Anda di halaman 1dari 102

Pengelolaan Jalan Napas

(Airway Management)

HIPERCCI
Objective
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu melaksanakan
manajemen jalan nafas di unit perawatan kritis sesuai standar

1 Anatomi jalan nafas

2 Pengkajian jalan nafas

3 Pembebasan jalan nafas

4 Suctioning

5 Therapy Oksigen
Pengertian : tindakan yang dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas dengan tetap
memperhatikan kontrol servikal

Tujuan : menjamin jalan masuknya udara ke paru


secara normal sehingga menjamin kecukupan
oksigenisasi dan ventilasi
Manajemen airway di era covid
1. Meminimalkan Aerosolisasi
terjadinya aerosolisasi • Batuk / bersin/ mengeluarkan
2. Meminimalkan dahak
terjadinya paparan • NIV atau ventilasi tekanan
kepada petugas positif dengan masker yang
terhadap virus covid tidak adekuat
• HFNC
• Terapi nebulasi
Penggunaan APD • Resusitasi
dengan benar • Pembersihan jalan nafas
Pengelolaan Jalan Nafas

1. Pemeriksaan jalan nafas


2. Memahami tanda-tanda kegawatan nafas
3. Tekhnik pembebasan jalan nafas
4. Memberikan oksigen tambahan
5. Memberikan bantuan nafas
Pemeriksaan Jalan Nafas

Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi


L = Look
Lihat gerakan nafas atau Penilaian
pengembangan dada, adanya retraksi Jalan Nafas
sela iga, warna mukosa/kulit dan
kesadaran

L = Listen
Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel
Rasakan adanya aliran udara
pernafasan dengan menggunakan pipi
penolong
Masalah Keperawatan Intervensi Keperawatan
Kategori
Kategori Fisiologis
Fisiologis Kategori Fisiologis
sub
sub Kategori
Kategori :: Respirasi
Respirasi sub Kategori : Respirasi

Manajemen jalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak efektif


Latihan batuk efektif

Gangguan pertukaran gas


Pemantauan respirasi

Gangguan ventilasi spontan


Terapi Oksigen

Pola Nafas tidak efektif Dukungan ventilasi

Risiko aspirasi Pencegahan aspirasi


Tanda-tanda
Kegawatan Jalan Nafas

Dipengaruhi :
1. Parahnya sumbatan jalan nafas
(Partial / Total)
2. Ada atau tidaknya upaya nafas
Mendengkur(snoring)
– Sumbatan pangkal lidah.
– Jenis sumbatan partial
– Cara mengatasi : chin lift, jaw thrust, pemasangan
orofaringeal airway / nasofaringeal airway, pemasangan ETT
– Pada orang normal : dibangunkan , rubah posisi miring

Berkumur (gargling)
– Terdapat cairan di daerah orofaring / hipofaring.
– Cara mengatasi : memiringkan pasien , pengisapan /
suction.

Stridor (crowing)
– Sumbatan di plika vokalis karena benda padat, oedema
laring
– Tanda: tracheal tug, see saw
– Cara mengatasi :
• Spasme → muscle relaxant
• Oedema → dexamethasone/ broncodilator
• cricotirotomi, trakeostomi.
Gambaran Gawat Nafas
Tanda klinis Penyebab / situasi
1. Bunyi napas normal, gerakan dada normal, 1. Napas normal
tidak menggunakan otot tambahan dan tidak
ada retraksi

2. Bunyi napas meningkat disertai retraksi dan 2. Sumbatan jalan napas parsial disertai upaya
penggunaan otot napas tambahan napas

3. Tidak ada bunyi napas tapi ada retraksi hebat 3. Sumbatan jalan napas total atau hampir total
dan penggunaan otot napas tambahan tapi upaya napas masih ada

4. Tidak ada bunyi dan tidak ada retraksi 4. Hilangnya upaya napas akibat gangguan sentral
primer, mis : keracunan obat atau sekunder mis
: stadium lanjut sumbatan jalan napas
SUMBATAN JALAN NAPAS ( Chocking )
Dapat digunakan teknik manual thrust

Abdominal Trust Chest Trust Back Blow


Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Hentakan mendadak pada ulu hati
(daerah subdiafragma – abdomen).
Caranya :
• penolong harus berdiri di belakang korban
• lingkari pinggang korban dengan kedua
lengan penolong,
• kepalkan satu tangan dan letakkan sisi
jempol tangan kepalan pada perut korban,
sedikit di atas pusar dan di bawah ujung
tulang sternum.
• Pegang erat kepalan tangan dengan tangan
lainnya.
• Tekan kepalan tangan ke perut dengan
hentakan yang cepat ke atas.
• Setiap hentakan harus terpisah dan jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Caranya :
• Korban harus diletakkan pada posisi
terlentang dengan muka ke samping.
• Penolong berlutut di sisi paha korban.
• Letakkan salah satu tangan pada perut
korban di garis tengah sedikit di atas
pusar dan jauh di bawah ujung tulang
sternum, tangan kedua diletakkan di atas
tangan pertama.
• Penolong menekan ke arah perut dengan
hentakan yang cepat ke arah atas.
Chest Thrust
Untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil

Bila penderita sadar, lakukan Gerakan 5 kali


• Tekan tulang dada dengan jari telunjuk atau jari
tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi
antara kedua putting susu pasien

Bila penderita sadar,


• Tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik
lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan
Back Blow

Bila penderita sadar dapat batuk keras,


observasi ketat.

Bila nafas tidak efektif atau berhenti,


lakukan back blow 5 kali → hentakan keras
pada punggung korban di titik silang garis
antar belikat dengan tulang
punggung/vertebrae
Akibat tidak dilakukan / kegagalan
penanganan sumbatan jalan nafas

• Gelisah oleh karena hipoksia


• Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga)
• Gerak dada dan perut paradoksal
• Sianosis
• Kelelahan dan meninggal
Membuka
Jalan Nafas
Pemasangan
Suctioning Oropharynx airway
Cross finger /
finger swab
Membersihkan Pemasangan
Jalan Nafas Nasopharynx airway

Pemasangan LMA
Dengan
Tanpa Alat Bantu
Alat Bantu
Pemasangan
Endotracheal tube
Mempertahankan
Jalan Nafas Crycothyrotomy
Head tilt
Jaw Trust
Chin Lift

Tracheostomy
Membuka Jalan Nafas

Teknik Cross Finger yaitu dengan


menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
yang disilangkan dan menekan gigi atas
dan bawah.

Pembersihan manual Sumbatan jalan


nafas dengan sapuan jari/ finger swab
Head tilt Chin lift Jaw Thrust
Posisi Normal Mengangkat sudut
Menekan dahi Mengangkat dagu rahang bawah

Triple Manouver Airway


Body Position
• Miringkan pasien ke kanan / kiri untuk mempertahankan patensi
jalan nafas tetap terbuka dan memudahkan cairan / muntahan
mengalir keluar
• Tindakan ini dilakukan bila tidak ada kemungkinan spinal injury
• Jika dicurigai spinal injury harus menggunakan alat penyangga
leher (collar neck)
Oropharyngeal Laryngeal Mask Crycothyrotomy
air way Airway

Nasopharingeal Endotracheal Tracheostomy


airway intubation
Nama lain : Mayo, Guedel, OPA

Tujuan:
1. Membebaskan jalan nafas Guedel Berman
2. Memberikan fasilitas untuk suctioning
3. Mencegah endotrakheal tergigit pasien

24
Con’t

➢ Untuk pada pasien yang tidak sadar.


➢ Jangan dipasang jika refleks muntah atau reflek Komplikasi :
menelan masih ada • Menimbulkan obstruksi
➢ Sebelum memasang OPA bersihkan terlebih dahulu • Menstimulasi muntah
rongga mulut dari material yang mengganggu • Menyebabkan spasme laring
(darah, muntahan, secret) dengan suction
➢ Pasang OPA sesuai dengan ukuran
Ukuran Orang dewasa :
Besar : 5
Medium : 4
Small : 3
Cara mengukur:
Dari sudut bibir sampai dengan tulang
mandibula pasien

26
1. Buka mulut pasien (chin lift / cross finger). Bisa dibantu dengan tunge spatel
2. Siapkan pipa oropharynx yang tepat ukurannya
➢ Bersihkan dan basahi agar licin
➢ Arahkan lengkungan kearah langit-langit (ke palatal)
➢ Masukkan separuh bagian OPA, putar searah jarum jam 180 lengkungan mengarah ke
arah bawah → jika langsung lurus pangkal lidah akan terdorong
➢ Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat
3. Yakinkan lidah sudah tertopang pipa oropharynx. Cek lihat, dengar dan raba nafas
• tube → tanpa cuff
dari plastik atau karet yang soft (lunak)
• dipilih bila insersi oropharingeal → sulit
oleh karena :
- trimus,
- trauma masif di mulut,
- interdental wiring
• Alat ini juga berguna :
→ pasien-pasien yang napas spontan dan
masih semiconscious
Ukuran : dewasa : large 8-9
medium 7 - 8
Small 6 - 7
Cara mengukur: dari ujung hidung sampai ujung
daun telinga (pangkal telinga)

