Anda di halaman 1dari 20

EPIGLOTITIS

Disusun oleh:
Giza Ainur Rahma 20190420090
Gladya Putri Rizkia 20190420091
Helga Yoan L. Timbayo 20190420093

Pembimbing :
dr. Liliek Andriani Wibowo, Sp.THT-KL

Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya


ANATOMI
DEFINISI

Kondisi inflamasi akut yang biasanya terjadi pada


struktur supraglotis, yaitu epiglotis, aryepiglottic
fold, dan arytenoid. Terdapat edema obstruksi
airway.
EPIDEMIOLOGI

Pada anak 2-7 tahun, penggunaan vaksinasi


Haemophilus menghasilkan penurunan drastis
epiglotitis pada anak, dan sedangkan inseden pada
dewasa tetap stabil.
Di AS, kejadian epiglotitis dewasa meningkat: usia
45-64 tahun.
ETIOLOGI

Haemophilus influenzae tipe B yang paling sering.


Penyebab lain Streptococcus pyogenes, S.
pneumoniae, and S. aureus 
Pada pasien immunocompromised, Pseudomonas
aeruginosa dan Candida.
PATOGENESIS

Epiglotitis merupakan hasil dari bacteremia dan atau invasi langsung


dari lapisan epitel oleh organisme pathogen

Patogen ini dapat mengivasi jaringan mukosa faring

Dimana hal ini menyebabkan masuknya patogen ke pemb darah
(bakteremia) yang akhirnya menyerang epiglottis dan jaringan sekitar

Nb : Pada kondisi akut dapat terjadi pembengkakan epiglottis


GEJALA KLINIS

A. Radang tenggorokan
B. Odynophagia / dysphagia 
C. Suara serak / Hoarseness menyerupai Hot potato voice (Suara
pasien seperti seolah-olah di mulut pasien ada makanan yang panas)
D. Menimbulkan gejala-gejala distress pernafasan
E. Demam
F. Pada Kejadian akut : demam tinggi, sakit tenggorokan parah,
kesulitan menelan dengan posisi duduk dan mencondongkan tubuh
ke depan untuk meningkatkan aliran udara. Biasanya ada air liur
karena kesulitan dan nyeri saat menelan.
DIAGNOSIS

1. ANAMNESA
2. PEMERIKSAAN FISIK :
 Posisi tripod - Duduk di atas tangan, dengan lidah menjulur dan kepala ke
depan
 Air liur / ketidakmampuan untuk menangani sekresi
 Stridor - Temuan akhir yang menunjukkan obstruksi jalan napas lanjut
 Demam
 Hipoksia
 Gangguan pernapasan
 Nyeri hebat pada palpasi lembut di atas laring atau tulang hyoid
 Takikardia
DIAGNOSIS

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
 Laringoskopi -> Melihat pembesaran pada epiglotis, epiglotis
tampak merah sekali sehingga disebut “Cherry red”
DIAGNOSIS

 Xray -> Lateral x ray melihat pembesaran pada epiglotis


(Thumb sign), dan Vallecula sign (Tidak terlihat vallecula pada
level tulang hyoid)
DIAGNOSIS

 USG -> Memvisualisasi epiglotis, “alphabet P sign” pada


tampakan longitudinal di membran thyrohyoid
 Kultur darah

Alphabet P sign dibentuk oleh bayangan


akustik tulang hyoid (HY)
Tatalaksana Epiglotitis Akut

 Pasien dengan tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas yang terus


berlanjut, dengan epiglotitis akut, harus ditangani sebagai pasien
dengan airway emergency.

 Pasien dengan klinis epiglotitis ringan (disfagia, sakit tenggorokan,


tanpa anomali orofaring yang jelas) dapat diobservasi, jika terjadi
perburukan klinis dalam beberapa jam dengan stridor, suara yang
serak (hoarseness), hipersaliva, dyspnea, demam, di lakukan suatu
intubasi elektif, terutama karena adanya stridor.
 Observasi klinis pada kasus stridor dan waktu diagnosis yang tepat
sangat menetukan pasien tersebut masuk kedalam kondisi yang buruk
yang dianggap sangat berbahaya, karena ini dapat terjadi suatu
suffocation.
 Dalam kasus epiglottitis akut dengan adanya stridor, kondisi dimana
intubasi sulit dilakukan dan berisiko terjadinya oklusi total pada laring
dan faring. Intubasi endotracheal pada pasien epiglottitis dianggap
sebagai prosedur yang berpotensi sulit, harus dilakukan dalam kondisi
yang dipantau ketat, yaitu pada ruangan operasi, dengan tetap menjaga
ventilasi spontan, dan persiapan tim untuk melakukan tindakan
trakeotomi perlu dipertimbangkan.
 Dalam kasus epiglottitis, fibreoptic nasal intubation menggunakan tube
dengan diameter yang sangat kecil lebih sering digunakan, jika tidak
ada fasilitas yang memadai maka tindakan trakeotomi dapat segera
dilakukan. Muscle relaxants dihindari dan ventilasi spontan harus
dipertahankan. Sedasi intravena idealnya memungkinkan terjadinya
ventilasi spontan, pasien diberikan suatu obat penenang (golongan
sedatif) agar tidak gelisah, dan kirim ke ruangan ICU.
 Pemberian dexametasone atau aerosol budesonide dapat
digunakan dalam upaya untuk minimalisir edema faring dan
dengan demikian mengurangi obstruksi. Penggunaan
kortikosteroid telah dikaitkan dengan perawatan pada ICU dengan
durasi yang lebih pendek dan lama perawatan secara keseluruhan,
dengan rata-rata lama perawatan secara keseluruhan 3-8 hari pada
orang dewasa.

 Menurut R.Mathoera et al., perawatan pasien di ICU mereka


memilih pengobatan antibiotik spektrum luas seperti Augmentin®
(amoksisilin / asam klavulanat) sebagai pendekatan praktis,
dengan tidak adanya etiologi epiglotitis yang jelas dan
kemungkinan terjadinya aspirasi.
Diagnosa Banding

 Diagnosis banding yang paling umum adalah croup dan benda asing di
jalan napas. Viral laryngotracheobronchitis, yang menyebabkan
pembengkakan mukosa di area subglotis laring, adalah penyebab
tersering dari croup.

 Untuk epiglottitis tidak ada kecendrungan gejala muncul saat musim


dingin, sementara croup lebih umum terjadi selama musim dingin.
Croup memiliki onset yang lebih bertahap dibandingkan dengan
epiglotitis akut, dan umumnya disertai dengan demam yang ringan
(subfebris).
 Meskipun epiglotitis akut dan croup memiliki gejala yang sama seperti
stridor inspirasi, retraksi suprasternal, interkostal dan substernal, serta
suara serak, adanya perbedaan pada awal penyakit seperti adanya
batuk yang khas (barking cough), tidak adanya hipersaliva (drooling)
dan disfagia pada croup.

 Pada epiglottitis adanya hipersaliva dan disfagia, tidak adanya batuk.


Tanda tambahan pada epiglottitis adalah pasien nyaman dengan posisi
duduk, dan adanya penolakan untuk menelan.

 Diagnosis banding yang kurang umum lainnya termasuk trakeitis


bakterial, benda asing pada laring dan abses retrofaring.
Prognosis

 Epiglotitis menimbulkan risiko kematian akibat obstruksi jalan nafas


mendadak dan komplikasi lain. Pada orang dewasa, epiglotitis
memiliki angka kematian sekitar 1%. Prognosisnya bergantung dengan
manajemen jalan nafas yang tepat, dan sebagian besar pasien membaik
dalam 24-48 jam setelah antibiotik dimulai.
THANKYOU!!

Anda mungkin juga menyukai