Anda di halaman 1dari 47

SOP

PROSEDUR EKSTUBASI
Definisi Ekstubasi adalah tindakan pencabutan pipa endoktrakea.
Ekstubasi dilakukan pada saat yang tepat bagi pasien untuk
menghindari terjadinya reintubasi dan komplikasi lain.
Tujuan a. Minimalisasi komplikasi yang mungkin timbul.
b. Pemantauan dini komplikasi dan penatalaksanaan
segera dari komplikasi yang timbu.
c. Keamanan dan kenyamanan pasien terjamin selama
pelaksanaan prosedur.
Indikasi 1. Pencabutan pipa endotrakea yang sebelumnya terpasang
2. Disarankan saat pasien sadar
3. Bernafas spontan dan adekuat
4. Tidak ada otot bantu nafas tambahan tidak sesak
5. Tanda vital stabil
Kontraindikasi 1. Trauma servikal
2. Hipoksia sedang
3. Infeksi pada aera epiglotis
Prosedur Pelaksanaan a. Persiapan pasien
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukn
c. Pasien dipuasn kurang lebih 4 jam sebelum ekstubasi
d. Mencuci tangan
e. Membesihkan rongga mulut pasien
f. Ventlasi adekuat
g. Hisap percabangan trakheobronkial dan orofaring,
lepaskan plester fiksasi dan kempeskan cuff
h. Beri oksigen selama beberapa kali siklus nafas
i. Minta pasien untuk menghirup dan pada puncak
inspirasi lepaskan, cabut selang ETT hisap jalan nafas
melalui selang ETT bersamaan ketika selang ETT
dicabut
j. Dokumentasi
SOP

AIRWAY MANAGEMENT

Definisi Airway management (pengelolaan jalan nafas) adalah


suatu tindakan yang dilakukkan untuk membebaskan
jalan nafas dengan tetap memerhatikan kontrol
servikal.
Tujuan Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan
masuknya udara ke paru secara normal sehingga
menjamin kecukupan oksigen tubuh
Indikasi
Dilakukan pada penderita tidak sadar apapun
sebabnya
Pada penderita adanya sumbatan jalan napas
parsial atau total.

Kontraindikasi - pasien dengan rendahnya kekuatan gigi ( loose teeth


)

- pasien yang baru mengalami atau menjalani


pembedahan oral

- pasien yang memiliku kesadaran tinggi atau semi.


Hal ini disebabkan penggunaan prosedur tersebut
mendorong atau menstimulasi reaksi muntah dan
laryngospasm

Persiapan Alat
Boneka manikin dewasa dan anak.
4. Pipa orofaring berbagai ukuran
Pipa nasofaring berbagai ukuran
Sarung tangan
Gause kering
Suction
Pipa suction kaku dan lentur.

Prosedur Persiapan awal


Pelaksanaan Periksa semua kelengkapan alat

Diagnosis terhadap adanya gangguan jalan


napas
Look (lihat)
Melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan
adanya retraksi sela iga
Listen (dengar)
Mendengar aliran udara pernapasan
Feel
Merasakan adanya aliran udara pernapasan

Membuka jalan napas tanpa alat

Head-tilt (dorong kepala ke belakang)


Cara : Letakkan satu telapak tangan di dahi
pasien dan tekan ke bawah, sehingga kepala
menjadi tengadah sehingga penyangga lidah
terangkat ke depan.
Chin lift
Cara : Gunakan jari tengah dan jari telunjuk
untuk memegang tulang dagu pasien, kemudian
angkat dan dorong tulangnya ke depan
Jaw thrust
Cara : Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke
arah depan sehingga barisan gigi bawah berada
di depan barisan gigi atas. Atau gunakan ibu jari
ke dalam mulut dan bersama dengan jari-jari
lain tarik dagu ke depan.
Pengelolaan jalan napas dengan alat
A. Pipa orofaring
Cara pemasangan :
Pakai sarung tangan
Buka mulut boneka/pasien dengan cara chin lift
atau gunakan ibu jari dan telunjuk
Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya
Bersihkan dan basahi pipa orofaring agar licin dan
mudah dimasukkan
Arahkan lengkungan menghadap ke langit-langit
(ke palatal)
Masukkan separuh, putar lengkungan mengarah
ke bawah lidah.
Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
Yakinkan lidah sudah tertopang dengan pipa
orofaring dengan melihat pola napas, rasakan dan
dengarkan suara napas pasca pemasangan.

B. Pipa Nasorofaring
Pakai sarung tangan
Nilai besarnya lubang hidung dengan besarnya pipa
nasofaring yang akan dimasukkan.
Nilai adakah kelainan di cavum nasi
Pipa nasofaring diolesi dengan jeli, demikian juga
lubang hidung yang akan dimasukkan. Bila perlu
dapat diberikan vasokonstriktor hidung.
Pegang pipa nasofaring sedemikian rupa sehingga
ujungnya menghadap ke telinga.
Dorong pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, sambil
menilai adakah liran udara di dalam pipa.
Fikasasi dengan plester.

Membersihkan jalan napas


1. Sapuan jari
Cara :
Pasang sarung tangan
Buka mulut pasien dengan jaw thrust dan tekan dagu
ke bawah
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah yang
bersih atau dibungkus dengan sarung tangan /kassa
untuk membersihkan dan
mengorek semua benda asing dalam mulut.
Dengan suction

Pengelolaan jalan napas akibat sumbatan benda


asing padat
A. Tersedak ( CHOKING )
BACK BLOW / BACK SLAPS
Korban dewasa sadar
Bila korban masih sempoyongan. Rangkul dari
belakang
Lengan menahan tubuh, lengan yang lain melalukan
BACK- BLOW/ BACK SLAPS Pertahankan korban
jangan sampai tersungkur
Berikan pukulan / hentakan keras 5 kaliI , dengan
kepalan ( genggaman tangan ). Pada titik silang
garis imaginasi tulang belakang dan garis antar
belikat.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan
abdominal thrust.

ABDOMINAL THRUST
Korban berdiri/Korban dewasa sadar
Rangkul korban yang sedang sempoyongan
dengan kedua lengan dari belakang
Lakukan hentakan tarikan, 5 kali dengan menarik
kedua lengan penolong bertumpuk pada kepalan
kedua tangannya tepat di titik hentak yang terletak
pada pertengahan pusar dan titik ulu hati korban.
Bila belum berhasil secara pelan segera baringkan
korban pada posisi terlentang. Lakukan abdominal
thrust.

ABDOMINAL THRUST
Korban terbaring /Korban dewasa tidak sadar
Bila korban jatuh tidak sadar, segera baringkan
terlentang
Penolong mengambil posisi seperti naik kuda
diatas tubuh korban atau disamping korban
sebatas pinggul korban.
Lakukan hentakan mendorong 5 kali dengan
menggunakan kedua lengan penolong bertumpu
tepat diatas titik hentakan ( daerah epigastrium ).

Yakinkan benda asing sudah bergeser atau sudah


keluar dengan cara :
- Lihat ke dalam milut korban, bila terlihat diambil
- Bila tak terlihat, tiupkan napas mulut kemul;ut,
sampil memperhatikan bila tiupan dapat masuk paru-
paru ,Dada mengembang artinya, jalan napas telah
terbuka
- Sebaliknya bila tiupan tidak masuk artinya jalan
napas masih tersumbat ,segera lakukan ABDOMINAL
THRUST LAGI ,dan seterusnya

Bila tidak berhasil pikirkan siapkan krikotiroidotomi


kemudian disusul trakeostomi

SOP

PROSEDUR INTUBASI

Definisi Intubasi adalah memasukkan pipa nafas buatan


melalui mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan
nafas bagian atas atau trakea. Pada intinya, intubasi
endotrakea adalah tindakan memasukkan pipa
endotrakea ke dalam trakea sehingga jalan nafas bebas
hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikembalikan.
Pembebasan jalan nafas
Pemberian nafas buatan dengan bag dan mask
Mempermudah pemakaian ventilasi mekanik (ventilator)
Mempermudah pemberian anesthesia
Tujuan Mempermudah penghisapan sekret tracheobronchial
secara adekuat
Mencegah aspirasi isi lambung (adanya balon yang di
kembangkan)
Mencegah distensi lambung
Pemberian oksigen dosis tinggi
Obstruksi jalan nafas bagian atas
Pasien memerlukan bantuan nafas dengan ventilator
Menjaga jalan nafas tetap bebas
Indikasi Pemberian anestesi seperti operasi kepala, leher, mulut,
hidung, tenggorokan, operasi abdominal dengan
relaksasi penuh dan operasi thoracotomy
Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat
mengeluarkan sendiri)
Obstruksi jalan nafas total
Trauma laring
Kontraindikasi Transeksi jalan nafas
Deformitas wajah atau orofaring \
Cedera tulang belakang servikal

Siapkan alat-alat yang dibutuhkan :

S = Scope = Laryngoscope

T = Tube = Endotracheal tube

A = Airway = Face Mask, Guedel / Mayo


T = Tape = Plester

I = Introducer = Stylet / mandrin

C = Connectors = Konektor

S = Suction = Alat penghisap dengan kateternya.

Gunakan laryngoscope yang sesuai dengan ukuran pasien.

à Pada dewasa biasanya digunakan bilah lengkung/ Macintosh ukuran 3


atau 4

à Pada anak-anak digunakan Macintosh 2

à Pada bayi digunakan Macintosh 1 atau bilah lurus / miller ukuran 1


dan 2

à Untuk Neonatus digunakan Miller 0 atau 1

Ukuran ETT yang biasa digunakan

à Pria dewasa : 7,5 – 8

à Wanita dewasa : 7 – 7,5

à Wanita hamil : 6 – 6,5

à Anak-anak > 2 tahun : 4 + (umur dalam tahun /4)

à Anak-anak < 2 tahun : 2,5 – 4

Pasien berbaring terlentang/suspine di meja operasi

Gunakan bantal kepala/donat


Lakukan pemasangan infus bila belum terpasang

Pasang monitor tekana darah (NIBP), irama janung (EKG) dan saturasi
oksigen (pulse oxymeter)

Lakukan pre-oksigenasi menggunakan masker dan O2 dengan flow >= 7


liter/menit selama 3-5 menit.

Berikan obat-obatan premedikasi IV

Midazolam 0,5-1 mg/kg BB dan

Fentanyl 1-2 mg/kg BB atau

Pethidine 1-2 mg/kg BB

Jika akan menggunakan succinylcholine dapat diberikan pre-kurarisasi


dengan atracurium 0,05 mg/kg BB

Berikan obat-obatan induksi IV

Pentothal 4-6 mg/kg BB atau

Propofol 2-2,5 mg/kg BB atau

Ketamine 1-2 mg/kg BB

Pastikan dapat dilakukan ventilasi dan oksigenasi

Berikan pelemas otot IV

Succinylcholine 1-1,5 mg/kg BB atau

Atracurium 0,4-0,6 mg/kg BB

Vecuronium 0,08-0,1 mg/kg BB

Pancuronium 0,08-0,1 mg/kg BB


Jika terjadi fasikulasi setelah pemberian succinylcholine ventilasi dihentikan
sementara, ventilasi secukupnya di lanjutkan setelah fasikulasi berhenti.

Lakukan ekstensi kepala pada atlanto-occipital joint sambil menekan


kepala ke belakang (sniffing position)

Buka mulut dengan menggunakan 2 jari tangan kanan ( ibu jari dan jari
telunjuk yang disilangkan).

Pegang laryngoscope dengan tangan kiri dan masukkan melalui sudut


kanan mulut sambil mendorong lidah ke kiri.

Jaga agar bibir tidak terjepit diantara bilah laryngoscope dan gigi.

Masukkan laryngoscope menyusur lidah sampai tampak epiglotis dan


tempatkan ujung laryngoscope pada pangkal anterior epiglotis
(valleculae). Pada bayi atau anak kecil laryngoscope ditempatkan pada
pangkal posterior epiglotis.

Angkat laryngoscope dengan bertumpu pada mandibula sehingga pita


suara berwarna putih terlihat jelas.

Bila perlu lakukan penekanan pada kartilago tiroid (Sellick manuever)

Masukkan ETT diantara pita suara sampai ujung proksimal balon (cuff)
tidak terlihat lagi dan berada di bawah pita suara. Beberapa jenis ETT
dilengkapi dengan garis hitam yang melingkar ditepi proksimal balon
(cuff) sebagai tanda atau batas kedalam pemasukan ETT.

Hubungkan ETT dengan sirkuit anastesi dan lakukan ventilasi kendali.

Kembangkan cuff dengan spoit 20 cc, berikan udara 5-10 cc atau


hingga tidak terdengar kebocoran udara saat dilakukan ventilasi
kendali.
Pastikan posisi ETT telah tepat dengan cara melihat pengembangan
dada yang simetris saat ventilasi.

Lakukan auskultasi di kedua lapang paru dan di atas lambung.

Bila bunyi nafas hanya terdengar di satu sisi paru, ETT harus ditarik
sampai terdengar bunyi nafas yang simetris di kedua paru.

Catat panjang ETT yang masuk dengan melihat tanda ukuran pada
posisi gigi atau bibir.
KELOMPOK 2 P.KGD

Nama kelompok :
4. Alfathina Tasya
5. Anindhita kaliana
6. Fitrah Mahardika
7. Hanatul Hilah Liah
8. Ratih Eka Mawarni
9. Ratih Muji Pratiwi
10. Yoga Dava Irgian

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIJAYA HUSADA

KOTA BOGOR

2020
Definisi Pembidaian
Pembidaian adalah tindakan memfixasi atau mengimobilisasi bagian tubuh yang
mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel
sebagai fixator/imobilisator. Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi
nyeri dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Sedangkan bidai adalah sebuah bentuk alat
yang dimana berbahan dasar kayu, kawat, hingga anyaman hingga berbagai macam bentuk
lainnya yang dimana kemudian akan memiliki sifat bahwa benda tersebut mudah untuk
dibawa.

Tujuan Pembidaian
Tujuan pembidaian adalah sebagai berikut:

a.Mengurangi rasa sakit yang diderita oleh korban

b.Melakukan percepatan terhadap proses penyembuhan yang ada

c.Melakukan pengistirahatan terhadap tulang yang dimana sebelumnya terjadi patah.

d.Melakukan penghindaran terhadap cacat yang dimana terjadi pada tubuh

e.Bidai disini kemudian menjadi sebuah bentuk pertolongan pertama yang dimana harus
selalu dipelajari guna untuk membantu korban.

Indikasi:
a.Pada klien patah tulang terbuka dan tertutup

b.Dislokasi persendian

Kontra Indikasi Pembidaian


Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan
persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur,jika ada resiko memperlambat sampainya
penderita kerumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak perlu dilakukan.
PRAKTEK KGD

“PERSIAPAN DAN PENGAMBILAN DARAH UNTUK

PEMERIKSAAN AGD”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

ANNISA SEPTIA

ARINNY TRI MAULANI

HILMY H

ITA NATASYA

REFLI DENDI

REISA SITI A

YUNITA NOVELIA RAHMAN

PRODI D3 KEPERAWATAN TK. 2B


STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR

A. Pengertian
Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH),
jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah
dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3,
pH, HCO3, dan saturasi O2.
Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) , cara pengambilan sampel darah arteri
harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi lebih
berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture) maupun skinpuncture.
Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan
mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam
tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh.
B. Tujuan
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
4. Mengetahui PH darah
5. Mengetahui tekanan parsial CO2
6. Mengetahui bikarbonat
7. Mengetahui base excess/defisit
8. Mengetahui tekanan parsial oksigen
9. Mengetahui saturasi O2

C. Indikasi Analisa Gas Darah


Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran
udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible
parsial.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara.
Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon
dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan
perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam
paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang
mengarah pada kolaps alveolar.
4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton,
2009).
5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli
(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.
6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri
tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan
yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan
pembuluh darah.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang
menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang
luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang
banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun
serangan asma yang berat),
D. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah
1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe,
2010).
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa untuk
dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis
dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada
tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan
antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.
E. Alat dan Bahan untuk Pengambilan Darah Arteri
1. Disposible Spuit 2,5 cc, jarum ukuran 23 G/ 25 G
2. Penutup jarum khusus atau gabus
3. Nierbeken/Bengkok
4. Anticoagulant Heparin
5. Alcohol swabs ( kapas Alkohol )
6. Plester
7. Kain pengalas
8. Tempat berisi es batu
9. Tempat sampah khusus needle
10. Alat Perlindungan Diri (APD) :
a. Jas Laboratorium
b. Sarung Tangan (Handscoon)
c. Masker
d. Sepatu Laboratorium
e. Kap (penutup rambut)
f. Pelindung Mata

F. Prosedur Pengambilan Darah Arteri Radialis

1. Baca status dan data klien untuk memastikan indikasi pengambilan AGD

2. Cek alat-alat yang akan digunakan

3. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya

4. Perkenalkan nama perawat

5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien

6. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan

7. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

8. Tanyakan keluhan klien saat ini

9. Jaga privasi klien


10. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien

11. Posisikan klien dengan nyaman

12. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai

13. Palpasi arteri radialis

14. Lakukan allen’s tes


Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Klien
diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan
kedua arteri radialis dan ulnaris. Klien diminta membuka dan mengepalkan beberapa
kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka. Pengambil darah
melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan pulih warnanya
dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative),
arteri radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat
kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan.
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung
pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan
tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan
harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

15. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk

16. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah

17. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian


diusap dengan kapas alkohol

18. Berikan anestesi lokal jika perlu

19. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit

20. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil


menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain

21. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak
bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)

22. Ambil darah 1 sampai 2 ml

23. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
24. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet

25. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin

26. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah

27. Ukur suhu dan pernafasan klien

28. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen

29. Kirim segera darah ke laboratorium

30. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah
(untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu
yang lama)

31. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan

32. Cuci tangan

33. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD

34. Berikan reinforcement positif pada klien

35. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya

36. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam

37. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari


sebelah mana darah diambil dan respon klien
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

Hecting dan Up Hecting

Kelompok: 4

Disusun oleh:

Bazhito

Chintana

Kikin kurnia N

Luthfia Anugrah I

Rena Amelia

Rendi

Zain juniar

Prodi:

D3 Keperawatan Tk. 2B

STIKes Wijaya Husada Bogor


2019/2020

SOP Hecting (Standar Operasional Prosedur Hecting)

A. Definisi

Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi – tepi luka dan mempertahankan
dengan benang atau jahitan tensile stregth luka tersebut dapat tersambung.

B. Tujuan

Menghentikan perdarahan dan mempercepat proses penyembuhan.

C. Indikasi

Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.

D. Kontra Indikasi

a. Luka yang memungkinkan terjadinya infeksi, seperti :


i. Luka akibat gigitan manusia
ii. Luka akibat gigitan hewan
b. Luka avulsi dimana ada jaringan yang hilang, penjahitan dapat ditunda untuk
mengawasi kemungkinan terjadinya jaringan nekrotik, dan adanya debris.
c. Luka Infeksi
Pada jenis luka tersebut, dilakukan perawatan luka secara terbuka dan pengawasan
berkala.

E. Daftar Tilik
Persiapan alat :

 Sarung tangan steril


 Duk lubang
 Set alat bedah minor
 Benang jahit
 Jarum jahit
 Kassa steril
 Cairan normal saline (Nacl 0.9%)
 Cairan antiseptik
 Korentang steril dan tempatnya
 Perlak dan pengalasnya
 Obat anastesi
 Plester
 Gunting plester
 Kom steril
 Tempat sampah medis
 Disposible syringe
 Larutan H2O2/perhidrol
 Celemek
 Masker
 Trolly

Prosedur/cara kerja :

1. Cuci tangan dan keringkan,kemudian pakai sarung tangan steril


2. Menyiapkan alat
3. Bersihkan luka menggunakan cairan antiseptik
4. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril yang lain
5. Jaringan disekitar luka dianastesi
6. Bila perlu bersihkan luka dengan cairan normal saline(Nacl 0.9%)
7. Bila luka kotor dan dalam gunakan larutan H2 O2/perl hidrol 10%
8. Pasang duk lobang
9. Gunakan jarum untuk menjahit kulit,masukan benang ke lubang jarum,pada
penggunaan jarum melengkung(curved needle) dari arah dalam keluar.
10. Pegang jarum dengan menggunakan klem,kemudian mulai menjahit luka.
11. Jika luka dalam sampai jaringan otot,maka jahit lapis demi lapis (jenis benang
disesuaikan dengan jaringan yang robek,contoh:catgut,chromic,side,dll)
12. Ikat benang dengan membentuk simpul.
13. Potong benang,sisakan sepanjang 1mm(untuk jahitan dalam),0.65cm (jahitan luar)
14. Lanjutkan menjahit luka sampai luka tertutup.
15. Oleskan normal salin/desinfectan pada jahitan.
16. Tutup dengan kassa steril.
17. Pasang plester/hipafix
Terminasi

1. Mengakhiri prosedur dengan baik


2. Menanyakan respon pasien
3. Membereskan alat (mencuci alat dan menyeteril kembali)
4. Cuci tangan
5. Dokumentasi
SOP Up Hecting (Standar Operasional Prosedur Up Hecting)
A. Definisi
Mengangkat / membuka jahitan pada luka yang dijahit. Suatu tindakan melepaskan
jahian yang biasanya dilakukan pada hari ke 5 sampai ke 7 (atau sesuai dengan penyembuhan
luka yang terjadi).
B. Tujuan

 Mencegah terjadinya infeksi dari benang.


 Mencegah tertinggalnya benang.
C. Indikasi
D. Kontra Indikasi
E. Daftar Tilik
Alat – alat :

 Pinset anatomis 2 buah (steril)


 Pinset Chirurgis 2 buah (steril)
 Gunting angkat jahit 1 buah (steril)
 Kassa steril
 Mangkok kecil 3 buah (steril)
 Sarung tangan steril
 Gunting verband
 Plester
 Alkohol 70% dalam tempatnya
 Iodin povidon solution 10 % atau sejenisnya
 NaCl 0,9 %
 Bengkok 2 buah, 1 berisi cairan desinfektan
 Kain pembalut atau verband secukupnya
A. Tahap Pra Interaksi

- Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada


- Mencuci tangan
- Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic


2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja

1. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas


2. Membuka peralatan
3. Memakai sarung tangan
4. Membasahi plester dengan alkohol/wash bensin dan buka dengan menggunakan
pinset
5. Membuka balutan lapis terluar
6. Membersihkan sekitar luka dan bekas plester
7. Membuka balutan lapis dalam
8. Menekan kedua tepi luka (sepanjang luka)
9. Membersihkan luka menggunakan cairan NaCl 0,9 %
10. Mendesinfeksi luka dengan iodine Povidone
11. Meletakkan kassa steril dekat luka
12. Menarik simpul jahitan sedkit keatas secara hati – hati dengan memakai pinset
chirurgis, sehingga benang yang berada di dalam kulit kelihatan
13. Menggunting benang dan terik hati – hati, buang ke kassa
14. Membilas dengan menggunakan cairan NaCl 0,9 %
15. Melakukan kompres betadine pada luka / memberi obat/ menutup dengan kassa steril
16. Memasang plester pada seluruh tepi kassa (4 sisi)
D. Tahap Terminasi

1. Mengevaluasi hasil tindakan


2. Membereskan alat
3. Mencuci tangan
4. dokumentasi
Tugas Praktik KGD

SOP CHOKING

6. Definisi
Tersedak (choking) adalah tersumbatnya saluran napas secara total atau sebagian
akibat makanan, cairan, atau benda asing yang tersangkut di tenggorokan atau batang
tenggorokan, sehingga mengakibatkan korban sulit bernapas dan kekurangan oksigen,
bahkan dapat segera menimbulkan kematian. Tersedak merupakan pembunuh
tercepat, lebih cepat dibandingkan gangguan breathing dan circulation.

7. Tujuan
Untuk mengeluarkan benda asing yang tersumbat di tenggorokan dan melancarkan
jalan nafas
8. Indikasi
a. Di lakukan pada penderita tidak sadar apapun sebabnya
b. Pada penderita adanya sumbatan

9. Kontraindikasi
Abdominal Thrust : non obesitas dan ibu hamil

TILIK CHOKING
NO PROSES APA YANG DI LAKUKAN √ 
1 Amankan diri dan lokasi.  
2 Memakai perlengkapan pengaman diri (APD).  
Periksa kondisinya
3 Tanya “apaka anda tersedak/tercekik?  
Periksa kondisinya
4 Korban dapat batuk dan sadar.  
Perhatikan apakah korban menjadi batuk tidak bersuara, suara napas abnormal, kesulitan
5 berapas, tidak sadarkan diri.    
6 Mengaktifkan SPGDT   
Melakukan tepukan di punggung( back blow )
d. Dengan bagian bawah telapak tangan
e. Sebanyak 5 kali
7 f. Arah tepukan benar (depan atas)  
Melakukan manuper hentakan pada perut  
Korban miringkan ke depan
1.
1 aki ke sela kedua kaki korban
2.
Kedua lengan penolong merangkul korban dan posisi tangan benar
3.
arah hentakan benar ( arah ke dalam ke atas)
4.
8 sumbatan jaln napas berat dan korban sadar  
 Melakukan Resusitasi Jantung Paru
9 Sumbatan jalan napas berat dan korban tidak sadarkan diri  
Kelompok 5

- Cindy Lia lestari


- Cintya dwi A
- Mawar Sasya
- Meliawati
- Ricke DwiO.
- Ricky Gunawan
- Zhafira Alania
SOP RESUSITASI JANTUNG PARU

Disusunoleh :

1. Della Febianti (201811107)


2. Dewi septiani (201811085)
3. Melita (201811106)
4. Mitaloka (20181107)
5. Risma Damayanti (20181128)
6. RismaPratiwiHadi (20181129)

1 Definisi Resusitasijantungparuadalahsuatutindakanuntukmengembalikanfungsipern
. afasandanjantunggunakelangsunganhiduppasien.

2 Tujuan Mengembalikanfungsipernafasandanjantung yang


. terganggumelaluiteknikkombinasiantarapemberiannafasbuatandankompre
sijantungluar.

3 Indikasi 1. HentiNafas
. 2. HentiJantung

4 KontraIn 1. Terminal illness


. dikasi 2. Matisecaraklinis> 5 menit
5 Alat- 1. Alat pelindung diri( masker)
. Alat 2. Bag resuscitator lengkap

Prosedu
6 r
DAFTAR TILIK

RESUSITASI JANTUNG PARU (CAB)

Nilai
No Komponen
1 2 3

Langkah-langkah :

- Amankan (3S)  Safety staff, situation, survivor


- Kaji respon (panggil, goncangan lembut,rangsang nyeri)
- Aktifkan EMS (call for help)
RJP PADA DEWASA

CIRCULATION

- Pulihkan sirkulasi darah dengan kompresi dada bila nadi


1. negative
Push hard – push fast

- Letakkan telapak tangan di atas pertengahan dada pasien,


antara putting atau dua jari kaudal sudut kosta. Letakkan
tangan lain di atas tangan pertama. Posisikan siku lurus dan
posisikan bahu tepat di posisi segaris di atas posisi tangan.
- Gunakan berat badan atas anda (tidak hanya tenaga lengan
anda) saat anda menekan lurus ke bawah (kompresi) pada dada
sejauh 2 inci (sekitar 5 cm). tekan dengan kuat dan cepat, beri
dua kompresi per detik, atau sekitar 120 kompresi permenit.
- Setelah 30 kompresi, tekuk kepala ke belakang dan angkat dagu
unuk membuka jalan nafas. Siapkan memberi dua nafas
bantuan. Pencet lubang hidung dan berikan nafas pada mulut
selama sedetik. Bila dada terangkat, neri nafas bantu kedua.
Bila dada tidak terangkat, ulangi menekuk kepala, lakukan
maneuver angkat dagu dan berikan nafas bantu kedua. Ini
adalah satu siklus. Bila ada orang lain, perintahkan orang
tersebut memberikan dua nafas setelah anda melakukan 30
kompresi.
- Bila pasien tidak respons setelah 5 siklus (sekitar 2 menit) dan
AED (Automatic Esternal Defibrillator) tersedia dan anada
sudah pelatihan, gunakan dan ikuti perintahnya. AHA (American
Heart Assosiation) menganjurkan pemberikan pemberian 1
shock, nilai RJP, mulai dengan kompresi dada, untuk 2 menit
sebelum memberikan shock kedua. Gunakan pada pediatric
pada usia 1-8 tahun. Jangan gunakan AED pada bayi. Bila AED/
petugas terlatih tidak tersedia, lanjut ke langkah berikut :
- Lanjutka RJP hingga ada tanda-tanda pergerakan atau hingga
petugas emergensi medic mengambil alih.
AIRWAY : bersihkan jalan nafas

- Letakkan pasien pada punggungnya di permukaan rata.


- Berlutut antara leher dan bahu pasien.
- Buka jalan nafas dengan menekuk kepla, maneuver angkat
dagu. Letakkan telapak anda pada dahi pasien dan dengan
mantap tekuk kepala ke belakang. Kemudian tangan lain,
dengan mantap angkat dagu ke depan untuk membuka jalan
nafas.
- Periksa pernapasan normal, ambil waktu sekitar 5-10 detik :
lihat gerakan dada, dengar bunyi nafas, dan rasakan nafas
pasien pada pipi dan telinga anda. Nafas cepat lewat mulut
tidak dianggap akan menjadi pernafasan normal. Bila pasien
tidak bernafas, mulai pernafasan mulut ke mulut.

BREATHING : pernafasan untuk pasien tidak bernafas

Pernafasan pertolongan dapat dilakukan dari mulut ke


mulut atau mulut ke hidung bila mulut cedera berat atau tidak
dapat dibuka.

- Dengan jalan nafas terbuka (gunakan tekukan kepala,


maneuver agkat dagu) pencet hidung untuk menutup lubang
hidung untuk pernafasan mulut ke mulut dan tutup mulut
pasien dengan mulut anda, hingga tertutup rapat)
- Siapkan untuk pemberian dua nafas bantuan. Berikan nafas
pertama, berakhir dalam sedetik, sambil dilihat apakah dada
bergerak naik. Bila naik, berikan nafas kedua. Bila dada tidak
naik, ulangi tekukan kepala, maneuver angkat dagu dan berikan
nafas kedua. Ini adalah satu siklus. Bila ada orang lain,
perintahkan orang tersebut memberikan dua nafas setelah anda
melakukan 30 kompresi. (perbandingan tetap 30 : 2, baik bila
dilakukan oleh satu maupun dua orang).
- Kembali ke kompresi dada.

RJP PADA ANAK

Untuk usia 1-8 tahun, prinsip serupa dengan dewasa. Perbedaannya


:

- Bila anda sendiri, lakukan 5 siklus kompresi dan nafas, sekitar 2


menit, sebelum menelepon petugas emergensi atau
menggunakan AED.
- Gunakan hanya satu tangan untuk melakukan kompresi
jantung.
- Pemberian nafas lebih hati-hati.
- Perbandingan kompresi dan nafas seperti dewasa, 30 : 2. Ini
satu siklus. Setelah member nafas, segera mulai siklus berikut.
- Setelah 5 siklus (sekitar 2 menit) RJP, bila tidak ada respon dan
tersedia AED, gunakan sesuai perintah mesin. Gunakan pada
pediatric bila ada. Bila tidak ada, gunakan pada dewasa.
Lanjutkan hingga anak bergerak atau pertolongan tiba.

