Anda di halaman 1dari 27

Management Bencana Banjir

Disusun Oleh :
Desi Widiastuti 111 0713 017
Dwina Avianindya 111 0713 075
Eza Oktaviana 111 0713 030
Kurnia Aini I.S 111 0713 018
Shinta Anggraeni 111 0713 031
Thalisza Tiffuny 111 0713 022

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Indonesia berlokasi di wilayah rawan terhadap berbagai kejadian bahaya alam, yaitu
bencana geologi (gempa, gunung api, longsor, tsunami dan sebagainya) dan hidro
meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan sebagainya).
BAKORNAS PB mencatat antara tahun 2003-2005 telah terjadi 1.429 kejadian
bencana di Indonesia. Sebagian dari kejadian bencana tersebut (53,3%) merupakan bencana
hidrometeorologi. Dari total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah
banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia) di ikuti oleh tanah longsor (16
persen).
Kondisi morfologi Indonesia yaitu relief bentang alam yang sangat bervariasi dan
banyaknya sungai yang mengalir diantaranya, menyebabkan selalu terjadi banjir di Indonesia
pada setiap musim penghujan. Banjir umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat
yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian
Timur. Faktor kondisi alam tersebut diperparah oleh meningkatnya jumlah penduduk yang
menjadi faktor pemicu terjadinya Banjir secara tidak langsung. Tingkah laku manusia yang
tidak menjaga kelestarian hutan dengan melakukan penebangan hutan yang tidak terkontrol
juga dapat menyebabkan peningkatan aliran air permukaan yang tinggi dan tidak terkendali
sehingga terjadi kerusakan lingkungan di daerah satuan wilayah sungai.
Bencana banjir di Indonesia yang terjadi setiap tahun terbukti menimbulkan dampak
pada kehidupan manusia dan lingkungannya terutama dalam hal korban jiwa dan kerugian
materi. Sebagai contoh pada tahun 2006 banjir bandang di daerah Jember Jawa Timur telah
menyebabkan 92 orang meninggal dan 8.861 orang mengungsi serta didaerah Trenggalek
telah menyebabkan 18 orang meninggal. Di Manado (Provinsi Sulawesi Utara) juga terjadi
banjirdisertai tanah longsor yang menyebabkan 27 orang meningal dengan jumlah pengungsi
mencapai 30.000 orang.Banjir disertai tanah longsor juga melanda Sulawesi Selatan pada
bulan Juni 2006 dengan korban lebih dari 200 orangmeninggal dan puluhan orang dinyatakan
hilang (data BAKORNAS PB, 23 Juni 2006 dalam RAN PRB).
Di DKI Jakarta, akibat banjir lima tahunan yang terjadi sejak tahun 1996, kota ini
menderita kerugian milyaran rupiah. Bahkan banjir lima tahunan 2002 dan 2007 serta banjir
tahunan 2008, berdampak pada dunia bisnis. Banyak area bisnis di Jakarta tidak bisa
menjalankan aktivitas bisnisnya dan kegiatan di Bandara terganggu akibat akses jalan ke
Bandara yang tergenang.
Melihat jumlah korban dan kerugian yang timbul akibat banjir tersebut, maka penting
bagi kita untuk melakukan kesiapan dan pencegahan terhadap bencana banjir ini. Salah satu
yang dapat dilakukan adalah mengenal bencana banjir, fenomenanya serta bagaimana upaya
upaya untuk menghadapi bencana banjir.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bencana Banjir dan Penyebabnya
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial
dan ekonomi.
Sumber-sumber banjir adalah :
Curah hujan tinggi, baik di suatu kawasan maupun di hulu sungai
Luapan air sungai akibat tingginya curah hujan di hulu sungai
Runtuhnya bendungan
Naiknya air laut (pasang/rob)
Tsunami
Selain itu, faktor kerentanan di suatu daerah juga akan mempengaruhi
terjadinya banjir. Faktor kerentanan tersebut adalah sebagai berikut:
Prediksi yang kurang akurat mengenai volume banjir.
Rendahnya kemampuan sistem pembuangan air.
Turunnya kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan
pemeliharaan dan operasional.
Deforestasi.
Turunnya permukaan tanah akibat turunnya muka air tanah (land subsidence).
Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
2.2. Kategori Jenis Banjir
Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya dan
berdasarkan mekanisme
terjadinya banjir.
Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya
Banjir kiriman (Banjir Bandang): Banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan
di daerah hulu sungai.
Banjir lokal: Banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi
kapasitas pembuangan di suatu wilayah.

Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir
Regular flood : banjir yang diakibatkan oleh hujan.
Irregular flood : banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
gelombang pasang, dan hancurnya bendungan





2.3. Bahaya Sekunder Banjir

Terjadinya banjir dapat menimbulkan bahaya lainnya yaitu bahaya sekunder berupa
gangguan-gangguan pada :

1. Kesehatan masyarakat
Penyakit kulit, demam berdarah, malaria, influenza, gangguan pencernaan seperti
diare dsb merupakan penyakit yang umum terjadi pada saat banjir. Hal ini dikarenakan air
bersih untuk berbagai keperluan (minum, memasak, mandi dan mencuci) sudah tercemar
akibat banjir. Selain itu, genangan air banjir juga menjadi tempat berkembang biaknya
nyamuk yang menjadi penyebab timbulnya penyakit demam berdarah dan malaria.



