Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 6, NO.

1, APRIL 2017: 5-10


Kasiati dkk., Perilaku Orangtua dalam Mencegah Child Abuse pada Anak Usia 6-12 Tahun

PERILAKU ORANG TUA DALAM MENCEGAH CHILD ABUSE


PADAANAK USIA 6-12 TAHUN

Kasiati, Hurun Ain, Ella Martha.L.


Poltekkes Kemenkes Malang Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang
Email: kasiatilawang@yahoo.com

Parents Prevention Child Abuse on Children Aged 6-12 Years

Abstract : The purpose of this study is to identify parents behavior in preventing child abuse on children
aged 6-12 years in State Elementary School Sumber Ngepoh II Lawang, which was held on February
12-14, 2016. The design of this study is descriptive with 160 populations. This study using simple
random sampling with 32 samples. The result of this study showing (59%) parents has a lack of knowl-
edge, (53%) has a negative attitude, and (62%) has a lack of action. Three variables have important
function in establishment parents behavior especially in preventing child abuse. Hopely Parents par-
ticipate in improving the behavior of preventing child abuse by looking for information about prevent-
ing child abuse, support the activities of rejecting child abuse and have an action to prevent child
abuse.

Keywords: behaviour, parents, preventing, child abuse

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perilaku orang tua dalam mencegah
kekerasan pada anak usia 6-12 tahun di SDN Sumber Ngepoh II Lawang, yang dilaksanakan pada 12-
14 Febuary 2016. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan jumlah populasi 160 orang. Menggunakan
simple random sampling dengan sampel sebanyak 32 orang. Hasil penelitian menunjukkan 59% memiliki
pengetahuan kurang, 53% memiliki sikap negatif, 62% memiliki tindakan kurang. Ketiga variabel
tersebut memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku orang tua khususnya dalam mencegah
kekerasan pada anak. Diharapkan orang tua ikut serta dalam upaya meningkatkan perilaku dalam
mencegah kekerasan pada anak dengan cara mencari informasi tentang pencegahan kekerasan pada
anak, mendukung kegiatan anti kekerasan pada anak, dan melakukan tindakan pencegahan kekerasan
pada anak.

Kata Kunci: perilaku, orang tua, pencegahan, kekerasan pada anak

PENDAHULUAN orang tua sendiri pun tidak menyadari bahwa ia


Masa sekarang ini pasti masih mendengar telah melakukan kekerasan. Masih banyak
dan melihat baik secara langsung maupun tidak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan tentang
langsung rintihan anak-anak yang disiksa dan pencegahan kekerasan pada anak dan
dianiyaya hingga ada yang terbunuh, baik yang perlindungan anak serta orang tua tidak mengerti
dilakukan oleh teman, keluarganya maupun bagaimana cara menyikapi dan bertindak agar
masyarakat. Anak-anak yang dianiaya, disekap, anaknya terhindar dari kekerasan yang sekarang
diculik, ditelantarkan diperkosa atau anak-anak sangat marak (Sugijokanto, 2014).
yang diperdagangkan. Kondisi ini semakin Pencegahan kekerasan pada anak di
dipersubur bila tidak ada perilaku pencegahan Indonesia belum dilakukan secara serius dan
yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya komprehensif oleh orang tua. Pencegahan
(Huraerah, 2007). kekerasan pada anak menjadi termarjinalkan di
pISSNOrang
2301-4024 eISSN
tua 2442-7993
tidak menyadari betapa tengah hiruk-pikuk persoalan ekonomi. Ironisnya,5
pentingnya perilaku pencegahan kekerasan di satu sisi permasalah anak diangap sesuatu yang
(child abuse) terhadap anak bahkan terkadang penting hingga membutuhkan perhatian dan

5
JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2017: 5-10

kepedulian yang sunguh-sunguh, tetapi disisi lain meningkat setiap tahun. Hasil pemantauan KPAI
dalam realitasnya permasalahan anak seperti dari 2011 sampai 2014, terjadi peningkatan yang
tindakan kekerasan pada anak masih tetap terjadi sifnifikan. Tahun 2011 terjadi 2178 kasus
karena kurangnya kesadaran tentang perilaku kekerasan, 2012 ada 3512 kasus, 2013 ada
pencegahan yang harus dilakukan oleh orang tua. 4311 kasus, 2014 ada 5066 kasus. Hasil moni-
Masih terjadi kesenjangan antara harapan (das toring dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi
Sollen) dan kenyataan (das Sein) yang dihadapi menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi
anak Indonesia (Huraerah, 2007). korban kekerasan di lingkungan keluarga, 87.6
Menjadi orang tua berarti siap memikul persen di lingkungan sekolah dan 17.9. persen
tanggung jawab untuk mendidik, membesarkan di lingkungan masyarakat (KPAI, 2015).
anak dan memberi kasih sayang yang cukup agar Berdasarkan hasil studi pendahuluan
anak tumbuh dan berkembang dengan sewajar- melibatkan 12 orang tua siswa-siswi didapatkan
nya dan terhindar dari hal yang tidak dinginkan 7 orang tua (58%) tidak dapat menyebutkan
seperti kekerasan terhadap anak. Namun pengertian, dampak dan macam tentang
terkadang orang tua lalai akan hal itu dan kekerasan dengan benar, 9 orang tua (75%) tidak
menganggap remeh hal tersebut. Perilaku mengetahui cara mencegah kekrasan, 9 orang
pencegahan terhadap tindak kekerasan tidak tua (75%) belum melakukan tindakan pencegah
terjadi ketika orang tua menganggap remeh dan kekrasan, dan 11 orang tua (91%) belum
mengenyampingkan tentang pencegahan mendapatkan penyuluhan atau informasi tentang
kekerasan pada anak. pencegahan kekerasan .
Perilaku pencegahan yang tidak dilakukan Orang tua sudah seharusnya memiliki
sedini mungkin akan berdampak buruk pada perilaku pencegahan terhadap kekerasan pada
anak karena semua tindakan kekerasan pada anak, oleh karena itu orang tua harus diberikan
anak yang berlangsung konsisten dalam satu edukasi dan berbagai aspek yang berkaitan
periode maupun periode tertentu akan direkam dengan kekerasan terhadap anak atau child
di alam bawah sadar si anak dan akan dibawa abuse, agar tingkat pengetahuan dan pemahaman
sampai ke masa dewasa dan terus sepanjang tentang pencegahan kekerasan pada anak lebih
masa hidupnya. Lawson mengambarkan bahwa baik. Orang tua juga memerlukan tindakan
semua jenis gangguan mental (mental disoder) kolektif untuk mencegah kekerasan pada anak.
ada hubungannya dengan perlakuan buruk yang Orang tua memerlukan proses pendidikan yang
diterima manusia ketika dia masih kecil (Baihaqi, terus menerus untuk mensosialisasikan nilai-nilai
1999). demokratis dan penghargaan pada hak-hak
Masalah yang diakibatkan kekerasan pada anak. Serta orang tua perlu menyadari bahwa
anak tersebut tidak hanya pada kesehatan permasalahan anak bukanlah hal yang sederhana.
fisiknya saja melainkan bisa menjalar sampai pada Sehingga kekerasan pada anak tidak terjadi
kesehatan psikologi atau kejiwaan hingga karena adanya perilaku pencegahan dari orang
kehidupan sosialnya salah satu contohnya adalah tua (Huraerah,2007); (Baihaqi,1999).
anak bisa merasa depresi sehingga bisa memicu Berdasarkan masalah diatas, tujuan
anak untuk melakukan bunuh diri (Huraerah, penelitian ini ingin mengetahui perilaku orang tua
2007). dalam mencegah kekerasan pada anak usia 6-
Komisi Perlindungan Anak Indonesia 12 Tahun.
(KPAI) menyatakan, kekerasan pada anak selalu

6 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993


Kasiati dkk., Perilaku Orangtua dalam Mencegah Child Abuse pada Anak Usia 6-12 Tahun

METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif dengan tujuan mendeskripsi-
kan perilaku orang tua dalam mencegah
kekerasan pada anak usia 6-12 tahun di SDN
Sumber Ngepoh II Lawang.
Populasi penelitian adalah seluruh orang tua
murid dengan jumlah 160 orang tua (12 orang
tua dijadikan responden saat studi pendahuluan).
Sampel pada penelitian ini adalah 32 orang.
Teknik sampling pada penelitian ini meng-
gunakan teknik simpel random sampling.
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Sikap Orang Tua
Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan, Dalam Mencegah Child Abuse
sikap, dan tindakan orang tua dalam mencegah
kekerasan. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner. Waktu penelitian ini pada bulan
Februari-Juni 2016.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden berdasarkan usia
diketahui bahwa mayoritas (59%) responden
berumur dewasa awal (26-35 tahun) dan
mayoritas usianya adalah 30 tahun. Berdasarkan
jenis kelamin diketahui sebagian besar (72%)
responden berjenis kelamin perempuan, dan
sebanyak (47%) responden berpendidikan Gambar 3. Distribusi Frekuensi Tindakan Orang
terakhir SD, sebanyak 34% responden tidak Tua Dalam Mencegah Child Abuse
bekerja dan sebagian besar (65%) responden
belum mendapatkan informasi tentang child
abuse. Sebanyak (50%) responden masih
memiliki anak ke-1. Pengetahuan sebagian besar
20 (59%) responden memiliki pengetahuan yang
kurang dalam mencegah child abuse, sedangkan
sebanyak 17 orang (53%) responden memiliki
sikap negatif dalam mencegah kekerasan (child
abuse) dan sebagian besar (62%) responden
memiliki tindakan yang kurang dalam mencegah
kekerasan (child abuse).

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 20
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Orang Tua dalam Mencegah Child Abuse
responden (59%) mempunyai pengetahuan yang

pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993 7


JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2017: 5-10

kurang dalam mencegah child abuse dibuktikan pencegahan kekerasan sangat penting dan
dengan mayoritas responden tidak tahu tentang membutuhkan suatu pemikiran yang kompleks
jenis kekerasan dan cara mencegah kekerasan masih kurang matang sehingga berdampak pada
pada anak. kurangnya pengetahuan yang mereka miliki.
Pada penelitian ini didapatkan bukti bahwa Bila dilihat dari hasil peneliti sebagian besar
pemahaman dan penjabaran tentang cara merupakan anak yang pertama menyebabkan
pencegahan kekerasan mayoritas menjawab orang belum memiliki pemikiran dan pengalaman
salah dan berakibat pada kurangnya penge- yang matang dalam merawat anaknya khususnya
tahuan orang tua dalam mencegah child abuse, dalam pencegahan kekerasan pada anak
karena orang tua memilih pernyataan bahwa diperkuat orang tua tidak senantiasa mencari
menjewer, mencubit, dan menghardik anak informasi tentang kekerasan pada anak sehingga
dengan nada tinggi adalah tindakan mendisiplin- orang tua tetap tidak bisa memilih jawaban
kan anak dan responden memilih pernyataan dengan benar Mubarak (2012) berpendapat
tidak tahu tentang cara mencegah kekerasan bahwa, dengan bertambahnya usia seseorang
pada anak akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
Menurut peneliti pengetahuan yang kurang psikologis (mental). Semakin tua individu pada
pada soal tentang jenis kekerasan dan cara aspek fisik akan terjadi pematangan fungsi organ
pencegahan kekerasan didasari oleh tingkat sedangkan pada aspek psikologi (mental) akan
pendidikan para orang tua, didapatkan hasil 47% terjadi kematangan dan kedewasaan dalam taraf
orang hanya tamat SD. Menurut peneliti tingkat berpikir. Sedangkan menurut Hurlock (1980),
pendidikan mempengaruhi pengetahuan sese- usia mempengaruhi terbentuknya pengetahuan
orang. Semakin rendah tingkat pendidikannya seseorang. Semakin tua usia seseorang
maka akan semakin sulit responden dalam diharapkan semakin luas pula pengetahuannya.
mengingat dan memahami suatu informasi yang Faktor lain yang bisa berpengaruh terhadap
telah diberikan atau rangsangan. Sebaliknya hasil terbentuknya pengetahuan adalah pekerjaan, hal
penelitian responden yang berpendidikan D3 dan ini terbukti bahwa sebanyak (34%) responden
S1 lebih banyak memilih jawaban yang benar tidak bekerja. Menurut peneliti pekerjaan
sehingga terbentuk pengetahuan yang baik mempengaruhi pengetahuan seseorang karena
dibandingkan dengan responden yang ber- didalam pekerjaan, seseorang dapat bertukar
pendidikan SD. informasi sehingga pengetahuannya dapat
Pendapat peneliti diatas sesuai dengan teori bertambah. Pendapat diatas sesuai dengan
yang dikemukakan Mubarak (2012), semakin Mubarak (2012), lingkungan pekerjaan dapat
tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula menjadikan seseorang memperoleh pengetahuan,
mereka menerima informasi serta memahami dan baik secara langsung maupun tidak langsung.
pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) sikap
yang dimilikinya. Menurut peneliti kurangnya merupakan reaksi atau rangsangan yang masih
pengetahuan orang tua bisa didasari oleh usia tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
dan pengalaman. Dari hasil penelitian sebanyak Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
(60%) orang tua dalam tahap dewasa awal (26- (53%) orang tua memiliki sikap negatif atau tidak
35 tahun) dengan mayoritas usianya adalah 30 mendukung dalam mencegah child abuse. Dari
tahun. Pada kisaran usia tersebut pematangan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas orang
psikologis orang tua dalam hal berpikir bahwa tua memiliki pengetahuan kurang dan sumber

8 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993


Kasiati dkk., Perilaku Orangtua dalam Mencegah Child Abuse pada Anak Usia 6-12 Tahun

informasi belum banyak didapatkan tentang mental anak. Karena salah pada konsep atau ide
mencegah kekerasan pada anak. Karena atau pengetahuan yang dimilki mengakibatkan
kurangnya pengetahuan dan informasi yang pengambilan sikap yang salah.
didapat mengakibatkan pengambilan sikap yang Berdasarkan hasil penelitian diketahui
tidak sesuai dalam mencegah kekerasan pada mayoritas (63%) orang tua memiliki tindakan
anak. yang kurang dalam mencegah kekerasan (child
Sesuai dengan pendapat Mar’at (2008), abuse). Terwujudnya perilaku orang tua dalam
bahwa ada tiga faktor yang sudah pasti mencegah child abuse berdasakan aspek psy-
berpengaruh pada terbentuknya sikap, yaitu chomotor atau tindakan yang kurang, terbukti
kebutuhan seseorang, sumber informasi tentang dari pernyataan yang menyatakan bahwa orang
objek atau subjek yang dimilki, dan kelompok tua tidak pernah mengunjungi sekolah anaknya,
dimana ia bergabung. Ketiga faktor ini orang tua membentak dan memukul ketika anak
memainkan peran yang penting pada perubahan salah, serta hanya diam dan melihat ketika orang
sikap. lain melakukan kekerasan. Keadaan tersebut di
Sikap terbentuk dari komponen kognitif atau dasari oleh pengetahuan yang kurang dan sikap
pengetahuan. Peneliti berpendapat bahwa sikap responden yang negatif atau tidak mendukung
responden yang negatif dibuktikan dengan karena menurut peneliti pengetahuan dan sikap
memilih pernyataan yang salah bahwa mereka mendasari terbentuknya suatu tindakan.
menyatakan sangat setuju bahwa memberi Meskipun suatu sikap belum tentu terwujud
hukuman pukalan atau fisik kepada anak jika dalam suatu tindakan karena memerlukan faktor
salah berfungsi untuk membuat anak jera dan lain, termasuk pada taraf sosial ekonomi yang
mencela serta menghardik dengan nada tinggi rendah sehingga responden tidak dapat
berguna untuk melatih mental anak. Hal tersebut menyediakan fasilitas untuk mencegah kekerasan
disebabkan komponen kognitif kurang terbukti pada anak untuk menunjang terwujudnya
(59%) responden memiliki pengetahuan yang tindakan yang sesuai, dan orang tua tidak
kurang dalam mencegah kekerasan pada anak. mencegah bila melihat lingkungan sekitar
Hal tersebut mengakibatkan orang tua tidak tahu melakukan kekerasan, sehingga tindakan
dan tidak mampu memikirkan suatu sikap yang kekerasan tersebut akan ditiru pada anak. Fitriani
sesuai dalam mencegah kekerasan pada anak, (2011) berpendapat bahwa pengetahuan atau
karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki kognitif merupakan domain yang sangat penting
orang tua mengakibatkan orangtua tidak dapat dan mempengaruhi dalam membentuk tindakan
mengambil atau memikirkan sikap yang benar. seseorang.
Didukung bahwa mayoritas responden pada Sunaryo (2004) berpendapat bahwa psy-
pernyataannya memilih menjawab yang salah chomotor adalah sikap pada diri individu yang
bahwa mereka sering menjewer, mencubit, terwujud dalam suatu tindakan. Agar sikap
memukul dan menghardik anak dengan nada terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor
tinggi merupakan tindakan mendisiplinkan anak. pendukung dan fasilitas. Menurut Indrayani
Ini mengakibtakan mayoritas orang tua memilih (2014), status sosial ekonomi sesorang akan
mendukung bahwa memberi hukuman pukulan menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan
atau fisik kepada anak jika salah berfungsi untuk untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial
membuat anak jera dan mencela serta meng- ekonomi ini akan mempengaruhi tindakan
hardik dengan nada tinggi berguna untuk melatih seseorang.

pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993 9


JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2017: 5-10

Huraerah, A. (2007). Child Abuse (Kekerasan


PENUTUP Terhadap Anak). (ed). Bandung: Nuansa
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Cendikia.
mayoritas orang tua memiliki pengetahuan yang Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkem-
kurang, serta memiliki sikap negatif dan tindakan bangan. Jakarta: Erlangga.
yang kurang dalam mencegah kekerasan anak Indrayani, D., & Asmuji. (2014). Buku Ajar
usia 6-12 tahun. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Ar-
Diharapkan orang tua ikut serta dalam upaya Ruzz Media.
meningkatkan perilaku dalam mencegah child Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan.
abuse dengan tidak melakukan kekerasan pada Yogyakarta: Graha Ilmu.
anaknya bila salah, serta tidak membiarkan bila Mar’at, S., & Lieke. (2006). Perilaku Manusia.
melihat orang lain melakukan kekerasan pada Bandung: PT. Reifika Aditama.
anak dan mencari informasi melalui media massa Mubarak, W. I., Cahyatin, N., Rozikin, K., &
maupun dari sumber lain tentang pencegahan Supradi. (2012). Promosi Kesehatan.
kekerasan pada anak sehingga pengetahuan yang Yogyakarta: Graha Ilmu.
dimiliki menjadi lebih baik dan tindakan untuk Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan
mencegah kekerasan pada anak menjadi lebih Dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta
baik. Sugijokanto, S. (2014). Cegah Kekerasan
Pada Anak. Jakarta: Pt. Elex Media
DAFTAR PUSTAKA Komputindo.
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan.
Baihaqi, M. (1999). Anak Indonesia
Jakarta: EGC.
Teraniyaya. Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya.

10 pISSN 2301-4024 eISSN 2442-7993

Anda mungkin juga menyukai