RJP PADA BAYI

- Kebanyakan henti jantung pada bayi karna kehabisan oksigen,


seperti pada tenggelam atau tercekik. Bila diketahui adanya
obstruksi jalan nafas, lakukan pertolongan pertama untuk
tercekik. Bila anda tidak tahu kenapa bayi tidak bernafas,
lakukan RJP. Untuk memulai, nilai situasi. Tepuk bayi dan lihat
responnya, seperti gerakan, namun jangan guncang sang bayi.
- Bila tidak ada respon, ikuti prosedur CAB di bawah dan kapan
minta bantuan adalah sebagai berikut :
1 . bila anda sendiri dan dibutuhkan RJP, lakukan RJP selama 2
menit, sekitar 5 siklus, sebelum menelepon nomor emergensi.

Bila ada penolong lain, suruh dia menelepon ketika anda


menolong bayi.

CIRCULATION

Perbaiki sirkulasi darah bila nadi karotis tidak teraba

- Bayangkan garis horizontal antara putting bayi.


Letakkan 2 jari dari satu tangan tepat di bawah garis
tersebut, pada pertengahan dada.
- Dengan mantap kompres dada sekitar sepertiga hingga
setengah kedalaman dada.
- Hitung keras-keras ketika anda memompa dalam
kecepatan irama sesuai. Anda harus memompa sebanyak
100-200 kali permenit.
- Beri 2 nafas setelah 30 kompresi
- Lakukan RJP sekitar 2 menit atau setelah 5 siklus,
sebelum memanggil bantuan kecuali seseorang dapat
menelepon saat anda menolong bayi.
- Lanjutkan RJP hingga anda melihat tanda kehidupan
atau hingga professional menggantikan anda bila anda
kurang yakin akan kemampuan anda.

AIRWAY : bersihkan jalan nafas

- Letakkan bayi pada punggungnya apada alas yang rata


dan mantap, seperti meja. Lantai atau tanah boleh juga.
2. - Hati-hati tekuk kepala ke belakang dengan mengangkat
dagu dengan satu tangan dan dorong kening ke bawah
dengan tangan lainnya.
- Dengan tidak lebih dari 10 detik, letakkan telinga anda
dekat mulut bayi dan periksa adanya nafas : lihat adanya
gerak dada, dengar adanya bunyi nafas, dan rasakan
adanya nafas pada pipi dan telinga anda.

BREATHING : pernafasan untuk pasien tidak bernafas

Pernafasan pertolongan dapat dilakukan dari mulut ke mulut atau


mulut ke hidung bila mulut cedera berat atau tidak dapat dibuka.

- Tutup mulut dan hidung bayi dengan mulut anda


- Siapkan pemberian 2 nafas bantu. Gunakan kekuatan
pipi anda untuk memberikan tiupan udara (bukan nafas
dalam dari paru-paru anda) untuk memberikan nafas pada
mulut bayi secara perlahan pada tiap kalinya, sekitar satu
detik untuk member nafas setiap kalinya. Perhatikan
apakah dada terangkat. Bila ya, beri nafas bantu kedua.
Bila dada tidak terangkat, ulangi tekukan kepala, maneuver
angkat dagu dan beri nafas kedua.
- Bila dada tetap tidak terangkat, periksa mulut untuk
memastikan tidak ada benda asing disana. Bila ada benda
asing, sapu keluar dengan jari anda. Bila jalan nafas
tampaknya tersumbat, lakukan tindakan pertama bayi
tercekik.
- Kembali kompresi dada untuk memperbaiki sirkulasi.
Sikap :

- Hati-hati dan teliti.


- Menggunakan waktu seefektif mungkin.
Tugas Praktek KGD

Kelompok 7 :

1. Diah Nurahmawati
2. Diana Amelinda
3. Muhamad Andi Wijaya
4. Muhamad Zulfikri
5. Risma Wati
6. Sintia Purnama Sari

Central Venous Pressure (CVP)

A. Definisi
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di vena kava. Ini memberikan
informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus
vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya
tekanan lokal.

B. Tujuan
Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien

C. Indikasi
1. Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium
2. Pengukuran oksigenasi vena sentral
3. Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang
perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi
4. Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah
5. Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat
menimbulkan syok
6. Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi
7. Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria)
8. Pasien dengan gagal jantung
9. Pasien yang diberikan transfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif)
10. Monitor status volume cairan dan ventrikel
11. Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat vasioaktif jika alat monitor
invasif lain tidak ada
12. Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer (caustic),
seperti : calcium cloride, chemotherapy, hypertonic saline, pottasium chloride,
amiodarone

D. Kontraindikasi dan Kewaspadaan


1. Peningkatan CVP menunjukan peningkatan cardiac output, infark / gagal ventrikel kanan,
meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan hipertensi pulmonal. Hasil
pengukuran CVP, menunjukan peningkatan false (salah) jika pada kondisi COPD, tension
pneumothoraks, ventilasi tekanan positif.
2. Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak akurat.
3. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan syok dari
berbagai penyebab
SOP PEMASANGAN CVP

A. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang :
1. Tujuan pemasangan
2. Daerah pemasangan
3. Prosedur yang akan dikerjakan

B. Persiapan alat
1. Kateter CVP
2. Set CVP
3. Spuit 2,5 cc
4. Antiseptik
5. Obat anaestesi lokal
6. Sarung tangan steril
7. Bengkok
8. Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
9. Plester

C. Cara kerja
Daerah yang dipasang :
1. Vena femoralis
2. Vena cephalika
3. Vena basalika
4. Vena subclavia
5. Vena jugularis eksterna
6. Vena jugularis interna

D. Cara pemasangan :
1. Penderita tidur terlentang (trendelenberg)
2. Bahu kiri diberi bantal
3. Pakai sarung tangan
4. Desinfeksi daerah CVP
5. Pasang doek lobang
6. Tentukan tempat tusukan
7. Beri anestesi lokal
8. Ukur berapa jauh kateter dimasukkan
9. Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc
10. Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi yang berlawanan
11. Darah dihisap dengan spuit tadi
12. Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan vena cava
superior atau atrium kanan
13. Mandrin dicabut kemudian disambung infus → manometer dengan three way stopcock
14. Kateter fiksasi pada kulit
15. Tutup kasa steril dan plester
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENGUKURAN JVP (JUGULAR VENOUS PRESSURE)

Kelompok: 8

Disusun oleh:

Ekky Agustina

Elia Ayu P.S

Neneng Anjarwati

Neng Inggit Andarwati

Siti Aisyah

Supian

Prodi:

D3 Keperawatan Tk. 2B

STIKes Wijaya Husada Bogor


2019/2020
A. Pengertian
Tekanan vena jugularis merupakan gambaran/cerminan secara tidak langsung
atau fungsi pemompaan ventrikel. Karena setiap kegagalan pemompaan
ventrikelmenyebabkan terkumpulnya darah lebih banyak pada sistem vena. Dengan
inspeksi dapat tampak apakah vena jugularis mengembang dengan nyata atau tidak.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran langsung tentang fungsi pemompaan ventrikel dan
kemampuan sisi jantung dalam mengatur beban cairan.
2. Untuk melihat adanya distensi vena jugularis.
3. Memberikan informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan, fungsi
paru, dan merupakan komponen terpenting untuk menilai volume darah.

C. Indikasi
1. Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat penting
diketahui.
2. Pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau jika vena perifer
tidak adekuat.
3. Pasien dengan distensi unilateral.
4. Pasien dengan trauma mayor.
5. Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium.
6. Pasien yang diberi cairan IV secara cepat.

D. Kontraindikasi
1. Pengukuran JVP tidak dilakukan pada pasien dengan :
2. SVC sindrom.
3. Infeksi pada area insersi.
4. Koagulopati.
5. Insersi kawat pacemaker.
6. Disfungsi kontralateral diafragma.
7. Pembedahan leher.
SOP PENGUKURAN JVP (JUGULAR VENOUS PRESSURE)

N KOMPONEN NILAI
O 1 2 3
1. Persiapan alat-alat:
1. Pengaris 2 buah
2. Pen light
3. Alat tulis

2. Fase pra interaksi


1. Vertifikasi data
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
4. Dekatkan alat dengan pasien

3. Fase orientasi
1. Berikan salam
2. Perkenalkan diri
3. Jelaskan tujuan dan prosedur
4. Tanyakan persetujuan pasien

4. Fase kerja
1. Jaga privasi
2. Atur pada posisi semi flower dengan kepala di tinggikan 30 –
45 derajat
3. Lepaskan pakaian yang sempit/menekan leher atau thorak
bagian atas
4. Bebaskan daerah leher dari apa pun
5. Anjurkan pasien untuk menengok ke kiri.
6. Identifikasi vena jugularis.
7. Tentukan undulasi pada vena jugularis (titik teratas pada
pulsasi vena jugularis). Caranya adalah bendung vena dengan
cara mengurut vena kebawah lalu dilepas.
8. Tentukan titik angel of Louis pada sternum. Titik tersebut
letaknya dekat dengan angulus Ludovici.
9. Dengan penggaris pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi
vena secara horizontal ke dada sampai titik manubrium sterni.
10. Kemudian penggaris kedua letakkan vertikal dari angel of
Louis pada sternum.
11. Lihatlah hasil pengukuran dengan melihat hasil angka pada
mistar vertikal (pertemuan antara mistar horizontal dan
vertical). Hasil pembacaan ditambahkan dengan angka 5 cm,
karena diasumsikan jarak antara angel of Louis dengan atrium
kanan adalah sekitar 5 cm. Nilai normal dari pengukuran JVP
adalah kurang dari 8 cmH2O.
12. Dokumentasikan hasil
13. Rapikan pasien dan alat
14. Cuci tangan

5.
Fase terminasi
1. Evaluasi respon pasien
2. Sampaikan rencana tindak lanjut
3. Berpamitan dengan pasien
NAMA KELOMPOK

Euis Maulida

Elia Rismawati

Nurul Afifah

Noerma Liz Indriyanti

Syalma Wahidah

Syintia Masni Tri Rahayu

D3 KEPERAWATAN TK II B
SOP Suction dengan/tanpa Ventilator
Pengertian : Suatu metode untuk mengeluarkan lender atau secret dari jalan nafas. Penghisapan
ini biasanya dilakukan melalui mulut nasofaring atau trakea.

Tujuan : 1. Mempertahankan kepatenan jalan nafas.

2. Mencegah aspirasi pulmonal oleh cairan atau darah.

Indikasi : 1. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup.

2. Pasien yang koma.

3. Pasien yang tidak bias batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.

4. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun.

5. Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit untuk
mengeluarkannya.

Kontra Indikasi : 1. Pasien dengan stridor.

2. Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal.

3. Pulmonary oedem.

4. Post pneumonectomy, ophagotomy yang baru.

NO TINDAKAN DILAKUKAN
YA TIDAK
1. Fase Pra Interaksi
Persiapan Alat :
a. Handscoon steril
b. Alat/mesin penghisap lendir/suction
c. Kateter penghisap/suction steril
d. Alas/perlak/handuk
e. Bengkok
f. 2 kom : 1 kom berisi aquades/NaCl 0,9% & 1 kom berisi
larutan desinfektan (savlon 1 : 100)
g. Jelly
h. Ambu bag
i. Tissue

2. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
b. Menjelaskan tujuan suction
c. Menjelaskan prosedur suction
d. Menyiapkan lingkungan
3. Fase Kerja
a. Mencuci tangan
b. Mengatur posisi klien semi fowler atau fowler
c. Meletakkan alas/perlak/handuk di bawah dagu pasien
d. Memakai handscoon
e. Menghubungkan kateter suction dengan pipa suction
f. Menyalakan mesin, masukkan kateter penghisap ke dalam
kom berisi aquades/NaCl 0,9%
g. Memasukkan ujung kateter ke dalam mulut/hidung hingga
kerongkongan
h. Melepaskan jepitan & penghisap lendir dengan menarik &
memasukkan kateter dengan perlahan-lahan dengan arah seperti diputar.
Lama penghisapan sekitar 10–15 detik dalam 3 menit untuk mencegah
hypoxia
i. Menarik kateter & bersihkan dengan aquades/NaCl 0,9%.
j. Mengulangi prosedur hingga jalan nafas bebas dari lendir

k. Dengan ventilator :
1) Lepaskan ventilator pada klien lalu letakkan
konektor ventilator di atas handuk
2) Ventilasikan dan beri oksigen melalui ambu bag
4-5 kali disesuaikan dengan volume tidal klien
3) Lumasi ujung kateter dengan jelly lalu dengan saksama masukkan
kateter suction ke dalam jalan
napas buatan tanpa melakukan pengisapan
4) Lakukan suction dengan gerakan memutar kateter secara cepat
bersamaan dengan menarik
kateter keluar
5) Batasi waktu suction 10-15 detik. Hentikan
suction apabila denyut iantung meningkat sampai
40 kali/menit
6) Ventilasikan klien dengan ambu bag setelah
suction tiap periodenya
7) Jika sekresi sangat pekat, maka dicairkan dengan
memasukkan NaCl 3-5 cc ke dalam jalan napas
buatan
8) Bilas kateter di antara setiap pelaksanaan suction
9) Lakukan prosedur ini sampai jalan napas bersih
terhadap penggumpalan sekret yang ditandai
dengan basil auskultasi jernih
10) Setelah selesai, hubungkan lagi klien dengan ventilator
l. Mematikan mesin & lepaskan kateter dari selang penghisap
m. Merapikan pasien
n. Merapikan alat
o. Melepas sarung tangan.
p. Mencuci tangan.
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi :
1.Menanyakan respon klien
2.Mengauskultasi suara nafas & bandingkan keadaan saluran nafas
sebelum & sesudah
dilakukan penghisapan lendir.
3. Mengidentifikasi adanya perbaikan status
respiratorik.

b. Dokumentasi :
1.Mencatat hasil dari pengkajian pada saluran nafas sebelum & setelah
penghisapan, ukuran kateter yg digunakan, lama penghisapan, jalur
penghisapan, toleransi klien, tekanan mesin yg digunakan, karakteristik
lendir (jumlah, bau, warna, & konsistensi lendir)
2.Mencatat mengenai respon klien selama prosedur
Total Nilai
PRAKTEK KGD

BILAS LAMBUNG

Disusun Oleh :

KELOMPOK 10

FARHAH

FEBBY A

NURUL FAJRIAH

OPIK KURNIAWAN

VIDIA FATIMAH

WIDIA RAHMAWITA

PRODI D3 KEPERAWATAN TK. 2B


STIKES WIJAYA HUSADA BOGOR
BILAS LAMBUNG

A. Pengertian
Membilas lambung adalah membersihkan lambung dengan cara memasukkan air/cairan
tertentu ke dalam lambung dan mengeluarkan kembali dengan menggunakan selang penduga
lambung (NGT)

B. Tujuan
Membersihkan dan mengeluarkan racun/darah dari dalam lambung.

C. Indikasi
1. Keracunan obat
2. keracunan zat kimia
3. Keracunan makanan
4. Hematemesis

D. kontra indikasi
1. keracunan oral lebih dari 1 jam;
2. pasien keracunan bahan toksik yang tajam dan terasa membakar (resiko perforasi
esophageal) serta keracunan bahan korosif (misalnya: hidrokarbon, pestisida, hidrokarbon
aromatic, halogen);
3. pasien yang menelan benda asing yang tajam;
4.pasien tanpa gangguan reflex atau pasien dengan pingsan (tidak sadar) membutuhkan
intubasi sebelum bilas lambung untuk mencegah inspirasi.

E. Persiapan
1. Alat
a)  Slang penduga lambung sesuai ukuran yang diperlukan dan corongnya.
b)  Bengkok besar
c)  Perlak dan alasnya
d)  Ember penampung
e) Air hangat-dingin 1-2 liter / NaCl 0,9 %, sesuai kebutuhan
f) Gelas ukuran
g) Celemek dari karet
h) Gelas berisi air matang
i) Pelicin / jelly
j) Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai
k) Pinset anatomi
2. Obat-obatan (sulfas atropine, norit/susu yang diperlukan dalam tempatnya)
3. Pasien
a) PasieAn / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan (semi fowler)
4. Lingkungan
5. Petugas
Perawat memakai celemek karet.

F. Pelaksanaan
1. Memasang perlak dan alasnya di dada pasien
2. Meletakkan bengkok di bawah dagu pasien
3. Meletakkan ember yang diberi alas kain pel ke dekat pasien
4. Menentukan panjang slang penduga yang masuk ke dalam lambung
5. Memberi pelicin pada ujung penduga lambung
6. Menutup  pangkal slang penduga  lambung dengan cara menekuk/diklem
7. Memasukkan slang penduga pelan-pelan ke dalam lambung melalui hidung. Bagi
pasien sadar dianjurkan menelan slang penduga perlahan-lahan sambil menarik nafas
dalam
8. Meyakinkan slang penduga masuk ke dalam lambung dengan cara :
 Memasukkan ujung slang penduga sampai terendam dalam mangkok berisi air
dan tidak tampak gelembung udara dan air.
9. Setelah yain slang penduga masuk ke lambung pasien, psosisi diatur miring tanpa
bantal dan letak kepala lebih rendah.
10. Memasang corong pada pangkal slang kemudian masukkan air/cairan. Selanjutnya
ditunggu sampai air/cairan tersebut keluar dari lambung dan ditampung dalam ember.
11. Membilas lambung dilakukan berulang kali sampai air/cairan yang keluar dari
lambung berwarna jernih/tidak berbau racun.
12. Mengobservasi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan respons pasien
13. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

G. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Cairan yang masuk dan keluar
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TRANSPORTASI PASIEN

Transportasi pasien adalah sarana yang digunakan untuk


Definisi
mengangkut penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana
kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat
keadaan penderita ke sarana kesehatanyang memadai
Meningkatkan keamanan untuk menjaga keselamatan pasien
Tujuan
11. Pasien yang dalam kondisi stabil
12. Pasien yang membutuhkan posisi yang nyaman (tirah
Indikasi baring),terdapat gangguan keseimbangan instabilitas postural
13. Pasien yang membutuhkan pendampingan tenaga medis
disertai peralatan medis yang memadai

14. Pasien tidak stabil


Kontraindikasi
1. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan
setelah diletakan diatas usungan. Jika pasien tidak sadar dan
Prosedur menggunakan alat bantu jalan nafas
2. Amankan posisi tandu didalam ambulans pastikan selalu bahwa
pasien dalam posisi aman selama perjalanan ke rumah sakit
3. Posisikan dan amankan pasien, selama pemindahan ke
ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan
4. Pastikan pasien terikat dengan baik ke tandu. Tali ikat
keamanan digunakan ketika pasien siap dipindahkan ke ambulans.
Sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan
pasien dengan aman
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika
kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung,
letakkan spinal board pendek atau papan RJP dibawah matras
sebelum ambulans dijalankan
6. Melonggarkan pakaian yang ketat
7. Periksa perbanya
8. Periksa bidainya
9. Naikan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
10. Naikan barang-barang pribadi
11. Tenangkan pasien
KELOMPOK 11 :
 Febianti
 Feliza liestia puteri
 Pria Sagita
 Raden Rafly
 Widyawati Lestari

 Yasri

Anda mungkin juga menyukai