Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGERTIAN SAN PEMBAHASAN LENGKAP


PEMERIKSAAN LABORATORIUM ANEMIA

DEWI RAHMADHANY
1805002
D4 TLM

DOSEN PEMBIMBING : YANTI RAHAYU .M BIOMED

STIKES SYEDZA SANTIKA PADANG


TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia merupakan penurunan jumlah hemoglobin darah masih menjadi permasalahan


kesehatan saat ini, serta merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia. Hal
ini ditunjukkan dengan masuknya anemia ke dalam daftar Global Burden of Disease dengan
jumlah penderita sebanyak 1,159 miliar orang di seluruh dunia (sekitar 25 % dari jumlah
penduduk dunia). Sekitar 50% dari semua penderita anemia mengalami defisiensi besi
(Mairita dkk, 2018).

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan dua
milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan Afrika. World Health Organization
(WHO) menyebutkan bahwa anemia merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad
modern,kelompok yang berisiko tinggi anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, usia
sekolah, dan remaja (WHO, 2016).

Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada
nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan jenis kelamin. Penyebab anemia pada
negara dengan prevalensi anemia di atas 20% adalah anemia defisiensi Fe atau kombinasi
defisiensi Fe. Anemia yang terjadi karena kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel - sel
darah merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu adalah anemia gizi besi. Di Indonesia
Prevalensi anemia pada kelompok umur 5 –14 tahun adalah 26,4% dan pada kelompok umur
15 – 24 tahun adalah 18,4%.Prevalensi jumlah remaja untuk provinsi DIY berdasarkan
kelompok umur 10-14 tahun laki-laki (137.502), perempuan (129.145), 15-19 tahun laki-laki
(146.481) dan perempuan (138.348) (Dinkes DIY, 2014). Prevalensi anemia gizi besi pada
remaja putri tahun 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) umur 12-19 tahun yaitu
(36,00%). Gambaran grafis memperlihatkan bahwa dikabupaten Sleman (18,4%),
GunungKidul (18,4%), Kota Yogyakarta (35,2%),Bantul (54,8%), Kulon progo (73,8%).
Sedangkan prevalensi anemia remaja putri menurut WHO tahun 2012 sebesar 36,0% World
Health Organization (WHO) memberikan batasan bahwa prevalensi anemia di suatu ringan
jika berada pada angka 10% dari populasi target, kategori sedang jika 10-30% dan gawat jika
lebih dari 30%.Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta jumlah penduduk pada
tahun 2014 tercatat yang bersekolah di SMA/SMK/MA dengan jenis kelamin perempuan
berjumlah 59.901 jiwa. Dengan jumlah penduduk tersebut ditemukan prevalensi anemia pada
remaja putri umur 12-19 tahun sebesar 36.00% (Riskesdes,2013).

B. Rumusan Masalah

 Apa itu anemia


 Bagaimana gejala yang timbul pada orang anemia
 Bagaimana pemeriksaan anemia
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Anemia

Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel darah
merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan
karena sel darah merah mengandung hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada organ
tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan penyakit itu sendiri
(Proverawati, A, 2011).

Anemia sering disebut kurang darah yaitu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah
kurang dari normal (<12gr/dL) yang berakibat pada daya tahan tubuh, kemampuan dan
konsentrasi belajar, kebugaran tubuh, menghambat tumbuh kembang dan akan membahayakan
kehamilan nanti (Kemenkes RI, 2010). Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin
seseorang kurang dari 10gr/dL, sedangkan angka idealnya untuk ibu dewasa berdasarkan standar
WHO adalah 12gr/dL. Artinya, seorang ibu dewasa yang sedang hamil maupun tidak akan
didiagnosis mengalami anemia jika kadar hemoglobinnya di bawah 12gr/dL. Akan tetapi,
munculnya gejala bersifat individual, bisa jadi orang yang memiliki hemoglobin 10gr/dL

masih dapat beraktifitas secara normal dan energik, sedangkan yang lain tampak letih dan lesu
(Fatonah, S, 2016).

