PROSEDUR EKSTUBASI
Definisi Ekstubasi adalah tindakan pencabutan pipa endoktrakea.
Ekstubasi dilakukan pada saat yang tepat bagi pasien untuk
menghindari terjadinya reintubasi dan komplikasi lain.
Tujuan a. Minimalisasi komplikasi yang mungkin timbul.
b. Pemantauan dini komplikasi dan penatalaksanaan
segera dari komplikasi yang timbu.
c. Keamanan dan kenyamanan pasien terjamin selama
pelaksanaan prosedur.
Indikasi 1. Pencabutan pipa endotrakea yang sebelumnya terpasang
2. Disarankan saat pasien sadar
3. Bernafas spontan dan adekuat
4. Tidak ada otot bantu nafas tambahan tidak sesak
5. Tanda vital stabil
Kontraindikasi 1. Trauma servikal
2. Hipoksia sedang
3. Infeksi pada aera epiglotis
Prosedur Pelaksanaan a. Persiapan pasien
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukn
c. Pasien dipuasn kurang lebih 4 jam sebelum ekstubasi
d. Mencuci tangan
e. Membesihkan rongga mulut pasien
f. Ventlasi adekuat
g. Hisap percabangan trakheobronkial dan orofaring,
lepaskan plester fiksasi dan kempeskan cuff
h. Beri oksigen selama beberapa kali siklus nafas
i. Minta pasien untuk menghirup dan pada puncak
inspirasi lepaskan, cabut selang ETT hisap jalan nafas
melalui selang ETT bersamaan ketika selang ETT
dicabut
j. Dokumentasi
SOP
AIRWAY MANAGEMENT
Persiapan Alat
Boneka manikin dewasa dan anak.
4. Pipa orofaring berbagai ukuran
Pipa nasofaring berbagai ukuran
Sarung tangan
Gause kering
Suction
Pipa suction kaku dan lentur.
B. Pipa Nasorofaring
Pakai sarung tangan
Nilai besarnya lubang hidung dengan besarnya pipa
nasofaring yang akan dimasukkan.
Nilai adakah kelainan di cavum nasi
Pipa nasofaring diolesi dengan jeli, demikian juga
lubang hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu
dapat diberikan vasokonstriktor hidung.
Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa sehingga
ujungnya menghadap ke telinga.
Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, sambil
menilai adakah liran udara di dalam pipa.
Fikasasi dengan plester.
ABDOMINAL THRUST
Korban berdiri/Korban dewasa sadar
Rangkul korban yang sedang sempoyongan
dengan kedua lengan dari belakang
Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan menarik
kedua lengan penolong bertumpuk pada kepalan
kedua tangannya tepat di titik hentak yang terletak
pada pertengahan pusar dan titik ulu hati korban.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal
thrust.
ABDOMINAL THRUST
Korban terbaring /Korban dewasa tidak sadar
Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan
terlentang
Penolong mengambil posisi seperti naik kuda
diatas tubuh korban atau disamping korban
sebatas pinggul korban.
Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan
menggunakan kedua lengan penolong bertumpu
tepat diatas titik hentakan ( daerah epigastrium ).
SOP
PROSEDUR INTUBASI
S = Scope = Laryngoscope
C = Connectors = Konektor
Pasang monitor tekana darah (NIBP), irama janung (EKG) dan saturasi
oksigen (pulse oxymeter)
Buka mulut dengan menggunakan 2 jari tangan kanan ( ibu jari dan jari
telunjuk yang disilangkan).
Jaga agar bibir tidak terjepit diantara bilah laryngoscope dan gigi.
Masukkan ETT diantara pita suara sampai ujung proksimal balon (cuff)
tidak terlihat lagi dan berada di bawah pita suara. Beberapa jenis ETT
dilengkapi dengan garis hitam yang melingkar ditepi proksimal balon
(cuff) sebagai tanda atau batas kedalam pemasukan ETT.
Bila bunyi nafas hanya terdengar di satu sisi paru, ETT harus ditarik
sampai terdengar bunyi nafas yang simetris di kedua paru.
Catat panjang ETT yang masuk dengan melihat tanda ukuran pada
posisi gigi atau bibir.
