Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu masalah gangguan kesehatan yang menonjol pada usia lanjut adalah
gangguan musculoskeletal, terutama osteoartrisis dan osteoporosis.
Osteoporosis adalah suatu problem klimakterium yang serius. Di Amerika Serikat sering
dijumpai satu kasus osteoporosis diantara dua sampai tiga wanita pascamenopause. Massa
tulang pada manusia mencapai maksimum pada usia sekitar 35 tahun, kemudian terjadi
penurunan massa tulang secara eksponensial. Penurunan massa tulang ini berkisar antara 3 -
5% setiap decade, sesuai dengan kehilangan massa otot dan hal ini dialami baik pada pria
maupun wanita. Pada usia 70 tahun kehilangan massa tulang pada wanita mencapai 50%,
sedangkan pada pria usia 90 tahun kehilangan massa tulang ini baru mencapai 25% (Gonta P,
1996)
Kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, sehingga
dapat menurunkan massa tulang total. Osteoporosis adalah penyakit yang mempunyai sifat –
sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Tulang secera progresif
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah patah dengan stress, yang pada
tulang normal tidak menimbulkan pengaruh. Sherwood (2001), mengatakan selama dua
decade pertama kehidupan, saat terjadi pertumbuhan, pengendapan tulang melebihi resorpsi
tulang di bawah pengaruh hormone pertumbuhan. Sebaliknya pada usia 50-60 tahun, resorpsi
tulang melebihi pembentukan tulang. Kalsitonin yang menghambat resorpsi tulang dan
merangsang pembentukan tulang mengalami penurunan. Hormon paratiroid meningkat
bersama bertambahnya dan meningkatkan resorpsi tulang. Hormon estrogen yang
menghambat pemecahan tulang juga berkurang bersama bertambahnya usia.
Menurut Ganong (2003), perempuan dewasa memiliki masa tulang yang lebih sedikit
dari pada pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang lebih cepat
dari pada pria. Akibatnya perempuan lebih rentan menderita menopause serius. Penyebab
utama berkurangnya osteoporosis, matriks dan mineral tulang hilang, hilang massa dan
kekuatan tulang, dengan peningkatan fraktur.

1|Keperawatan Medikal Bedah II


Osteoporosis sering menimbulkan fraktur kompresi pada vertebra torakalis. Terdapat
penyempitan diskus vertebra, apabila penyebaran berlanjut ke seluruh korpus vertebra akan
menimbulkan kompresi vertebra dan terjadi gibus. Fraktur kolum femur sering terjadi pada
usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada perempuan, yang disebabkan oleh penuaan dan
osteoporosis pascamenopause.
Kolaps bertahan tulang vertebra mungkin tidak menimbulkan gejala, namun terlihat
sebagai kifois progresif. Kifois dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan. Pada
beberapa perempuan dapat kehilangan tinggi badan sekitar 2,5-15 cm, akibat kolaps vertebra.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

2|Keperawatan Medikal Bedah II


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit
skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan
mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan
meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi
penurunan massa tulang total.
Menurut consensus di Kopenhagen 1990, osteoporosis didefinisikan sebagai suatu
penyakit dengan karakteristik massa tulang yang berkurang dengan kerusakan
mikroarsitektur jaringan yang menyebabkan kerapuhan tulang dan risiko fraktur yang
meningkat (Gonta P, 1996)

B. Klasifikasi
Osteoporosis osteoporosis dibagi ke dalam dua kelompok yaitu osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat pada wanita postmenopause
(postmenopause osteoporosis) dan pada laki – laki lanjut usia (senile osteoporosis). Penyebab
osteoporosis belum diketahui dengan pasti. Sedangkan osteoposorosis sekunder disebabkan
oleh penyakit yang berhubungan dengan Cushing’s diseases, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, hipogonadisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronis, kurang gerak,
kebiasaan minum alcohol, pemakaian obat – obatan/kortikosteroid, kelebihan kafein, dan
merokok.
Djuwantoro D (1996), membagi osteoporosis menjadi osteoporosis postmenopouse (Tipe
I), osteoporosis involuntional (Tipe II), osteoporosis idiopatik, osteoporosis juvenile, dan
osteoporosis sekunder.
1. Osteoporosis postmenopouse (Tipe I)
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih dan Asia.
Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resorpsi tulang yang berlebihan dan
lama setelah penurunan sekresi hormon estrogen pada masa menopause.
2. Osteoporosis involutional (Tipe II)

