Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS ANEMIA

DI RUANG ANTURIUM RUMAH SAKT DAERAH


dr. SOEBANDI JEMBER

OLEH

KANA SAYELIN

21101046

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER

2021/2022
1.1 Pengertian

Anemia merupakan suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang


dari normal. Secara umum, dapat diketahui bahwa terjadinya anemia
disebabkan turunya hemoglobin dibawah nilai terendah. Diketahui bahwa
darah orang normal mengandung 13-16 g hemoglobin (Hb)/100 cc (13-16 g
%). Karena semua Hb terdapat pada didalam eritrosit, maka apabila
konsentrasi Hb turun dibawah nilai normal, secara otomatis akan
menimbulkan anemia. Anemia merupakan hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya menyediakan oksigen. Tanda dan gejala anemia yaitu
kelemahan, pucat, mudah lelah, keletihan, palpitasi / denyut jantung
meningkat (Wahyu, 2021).

Anemia adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam


darah kurang dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. Anemia
merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan
fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada setiap orang dipengaruhi
oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan.
Anemia juga didefinisikan dengan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin
dalam darah lebih rendah dari nilai normal untuk kelompok individu
berdasarkan usia dan jenis kelamin (Kemenkes, 2019)

Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori yakni,


dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar pada
9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin dalam darah berkisar
pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar hemoglobin dalam darah
kurang dari 7 gr % . Secara morfologis (menurut ukuran sel darah merah dan
hemoglobin yang dikandungnya), anemia dapat dikelompokkan menjadi :

1. Makrositik, ketika ukuran sel darah merah bertambah besar


sebagaimana jumlah hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah.
Anemia makrositik dibagi menjadi dua yakni megaloblastik yang
dikarenakan kekurangan vitamin B12, asam folat, dan gangguan
sintesis DNA, dan anemia non megaloblastik yang disebabkan oleh
eritropoesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan
membran.
2. Mikrositik, yakni kondisi dimana mengecilnya ukuran sel darah
merah yang disebabkan oleh defisiensi zat besi, gangguan sintesis
globin, profirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.
3. Normositik, dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun
terjadi kehilangan darah yang parah, peningkatan volume plasma
darah berlebih, penyakit hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan
ginjal.

1.2 Etiologi

Menurut Sandra Fikawati, (2017) penyebab anemia antara lain:

1. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi


Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada
usia antara14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun
kemudian pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi
penurunan kebutuhan zat besi, sehingga terdapat peluang untuk
memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada remaja laki-laki.
Sedangkan pada remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu
tahun setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat
besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif untuk mengganti
kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi. Itulah sebabnya
kelompok remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding
remaja putra.
2. Kurangnya Asupan Zat Besi
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan
buruknya bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang
berlawanan dengan tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
3. Kehamilan pada Usia Remaja
Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di
Asia Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi.
Pernikahan dini umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana
kehamilan meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh
terhadap semakin parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi
yang dialami remaja perempuan.
4. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara
berkembang juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan
memperbesar peluang terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi
besi.
5. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia,
remaja yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki
pilihan dalam menentukan makanan karena ketersediaannya yang
lebih luas di bandingkan pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan (22,8%) lebih
banyak mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang
tinggal di perkotaan (20,6%) .
6. Status Gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.
Remaja dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia
1,5 kali dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut
juga di dukung oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan
Hardinsyah (2010) bahwa status gizi normal dan lebih merupakan
faktor protektif anemia.
7. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang
berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media
elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat
dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan
tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai keyakinan tersebut.
Pada beberpa penelitian terkait anemia ditemukan pula pada mereka
yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia.

Menurut Rini, 2018 penyebab anemia dapat diakibatkan oleh :


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vit B12, asam
folat, vit C, serta unsur-unsur pembentukan sel darah merah
2. Darah menstruasi berlebihan
3. Kehamilan, wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya
4. Obat obatan yang dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin,
antiinflamas dll) dan obat lainnya dapat menyebabkan masalah pada
penyerapan zat besi dan vtamn (antacid, pil kb, antiarthirtis, dll)
5. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektom) dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang penyerapan zat besi dan vitamin
B12
6. Penyakit radang kronis (CA, lupus, arthritis, penyakit ginjal dll) karena
mempengaruh proses pembentukan sel darah merah (Rini, 2018).

1.3 Manifestasi Klinis

WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk membawa


oksigen. Akibatnya, apabila jumlah hemoglobin tidak cukup, sel darah merah
terlalu sedikit ataupun abnormal, maka akan terjadi penurunan kapasitas
darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal ini menimbulkan
gejala seperti kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas. Sementara itu, kadar
hemoglobin optimal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
bervariasi pada setiap individu. Hal tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia,
jenis kelamin, tempat tinggal, kebiasaan merokok dan status kehamilan.
Sedangkan menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan
gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak.
Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala Gejala
anemia sering disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai), disertai
dengan pusing kepala terasa berputar, mata berkunang-kunang, mudah
mengantuk, serta sulit konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen dalam
otak. Pada remaja, menurunnya kebugaran serta konsentrasi menyebabkan
menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti kegiatan baik
didalam atau diluar sekolah. Anemia juga akan menurunkan daya tahan tubuh
sehingga biasanya lebih mudah terkena infeksi (Josephine D, 2020).

Menurut Damayanti, 2018 tanda dan gejala anemia sebagai berikut


1. Anemia Ringan (Hb 8 g/dl – 9,9 g/dl) :
Lemah, letih, lesu, lelah, penurunan energy, sesak nafas ringan,
palpitasi,tampak pucat
2. Anemia Berat (Hb <6 g/dl (WHO) dan <5 g/dl (Depkes RI)) :
 Sering pusing dan mata berkunang kunang
 Kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan serta kaki
pucat karena kekkurangan vilume darah dan Hb
 Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah),
angina (sakit dada) dan murmur jantung
 Dyspnea, nafas pendek, muda capek saat aktivitas (pengiriman O2
berkurang)
 Sakit kepala, tinnitus
 Anemia berat oleh gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea,
konstipasi atau diare/ perubahan warna tinja (hitam, lengket,
berbau dan tampak darah) serta pembesaran limpa).

1.4 Patofisiologi

Terlampir

1.5 Pathway

Terlampir
1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam menentukan


diagnosa anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu:

a) Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadar
hemoglobin, hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini
dapat dipastikan adanya anemia serta jenis morfologik anemia, dan sangat
berguna untuk menentukan diagnosis lebih lanjut.
b) Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit,
laju endap darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer
yang dapat memberikan presisi hasil lebih baik.
c) Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaan
sistem hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan
diagnosis definitif pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung
tulang diperlukan untuk diagnosis anemia aplastic, anemia megaloblastic
serta kelainan hematologic.
d) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:
o Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity),
reseptor transferrin, protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan
pengecatan besi pada sumsum tulang
o Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin
B12 serum dan test schilling
o Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin
serum
o Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang Jika diperlukan pemeriksaan
non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal ginjal,
atau faal tiroid (Bakta , 2017)

1.7 Diagnosa Pembanding atau Medis

-Anemia

1.8 Komplikasi

Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja
mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat
mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal jantung.
Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu anemia juga
dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan
premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta resiko kematian
akibat perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga rentan mengalami
infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang apabila terjadi pada anak-
anak atau bayi (Josephine D, 2020). Anemia merupakan kormobid (penyakit
atau kondisi yang muncul bersamaan pada seseorang) yang sering ditemukan
pada penderita gagal jantung sementara penyebabnya belum diketahui.

1.9 Penatalaksanaan

Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah
(Kemenkes RI, 2018). Sedangkan menurut Amalia A, dan Agustyas, 2016
tatalaksana anemia ada 3 yakni,

1. Pemberian Zat besi oral


2. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila
respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
3. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya
resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah
yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.

1.10 Konsep Keperawatan

1.10.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini,


semua data-data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status
kesehatan klien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif
terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spritual klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar klien. Metode utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostic
(Nabu, 2019).
1. Identitas pasien

Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal,


tempat tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan.
2. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien
saat pengkajian.
3. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang


2) Riwayat kesehatan dahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga (genogram)
1) Aktivitas / istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan
produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap
latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot, danpenurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu
menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang
menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI


kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).
Riwayat endokarditisinfektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi


melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen
ST dan pendataranatau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :
murmur sistolik(DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada
pasien kulit hitam, pucat dapat tampaksebagai keabu-abuan). Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemonterang (AP). Sklera : biru atau
putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudahpatah,
berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan


pengobatan, misalnyapenolakan transfusi darah.

Tanda : depresi.

4) Eleminasi Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom


malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein


hewani rendah/masukanproduk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.
Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka
terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanahliat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan
vitaminB12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,
tampak kisut/hilangelastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status
defisiensi). Bibir : selitis, misalnyainflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah. (DB).

6) Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,


ketidak mampuanberkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan
bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ;
parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental :


tak mampuberespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina
(aplastik, AP). Epitaksis: perdarahan dari lubang-lubang (aplastik).
Gangguan koordinasi, ataksia, penurunanrasa getar, dan posisi, tanda
Romberg positif, paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

8) Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat
dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

9) Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,.


Riwayat terpajanpadaradiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas.
Transfusi darah sebelumnya. Gangguanpenglihatan, penyembuhan luka
buruk, sering infeksi.

Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati


umum. Petikie dan ekimosis (aplastik).

10) Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau


amenore (DB). Hilanglibido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat

1.10.2 Diagnosa Keperawatan

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d


warna kulit pucat
2. Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia) d.d tampak lesu
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengasorbsi nutrient d.d serum albumin
turun
4. Deficit perawatan diri b.d kelemahan d.d minat melakukan perawatan diri
kurang
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2 d.d
tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
6. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
7. Pola napas tidakefektif b.d hambatan upaya napas d.d pola napas abnormal

1.10.3 Perencanaan

Diagnosa SLKI SIKI


Perfusi perifer tidak Perfusi perifer L02011 Pemantauan tanda vital I02060
efektif
-warna kulit pucat -monitor tekanan darah
-tekanan darah sistolik -monitor nadi
-tekanan darah diastolic -monitor suhu
-denyut nadi perifer -monitor spo2
-pengisisan kapiler -atur interval pemantauan
-tekanan arteri rata-rata sesuai kondisi pasien
-informasi hasil pemantauan

Keletihan Tingkat keletihan Manajemen energy I05178


L05046
-verbalisasi lelah -monitor kelelahan fisik dan
-lesu emosional
-sakit kepala -monitor pola dan jam tidur
-gangguan konsentrasi -sediakan lingkungan yang
-gelisah nyaman dan rendah stimulus
Frekuensi napas (suara, cahaya, kunjungan)
-anjurkan tirah baring
-anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
-anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
keletihan tidak berkurang
-kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Defisit nutrisi Status nutrisi L03030 Manajemen nutrisi I03120


-verbalisasi keinginan -identifikasi status nutrisi
untuk meningkatkan -identifikasi kebutuhan kalori
nutrisi dan jenis nutrien
-serum albumin -monitor asupan makanan
-pengetahuan tentang -berikan makanan tinggi serat
standar asupan nutrisi Berikan makanan tinggi kalori
yang tepat dan protein
-berikan suplemen makanan

Deficit perawatan Perawatan diri L11103 Dukungan perawatan diri


-kemampuan mandi I11348
-kemampuan -monitor tingkat kemandirian
mengenakan pakaian -sediakan lingkungan yang
-kemampuan ketoilet terapeutik
-verbalisasi keinginan -fasilitasi kemandirian, bantu
melakukan perawtan diri jika tidak mampu melakukan
-mempertahankan perawatan diri
kebersihan diri -anjurkan melakukan
-mempertahankan perawatan diri secara konsisten
kebersihan mulut sesuai kemampuan

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Ajeng dan Agustyas Tjiptaningrum. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana


Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Majority. 5(5) : 166-169

Bakta, I.M. (2017). Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.

Damayanti, Ni Wayan Uki (2018). Kadar Hemoglobin (HB) Berdasarkan Tingkat


Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI.

Fikawati, Sandra, dkk. (2017). Gizi anak dan remaja. Ed. 1. Cet. 1. Depok :
Rajawali Pers.

Kemenkes RI. (2019). Standar Teknis Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan. Jakarta.

Rini Nova Nur Aristia (2018). Laporan Pendahuluan Anemia.Wonogiri:Akademi

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan PengurusPPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:
Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI.
Wahyu Nugroho, (2021) Asuhan keperawatan pada pasien anemia dengan
pemenuhan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran. Diploma thesis,
Universitas Kusuma Husada Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai