Dosen Pembimbing :
Ria Anggraini,S.Kep.,Ners.,M.Kep
Dibuat Oleh
MOHAMAD EFENDI SAMSUDIN
A2R18027
A. DEFINISI
Laringitis merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua infeksi akut
pada faring, termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari dan
merupakan peradangan pada membran mukosa laring dan struktur yang ada disekitarnya.
Karena letaknya yang sangat dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi hanya pada
tonsillitis namun juga mencakup nasofaringitis, dan tonsilofaringitis dan ditandai dengan
keluhan nyeri tenggorok (Rahajoe, 2012).
Laringitis adalah peradangan pada laring yang sering menyebabkan suara serak atau kehilangan
suara. Secara umum, laringitis dapat bersifat akut atau kronis. Laringitis kronis sering terjadi
pada perokok dan penderita gastroesophageal reflux (GERD).
Laringitis merupakan inflamasi pada laring yang sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak
menggunakan suara, pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau
sebagai bagian dari infeksi saluran nafas atas (Smeltzer dan Bare, 2013).
Laringitis akut adalah radang akut pada mukosa faring dan jaringan limfoid pada dinding faring
(Rospa, 2011).
B. ETIOLOGI
Laringitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur.
Virus merupakan etiologi laringitis yang paling sering yaitu rhinovirus, virus influenza, virus
parainfluenza, edenovirus, dan respiratory synistial, sedangkan beberapa bakteri yang
menyebabkan laringitis yaitu :
1. Blastomyces: biasanya menyebabkan laringitis sebagai komplikasi dari
inflamasi sistemik.
2. Candida biasanya menyebabkan laringitis
Laringitis juga merupakan akibat dari penggunaan suara yang berlebih, atau infeksi pada pita
suara. Bronchitis dan pneumonia juga dapat menyebabkan laringitis. Onset dari laringitis
berhubungan dengan perubahan suhu yang tiba-tiba, malnutrisi, atau keadaan menurunnya
sistem imun.
Berbagai bakteri dan virus dapat menjadi etiologi faringitis, baik faringitis sebagai manifestasi
tunggal maupun sebagai bagian dari penyakit lain. Virus merupakan etiologi terbanyak
faringitis akut, terutama pada anak berusia ≤3 tahun (prasekolah). Virus penyebab penyakit
respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan virus Parainfluenza dapat menjadi penyebab
faringitis. Virus Epstein Barr (Epstein Barr virus, EBV) dapat menyebabkan faringitis, tetapi
disertai dengan gejala infeksi mononukleosis seperti splenomegali dan limfadenopati
generalisata. Infeksi sistemik seperti infeksi virus campak, Cytomegalovirus (CMV), virus
Rubella, dan berbagai virus lainnya juga dapat menunjukkan gejala faringitis akut.
Streptokokus beta hemolitikus grup A adalah bakteri penyebab terbanyak
faringitis/tonsilofaringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15−30% (di luar kejadian epidemik)
dari penyebab faringitis akut pada anak, sedangkan pada dewasa hanya sekitar 5−10% kasus.
ASKEP KMB
Streptokokus Grup A biasanya bukan merupakan penyebab yang umum pada anak usia
prasekolah, tetapi pernah dilaporkan terjadi outbreak di tempat penitipan anak (day care).
Mikroorganisme seperti Klamidia dan Mikoplasma dilaporkan dapat menyebabkan infeksi,
tetapi sangat jarang terjadi. Di negara Inggris dan Skandinavia pernah dilaporkan infeksi
Arcobacterium haemolyticum. Beberapa bakteri dapat melakukan proliferasi ketika sedang
terjadi infeksi virus (copathogen bacterial) dan dapat ditemukan pada kultur, tetapi
biasanya bukan merupakan penyebab dari faringitis/tonsilofaringitis akut. Beberapa bakteri
tersebut adalah Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis,
Bacteroides fragilis, Bacteroides oralis, Bacteroides melaninogenicus, spesies Fusobacterium,
dan spesies Peptostreptococcus.
C. PATOFISIOLOGI
Laringitis diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu laringitis akut dan laringitis kronik.
Laringitis akut terjadi infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang berlebihan, inhalasi
polutan lingkungan. Laringitis Akut ditandai dengan afonia atau hilang suara dan batuk
menahun. Gejala ini semakin diperparah dengan keadaan lingkungan yang dingin dan kering.
Sehingga, laringitis kronik ditandai dengan afonia yang persisten. Pada pagi hari, biasanya
tenggorokan terasa sakit namun membaik pada suhu yang lebih hangat. Nyeri tenggorokan dan
batuk memburuk kembali menjelang siang. Batuk ini dapat juga dipicu oleh udara dingin atau
minum dingin. Pada pasien yang memiliki alergi, ovula akan terlihat kemerahan .
