Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK

8:
ISPA/PNEUMO
NIA

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
NAMA ANGGOTA :
1. CLARITA DE SANTALICA XIMENES
2. GRESILIA RIWU DJETA
3. MAGDALENA SUSILAWATI
4. STEFANIA DELIANTI CIBOLIN
5. PRISKILA KARENSYA PANDIE
6. OKI NURKHASANAH

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
dEFINISI
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi
saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau
bakteri dan berlangsung selama 7-14 hari.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan bakteri
Ispa merupakan penyakit yang menyerang saluran
pernapasan bagian atas dan bagian bawah.
Penyakit ini muda menular dan semua orang bisa
tertular
Penyakit yang termasuk ke dalam Ispa adalah
Pnemonia, Common cold, Sinusitas, Radang
Tenggorokan, laringitis Akut
epidemiologi
Indonesia merupakan daerah tropis sehingga berpotensi
terhadap terjadinya berbagai penyakit infeksi. Pengaruh
geografis ini mendorong terjadinya peningkatan kasus ISPA
atas di Indonesia. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
atas telah diakui sebagai salah satu masalah kesehatan yang
paling umum dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di
seluruh dunia, paling sering menyerang anak usia dibawah
lima tahun, dan mayoritas disebabkan oleh virus sehingga
penyakit ini dapat sembuh sendiri.
Rata-rata anak-anak menderita ISPA atas enam sampai
delapan kali per tahun, tetapi 10 – 15% anak mengalami dua
belas kali infeksi setiap tahunnya. Sedangkan saluran bagian
bawah secara stimulan atau berurutan.
Contoh kasus
Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi


ISPA sebagai berikut :
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya
tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas
cepat.
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk
pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada
kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Sedangkan klasifikasi ISPA berdasarkan lokasi
anatomiknya adalah:
 
1.Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas, infeksi ini
menyerang bagian hidung sampai dengan epiglotis. Contoh
dari Infeksi saluran pernafasan atas adalah rhinitis akut,
faringitis akut, tonsilitis akut dan sinusitis akut.
2.Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah, infeksi yang
menyerang pada bawah epiglotis sampai alveoli paru.
Contoh Infeksi saluran pernafasan bawah adalah
pneumonia dan bronkhitis akut.
Segitiga Epidemiologi Environment
( Lingkungan)

Agent Host

(Virus atau (Manusia)


Bakteri)
A. Agent

Virus :
1. Rhinovirus (25 – 30% kasus)
2. Respiratory syntical virus
3. Influenza Virus
4. Adenovirus (25-35%
5. Parainfluenza Virus kasus)
6. Coronavirus (10% kasus)
Streptococcus grup A beta hemolitikus menyebabkan 5 -10% kasus
faringitis pada dewasa. Streptococcus pneumoniae dan Moraxella
catarrhalis merupakah penyebab tersering rinosinusitis akut.
 
Bakteri :
1. Moraxella catarrhalis (39,19%)
2. Pneumococcus (40,96%)
3. streptococcus pyogenes (34,16%)
4. Staphylococcus aureus (23,88) dan Haemophilus influenzae (44,23%)
B. Host

1. Umur
Pengaruh cukup besar atau rentan terkena ISPA ialah :
 balita puncaknya umur 2-3 tahun ( Belum
terbentuknya secara optimal proses kekebalan
secara alamiah)
 anak-anak (Imunitas anak belum baik, lumen
saluran perrnafasan masih sempit, dan anak-anak
banyak berinteraksi secara dekat)
 lansia ( Imun rendah)
 Penderita gangguan Jantung dan paru-paru
 Perokok aktif
2. Jenis Kelamin
(Laki-laki dan perempuan)
Namun jenis kelamin mempengaruhi
isidensi keparahan ISPA atas.
Perbedaan antara wanita dan laki-laki
salah satunya dipengaruhi oleh
perbedaan anatomi saluran pernapasan
diantara keduanya.
3. Status Gizi
Konsumsi gizi yang cukup yang berasal
dari makanan maupun suplemen dapat
mengurangi progresivitas gejala ISPA atas
dan meningkatkan fungsi sistem kekebalan
tubuh

4. Kebiasaan/Perilaku
 Jarang berolahraga
 Mengkonsumsi makanan yang tidak sehat
 Berkerja terlalu keras
C. Environment (Lingkungan)

1.Kepadatan hunian ruang tidur


2.Ventilasi yang kurang
3.Pencahayaan (Rumah yang sehat
dengan pencahayaan yang cukup)
4.Penggunaan bahan bakar untuk
memasak (Kayu bakar, gas)
5.Dinding (Masih menggunakan papan
atau kayu)
6.Lantai yang berdebu
7.Kelembaban dalam rumah
Patogenesis
Masa inkubasi antara satu patogen
dengan patogen yang lainnya berbeda.
Rhinovirus dan Streptococcus grup A
memiliki masa inkubasi 1 – 5 hari,
Influenza dan Parainfluenza 1 – 4 hari,
dan Respiratory Syncytial Virus 1
minggu. Masa inkubasi mempengaruhi
kapan munculnya gejala pada ISPA
 
  Perjalanan Penyakit ISPA
Virus Staphylococus, Haemophylus, Influenzae
Masuk melalui partikel udara (proplet)

 
Melekat pada epitel sel hidung

 
Masuk ke bronkus

 
Kemudian ke traktus Respiralorius (sel nafas)

 
Tampak tanda dan gejala influenza : seperti batuk, pilek, demam, dan sakit kepala
Tanda dan Gejala ISPA

Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan


gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus
menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam
dan nyeri kepala. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya
akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin
terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah,
infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan
pneumonia (radang paru).
Penjelasannya :

A. Gejala Penyakit ISPA Ringan


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1.Batuk
2.Serak (anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara)
3.Pilek (mengeluarkan lender atau ingus dari hidung)
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC atau jika
dahi anak diraba.
B. Gejala Penyakit ISPA sedang :

1.Pernapasan lebih dari 50 kali per menit pada anak kurang dari 1
tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak yang berumur 1 tahun
atau lebih.
2.Panas atau demam,
3.Suhu lebih dari 39oC (menggunakan thermometer)
4.Tenggorokan berwarna merah
5.Timbul bercak bercak merah pada kulit (seperti campak)
6.Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
7.Pernapasan berbunyi seperti orang mendengkur
8.Pernapasan berbunyi seperti menciut ciut.
 
C. Gejala Penyakit ISPA Berat

1. Bibir atau kulit membiru


2. Lubang hidung kembang kempis pada saat bernapas
3. Pernapasan berbunyi seperti orang mengorok
4. Nadi lebih cepat 60 kali/menit atau tidak teraba
5. Sela iga tertarik ke dalam waktu bernafas
6. Pernapasan berbunyi seperti orang mengorok
7. Timbul bercak-bercak merah pada kulit
8. Anak Tidak sadar atau kesadaran menurun
9. Telinga sakit
Diagnosis
Beberapa diagnosis banding berikut harus dipikirkan pada pasien dengan ISPA.
Alergi
1.Rhinitis atau rhinosinusitis alergi memiliki keluhan yang hampir sama dengan
ISPA. Pada alergi dapat ditemukan keluhan mata berair dan gatal dengan durasi
keluhan yang dapat bertahan hingga berminggu-minggu dan sering terjadi
rekurensi. Pada pemeriksaan fisik, umumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
seperti yang terdapat pada ISPA.
2.Asthma
Asthma ditandai dengan adanya wheezing, batuk, dyspnea, dan nyeri dada yang
terjadi secara episodik. Asthma merupakan penyakit kronik dan sering berulang.
Pada pemeriksaan fisik, umumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi seperti
yang terdapat pada ISPA. Pada asthma, pasien akan berespon baik dengan
pemberian bronkodilator.
3. Tuberkulosis
Tuberkulosis ditandai dengan adanya batuk-batuk selama minimal 2
minggu disertai dengan penurunan nafsu makan, penurunan berat
badan, keringat di malam hari, nyeri dada, demam, dan hemoptisis.
Pada pemeriksaan rontgen dada akan didapatkan kavitas dan
gambaran infiltrat di apeks. Pada pemeriksaan mikrobiologi sputum
akan tampak basil tahan asam.

4. Refluks Laringitis
Refluks laringitis disebabkan oleh adanya refluks asam lambung ke
laring. Keluhan yang bisa dirasakan adalah disfagia, halitosis,
rhinosinusitis kronik, dan disfonia. Gejala biasanya timbul hanya
pada malam hari.
Cara Penularan ISPA

Penyebaran melalui kontak langsung atau tidak langsung dari


benda yang telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA
(hand to hand transmission) dan dapat juga ditularkan melalui
udara tercemar (air borne disease) pada penderita ISPA yang
kebetulan mengandung bibit penyakit melalui sekresi berupa
saliva atau sputum. Sebagian besar penularan melalui udara
dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak
jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah
karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab
atau mikroorganisme penyebab (Ngastiyah, 2005).
Pengobatan
ISPA paling sering disebabkan oleh virus, sehingga akan sembuh sendiri tanpa
perlu penanganan khusus. Beberapa tindakan untuk meredakan gejala dapat
dilakukan secara mandiri di rumah, yaitu dengan:
1.Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk mengencerkan dahak,
sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.
2.Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu untuk membantu
meredakan batuk.
3.Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika mengalami sakit
tenggorokan.
4.Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur dengan
minyak kayu putih atau mentol untuk meredakan hidung yang tersumbat.
5.Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan menggunakan bantal
tambahan, untuk melancarkan pernapasan.
Jika gejala yang dialami tidak membaik, perlu ada
konsultasi dengan dokter. Dokter dapat memberikan
obat-obatan untuk meredakan gejala, antara lain:
1.ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan demam
dan nyeri otot.
2.Diphenhydramine dan pseudoephedrine, untuk
mengatasi pilek dan hidung tersumbat.
3.Obat batuk.
4.Antibiotik, jika dokter menemukan bahwa ISPA
disebabkan oleh bakteri.
Cara Pencegahan
A. Primer
Tingginya kejadian ISPA pada balita hal ini dapat dilakukan dengan
cara memperhatikan kelengkapan munisasi dan status gizi ketika
posyandu berlangsung, serta terus melakukan pendidikan kesehatan
terkait lingkungan yang bersih dankebersihan diri bagi masyarakat.
Bagi keluarga,diharapkan Ibu yang memegang peranan penting dalam
pencegahan ISPA pada balita untuk lebih giat mencari informasi
terkait pencegahan ISPA serta saling mengingatkan untuk memenuhi
kelengkapan imunisasi dan gizi satu sama lain dalam kehidupan di
masyarakat dalam pemanfaatan layanan Posyandu yang diadakan
sebulan sekali.
B. Sekunder

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain:


1. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui
peningkatan usaha surveilans penyakit tertentu,
pemeriksaan berkala sertapemeriksaan kelompok tertentu
(calon pegawai, ABRI, Mahasiswa dan lain - lain),
penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu serta
pengobatan dan perawatan yang efektif.
2. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka
yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan
C. Tersier
a.Sasaran yang bersifat umum yang ditujukan kepada individu
maupun organisasi masyarakat, dilakukan melalui pendekatan usaha
setempat/mandiri yang sesuai dengan tatanan hidup masyarakat
setempat (tradisional) maupun melalui upaya berbagai program
pelayanan kesehatan yang tersedia.
b.Usaha pencegahan melalui pelaksanaan yang berencana dan
terprogram (bersifat wajib maupun sukarela) seperti pemberian
imunisasi dasar serta perbaikan sanitasi lingkungan dan pengadaan air
bersih, peningkatan status gizi melalui pemberian makanan tambahan
maupun berbagai usaha yang bertujuan untuk
menghentikan/mengubah kebiasaan yang mengandung resiko tinggi
atau yang dapat mempertinggi resiko penyakit tertentu.
c. Usaha yang diarahkan kepada peningkatan standar hidup
dan lingkungan pemukiman seperti perbaikan perumahan
dan pemukiman, perbaikan sistem pendidikan serta sosial
ekonomi masyarakat, yang pada dasarnya merupakan
kegiatan di luar bidang kesehatan.

d. Usaha pencegahan dan penanggulanngan keadaan luar


biasa seperti kejadian wabah, adanya bencana alam/situasi
perang serta usaha penanggulangan melalui kegiatan
penanganan kegawatdarutan.
Thank You

D
D
D

Anda mungkin juga menyukai