ANALISA
1. Ns. Sri Wahyuningsih, S.Kep Karu Ners 16 Tahun BCLS, ACLS PNS
3. Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang catleya
diketahui bahwa terdapat struktur organisasi sebagai berikut:
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun anggota tim/pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan secara langsung kepada pasien.
b) Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/kerja ketua tim dan anggota
tim/pelaksana dan membandingkan dengan peran masing-masing
serta dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
c) Memberi umpan balik kepada ketua tim.
d) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
e) Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
f) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
g) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
5) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik, otokratik,
pseudo demokartik, situasional, dan lain-lain.
6) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.
Uraian Tugas:
1. Perencanaan
a) Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama
kepala ruangan.
b) Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk
anggota tim/pelaksana.
c) Menyusun rencana asuhan keperawatan.
d) Menyiapkan keperluan untuk melakukan asuhan keperawatan.
e) Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah
kedaruratan.
f) Melakukan ronde keperawatan bersama kepalaruangan.
g) Mengorientasikan pasien baru.
h) Melakukan pelaporan danpendokumentasian.
2. Pengarahan
a) Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/ pelaksana.
b) Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
c) Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
d) Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan
prinsip, rasional dan kebutuhan pasien.
e) Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan
tugas atau membuat kesalahan.
f) Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
g) Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir
kegiatan.
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
3. Pengawasan
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada
pasien.
b) Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota
tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan
dari anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.
c) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi
pada saat itu juga.
d) Melalui evaluasi:
Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan
membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan
rencana keperawatan yang telahdisusun.
Penampilan kerja anggota tim/pelaksana dalam melaksanakan
tugas.
Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dansikap.
e) Memberi umpan balik kepada anggota tim/pelaksana.
f) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindaklanjut.
g) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
4. Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratik, otokratik,
pseudo demokartik, situasional, dll.
5. Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.
6. Tenaga Keperawatan
Ruang Catleya memiliki 18 orang tenaga keperawatan termasuk
kepala ruang, katim dan perawat pelaksana.Tenaga keperawatan yang ada
di Ruang Catleya dibagi menjadi tiga shift yaitu pagi, sore dan malam.
Pembagian waktu shift tenaga keperawatan di Ruang Catleya yaitu:
a. Shift pagi : 07.00-15.00WIB
b. Shift sore : 15.00-21.00WIB
c. Shift malam : 21.00-07.00 WIB
Berdasarkan pembagian waktu shift tersebut, jika dihitung jam kerja
yaitu pada shift pagi 8 jam, sore selama 6 jam dan shift malam selama 10
jam.
7. Alur Pasien
8. Analisis Masalah Pada Bagian Ketenagaan
Ruang catleya pada tanggal 1 Agustus 2022 memiliki 12 pasien
dengan tingkat ketergantungan self care, partial care, dan total care
sehingga kebutuhan perawat pada waktu tersebut sebanyak 8 orang.
Sedangkan pada pembagian jam kerja perawat, setidaknya dalam satu sift
terdapat 4 perawat pada sift pagi, 2 perawat pada sift sore dan 2 pada sift
malam.
Berdasarkan hasil pengkajian, manajemen ruangan dalam
mengelola tenaga keperawatan terbilang baik, hal ini dikarenakan dalam
pelaksanaan fungsi manajemen pendelegasian dan pembagian pelaksanaan
tugas terstruktur. Namun, dalam hal kebutuhan tenaga perawat di ruang
catleya dalam perharinya terbilang kurang dikarenakan pada saat sift
paginya terdapat 2 perawat pelaksana 1 katim dan 1 karu, sehingga untuk
melakukan tindakan ke pasien katim juga ikut membantu. Pada sift sore
juga hanya terdapat 2 perawat pelaksana begitu pun juga pada sift
malamnya.
Dalam segi pendidikan, perawat pelaksana di ruang catleya
dominan berpendidikan D3. Terkait dengan pelatihan yang diikuti perawat
ruang catleya hampir keseluruhan pernah mengikuti pelatihan-pelatihan
seperti BCLS, ACLS, Nyeri, Code Blue pada tahun 2021.
2. Timbang Terima
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan di Ruang Catleya
RSD dr. Soebandi Jember pada bulan Agustus 2022 dimana kegiatan
timbang terima yang dilakukan jika perawat yang bertugas selanjutnya
telah datang dengan menyebutkan nama pasien, diagnosa medis, tindakan
yang akan di lakukan, namun ada beberapa diagnosa keperawatan pasien
yang di tidak dipaparkan, kegiatan tersebut berulang pada shift berikutnya.