Laringitis kronik dapat terjadi setelah laringitis akut yang berulang, dan dapat diakibatkan oleh
merokok, dan konsumsi alkohol berlebih. Tanda dari laringitis kronik ini yaitu nyeri
tenggorokan yang tidak signifikan, suara serak, dan terdapat edema pada laring.
Laringitis pada anak sering diderita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun dan biasanya disertai
inflamasi pada trakhea dan bronkus, disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini sering kali
disebabkan oleh virus, yaitu virus parainfluenza, adenovirus, virus influenza, dan virus campak.
Infeksi pada bakteri dan virus menyebabkan inflamasi dan edema pada laring, trakhea, dan
bronkus, sehingga menyebabkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan gejala, yaitu berupa
afonia, suara stridor, dan batuk. Tidak terdapat gangguan menelan. Gejala ini biasanya muncul
pada saat malam hari dan membaik di pagi hari. Penyakit croup dapat sembuh sendiri dalam
waktu 3-5 hari (Smeltzer & Bare, 2013).
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/
normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita
suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan sampai tidak
bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor.
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam dan malaise
5. Batuk kering yang lama-kelamaan disertai dahak kental.
6. Gejala common cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
summenelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam
dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan lebih dari 38˚C.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan peningkatan suhu
yang sangat berarti yakni lebih dari 38˚C, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai
dengan nyeri di seluruh tubuh.
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama di bagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut di
hidung atau sinus paranasal atau paru.
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada edema laring diikuti edema subglotis yang terjadi
dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah,
air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan
retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang
dapat mengancam jiwa anak
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak perlu
dilakukan karena diagnosis biasanya dapat ditegakkan hanya dengan anamnesis, gejala
klinis, dan pemeriksaan fisis.
Bila ditemukan peningkatan leukosit >20.000/mm3 yang didominasi oleh PMN,
kemungkinan telah terjadi superinfeksi, misalnya epiglotitis.
2. Foto Rontgen leher AP: dapat tampak pembengkakan jaringan subglotis (steeple sign).
3. Pemeriksaan laboratorium: gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi sekunder
dapat ditemukan leukositosis ringan dan limfositosis.
4. Pemeriksaan kultur dapat dilakukan bila didapatkan eksudat di orofaring atau plika
vokalis, dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab infeksi.
G. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar kasus laringitis dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu satu minggu
tanpa penggunaan obat-obatan. Pemberian obat-obatan bertujuan untuk mengurangi gejala yang
dirasakan pengidap serta mempercepat proses penyembuhan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan di rumah untuk mengatasi laringitis, antara lain:
1. Mengurangi berbicara dan jika harus berbicara, gunakan suara pelan.
2. Mengonsumsi permen mint dan berkumur dengan air garam hangat, untuk membantu
melegakan tenggorokan.
3. Mengonsumsi obat pereda nyeri dan penurun demam yang relatif aman, seperti
paracetamol dan ibuprofen.
4. Mengonsumsi banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
5. Menghindari udara yang kotor dan berdebu.
6. Menghindari minuman yang mengandung kafein dan alkohol.
7. Menghindari dan menghentikan kebiasaan merokok.
8. Menggunakan inhaler yang mengandung mentol untuk melegakan pernapasan.
9. Menggunakan humidifier atau vaporizer, untuk mengatur tingkat kelembapan udara,
sehingga udara yang dihirup bukan udara yang kering.
Meski begitu, jika laringitis dipicu oleh penyebab yang spesifik, pengidap dapat diberikan obat-
obatan yang sesuai untuk mengatasi pemicu tersebut.
Jika disebabkan oleh alergi, maka disarankan untuk menghindari pencetus alergi serta dapat
diberikan obat antihistamin.
Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, maka diperlukan pemberian obat antibiotik.
Jika disebabkan oleh penyakit GERD, maka diperlukan pemberian obat yang dapat menurunkan
kadar asam lambung.
Laringitis dapat dihindari dengan mencegah penyebab dan faktor risikonya. Berikut ini adalah
beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah laringitis:
1. Melakukan vaksinasi flu setiap tahun, sesuai jadwal.
2. Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan berkafein.
3. Tidak merokok.
4. Memperbanyak minum air putih.
5. Membiasakan cuci tangan sebelum dan sesudah makan, atau setelah dari toilet.
6. Menggunakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja.
7. Mengurangi volume suara ketika berbicara.
H. KOMPLIKASI
Laringitis biasanya ditandai dengan gejala berupa sakit tenggorokan, batuk, demam,
suara serak, atau bahkan kehilangan suara. Pada anak-anak, karena struktur saluran
pernapasannya lebih kecil, dapat terjadi kesulitan bernapas. Namun, hal tersebut jarang terjadi.