2. Penyediaan air bersih
Berbagai bahan dan zat yang membawa berbagai jenis bakteri, virus, parasit dan
bahan penyakit lainya saat terjadi banjir, dapat mencemari sumur warga dan cadangan air
tanah lainnya. Oleh karenanya sumur warga dan cadangan air tanah yang terkena banjir untuk
sementara waktu tidak dapat digunakan.

3. Cadangan pangan
Di daerah pertanian, banjir dapat menyebabkan gagalnya panen, rusaknya cadangan
pangan di gudang, dan kemungkinan juga rusaknya persediaan benih. Tergenangnya kolam
akibat banjir juga dapat mengakibatkan hilangnya ikan. Selain itu banjir juga mengakibatkan
rusaknya lahan pengembangan dan ketersediaan pakan ternak.

2.4. Bahaya Kajian Banjir

Apa itu Bahaya? Bahaya atau dalam bahasa Inggris Hazard diartikan sebagai suatu
kejadian yang memiliki potensi dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau
mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya bila terjadi di suatu lingkungan permukiman,
budidaya atau industri. Kajian bahaya dilakukan untuk menentukan karakteristik/ciri ciri dari
potensi bahaya dan ancaman-ancaman yang mungkin dihadapi oleh masyarakat. Untuk
memahami hal ini, kita perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
bahaya.
Dalam kajian bahaya banjir misalnya, maka kita perlu mengidentifikasi hal-hal
seperti curah hujan di suatu wilayah, tinggi permukaan tanah (kondisi topografi) serta kondisi
fisik sungai dan alirannya. Untuk wilayah yang sering dilanda banjir, maka

faktor-faktor yang berhubungan dengan bahaya banjir berikut ini harus selalu diingat yaitu :
Frekuensi banjir
Tinggi permukaan tanah (topografi)
Kemampuan tanah untuk menyerap air
Bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai)
Catatan pasang surut dan gelombang laut serta kondisi geografi (untuk wilayah pantai/pesisir)



2.5. Kerentanan dan Kajian Kerentanannya

Apa itu kerentanan? Kerentanan atau dalam bahasa Inggris vulnerability merupakan
rangkaian kondisi yangmenentukan apakah suatu bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya
buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana. Banjir menjadi bencana jika terjadi
pada kondisi daerah yang rentan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pula kajian mengenai
kerentanan akan bencana banjir. Kerentanan ini dapat berupa :
Fisik seperti permukiman penduduk yang berada di dataran rendah (topografi rendah);
kondisi sungai yang dangkal, berkelok-kelok, dan sempit; kondisi saluran drainase;
Sosial ekonomi seperti jumlah dan kepadatan penduduk, mata pencaharian penduduk,
dan kondisi perekonomian.

2.6. Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Banjir

Yang dimaksud dengan kesiapan/kesiapsiagaan menghadapi banjir adalah kegiatan
yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana banjir sehingga tindakan yang
dilakukan pada saat dan setelah terjadi banjir dilakukan secara tepat dan efektif.

Berikut ini adalah contoh upaya kesiapan/kesiapsiagaan yang biasanya dilakukan oleh
pemerintah di tingkat lokal yaitu :
1. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak dilalui masyarakat pada
saat banjir.
2. Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan untuk tindakan
penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan bahan bakarnya; persediaan bahan
pokok yang diperlukan pada kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok, obat-obatan, air
bersih, selimut,peralatan memasak untuk di tempat evakuasi, tempat evakuasi, dll (ADPC,
2005).
3. Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi. Hal ini terkait dengan koordinasi
antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat keadaan darurat, serta
bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang aman (menentukan jalur evakuasi dan
tempat evakuasi) serta melakukan latihan evakuasi.
4. Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat, khususnya rumah hunian yang
ditinggal mengungsi.
Sementara tindakan kesiapan/kesiapsiagaan yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat
(keluarga dan individu)
adalah :
1. Menempatkan barang barang elektronik (pemanas air, panel,meteran dan peralatan listrik)
serta barang berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll) di tempat yang tinggi (tidak terjangkau
bencana banjir)
2. Menyiapkan alamat/no telp yang penting untuk dihubungi.
3. Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim penghujan seperti
radio,
obat obatan, makanan, minuman, baju hangat dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung,
ban dalam mobil atau barang-barang yang bisa mengapung, tali dan korek api.
4. Pindahkan barang-barang rumah tangga seperti furniture ke tempat yang lebih tinggi
5. Menyimpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman

2.7. Latar Belakang Perlunya Langkah-Langkah Kesiapsiagaan

Sebagai bagian dari PRB, kegiatan kesiapsiagaan tetap perlu dilakukan walaupun sudah
ada tindakan tindakan Pencegahan dan Mitigasi. Ini disebabkan karena:

1. Efektivitas tindakan Pencegahan dan Mitigasi baru akan terlihat saat ancaman bahaya
benar benar terjadi. Bila upaya tersebut tidak efektif, misalnya ada variabel dampak yang
belum diperhitungkan maka akan sangat terlambat bila kita tidak punya rencana untuk
kesiapsiagaan. Karena itu dalam hal ini kesiapsiagaan bisa dikatakan sebagai rencana
kontinjensi, sebuah sikap antisipatif kita terhadap terjadinya ancaman bahaya.