KELOMPOK 2 P.KGD
Nama kelompok :
4. Alfathina Tasya
5. Anindhita kaliana
6. Fitrah Mahardika
7. Hanatul Hilah Liah
8. Ratih Eka Mawarni
9. Ratih Muji Pratiwi
10. Yoga Dava Irgian
KOTA BOGOR
2020
Definisi Pembidaian
Pembidaian adalah tindakan memfixasi atau mengimobilisasi bagian tubuh yang
mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel
sebagai fixator/imobilisator. Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi
nyeri dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Sedangkan bidai adalah sebuah bentuk alat
yang dimana berbahan dasar kayu, kawat, hingga anyaman hingga berbagai macam bentuk
lainnya yang dimana kemudian akan memiliki sifat bahwa benda tersebut mudah untuk
dibawa.
Tujuan Pembidaian
Tujuan pembidaian adalah sebagai berikut:
e.Bidai disini kemudian menjadi sebuah bentuk pertolongan pertama yang dimana harus
selalu dipelajari guna untuk membantu korban.
Indikasi:
a.Pada klien patah tulang terbuka dan tertutup
b.Dislokasi persendian
PEMERIKSAAN AGD”
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
ANNISA SEPTIA
HILMY H
ITA NATASYA
REFLI DENDI
REISA SITI A
A. Pengertian
Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH),
jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah
dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3,
pH, HCO3, dan saturasi O2.
Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) , cara pengambilan sampel darah arteri
harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi lebih
berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture) maupun skinpuncture.
Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan
mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam
tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh.
B. Tujuan
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
4. Mengetahui PH darah
5. Mengetahui tekanan parsial CO2
6. Mengetahui bikarbonat
7. Mengetahui base excess/defisit
8. Mengetahui tekanan parsial oksigen
9. Mengetahui saturasi O2
1. Baca status dan data klien untuk memastikan indikasi pengambilan AGD
16. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
19. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
21. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak
bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
23. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
24. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
28. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
30. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah
(untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu
yang lama)
Kelompok: 4
Disusun oleh:
Bazhito
Chintana
Kikin kurnia N
Luthfia Anugrah I
Rena Amelia
Rendi
Zain juniar
Prodi:
D3 Keperawatan Tk. 2B
A. Definisi
Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi – tepi luka dan mempertahankan
dengan benang atau jahitan tensile stregth luka tersebut dapat tersambung.
B. Tujuan
C. Indikasi
D. Kontra Indikasi
E. Daftar Tilik
Persiapan alat :
Prosedur/cara kerja :
SOP CHOKING
6. Definisi
Tersedak (choking) adalah tersumbatnya saluran napas secara total atau sebagian
akibat makanan, cairan, atau benda asing yang tersangkut di tenggorokan atau batang
tenggorokan, sehingga mengakibatkan korban sulit bernapas dan kekurangan oksigen,
bahkan dapat segera menimbulkan kematian. Tersedak merupakan pembunuh
tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation.
7. Tujuan
Untuk mengeluarkan benda asing yang tersumbat di tenggorokan dan melancarkan
jalan nafas
8. Indikasi
a. Di lakukan pada penderita tidak sadar apapun sebabnya
b. Pada penderita adanya sumbatan
9. Kontraindikasi
Abdominal Thrust : non obesitas dan ibu hamil
TILIK CHOKING
NO PROSES APA YANG DI LAKUKAN √
1 Amankan diri dan lokasi.
2 Memakai perlengkapan pengaman diri (APD).
Periksa kondisinya
3 Tanya apaka anda tersedak/tercekik?
Periksa kondisinya
4 Korban dapat batuk dan sadar.
Perhatikan apakah korban menjadi batuk tidak bersuara, suara napas abnormal, kesulitan
5 berapas, tidak sadarkan diri.
6 Mengaktifkan SPGDT
Melakukan tepukan di punggung( back blow )
d. Dengan bagian bawah telapak tangan
e. Sebanyak 5 kali
7 f. Arah tepukan benar (depan atas)
Melakukan manuper hentakan pada perut
Korban miringkan ke depan
1.
1 aki ke sela kedua kaki korban
2.
Kedua lengan penolong merangkul korban dan posisi tangan benar
3.
arah hentakan benar ( arah ke dalam ke atas)
4.
8 sumbatan jaln napas berat dan korban sadar
Melakukan Resusitasi Jantung Paru
9 Sumbatan jalan napas berat dan korban tidak sadarkan diri
Kelompok 5
Disusunoleh :
1 Definisi Resusitasijantungparuadalahsuatutindakanuntukmengembalikanfungsipern
. afasandanjantunggunakelangsunganhiduppasien.
3 Indikasi 1. HentiNafas
. 2. HentiJantung
Prosedu
6 r
DAFTAR TILIK
Nilai
No Komponen
1 2 3
Langkah-langkah :
CIRCULATION
CIRCULATION
Kelompok 7 :
1. Diah Nurahmawati
2. Diana Amelinda
3. Muhamad Andi Wijaya
4. Muhamad Zulfikri
5. Risma Wati
6. Sintia Purnama Sari
A. Definisi
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena kava. Ini memberikan
informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus
vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya
tekanan lokal.
B. Tujuan
Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien
C. Indikasi
1. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium
2. Pengukuran oksigenasi vena sentral
3. Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang
perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi
4. Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah
5. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat
menimbulkan syok
6. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi
7. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria)
8. Pasien dengan gagal jantung
9. Pasien yang diberikan transfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif)
10. Monitor status volume cairan dan ventrikel
11. Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat vasioaktif jika alat monitor
invasif lain tidak ada
12. Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer (caustic),
seperti : calcium cloride, chemotherapy, hypertonic saline, pottasium chloride,
amiodarone
A. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang :
1. Tujuan pemasangan
2. Daerah pemasangan
3. Prosedur yang akan dikerjakan
B. Persiapan alat
1. Kateter CVP
2. Set CVP
3. Spuit 2,5 cc
4. Antiseptik
5. Obat anaestesi lokal
6. Sarung tangan steril
7. Bengkok
8. Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
9. Plester
C. Cara kerja
Daerah yang dipasang :
1. Vena femoralis
2. Vena cephalika
3. Vena basalika
4. Vena subclavia
5. Vena jugularis eksterna
6. Vena jugularis interna
D. Cara pemasangan :
1. Penderita tidur terlentang (trendelenberg)
2. Bahu kiri diberi bantal
3. Pakai sarung tangan
4. Desinfeksi daerah CVP
5. Pasang doek lobang
6. Tentukan tempat tusukan
7. Beri anestesi lokal
8. Ukur berapa jauh kateter dimasukkan
9. Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc
10. Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi yang berlawanan
11. Darah dihisap dengan spuit tadi
12. Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan vena cava
superior atau atrium kanan
13. Mandrin dicabut kemudian disambung infus → manometer dengan three way stopcock
14. Kateter fiksasi pada kulit
15. Tutup kasa steril dan plester
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Kelompok: 8
Disusun oleh:
Ekky Agustina
Neneng Anjarwati
Siti Aisyah
Supian
Prodi:
D3 Keperawatan Tk. 2B
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran langsung tentang fungsi pemompaan ventrikel dan
kemampuan sisi jantung dalam mengatur beban cairan.
2. Untuk melihat adanya distensi vena jugularis.
3. Memberikan informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan, fungsi
paru, dan merupakan komponen terpenting untuk menilai volume darah.
C. Indikasi
1. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat penting
diketahui.
2. Pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau jika vena perifer
tidak adekuat.
3. Pasien dengan distensi unilateral.
4. Pasien dengan trauma mayor.
5. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium.
6. Pasien yang diberi cairan IV secara cepat.
D. Kontraindikasi
1. Pengukuran JVP tidak dilakukan pada pasien dengan :
2. SVC sindrom.
3. Infeksi pada area insersi.
4. Koagulopati.
5. Insersi kawat pacemaker.
6. Disfungsi kontralateral diafragma.
7. Pembedahan leher.
SOP PENGUKURAN JVP (JUGULAR VENOUS PRESSURE)
N KOMPONEN NILAI
O 1 2 3
1. Persiapan alat-alat:
1. Pengaris 2 buah
2. Pen light
3. Alat tulis
3. Fase orientasi
1. Berikan salam
2. Perkenalkan diri
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Tanyakan persetujuan pasien
4. Fase kerja
1. Jaga privasi
2. Atur pada posisi semi flower dengan kepala di tinggikan 30 –
45 derajat
3. Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak
bagian atas
4. Bebaskan daerah leher dari apa pun
5. Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri.
6. Identifikasi vena jugularis.
7. Tentukan undulasi pada vena jugularis (titik teratas pada
pulsasi vena jugularis). Caranya adalah bendung vena dengan
cara mengurut vena kebawah lalu dilepas.
8. Tentukan titik angel of Louis pada sternum. Titik tersebut
letaknya dekat dengan angulus Ludovici.
9. Dengan penggaris pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi
vena secara horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
10. Kemudian penggaris kedua letakkan vertikal dari angel of
Louis pada sternum.
11. Lihatlah hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada
mistar vertikal (pertemuan antara mistar horizontal dan
vertical). Hasil pembacaan ditambahkan dengan angka 5 cm,
karena diasumsikan jarak antara angel of Louis dengan atrium
kanan adalah sekitar 5 cm. Nilai normal dari pengukuran JVP
adalah kurang dari 8 cmH2O.
12. Dokumentasikan hasil
13. Rapikan pasien dan alat
14. Cuci tangan
5.
Fase terminasi
1. Evaluasi respon pasien
2. Sampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dengan pasien
NAMA KELOMPOK
Euis Maulida
Elia Rismawati
Nurul Afifah
Syalma Wahidah
D3 KEPERAWATAN TK II B
SOP Suction dengan/tanpa Ventilator
Pengertian : Suatu metode untuk mengeluarkan lender atau secret dari jalan nafas. Penghisapan
ini biasanya dilakukan melalui mulut nasofaring atau trakea.
3. Pasien yang tidak bias batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
5. Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit untuk
mengeluarkannya.
3. Pulmonary oedem.
NO TINDAKAN DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Fase Pra Interaksi
Persiapan Alat :
a. Handscoon steril
b. Alat/mesin penghisap lendir/suction
c. Kateter penghisap/suction steril
d. Alas/perlak/handuk
e. Bengkok
f. 2 kom : 1 kom berisi aquades/NaCl 0,9% & 1 kom berisi
larutan desinfektan (savlon 1 : 100)
g. Jelly
h. Ambu bag
i. Tissue
2. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Menjelaskan tujuan suction
c. Menjelaskan prosedur suction
d. Menyiapkan lingkungan
3. Fase Kerja
a. Mencuci tangan
b. Mengatur posisi klien semi fowler atau fowler
c. Meletakkan alas/perlak/handuk di bawah dagu pasien
d. Memakai handscoon
e. Menghubungkan kateter suction dengan pipa suction
f. Menyalakan mesin, masukkan kateter penghisap ke dalam
kom berisi aquades/NaCl 0,9%
g. Memasukkan ujung kateter ke dalam mulut/hidung hingga
kerongkongan
h. Melepaskan jepitan & penghisap lendir dengan menarik &
memasukkan kateter dengan perlahan-lahan dengan arah seperti diputar.
Lama penghisapan sekitar 10–15 detik dalam 3 menit untuk mencegah
hypoxia
i. Menarik kateter & bersihkan dengan aquades/NaCl 0,9%.
j. Mengulangi prosedur hingga jalan nafas bebas dari lendir
k. Dengan ventilator :
1) Lepaskan ventilator pada klien lalu letakkan
konektor ventilator di atas handuk
2) Ventilasikan dan beri oksigen melalui ambu bag
4-5 kali disesuaikan dengan volume tidal klien
3) Lumasi ujung kateter dengan jelly lalu dengan saksama masukkan
kateter suction ke dalam jalan
napas buatan tanpa melakukan pengisapan
4) Lakukan suction dengan gerakan memutar kateter secara cepat
bersamaan dengan menarik
kateter keluar
5) Batasi waktu suction 10-15 detik. Hentikan
suction apabila denyut iantung meningkat sampai
40 kali/menit
6) Ventilasikan klien dengan ambu bag setelah
suction tiap periodenya
7) Jika sekresi sangat pekat, maka dicairkan dengan
memasukkan NaCl 3-5 cc ke dalam jalan napas
buatan
8) Bilas kateter di antara setiap pelaksanaan suction
9) Lakukan prosedur ini sampai jalan napas bersih
terhadap penggumpalan sekret yang ditandai
dengan basil auskultasi jernih
10) Setelah selesai, hubungkan lagi klien dengan ventilator
l. Mematikan mesin & lepaskan kateter dari selang penghisap
m. Merapikan pasien
n. Merapikan alat
o. Melepas sarung tangan.
p. Mencuci tangan.
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi :
1.Menanyakan respon klien
2.Mengauskultasi suara nafas & bandingkan keadaan saluran nafas
sebelum & sesudah
dilakukan penghisapan lendir.
3. Mengidentifikasi adanya perbaikan status
respiratorik.
b. Dokumentasi :
1.Mencatat hasil dari pengkajian pada saluran nafas sebelum & setelah
penghisapan, ukuran kateter yg digunakan, lama penghisapan, jalur
penghisapan, toleransi klien, tekanan mesin yg digunakan, karakteristik
lendir (jumlah, bau, warna, & konsistensi lendir)
2.Mencatat mengenai respon klien selama prosedur
Total Nilai
PRAKTEK KGD
BILAS LAMBUNG
Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
FARHAH
FEBBY A
NURUL FAJRIAH
OPIK KURNIAWAN
VIDIA FATIMAH
WIDIA RAHMAWITA
A. Pengertian
Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukkan air/cairan
tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali dengan menggunakan selang penduga
lambung (NGT)
B. Tujuan
Membersihkan dan mengeluarkan racun/darah dari dalam lambung.
C. Indikasi
1. Keracunan obat
2. keracunan zat kimia
3. Keracunan makanan
4. Hematemesis
D. kontra indikasi
1. keracunan oral lebih dari 1 jam;
2. pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi
esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon, pestisida, hidrokarbon
aromatic, halogen);
3. pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4.pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi.
E. Persiapan
1. Alat
a) Slang penduga lambung sesuai ukuran yang diperlukan dan corongnya.
b) Bengkok besar
c) Perlak dan alasnya
d) Ember penampung
e) Air hangat-dingin 1-2 liter / NaCl 0,9 %, sesuai kebutuhan
f) Gelas ukuran
g) Celemek dari karet
h) Gelas berisi air matang
i) Pelicin / jelly
j) Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
k) Pinset anatomi
2. Obat-obatan (sulfas atropine, norit/susu yang diperlukan dalam tempatnya)
3. Pasien
a) PasieAn / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan (semi fowler)
4. Lingkungan
5. Petugas
Perawat memakai celemek karet.
F. Pelaksanaan
1. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien
2. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien
3. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat pasien
4. Menentukan panjang slang penduga yang masuk ke dalam lambung
5. Memberi pelicin pada ujung penduga lambung
6. Menutup pangkal slang penduga lambung dengan cara menekuk/diklem
7. Memasukkan slang penduga pelan-pelan ke dalam lambung melalui hidung. Bagi
pasien sadar dianjurkan menelan slang penduga perlahan-lahan sambil menarik nafas
dalam
8. Meyakinkan slang penduga masuk ke dalam lambung dengan cara :
Memasukkan ujung slang penduga sampai terendam dalam mangkok berisi air
dan tidak tampak gelembung udara dan air.
9. Setelah yain slang penduga masuk ke lambung pasien, psosisi diatur miring tanpa
bantal dan letak kepala lebih rendah.
10. Memasang corong pada pangkal slang kemudian masukkan air/cairan. Selanjutnya
ditunggu sampai air/cairan tersebut keluar dari lambung dan ditampung dalam ember.
11. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air/cairan yang keluar dari
lambung berwarna jernih/tidak berbau racun.
12. Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan respons pasien
13. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
TRANSPORTASI PASIEN
Yasri