Perhatian:
Hati-hati pasien dengan curiga fr. basis cranii

Komplikasi :
• masuk oesophagus → distensi gaster
• laryngospasm dan muntah
• perdarahan hidung
1. Nilai lubang hidung, sputum nasi, ukuran
2. Pakai sarung tangan
3. Beri jelly pada pipa dan kalau perlu tetesi lubang hidung dengan vasokonstriktor
4. Hati-hati dengan kelengkungan tube yang menghadap kearah depan (bevel), ujungnya
kearah septum atau ujungnya diarahkan kearah telinga
5. Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, lalu pasang plester (kalau perlu)
Laryngeal mask airway (LMA) merupakan alat
bantu jalan napas supraglotis yang paling
sering digunakan sebagai alternatif pilihan dari
intubasi endotrakeal
adalah usaha
mengamankan jalan nafas dengan
cara memasukkan pipa
endotracheal (ETT) ke dalam
trachea dengan bantuan tindakan
laringoskopi

adalah tindakan
untuk memvisualisasi laring dan
pita suara dengan menggunakan
alat laringskop
Keuntungan :
• Perlindungan airway lebih adekuat → airway lebih paten,
Risiko aspirasi lebih rendah, memungkinkan “ clearing
airway “ lebih adekuat
• Memungkinkan pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi
• Bantuan ventilasi lebih adekuat ( volume tidak terkontrol )
• Dapat sebagai salah satu pilihan rute pemberian obat-
obatan
• Pasien henti jantung dan sedang
dilakukan kompresi jantung luar
• Pasien-pasien sadar namun ventilasi yang
➢ Ventilasi tidak adekuat
tidak adekkuat ; PPOK, GBS
• Melindungi airway : Koma, arefleksia, ➢ Oksigenasi tidak adekuat
henti jantung
• Tidak dapat diventilasi dengan adekuat ➢ Proteksi jalan nafas
dengan cara-cara yang konvensional pada
pasien-pasien yang tidak sadar
✓Leher pendek
➢ Trauma laserasi / perdarahan pada: Bibir,
✓Mulut trismus lidah, laring, faring, krepitasi
✓Tumor larynx / farynx ➢ Gigi patah,
✓Trauma cervical ➢ Ruptur trachea,
➢ Malposisi: Intubasi Esophagus, intubasi
Bronchial
➢ Spasme : Laryng, Bronchus
➢ Stimulus vagus : aritmia, henti jantung
➢ Hipoksia : henti jantung
✓ Beri edukasi pasien dan keluarga ttg tindakan yang akan
dilakukan
✓ Mintakan persetujuan keluarga / Informed consent
✓ Berikan suport mental
✓ Yakinkan lambung dalam keadaan kosong
✓ Pasang NGT → hisap cairan lambung / sisa makanan
✓ Yakinkan terpasang IV line & infus menetes dengan lancar
Metode
S.T.A.T.I.C.S

Tambahan dalam STATICS : Tambahan lainnya:


Batteray, Cuff pressure, spuit, jelly, klem, mouth APD, ST steril, box intubasi, bantal Kepala, Obat-obatan,
gag, breating (bag and mask), guntingn spidol Trolley emergency, DC Shock, Monitor, Notes
Laringoskop
Hal yang harus diperhatikan
• Pahami berbagai jenis laringoskop
• Pastikan lampu laringoskop menyala terang
(putih)
• Pastikan lampu blade terpasang dengan erat
Tubes
Endotracheal tube adalah alat Endotracheal tube :
yang dapat mengisolasi jalan – pipa terbuka dikedua ujungnya
nafas, mempertahankan patensi, – bagian proximal → konektor
mencegah aspirasi serta – bagian distal→ cuff yg dapat
dikembangkan melalui “ one way
mempermudah ventilasi, inflating valve “
oksigenasi dan pengisapan. – Ukuran :
wanita → 6,5 – 7 – 7,5
laki-laki → 7 – 7,5 – 8
anak2 → (usia dalam tahun :4) +4
– Cara mengukur manual: Gunakan
ukuran jari kelingking pasien
– Sesuai dengan ID ( Internal
Diameter )
– Saat sudah intubasi → tempat yg
tepat : 20-22 cm ( tanda ETT)
Introducer
• Introducer yang dimaksud adalah mandrin atau stilet dari kawat yang dibungkus
plastik (kabell) yang mudah dibengkokkan untuk digunakan sebagai pemandu
(guide) supaya pipa trachea mudah dimasukkan.
• Unutk reintubasi dapat digunakan Bougie
• Gunakan lubrikasi.
• Perhatian bagian ujung dan pangkal.
* SEDASI : * MUSCLE RELAXANT
- Penthotal 25 mg / cc - Succinyl cholin 20 mg /cc : 1 – 2 mg /kg BB
- Dormikum : 0,6 mg/ kg BB - Pavulon : 0,15 mg / kg BB
- Divripan : 1 – 2 mg / kg BB - Trachium : 0,5 - 0,6 mg/ kg BB
- Norcuron : 0,1 mg / kg BB

b. OBAT – OBAT EMERGENCY


* Sulfas Atropin
* Ephidrin Persiapan intubasi dan obat2an juga
* Adrenalin / ephineprin disiapkan pada saat melakukan
* Lidocain 2 % proses extubasi
* DLL ( TROLY EMERGENCY )
Tekhnik Intubasi
Team work
Tekhnik Intubasi
➢ Pastikan peralatan, obat dan trolley emergency siap
➢ Preoksigenasi
➢ Siapkan posisi kepala penderita 3 aksis : mulut,
pharynx, trachea → sniffing position → kepala ektensi
dan leher flexi
➢ Waktu pemasangan ETT lakukan penekanan pada
krikoid (oleh asisten) → Tujuan mencegah regurgitasi,
aspirasi dan fiksasi trachea. Tekanan dipertahankan
sampai setelah tube masuk dan cuff dikembangkan

45
Tekhnik Breathing

Perhatian proteksi
era pandemic:

Siapkan face mask


yang sesuai dengan
ukuran pasien

Ventilasi lakukan
dengan 2 orang

Pasang bacterial filter


Laryngoscope technique

The laryngoscope should be


gripped as low as possible and the
thumb extended. This makes a
natural extension of the forearm

Keeping the elbow close to the body requires


less effort and more control during
laryngoscopy
Con’t TEKNIK INTUBASI
➢Buka mulut pasien dengan tangan kanan
➢Pegang laryngoscope dengan tangan kiri
➢Masukkan laringoskop melalui sudut kanan bibir, lalu
pindahkan kearah tengah sambil mendorong lidah kearah kiri.
➢Angkat blade, dengan arah tegak lurus, hingga terlihat farinx
posterior. Jangan gunakan gigi depan sebagai fulcrum
(tumpuan).
➢Identifikasi epiglotis, lalu letakkan ujung blade pada vallecula,
dan angkat sesuai aksis gagang
➢Identifikasi trachea, kartilago arytenoid dan pita suara
48
Con’t
TEKNIK INTUBASI

➢Masukkan tube sepanjang blade ke dalam trachea hingga 2 sd


3 cm melewati pita suara. Perhatikan pada ETT bagian ujung
ada bagian garis hitam, itu adalah batas ETT berada pada pas
pita suara.
➢Kembangkan cuff
➢Evaluasi suara nafas pada 5 bagian. Pertama dengarkan di
lambung. Paru atas kanan, kiri ,paru bawah kanan kiri
➢Fiksasi ETT dengan plester
Insersi Endotracheal Tube
Kegagalan intubasi, posisi ETT
masuk ke dalam Oesophageal
Posisi Ujung ETT dan Cuff Management
Hal yang diperhatikan dalam proses intubasi

• Proses intubasi → jangan lebih dari 30 detik → intubator


menahan nafas saat proses intubasi. Ideal < 15 detik
• Antara intubasi dan intubasi → berikan bantuan nafas
• Hindari intubasi bronchial → Paru-paru kanan saja→ periksa
suara nafas
• Dokumentasi
Crycothyrotomy
Tracheostomy
Pengertian

Suctioning atau pengisapan merupakan tindakan untuk


mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan
terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara
mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkan sendiri (Ignativius, 1999)
SUCTIONING?.....

✓ Pasien dengan alat pada jalan napas


(ETT/Tracheostomy),
✓tidak bisa batuk efektif,
✓pengeluaran sekret dari trachea harus dengan
cara aspirasi → suctioning
Tujuan Suction

Mengeluarkan lendir

Membebaskan jalan nafas

Mencegah retensi sputum

Mencegah terjadinya infeksi paru.

Diagnostik
INDICATION

Therapeutic Diagnostic
Therapeutic:

➢Suara napas kasar/Cracles


➢Ronchi
➢Terlihat sekresi pada jalan napas
➢Penurunan saturasi oksigen dan kadar PaO2
➢Peningkatan kerja napas
➢Aspirasi
➢Pasien tidak mampu batuk epektif
➢Meningkatnya PIP; penurunan Vt saat dengan ventilasi
mekanik
Continue….

➢Gambaran X ray banyak sekresi


➢Mempertahankan patensi alat pada jalan napas
➢Merangsang batuk
➢pulmonary atelectasis atau konsolidasi karena
retensi sekret
➢Prosedur bronchoscopy atau endoskopi
Diagnostik

Diperlukan sputum specimen /


ETA (Endo Tracheal Aspiration)
untuk pemeriksaan bacteriologi
atau microbiologi atau sitologi

Pengambilan spesimen sputum


Kontra indikasi

Bronchospasme

Pasca bedah dini


trepanasi

Oedema paru dengan PEEP


yang tinggi > 10 cm H2O ,
pink frotty sputum

Kondisi bertambah buruk


setelah tindakan
Komplikasi

1 Hipoxia / Hipoksemia 4 Perdarahan 7 Bronchospasme / konstriksi

2 Trauma tracheal/ 5 Aritmia 8 Hipo/Hipertensi


bronchial

3 Henti nafas 6 9
Atelektasis TIK 
Henti jantung
Interruption of
10 mechanical ventilation
Persiapan alat

➢ Mesin/sumber Vaccum dan regulator


➢ Stethoscope
➢ Sarung tangan steril untuk open suction
➢ Sarrung tangan bersih untuk suction
tertutup
➢ Kateter steril
➢ Gaun dan masker
➢ Sterile normal saline
➢ Ambu bag for preoxygenate the patient
Suctioning

➢ 2 orang penolong ➢ 1 orang penolong


➢ Disposable cateter ➢ Cateter non disposible
➢ Lepas pasang tubing ventilator ➢ Tidak lepas dari ventilator
Indikasi pemilihan system suctioning

✓ Intubasi < 24 jam ➢ Produksi sekresi >>>>


✓ Sekresi sedikit ➢ Sering suction
✓ Suction tidak sering ➢ Sekret campur darah
➢ Pemakain PEEP yg tinggi
➢ Penurunan saturasi saat
suction.
➢ Resiko terjadi penularan
(MRSA, TBC )
Cont…

Prinsip melakukan suction


Aseptik Atraumatik Acyanosis
✓ Alat steril ✓ Kateter masuk tidak kasar. ✓ Dilakukan < 15 detik
✓ Cara steril ✓ Kateter sampai ujung karina dan ✓ Kateter suction tidak

(standar ditarik 1-2 cm. menutup total ETT.


precaution ) ✓ Dikeluarkan dengan cara memutar. ✓ Oksigenisasi 100%

✓ Tekanan suction : sebelum dan sesudah


◼Bayi : 60-80 mmhg
tindakan.
◼Anak2 : 80-100mmhg

◼Dewasa : 100 – 120 mmhg


Persiapan pasien

Jelaskan Oksigenisasi
Auskultasi
prosedur dengan FiO2
suara napas
kepada pasien 100% > 30 detik
MONITORING
→ Selama dan setelah melakukan tindakan suctioning
Monitor terhadap :
➢ Suara nafas
➢ Saturasi oksigen
➢ Frekuaensi dan pola nafas
➢ Parameter hemodinamik (denyut nadi rate, TD )
➢ Reflek batuk
➢ ICP (jika tersedia dan diperlukan)
➢ Produksi Sputum (warna,jumlah, konsistensi)
➢ Ventilator parameters (PIP, Vt & FiO2)
Evaluasi hasil
➢Peningkatan suara nafas (vesikuler).
➢Penurunan puncak tekanan Inspirasi; Peningkatan
volume sekuncup paru (TV) setelah disuction.
➢Peningkatan tekanan gas dalam arteri, ditandai dengan
peningkatan O2 saturasi pulse oximetry. (SpO2)
➢Bersihnya sekresi dari paru dan jalan nafas.
Batasan dalam melakukan tindakan

➢Suctioning dapat mengakibatkan bahaya sehingga harus


dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
➢Suctioning dapat dilakukan bila diperlukan sesuai kondisi
klinis(tidak perlu dirutinkan).
➢Kebutuhan suctioning dapat dikaji setiap dua jam atau
lebih sesuai kebutuhan.
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN
NAFAS BEBAS!

• Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti


jalan nafas bebas
• Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
• Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar,
wajah ke depan, posisi leher netral
• Nilai apakah ada suara nafas tambahan
OXYGEN THERAPY
HIPERCCI

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Obyective

Konsep dasar oxygen therapy

Tehnik pemberian oxygen

Monitoring oxygen therapy

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


PENGERTIAN
• Oksigen terapi adalah intervensi medis berupa upaya Pemberian oksigen untuk
mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan dan / atau mempertahankan
oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara meningkatkan masukan oksigen
ke dalam system respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen ke dalam sirkulasi dan
meningkatkan daya ekstraksi atau pelepasan O2 ke jaringan

• Sifat oksigen sebagai terapi: gas dalam tabung bertekanan tinggi, tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa, menunjang proses pembakaran

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


KEBUTUHAN OXYGEN

• Istirahat → 250 ml O2 / menit


• Kebutuhan oksigen meningkat pada kondisi:
– Aktif → > 5 liter O2 / menit
– Body temperature  1  C → Consumption O2  14% → Metabolisme
• 60% O2 digunakan untuk Otak dan Hepar

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


O2 uptake O2 transport O2 extraction O2 utilisation
Optimize
Oxygenation
Oxygen Delivery Oxygen Comsumption

ScvO2
Cardiac Output Arterial Oxygen
Content
Stroke Heart
Volume Rate
Oxgenation Hemoglobin
SaO2 Hb
Preload After Load Contractiliy
- GEDI - SVRI - GEF
- SW - CFI
- PPV - dPmx

Pulmonary edema
- ELVI
- PVPI

- Inotropes
- Volume + -Vasopressors HIPERCCI + +
JATIM _ FEB 2022 - Blood Cells+
Red
Keberhasilan Terapi Oksigen

Tehnik pemberian o2

Kualitas
A=Airway B=Breathing
Oxygen therapy

C=circulation

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Indikasi Terapi Oksigen

• Gagal nafas akibat sumbatan jalan nafas, depresi pusat nafas, penyakit
saraf otot, trauma thorax atau penyakit pada paru seperti Acute
Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
• Kegagalan transportasi oksigen akibat syok (kardiogenik, hipovolemik dan
septik), infark otot jantung, anemia, atau keracunan karbondioksida (CO2)
• Kegagalan ekstraksi oksigen oleh jaringan akibat keracunan sianida
• Peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen, seperti pada luka
bakar, trauma ganda, infeksi berat, penyakit keganasan, kejang demam dsb
• Pasca anaestesi terutama anaestesi umum
HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
Tujuan Terapi Oksigen

Mengkoreksi Mencegah Mengobati Fasilitas absorbs


hipoksemia hipoksemia keracunan Co2
• Mempercepat
• Gagal nafas • Diberikan pada • Meningkatkan eliminasi sisa-sisa
kondisi yang tekanan parsial O2 obat anaestesi
memerlukan (Po2)
tambahan • Mengurangi ikatan
kebuytuhan oksigen CO2 dg Hb
: bronchoskopi,
infeksi berat, kejang

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Akibat kekurangan oxygen

➢ Kemampuan tubuh membentuk ATP


➢ Efek terhadap organ :
* Otak disorientasi, kesadaran menurun
* Otot Kelemahan
* Kulit Cyanosis
* Sistem Kardiovascular→ HR 
* Sistem Respirasi → RR , nafas cuping hidung,
Spo2 
HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
Kurva disosiasi

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Efek Samping dan Komplikasi Terapi Oksigen
1. Keracunan oksigen 4. Fibroplasia retrolental
Tanda awal : Pao2 yang tinggi merangsang pembuluh darah retina yang masih
• rasa tertekan di retro sternal imatur untuk : spasme & proliferasi dengan akibat :
• Extrimitas kesemutan • perdarahan, kebutaan
• Mual, muntah • penghancuran & fibrosis jaringan dibelakang retina
• Lelah, lemas • terlepasnya retina
• Sesak, batuk - batuk • terjadi pada bayi prematur dengan BB < 1200 gr
• Gelisah
• Nafsu makan menurun 5. Dapat menimbulkan kebakaran dan peledakan
Pencegahan :
Tanda lanjut : • Jangan menggunakan alat elektrik selama menggunakan
▪ Sesak lebih berat terapi Oksigen
▪ Cyanosis • Jangan merokok dekat pasien yang mendapat terapi oksigen
▪ Pernafasan memburuk secara progressif Beri tanda “ NO SMOKING “
• Yakinkan tangan petugas bebas dari minyak atau oli saat
membuka tabung oksigen
2. Depresi Pernafasan
• Tempatkan tabung oksigen yang sedang tidak digunakan jauh
Pasien dengan ppok bila diberi oksigen
dari sumber api / dapur
konsentrasi tinggi bisa menyebabkan depresi
• Hindari Sinar matahari langsung
pernafasan karena hilangnya “ hypoxic Drive “
6. Infeksi
3. Mikro atelektasis
7. Aspirasi
Hilangnya gas nitrogen & surfactan di alveoli HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
8. Penumpukan Co2
PRINSIP OXYGEN THERAPY

• Memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada


tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi
oksigen dalam darah meningkat dengan
tujuan Mempertahankan oksigen jaringan
yang adekuat

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


METHODA PENGALIRAN GAS

SISTEM ALIRAN RENDAH SISTEM ALIRAN TINGGI


1. Low flow low concentration 1. High flow low concentration
– Kateter nasal ➢ Masker venturi
– Kanul binasal 2. High flow high concentration
2. Low flow high concentration ➢ CPAP, HFNC
– Sungkup muka sederhana
– Sungkup muka dengan kantong
rebreathing
– Sungkup muka dengan kantong
Non Rebreathing

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


PEMBERIAN AWAL
1. Berikan oksigen konsentrasi tinggi untuk pasien sakit
kritis dan dokumentasikan
2. Pada semua pasien sesak napas dan sakit akut, periksa
SpO2 (dilengkapi BGA jika perlu)
3. Suplemen oksigen diberikan untuk meningkatkan
oksigenasi tetapi tidak mengobati penyebab yang
mendasari hipoksemia
4. Semua pasien sakit kritis di luar perawatan kritis area
harus dinilai dan dipantau dengan menggunakan EWS
5. Pulse oximetry harus tersedia di semua lokasi dimana
oksigen darurat digunakan
HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
Kanul Nasal
• Aliran FiO2 24 – 44 %
dengan aliran 1 – 6 l/mnt
• Konsentrasi oksigen akan naik 4 % pada tiap
kenaikan aliran 1l/mnt

Keuntungan :
• Tehnik pemberian mudah
• Sudah dikenal luas
• Pasien masih dapat berkomunikasi
Kerugian:
• Nyeri
• Konsentrasi tidak terpredikasi
HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
Simple Face Mask

• Aliran yang diberikan 5 –10 lpm dengan konsentrasi 40 –


60 %
• Aliran <5lpm dapat menyebabkan resistensi terhadap
pernafasan dan kemungkinan terjadi penumpukan CO2
dalam masker dan dapat Terjadi rebreathing Co2.
• Untuk pasien gagal nafas tanpa hiperkapnea
• Merupakan sistem pemberian oxygen dengan aliran
rendah

Kelemahan:
• Berubah posisi
• Membatasi pasien makan dan berkomunikasi

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Rebreathing Mask

Aliran diberikan 6 - 10 L/mnt


• Konsentrasi Oksigen 60 – 80 %
• Udara inspirasi sebagian bercampur
dengan udara ekspirasi
• 1/3 bagian volume ekspirasi masuk
ke kantong.
• 2/3 bagian volume ekspirasi
melewati lubang lubang pada bagian
samping

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Non-Rebreather Mask

• Secara teoritis dapat mencapai FIO2 100%, tetapi


pada kenyataannya FIO2 maksimum mendekati
80% (karena kebocoran di sekitar masker).
• Lubang ekspirasi pada masker ditutupi dengan
penutup yang memungkinkan gas yang
dihembuskan keluar tetapi mencegah inhalasi gas
udara ruangan
• Ada juga katup satu arah antara kantong reservoir
dan masker yang memungkinkan inhalasi gas dari
kantong tetapi mencegah gas yang dihembuskan
memasuki kantong (untuk mencegah rebreathing
gas yang dihembuskan)

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Kriteria penggunaan high flow system

➢ Tidal Volume lebih kecil dari 5 cc / kg BB

➢ Respirasi Rate lebih besar dari 35 x / menit

➢ Pola bernapas pasien Irregular

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Venturi mask

• Memberikan aliran yang bervariasi dengan


Konsentrasi oksigen 24 – 50 %
• Menggunakan methode high flow sistem

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


Nasal Kanul
Aliran Tinggi (HFNC)

• Sebagai alternatif pemberian oksigen untuk


orang dewasa yang membutuhkan terapi oksigen
konsentrasi sedang dan tinggi
• Memberikan oksigen hingga 60 L/menit
• Efek terapeutik meliputi pemberian FiO2 yang
lebih tinggi, efek CPAP, dan kenyamanan yang
lebih besar bagi pasien jika dibandingkan dengan
masker wajah.
• Evaluasi dengan ROX Indeks
• Kerugian utama adalah sama dengan nasal kanul
aliran rendah

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


INDICATIONS FOR PROVISION
DELIVERY OF SUPPLEMENTARY OXYGEN
OF SUPPLEMENTARY OXYGEN

DEVICE FLOW RATE DELIVERY O2 SpO2 Interpretation Intervention


Nasal canula 1 L/min 21% - 24%
2 L/min 25% - 28% 95% - 100% Desired range O2 4 l/min – nasal
3 L/min 29% - 32% canule
4 L/min 33% - 36%
5 L/min 37% - 40% 90% - <95% Mild-moderate Face mask
6 L/min 41% - 44% hypoxia
Simple oxygen face 6-10 L/min 35% - 60%
85% - <90% Moderate-severe Face mask w/ O2
mask
hypoxia reservoir → assisted
Face mask w/ O2 6 L/min 60% ventilation
reservoir 7 L/min 70%
(nonrebreathing 8 L/min 80% Severe to life-
<85% Assisted ventilation
mask /rebreathing 9 L/min 90%
mask)
threatening
10-15 L/min 95% - 100% hypoxia
Ventury mask 4-8 L/min 24% - 35%
10-12 L/min 40% - 50% HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
Bila menggunakan venturi FiO2 bisa ditentukan dengan pasti sesuai dengan warna dan aliran oksigen yang
harus dialirkan ke masing-masing venturi

Biru → 24% → 4 liter

Kuning → 28% → 4 liter

Putih → 31% → 6 liter

Hijau → 35% → 8 liter

Merah muda → 40% → 8 liter

Orange → 50% → 10 liter


HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
Monitoring dan Evaluasi

Sistem Sistem
Neurologi Laboratorium
Respirasi kardiovaskuler

• RR • ECG • Tingkat • Analisa Gas


• TTV • HR Kesadaran Darah
• Pulse oxymetri • Tekanan darah • Elektrolit
• Retraksi cuping • Warna Kulit
hidung • Temperatur
• Penggunaan
Otot bantu
nafas
• Skin color

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


PENGHENTIAN TERAPI OKSIGEN
• Berikan menjadi 2 L/menit melalui kanula hidung sebelum
penghentian terapi oksigen

• Pasien dengan risiko gagal napas hiperkapnia dapat diturunkan


menjadi 1 L/mnt atau0,5 L/mnt) melalui nasal kanul

• Periksa saturasi pasien dalam 5 menit setelah terapi oksigen


dihentikan

• Jika saturasi turun di bawah kisaran target pasien saat


menghentikan terapi oksigen, mulai kembali konsentrasi terendah
sesuai target
• Beberapa pasien mungkin mengalami hipoksemia episodik
(misalnya karena sumbatan lendir) setelah terapi oksigen
dihentikan HIPERCCI JATIM _ FEB 2022
Simpulan

Therapy oxygen berhubungan dengan


gagal napas

Pengkajian airway ,breathing &


Circulation

Methoda yang tepat dalam pemberian


oxygen – hasil maksimal

HIPERCCI JATIM _ FEB 2022


HIPERCCI JATIM _ FEB 2022

Anda mungkin juga menyukai