Laringitis bisa ditandai dengan gejala ringan dan sementara (akut), hingga gejala yang
lebih serius dan berlangsung lebih lama (kronik). Gejala yang biasa terjadi pada penderita
laringitis meliputi :
1. Rasa tidak nyaman pada tenggorokan
2. Tenggorokan kering
3. Sakit tenggorokan
4. Batuk
5. Demam
6. Suara menjadi serak atau bahkan hilang
Laringitis juga dapat terjadi bersama radang saluran pernapasan lainnya, yaitu hidung,
tenggorokan, atau amandel. Gejala radang saluran pernapasan lain yang bisa muncul adalah
adalah sakit kepala, pilek, lemas dan pegal linu, serta pembengkakan kelenjar getah bening.
- Hygiene
Tanda : Kemunduran kebersihan gigi. Kebutuhan bantuan perawatan dasar.
- Neurisensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), Ketulian, Kesemutan, parestesia otot
wajah.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau
menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker
laring instrinsik).
Kesulitan menelan
Ketulian konduksi
Kerusakan membran mukosa
- Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Sakit tenggorok kronis, benjolan pada tenggorok. Penyebaran nyeri
ke telinga, nyeri wajah (tahap akhir, kemungkinan metastase).
Nyeri/ rasa terbakar dengan pembengkakan (khususnya dengan
cairan panas atau jus sitrum), nyeri lokal pada orofaring.
Pascaoperasi: Sakit tenggorok/ mulut (nyeri biasanya tak
dilaporkan kecuali nyeri yang berat menyertai pembedahan kepala
dan leher, dibandingkan dengan nyeri sebelum pembedahan.
Tanda : perilaku berhati hati, gelisah, nyeri wajah, gangguan tonus otot.
- Pernapasan
Gejala : Riwayat merokok/ mengunyah tembakau Bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik/ serbuk, logam berat.
Riwayat penggunaan berlebihan suara, contoh penyanyi profesional
atau juru lelang.
Riwayat penyakit paru kronis. Batuk dengan/ tanpa sputum.
Drainase darah pada nasal.
Tanda : sputum dengan darah, hemoptysis, dyspnea (lanjut)
- Keamanan
Gejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun
atau radiasi. Perubahan penglihatan/ pendengaran.
Tanda : Massa/ pembesaran nodul.
- Interaksi Sosial
Gejala : Kurang dukungan sistem keluarga (mungkin mengakibatkan
kelompok umur atau perilaku misalnya alkoholisme). Masalah
tentang kemampuan berkomunikasi, bergabung dalam interaksi
sosial.
Tanda : Parau menetap, perubahan tinggi suara. Bicara kacau, enggan untuk
berbicara. Menolak orang lain untuk memberikan perawatan/ terlibat
dalam rehabilitasi.
b. Diagnosa dan intervensi
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada klien yang
mengalami laringitis, menurut Doenges (2012) yaitu :
1) Nyeri berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk meneruskan
aktivitas sebelumnya.
2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
3) Ketidakefektifan pembersihan jalan napas berhubungan dengan batuk
tidak ada atau tidak efektif.
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
Intervensi keperawatan
Menurut Doenges (2012), rencana keperawatan pada pasien yang mengalami laringitis
berdasarkan diagnosa keperawatan terdiri dari :
a. Nyeri berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas
sebelumnya Hasil yang diharapkan :
Intervensi keperawatan :
Manajemen Nyeri
Observasi:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekeuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respon nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperigan nyeri
Terapeutik
- Berikan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi isitrahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetic secara tepat
- Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetic, jika perlu
Intervensi keperawatan :
Manajemen Hipertermia
Observasi:
-Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektraalit
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Loggarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
GAMBAR LARINGITIS
ASKEP KMB
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/tht/tenggorokan/laringitis/%3famp=1
https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/laringitis/etiologi
https://id.scribd.com/document/371261989/WOC-Laringitis-benar
http://repository.borneo.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2467&keywords=
https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/laringitis/etiologi
https://www.alodokter.com/laringitis
Hermani B, Hutauruk SM. Disfonia. Dalam: Soepardi EA. Buku Ajar llmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-7. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2012
ASKEP KMB
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. C
2. Umur : 22
4. Agama : Islam
6. Bahasa : Indonesia
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Masalah Tidur
Tidak ada Nyeri tenggorokan
4. Hal-hal yang
mempermudah tidur Suasana hening Suasana hening
5. Hal-hal yang
mempermudah pasien Suasana bising Suasana bising
terbangun
2. B A K
- Warna Kuning jernih
Kuning pekat
- Bau Khas
Khas
- Konsistensi Cair
Cair
- Jumlah Tidak terkaji
200cc/24jam
- Frekwensi 6x/Hari
Tidak ada
- Kesulitan BAK
- Upaya mengatasi Tidak ada
Ubun-ubun : bersih
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata dan sedikit kotor
Bau : Normal
Warna : Hitam
c. Wajah
Warna Kulit : Sawo matang
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : Tidak ada kelaina
c. Konjuctiva dan sklera : Tidak ada kelainan
d. Pupil : Tidak ada kelainan
e. Kornea dan iris : Tidak ada kelainan
f. Ketajaman penglihatan / visus : Kedua mata tajam
g. Tekanan bola mata : Normal
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi b. Lubang Hidung : Simetris
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Normal
Ukuran telinga : Normal
Ketenggangan telinga : Normal
6. Leher
a. Posisi trakhea : Simetris
c. Suara : Serak
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Kemerahan
e. Tekstur : Elastis
f. Kelembaban : Lembab
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) : Kanan dan kiri teraba sama
b. Perkusi : sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas : Normal
Suara Ucapan : Normal
Suara Tambahan : Tidak ada
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Teraba
- Ictus cordis : Teraba pada ICS V midclavicular sinistra 2cm
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
Batas kiri bawah : ICS V midclavicula sinistra
Batas kiri atas : ICS II sternalis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II sternalis dextra
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : Lup
- Bunyi jantung II : Dup
- Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada
- Bising / Murmur : Tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 105x/menit
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan / Massa : Tidak ada benjolan
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak terlihat
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 10x/menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak ada
- Benjolan / massa : Tidak ada
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada
- Hepar : Normal
- Lien : Normal
- Titik Mc. Burne : Tidak terkaji
d. Perkusi
- Suara Abdomen : Tympany
- Pemeriksaan Ascites : Tidak ada ascites
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS : 4-5-6
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) : Normal
3. Syaraf otak ( Nervus cranialis ) : Normal
4. Fungsi Motorik : Normal
5. Fungsi Sensorik : Normal
6. Refleks
a. Refleks Fisiologis : Normal
b. Refleks Patologis : Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Laringitis
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium
2. Rontgen : Foto rontgen leher AP agar tampak pembemkakan jaringan subglotis (steeple sign)
3. E C G :-
4. U S G :-
5. Lain – lain :-
Verbal
- Antibiotik; Amoxcilin 3 x 500 mg tablet
- Ambroxol 3 x 30 mg tablet
Non Verbal
- Vocal rest
- Menghentikan kebiasaan merokok
Mahasiswa
NIM : A2R18027
ANALISA DATA
Demam
Hipertermi
Laringitis
Ds: Px mengeluhkan sakit
2. tenggorokan dan suara serak Nyeri Akut
Inflamasi
Do:
- Px tampak meringis
- Gelisah
- Sulit tidur Edema submucosa laring
- Tidak nafsu makan
- TD 130/80mmhg
- Nadi 90x/menit
- RR 22x/menit
- Skala nyeri 5 Penyempitan saluran nafas dalam
Nyeri, disfagia
Nyeri akut
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
12345
ASKEP KMB
2. 111 2 Agustus 2021/ I.08238 Manajemen Nyeri 2 Agustus 2021/
09.00 09.00 S : Px mengatakan nyeri tenggorokan sedang
Observasi:
O:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Efendi - Px tampak meringis sedang
frekeuensi, kualitas, intensitas nyeri Efendi
- Gelisah sedang
2. Identifikasi skala nyeri - Sulit tidur sedang
3. Identifikasi respon nyeri non verbal - Tidak nafsu makan sedang
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
- TD 120/80mmhg
memperigan nyeri - Nadi 90x/menit
Terapeutik
- RR 21x/menit
5. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk - Skala nyeri 3
mengurangi rasa nyeri
6. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
A : Masalah teratasi sebagian
nyeri
7. Fasilitasi isitrahat dan tidur
P : Intervensi dilanjutkan (2,3,5,6,7,10,11,)
8. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
ASKEP KMB
3. 111 3 Agustus 2021/ I.15506 Manajemen Hipertermia 3 Agustus 2021/ S : Px mengeluhkan badanya panas
09.00 09.00
Observasi: O:
- Kulit merah cukup menurun
1. Memonitor suhu tubuh Efendi - Kulit terasa hangat cukup menurun
2. Memonitor kadar elektraalit Efendi
- Suhu 370C
3. Memonitor komplikasi akibat hipertermia - Nadi 88x/menit
Terapeutik
- RR 20x/menit
4. Menyediakan lingkungan yang dingin
5. Meloggarkan atau lepaskan pakaian A : Masalah teratasi
6. Memberikan cairan oral
Edukasi P : Intervensi dihetikan
ASKEP KMB
FORMAT PENYULUHAN KESEHATAN
Topik : ………………………………..
Sasaran : ………………………………..
Ruang : ………………………...……...
ASKEP KMB