Kegiatan timbang terima di ruang catleya selalu di pimpin oleh kepala
ruangan kecuali pada saat timbang terima dari shift sore ke shift malam dan
hari libur. Perawat pada shift malam melaporkan semua pasien pada
perawat yang shift pagi karena semua perawat yang bertugas bertanggung
jawab dengan semua pasien yang ada disertai pencatatan dibuku operan
individu. Setelah selesai hand over perawat tidak melakukan keliling
kepada pasien karena masih pandemic covid 19. Setelah hands overs ke sift
sore katim bertanya ke perawat pelaksana, hal apa saja yang sudah atau
belum dilakukan, observasi planning yang sudah disampaikan saat hand
over pagi.
3. Pre Conference
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil di Ruang Catleya
RSD dr. Soebandi Jember katim dan perawat pelaksana melakukan pre-
conference dengan memaparkan kondisi pasien dan rencana tindakan
dengan teknik SBAR untuk setiap operannya dan planing yang dilakukan
perawat pelaksana, pre conference di ruang catleya di pimpin oleh katim
atau penanggung jawab (PJ) tim.
4. Post Conference
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa di Ruang
catleya RSD dr. Soebandi Jember katim dan perawat pelaksana melakukan
post coference namun, tidak secara khusus. Post conference dilakukan di
nurse station untuk menyampaikan planning dan kendala dari perawat
pelaksana kemudian mendiskusikan penyelesaian masalahnya dan
mencarikan solusinya bersama-sama.
5. Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat di dapatkan hasil
bahwa di ruang catleya RSD dr. Soebandi jember dilakukan DRK pada saat
ada pasien dengan kasus baru. Kegiatan DRK dilakukan dengan cara
berdiskusi secara langsung di nurse station ruangan catleya pelaksanaa
DRK mampu membuat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerja
sama antar tim kesehatan guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi
pada pasien semakin meningkat dan berkembang. DRK terakhir dilakukan
sebelum covid dan dilaksanakan saat selesai timbang terima.
6. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari manajemen
keperawatan dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu
pelayanan keperawatan. Dari hasil wawancara dengan kepala ruang catleya
supervisi keperawatan sudah dilakukan secara informal dan telah dilakukan
setiap saat oleh kepala ruang, yang didelegasikan untuk mengawasinya
kinerja perawat. Kepala ruangan melakukan supervisi ke katim terkait
penulisan CPPT kemudian katim melakukan supervisi ke perawat
pelaksana terkait instrumen Standar Prosedur Oprasional (SPO).
7. Dokumentasi Keperawatan
.Berdasarkan hasil pengkajian sekunder pada bulan Agustus 2022,
terhadap pendokumentasian diruang Rawat inap catleya RSD dr. Soebandi
Jember bahwa pelaksanaan dokumentasi keperawatan sudah sesuai dengan
format di less pasien, Assesmen resiko jatuh selalu diperbaharui sesuai
dengan kondisi pasien. Selanjutnya pengisian assasmen resiko jatuh terisi
sesuai rawat inap pasien begitupun juga assasmen nyeri.
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa
a. Perawat catleya mengetahui tentang metode tim, dimana ada 2 tim yang
membawahi 7 orang di tiap timnya. Pengelolaan pasien tiap tim nya
masih belum bisa terlaksana sesuai dengan metode tim yang seharusnya,
karena minimnya tenaga, dimana tiap sift pagi hanya terdiri dari 2 katim
dengan 2 PP sehingga katim membantu untuk melakukan planing dari
PP.
b. Struktur organisasi tidak ada pembaruan
c. Kegiatan hand over dilakukan di nurse stasion dengan menggunakan
metode SBAR, penyampaian dilakukan oleh PPJP yang bertugas.
Namun, ada beberapa yang tidak menyebutkan diagnosa keperawatan
pasien yang muncul. Setelah hand over tidak melakukan observasi ke
pasien dikarenakan masih pandemi. Kemudian katim melakukan pre
conference ke PP yang bertugas. Post conferece tetap dilakukan tetapi,
tidak maksimal dikarenakan saat post conference tidak dilakukan pada
waktu khusus atau tertentu, melainkan katim hanya bertanya kepada PP
apa saja yang sudah sudah dilakukan dan kendala yang muncul.