2. Walaupun kita siap dengan tindakan Pencegahan dan Mitigasi, kita tidak pernah benar
benar tahu besaran (magnitude) dari ancaman bahaya yang akan terjadi. Kita tidak bisa
memperkirakan seberapa kuat, seberapa lama dan seberapa luas ancaman bahaya yang
akan datang berikutnya. Misalnya jika kita tahu bahwa gempa bumi pasti akan terjadi, dan
sudah banyak upaya mitigasi yang kita lakukan, namun kita tidak akan pernah benar-benar
tahu : berapa besar, berapa lama dan berapa dekat kekuatan gempa bumi berikutnya.

3. Upaya kesiapsiagaan itu memperkuat tindakan pencegahan dan mitigasi. Karena tindakan
kesiapsiagaan berfokus pada KAPASITAS (lihat kembali rumus Pengurangan Risiko
Bencana). Kapasitas ini termasuk dalam kapasitas untuk menjaga dan melakukan aktivitas
pencegahan dan mitigasi. Misalnya dam penahan longsor atau banjir, juga saluran air
untuk memitigasi banjir, bila kita tidak memiliki kapasitas untuk merawat dan menjaganya
tentu saja tindakan pencegahan dan mitigasi tidak akan efektif.


2.8. Mendalami Pengertian Kesiapsiagaan : Siap-Siaga Dan Waspada
Bila dilihat dari istilahnya dan berdasarkan pada jenis, waktu dan tujuan aktivitasnya,
kesiapsiagaan merupakan gabungan dari dua istilah yang berbeda. Karena itu untuk bisa
memahami Kesiapsiagaan dengan lebih baik lagi, kita dapat mendalami dua istilah tersebut,
yaitu :
1. Ke-Siap-An (Preparedness)
Masa kesiapan terjadi saat kita menyadari adanya potensi ancaman bahaya sampai
masa tanda-tanda munculnya ancaman bahaya sudah nampak. Lamanya masa ini berbeda
pada tiap ancaman juga tergantung pada jelas tidaknya tanda tanda munculnya bahaya. Fokus
utama pada masa ini adalah pembuatan Rencana untuk menghadapi Ancaman Bahaya
(Bencana). Ada dua rencana (Plan) yang dibuat pada masa ini, yaitu :
Rencana persiapan untuk menghadapi ancaman bahaya/bencana (PLAN A)
Rencana SAAT ancaman bahaya/bencana terjadi (PLAN B)

2. Ke-Siaga-An (Readiness)
Kesiagaan adalah masa yang relatif pendek, dimulai ketika muncul tanda tanda awal
akan adanya ancaman bahaya. Pada masa ini, rencana B (PLAN B) mulai dijalankan dan
semua orang diajak untuk siap sedia melakukan peran yang sudah ditentukan sebelumnya.

3. Ke-Waspada-An (Alertness)
Kata ini lebih menunjuk ke sebuah momen/saat tertentu, yaitu ketika sebuah ancaman
bahaya pasti dan segera terjadi. Pada masa inilah semua hal yang berhubungan dengan
kesiapsiagaan akan diuji, apakah semua berjalan sesuai dengan rencana ataukah ada hal-hal
baru yang muncul dan perlu ditangani dengan segera. Masa ini tidak bisa direncanakan,
karena itu semua yang terjadi pada masa ini sifatnya sangat darurat. Antisipasi kita akan
datangnya masa inilah yang menentukan rencana kesiapsiagaan kita.
Gambar dibawah ini adalah contoh untuk
menjelaskan posisi ketiga kata di atas.
Sebagaimana sebuah dinamit, bila sumbu
sudah dinyalakan (dan tanda peringatan
diberikan), maka kita tahu dengan pasti
bahwa suatu saat dinamit akan meledak.
Saat inilah kita ada pada masa kesiapan
untuk menuju tempat perlindungan dan
menjauh dari dinamitnya.
Saat sumbu tinggal pendek, dan saat
hitungan mundur dimulai, inilah
SAATNYA masuk masa kesiagaan, kita
mengantisipasi ledakan, kita siap-siap
dalam posisiberlindung dan menjauhkan
diri dari benda benda yang mungkin
melukai kita bila ada ledakan.
Kewaspadaan muncul beberapa saat
sebelum dinamit meledak,
pada hitungan mundur terakhir, saat itulah
kita akan menutup mata dan telinga
kita sehingga ledakkan tidak terlalu
berdampak pada kita.



