Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN TENTANG


BENCANA ALAM BANJIR

Dosen pengampu:

Ns. Yunita W, S.Kep., M.Kep

Kelompok 1

17B

1. Nuril Fitria 17010068


2. Berliantin Kumala p 17010092
3. Fatullah Hasyim 17010093
4. Kana Sayelin 17010103
5. Kiki Kumalasari 17010104

Sekolah Tinggi Keperawatan dr. Soebandi


Jl. dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax ( 0331) 483536
Email : jstikesdr.soebandi@yahoo.com Website : www.stikesdrsoebandi.ac.id
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam merupakan sebuah peristiwa yang tidak dapat ditolak
oleh semua makhluk hidup. Bencana dapat terjadi kapan saja dan dimana
saja. Bencana pula tidak mengenal siapa yang akan menjadi korbannya.
Bencana menjadi kekhawatiran terbesar bagi manusia, karena bencana
selain menyebabkan kerugian fisik dan mental, juga menyebabkan
kematian. Selain itu bencana juga dapat menghambat pembangunan
nasional maupun internasional.
Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh peristiwa alam.
Bencana yang tergolong ke dalam bencana alam adalah gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor (UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Salah
satu bencana yang sering kali terjadi di Indonesia khususnya wilayah
Sumatera Barat adalah banjir. Bencana banjir adalah peristiwa atau
rangkaian meluapnya air sungai yang disebabkan oleh faktor alamiah
akibat rusaknya buffer zone pada kawasan upper DAS (daerah aliran
sungai) sehingga menimbulkan korban jiwa, manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Banjir disebabkan oleh lima faktor penting, yaitu: faktor hujan, faktor
hancurnya retensi DAS, faktor kesalahan perencanaan pembangunan alur
sungai, faktor pendangkalan sungai dan faktor kesalahan tata wilayah dan
pembangunan sarana dan prasarana.
Faktor penyebab banjir berdasarkan tempat kejadian atau aktivitasnya
juga dapat dibedakan menjadi:
1. Meluapnya air sungai. Meluapnya air sungai dapat disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi, selain itu juga disebabkan oleh terbentuknya
endapan pada sungai sehingga daya tamping sungai menjadi
berkurang.
2. Banjir yang terjadi di muara sungai disebabkan oleh penggabungan
arus laut pasang yang diakibatkan oleh hantaman angin badai.
3. Jebolnya bendungan atau dam
4. Aktivitas manusia seperti penebangan hutan, pembuangan sampah
secara sembarangan, pembangunan daerah hunian dan pabrik di
daerah resapan air, serta pengelolaan sumber daya alam yang tidak
bijaksana (Supriyono, 2014:45-52).

Primus (2014) membagi jenis-jenis banjir sebagai berikut:


1) Banjir hujan ekstrem, yaitu peristiwa banjir yang disebabkan oleh
meluapnya sungai akibat tingginya curah hujan di atas normal yang
tidak mampu ditampung daerah resapan air dan sungai yang ada,
2) Banjir kiriman, yaitu peristiwa meluapnya air sungai karena curah
hujan yang tinggi di daerah lain,
3) Banjir bandang, yaitu banjir besar yang terjadi secara tiba-tiba dan
berlangsung hanya sesaat,
4) Banjir air laut atau rob, yaitu banjir yang disebabkan oleh angin puyuh
laut atau angin topan dan gelombang pasang air laut,
5) Banjir lahar dingin, yaitu peristiwa banjir yang diakibatkan oleh
aktivitas letusan gunung berapi yang mengeluarkan lahar dingin,
6) Banjir lumpur adalah peristiwa banjir yang disebabkan oleh
meluapnya tumpukan lumpur yang berasal dari lahan sawah atau dari
dasar sungai.

Bencana banjir mengakibatkan berbagai kerugian diantaranya:


1. tergenangnya daerah pemukiman,
2. hanyut dan rusaknya bangunan yang diterjang banjir,
3. menimbulkan terjadinya bencana alam yang lain, seperti tanah
longsor,
4. rusaknya daerah pertanian dan perkebunan, dan
5. menimbulkan berbagai penyakit.
Oleh karena banjir merupakan bencana alam yang dampak
kerugiannya cukup besar dan sering terjadi di wilayah Sumatera Barat,
maka diperlukan upaya mitigasi sebagai bentuk pengurangan resiko
bencana dan menumbuhkan sikap siaga bencana.

Dalam melakukan mitigasi terhadap bencana, menurut Hermon (2015:


14), geografi kebencanaan lebih menekankan pada: konsep keruangan,
konsep regional, dan konsep ekologi. Konsep keruangan merupakan konsep
yang paling utama dalam melakukan mitigasi bencana, yaitu dengan
perumusan peta. Oleh karena itu, perlu perencanaan mitigasi yang tepat untuk
meminimalisir terjadinya bencana banjir . Sebelum merencanakan arahan
mitigasi bencana banjir, perlu dilakukan pemetaan mengenai kerentanan
bencana banjir. Kerentanan (vulnerability) adalah kondisi-kondisi yang
ditentukan oleh factor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi, dan
lingkungan yang meningkatkan kecenderungan (susceptibility) sebuah
komunitas terhadap dampak bahaya (ISDR, 2004 dalam MPBI, 2007). Dalam
hal ini, kerentanan yang diukur adalah kerentanan fisik wilayah terjadinya
banjir.

Menurut Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief (2006), ada 5 macam


strategi untuk mengurangi dampak banjir pada individu dan masyarakat,
yaitu:

1. Informasi dan pendidikan

2. Asuransi banjir

3. Penyesuaian-penyesuaian pajak

4. Tindakan-tindakan darurat untuk banjir

5. Pemulihan pasca banjir


Selain strategi untuk mengurangi dampak banjir pada individu dan
masyarakat, ada pula strategi untuk mengurangi banjir yang dikemukakan
oleh Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief (2006), yaitu:

1. Bendungan dan waduk


2. Tanggul (levee) dan penahan banjir (Floodwall)
3. Peningkatan kapasitas saluran drainase atau sunga
4. Tindakan-tindakan perbaikan lahan
5. Penahanan di suatu lokasi (on-site detention)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penyiapan masyarakat pada bencana banjir?
2. Bagaimana metode sosialisasi pada masyarakat tentang bencana
banjir?
3. Bagaimana penggunaan kearifan lokal dalam pemberdayaan
masyarakat dan pendidikan kesehatan tentang bencana banjir?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyiapan masyarakat pada bencana banjir
2. Untuk mengetahui metode sosialisasi pada masyarakat tentang
bencana banjir
3. Untuk mengetahui penggunaan kearifan lokal dalam pemberdayaan
masyarakat dan pendidikan kesehatan tentang bencana banjir
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui penyiapan masyarakat pada bencana
banjir
2. Mahasiswa dapat mengetahui metode sosialisasi pada masyarakat
tentang bencana banjir
3. Mahasiswa dapat mengetahui penggunaan kearifan lokal dalam
pemberdayaan masyarakat dan pendidikan kesehatan tentang
bencana banjir
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Banjir

Bencana banjir merupakan sebuah peristiwa Dimana debit air sungai


dalam jumlah yang tinggi , atau debit aliran air di sungai secara relative
lebih besar dari kondisi normal akibat hujan yang turun di hulu atau di suatu
tempat tertentu terjadi secara terus menerus, sehingga air tersebut tidak
dapat ditampung oleh alur sungai yang ada, maka air melimpahn keluar dan
menggenangi daerah sekitarnya. Terjadinya bencana banjir juga disesabkan
oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah
tidak mampulagi menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya
permukaan air karena curah hujan tidak normal,perubahan suhu, tanggul
atau bendungan yang bobol, terhambatnya aliran air di tempat lain
(legal,2008).

Penyebab banjir dan lamanya genangan tidah hanya disebabkan oleh


meluapnya air sungai, melainkan oleh kelebihan curah hujan dan fluktuasi
mukaair laut khususnya dataran aluvial pantai, unit-unit geomorfologi
seperti daerah rawa, dataran banjir, merupakan tempat-tempaty rentan banjir
(Dibyosaputro,1984).

Ada lima faktor penting penyebab banjir di Indonesia yaitu faktor


hujan, factor hancurnya retensi Daerah Aliran Sungai (DAS), factor
kesalahan perencanaan pembangunan aliran sungai, factor pendangkalan
sungain dan factor kesalahan tata wilayah dan pembangunan sarana dan
prasarana(Maryono, 2005).
2.2 Faktor Penyebab Banjir

Menurut kodoatic dan sugiyanto (2002), factor penyebab terjadinya


banjir dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu: banjir alami dan
banjir karena aktifitas dari manusia sendiri.

2.2.1 Penyebab banjir secara alami


Yang termasuk penyebab banjir secara alami diantaranya:
a. Curah hujan
Indonesia mempunya dua musim sepanjang tahun, yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Pada musim hujan curah hujan yang
tinggi dan terus menerus berakibat banjir di sungai dan bila melebihi
tebing sungai makan akan terjadi banjir atau genangan.
b. Pengaruh fisiografi
Fisiografi ataun geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan
kemiringan Daerah Pengaliran Sungai (DPS), kemiringan sungai,
geometric hidrolik, lokasi sungai dan lain-lain merupakan hal-hal
yang dapat mempengaruhi terjadinya banjir.
c. Erosi Dan Sedimentasi
Erosi Dan Sedimentasi berpengaruh terhadap pengurangan kapasitas
penampungan sungai. Besarnya sedimentasi akan mengurangi
kapasitas saluran sehingga timbul genangan dan banjir di sungai.
d. Kapasitas sungai
Mengurangi kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh
pengendapan berasal dari erosi PDS dan erosi tanggul sungai yang
berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat. Sedimentasi
menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal
ini dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan
sungai.efek langsung dari fenomena ini menyebabkan meluapnya air
dari alur sungai keluar dan menyebabkan banjir.
e. Kapasitas drainasi yang tidak mamadai
Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainasi daerah
genangan yamng tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering
terjadi banjir di musim hujan.
f. Pengaruh air pasang
Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu
banjir bersamaan dengan air yang tinggi maka tinggi juga genangan
atau banjir menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater).

2.2.2 Penyebab banjir akibat aktivitas manusia


a. Perubahan kondisi DAS
Perubahan kondisi DAS seperti penggundulan hutan, usaha
pertanian yang kurang tepat, peluasan kota, dan perubahan tataguna
lainnya dapat memperburuk masalah banjir karena meningkatnya
aliran sungai.
b. Kawasan kumuh dan sampah
Perumahan kumuh di sepanjang bantaran sungai dapat menjadi
penghambat aliran. Masyarakat membuang sampah langsung ke
sungai, sehingga dapat meningkatkan muka air banjir disebabkan
karena aliran air terhambat.
c. Drainasi lahan
Drainasi perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah
bantaran banjir akan mengurangi kemampuan bantaran dalam
menampung debit air yang tinggi.
d. Kerusakan bangunan pengendali air
Pemeliharaan yang kurang memadai dari bangunan pengendali
banjir sehingga menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi
dapat meningkatkan kuantitas banjir.
e. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
Beberapa sistem pengendalian banjir memang dapat
mengurangi kerusakan akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi
mungkin dapat menambah kerusakan selama banjir-banjir yang besar.
Semisal, bangunan tanggul sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul
ketika terjadi banjir yang melebihi dapat menyebabkan keruntuhan
tanggul. Hai ini mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar
melalui tanggul yang bobol sehingga menimbulkan banjir yang sangat
besar.
f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
Penebangan pohon dan tanaman oleh masyarakat secara liar
(illegal logging), tani berpindah-pindah dam permainan rebiosasi
hutan untuk bisnis dan sebagainya menjadi salah satu sumber
penyebab terganggunya siklus hidrologi dan terjadinya banjir.

2.3 Dampak Bencana Banjir


Dampak dari terjadinya banjir berupa kerusakan fisik maupun
kerugianmateri seperti rusaknya perumahan warga , lingkungan menjadi
tidak sehat .timbulnya berbagai macam penyakit dan lain lain. penyakit –
penyakit musiman dan pada saat banjir bisa berupa difteri ,diare ,gatal –
gatal dan sejumlah penyakit kulit lainnya.tertentu hal semacam ini
saangat merugikan dan dapat mengganggu aktivitas sehari –hari.

a. Merusak Sarana dan prasarana (rumah, mobil, gedung, dll)


b. Melumpuhkan jalur transportasi dan komunikasi, banjir dapat
melumpuhkan transportasi karena menggenang jalur yang dipakai,
dan banjir dapat melumpuhkan komunikasi karena saat ini kita
sangat bergantung pada internet dan listrik, sedangkan jika terjadi
banjir, sarana dan prasarana yang mendukung komunikasi akan
rusak.
c. Merusak harta benda bahkan memakan korban jiwa.
d. Membuat terhentinya aktivitas manusia.
e. Mencemari lingkungan.
f. Banjir dapat menyebabkan erosi dan memicu timbulnya bencana
lain
2.4 Pencegahan dan Pengelolaan Banjir
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
pencegahan dan pengendalian  banjir, diantaranya adalah.
1. Pembuatan Setu (danau penampungan)
Cara ini termasuk cara yang paling sederhana, tetapi memakan
banyak ruang. Indonesia membangun banyak setu pada zaman
Belanda, ada setu yang aslinya rawa-rawa, adapula yang dibuat secara
khusus. Tetapi karena telah ada metode yang lebih efektif, setu
tersebut saat ini banyak dijadikan perumahan. Alasannya adalah untuk
mengatasi  penduduk yang membludak dan mengusir nyamuk
penyebab malaria atau demam  berdarah.
2. Kanalisasi (Normalisasi Sungai dan Sodetan)
Normalisasi adalah aliran sungai supaya lebih cepat mengalir
ke laut shingga genangan tidak mudah terjadi. Sedangkan Sodetan
adalah penghubungan dua sungai atau lebih dengan kanal (lorong
seperti pipa), tujuannya adalah untuk menghubungkan dua sungai atau
lebih sehingga dapat mendistribusikan debit berlebih dari satu sungai
ke sungai lain.
3. Pompanisasi
Upaya modern yang memanfaatkan teknologi sehingga dapat
memompa muatan air  berlebih. Pompa-pompa modern ini biasanya
dipasang sensor hujan atau air pasang sehingga bekerja secara
otomatis.
4. Tanggul
Tanggul digunakan untuk membendung air sungai agar tidak
meluap ke sekitarnya. Hal yang sama dilakuakn untuk air pasang
laut. Kelemahan sistem ini adalah dapat terjadinya kerusakan tanggul
yang akan menyebabkan banjir bandang. Biasanya pada daerah yang
memang sangat sering terjadi banjir, banyak sistem yang dipakai,
tidak hanya satu sistem, sehingga kemungkinan terjadi banjir dapat
menurun secara signifikan.
Selain dengan sistem di atas, kita juga perlu melakukan edukasi kepada
masyarakatnya antara lain adalah edukasi untuk:
a. Tidak membuang sampah sembarangan
b. Menanam pohon
c. Tidak menebang hutan secara ilegal
d. Membuat tata kelola kota yang ideal

Mitigasi banjir memiliki beberapa tahapan, berikut tahapan mitigasi


bencana banjir:

1. Yang Harus Dilakukan Sebelum Terjadi Banjir


a. Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat,
membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air atau
selokan, dari timbunan sampah.
b. Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap
dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih
melalui koordinasi dengan aparat terkait dan pengurus RT/RW.
c. Bersama pengurus RT/RW, segera bentuk tim penanggulangan
banjir di tingkat warga, salah satunya mengangkat penanggung
jawab posko banjir.
d. Koordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan setempat, dan
LSM untuk  pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan pelampung
guna evakuasi.
e. Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna
memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau melakukan
konfirmasi.
f. Simak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim
warga tentang curah hujan dan kondisi air.
g. Lengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio
baterai, senter, korek gas, dan lilin.
h. Siapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih.
i. Siapkan obat-obatan darurat.
j. Amankan dokumen penting.

2. Yang Harus Dilakukan Saat Banjir


a. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk
mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana.  
b. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
c. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus
banjir, serta segera amankan barang-barang berharga ketempat yang
lebih tinggi.
d. Jika air terus meninggi, hubungi instansi terkait.

2.5 Pemberdayaan Masyarakat Dan Pendidikan kesehatan Bencana

Dalam pemberdayaan masyarakat, secara umum dapat diartikan


sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat
melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku
masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat.
Menurut Ambar Teguh S, (2004; 80-81), tujuan pemberdayaan
bagi masyarakat memberikan kesempatan pengembangan dan
pembangunan kesejahteraan hidup, terciptanya kemandirian dalam
membangun kehidupan yang layak dan cukup bagi warga negara
dengan kehidupan perekonomian berkembang.

1. Mempersiapkan diri menghadapi semua bencana atau kejadian


yang tidak diinginkan.
2. Menekan kerugian dan angka korban yang dapat timbul akibat
dampak suatu bencana.
3. Meningkatkan kesadaran semua pihak dalam masyarakat atau
organisasi terhadap bencana sehingga terlibat dalam proses
penanggulangan bencana.
4. Melindungi anggota masyarakat dari ancaman, bahaya atau
dampak bencana.
Pendidikan bencana merupakan proses pembelajaran melalui
penyediaan informasi , pengetahuan , dan kewaspadaan terhadap
masyarakat guna membentuk kesiapan bencana di level individudan
komunitas. Didalam manajemen bencana terdapat beberapa siklus
yaitu fase pencegahan dan mitigasi, fase kesiapsiagaan,fase tanggap
darurat, dengan target adalah penyelamatan dan fase pemulihan.
Melalui pendidikan bencana, masyarakat didorong untuk mengetahui
risiko bencana, mengumpulkan informasi terkait mitigasi bencana
(tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang dapat
dilakukan sebelum bencana terjadi), dan menerapkannya pada situasi
bencana. Pemberdayaan yang di lakukan kepada masyarakat terkait
bencana banjir biasanya diberikan pendidikan kesehatan, terkait
bagaimana masyarakat dapat :

1. Memiliki persediaan kebutuhan dasar, seperti obat-obatan dan


makanan yang memadai
2. Mengenali daerah setempat yang dapat dijadikan tempat
pengungsian
3. Membawa barang-barang yang beharga, terutama dokumen
dan surat penting
4. Mengikuti bimbingan dan penyuluhan dari pihak yang
bertanggung jawab
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Persiapan masyarakat pada bencana banjir

Ada sebagian besar masyarakat sudah mengetahui tentang


kesiapsiagaan menghadapi bencana, khususnya bencana Banjir. Intinya
masyarakat tahu dan sigap menghadapi bencana yang akan terjadi.
Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana
alam tidak terlepas dari pelaksanaan kegiatan desa siaga lainnya.
Koordinasi yang terjadi antara masyarakat,yaitu kader, bidan, puskesmas,
dan lainnya berjalan dengan baik, Sosialisasi yang dilakukan untuk
program kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana Banjir dalam
desa siaga tidak terlepas dari dukungan masyarakat, perangkat desa,
kader, bidan desa, dan tokoh masyarakat.

Panduan Siaga Banjir Menurut BNPB( Badan Nasional


Penanggulangan bencana)

BNPB juga membagikan secara online buku panduan


bagaimana menghadapi situasi siaga bencana, salah satunya banjir
(hal 38). Berikut isinya:

