Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah gangguan kesehatan yang menonjol pada usia lanjut adalah
ini tanpa adanya persiapan yang baik, di khawatirkan akan menjadikan beban yang akan
di tanggung pemerintah, masyarakat, dan warga usia lanjut dengan keluarga akan
memperburuk kualitas hidup manusia secara utuh (isbagio H dalam Daniel, 2007).
dijumpai satu kasus osteoporosis di antara dua sampai tiga wanita pascamonopause.
Massa tulang pada manusia mencapai maksimum pada usia sekita 35 tahun, kemudian
terjadi penurunan massa tulang secara eksponensial. Penurunan massa tulang ini berkisar
antara 3-5% setiap decade, sesuai dengan kehilangan massa otot dan hal ini di alami baik
pada pria dan wanita. Pada masa klimakterium, penurunan massa tulang pada wanita
lebih mencolok dan dapat mencapai 2-3% setahun secara eksponensial. Pada usia 70
tahun kehilangan massa tulang pada wanita ini baru mencapai 25% (Gonta,P.1996).
sehingga dapat menurunkan massa tulang total. Osteoporosis adalah penyakit yang
mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikroarsitektur
tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan
tulang. Tulang secara progresif menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah
1
patah dengan stres, yang pada tulang normal tidak menimbulkan pengaruh. Sherwood
(2001), mengatakan selama dua decade pertama kehidupan, saat terjadi pertumbuhan,
Sebaiknya pada usia 50-6- tahun, resorpsi tulang melebihi pembentukan tulang.
Menurut Ganong (2003), perempuan dewasa memiliki massa tulang yang lebih
sedikit daripada pria dewasa, dan setelah menopause mereka mulai kehilangan tulang
lebih cepat daripada pria. Akibatnya perempuan lebih rentang menderita ospteoporosis
hormone estrogen. Pada osteoporosis, matriks dan mineral tulang hilang, hingga massa
vertebra akan menimbulkan kompresi vertebra dan terjadi gibus. Fraktur kolum femur
sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada perempuan, yang
terlihat sebagai kifosis progresif. Kifosis dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan.
Pada beberapa perempuan dapat kehilangan tinggi badan sekitar 2,5-15 cm, akibat kolaps
vertebra.
2
B. Tujuan Penulisan
a) Tujuan Umum
b) Tujuan Khusus
osteoporosis
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Defenisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang
berakibat pada rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang menjadi keropos dan rapuh.
“Osto” berarti tulang, sedangkan “porosis” berarti keropos. Tulang yang mudah patah
akibat Osteoporosis adalah tulang belakang, tulang paha, dan tulang pergelangan tangan
Osteoporosis yang dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit
skeletal sistemik dengan karakteristik massa tulang yang rendah dan perubahan
mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang
total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi
mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal
(Brunner&Suddarth, 2000).
2. Klasifikasi Osteoporosis
4
(postmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki lanjut usia (senile osteoporosis).
gagal ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan minum alcohol, pemakaian obat-
(Tipe I), Osteoporosis involutional (Tipe II), osteoporosis idiopatik, osteoporosis juvenil
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih dan
Asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resopsi tulang yang
berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi hormon estrogen pada masa
menopause.
Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki. Tipe ini
diakibatkan oleh ketidakseimbangan yang samar dan lama antara kecepatan resorpsi
3) Osteoporosis idiopatik
premenopouse dan pada laki-laki yang berusi di bawah 75 tahun. Tipe ini tidak
5
4) Osteoporosis juvenil
Merupakan bentuk yang paling jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang
5) Osteoporosis sekunder.
3. Etiologi Osteoporosis
pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada
wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi bisa
mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko
yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopouse, pada wanita kulit putih dan
daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam (Lukman,
tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan masa tulang
yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70
tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita
6
Kurang dari lima persen penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obet-obatan. Penyakit
ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) dan obat- obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang,
hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan
tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa yang normal dan tidak
memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur daripada seseorang
dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai
sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu memiliki ketentuan normal sesuai dengan
sifat genetiknya beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih
banyak daripada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama (Lukman,
4. Patofisiologi Osteoporosis
Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan alkohol), dan
aktivitas mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan masa tulang mulai terjadi
setelah tercaipainya puncak massa tulang. Pada pria massa tulang lebih besar dan tidak
7
estrogen pada saat menopouse dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi
tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopouse (Lukman, Nurma
Ningsih : 2009).
Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk mempertahankan
fungsi tubuh. Asupan kasium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-
harian kalsium yang dianjurkan (RDA : recommended daily allowance) meningkat pada
usia 11 – 24 tahun (adolsen dan dewasa muda) hingga 1200 mg per hari, untuk
memaksimalakan puncak massa tulang. RDA untuk orang dewasa tetap 800 mg, tetapi
pada perempuan pasca menoupose 1000-1500 mg per hari. Sedangkan pada lansia
kalsium kurang efisisien dan cepat diekskresikan melalui ginjal (Smeltzer, 2002).
Demikian pula, bahan katabolik endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen
dengan gips, paralisis atau inaktivitas umum, tulang akan diresorpsi lebih cepat dari
8
5. Manifestasi Klinis Osteoporosis
tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika kepadatan tulang sangat
berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan timbul nyeri
tulang dan kelainan bentuk. Tulang-tulang yang terutama terpengaruh pada osteoporosis
adalah radius distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, dan kollum femoris
yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya
nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari pungung yang akan
bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan
terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan
terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk), yang menyebabkan
terjadinya ketegangan otot dan rasa sakit (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan
atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.
Selain itu , yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah
persambungannya dengan pergelan gan tangan, yang disebut fraktur Colles. Pada
9
6. Penatalaksanaan Osteoporosis
Pengobatan osteoporosis yang telah lama digunakan yaitu terapi medis yang lebih
menekankan pada pengurangan atau meredakan rasa sakit akibat patah tualng. Selain itu,
juga dilakukan terapi hormone pengganti (THP) atau hormone replacement therapy
(HRT) yaitu menggunakan estrogen dan progresteron. Terapi lainnya yaitu terapi non
1) Terapi medis.
Sebenarnya belum ada terapi yang secara khusus dapat mengembalikan efek
dari osteoporosis. Hal yang dapat dilakukan adalah upaya-upaya untuk menekan atau
Pada tahap awal setelah terjadinya patah tulang, biasanya diperlukan obat
pereda sakit yang kuat, seperti turunan morfin. Namun, obat tersebut memberikan
efek samping seperti mengantuk, sembelit dan linglung. Bagi yang mengalami
rasa sakit yang sangat dan tidak dapat diredakan dengan obat pereda sakit, dapat
Bila rasa sakit mulai mereda, tablet pereda rasa sakit seperti paracetamol
atau codein ataupun kombinasi keduanya seperti co-dydramol, co- codramol, atau
co-proxamol bagi banyak pasien cukup memadai untuk menghilangkan rasa sakit
hanya dimaksudkan untuk mencegah kehilangan massa tulang yang lebih besar.
10
Namun, demikian, pengobatan masih perlu dilakukan pada kasus osteoporosis berat
untuk mencegah terjadinya patah tulang. Obat-obat untuk mencegah penurunan massa
tulang biasanya bekerja lambat dan efeknya kurang terasa sehingga banyak pasien
penderita osteoporosis merasa putus asa dan menghentikan pengobatan. Hal tersebut
sangat tidak baik karena pengobatan jangka panjang diperlukan untuk dapat secara
pemberian terapi hormone sulit ditentukan. Yang jelas jika ingin terhindar dari
untuk dilakukan terapi hormone seumur hidup semenjak menopause pada wanita
terapi hormone sebaiknya dihentikan setelah penggunaan selama 5-10 tahun untuk
11
apabila pertumbuhannya terlalu pesat dapat berkembang menjadi kanker ganas.
Efek lain yang juga dapat timbul dalam pemberian terapi hormone,
sakit kepala, gangguan pencernaan, dan gangguan emosi. Namun, demikian, efek
tersebut biasanya hanya terjadi pada awal terapi dan kondisi berangsur membaik
progesterone secara bertahap, dosis kecil diberikan pada awal terapi dilihat dulu
reaksinya terhadap tubuh. Bila dosis dapat diterima tubuh, dosis kemudian
b) Kalsitonin.
Kalsitonin turut menjaga kestabilan struktur tulang dengan mengaktifkan kerja sel
timbul pada keadaan patah tulang. Hormone ini secara normal dihasilkan oleh
kelenjar tiroid yang memiliki sifat meredakan rasa sakit yang cukup ampuh.
Kalsitonin biasanya diberikan dalam bentuk suntikan yang diberikan setiap hari
atau dua hari sekali selama dua atau tiga minggu. Hormone ini juga dapat
menimbulkan efek samping berupa rasa mual dan muka merah, mungkin pula
terjadi muntah dan diare serta rasa sakit pada bekas suntikan.
12
c) Testosterone
tangan, timbulnya jerawat dimuka dan pembesaran suara seperti yang biasa terjadi
pada pria.
3) Terapi non-hormonal
Terapi hormone selama ini memang dianggap sebagai jalan yang paling baik
untuk mengobati osteoporosis. Namun, karena banyaknya efek samping yang dapat
ditimbulkan dan tidak dapat diterapkan pada semua pasien osteoporosis, maka
a) Bisfosfonat
Bisfosfonat merupakan golongan obat sintetis yang saat ini sangat dikenal
dalam pengobatan osteoporosis non-hormonal. Efek utama dari obat ini adalah
b) Etidronat.
dalam pengobatan osteoporosis. Obat ini diberikan dalam bentuk tablet dengan
dosis satu kali sehari selama dua minggu. Penggunaan obat ini harus
13
agar konsumsi suplemen kalsium harus dihindari dalam waktu dua jam sebelum
c) Alendronat
konsumsi suplemen kalsium, tetapi bila asupan kalsium masih rendah, pemberian
konsumsi alendronat adalah timbulnya diare, rasa sakit dan kembung pada perut,
4) Terapi alamiah
tanpa menggunakan obat-obatan atau hormone. Terapi ini berhubungan dengan gaya
hidup dan pola konsumsi. Beberapa pencegahan yang dapat diberikan yaitu dengan
7. Pemeriksaan Diagnostik
karena bila sudah terkena susah, bahkan tidak dapat dipulihkan. Seyogyanya, sedini
mungkin dilakukan diagnosis untuk mendeteksi keadaan massa tulang sebelum terjadi
akibat yang lebih fatal seperti terjadinya patah tulang . penilaian langsung tulang untuk
14
mengetahui ada tidaknya osteoporosis dapat dilakukan dengan berbagai cara , yaitu
sebagai berikut :
Pemeriksaan radiologic
Pemeriksaan radioisotope
Pemeriksaan Quantitative
15
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. Y
Umur : 62 tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wirausaha
2. Keluhan Utama
pinggang.
mengatakan sakit hebat. Klien mengatakan nyeri berkurang pada saat istirahat
berbaring di tempat tidur. Klien tampak meringis dan gelisah menahan nyeri tersebut.
Selain itu klien juga mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan untuk beraktivitas,
16
klien mengeluh kesakitan tiap kali bergerak, klien juga mengatakan bahwa ia
membutuhkan bantuan orang lain untuk bergerak. Klien tampak lemas, dan klien
nyeri pada punggungnya. Saat nyeri klien hanya minum obat yang diberikan petugas
selama di Panti Sosial, dan minum jamu/herbal. Namun seiring berjalannya waktu,
rasa nyeri yang dialaminya semakin parah itulah mengapa saat ini pasien hanya
1) Imunisasi : pasien menyatakan semasa kecil orang tua nya selalu rutin
membawanya imunisasi
beli dari warung, karena jika sakit selalu memilih untuk berobat ke puskesmas
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
Genogram :
17
6. Riwayat Psikologi
a. Status emosi
Pasien menyatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini karena tidak tau
penyebab dari penyakitnya saat ini yang semakin lama semakin parah.
b. Gaya komunikasi
Klien tampak berhati hati dalam berbicara, klien berbicara secara spontan,
klien berbicara jelas dan terbuka, dan selama berkomunikasi pasien menggunakan
c. Pola pertahanan
Pasien menyatakan merasa cemas dengan kondisinya saat ini, pasien hanya
dapat berdoa dan berharap supaya segera sembuh dengan pengobatan yang
d. Dampak dirawat
18
Pasien menyatakan saat di rawat merasa bahwa ada perubahan, yaitu nyeri
mulai berkurang.