2. Batasan Anemia

Menurut Arisman (2009), seseorang dikatakan anemia bila kadar hemoglobin sebagai berikut :

Kadar hemoglobin sebagai indikator anemia

Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dL)

Anak umur 6 bulan-5 tahun <11

Anak umur 6 tahun-11 tahun <11,5

Anak umur 12-14 tahun <12

Laki-laki dewasa <13

Wanita dewasa tidak hamil <12

Wanita dewasa hamil <11

Batasan anemia menurut Manuaba (2007) dalam Salmariantity (2012) berdasarkan pemeriksaan
hemoglobin adalah :

1. Tidak anemia : Hb 11,00 gr/dL

2. Anemia ringan : Hb 9,00 gr/dL-10,00 gr/dL


3. Anemia sedang : Hb 7,00 gr/dL-8,00 gr/dL

4. Anemia berat : Hb < 7,00 gr/dL

3. Tanda dan Gejala Anemia

a. Anemia Ringan

Anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, karena jumlah sel darah merah yang
rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh. Anemia
ringan biasanya tidak menimbulkan gejala apapun, tetapi anemia secara perlahan terus-menerus
(kronis), tubuh dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada

gejala.apapun sampai anemia menjadi lebih berat.

Menurut Proverawati, A (2011) gejala anemia diantaranya :

1) Kelelahan

2) Penurunan energi

3) Kelemahan

4) Sesak nafas

5) Tampak pucat

b. Anemia Berat

Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada seseorang (Proverawati, A, 2011)
diantaranya :

1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket dan berbau busuk, berwarna merah
marun, atau tampak berdarah jika anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan.

2) Denyut jantung cepat

3) Tekanan darah rendah

4) Frekuensi pernafasan cepat

5) Pucat atau kulit dingin

6) Kelelahan atau kekurangan energi

7) Kesemutan

8) Daya konsentrasi rendah

4. Penyebab Anemia

Menurut Proverawati, A (2011) banyak kondisi medis yang dapat menyebabkan anemia.
Penyebab umum dari anemia adalah :

a) Anemia dari pendarahan aktif

Kehilangan darah melalui perdarahan menstruasi berat atau luka dapat menyebabkan anemia.
Ulkus gastrointestinal atau kanker seperti kanker usus besar mungkin secara perlahan dapat
menyebabkan anemia. Kehilangan darah akut dari perdarahan internal (dampak dari ulkus
peptikum) atau perdarahan eksternal (seperti trauma) dapat menyebabkan anemia dalam kurun
waktu yang sangat singkat. Jenis anemia ini bisa mengakibatkan gejala parah dan konsekuensi
berat jika tidak segera ditangani.

b) Anemia defisiensi besi

Kebutuhan besi pada sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah. Iron memainkan
peranan penting dalam struktur yang tepat dari molekul hemoglobin. Jika asupan besi terbatas
atau tidak memadai karena asupan diet yang buruk, anemia dapat terjadi sebagai hasilnya.

Hal ini disebut anemia kekurangan zat besi.

c) Anemia penyakit kronis

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia. Mekanisme yang tepat dari proses
ini tidak diketahui, tetapi berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi

kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia.

d) Anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal

Ginjal mengeluarkan hormon yang disebut eritropoietin yang membantu tulang untuk membuat
sel darah merah. Pada orang dengan penyakit ginjal kronis (jangka panjang), produksi hormon ini

berkurang, hal ini dapat menyebabkan anemia.

e) Anemia yang berhubungan dengan kehamilan

Peningkatan kadar cairan plasma selama kehamilan mengencerkan darah (hemodilusi), yang dapat
tercermin sebagai anemia.

f) Anemia yang berkaitan dengan gizi buruk

Banyak vitamin dan mineral diperlukan untuk membuat sel-sel darah merah. Selain zat besi,
vitamin B12 dan folat diperlukan untuk produksi hemoglobin yang tepat. Kekurangan dalam salah
satu dapat menyebabkan anemia karena kurangnya produksi sel darah merah.

g) Anemia pernisiosa

Masalah dalam perut atau usus dapat menyebabkan gangguan penyerapan vitamin B12. Hal ini
dapar menyebabkan anemia karena kekurangan vitamin B12.

h) Anemia sel sabit

Pada beberapa individu, masalahnya mungkin berhubungan dengan produksi molekul


hemoglobin abnormal. Dalam kondisi ini masalah hemoglobin kualitatif atau fungsional. Molekul
hemoglobin dapat menyebabkan masalah pada integritas struktur sel darah merah dan mereka
mungkin menjadi berbentuk bulan sabit.
4 Tes yang Dilakukan Dokter untuk Diagnosis Anemia

Anemia terbagi menjadi beberapa jenis dengan penyebab yang beragam. Kondisi ini juga bisa
menjadi gejala dari penyakit lain yang lebih parah. Itu sebabnya, dokter harus sangat cermat
dan berhati-hati ketika menegakkan diagnosis anemua.
Anda bisa berperan aktif dengan menjelaskan secara rinci mengenai gejala, riwayat kesehatan
keluarga, pola makan, serta obat-obatan yang Anda konsumsi. Kumpulan informasi ini dapat
membantu dokter untuk menentukan jenis anemia yang Anda alami.
Terdapat beberapa pemeriksaan, baik utama maupun penunjang, untuk menentukan diagnosis
anemia, yaitu:
1. Tes hitung darah lengkap

Pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan untuk diagnsosi anemia adalah tes hitung
darah lengkap. Tes hitung darah lengkap atau complete blood count (CBC) dilakukan untuk
mengetahui jumlah, ukuran, volume, dan jumlah hemoglobin pada sel darah merah. Untuk
mendiagnosis anemia, dokter mungkin akan memeriksa kadar sel darah merah dalam darah
Anda (hematokrit) dan hemoglobin.

hemoglobin pada sel darah merah. Untuk mendiagnosis anemia, dokter mungkin akan
memeriksa kadar sel darah merah dalam darah Anda (hematokrit) dan hemoglobin.
Dikutip dari Mayo Clinic, nilai hematokrit normal pada orang dewasa bervariasi antara 40-
52% untuk pria dan 35-47% untuk wanita. Sementara itu, nilai hemoglobin pada orang
dewasa normalnya berjumlah 14-18 gram/dL untuk pria dan 12-16 gram/dL untuk wanita.
Diagnosis anemia biasanya ditandai dengan hasil tes hitung darah lengkap berikut ini:
 Hemoglobin rendah
 Hematokrit rendah
 Indeks sel darah merah, termasuk rata-rata volume sel hidup, rata-rata hemoglobin sel
hidup, dan rata-rata konsentrasi hemoglobin sel hidup. Data tersebut berguna untuk
mengetahui ukuran sel darah merah dan jumlah serta konsentrasi hemoglobin sel darah merah
dalam darah seseorang pada saat itu.
2. Apusan darah dan diferensial

Jika hasil tes darah lengkap menunjukkan anemia, dokter akan melakukan tes lanjutan
dengan pemeriksaan apusan darah atau diferensial, yang menghitung sel darah merah lebih
rinci. Hasil tes tersebut dapat memberikan informasi tambahan untuk diagnosis anemia,
seperti bentuk sel darah merah dan adanya sel abnormal, yang dapat membantu mendiagnosis
dan membedakan jenis anemia.
3. Hitung retikulosit

Tes ini berguna untuk mengetahui jumlah sel darah merah yang masih muda alias belum
matang dalam darah Anda. Ini juga membantu menentukan diagnosis anemia secara spesifik
terkait jenis mana yang Anda alami.
4. Pemeriksaan penunjang anemia lainnya

Jika dokter sudah mengetahui penyebab anemia, Anda mungkin diminta melakukan
pemeriksaan lainnya sebagai penunjang untuk memastikan penyebabnya.
Misalnya saja untuk anemia aplastik. Anda mungkin akan diminta melakukan tes darah dan
biopsi sumsum tulang. Pasalnya, anemia aplastik mungkin saja terjadi akibat sistem
kekebalan tubuh yang keliru mengenali sumsum tulang sebagai ancaman.
Penderita anemua aplastik memiliki jumlah sel darah yang lebih sedikit pada sumsumnya.
Setelah mengetahui jenis anemia yang Anda idap dan penyebabnya, Anda dapat
mendiskusikan pengobatan anemia yang tepat dengan dokter. Pengobatan anemia bertujuan
untuk mengatasi gejala, mencegah anemia kambuh, serta mengurangi risiko komplikasi yang
dapat muncul akibat anemia yang tidak diobati.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddart. 2002. Buku Ajar: Keperawatan Medical Medah Vol 3. Jakarta: EGC.

Corwn, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai