Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGERTIAN SAN PEMBAHASAN LENGKAP


PEMERIKSAAN LABORATORIUM OSTEOPOROSIS

NADIATUL KHAIRIAH
1805009
D4 TLM

DOSEN PEMBIMBING : YANTI RAHAYU .M BIOMED

STIKES SYEDZA SANTIKA PADANG


TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini
masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara
berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1
diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80
tahun. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk
wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea).
Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena
osteoporosis.
Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki
risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis
pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause,
sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia
diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan
perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi
24 juta pada tahun 2015.
Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan
kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasarkan studi di Indonesia: Prevalensi
osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,
sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.
Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan
terjadi di Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Mereka yang
terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu
dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau
keretakan tulang. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Dua dari lima orang Indonesia
memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (Depkes, 2006).
Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih
besar dan merupakan negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah
negara Cina.
1
Peran perawat adalah memberikan pengetahuan mengenai osteoporosis,
program pencegahan, pengobatan, cara mengurangi nyeri dan mencegah terjadinya
faktur.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah yaitu:
1. Agar pembaca mengetahui anatomi dan fisiologis tulang.
2. Agar pembaca mengetahui pengertian osteoporosis.
3. Agar pembaca mengetahui penyebab osteoporosis.
4. Agar pembaca mengetahui patofisiologi osteoporosis.
5. Agar pembaca mengetahui manifestasi klinik osteoporosis.
6. Agar pembaca mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk osteoporosis.
7. Agar pembaca mengetahui komplikasi penyakit osteoporosis.
8. Agar pembaca mengetahui penatalaksanaan medis osteoporosis.
BAB II

KONSEP DASAR PENYAKIT OSTEOPOROSIS

A. Anatomi Fisiologi
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh serta tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan rangka tubuh. Ruang ditengah tulang-tulang
tertentu berisi jaringan hematopoietic, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga
merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.
Komponen-komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral0-mineral dan
matriks organic (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam
Kristal (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-
mineral ini digunakan untuk membantu kekuatan tulang. Matriks organic tulang disebut
osteoid. Materi organic lain yang menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam
hialuronat.
Seluruh tulang diselimuti oleh lapisan fibrosa yang disebut perioteum yang
mengandung sel-sel yang dapat berproliferasi yang berperan dalam proses
pertumbuhan tulang panjang. Bagian bagian yang khas dari tulang panjang adalah :
1. Diafisis (batang), adalah bagian tengah tulang yang berbentuk silinder,
tersusun dari tulang kortikal(memiliki kekuatan yang besar), terisi sumsum
berwarna kuning yang terdiri dari sel-sel lemak.
2. Metafisis, adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang,
tersusun dari tulang trabekular(tulang spongiosa) yang mengandung sel
hematopoietic.
3. Lempeng epifisis, adalah daerah longitudinal pada anak-anak dan akan
menghilang pada tulang dewasa, berbatasan dengan sendi tulang panjang yang
bersatu dengan metafisis sehingga saat pertumbuhan memanjang maka tulang
akan berhenti.

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
1. Osteoblas, membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses
yang disebut osifikasi. Osifikasi adalah sebuah proses pembentukan tulang.
2. Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung seperti
tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras. Jaringan yang
berkembang akan disisipi dengan pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan
membawa mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada jaringan tersebut.
Osteoblas mensekresikan fosfat alkali yang berperan dalam mengendapkan
kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
3. Osteosit
4. Osteoklas, adalah sel besar yang berinti banyak dan memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik
3
yang berfungsi memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang
sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam aliran darah.

B. Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/ matriks/ massa
tulang, peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai
dengan kerusakan arsitektur mikrojaringan tulang yang mengakibatkan penurunan
kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas
jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang sehingga mengakibatkan penurunan
masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah,
tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh
pada tulang normal. (Brunner & Suddarth, 2000).
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang kronik dan progresif,
yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan struktural jaringan
tulang, yang dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. (Sharon L. Lewis, 2007).
Osteoporosis merupakan kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa
tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai
dengan kerusakakn arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan
kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah.
Osteoporosis terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Osteoporosis primer
a. Tipe 1, adalah tipe yang timbul pada wanita pasca-menopause
disebkan oleh penurunan hormone esterogen, terjadi selama 15
– 20 tahun setelah masa menopause atau sekitar 51 – 75 tahun
(Putri, 2009), karena pada usia ini tulang trabekular menjadi
sangat rapuh.
b. Tipe 2, terjadi pada oaring lanjut usia, baik pria maupun
wanita, biasanya terjadi sekitar usia diatas 70 tahun,
penyebabnya terjadinya senile osteoporosis (kekurangan
kalsium dan kurangnya sel perangsang pembentukan vitamin
D), serta terjadinya tulang pecah dekat sendi lutut dan paha
dekat sendi panggul.

4
2. Osteoporosis sekunder
Disebabkan oleh penyakit tulang erosive (myeloma multiple,
hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan yang
toksit untuk tulang (glukokortikoid).

3. Osteoporosis idiopatik
a. Usia kanak-kanak (juvenile)
b. Usia remaja (adolesen)
c. Wanita pra-menopause
d. Pria usia pertengahan

C. Penyebab Osteoporosis
1. Faktor penyebab yang tidak dapat diubah
a. Usia,
Lebih sering terjadi pada lansia, hal ini dikarenakan semakin
bertambahnya umur, fungsi organ akan semakin menurun dan peluang
untuk kehilangan tulang semakin meningkat

b. Jenis kelamin,
Tiga kali lebih sering dialami oleh wanita daripada pria, hal ini
dikarenakan factor hormonal esterogen yang menyebabkan aktivitas sel
osteoblas menurun sedangkan osteoklas meningkat dan rangka tulang yang
lebih kecil, selain itu dikarenakan pria mempunyai tubuh yang lebih besar
dan tulang yang lebih padat daripada wanita.
c. Ras,
Kulit putih lebih risiko paling tinggi daripada kulit gelap, hal ini
dikarenakan kulit gelap memiliki massa tulang yang lebih besar. Dengan
besarnya massa tulang dan otot, maka tulang akan semakin besar dan

5
tekanan akan meningkat sehingga akan memperlambat turunnya massa
tulang.
d. Riwayat keluarga/ keturunan,
Pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis maka anak-anak
yang dilahirkannya akan cenderung mempunyai penyakit yang sama, hal ini
dipengaruhi oleh adanya genetic.
e. Bentuk tubuh,
Kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra menyebabkan
penyakit ini
f. Tidak pernah melahirkan

2. Faktor penyebab yang dapat diubah


a. Merokok
Hal ini dikarenakan, dengan merokok hormone esterogen dalam tubuh
akan menurun dan akan mudah kehilangan massa tulang sehingga lebih
besar untuk mengalami fraktur tulang.
b. Defisiensi vitamin dan gizi,
Kekurangan protein dan kalsium pada masa anak-anak dan remaja
menyebabkan tidak tercapainya massa tulang yang maksimal pada waktu
dewasa
c. Kebiasaan konsumsi kafein
Hal ini dikarenakan berkurangnya massa tulang diakibatkan dari
mengkonsumsi kafein yang berlebihan, sehingga membuat massa tulang
berkurang.
d. Kebiasaan konsumsi alkohol
Hal ini dikarenakan alcohol dapat menghambat penyerapan kalsium,
massa tulang dan mengganggu metabolisme vitamin D.
e. Gaya hidup,
Aktivitas fisik yang kurang akan mengakibatkan turunnya massa
tulang dan dengan bertambah usia terutama pada usia lanjut, otot pun akan
menjadi lemah, sehingga berpeluang untuk timbulnya patah tulang.
f. Gangguan makan (anoreksia nervosa)
g. Menopause dini ( menopause usia 46 tahun) dan hormonal,
Terjadinya penurunan kadar esterogen menyebabkan resorpsi tulang
menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang
banyak dan menyebabkan osteoporosis dini.
h. Penggunaan obat-obatan tertentu,

6
Seperti: diuretik, glukokortikoid, anti-konvulsan, hormone tiroid
berlebihan, kortikosteroid.

3. Faktor penyebab secara kausal

a. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon


utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke
dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia
di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

b. Osteoporosis senilis terjadi karena kekurangan kalsium yang berhubungan


dengan usia dan ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang
dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70
tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali
menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal. Kurang dari 5%
penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medislainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini
bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid,paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan
(misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
memperburuk keadaan ini.

c. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang


penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. Patofisiologi Osteoporosis
Remodeling pada tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetic, nutrisi, gaya hidup (merokok, minum

7
kopi, konsumsi alcohol), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang.
Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang.
Menghilangnya esterogen pada saat menopause, mengakibatkan percepatan resorpsi
tulang dan berlangsung terus selama tahun–tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting
untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus
mencukupi untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan
kalsium yan tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan
massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.

Pathways

Normal

Genetik, gaya hidup,


alcohol, penurunan
produksi hormone

Penurunan massa
tulang

Osteoporosi
s

Kiposis / Gibbus

Pengaruh pada Pengaruh pada


psikososial

8
E. Manifestasi Klinik
Gejala yang paling sering dan paling mencemaskan pada osteoporosis adalah :
1. Nyeri Tulang, terutama pada tulang belakang yang intensitas serangannya
meningkat pada malam hari.
2. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
3. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
4. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas
5. Deformitas tulang. Dapat terjadi traumatik pada vertebra Dan menyebabkan
kifosis angular yang dapat menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat
terjadi
6. paraparesis.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. BMD (Bone Mineralo Densitometry)
Bone Mineralomentry atau Bone Mineralo Densitometry (BMD) merupakan
suatu pemeriksaan kuantitatif untuk mengukur kandungan mineral tulang. Alat
ini sangat membantu seseorang yang hendak mengetahui, secara sederhana,
apakah seseorang mengalami osteoporosis atau tidak.
2. Pemeriksaan radioisotope
a. Single Photon Absorbtimetry (SPA)
Sumber sinyal berasal dari foton dari sinar 1-125 dengan dosis 200
mci, yang diperiksa pada tulang perifer radius dan calcaneus.
b. Dual Photon Absorpmetry (DPA)
Sumber sinar berasal dari radionuklida GA-135 sebanyak 1,5 CI yang
mempunyai energi (44 kev dan 100 kev) digunakan untuk mengukur
vertebra dan kolum femoris.
3. Quantitative Computerized Tomography
Merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai mineral
tulang secara volumetrik dan trabekulasi tulang radius, tibia dan
vertebra.Pemeriksaan CT (computed tomography)
Pemeriksaan CT merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan dengan memeriksa biokimia CTx (C-Telopeptide). Dengan
pemeriksaan ini dapat menilai kecepatan pada proses pengeroposan tulang dan
pengobatan antiesorpsi oral pun dapat dipantau. (Putri, 2009)
Kelebihan yang didapatkan jika menggunakan alat ini yaitu kepadatan tulang
belakang dan tempat biasanya terjadi patah tulang dapat diukur dengan akurat.
Akan tetapi pada tulang yang lain sulit diukur kepadatannya dan ketelitian yang
dimiliki tidak baik serta tingginya paparan radiasi. (Cosman, 2009)
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Dapat mengukur struktur trabekulasi dan kepadatannya. Tidak memakai
radiasi, hanya dengan lapangan magnet yang sangat kuat, tetapi pemeriksaan ini
mahal dan memerlukan sarana yang banyak.
5. Dual-energy X Ray Absorbtiometry
Pemeriksaan ini prinsip kerjanya hampir sama dengan SPA dan DPA.
Bedanya pemeriksaan ini menggunakan radiasi sinar X yang sangat rendah.
Pemeriksaan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu SXA Single X-ray Absorbtiometry dan SXA-
DEXA-Dual Energy X-Ray Absorbtiometry. Metode ini sangat sering digunakan untuk
pemeriksaan osteoporosis baik pada pria maupun wanita, mempunyai presisi dan akurasi
yang tinggi.
Hasil yang diberikan pada pemeriksaan DEXA berupa:
a. Densitas massa tulang. Mineral tulang yang pada area yang dinilai satuan
bentuk gram per cm.
b. Kandungan mineral tulang, dalam satuan gram.
c. Perbandingan hasil densitas mineral tulang dengan nilai normal rata-rata
densitas pada orang seusia dan sewasa muda yang dinyatakan dalam skor
standar deviasi (Z score atau T-score).
6. Ultra Sono Densitometer (USG) metode Quantitative Ultrasound (QUS)
Salah satu metode yang lebih murah dengan menilai densitas massa tulang
perifer menggunakan gelombang ultrasound yang menembus tulang. Dalam
pemeriksaan ini, yang dinilai adalah kekuatan dan daya tembus gelombang yang
melewati tulang dengan ultra broad band tanpa risiko radiasi. Adanya elastisitas
tulang membuktikan adanya kecepatan tembus gelombang dan kekuatan tulang
dengan ultrasound.
7. Pemeriksaan Biopsi
Bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi mengenai keadaan
osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi tulang.
Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.