1. Ketahui istilah peringatan bahaya banjir, seperti Siaga I sampai Siaga


IV dan langkah yang harus dilakukan.
a) Siaga I: Bila dalam enam jam genangan air tersebut
tidak surut dan kritis maka ditetapkan Siaga I.
Penanggung jawab penanganan status siaga I langsung
ditangan Gubernur.
b) Siaga II: Bila wilayah genangan air mulai meluas,
maka akan ditetapkan Siaga II, penanggungjawab
untuk siaga II ini adalah Ketua Harian Satkorlak
Penanggulangan Bencana Provinsi (PBP) yaitu
Sekretaris Daerah.
c) Siaga III: Hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya
genangan air di lokasi-lokasi tertentu tetapi kondisinya
masih belum kritis dan membahayakan. Meski
demikian bila status siaga III sudah ditetapkan,
masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan
mempersiapkan segala sesuatunya dari berbagai
kemungkinan bencana banjir. Siaga III, penanganannya
diserahkan pada masing-masing suku dinas pembinaan
mental dan kesejahteraan sosial (Bintal Kesos) di
masing-masing wilayah.
d) Siaga IV: Belum ada peningkatan debit air secara
mencolok. komando di lapangan, termasuk membuka
atau menutup pintu air serta akan dikemanakan arah air
cukup dilakukan oleh komandan pelaksana dinas atau
wakil komandan operasional wilayah.
2. Ketahui tingkat kerentanan daerah tempat tinggal, apakah berada di
zona rawan banjir atau tidak.
Di wilayah Kecamatan Panti, Sukorambi, Tanggul, dan
Kecamatan Silo. "Daerah itu merupakan kawasan hulu sungai
yang alirannya menuju kawasan pemukiman penduduk,” ujar
Rasyid (tempo.co, 2020).
3. Ketahui saluran dan aliran yang sering dilalui air banjir dan
dampaknya bagi rumah
4. Lakukan persiapan evakuasi, termasuk memahami lokasi rute
evakuasi dan tempat yang lebih tinggi. Sebab, banjir juga dapat terjadi
akibat kiriman dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Contoh : Apabila di Kec. Patrang Kab. Jember terjadi banjir,
hamper bisa dipastikan salah satu penyebabnya akibat kiriman air dari
kec. yang lebih tinggi.
5. Bahas dengan anggota keluarga soal ancaman banjir dan rencanakan
tempat pertemuan apabila terpencar
6. Ketahui bantuan apa yang bisa diberikan apabila ada anggota keluarga
atau kenalan yang terdampak banjir
7. Ketahui kebutuhan-kebutuhan khusus anggota keluarga atau tetangga
jika banjir terjadi
8. Buat persiapan hidup mandiri selama setidaknya 3 hari, seperti tas
siaga bencana, makanan dan minuman
9. Ketahui bagaimana mematikan air, listrik dan gas
10. Pertimbangkan asuransi banjir
11. Buat catatan harta dan dokumen penting, serta
mendokumentasikannya dalam foto yang tersimpan aman
12. Simpan dokumen penting di tempat yang aman
13. Sebaiknya hindari membangun tempat tinggal di tempat rawan banjir
14. Waspadai berbagai instrumen listrik saat bersentuhan dengan air
banjir
15. Turut serta mendirikan tenda dan dapur umum terjadi bencana banjir
16. Libatkan diri dalam pendistribusian bantuan
17. Gunakan air bersih secara efisien.

3.2 Metode sosialisasi pada masyarakat tentang bencana banjir

Metode yang digunakan yaitu Sosialisasi Dan Edukasi


Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. Upaya penanganan
bencana pada saat ini, mengalami perubahan paradigma maupun
tindakan,yaitu dengan menitik beratkan pada partisipasi masyarakat
dalam penanggulangan bencana. Jadi masyarakat bukan hanya sekedar
menjadi korban/objek dari bencana namun juga sebagai pelaku dari
penanggulangan bencana.Metode yang tepat dalam penanganan bencana
sekarang ini adalah Kesiapsiagaan Bencana berbasis masyarakat
.program berbasis masyarakat yang mendorong pemberdayaan kapasitas
masyarakat untuk menyiagakan diri dalam mencegah serta mengurangi
dampak dan resiko bencana yang terjadi lingkungannya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) menjadikan
masyarakat sebagai pihak yang terkena dampak bencana, harus
diberdayakan dengan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai,
sehingga mampu melakukan upaya- upaya penanganan dampak bencana
dan pengurangan resiko. Program ini diterapkan di daerah rawan bencana
seperti banjir, dan dimana masyarakatnya mudah bekerjasama (bergotong
royong) untuk melaksanakan upaya mitigasi atau pengurangan resiko.
bermanfaat bagi masyarakat yang paling rentan yang secara langsung
terancam kondisi kesehatan, kehidupan ekonomi dan lingkungan
hidupnya.

Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat daerah rawan bencana


harus terus dilakukan. Seperti yang pernah dilakukan oleh BPBD
Kabupaten Pacitan. tahun 2017 kemarin. BPBD bersama Forum
MUSPIKA kecamatan Ngadirojo dan Kecamatan Sudimoro Kabupaten
Pacitan terus melakukan giat pendampingan kepada masyarakat untuk
dapat berdaya mengatasi kejadian bencana alam yang datang menimpa
dirinya.Kegiatan sosialisasi dan edukasi yang dihadiri oleh kurang lebih
100 peserta dari element masyarakat se Kecamatan Ngadirojo dan
Kecamatan Sudimoro ini dikawal oleh empat pemateri yaitu Ratna
Budiono Amd. Dari BPBD Pacitan, DRS. Sanyoto MM , Kepala Dinas
Pemberdayaan Masyarakat Desa, Diana Rendrarini Se,ST,MT,
akademisi,Dan Hanggono Suryo Wibowo, Kepala Desa Sidomulyo
(https://bpbd.pacitankab.go.id/ 2020).
3.3 Penggunaan kearifan lokal dalam pemberdayaan masyarakat dan
pendidikan kesehatan tentang bencana banjir

Menurut sosiolog Prof. Dr. Heru Nugroho (2008), setiap individu,


komunitas maupun unit sosial yang lebih besar mengembangkan
kapasitas sistem penyesuaian dalam merespons ancaman. Renspons itu
bersifat jangka pendek yang disebut mekanisme penyesuaian (coping
mechanism) atau yang lebih jangka panjang yang dikenal sebagai
mekanisme adaptasi (adaptatif mechanism).Cara pandang ini setidaknya
menjadi penting untuk melihat dampak bencana terhadap kehidupan
sosial kemasyarakatan.

Mekanisme masyarakat berbasis kearifan lokal sebenarnya


merupakan bentuk kesadaran menghargai relasi seimbang antara alam
dan manusia yang tujuannya jelas menghindari adanya dampak destruktif
sehingga apabila manusia tidak menghargai alam dengan sepantasnya
maka harus siap menerima akibatnya.

Bencana alam bisa terjadi sewaktu-waktu dan tidak dapat


diprediksi, kondisi demikian sering mengejutkan orang saat bencana tiba-
tiba terjadi. masyarakat sering tidak siap ketika bencana terjadi kondisi
ketidaksiapan masyarakat ini disebabkan masyarakat memang tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup menyangkut kesiagaan dalam
menghadapi bencana. Untuk melindungi masyarakat dari kerugian yang
besar dalam bencana maka perlu adanya Pengetahuan tentang
kesiapsiagaan yaitu serangkaian kegiatan yang harus diketahui oleh
warga masyarakat yang terdiri dari keluarga – keluarga untuk
menyiapkan diri mengantisipasi situasi bencana secara cepat dan tepat
guna.
Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi suatu
masyarakat yang baik secara invidu maupun kelompok yang memiliki
kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana.

Pengelolaan tanggap darurat bencana, rekonstruksi atau rehabilitasi


pasca bencana dengan memperhatikan kearifan lokal. Peningkatan
kapasitas masyarakat dalam menanggulangi risiko bencana urgent
dilakukan, di antaranya dengan melakukan pelatihan penanggulangan
bencana atau dengan simulasi-simulasi yang dapat meningkatkan
pemahaman masyarakat dalam menanggulangi risiko bencana.

Upaya mitigasi bencana yang telah dilakukan masyarakat


Kabupaten Jember sendiri berupa beberapa kearifan lokal (local
wisdom). Terdapat beberapa kearifan lokal terkait dengan mitigasi
bencana di Kabupaten Jember. Namun, terkadang kearifan lokal yang
dimiliki masyarakat Jember dalam menghindari bencana tidak dapat
dirasionalkan menggunakan ilmu pengetahuan. Kearifan lokal yang
masih berlaku pada masyarakat di kabupaten Jember yaitu: Ruwatan
(Bersih Desa). Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional dengan
tujuan utama mendapatkan keselamatan supaya orang terbebas dari
segala macam kesialan hidup, nasib jelek, dan selanjutnya agar dapat
mencapai kehidupan yang ayom-ayem-tentrem (aman, bahagia, dan
damai). Tradisi Ruwatan (bersih desa) di Kabupaten Jember dilaksanakan
pada bulan Suro. Tradisi tersebut diawali dengan selamatan (tasyakuran),
berdoa bersama, nyekar (tawassul dan mendoakan para leluhur
setempat), kemudian dilanjutkan dengan gotong-royong membersihkan
lingkungan desa.

Kearifan lokal (local wisdom) di atas merupakan sarana yang


dapat digunakan untuk membangun keharmonisan sosial. Peserta dan
pelaku upacara tidak menonjolkan latar belakang keyakinan yang
dipeluknya. Artinya, upacara ini tidak memberi peluang akan tumbuhnya
sekat-sekat sosial dalam pelaksanaannya, karena mereka memiliki tujuan
yang sama, yakni membangun harmoni, keselarasan, dan keseimbangan,
baik dengan Tuhan, kekuatan ghaib yang lain, maupun dengan sesama.
Dalam upacara tradisional, kepentingannya hanya satu, yakni memohon
keselamatan dan perlindungan. Sebagaimana diungkapkan oleh
Rappaport, bahwa upacara tradisional menghadirkan serangkaian
tindakan dan tuturan yang tidak dirahasiakan oleh para pelakunya. Semua
pelaku upacara dapat mengungkapkan tujuannya secara terbuka. Bentuk
pusaka budaya ini bukan semata-mata salah satu cara berkomunikasi
yang dikukuhkan oleh para pelaku dan pendukungnya, melainkan melalui
tradisi ini, diharapkan juga terjadinya hubungan lain, yang terbangun dari
bahasa dan tindakan yang dijadikan mediumnya.

Selain upaya mitigasi bencana, masyarakat Kecamatan Panti


Kabupaten Jember juga mempunyai kearifan lokal terkait dengan sistem
peringatan dini. Sistem peringatan dini itu dilakukan masyarakat di
Kabupaten Jember dalam membaca tanda-tanda bencana banjir dan
tanah longsor dengan beberapa cara tradisional berikut:

a. Membaca karakteristik pegunungan Argopuro dan kondisi air


sungai
b. Memperhatikan isyarat hewan Capung dan Burung
c. Memperhatikan munculnya mata air baru secara tiba-tiba
d. Memprediksi melalui itensitas dan lamanya curah hujan
e. Memantau debit aliran di hulu sungai.

(http://ejournal.iain-jember.ac.id/,2020)
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Banjir adalah sebuah bencana alam sebuah peristiwa yang tidak


dapat ditolak oleh semua makhluk hidup banjir dapat terjadi kapan saja
dan dimana saja. Dampaknya berupaa berjatuhan banyak korban
,rusaknya sarana dan prasarana,melumpungkan jalur transportasi dan
mencemari lingkungan . ada beberapa factor penyebab bencana banjir
antara lain factor hujan , factor sampah, factor hancurnya rentensi DAS
,factor kesalahan perencanaan pembangunan sarana dan prasarana

4.2 Saran

Dengan ada nya musibah bencana banjir diharapkan penduduk


dapat mengetahui tentang membuang sampah sembarangan yang
menyebabkan musibah banjir, dan hindari musibah agar tidak ada
bencana banjir
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 dalam


http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/sehat/UU-24-2007
PenanggulanganBencana.pdf diakses pada 19 februari 2020.

2. Supriyono, Primus. 2014. Bencana Banjir. Yogyakarta: ANDI

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang


Penanggulangan Bencana.

4. Arif Muhammad,2019. analisis wilayah berpotensi banjir daerah sumatera


barat untuk pelaksanaan pembelajaran geografi berorientasi bencana alam

6. https://bpbd.pacitankab.go.id/sosialisasi-dan-edukasi-penanggulangan-
bencana-berbasis-masyarakat/di akses pada tanggal 20 februari 2020 pukul
: 20.06

8. Wibowo Yunus Aris, dkk, 2019. Perencanaan Mitigasi Bencana Banjir


Non-Struktural Di Daerah Aliran Sungai Comal Hilir, Jawa Tengah

9. https://idu.scribd.edu.com/document/Definisi_Banjir_Menurut_Para_Ahli

10.https://www.academia.edu/27222040/Penyebab_dan_dampak_Terjadinya_

Banjir

11.https://www.academia.edu/36876439/Bencana_Banjir

12.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/viewFile/22053/21754

13.https://simantu.pu.go.id/epel/edok/5609c_07._Modul_7_Sistem_Informasi
_Banjir.pdf. di akses pada tanggal 27/02/20. 11:39

14.https://nasional.tempo.co/read/319351/sungai-di-daerah-rawan-banjir-di-
jember-dikeruk/full&view=ok di akses pada tanggal 27/02/20. 11:54

Anda mungkin juga menyukai