Anda di halaman 1dari 101

PENATALAKSANAAN

JALAN NAPAS

OLEH :
MULYANTO NUR
Tujuan :
Setelah selesai materi ini maka diharapkan
peserta :
– Memahami anatomi / fisiologi jalan napas.
– Memahami hal-hal yang dapat mengganggu
keutuhan jalan napas.
– Bagaimana mengetahui jalan napas terganggu
dan membebaskan jalan napas.
– Bagaimana memberikan bantuan napas.
– Mengetahui teknik pemberian napas bantu.
– Mengetahui teknik intubasi endotrakea.
– Memahami terapi oksigen.
Anatomi
Airway :
– Jalan napas.
– Jalan udara O2 – CO2.
– Bagian atas : lubang hidung
/ mulut Þ pita suara.
– Bagian bawah : pita suara Þ
alveoli.
Fisiologi
• Hidung: melembabkan dan
menghangatkan udara.
• Hidung – bronkioli : ruang rugi
 tidak terjadi pertukaran gas
O2- CO2.
• Pertukaran gas : Alveoli
Penyebab gangguan
jalan napas
• Benda asing yang masuk ke jalan
napas.
• Jatuhnya pangkal lidah yang
menutup jalan napas.
• Jalan napas :
– Tertekuk.
– Tertekan.
– Tersedak.
– Rusak.
AIRWAY PROBLEM
AIRWAY PROBLEM
AIRWAY PROBLEM
AIRWAY PROBLEM
AIRWAY PROBLEM
Cara mengetahui gangguan
jalan napas
• Melihat (look) :
– Gerak napas
– Pengembangan dada
– Retraksi

• Mendengar (listen) :
– Suara napas normal /
≠ normal.
• Meraba (feel) :
– Aliran udara napas
SUMBATAN
BEBAS SUMBATAN RINGAN SUMBATAN
BERAT

Sea saw
Lihat gerak
Normal Normal Terganggu Tidak ada
napas
gerak

Ada suara
Ada suara tambahan Tidak
Dengar suara Bersih / tambahan
Kendor, ngorok nada terdengar
napas jernih Melengking
rendah suara
nada tinggi

Raba hawa
Normal Normal Sedikit Tidak teraba
napas
Tujuan pengelolaan jalan
napas
(AIRWAY)

• Agar jalan napas bebas dari


sumbatan.
• Udara dapat keluar masuk tanpa
hambatan.
Pengelolaan gangguan
pada jalan napas

HEAD TILT dan CHIN LIFT


Teknik :
 Baringkan korban terlentang.
 Letakkan telapak tangan menahan dahi korban ke
belakang.
 Letakkan jari telunjuk dan jari tengah menahan
dagu korban ke depan, sehingga
 Kepala dan muka korban pada posisi netral.
 Evaluasi jalan napas.
Pengelolaan gangguan
pada jalan napas

 JAW TRUST
Teknik :
 Baringkan korban terlentang.
 Sudah dilakukan head tilt dan chin lift namun jalan
napas belum sempurna.
 Dorong ramus vertikal mandibula kiri dan kanan ke
depan sehingga barisan gigi bawah berada di depan
barisan gigi atas, atau
 Gunakan ibu jari masuk ke dalam mulut korban dan
bersama dengan jari-jari yang lain menarik dagu
korban ke depan, sehingga
 Otot-otot penahan lidah teregang dan terangkat.
 Evaluasi jalan napas.
Membebaskan jalan nafas
( manual )
Pada pasien trauma
ATAU non trauma

head tilt
chin lift
Don’t do

neck lift

neck lift
Paling akhir, bila gagal
dengan head tilt, chin lift

AWAM : DILARANG
Membersihkan jalan napas
dari benda asing.
BENDA ASING CAIR
• Baringkan korban terlentang atau miring.
• Bila mungkin kepala lebih rendah.
• Dengan sapuan jari tangan dan menggunakan
bahan yang dapat menyerap cairan, misalnya
kain, kasa, kapas, tissu.
• Memakai pipa :
– Hisap dengan mulut.
– Hisap dengan alat penghisap mekanik /
elektrik.
Membersihkan jalan nafas
Dengan suction portable /
manual.

Suctioning,
menghisap dengan alat
penghisap ditujukan
untuk benda cair, antara lain
muntahan, lendir, darah.
Airway
Management

Suctioning, OPA, NPA


Membersihkan jalan
napas dari benda asing.

BENDA ASING PADAT


• Baringkan korban terlentang.
• Buka mulut korban.
• Terlihat benda asing padat segera ambil
dengan sapuan jari atau menggunakan alat
pengait / penjepit.
BILA benda asing tidak terlihat, terletak jauh
di dalam dapat menyebabkan sumbatan tetap
pada jalan napas.
Misalnya : korban tersedak.
Finger Sweep
Pengelolaan gangguan pada
jalan napas
• Dengan menggunakan alat.
Bila pengelolaan gangguan jalan napas tanpa
menggunakan alat belum berhasil mencapai
jalan napas bebas sempurna, maka dapat
digunakan alat bantu napas, antara lain :
• Pipa Orofaring.
• Pipa Nasofaring.
• Pipa endotrakeal.
• Krikotiroidotomi.
• Trakeostomi.
Membebaskan jalan nafas dengan alat
Pipa orofaring
Teknik :

• Melalui mulut hingga faring.


• Hanya dipasang pada korban tidak sadar (refleks muntah
tidak ada).
• Pilih ukuran yang tepat.
• Baringkan korban terlentang ® buka mulut.
• Masukkan pipa orofaring dengan lengkung menghadap ke
langit-langit mulut korban.
• Segera pipa orofaring diputar sehingga melengkung
menghadap ke lidah, dorong pelan-pelan sehingga seluruh
pipa orofaring berada di dalam rongga mulut.
Pipa orofaring - lanjutan

• Atur pangkal pipa orofaring yang keras terletak di antara


kedua barisan gigi yang akan berfungsi sebagai penahan
gigitan gigi.
• Evaluasi apakah jalan napas sudah bebas.

Hati-hati pada bayi !!


Pemasangan pipa orofaring pada bayi dengan bantuan spatel
lidah. Masukkan pipa orofaring dengan arah lengkung
menghadap lidah langsung di bawah penglihatan.
Awas !! Langit-langit bayi masih rapuh.
Oro-pharyngeal tube

Jangan dipakai jika reflex muntah masih (+)


(Derajat A dan V dari AVPU atau GCS > 10)
Pipa nasofaring
Teknik :
• Dapat digunakan pada korban sadar maupun
tidak sadar.
• Dipasang melalui lubang hidung hingga faring.
• Tidak dianjurkan pada korban cedera kepala /
muka.
• Baringkan korban terlentang.
• Pilih ukuran yang cocok untuk lobang hidung
kiri atau kanan.
• Basahi dengan air atau pelicin.
…oropharyngeal airway

Komplikasi
• Obstruksi total jalan nafas
• Laringospasme
• Muntah
Pasang Pipa Orofaring
…oropharyngal airway insertion
Naso-pharyngeal
tube

Tidak merangsang muntah


Hati-hati pada pasien dengan fraktura basis cranii
Ukuran u/ dewasa 7 mm atau jari kelingking kanan
Pasang Pipa Nasofaring
Nasopharyngeal Airway

Indikasi :
• Napas spontan
• Ada reflek muntah
• Kesulitan dg OPA

Ingat komplikasi &


kontraindikasi !!
Pipa nasofaring -lanjutan

• Masukkan pipa ke lobang hidung :


– Sesuaikan pipa dengan lubang hidung
sebelah mana.
– Permukaan irisan ujung pipa mengarah
septum nasi.
– Lengkung pipa selalu mengarah ke depan.
– Doron hati-hati hingga seluruh pipa masuk
ke rongga hidung.
• Evaluasi jalan napas.
ARAH TUBE naso-pharyngeal