PREPAREDNESS READINES SALERTNESS




2.9. Aktivitas Pokok Terkait Kesiapsiagaan
Aktivitas aktivitas pokok dalam kesiapsiagaan -- yang dapat menjadi syarat dan
harus ada dalam kegiatan Kesiapsiagaan -- dapat dikelompokan dalam 3 kelompok
besar aktivitas sebagai berikut :
1. Adanya Rencana Untuk Menghadapi Bencana/Bahaya
Baik rencana SEBELUM terjadi bahaya/bencana maupun rencana SAAT terjadinya
bahaya). Termasuk aktivitas Kajian Risiko Bencana (Kajian Ancaman, Kerentanan dan
Kapasitas)
yang akan menjadi dasar pembuatan rencana kesiapsiagaan. Rencana saat terjadinya bahaya
juga meliputi rencana evakuasi, sistem peringatan dini, manajemen informasi dan
komunikasi.
2. Adanya Pembagian Peran Yang Jelas (Koordinasi, Teknis, Support) Untuk
Melaksanakan Rencana Tersebut Baik Untuk Sebelum Maupun Saat Bahaya/
Bencana.
Termasuk memastikan bahwa semua orang tahu/mampu mengerjakan tugas yang
lain, sehingga dalam keadaan tertentu bisa saling menggantikan (sebagai sebuah rencana
kontinjensi), misalnya orang yang bertanggung jawab tidak berada di tempat saat ancaman
bahaya muncul, atau justru menjadi korban saat bahaya muncul. Dalam hal ini juga harus
dipikirkan support untuk orang-orang yang bertanggung jawab ini, termasuk di dalamnya
support secara psikologis saat ancaman bahaya terjadi.
3. Adanya Upaya Peningkatan Kapasitas Berupa Pelatihan Dan Simulasi.
Melakukan Kajian Kapasitas yang diperlukan untuk rencana kesiapsiagaan, baik yang
sudah dapat dilakukan maupun belum, juga latihan latihan untuk mencapai kapasitas dan
ketrampilan yang belum dimiliki serta melakukan banyak simulasi bahaya. Tanpa latihan dan
simulasi, semua rencana yang telah dibuat tidak akan berguna, melalui pelatihan dan simulasi
yang terus menerus dan ajeg kapasitas akan meningkat dan mengetahui apa saja yang masih
perlu dan dapat ditingkatkan. Kita juga mungkin akan mendapatkan masukan baru untuk hal
hal yang belum terpikirkan dan direncanakan.

2.10. Macam-Macam Aktivitas Kesiapsiagaan
Secara keseluruhan, Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dapat dikategorikan
dalam beberapa aspek berupa sembilan aktivitas sebagai berikut (disertai
contoh dengan ilustrasi anak sekolah) :
1. Pengukuran Awal
(Contohnya : anak mengenali kemampuan dan kesulitan belajarnya, waktu yang tepat untuk
belajar, cara belajar yang efektif) Proses yang dinamis antara masyarakat dan lembaga yang
ada untuk :
Melakukan pengukuran awal terhadap Risiko Bencana (bahaya dan kerentanan)
Membuat sumber data yang fokus pada bahaya potensial yang mungkn
memberikan pengaruh
Mengantisipasi kebutuhan yang muncul dan sumber daya yang tersedia
2. Perencanaan
(Contohnya : anak memiliki rencana dan strategi untuk belajar)
Merupakan proses untuk :
Memperjelas tujuan dan arah aktivitas kesiapsiagaan
Mengidentifikasi tugas-tugas maupun tanggungjawab secara lebih spesifik baik oleh
masyarakat ataupun lembaga dalam situasi darurat
Melibatkan organisasi yang ada di masyarakat (grassroots), LSM, pemerintahan lokal
maupun nasional, lembaga donor yang memiliki komitmen jangka panjang di area yang
rentan tersebut

3. Rencana Institusional
(Contohnya : anak melakukan belajar kelompok, cari sumber belajar lain, buat waktu belajar
dan berjanji sama orang tua untuk menepatinya) Koordinasi baik secara vertikal maupun
horizontal antara masyarakat dan lembaga yang akan menghindarkan pembentukan struktur
kelembagaan yang baru dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana, melainkan saling
bekerjasama dalam mengembangkan jaringan dan sistem.
Mengukur kekuatan dari komunitas dan struktur yang tersedia
Mencerminkan tangungjawab terhadap keahlian yang ada
Memperjelas tugas dan tanggungjawab secara lugas dan sesuai

4. Sistem Informasi
(Contohnya : selalu berhubungan dan tukar informasi dengan teman serta menguasai semua
media untuk komunikasi) Mengkoordinasikan peralatan yang dapat mengumpulkan sekaligus
menyebarkan peringatan awal mengenai bencana dan hasil pengukuran terhadap kerentanan
yang ada baik di dalam lembaga maupun antar organisasi yang terlibat kepada masyarakat
luas.

