Oleh :
Helga Yoan Ladymeyer Timbayo (20190420093)
Ummu Aiman (20190420187)
Pembimbing :
dr. Idham Khaliq, Sp.An
ANATOMI SISTEM
PERNAPASAN
Anatomi Hidung
Hidung Luar Hidung Dalam
Anatomi Faring dan Laring
Faring Laring
Anatomi Trakea dan Bronkus
Trakea Bronkus
Anatomi Paru dan Pleura
Pleura Paru
Saat ekspirasi, diafragma berelaksasi. Udara keluar dari paru-paru oleh karena adanya
recoil paru-paru, dinding toraks, dan struktur abdomen.
Terkecuali pada nafas dalam, ekpirasi juga dibantu oleh kontraksi otot-otot abdomen.
Volume dan Kapasitas Paru
Volume Kapasitas
Saat udara melewati hidung, tiga fungsi pernafasan normal yang berbeda
dilakukan oleh rongga hidung:
(1) udara dihangatkan oleh permukaan conchae dan septum yang luas, dengan
luas total sekitar 160cm2
Untuk menjaga agar trakea tidak kolaps, beberapa cincin tulang rawan
memanjang sekitar lima per enam dari jalan di sekitar trakea. Di dinding
bronkus, tulang rawan lengkung yang kurang luas juga mempertahankan
kekakuan yang wajar namun memungkinkan gerakan yang cukup untuk paru-
paru mengembang dan berkontraksi.
MANAJEMEN JALAN
NAPAS
Manajemen Jalan Napas
◦ Definisi
Tindakan memastikan jalan napas terbuka. untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru normal sehingga menjamin
kecukupan oksigenasi jaringan.
◦ Sumbatan jalan nafas bagian atas juga bisa partial atau total, dengan obstruksi
total yang menunjukkan ketidak mampuan total mengeluarkan udara dari paru-
paru.
Tanda Obstruksi Jalan Napas
◦ Sumbatan jalan nafas parsial ditandai dengan :
- Adanya stridor
- retraksi otot nafas di daerah supraklavikula, suprasternal, sela iga dan epigastrium selama inspirasi.
- Nafas paradoksal (saat inspirasi dinding dada menjadi cekung/datar bukan mengembang/membesar).
- Ada tanda sianosis yang merupakan tanda hipoksemia akibat obstruksi jalan nafas yang berat.
- Tanda – tanda adanya sumbatan dapat mendengkur (snoring) berasal dari sumbatan pangkal lidah
◦ Sumbatan parsial berisik dan harus pula segera dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta dapat menyebabkan henti nafas dan
henti jantung.
Tanda Obstruksi Jalan Napas
Tanda sumbatan jalan nafas total, serupa dengan obstruksi parsial akan tetapi gejala
lebih hebat dan stridor menghilang. Rektraksi lebih jelas, gerakan paradoksal lebih
jelas, kerja otot nafas tambahan meningkat dan makin jelas. Sianosis lebih cepat
timbul. Sumbatan total tidak berbunyi dan menyebabkan asfiksia, henti nafas dan henti
jantung dalam waktu 5-10 menit bila tidak dikoreksi.
PEMBEBASAN JALAN
NAPAS
Pembebasan Jalan
Napas
PEMBEBASAN
JALAN NAPAS
Tujuan
Pembebasan Jalan Napas
Pembebasan Jalan
Napas
Menggunakan
Posisi Tanpa Alat Alat Pembedahan
Pembebasan Jalan Napas
Dengan Posisi
Definisi
Alat seperti kateter halus dengan dengan diameter ± sesuai ukuran lubang hidung.
Fungsi
Menghilangkan sumbatan jalan napas yang disebabkan oleh lidah jatuh ke belakang baik pada
pasien sadar dengangag reflex masih baik / pada pasien yang tidak sadar.
Indikasi
Digunakan apabila oropharyngeal airway tidak mungkin dilakukan pada pasien yang
mengalami trauma berat di sekitar mulut yang dapat menimbulkan perdarahan masif / pada
◦ Bila insersi nasopharyngeal airway merangsang refleks gag dan menyebabkan muntah.
◦ Jika pipa terlalu panjang akan masuk ke dalam esophagus dan akan menyebabkan insufisiensi lambung dan
hipoventilasi.
◦ Epsistaksis dan menyebabkan aspirasi karena darah yang mengalir.
Komplikasi
◦ Epistaksis
◦ Aspirasi
Langkah Penggunaan : “S L I C”
◦ S-Size the adjunct (menentukan ukuran)
◦ L-Lubricate the adjunct (memberikan lubrikasi)
◦ I-Insert the adjunct
◦ C-Check the adjunct
Pembebasan Jalan Napas
Menggunakan Alat
Definisi
Alat berbentuk curved yang digunakan untuk mempertahankan jalan napas.