Plica CRICO
vocalis THYROIDO
TOMY

BASIS CRANII
atap nasopharynx
tulang tipis mudah patah
BREATHING
Mengkaji:
- Ada/tidaknya hembusan napas
dari hidung/ mulut.
- Pergerakan dinding dada
- Apakah ada bunyi tambahan
- Frekuensi napas
- Kedalaman pernapasan
Breathing

- Tipe pernapasan
- Penggunaan otot asesoris
- Pernapasan cuping hidung
- Sianosis
- Irama pernapasan
Pernapasan Buatan

Tujuan :
Membawa oksigen ke dalam paru dengan
tekanan positif sebagai pengganti fase
inspirasi aktif  CO2 keluar pada fase
ekshalasi secara pasif pada saat tekanan
positif dihentikan.
Alat Napas Buatan

1. Mulut penolong ke mulut / hidung


korban.
2. Mulut penolong ke masker pada korban.
3. Ambu-bag / self inflating bag.
4. Jackson-Reese, Water’s dan alat
anestesi dengan reservoir O2.
5. Ventilator
Tata Laksana

• Meniupkan udara 800 – 1200 ml


udara ke paru-paru pasien.
• Perlahan waktu jeda antara 2
napas.
• Mata memperhatikan dada sampai
terangkat.
Napas buatan dari mulut ke mulut Napas buatan dari alat (pocket mask) ke mulut

Napas buatan dg bag-valve-mask (BVM) Napas buatan dg Jackson Rees


ke mulut ke mulut
Mulut Penolong ke mulut /
hidung korban
1. Posisi jalan napas bebas.
2. Mulut penolong menempel pada
mulut / hidung korban.
3. Memakai pelapis kasa / tissue.
Mulut penolong ke masker
(sungkup)

1. Mencegah kontak langsung antara


bibir (penolong) dan pasien.
2. Meniupkan udara ke masker.
3. Face barrier dengan plastik.
Ambu-bag / Self
inflating bag
1. Kantong karet elastis, jika
dipompa menghasilkan sejumlah
udara, jika dilepas otomatis
mengembang lagi.
2. Menggunakan katup satu arah.
3. Dapat ditambahkan oksigen 100
% dari luar.
4. Kadar oksigen inspirasi 60 – 80
% saja.
Jackson-Reese : alat anestesi
dengan reservoir O2
1. Kantong karet elastis yang
dikembangkan dengan
aliran oksigen 10 – 12
liter/menit.
2. Alat ini mutlak tergantung
oksigen.
3. Tidak menggunakan katup.
4. Udara harus dengan
oksigen 100 %.
Ventilator

1. Alat mekanik penggeraknya


dengan listrik dan gas
tekanan tinggi.
2. Dapat diset :
 Tidal volume (8-10 ml/kgBB).
 Frekuensi 12 – 20 kali/menit.
 Tekanan maksimum 40 cmH2O.
 Kadar oksigen 100 %.
Waspada

1. Napas buatan dengan tekanan


udara  menimbulkan
barotrauma.
2. Napas buatan tanpa intubasi
trakea  udara masuk ke
lambung.
3. Napas buatan 3 – 4 jam 
dilembabkan.
PEMASANGAN PIPA TRAKHEA

Tujuan :
1 . Memastikan jalan napas bebas
2 . Pemberian oksigen
3 . Memudahkan bantuan napas
4 . Mencegah aspirasi pada paru
PENYULIT PEMASANGAN
PIPA TRACHEA

1 . Trauma wajah
2 . Trauma kepala
3 . Trauma leher
4 . Leher pendek
5 . Kelainan anatomi dagu
6 . Gigi ompong
PERSIAPAN ALAT-ALAT