Kondisi pasien terlihat cemas karena ingn segera sembuh dari penyakitnya.
Perasaan klien saat ini sedih karena karena harus menjalani perawatan sampai
7. Riwayat Sosial
keluaraganya dan juga lingkungan sekitar panti sosial. Pernah mengikuti kegiatan
bakti sosial, maupun sosialisasi yang bersangkutan dengan pekerjaannya, selain itu di
panti sosial. Pasien menyatakan menjalin hubungan yang sangat erat dengan sesama
penghuni panti sosial sekitar. Klien menyatakan merasa senang dengan keadaan dan
8. Riwayat Spiritual
menjalankan sholat 5 waktu dan menjalankan puasa, baik puasa wajib maupun puasa
sunah senin dan kamis. Selain itu klien rutin mengikuti pengajian di lingkungan panti
sosial. Saat sakit pasien menyatakan masih menjalankan kewajiban sholat 5 waktu
dan kadang dibantu oleh petugas di panti sosial. Pasien yakin akan kesembuhan
penyakitnya saat ini, denga cara berihtiar menjalani perawatan rutin pasti allah SWT
19
Pola aktivitas sehari hari (ADL)
putih putih
Sayur : Sayur :
gelas. Kesulitan
20
Usaha untuk mengalami
Warna : Warna :
Masalah : Masalah :
Cara Cara
BAB : BAB :
Frekuensi : Frekuensi :
Warna : Warna :
kuning kuning
Konsistensi : Konsistensi :
Masalah : Masalah :
ada. ada.
Pola istirahat Pola istirahat tidur : Pola istirahat tidur :
Gangguan Gangguan
Cara Cara
musik obat
Pola kebersihan Personal hygine : Personal hygine :
Mencuci Mencuci
Frekuensi Frekuensi
kali. kali.
22
Potong kuku : Potong kuku :
seminggu. seminggu.
Aktivitas lain Menonton Tv, senam, Berbaring di tempat tidur,
berkebun. berdzikir.
Keterangam :
0 : Mandiri total
3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat bantu
c. Kesadaran : composmentis
Respon Motorik :5
23
Respon verbal :5
Total : 14
S : 36,8 C RR : 20 x/i
1) Pemeriksaan Kepala
Kebersihan : bersih
2) Pemeriksaan mata
Conjungtiva : anemis
Kornea : Normal
Iris : Normal
3) Pemeriksaan Telinga
24
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga
4) Pemeriksaan Hidung
kelainan
6) Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
7) Pemeriksaan Thorak/paru
25
Inspeksi : Bentuk thorak : Normal
Rr : 20x/i
8) Pemeriksaan Kardiovaskuler
Auskultasi : bunyi jantung I lub, bunyi jantung II dup jarak antar bunyi
9) Pemeriksaan Abdomen
Umbilikus : ada
26
Auskultasi : bising usus normal 10x/i
Tidak ada keluhan pada genetalia, tidak terdapat lesi maupun benjolan serta
Pada bagian kulit punggung tidak terdapat lesi, bentuk tulang belakang
Inspeksi : Otot antar sisi kiri dan sisi kanan simetris, tidak terjadi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada ektremitas atas dan bawah
Kekuatan otot : 5 4
5 4
Keterangan :
1 : gerakan kontraksi
27
5 : kekuatan kontraksi yang penuh
B. Analisa Data
28
• Klien mengatakan sulit akibat perubahan mobilitas fisik
bergerak dan beraktivitas skeletal (kifosis) /
• Klien mengatakan gangguan
membutuhkan bantuan orang lain muskuluskeletal
untuk bergerak
Do :
• Klien tampak lemah
• Klien tampak terbaring di
tempat tidur
• Tampak aktivitas klien
dibantu oleh petugas
3. Ds : Dampak sekunder Resiko
• Klien mengatakan sakit tiap perubahan skeletal Cedera
kali bergerak dan
Do : ketidakseimbangan
• Tampak bentuk tulang tubuh
belakang mengalami kelianan bentuk
(kifosis)
• terdapat kekakuan / tonus
otot pada punggung
C. Diagnosa Keperawatan
3. Risiko cedera b.d dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh
29
D. Intervensi Asuhan Keperawatan
Nama : Tn. Y
Umur : 62 tahun
No
Dx. Keperawatan NOC NIC
.