Fungsi
Mencegah lidah jatuh ke belakang shingga menyebebkan obstruksi jalan napas.
Indikasi
◦ Pasien tidak sadar dengan sumbatan jalan napas
◦ Pembukaan jalan napas secara manual yang tidak berhasil
◦ Pemberian ventilasi dengan menggunakan bag mask device
◦ Pada pasien dengan pemasangan endotracheal
◦ Pada pasien tidak sadar yang dilakukan section
Kontraindikasi
◦ Bila salah melakukan penempatan dapat mendorong lidah jatuh ke belakang (faring) dan menyumbat
jalan napas.
◦ Pada jalan napas yang terlalu sempit tidak diperbolehkan mendorong lidah sampai ke bagian belakang
faring karena dapat menyebabkan obstruksi pernapasan dan pada jalan napas yang lebar mendorong
lidah sampai ke bagian belakang faring tidak diperbolehkan karena dapat menutup trachea.
◦ Kegagalan dalam membersihkan sumbatan benda asing pada orofaring akan menyebabkan aspirasi.
◦ Untuk menghindari muntah dan aspirasi segera lepaskan orofaringela bila pasien sudah sadar dan
Komplikasi
Teknik Sungkup
Ventilasi
3. Sungkup Ventilasi
◦ Umumnya berwarna transparan sehingga uap gas ekspirasi, cairan / muntahan dapat dengan
mudah dipantau.
◦ Sungkup wajah biasanya terbuat dari bahan plastik / karet yang cukup lunak dan lentur
sungkup wajah.
◦ Penggunaan sungkup wajah dapat memfasilitasi pengaliran oksigen kepada pasien untuk
terjadi kebocoran.
Pembebasan Jalan Napas
Menggunakan Alat
4. Laryngeal Mask Airway (LMA)
Teknik
Pemasangan
LMA
4. Laryngeal Mask Airway (LMA)
◦ Merupakan alat dimana pada salah satu ujungnya berbentuk seperti sendok yang
LMA dapat dengan mudah dilakukan pada pasien yang tidak bisa dilakukan
pemasangan endotracheal.
◦ Proses memasukkan LMA sederhana, tetapi tidak direkomendasikan bagi seseorang
yang tidak memiliki kemampuan dan pengalaman karena posisi LMA yang salah →
◦ Dalam kondisi emergency dapat menfasilitasi pertukaran gas ketika gagal dilakukan intubasi sampai
◦ Pasien tidak mempunyai glosofaringeal dan laringela refleks dan tidak responsif.
◦ LMA tidak termasuk dalam airway definitif karena tidak dapat melindungi airway dari aspirasi isi
lambung dan sebaiknya dilakukan pada pasien dengan isi lam bung yang kosong.
◦ Tidak dapat diberikan pada pasien dengan penurunan komplian paru karena menyebabkan ventilasi
tidak adekuat.
◦ Lesi pada daerah orofaring.
Endotracheal
tube
Bagian-bagian laringoskop dan
jenis-jenis bilah laringoskop.
Pembebasan Jalan Napas
Menggunakan Alat
5. Intubasi Endotrakeal
Posisi
Sniffing
Intubasi endotrakeal hingga saat ini masih merupakan baku emas pengelolaan jalan
napas.
Intubasi endotrakea → prosedur untuk memasukkan pipa secara langsung ke dalam
trachea. Endotracheal (ETT) bisa dimasukkan melalui mulut ( Orotracheal) / melalui
hidung (Nasotracheal).
Metode memasukkannya dapat melalui metode visual (menggunakan laringoskopi),
metode blind (melalui lubang hidung), digital (termasuk blind), atau dapat menggunakan
fasilitas fiberoptik bronkoskopi / peralatan lainnya
Tujuan ETT:
◦ Mempertahankan patensi jalan napas
◦ Melindungi jalan napas dari aspirasi
◦ Memungkinkan ventilasi tekanan positif
◦ Memungkinkan pembersihan sekresi jalan napas
◦ Memungkinkan napas kendali dengan oksigen 100%
◦ Jalur pemberian obat-obat tertentu saat henti jantung
Indikasi
Pemasangan ETT melalui mulut biasanya digunakan pada pasien tidak sadar, apnea,
untuk :
◦ Menjaga jalan napas tetap paten
Kontraindikasi
Teknik pemasangan TTJV dilakukan dengan cara memasukkan kateter ukuran 12 hingga 16 G menembus membran
krikotiroid, dan diarahkan ke arah kaudal. Aspirasi udara pada saat pemasangan kateter memastikan bahwa kateter
tidak dapat dilakukan intubasi. Akan tetapi karena ukuran kateter yang sempit dengan metode ini proses ventilasi
terutama ekspirasi menjadi tidak efektif, sehingga cara ini hanya dapat dilakukan maksimal selama 30 menit karena
◦ Intervensi emergency mengontrol ventilasi tanpa pembedahan yang tepat ketika intubasi gagal
◦ PVT tidak dapat mengontrol jalan napas secara penuh dan kemungkinan aspirasi tetap akan terjadi.