1 . Bantal dengan tinggi 10-12 cm


2 . Laryngoskop set
3 . Pipa trachea sesuai dengan ukuran
4 . Stylet untuk mengatur lengkungan
5 . Forceps magill
6 . Alat penghisap
7 . SIB / Jackson Rees untuk oksigenasi
Pengelolaan jalan nafas teknik lanjut

1. Intubasi trachea dengan


laringoskopi
2. Cricothyroidotomy needle /
surgical
3. Laryngeal mask
Intubasi Endotrakea
Henti jantung,
Indikasi Patensi airway tdk bisa dipertahankan,
Ventilasi non invasif tdk adekuat

Kontra TIDAK ADA


indikasi Kecuali penolakan

Menjaga patensi & keamanan jalan napas


Kegunaan Membantu pemberian Fi O2 tinggi
Jalur memasukkan obat resusitasi

Trauma
Komplikasi Intubasi esofagus
Intubasi endotrakea
Refleks vagal
Pertimbangan untuk
INTUBASI TRACHEA

 Cara lain u/ bebaskan jalan nafas gagal


 Sukar memberikan pernafasan buatan
 Risiko aspirasi ke paru besar
 Perlu mencegah hiperkarbia (cedera
kepala)
 GCS = 8 atau lebih rendah
Laringoskopi u/ intubasi trachea
(definitive airway, paling efektif)
STATICS
PROSEDUR INTUBASI ENDOTRAKEA
S : SKOP (LARINGOSKOP)
T : TUBE ( ETT)
A : AIRWAY (OPA, LMA)
T : TAPE (PLESTER)
I : INTRODUCER(STILET, ATAU MANDRIN)
C : CONECTOR (PENGHUBUNG KE BVM)
S : SUCTION
PROSEDUR INTUBASI ENDOTRAKEA
1. Oksigenasi dan bantuan napas
2. Berikan obat induksi dan pelumpuh otot
3. Setelah otot lumpuh pastikan mulut mudah
terbuka.
4. Masukkan laringoskop sesuai ukuran
5. Pastikan plica vokalis tampak
6. Pipa trachea dimasukkan pelan-pelan
7. Dorong pipa trachea sampai batas proksimal balon
1 cm di bawah pita suara
8. Kembangkan balon dan hubungkan dengan
sumber oksigen
9. Berikan napas buatan dan pastikan dada
terangkat
PROSEDUR INTUBASI ENDOTRAKEA
1. Oksigenasi dan bantuan napas
2. Berikan obat induksi dan pelumpuh otot
3. Setelah otot lumpuh pastikan mulut mudah
terbuka.
4. Masukkan laringoskop sesuai ukuran
5. Pastikan plica vokalis tampak
6. Pipa trachea dimasukkan pelan-pelan
7. Dorong pipa trachea sampai batas proksimal balon
1 cm di bawah pita suara
8. Kembangkan balon dan hubungkan dengan
sumber oksigen
9. Berikan napas buatan dan pastikan dada
terangkat
Laryngeal Mask Airway
dipasang tanpa laringoskopi
MONITORING
1. Pengembangan dada, suara napas,
simetris / tidak

2. Awasi saturasi oksigen

3. Nilai balon usahakan tidak bocor


Tujuan Terapi oksigen
Meningkatkan kadar oksigen udara napas
 kadar oksigen yang ada di paru-paru
menjadi tinggi  tekanan pastial oksigen
dialveolus meningkat  oksigen yang
berdifusi melalui dinding alveolus lebih
banyak  kadar oksigen yang terangkut
melalui peredaran darah cukup dan
persediaan oksigen di jaringan sel dapat
terpenuhi  mencegah terjadinya
hipoksia.
Tanda dan gejala penderita
kekurangan oksigen:
• Sesak
• Napas cuping hidung
• Denyut jantung meningkat
• Adanya gerak otot napas tambahan,
retraksi interkostal, suprasternal
• Berkeringat dingin
• Gelisah, bingung, kesadaran menurun
• Jika sudah berat kuku tampak biru
Penyakit di ruang perawatan
yang memerlukan terapi
oksigen
• Sesak napas, Gagal napas akut
• Shock, apapun penyebabnya.
• Nyeri dada, infark miokard akut
• Payah jantung
• Kesadaran menurun, Koma
• Pasca bedah, terutama operasi besar.
• Meningkatnya kebutuhan oksigen, seperti :
luka bakar, trauma ganda, infeksi berat,
demam tinggi, dll
Sumber oksigen
• Oksigen murni tersedia dalam tangki atau silinder logam
bertekanan tinggi yaitu lebih dari 150 atmosfir ( 150 kali
tekanan udara luar ).
• Manometer tekanan yang terpasang pada katup utama
memberikan estimasi sisa isi tangki.
• Dari tangki, diperlukan stepdown pressure regulator untuk
menurunkan tekanan menjadi 3- 5 atm.
• Oksigen tangki adalah gas kering yang harus bebas debu
dan partikel minyak agar dapat digunakan dalam terapi
medik.
• Dari regulator oksigen dapat digunakan untuk menjalankan
ventilator, nebulizer, humidifer dan flowmeter.
• Dari flowmeter baru boleh diberikan ke alat terapi oksigen
(kanula, masker, bag).
Cara pemberian Oksigen

1. Kanula hidung
2. Sungkup sederhana
3. Sungkup dengan reservoir
rebreathing
4. Sungkup dengan reservoir non
rebreathing
5. Sungkup venturi
CARA PEMBERIAN
Pasien gawat perlu kadar oksigen > 40-50 %
Cara highflow 1. Kadar oksigen tinggi
2. Tanpa retensi CO 2
3. Boros oksigen

 Sungkup sederhana 5-8 L/m 40-60%


 Sungkup ventury 4-8 L/m 40-60%
 Sungkup dgn reservoir 5-10 L/m 60-99%
 Sungkup dgn kantong napas 10-15 L/m 100%

Sungkup harus melekat erat


> 30 menit perlu humidifier
CIRCULATION

• Pengkajian meliputih :
- Nadi :
- Frekuensi
- Irama
- Kekuatan
- Warna kulit dan kelembaban
- Suhu hangat atau dingin
CIRCULATION

- Bunyi jantung : Normal, tambahan


- JVP : Collaps, distended
- CRT : > atau < 3 dt.
- ECG :Normal / abnormal
- Bleeding : Internal/ eksternal
- Hb : Normal /abnormal
- Intake / output cairan
Tindakan

 Bantuan sirkulasi: KJL


 DC Syok
 Monitoring hemodinamik
 Penghentian perdarahan
Pengaturan posisi: head down
Tindakan
• Penggantian cairan
- Kristaloid :
- Ringer lactat
- Asering
- Normal saline
- Koloid :
- Dextran L
- Darah atau komponen darah
-
Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi


paru

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pola pernapasan yang efektif

Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan :
• Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
• Adanya penurunan dispneu
• Analisa gas darah dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.
• Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn
• Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg
• Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan
pesanan
• Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan
PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam
• Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai
45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
• Berikan dorongan untuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat
dada selama batuk
• Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir
• Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2
meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan
pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi
mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap
hipoventilasi

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
Intervensi :
• Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
• Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn,
laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
• Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya
kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
• Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi
• Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
• Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan
peningkatan atau penyimpangan
• Pantau irama jantung
• Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
• Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik,
steroid.
3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo

Tujuan :
Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan
volume cairan

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema

Intervensi :
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaborasi untuk pemberian cairan dan elektrolit
4. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi
jaringan.

Kriteria Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal

Intervensi :
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal
Daftar Pustaka
Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic
Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.

Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000),


Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.

Reksoprodjo Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah,


Binarupa Aksara, Jakarta.

Suddarth Doris Smith, (1991), The lippincott Manual of


Nursing Practice, fifth edition, JB Lippincott Company,
Philadelphia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai