah
Perencanaan Tata Ruang
4. Keadaan penduduk

Analisis

Solusi integrasi tata ruang dan tata air untuk mengurangi masalah
23
Banjir di Kecamatan Banjarmasin Timur

Output
Gambar 3 Diagram Alir Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Tanuwidjaja, G. (2006). Pengembangan Perangkat Evaluasi Lahan (Alit) Untuk

Negara-Negara Berkembang, Dengan Studi Kasus Pulau Bintan,

Indonesia. Ringkasan Disertasi Master of Science Environmental

Management, National University of Singapore.

Tanuwidjaja, G., & Widjaya, J. M. (2010). Integrasi tata ruang dan tata air untuk

mengurangi banjir di Surabaya.

Buku & Presentasi

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008), Laporan Akhir Evaluasi

Pelaksanaan Pembangunan Surabaya Drainage Master Plan (SDMP) 2018

Kota Surabaya

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR), Badan

Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum (2007),

Laporan Akhir Kegiatan Pengembangan Teknologi Pengendalian Banjir

Perkotaan Menuju Waterfront City

24

Anda mungkin juga menyukai