3|Keperawatan Medikal Bedah II


Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki – laki. Tipe ini
diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama antara kecepatan resorpsi
tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.
3. Osteoporosis idiopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita premenopouse dan laki
– laki yang berusia dibawah 75 tahun. Tipe ini tidak berkaitan dengan penyebab
sekunder atau faktor risiko yang mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.
4. Osteoporosis juvinel
Merupakan bentuk yang jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang terjadi pada anak –
anak prepubertas.
5. Osteoporosis sekunder
Penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur atraumatik
akibat faktor eksrinsik seperti kelebihan kortikosteroid, artritis rheumatoid, kelainan
hati/ginjal kronis, sindrom melabsorbsi, mastositosis sistemik, hiperparatiroidisme,
hopertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain – lain.

C. Etiologi
Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormone utama
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita,
biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51 – 75 tahun, tetapi bisa mulai
muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama
untuk menderita osteoporosis postmenopouse, pada wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini dari pada wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan di antara kecepatan hacurnya tulang dan
pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan massa tulang yang hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali
lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan
postmenopouse.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat – obatan. Penyakit ini bisa disebabkan
oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) dan
obat – obatan (misalnya kortikosteroid, anti-kejang, dan hormon tiroid yang berlebihan).
Pemakain alcohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa memperburuk keadaan ini.
4|Keperawatan Medikal Bedah II
Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak – anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang.

D. Patofisiologi
Genetik, nutrisi, gaya hidup (missal merokok, konsumsi kafein, dan alcohol), dan
aktivitas memengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan massa tulang mulai terjadi setelah
tercapainya puncak massa tulang. Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak mengalami
perubahan hormonal mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat
menopause dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi tulang dan
berlangsung terus selama tahun – tahun pascamenopause.
Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk mempertahankan
remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi
selama bertahun – tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan
osteoporosis. Asupan harian kalsium yang dianjurkan (RDA: recommended daily allowance)
meningkat pada usia 11-24 tahun (adolesen dan dewasa muda) hingga 1200 mg perhari,
untuk memaksimalkan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800 mg, tetapi
pada perempuan pascamenopouse 1000-1500 mg perhari. Sedangkan pada lansia dianjurkan
mengonsumsi kalsium dalam jumlah tidak terbatas, karena penyerapan kalsium kurang
efesien dan cepat dieksresikan melalui ginjal (Smelzer, 2002).
Demikian pula, bahan katabolic endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen dapat
menyebabkan osteoporosis. Penggunaan kortikosteroid yang lama, sindrom Cushing,
hipertiroidisme, dan hiperparatiroidisme menyebabkan kehilangan tulang. Obat – obatan
seperti isoniazid, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung alumunium, furosemide,
antikonvulsan, kortikosteroid, dan suplemen tiroid memengaruhi penggunaan tubuh dan
metabolism kalsium.
Imobilitas juga memengaruhi terjadinya osteoporosis. Ketika diimobilisasi dengan gips,
peralisis atau inakrivitas umum, tulang akan diresorpsi lebih cepat dari pembentukannya
sehingga terjadi osteoporosis.

E. Faktor resiko
Faktor yang penting mempengaruhi kejadian osteoporosis dapat berasal dari
faktor diet, fisik, sosial,medis iaitrogenik dan faktor genetic. Kalsium yang tidak
5|Keperawatan Medikal Bedah II
memadai ,fospat/protein yang berlebihan dan juga masukan vitamin yang tidak
memadai pada orangtua. Faktor resiko yang merupakan faktor fisik yaitu imobilisasi
dan gaya hidup terus menerus (sedentary).kebiasaan menggunakan alcohol,sigaret dan
kafein adalah faktor sosial yang memicu terjadinya osteoporosis.
Selain faktor di atas, kelainan kronis endoskrinopati (lihat osteoporosis
sekunder),penggunaan kortikosteroid, penggantian hormone tiroid yang
berlebihan,kemotrapi, loop diuretic, antikonvulsan, tetrasiklin dan terapi radiasi
merupakan faktor medis dan iatrogenic. Genetic/familial biasanya berhubungan
dengan masa tulang suboptimal pada maturitas.

F. Manisfestasi Klinis
Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita
osteoporosis senilis). Sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala
pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang menjadikan
tulang menjadi kolaps atau hancur maka akan timbul nyeri tulang dan klainan bentuk,
tulang-tulang yang terutama berpengaruh pada osteoporosisi adalah radius distal,
korvus vertebra terutama mengenaiT8-L4 dan kollum femoris.
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang
belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontal atau cedera ringan.
Biasnya nyeri timbul secara tiba-tiba dan di rasakan di daerah tertentu dari punggung
yang akan bertambah nyeri jika pendrita berdiri atau berjalan. Jika di sentuh daerah
tersebut akan terasa nyeri,tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara
bertahap setlah beberap minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang
hancur maka akan terbetuk kelengkunagn yang abnormal dari tulang belakang (punuk
dowager) yang menyebabkan terjadinya ketegangan oto dan rasa sakit.
Tulang lainnya bisa patah yang sering di sebabkan oleh tekanan yang ringan
atau terasa jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang
panggul. Selain itu, sering terjadi adalah paotah tulang telinga (radius) di daerah
persambungannya dengan pergelangan tangan yang disebut fraktur Colles. Pada
penderita osteoporosis patah tulang cendrung mengalami penyembuhan secara
perlahan.

6|Keperawatan Medikal Bedah II


G. Diagnosis
Pada seseorang yang mengalami patah tulang,diagnosis osteoporosis di
tegakan berdasarkan gejala,pemeriksaan fisik, dn rongent tulang. Pemeriksaan lebih
lanjut mungkin di perlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya yang menyebabkan
osteoporosis.
Untuk mendiagnosis osteoporosis sebelum terjadinya patah tulangdi lakukan
pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Pemeriksaan yang paling akurat adalah
dual-energy x-ray absorptiometry (DXA). Pemeriksaan ini aman dan tidak
menimbulkan nyeri bila di lakukan dalam waktu 5-15 menit. DXA sangat berguna
untuk wanita yang memiliki resiko tinggi menderita osteoporosis,penderita yang di
diagnosisnya belum pasti, dan penderita yang hasil pengobatannya harus di nilai
secara akurat.

H. Pencegahan
Pencegahan osteoporosis meliputi mempertahankan atau meningkatkan
padatan tulang dengan mengkonsumsi jenis kalsium yang cukup, melakukan olahraga
dengan beban yang sesuai batas kemammpuan dan mengkonsumsi obat (untuk
beberapa orang tertentu). Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup
sangatlah efektif, terutama sebelum tercapainya keadatan tulang maksimal (sekitar
umur 30 tahun).minum dua gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari dapat
meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak
mendapatkan banyak kalsium. Sebaiknya setiap wanita meminum tablet kalsium
setiap hari, dosis harian yang di anjurkan adalah 1,5 g kalsium.
Olahraga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan
kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang. Strogen membantu
mempertahankan kepadatan tulang pada wanira dan sering di minum bersamaan
dengan progesterone. Tetapi sulih estrogen paling efektif di mulai setelah 4-6 tahun
setelah menopause, tetapi jika baru di mualli lebih dari 6 tahun setelah menopause
masih bisa memperlambar kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.
Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru yang mungkin kurang
efektif dari pada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang. Tetapi tidak memiliki
efek samping terhadap payudara dan rahim. Untuk mencegah osteoporosis bisfosfonat

7|Keperawatan Medikal Bedah II


(contohnya alendronate) bisa di gunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih
hormone.

I. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk meningkatkan kepadatan tulang. Semua
wanita terutama yang menderita osteoporosis harus mengkonsumsi kalsium dan
vitamin D dalamjumlah yang mencukupi. Diet tinggi kalsium dan vitamin D akan
mencukupi dan seimbang sepajang hidup.diet di tingkatkan pada awal masa usia
pertengahan karena akan melindungi tulang dari demineralisasi skeletal. Tiga gelas
susu krim atau makanan lain yang kayakalsium (misalnya keju, brokolikukus, salmon
kaleng). untuk mencukupi cakupan asupa kalsium perlu di resepkan prepat kalsium
(kalsium karbonat).
Tetapi penggantian hormone (hormone replacement therapy-HRT) dengan
estrogen dan progesterone perlu di resepkan untuk perempuan menopause untuk
memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang. Perempuan
yang telah menjalani pengangkatan ovarium atau telah megalami menopause
premature dan mengalami osteoporosis pada usia muda. Estrogen dapat mengurangi
resopsi tulang tapi tidak meingkatkan masa tulang. Penggunaan hormone jangka
panjang masih di evaluasi. Tetapi estrogen sering di hubungkan dengan sedikit
peningkatan insiden kanker payudara dan endometrial. Oleh karena itu, selama HRT
klien di haruskan memeriksa payudaranya setiap bulan dandi periksa panggulnya
termasuk usapan papaninicolaun dan biopsy endometrial (bila ada indikasi) sekali atau
dua kali setahun.
Pemberian estrogen secara oral memerlukan dosis terendah estrogen sebesar
0,625 mg/hari atau 0,5 mg/hari estradiol. Pada osteoporosis sumsum tulang dapat
kembali seperti sebelum masa pramenopause dengan pemberian estrogen, dengan
demikan hhal tersebut menurunkan resiko fraktur.
Perlu juga meresep kanobat-obatan lainnya dan upaya menanggulangi
osteoporosis termasukkalsitonin, natrium fluoride, bifosfonat, natrium etridonat dan
alendronate. Alendronate berfungsi mengurangi kecepatan penyerangan tulang pada
wanira pascamenopause, meningkatkan masa tulang di tulang belakang dan tulang
panggul, dan mengurangi angka kejadian paah tulang. Agar alendronate dapat di serap
dengan baik, alendronate harus di minum denngan segelas air pada pago hari dan
dalam waktu 30 menit kemudian tidak boleh makan dan minum lainnya. Alendronate
8|Keperawatan Medikal Bedah II
dapat mengiritasi saluran pencernaan bagian atas sehingga setelah meminumnya tidak
boleh berbaring minimal selama 30 menit sesudahnya. Obat initidak boleh di berikan
kepada seseorang yang memiliki kesulitan menelan atau penyakit kerongkongan dan
lambung tertentu. Kalsitonin di anjurkan untuk di berikan kepada orang yang
menderita patah tulang belakang yang di sertai nyeri.
Kasium secara primer menekan kehilangan tulang dan pemberiannya secara
suntikan subkutan, intramuscular, atau semprot hidung. Efek samping berupa
gangguan gastrointernal,aliran nafas, peningkatan frekuensi urine biasanya terjadi dan
ringan. Natrium fluorid memperbaiki aktivitas osteoblastik dan pembentukan tulang
namun kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etridonat
menghalangi resopsi tulang osteoklatis dan dalam penelitian untuk spisiensi sebagai
terapi osteoporosis.
Tambahan floride dapat meningkatkan kepadatan tulang tetapi tulang bisa
mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak di anjurkan.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendaptkan kalsium dan tambahan
vitamin D terutama jika hasil pemeriksannya menunjukan bahwa tubuhnya tidak
menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah
bisa di berikan testosterone.

J. Dampak Psikologis
Menurut Darmono S 2008 fraktur osteoporosis menimbulkan banyak kesulitan
bagi penderitanya. Perubahan bentuk tubuh (deformitas kifosis) kehilangan
kemampuan aktivitas mandiri, gangguan nyeri kronis, dan keterbatasan aktivitas.
Depresi ansietas ganngguan tidur dan ketkutan akan jatuh adalah masalah psikologis
yang sering timbul pada klien osteoporosis.
Beberapa peneitian membuktikan terdapat hubungan erat antara depresi dan
osteoporosis yang sipat hubungannya timbal balik. Ketidakmampuan klien
osteoporosis memilih mekanisme koping yang rasional dalam menghadapi
keterbatasannya akan memicu timbulnya depresi. Sebaliknya semakin sering
seseorang mengalami stress dan depresi akan memicu disregulasi hormone tubuh
khususnya kortisol yang berpengaruh buruk terhadap osteophenia dan osteoporosis.
Ansietas dan gangguan tidur termasuk masalah yang sering di jumpai pada
klien osoteoporosis. Ansietas bisa muncul dalam bentuk berat maupun serangan panik

9|Keperawatan Medikal Bedah II


akut atau kecemasana berlebihan terhadap masa depan. Gangguan tidur sering terkait
dengan nyeri kronis atau BAK yang frekuen. Ansietas biasanya timbul dalam bentuk
ketakutan yang berlebihan dan kadang tidak masuk akal. Klien menjadi sangat hati-
hati mengurangi secara drastic kegiatan olahraganya.

10 | K e p e r a w a t a n M e d i k a l B e d a h I I

Anda mungkin juga menyukai