G. Komplikasi Osteoporosis
Adapun komplikasi pada penyakit osteoporosis yaitu:
1. Fraktur tulang panggul.
2. Fraktur pergelangan tangan.
3. Fraktur columna vertebaralis dan paha.
4. Fraktur tulang iga.
5. Fraktur radius.
H. Pebatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan pada klien dengan osteoporosis meliputi:
1. Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan seperti:
a. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
b. Latihan teratur setiap hari
c. Hindari :
1) Makan makanan tinggi protein
2) Minum kopi
3) Minum antasida yang mengandung alumunium
4) Merokok
5) Minum alcohol
d. Pola hidup sehat antara lain:
1) Cukup tidur
2)Olahraga teratur
2. Pengobatan
a. Pemberian alendronat, yang berfungsi untuk :
1) Mengurangi kecepatan penghancuran tulang pada perempuan pasca
menopause
2) Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
3) Mengurangi angka kejadian patah tulang
b. Pemberian kalsitonin,
Digunakan pada orang yang menderita patah tulang yang disertai nyeri. Obat ini
biasa diberikan melalui suntikan atau semprot hidung.
c. Pemberian nutrilife-deer velvet
Alternative terbaru yang menggunakan tanduk rusa New Zealand, obat ini
mengandung asam amino, asam lemak, dan komponen dari kartilago. Dosis
yang dapat dipergunakan yaitu 1 x 1 kapsul / hari.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
Osteoporosis terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor penyebab yang tidak
dapat diubah (usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga/ keturunan, bentuk tubuh, dan
tidak pernah melahirkan), faktor penyebab yang dapat diubah (merokok, defisiensi
vitamin dan gizi, kebiasaan konsumsi kafein, kebiasaan konsumsi alkohol, gaya
hidup, gangguan makan, menopause dini, dan penggunaan obat-obatan tertentu),
faktor penyebab secara kausal (Osteoporosis postmenopausal, Osteoporosis senilis,
dan Osteoporosis juvenil idiopatik)
Pada orang yang menderita osteoporosis didapatkan tanda dan gejala sebagai
berikut : Nyeri Tulang, Sakit hebat dan terlokalisasi, Nyeri berkurang pada saat
istirahat di tempat tidur, Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah
oleh karena melakukan aktivitas, Deformitas tulang.
Osteoporosis dapat dicegah dengan cara menghindari : Makan makanan tinggi
protein, Minum kopi, Minum antasida yang mengandung alumunium, Merokok,
Minum alcohol. Dan untuk seseorang yang sudah mengalami osteoporosis diperlukan
pengobatan seperti : Pemberian alendronat, Pemberian kalsitonin, dan Pemberian
nutrilife-deer velvet

17
DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddart. 2002. Buku Ajar: Keperawatan Medical Medah Vol 3. Jakarta: EGC.

Corwn, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC.

18http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125633-S-5641-Hubungan%20status-Literatur.pdf
diunduh pda tanggal 15 Maret 2015 pukul 10.00
http://id.wikipedia.org/wiki/osifikasi diunduh pada tanggal 15 Maret 2015 pukul 13.00

http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosis diunduh pda tanggal 15 Maret 2015 pukul 13.00


19

Anda mungkin juga menyukai