◦ Menyebabkan penumpukan COz sehingga hanya direkomendasikan untuk sementara waktu sampai
◦ Pasien harus mampu melakukan ekshalasi pasif melalui hidung atau mulut.
Pertimbangan usia
◦ PVT merupakan pilihan yang baik untuk pembedahan jalan napas pada kondisi emergency anak di
2. Cricothyroidotomy
Cricothyrotomy / cricothyroidotomy → prosedur pembedahan dengan membuat lubang pada
membrane cricothyroid yang mana cuffed endotracheal / tube tracheostomy ditempatkan untuk
mengamankan jalan napas.
Indikasi
◦ Masiv midfacial trauma
◦ Kelainan anatomi
◦ Perdarahan pada area glottis dan mulut
◦ Obstruksi jalan napas bagian atas (mulut atau faaring infeksi, anafilaksis, inhalasi bahan kimia atau
trauma inhalasi, Iuka bakar, sumbatan benda asing)
3. Tracheostomy
Tindakan memberikan lubang pada trachea sebagai jalan napas, Juga dikenal
sebagai pembedahan jalan napas.
Dilakukan pembukaan jalan napas secara terbuka yang biasanya akan dilakukan di
kamar oprerasi setealah pasien mencapai RS.
Dilakukan pada pasien yang tidak dapat dilakukan intubasi endotracheal dan
cricothyrotomy, ada trauma pada laring / laringotracheal, epiglotitis, neoplasma,
abses, atau benda asing pada faring yang tidak memungkinkan dilakukan intubasi
endotracheal / pasien yang dilakukan cricothyrotomy.
Kontra indikasi dan hal-hal yang harus diperhatikan pada tracheostomy →setting
tindakan tracheostomy, masalah perlengkapan alat, harus dilakukan oleh
tenagaprofesional, karean akan banyak perdarahan pada saat prosedur tindakan.
Teknik Trakeostomi
Teknik Pembebasan Jalan Napas dengan Pembedahan
Indikasi
◦ Mempertahankan kepatenan jalan napas
◦ Menghilangkan secret melalui endotracheal / tracheostomy tube, yang mungkin menyumbat
jalan napas dan menyebabkan hypoxia, pneumonia, bronchitis / atelektasis. (Kebutuhan suction
diindikasikan saat adanya penurunan saturasi oksigen,suara gurgling, /gelisah)
◦ Menstimulasi refleks batuk dalam pada pasien yang mendapat sedasi / gangguan neurologi
untuk memobilisasi secret agar jalan napas lebih longgar.
◦ Mengambil specimen sputum untuk analisis laboratori um.
Kontraindiaksi dan hal-hal yang harus diperhatikan
◦ Memperburuk tekanan intracranial atau tekanan darah tinggi yang berat.
◦ Jangan menurunkan endotrakeal tube / trakeostomi cuff sebelum suction. Cuff yang
ditingkatkan dapat membantu mencegah aspirasi benda apapun ke dalam paru-paru
jika gag reflex dirangsang dan terjadi muntah. Memposisikan pasien dengan tempat
tidur ditinggikan 30 ° selama dan setelah suction dapat meminimalkan risiko
aspirasi.
◦ Untuk mencegah hipoksia, suction tidak boleh melebihi 10 detik tiap kali dilakukan.
◦ Suction harus didasarkan pada kebutuhan individu dan sebuah bukan prosedur yang
dijadwalkan.
◦ Pembatasan suction menghindari kerusakan mukosa berlebihan dan penurunan
paparan kolonisasi bakteri.
◦ Pemberian Saline untuk melonggarkan sekresi tidak efektif dan dapat menurunkan
oksigenisasi arteri.
◦ Saline dapat meningkatkan kolonisasi bakteri pada jalan napas bawah.
Pertimbangan usia
◦ Awasi heart rate pada anak-anak selama suction karena rangsangan
vagal dapat menyebabkan bradycardia.
◦ Pilih ukuran kateter yang sesuai untuk suction. Seperti pedoman
umum, gunakan kateter suction 10-16 French untuk dewasa, kateter
suction 8-10 French untuk anak-anak dan kateter suction 6-8 French
untukanak kecil. Ukuran pediatric dan neonatal pada kateter suction
tertutup juga tersedia.
Komplikasi
◦ Suction berkepanjangan dapat menyebabkan hipoksia dan atelectasis.
◦ Prosedur dapat menyebabkan rasa sesak napas dan menyebabkan
kecemasan berlebihan.
◦ Teknik suction yang tidak tepat dapat melukai mukosa trakeal.
◦ Infeksi saluran pernapasan dapat menyebabkan kolonisasi bakteri pada
jalan napas.
TERIMAKASIH