5. Pusat Sumber Daya
(Contohnya : mempersiapkan bahan-bahan belajar, buku-buku dan catatan-catatan sekolah
juga kemampuan mengakses sumber belajar seperti internet atau bertanya pada orang yang
tahu misalnya saudara, orang tua atau guru). Melakukan antisipasi terhadap bantuan dan
pemulihan yang dibutuhkan secara terbuka dan menggunakan pengaturan yang spesifik.
Perjanjian atau pencatatan tertulis sebaiknya dilakukan untuk memastikan barang dan jasa
yang dibutuhkan memang tersedia, termasuk :
Dana bantuan bencana
Perencanaan dana bencana
Mekanisme kordinasi peralatan yang ada
Penyimpanan


6. Sistem Peringatan
(Contohnya: membuat jadwal yang jelas untuk belajar sesuai jadwal ujian dan punya
mekanisme yang jelas dengan teman teman untuk saling mengingatkan). Harus
dikembangkan sebuah cara yang efektif dalam menyampaikan peringatan kepada masyarakat
luas meskipun tidak tersedia sistem komunikasi yang memadai. Sebagai pelengkap,
masyarakat internasional juga harus diberikan peringatan mengenai bahaya yang akan terjadi
yang memungkinkan masuknya bantuan secara internasional.

7. Mekanisme Respon
(Contohnya : mengenali respon terhadap tekanan akan ujian dan bagaimana mengatasinya,
misalnya membuat manajemen stress yang baik). Respon yang akan muncul terhadap
terjadinya bencana akan sangat banyak dan datang dari daerah yang luas cakupannya
sehingga harus dipertimbangkan serta disesuaikan dengan rencana kesiapsiagaan. Perlu juga
dikomunikasikan kepada masyarakat yang akan terlibat dalam koordinasi dan berpartisipasi
pada saat muncul bahaya.

8. Pelatihan Dan Pendidikan Terhadap Masyarakat
(Contohnya : mengikuti les tambahan atau belajar tambahan dan bergabung dengan lembaga
bimbingan belajar). Dari berbagai jenis program pengetahuan mengenai bencana, mereka
yang terkena ancaman bencana seharusnya mempelajari dan mengetahui hal-hal apa saja
yang diharapkan dan apa yang harus dilakukan pada saat bencana tiba. Sebaiknya fasilitator
program pelatihan dan pendidikan sistem peringatan ini juga mempelajari kebiasaan serta
permasalahan yang ada di masyarakat setempat serta kemungkinan munculnya
perbedaan/pertentangan yang terjadi dalam penerapan rencana.

9. Praktek
(Contohnya: selalu berlatih dengan mengerjakan pekerjaan rumah dan tugas tugas yang
diberikan oleh guru/dosen). Kegiatan mempraktikkan hal-hal yang sudah dipersiapkan dalam
rencana kesiapsiagaandalam menghadapi bencana dibutuhkan untuk menekankan kembali
instruksi-instruksi yang tercakup dalam program, mengidentifikasi kesenjangan yang
mungkin muncul dalam rencana kesiapsiagaan tersebut. Selain itu, agar didapatkan informasi
tambahan yang berhubungan dengan perbaikan rencana tersebut.


BAB III
Hasil Diskusi
Nama Desa BIRU
Jenis Ancaman Banjir
Kondisi Keluarga Pedagang kecil, ti nggal di kampung padat di tepi sungai,
dataran rendah, punya peliharaan 20 ayam petelur,
4 sapi perah dan 2 anjing, akses jalan terbatas,
lewat jembatan kecil diatas sungai, sehingga sedikit
terisolir dari mayoritas warga (terletak di dusun kecil
seberang sungai)
Kondisi Masyarakat Desa di dataran rendah, daerah pertanian, dekat dengan
sungai besar yang sering meluap saat hujan deras,
mayoritas pedagang dan petani. Ada beberapa
peternakan ayam dan sapi perah di daerah sekitar,
akses jalan cukup bagus tapi sering terputus kalau
banjir, transportasi, listrik dan komunikasi lancar. Di
pusat desa ada pasar desa yang buka seminggu dua
kali. Banyak warga yang sudah lanjut usia dan dalam
kondisi sakit sakitan, ada juga beberapa ibu hamil.



Peran Sebagai Bapak, pedagang kecil Anggota Tim Siaga Bencana
Peran Sebagai Ibu, jaga warung makan di
rumah
Akti vis PKK
Peran Sebagai Kakek, sudah tua dan sakit
sakitan
Akti vis Pemuda
Peran Sebagai Nenek, tua dan sangat rabun Pengurus Kelompok Tani
Peran Sebagai Anak perempuan, SD kelas 5 Pemilik Peternakan


1. KELUARGA 2. MASYARAKAT
3.1. Lembar Kerja 1
Perencanaan Kesiapsiagaan Rencana Untuk Keluarga
NamaDesa : BIRU Ancaman : Banjir
KondisiKeluarga :
Pedagang kecil, tinggal di kampung padat di tepi sungai, dataran rendah, punya peliharaan 20 ayam
petelur, 4 sapi perahdan 2 anjing, akses jalan terbatas, lewat jembatan kecil diatas sungai, sehingga
sedikit terisolir dari mayoritas warga (terletak di dusun kecil seberang sungai)

RENCANA YANG AKAN
DILAKUKAN
APA YANG DIBUTUHKAN SIAPA YANG
BERTANGGU
NG JAWAB

Rencana Kesiapan/Preparedness
1) Membuat Early Warning
System dengan menggunakan
tiang warna.



2) Membersihkan lingkungan
rumah dari sampah





3) Menempatkan barang-barang
berharga( ijazah, sertifikat
tanah, dll ) dan barang-barang
elektronik di tempat yang
tinggi yang sulit terjangkau

Yang dibutuhkan :
Pengetahuan tentang Early Warning
System dan cara pembuatannya
Alat : cat, meteran
1 cat kaleng


Yang dibutuhkan :
Pengetahuan tentang mengelola
sampah (mendaur ulang)

Alat : tempat pembuangan sampah,
alat-alat kebersihan

Yang dibutuhkan :
Alat :
- Tas khusus untuk menempatkan
barang-barang berharga
- Meja yang tinggi dan cukup kuat

Yang
bertanggungja
wab:
Bapak





Yang
bertanggungja
wab : Keluarga



Yang
bertanggung
jawab:
Keluarga
oleh banjir.



4) Menyiapkanalamat / no. telp
yang penting untuk dihubungi




5) Menyediakan barang-barang
keperluan seperti senter, lilin,
baju, makanan, minuman,
selimut, bajuhangat,
pelampung

6) Menyediakan kandang untuk
mengamankan ayam agar lebih
mudah di bawa ketempat
evakuasi

7) Latihan berenang

untuk meletakkan barang-barang
elektronik
Biaya : -

Yang dibutuhkan :
Informasi mengenai pihakmanasaja
yang dapat dihubungi untuk dimintai
pertolongan pada saat terjadi bencana


Yang dibutuhkan :
Biaya :-




Yang dibutuhkan :
Biaya : kurang lebih Rp. 1.000.000,



Yang dibutuhkan : -







Yang
bertanggungja
wab : Bapak
dan Ibu


Yang
bertanggungja
wab:
Keluarga


Yang
bertanggungja
wab:
Bapak

Yang
bertanggungja
wab:
Bapak, Ibu,
Anak

RencanaKesiagaan/Readiness
Saat air sudah mencapai titik
darurat, maka keluarga harus :
1) Mempersiapkan atau
mengamankan surat dan barang
barang penting

2) Menggendong kakek untuk
diamankan ketempat posko


3) Menuntun nenek dan
mengikuti bapak ketempat
Posko



4) Mengamankan hewan
peliharaan



Yang dibutuhkan :
tas khusus


Yang dibutuhkan : -



Yang dibutuhkan :
- tongkat




Yang dibutuhkan :
- gerobak dorong


Yang
bertanggungja
wab:
Ibu

Yang
bertanggungja
wab:
Bapak

Yang
bertanggungja
wab:
Anak

Yang
bertanggungja
wab:
Ayah danIbu

Yang mengerjakan :
1. Thalisza Tiffuny
2. Shinta Anggraeni
Pada tanggal 20 Desember 2013
Pukul 13.30 wib di Penmaru UPN Veteran Jakarta



3.2. Lembar Kerja 2
Perencanaan Kesiapsiagaan Rencana Untuk masyarakat





RENCANA YANG AKAN
DILAKUKAN
APA YANG DIBUTUHKAN SIAPA YANG
BERTANGGUNGGJAWAB
Rencana
Kesiapan/Preparedness

1. Membuat tanggul.
(tanggul dibuat di area
bantaran sungai)

2. Gotong royong
membersihkan
lingkungan, kerja
bakti dilaksanakan
secara rutin seminggu
sekali pada hari
minggu.

3. Membuat dan
menentukan jalur
evakuasi. Dengan
membuat peta wilayah
dalam tanggapdarurat
bencana




Pasir, batu kali,
kayu/bamboo.
Biaya yang dibutuhkan :
kurang lebih Rp 500.000,-
(sumber dari iuran warga)

- Alat untuk mengeruk
sampah di sungai dan alat-
alat kebersihan.
- Konsumsi untuk pekerja
bakti (sumber dana dari
sukarela warga)






Kendaraan dan alat
komunikasi.
(kendaraaan milik tim siaga
bencana dan milik warga)









pemuda, kelompok tani





- Kerja bakti dikerjakan oleh
seluruh warga (baik pemuda
maupun orang tua).
- Konsumsi disiapkan oleh
ibu-ibu PKK







Tim siaga bencana









Kondisi masyarakat :
Desa di dataran rendah, daerah pertanian, dekat dengan sungai besar yang sering meluap saat
hujan deras, mayoritas pedagang dan petani. Ada beberapa peternakan ayam dan sapi perah
di daerah sekitar, akses jalan cukup bagus tapi sering terputus kalau banjir, transportasi,
listrik dan komunikasi lancar. Di pusat desa ada pasar desa yang buka seminggu dua kali.
Banyak warga yang sudah lanjut usia dan dalam kondisi sakit-sakitan, ada juga beberapa ibu
hamil.

4. Mendata warga untuk
dikelompokkan dalam
kelompok rentan.


5. Memberikan edukasi
pada masyarakat.

6. Membuat early
warning system, early
warning system
berupa kentongan
yang diletakan di pos
ronda atau di setiap
RT

7. Menyiapkan tempat
pengungsian darurat
untuk warga dan
tempat yang aman
bagi ternak di daerah
dataran tinggi

8. Memasang tanda
ancaman pada
jembatan yang rendah
agar tidak dilalui
masyarakat saat banjir

9. Mempersiapkan
keperluan darurat saat
banjir

10. Melakukan
perencanaan untuk
ATK dan kendaraan untuk
mendata.




Leaflet (selebaran) yang
berisi informasi tentang
pencegahan banjir.


kayu untuk kentongan
biaya : Rp
50.000/kentongan. Biaya
didapat dari kas RT








Biaya yang dibutuhkan :
uang sewa tempat
pengungsian Rp 50.000







bambu untuk membuat
plang peringatan
Biaya yang dibutuhkan :
membeli bambu Rp 40.000



seperti peralatan untuk
tindakan penyelamatan
seperti perahu karet dan
pelampung.






Ibu-ibu PKK










pemuda







tim siaga bencana










Tim siaga bencana








Tim siaga bencana





Tim siaga bencana dan
perangkat desa






melakukan evakuasi.
Hal ini terkait dengan
koordinasi antara satu
dengan yang lainnya,
siapa melakukan apa
pada saat keadaan
darurat

11. Menempelkan stiker
pada setiap rumah
yang terdapat ibu
hamil, lansia dan
orang sakit agar
dievakuasi terlebih
dahulu

12. Setiap warga yang
memiliki ternak wajib
mempunyai kendaraan
(mobil) untuk
mengevakuasi
ternaknya.

13. Sosialisasi untuk para
petani agar tidak
bertani saat memasuki
musim penghujan
karena dikhawatirkan
akan gagal panen
apabila datang banjir.

Rencana Kesiagaan

1. Mengoperasikan early
warning system











Stiker
Biaya didapat dari kas ibu
PKK








Mobil









tempat sosialisasi, makanan
ringan
biaya didapaat dari kas ibu
PKK










Menggerakan tim siaga
bencana










ibu-ibu PKK










Kelompok pemilk ternak









ibu PKK













Tim siaga bencana




Ibu PKK dan tim siaga bencana




2. Pemenuhan kebutuhan
saat bencana dan pasca
bencana.


3. Membuka jalur
evakuasi

4. Evakuasi kelompok
rentan

5. Sosialisasi bagi para
pedagang untuk tidak
berdagang ditepi
sungai.

6. Menyediakan dan
melengkapi peralatan
untuk siaga banjir

obat-obatan, makanan,
pakaian, tempat evakuasi
khusus untuk lansia dan ibu
hamil, selimut, alat-alat
untuk evakuasi seperti
perahu karet, dayung

Kendaraan











-






Mobil operasional yang
multiguna siap utk
dioperasikan,Handy Talk
(HT), perahu karet,






Tim siaga bencana, pemuda





Tim siaga bencana, pemuda









Ibu PKK







Tim siaga bencana

Yang bertanggung jawab :
1. Eza Oktaviana
2. Desi widiastuti
Pada hari kamis, 2 Januari 2014
Pada pukul 10.00 wib di Penmaru



3.3. Lembar Kerja 3
Pendalaman Aspek-Aspek Kesiapsiagaan Ancaman Banjir
Pengukuran Awal Melakukan Analisis Ancaman, Kerentanan
dan Kapasitas
Mempelajari sejarah kebencanaan di daerah
Tersebut
Perencanaan Membuat rencana evakuasi
Membuat perencanaan manajemen posko
Pengungsian
Rencana Institusional Membentuk forum koordinasi dengan dan
antar institusi pemerintahan daerah,
organisasi masyarakat, dinas-dinas terkait,
dan LSM juga bisa dilaksanakan dalam
pertemuan ini.
Menyelenggarakan pertemuan berkala
secara rutin untuk membahas pengalaman
banjir terakhir dan melakukan perencanaan
untuk menghadapi banjir yang akan datang
Saling bertukar informasi
Menyusun Rencana Terpadu
Sistem Informasi Ciptakan sistem informasi yang mudah
diakses, dimengerti dan disebarluaskan.
Informasi yang disampaikan harus:
Akurat (accurate)
Tepat waktu (timely)
Dapat dipercaya (reliable)
Mudahdikomunikasikan
(communicable)
Kesiapsiagaan harus punya sistem
informasi. untuk bencana lambat, sistem
informasi harus selalu diperbarui untuk
deteksi dini.
Pada bencana tiba-tiba, komunikasi
dibangun untuk memperkuat prakiraan,
deteksi dan peringatan dini.
Pusat Sumber Daya Pemenuhan kebutuhan dasar merupakan
sumberdaya yang diperlukan. biasanya:
tempat tinggal, obat-obatan, makanan,
sistem komunikasi, pakaian
Aturan main mobilisasi sumberdaya
(piagam kemanusiaan, do no harm)
Inventarisasi semua Sumberdaya yang
dimiliki oleh Daerah / Sektor
Identifikasi Sumberdaya yang Tersedia dan
Siap Digunakan
Identifikasi Sumberdaya dari Luar yang
dapat dimobilisasi untuk keperluan darurat
Sistem Peringatan Sistem peringatan dini harus spesifik atas
setiap jenis ancaman, yang dibangun
komunitas untuk membantu dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan
yang perlu, tepat pada saat ancaman datang
sistem peringatan yang tepat dan
komunikatif akan meyelamatkan banyak
jiwa peringatan dini harus:
1. menjangkau sebanyak mungkin anggota
masyarakat,
2. segera,
3. tegas, jelas dan tidak membingungkan dan
4. bersifat resmi atau disepakati/dipercaya
oleh semua pihak
5. dapat dikelola komunitas agar selalu siaga
Mekanisme Respon Tentukan lokasi penampungan sementara
(darurat)
Rencanakan dan umumkan rute-rute
evakuasi
Tentukan sumberdaya darurat
makanan, air, obat-obatan
Tentukan rantai komando
Bangun prosedur komunikasi/koordinasi
Melatih personalia untuk menangani
tanggap darurat
Lakukan penerangan tentang langkah-
langkah tanggap darurat
Menyiapkan Posko
Menyiapkan Tim Reaksi Cepat
Mempunyai Prosedur Tetap
Menentukan Incident Commander
Melakukan upaya penanganan di luar
prosedur rutin
Pelatihan dan Pendidikan Terhadap
Masyarakat
Pelatihan dan pendidikan diperlukan untuk
menjaga kemampuan masyarakat dan
semua aktor yang terlibat secara teoritis
maupun praktis.
Melakukan pendidikan di sekolah-sekolah
dan
Melakukan pelatihan secara kontinyu:
Manajerial
Teknis operasional
Praktek Untuk menguji tingkat kesiapsiagaan, perlu
dilakukan uji lapangan berupa gladi atau
simulasi.
Praktek Simulasi harus dilakukan secara
berkala, agar masyarakat dapat
membiasakan diri.


Yang bertanggung jawab :
- Dwina Avianindya
- Kurnia Aini
File diunduh pada tanggal 30 Desember 2013, pukul 22.00 WIB
Sumber :
4cardio.files.wordpress.com/.../kesiapsiagaan-dan-mitigasi-bakornas
http://geoupn.org/downlot.php?file=7%20konsep%20kesiapsiagaan.pdf
















BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Beberapa faktor penyebab banjir lebih disebabkan oleh kegiatan manusia, antara lain :
Pembangunan perumahan dan komersial di sekitar bantaran sungai menyebabkan
aliran sungai dan kanal terhamba. Misalnya oleh bangunan-bangunan seperti jembatan
atau pipa.
Cara pengangkutan dan pengelolaan sampah yang kurang tepat, dan kebiasaan orang
membuan sampah sembarangan menyebabkan penimbunan sampah di sungai-sungai.
Tidak tertatanya saluran drainase yang berfungsi untuk menyalurkan air hujan dan
mengalirkannya keluar daerah hunian.
Kurangnya lahan hijau untuk menyerap air hujan dan penebangan hutan di Bogor dan
Puncak yang merusak daerah tangkapan hujan.
2. apabila banjir terjadi, maka dampak yang timbul akibat banjir yaitu :
Dampak fisik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan
publik yang disebabkan oleh banjir.
Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, trauma mental, menurunnya
perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anak-anak tidak dapat pergi ke
sekolah), terganggunya aktifitas kantoor pelayanan publik, kekurangan makanan,
energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.
Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan ekonomi (oran
tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan
lain-lain).
Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar yang dibawa
oleh banjir atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir )
3. penanggulangan banjir tentu saja membutuhkan partisipasi masyarakat. Partisipasi
masyarakat harus dilakukan secara terkoordinasi agar dapat terlaksana secara efektif.
Sebuah organisasi masyarakat sebaiknya dibentuk untuk mengambil tindakan-
tinjdakan awal dan mengatur peran serta masyarakat dalam penanggulangan banjir.
Daftar Pustaka


http://pusdiklat.bnpb.go.id/home/Downloads/modul/BUKU%20BNPB%20bahan%20b
acaan%20preview%2001-02-2012.pdf
Ebook :


http://4cardio.files.wordpress.com/2013/11/kesiapsiagaan-dan-mitigasi-bakornas.ppt
http://geoupn.org/downlot.php?file=7%20konsep%20kesiapsiagaan.pdf
www.bnpb.go.id
www.pusdiklat.bnpb.go.id
www.bpbd.go.id

Anda mungkin juga menyukai