1. Nyeri akut b.d fragmen Pain level Pain mangement
tulang dan spasme otot Pain Lakukan
control pengkajian nyeri
Comfort secara
level komprehensif
Kriteria hasil : termasuk lokasi,
Mampu karakteristik, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kualitas
(tahu penyebab dan faktor
nyeri, mampu presipitasi
menggunakan Observasi
tehnik reaksi nonverbal
nonfarmakologi dari
untuk ketidaknyamanan
mengurangi Observasi
nyeri, mencari tanda-tanda vital
bantuan) Berikan
Melapork posisi yang nyaman
an bahwa nyeri pada pasien
berkurang Gunakan
dengan teknik komunikasi
menggunakan terapeutik untuk
manajemen nyeri mengetahui
Mampu pengalaman nyeri
mengenali nyeri pasien
30
(skala, intensitas, Ajarkan
frekuensi dan teknik
tanda nyeri) nonfarmakologi
(teknik nafas
dalam).
Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian obat
analgetik
2. Hambatan mobilitas fisik join Execise therapy :
b.d gangguan movement : ambulation
muskuluskeletal active monitoring
mobility vital sign
Level sebelum/sesudah
transfer latihan dan lihat
perfomance respon pasien saat
kriteria Hasil : latihan
klien konsultasika
meningkat dalam n dengan terapi fisik
aktivitas fisik tentang rencana
mengerti ambulasi sesuai
tujuan dari dengan kebutuhan
peningkatan bantu klien
mobilitas untuk menggunakan
memverb tongkat saat berjalan
alisasikan dan cegah terhadap
perasaan dalam cedera
meningkatkan ajarkan
kekuatan dan pasien atau tenaga
kemampuan kesehatan lain
berpindah tentang teknik
31
ambulasi
kaji
kemampuan pasien
dalam mobilisasi
3. Risiko cedera b.d No Injury Ciptakan lingkungan yang
dampak sekunder Occurred nyaman :
perubahan skeletal dan Kriteria Hasil : Tempatkan
ketidakseimbangan tubuh Klien klien pada tempat
tidak jatuh dan tidur rendah
fraktur tidak Amati lantai
terjadi yang
Klien membahayakan
dapat klien
menghindari Berikan
aktivitas yang penerangan yang
mengakibatkan cukup
fraktur Ajarkan
klien tentang
pentingnya
menggunakan alat
pengaman di
ruangan
Bantu klien
untuk melakukan
aktivitas hidup
sehari-hari secara
hati-hati
Ajarkan
pentingnya diet
untuk mencegah
osteoporosis
32
Observasi
efek samping obat-
obatan yang
digunakan
No Hari /
Jam Implementasi Evaluasi Paraf
. tanggal
1 Rabu, Pain mangement S : Klien mengatakan
Melakukan nyeri berkurang
10/02/2 09.0
pengkajian nyeri secara O : Dapat melakukan
021 0
komprehensif. perawatan secara mandiri
Hasil : dan penanganannya secara
P : nyeri pada sederhana.
tulang belakang A : Masalah teratasi
Q: ngilu sebagian
R: pada P : Intervensi
punggung tulang dilanjutkan :
blakang hingga Pantau tingkat nyeri
pada punggung,
pinggang
nyeri terlokalisasi
S: skala nyeri 5 atau menyebar pada
abdomen atau
T: secara terus
pinggang. Skala
menerus 5 – 10 menit. nyeri 7-9 yaitu nyeri
berat.
mengobservasi
Ajarkan pada klien
33
reaksi nonverbal dari tentang alternative
lain untuk mengatasi
ketidaknyamanan
dan mengurangi rasa
Hasil : nyerinya.
Kaji obat-obatan
Wajah pasien tampak
untuk mengatasi
menyeringai menahan nyeri.
Rencanakan pada
nyeri
klien tentang
Mengobservasi periode istirahat
adekuat dengan
tanda-tanda vital
berbaring dalam
Hasil : posisi telentang
selama kurang lebih
TD = 140/70 MmHg
15 menit
N = 86x/i
Rr = 20x/i
S = 36,8ºc
Memberikan
posisi yang nyaman
pada pasien
Hasil :
Klien mengatakan
posisi yang nyaman
berbaring lurus di
tempat tidur
Mengunakan
teknik komunikasi
terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
pasien
Hasil :
pasien menyatakan
mampu mengenal nyeri,
punggungnya masih
34
mengalami kaku saat
untuk beraktivitas
Mengajarkan
teknik nonfarmakologi
(teknik nafas dalam).
Hasil :
pasien menyatakan
merasa rileks setelah di
ajarkan teknik nafas
dalam.
wajah pasien tampak
masih menahan
kesakitan.
Kolaborasi
dengan dokter untuk
pemberian obat
analgetik
Hasil :
obat disclofenac 200 mg
2 x 1 masuk melalui
oral
2. Rabu, Execise therapy : ambulation S : Klien mengatakan
Memonitoring sudah bisa beraktivitas
10/02/2
vital sign kembali
021
sebelum/sesudah O : Dapat beraktivitas
latihan dan lihat respon secara mandiri
pasien saat latihan A : Masalah teratasi
Hasil : P : Intervensi dihentikan
TD = 140/70 MmHg
N = 86x/i
Rr = 20x/i
S = 36,8ºc
35
Mengkonsultasi
kan dengan terapi fisik
tentang rencana
ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
Hasil :
Pasien mengatakan mau
menjalani terapi fisik
Membantu
klien untuk
menggunakan tongkat
saat berjalan dan cegah
terhadap cedera
Hasil :
pasien menyatakan mau
dan mampu
mengunakan tongkat
sebagai alat bantu jalan.
pasien mampu
menggunakan alat bantu
jalan berupa tongkat
Mengajarkan
pasien atau tenaga
kesehatan lain tentang
teknik ambulasi
Hasil :
Pasien mampu
mengikuti tehnik
ambulasi yang diajarkan
Mengkaji
kemampuan pasien
36
dalam mobilisasi
Hasil :
pasien menyatakan
berjalan menggunakan
alat bantu dan terkadang
dibantu oleh petugas.
pasien berjalan dengan
langkah kecil kecil.
Berjalan menggunakan
tongkat
3. Rabu, Ciptakan lingkungan yang S : Klien mengatakan
nyaman : sudah bisa beraktivitas
10/02/2
Menempatkan O : Dapat menghindari
021
klien pada tempat tidur aktivitas yang
rendah. mengakibatkan fraktur
Hasil : A : Masalah teratasi
Untuk memudahkan P : Intervensi dihentikan
klien menjangkau
peralatan yang berada
di sekitarnya
Mengamati
lantai yang
membahayakan klien
Memberikan
penerangan yang cukup
Mengajarkan
klien tentang
pentingnya
menggunakan alat
pengaman di ruangan
Membantu
37
klien untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-
hari secara hati-hati
Mengajarkan
pentingnya diet untuk
mencegah osteoporosis
Hasil :
Klien mengkonsumsi
makanan sesuai terapi
gizi yang diberikan
Mengobservasi
efek samping obat-
obatan yang digunakan
Hasil :
Penggunaan
obat dapat
menyebabkan ngantuk
sehingga pasien
mempunyai resiko
untuk jatuh
38
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
tulang, peningkatan prositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi deisertai dengan
Beberapa faktor resiko Osteoporosis antara lain yaitu : usia, genetik, defisiensi
siklosporin), merokok, alcohol serta sifat fisik tulang (densitas atau massa tulang) dan
lain sebagainya.
39
Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi. Fraktur kompresi ganda
B. Saran
lahan praktik demi memberi pelayanan kesehatan yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Heather T. Herdman & Shigemi Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definis &
Sevier.
40
Moorhead Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapore : El
Sevier.
41