8. Mekanisme Sentralisasi Obat
Berdasarkan pengkajian didapatkan hasil analisa bahwa sentralisasi
obat di ruang Catleya sudah dilakukan petugas dengan tepat dan sudah
sesuai dengan nama dan lokernya, perawat yang bertugas sudah mengecek
obat, dosis obat, aturan minum obat dan pada saat pemberian obat perawat
menjelaskan macam-macam obat serta kegunaan obat.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang muncul selama 6 hari terakhir saat
pengkajian di ruang catleya yaitu :
1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung
3. Gangguan integritas kulit/jaringan
4. Pola nafas tidak efektif
5. Perfusi perifer tidak efektif
6. Bersihan jalan napas tidak efektif
7. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
Berdasarkan pengkajian didapatkan hasil analisa terkait diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu sudah dilaporkan dan sudah
didokumentasikan ke dalam less pasien, namun pada saat timbang terima
ada beberapa diagnosa pasien tidak dipaparkan.
10. Tindakan Keperawatan
Berdasarkan pengkajian didapatkan hasil bahwa tindakan
keperawatan yang umum dilakukan di ruang catleya yaitu :
1. Manajemen nyeri
2. Dukungan ambulasi
3. Perawatan luka
4. Manajemen jalan nafas dan pemantauan respirasi
5. Nebulezer
6. EKG
Berdasarkan pengkajian didapatkan hasil analisa terkait tindakan
umum yang dilakukan perawat yang bertugas sudah sesuai dan tepat
berdasarkan SPO yang berlaku di ruang catleya.
7. Sasaran Keselamatan Pasien
Berdasarkan sasaran keselamatan pasien (SKP) yang dikeluarkan
oleh standart akreditasi rumah sakit edisi 1 (PERMENKES RI, 2017) dan
maka sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut.
a. Sasaran I : Mengidentifikasi pasien dengan benar.
b. Sasaran II : Meningkatkan komunikasi yang efektif.
c. Sasaran III : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
di waspadai.
d. Sasaran IV : Memastikan lokasi, pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
e. Sasaran V : Mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan.
f. Sasaran VI : Mengurangi resiko cedera pasien akibat jatuh.
Berdasarkan pengkajian sekunder yang sudah dilakukan didapatkan
hasil:
a. Sasaran I: Ketepatan identifikasi pasien, meliputi standart berikut.
1) Berdasarkan dari hasil wawancara dengan perawat dan kepala
ruangan, identifikasi pasien dilakukan dengan melihat gelang
identitas pasien saat akan melakukan tindakan ke pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat dengan cara
pencocokan 6 T yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu pemberian,
tepat jalur, tepat dosis, tepat dokumentasi. Transfusi darah
menggunakan pencocokan gelang identitas pasien dan RM dengan
nama di prodak darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain
untuk pemeriksaan klinis.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/
prosedur.
b. Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif (SBAR)
1) Perintah lisan (langsung) dan tidak langsung baik melalui telepon
khusus ruangan maupun pesan whatsapp grups ataupun hasil
pemeriksaan dituliskan oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut, dan ditulis pada RM dengan menggunakan
SBAR yaitu (situasi) tentang kondisi terkini yang terjadi pada pasien,
(background) informasi penting yang berhubungan dengan kondisi
pasien terkini, (assessment) hasil pengkajian kondisi pasien terkini,
dan (recomendation) apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi
masalah pasien
2) Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara
lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil
pemeriksaan tersebut. Misal : tulbakon yaitu perawat melakukan
konsultasi tentang pasien kepada dokter melalui telepon, perawat
menulis pesan yang diterima kemudian membacakan kembali
(konfirmasi ulang) hasil yang ditulis serta konfirmasi dari pemberi
pesan (dokter). Perawat menulis di catatan perkembangan pasien
tentang tindakan yang sudah dilakukan dan perencanaan yang akan di
lakukan kepada pasien kemudian menyampaikan secara lisan apa
yang telah ditulis kepada perawat yang akan melanjutkan shift
selanjutnya.
c. Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(highalert medications)
1) Obat obat diruang Ranap dibedakan menurut identitas pasien, ditulis
langsung di obat dan diletakkan di loker obat setiap pasien. Sehingga
dengan adanya loker obat setiap pasien akan meminimalisirkan
kesalahan pemberian obat dan tertukarnya obat dengan pasien lain.
2) Ruang Ranap menyediakan obat-obat emergency yang ditaruh dalam
tempat khusus. Ruang Ranap mempunyai persedian obat-obat yang
perlu diwaspadai (high alert) sehingga menyediakan label khusus
obat tersebut. Serta ruang Ranap mempunyai tempat khusus untuk
elektrolit konsetrat.
d. Sasaran IV: Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
1) Ruangan menggunakan identitas dan dokumentasi pada les untuk
melakukan verifikasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien
dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat
dan benar, dan fungsional.
e. Sasaran V: Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1) Ruangan catleya mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand
hygiene terbaru yang baru-baru ini diterbitkan dan sudah diterima
secara umum (antara lain dari WHO patient safety)
2) Ruangan catleya menerapkan program hand hygien yang efektif,
dengan cara meletakan poster 6 langkah cuci tangan (TEPUNG
SELACI BUTAR) pada setiap ruangan
3) Perawat Ruang Ranap sudah menerapkan five Moment ke pasien,
dan ruang catleya sudah melakukan sosialisasi hand hygiene kepada
pasien dan keluarga pasien, namun kegiatan tersebut tidak terjadwal
secara rutin. Terdapat poster cuci tangan 6 langkah dan etika batuk
ada di dinding ruang catleya, hanya saja untuk persediaan handrub
belum maksimal di ruang catleya karena tidak ada persediaan
handrub di bed pasien. Hal tersebut di karenakan oleh keterbatasan
botol yang ada di ruang catleya sehingga yang tersedia hanya 2 botol
di nurse station dan kamar pasien.
4) Penulisan pemasangan infus pada pasien dilakukan oleh perawat
yang sedang bertugas akan tetapi ada beberapa penulisan
pemasangan infus hanya tertulis di lembar observasi atau CPPT saja.
f. Sasaran VI: pengurangan resiko pasien jatuh
1) Ruang catleya telah melaksanakan pengurangan resiko pasien jatuh
dengan memasang sideril, memotivasi keluarga untuk mendampingi
paasien. Setiap pagi saat bersamaan dengan tindakan ke pasien
petugas selalu mengecek pengunci bed pasien apakah berfungsi atau
tidak, hanya saja petugas tidak memasang tanda fall risk di tiang
infus pasien dan gelang pasien.
2) Pengurangan resiko jatuh tidak semua pasien untuk assesment
lanjutan tentang resiko jatuh diisi oleh petugas karena tergantung dari
hasil assesment masing-masing pasien.
8. Analisis Masalah Pada Bagian metode
Dalam metode pengelolaan ruangan rawat inap catleya
menggunakan metode MAKP TIM dimana, hal tersebut memberikan
dampak postif seperti efisiensi, metode yang mudah bagi perawat yang
akan mendapatkan kepuasaan kerja stelah tugasnya terselesaikan hingga
kemudahan yang diperoleh oleh kepala ruang dalam memantau
perkembangan kinerja perawat pelaksana.
4.2.4 Sumber Keuangan (Money/M4)
1. Sistem yang Digunakan dalam Sumber Keuangan Ruangan
a. BPJS Kesehatan
BPJS Kesehatan merupakan Badan Hukum Publik yang
bertanggung jawab langsung kepada presiden dan memiliki tugas untuk
menyelenggarakan jaminan kesehatan nasional bagi seluruh rakyat
Indonesia.Prosedur persyaratan pasien BPJS Kesehatan:
1) Menunjukkan kartu kepesertaan BPJS Kesehatan.
2) Menyerahkan fotocopy kepesertaan BPJS Kesehatan, fotocopy KK,
fotocopy KTP.
Ruang Catleya di khususkan untuk pasien BPJS kelas 2. pasien BPJS
kelas 3 bisa naik kelas 2 jika ruangan kelas 3 penuh.
b. Umum
Dimana pembiayaan pasien umum yaitu dengan menggunakan
biaya sendiri yang tidak menggunakan pembiayaan dari pemerintah.
2. Analisa Pada Bagian Keuangan
Berdasarkan hasil pengkajian analisa bagian keuangan di ruang
catleya yaitu dalam perawatan pasien di ruang catleya ada berbagai macam
sumber daya keuangan yang digunakan pasien seperti BPJS, J-Keren,
Umum, PBI.
4.2.5 Pemasaran Bangsal Market M5
1. Jumlah rata-rata pasien/ hari di ruangan
Penilaian jumlah rata-rata pasien setiap hari di ruangan dilakukan
dengan menggunakan analisa pada bulan Februari-Mei 2022 di ruang
catleya didapatkan hasil didapatkan bahwa rata-rata pasien yang melakukan
rawat inap di ruang catleya sebanyak 137 hari dalam 30 periode. Rata-rata
jumlah pasien yang didapatkan dari bulan Februari-Mei 2022 sebanyak 9
pasien setiap harinya.
2. Nilai standar BOR, ALOS, TOI dan BTO pada ruang catleya
Keterangan :
HP : Hari perawatan
T : Periode waktu
A : Kapasitas tempat tdur
D : Jumlah pasien keluar RS baik hidup maupun mati
H : Paisen hidup
M : Pasien mati
BOR : 75%-85%
LOS : 3-12 hari
TOI : 1-3 hari
BTO : 30 persen